PRAKTIKUM II
STANDARISASI MUTU SUSU DAN OLAHAN SUSU
OLEH:
NAMA : WAHDANIAH
NIM : 1011 19 1169
KELOMPOK : VII (TUJUH)
GELOMBANG : II (DUA)
WAKTU : SABTU, 16 OKTOBER 2021
ASISTEN : ANDI NURYANI SARNI
Latar Belakang
Susu segar adalah bahan pangan yang perisable (mudah rusak), karena
mempunyai kadar air tinggi sekitar 87 % - 90 % serta mempunyai nilai nutrisi yang
lengkap sehingga baik untuk konsumsi manusia, hewan dan mikroorganisme, oleh
secara fisik, kimia, dan mikrobiologis akan dapat dicegah dan sekaligus dapat
menambah nilai ekonomis dari produk tersebut dan selanjutnya supaya dapat
mempertahankan kualitasnya.
terkandung dalam susu sapi perah di Indonesia masih tergolong rendah. Produksi
dan kualitas susu yang ditentukan oleh kandungan lemak, protein dan laktosa yang
merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Susu juga mudah rusak
bila penanganannya kurang baik, sehingga mempunyai masa simpan relatif singkat.
Untuk menangani kelebihan produksi susu, langkah yang paling tepat adalah
mengenai Standarisasi Mutu Susu dan Produk Olahan Susu adalah untuk
membandingkan mutu susu dan produk olahan susu sesuai dengan standar nasional
mengenai Standarisasi Mutu Susu dan Produk Olahan Susu adalah untuk megetahui
cara mengidentifikasi standarisasi mutu susu dan produk olahan susu, dapat
membandingkan mutu susu dan produk olahan susu sesuai dengan standar nasional
Susu adalah makanan yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan
komposisinya yang ideal. Selain susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh
tubuh, semua zat makanan yang terkandung di dalam susu dapat diserap oleh darah
dan dimanfaatkan oleh tubuh. Sebagai bahan makanan yang bernilai gizi tinggi,
susu menjadi salah satu pilihan utama masyarakat untuk menjaga kesehatannya
Susu merupakan cairan yang berasal dari ambing ternak perah sehat dan
bersih. Diperoleh dengan cara pemerahan yang benar sesuai ketentuan yang
berlaku. Kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan
Peternak berusaha terus meningkatkan dan menjaga kualitas dan kesegaran susu
agar dapat diterima di Industri Pengolahan Susu (IPS) dan dikonsumsi oleh
olahannya saja, namun sejak dari proses pemerahan, distribusi, sampai produk
olahannya. Pemerintah telah menetapkan suatu standar mutu dalam bentuk SNI
untuk susu dan produk olahannya. Hal ini dalam rangka melindungi konsumen,
tentang Syarat Mutu Segar yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional
dalam negeri, meningkatkan posisi tawar peternak sapi perah nasional dan
Kualitas susu baik fisik maupun kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain yaitu pakan, sistem pemberian pakan, frekuensi pemerahan, metode
perah dapat ditempuh melalui perbaikan mutu genetik dan perbaikan manajemen
mensuplai kebutuhan pakan sapi perah sejak awal laktasi (Julianti dkk., 2019)
susu yang diproduksi dapat dimanfaatkan seutuhnya tanpa ada yang mengalami
ini disebabkan peternak mengalami keterbatasan dalam uji kualitas hasil susunya
perah, bukan kualitasnya. Uji kualitas yang belum maksimal dilakukan ini
alat uji kualitas yang dimiliki (Julianti dkk., 2019). Hal ini disebabkan karena sistem
yang berkualitas hal ini mempengaruhi produksi susu yang relatif masih terbatas
air, air beras; 2) kondisi susu misalnya susu kotor, berbau busuk atau berbau obat-
susu dengan kualitas yang baik, juga untuk memberikan peluang bagi
Susu segar menurut SNI 3141-01 :2011 (BSN, 2011) adalah cairan yang
berasal dari ambing sapi yang sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara
pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah
dugaan pemalsuan susu segar. Pengujian kesegaran susu yang dilakukan adalah
Syarat susu segar menurut SNI SNI 3141-01 :2011 adalah hasil uji alkohol
dan uji didih negatif, serta rentang pH berkisar 6.30 - 6.80. Kualitas susu
merupakan hal yang sangat penting dalam rangka penyediaan susu dan hasil
susu, diantaranya faktor kebersihan lingkungan, dan faktor ini baik secara
dihasilkan.
dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Oktober 2021 pukul 13.00 sampai selesai di
Hasanuddin di Makassar,
Materi
Prosesdur Kerja
penampakan, bau, rasa dan homogenitas dengan dengan klasifikasi normal atau
terlebih dahulu membuat uji scoring yang dipandu oleh asisten. Setelah itu mengisi
Tingkatan Mutu
Faktor
I II III
Sampel 1:
• Penampakan ✓
• Bau ✓
• Rasa ✓
• Homogenitas ✓
•
Sampel 2:
• Penampakan
✓
• Bau ✓
• Rasa ✓
• Homogenitas ✓
Berdasarkan Tabel 2 hasil pengamatan tingkat mutu telur, pada sampel 1 dan
2 pada susu berperisa masuk kedalam tingkat mutu II karena pada syarat
penampakan susu berperisa terdapat sedikit noda, pada syarat bau susu tidak
berbau khas susu segar, pada syarat rasa tidak berasa khas susu melainkan perisa
pada susu lebih dominan sedangkan pada syarat homogenitas tidak tercampur
kriteria 1) inderawi, antara lain: bau, rasa, kenampakan, warna; 2) fisikawi, yaitu
bentuk, ukuran, kotoran; 3) kimiawi, antara lain: pH, kadar nutrisi atau senyawa
kimia; dan 4) mikrobiawi, antara lain: jumlah kapang/jamur, yeast, bakteri yang
ditetapkan dengan tujuan sebagai acuan untuk menjaga keamanan dan konsistensi
Kualitas susu yang rendah dapat berpengaruh terhadap harga susu yang
diterima oleh peternak. Semakin baik kualitas susu yang dihasilkan, harga yang
diberikan kepada peternakan akan semakin baik. Sebaliknya kualitas susu yang
jelek akan berimbas kepada penolakan susu. Selain itu kualitas susu yang rendah
berpengaruh terhadap hasil olahan susu yang akan dihasilkan (Tefa dkk., 2019).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pengujian dua sampel susu berperisa disimpulkan bahwa susu
kondisi penampakan susu berperisa terdapat sedikit noda, pada syarat bau susu
tidak berbau khas susu segar, pada syarat rasa tidak berasa khas susu melainkan
perisa pada susu lebih dominan sedangkan pada syarat homogenitas tidak
tercampur secara merata dikarenakan tekstur air dan susu masih terlihat.
Saran
Kesehatan secara ketat seperti menyiapkan tempat cuci tangan pada setiap ruangan
Julianti, D. Z., Pramono, S. N. W., & Tifani, T. K. (2019, April). Metode Fault Tree
Analysis Dan Barrier Analysis Untuk Membangun Daya Saing Produk Susu
Sapi Melalui Peningkatan Capaian Persyaratan Mutu Sni 3141.1: 2011.
In Prosiding Seminar Nasional Pakar (pp. 1-50).
Meutia, N. (2016). Residu antibiotika dalam air susu segar yang berasal dari
peternakan di wilayah Aceh Besar. Jurnal Ilmu Ternak Universitas
Padjadjaran, 16(1).
Purbasari, A., & Abduh, S. B. M. (2013). Nilai pH, kekentalan, citarasa, dan
kesukaan pada susu fermentasi dengan perisa alami jambu air (Syzygium
Sp). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 3(4).
Tefa, M. M., Sio, S., & Purwantiningsih, T. I. (2019). Uji Kualitas Fisik Susu Sapi
Friesh Holland (Studi Kasus Peternakan Claretian Novisiat Benlutu
Kabupaten TTS). JAS, 4(3), 37-39.
LAMPIRAN