Memberikan edukasi tentang ajaran Islam perihal makanan yang halal dan baik
Beberapa ayat dalam al-quran menyebutkan tentang Ketentuan makanan halal dan
perintah untuk mengkonsumsi makanan halal dan menjauhi makanan haram, diantaranya
adalah ayat-ayat berikut ini
Al Baqarah 29
Dalam surat Al Baqarah ayat 29 Allah SWT menyebutkan bahwa segala sesuatu yang
diciptakan di muka bumi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.”
Al Maidah 88
Allah berfirman dalam surat Al maidah ayat 88 bahwa Allah telah memerintahkan pada
manusia untuk makan makanan halal saja.
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rezekikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada Nya.”
An Nahl 114
Dalam surat An Nahl ayat 114 Allah memerintahkan kaumnya untuk memakan makanan
halal sebagai bentuk rasa iman kepada Allah SWT.
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan
syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”
Al-Baqarah 173
Allah menyebutkan beberapa jenis makanan haram dalam surat Al Baqarah dan melarang
umatnya untuk mengkonsumsi makanan tersebut.
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”
Kategori Makanan Halal
Adapun makanan halal dalam Islam dikenal dalam beberapa kategori dan seluruh kategori
tersebut harus dipenuhi agar makanan layak dikatakan sebagai makanan halal Adapun
kategori dan hal-hal tersebut antara lain
1. Halal zatnya
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penentuan kehalalan suatu makanan adalah zat
nya atau bahan dasar makanan tersebut misalnya makanan yang berasal dari binatang
maupun tumbuhan yang tidak diharamkan oleh Allah. Adapun jika dalam makanan disebut
terkandung zat atau makanan yang tidak halal maka status makanan yang tercampur tersebut
adalah haram dan tidak boleh dikonsumsi oleh umat Islam.
Kata haram berasal dari kata dalam bahasa Arab yang artinya sesuatu yang dilarang.
Maka dapat disimpulkan bahwa makanan haram adalah makanan atau suatu benda yang
haram dikonsumsi oleh manusia terutama umat islam dan apabila tetap mengkonsumsinya
maka ia berdosa.
Berikut ini adalah beberapa dalil yang menjadi landasan hukum diharamkannya suatu
makanan
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-
orang yang beruntung”.(QS. Al-A’raf: 157)
QS Al Baqarah 195
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Baqarah: 195)
Hadits Rasulullah SAW
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain”.
Oleh karena itu segala sesuatu diharamkan semua makanan dan minuman yang bisa
membahayakan diri sendiri atau dapat membunuh seseorang secara perlahan, seperti
halnya rokok, racun, narkoba,minuman keras, dan yang sejenisnya.
4.2 Menjelaskan tentang jenis, pengaturan , dan cara makan yang baik sesuai agama Islam
Di Dalam Al-Qur’an Surat Al- Maidah ayat 3 Allah SWT telah menjelaskan bahwa disebut
dengan bangkai dan diharamkan untuk dimakan apabila ada hewan yang mati secara tidak
wajar atau tanpa melalui proses penyembelihan yang disyariatkan dalam ajaran islam, seperti:
Islam memberikan pengecualian terhadap 2 bangkai, yaitu ikan dan belalang, dimana bangkai
dari kedua hewan tersebut adalah halal hukumnya. Hal ini sesuai dengan Sabda Rosulullah
Sholallahu Alaihi Wassalam :
Bangkai dikatakan haram hukumnya bila dimakan adalah karena beberapa alasan, yaitu dapat
menimbulkan bahaya bagi agama, dan yang paling nyata adalah dampak buruknya bagi tubuh
manusia karena bangkai atau hewan yang mati karena tidak disembelih di dalam tubuhnya
masih terdapat endapan darah yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Dalam Al- Qur’an Surat Al- An’am ayat 145 di atas telah dijelaskan bahwa selain bangkai
dan daging babi, darah yang mengalir juga diharamkan untuk dimakan. Mengkonsumsi darah
sebagai makanan atau minuman merupakan kebiasaan orang-orang jahiliyyah dahulu, dimana
darah dari hewan yang terkumpul ketika mereka sembelih seperti unta maupun hewan
lainnya nantinya akan mereka olah menjadi makanan atau minuman.
Oleh karena itulah Allah SWT mengharamkan darah kaum jahiliyyah tersebut. Akan tetapi
terdapat beberapa pengecualian, dimana darah dihalalkan untuk dikonsumsi.
Sebagaimana Hadist Rosulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah di atas, dimana dalam
hadist tersebut menyebutkan bahwa ada 2 jenis darah yang dihalalkan, yaitu hati dan limpa.
Dalam Al- Qur’an surat Al- An’am telah disebutkan bahwa yang diharamkan itu adalah darah
yang mengalir, jadi dengan demikian darah-darah sisa yang masih menempal pada daging
maupun tulang hewan yang disembelih tidaklah jua diharamkan.
Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah pernah mengatatakan bahwa “Pendapat yang benar, bahwa
darah yang diharamkan oleh Allah adalah darah yang mengalir. Adapun sisa darah yang
menempel pada daging, maka tidak ada satupun dari kalangan ulama’ yang
mengharamkannya.” (dinukil dari Al-Mulakhas Al-Fiqhi)
3. Babi
Makanan yang diharamkan selanjutnya adalah segala bentuk makanan yang berasal dari
olahan babi. Jadi dengan demikian tidak hanya dagingnya saja yang diharamkan, akan tetapi
seluruh bagian dari tubuh babi yang dioalah baik dalam bentuk makanan maupun produk
lainnya sangat diharamkan untuk dikonsumsi dan dipergunakan.
Babi adalah binatang yang rakus dan tidak pernah kenyang. Babi dapat memakan segala jenis
makanan yang ada didepannya baik itu kotoran, sampah yang telah membusuk dan bau,
tanah, dan segala yang ada didepannya. Bahkan babi mengencingi kotorannya sendiri lalu
memakannya. Dan jika perutnya telah penuh, maka babi akan memuntahkan makanan yang
ada diperutnya untuk kemudian dimakannya lagi.
Babi memiliki kebiasaan seksual yang menyimpang, dimana mereka bisa melakukan
hubungan seksual dengan sesama jenisnya (babi jantan dengan babi jantan)
Tubuh babi merupakan inang dari berbagai macam parasit seperti cacing pita dan cacing
cacing trachenea lolipia. Selain itu, tubuh babi juga merupakan inang dari berbagai macam
penyakit berbahaya seperti HIV, flu burung, flu babi, dan berbagai penyakit berbahaya
lainnya.
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.
Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah
kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang
yang musyrik.” (QS. Al- An’am ayat 121)
Artinya “Rasulullah saw. telah melarang memakan setiap binatang bertaring dari jenis
binatang buas dan setiap jenis burung yang berkuku tajam (untuk mencengkram).” (HR.
Muslim)
Hadist di atas telah menjelaskan bahwa hukum memakan binatang bertaring dari jenis
binatang buas seperti beruang, anjing, serigala, harimau, dan lain sebagainya adalah haram
hukumnya.
Meskipun tidak tergolong sebagai hewan buas, akan tetapi tikus tergolong ke dalam jenis
hewan yang menjijikkan, sehingga haram untuk dimakan, sedangkan hewan bertaring lain
yang tidak termasuk dalam kategori binatang buas seperti kelinci maupun tupai,
diperbolehkan untuk dimakan.
8. Keledai jinak
Rosulullah sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :
Adapun pendapat yang menyatakan bahwa daging dari keledai jinak hukumnya haram untuk
dimakan merupakan pendapat jumhur ulama dari kalangan sahabat serta tabi’in. Sedangkan
untuk keledai liar hukumnya boleh untuk dimakan.
9. Al- Jalalah
Yang dimaksud dengan al-jalalah adalah semua jenis hewan baik yang berkaki dua maupun
berkaki empat yang makanannya adala kotoran, baik itu kotoran manusia maupun kotoran
hewan lainnya.
Hal ini merupakan pendapat mayoritas dari Syafi’iyyah dan Hanabilah yang kemudian
mendaatkan penegasan dari Ibnu Daqiq Al-‘Ied dari para fuqaha’ serta dishahihkan oleh Abu
Ishaq Al-Marwazi, Al-Qoffal, Al-Juwaini, Al-Baghawi dan Al-Ghozali. Pendapat ini
diperkuat dengan adanya sabda Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam :
سو ُل نَ َهى َّ -عليهوسلم للا صلى- َوأَل َبا ِن َها ال َجالَّلَ ِة أَك ِل َعن
ُ ّللاِ َر
Artinya “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari memakan jallalah dan
susunya.” [Hadits Riwayat. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Adapun alasan mengapa Al- jallah diharamkan adalah karena adanya pengaruh dari kotoran
yang dimakan hewan-hewan tersebut pada perubahan bau dan rasa dari daging dan susu yang
dihasilkan dari hewan-hewan tersebut. Akan tetapi jika pengaruh dari kotoran tersebut telah
hilang, maka hukum memakan hewan-hewan tadi menjadi halal.
10. Ad-Dhab
Sedangkan yang dimaksud dengan Ad- Dhab adalah hewan sejenis biawak, dimana haram
hukumnya memakan daging hewan tersebut bagi mereka yang merasa jijik untuk
memakannya. Jadi dengan demikian, memakan daging Ad- Dhab bagi mereka yang tidak
jijik untuk memakannya adalah diperbolehkan. Ini sesuai dengan sabda Rosulullah
Sholallahu Alaihi Wassalam :
سأ َ َل
َ سو َل َر ُجل َ الضَّبِّ ِ أَك ِل، فَقَا َل: أ َح ِ ِّر ُمه َو َل آ ُكلُهُ َل
َّ عن
ُ ّللاِ َر
Artinya “Dhab, saya tidak memakannya dan saya juga tidak mengharamkannya.” [Hadits
Riwayat Bukhari dan Muslim)
“Setiap binatang yang diperintahkan oleh Rasulullah supaya dibunuh maka tidak ada
sembelihan baginya, karena Rasulullah melarang dari menyia-nyiakan harta dan tidak halal
membunuh binatang yang dimakan.”
Adapun hewan-hewan yang diperintahkan untuk dibunuh adalah sebagimana hadist berikut :
Dari Aisyah Radiyallahu Anha, bahwasannya Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pernah
bersabda :
ُ ُال َعق
الفَأ َرة ُ ِفىال َح َر ِم يُقت َلنَ فَ َوا ِس ُق خَمس، ُ َوال َعق َرب، َوال ُحدَيَّا، ُ َوالغُ َراب، ُور َوالكَلب
Artinya “Lima hewan fasik yang hendaknya dibunuh, baik di tanah halal maupun haram
yaitu ular, tikus, anjing hitam.” [HR. Muslim dan Bukhari)
سو َل أ َ َّن عنها للا رضى َّ – وسلم عليه للا صلى-َوقَا َل ال َوزَ غِ بِقَت ِل أ َ َم َر
ُ ّللاِ َر
Artinya “Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam memerintahkan supaya membunuh
tokek/cecak” [HR. Bukhari dan Muslim)
Makanan dan minuman menjadi haram karena salah satu dari lima sebab berikut;
1. Membawa mudharat pada badan dan akal (sebagaiman disinggung pada kaidah ketiga di
edisi lalu),
2. Memabukkan. Merusak akal, dan menghilangkan kesadaran (seperti khamr dan narkoba),
3. Najis atau mengandung najis,
4. Menjijikkan menurut pandangan orang kebanyakkan yang masih lurus fitrahnya, dan
5. Tidak diberi idzin oleh syariat karena makanan/minuman tersebut milik orang lain. Artinya
haram mengkonsumsinya tanpa seidzin pemiliknya.
Hendaklah kamu makan, minum,berpakaian, dan bersedekah dengan tidak berlebihan dan
sombong (HR Ahmad dan Abu Daud)
3. Membaca Basmallah
Jika lupa membaca Bismillah, bacalah “Bismillahi Awwa-lahu wa Akhirahu” (Dengan nama
Allah dari mula hingga akhir) (HR Abu Dawud dan Attirmidzi)
“ Aku tidak makan sambil bersandar. Aku adalah seorang hamba, maka aku minum
seperti minumnya hamba dan makan pun seperti makannya seorang hamba”
Seperti apapun makanan yang didapat dan diperoleh apabila kita tidak menyukainya
sebaiknya jangan mencela makanan. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah
SAW
Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan; Jika ia suka dimakannya, jika tidak suka
ditinggalkannya (HR Al Bukhari dan Muslim)
Rasulullah jarang makan sendirian, beliau SAW selalu mengajak orang lain untuk makan
bersamanya oleh karena itu seorang muslim hendaknya mengajak orang lain untuk makan
misalhnya keluarganya. Makanan yang baik dalam islam adalah makanan yang banyak orang
memakannya sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut
Makanan dua orang cukup untuk tiga orang, makanan untuk tiga orang cukup untuk empat
orang (HR Al Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW melarang orang untuk meniup-niup minuman/makanan (HR Abu Dawud)
“Janganlah mengulurkan tangan pada suapan yang lain sebelum menelan suapan pertama”
9. Tidak menggunakan perkakas makan yang terbuat dari emas dan perak
Makan dengan perkakas emas dan perak adalah kebiasaan kaum kafir oleh karena itu Rasul
melarang umatnya untuk tidak menggunakan perkakas yang terbuat dari logam tersebut.
Rasulullah SAW melarang kami minum dan makan dengan perkakas makan dan minum dari
emas dan perak (Mutafaq ‘alaih)
Selain makan dengan perlahan Rasul pun menganjurkan untuk minum dengan benar yakni
tidak meminum air dalam gelas dengan sekali teguk dan juga tidak meminumnya langsung
dari teko, sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini
Jangan minum sekaligus, ambillah jeda (ambil nafas) dua sampai tiga kali . Rasulullah jika
minum bernafas sampai tiga kali (HR Al Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW melarang orang yang minum dengan membalik mulut kendi langsung ke
mulutnya (HR Al Bukhari dan Muslim)
Rasul menganjurkan kita untuk makan secukupnya dan senantiasa menghabiskan makanan
yang diambil untuk menghindari perilaku boros dan mubazir serta untuk mendapatkan berkat
dari makanan secara utuh. Rasulullah SAW bersabda
Kamu tidak mengetahui di bagian yang manakah makananmu yang berkat (HR Muslim)
Makanan yang kita dapatkan dan makan setiap hari adalah pemberian dan rezeki dari Allah
SWT oleh sebab itu setelah makan Rasul senantiasa mengucapkan syukur dengan membaca
hamdalah.
Sumber : https://dalamislam.com/makanan-dan-minuman/cara-makan-rasulullah
http://halalmui.org/images/stories/Fatwa/fatwa%20tentang%20produk%20pangan.pdf