Anda di halaman 1dari 16

MODUL 6

PENGOLAHAN PAKAN
SECARA BIOLOGIS

1. Pendahuluan
Modul 4 ini akan menyajikan tentang pengolahan pakan secara biologis
terhadap bahan limbah atau bahan yang mengandung lignoselulosa tinggi maupun
bahan lain untuk dijadikan pakan. Setelah anda mendapat pengetahuan tentang
jenis pengolahan lain yakni secara fisik dan kimia, disini, Anda akan mendapat
pengetahuan tentang aspek teori dalam pengolahan biologis itu sendiri, jenis-jenis
mikroba yang biasa digunakan dalam proses ini, serta cara pengolahan. Dengan
demikian anda akan memiliki wawasan yang cukup dalam memahami pengolahan
pakan secara biologis, proses kerja mikroba, serta mikroba yang terlibat dalam
proses tersebut.
Setelah mempelajari Modul ini diharapkan saudara akan dapat
menjelaskan tentang: pengertian biokonversi, tujuan pengolahan, proses degradasi
serat oleh mikroba, jenis pengolahan biologis.
Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari modul ini,
diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian biokonversi;
2. Menjelaskan jenis pengolahan pakan secara biologis yang sesuai untuk
kelompok ternak ruminansia dan non ruminansia;
3. Menyebut beberapa jenis mikroba yang umum digunakan dalam pengolahan
biologis;
4. Menjelaskan proses perombakan serat oleh mikroba selama proses
pengolahan berlangsung;
5. Menjelaskan proses fermentasi serta persyaratan medium yang digunakan.

Untuk mencapai kompetensi tersebut maka mahsiswa dapat mengikuti


petunjuk pembelajaran berikut pertama baca dengan saksama dan sistimatis setiap
bagian modul ini mulai dari pendahuluan. Selanjutnya carilah pengertian dari
istilah-istilah yang kurang anda pahami pada kamus ilmiah atau lainnya. Catat
konsep-konsep yang belum anda mengerti sebagai bahan diskusi dengan teman-

Pengolahan Pakan Secara Biologis 101


teman atau pengajar pada saat mengikuti tatap muka di kelas. Lakukan setiap
kegiatan yang ada pada modul ini dengan sebaik-baiknya. Berlakulah jujur pada
diri sendiri, karena kejujuran merupakan kunci sukses utamanya dalam belajar
mandiri.

2. Materi
2.1. Agroindustri dan Limbah Berserat
Perkembangan suatu bangsa ditandai oleh semakin tumbuhnya industri.
Sebagai Negara berkembang, Indonesia secara intensif melakukan pembangunan
diberbagai bidang dengan titik berat pada awal pembangunan diletakan pada
bidang pertanian dengan industri pendukungnya. Pesatnya perkembangan
penduduk dan menyebabkan meningkatnya kebutuhan pangan berkualitas maka
intensifikasi dan diversifikasi produk pertanian menjadi keharusan.
Peningkatan laju pertumbuhan industri hasil pertanian perlu diikuti oleh
perencanaan dan pengolahan yang mantap dan terkoordinasi karena dampak
ikutan dari kegiatan tersebut adalah menghasilkan limbah (hasil ikutan) yang
banyak. Limbah merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan bahkan
dapat dikatakan sebagai suatu pemborosan jika masih dapat dimanfaatkan melalui
proses lebih lanjut. Pemanfaatan hasil ikutan ini, selain bernilai ekonomis juga
merupakan alternatif cara penanggulangan limbah di daerah industri tersebut.
Hasil intensifikasi tanaman pangan tidak hanya meningkatkan hasil panen
pangan saja malainkan juga turut menghasilkan limbah pertanian berlimpah yang
dapat, dimanfaatkan sebagai pakan terutama ruminan. Selain limbah, bahan-bahan
lain, singkong, putak dan lainnya, juga dapat ditingkatkan kualitas nutrisinya agar
lebih layak digunakan sebagai pakan berkualitas. Dengan demikian integrasi
antara tanaman dan ternak merupakan suatu alternatif penting dalam menjamin
pangan berkualitas bagi manusia serta peningkatan produktivitas ternak.
Bahan limbah tersebut dikenal sebagai bahan lignoselulosik karena
merupakan produk akhir dari suatu tanaman. Dalam penggunaannya bahan
demikian mempunyai hambatan–hambatan seperti: 1) dinding sel terselimuti oleh
kompleks/kristal silika; dan 2) proses lignifikasi telah lanjut dan struktur
selulosanya sudah berbentuk kristal tidak lagi amorf. Adanya keterbatasan
tersebut, telah mengakibatkan mikroorganisme dalam retikulorumen dan enzim-

Pengolahan Pakan Secara Biologis 102


enzim pencernaan pasca rumen sulit mencerna bahan tersebut. Untuk mengatasi
hal tersebut perlu dilakukan pengolahan yang sesuai sehingga bahan
lignoselulosik mempunyai kualitas yang memadai sebagai pakan pengganti
hijauan dan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan ternak.
Tingginya limbah hasil intensifikasi produk pertanian serta sumber-
sumber pakan inkonvensional semisal putak, rumput kume (Sorghum plumosum
var Timorense) dan lain-lain, meski berkualitas rendah dapat menjadi solusi
terhadap masalah kekurangan pakan. Penggunaan teknologi yang murah dan
sederhana serta ramah lingkungan seperti Biokonversi dapat menjadi salah satu
alternatif mengatasi keterbatasan penggunaan limbah lignoselulosik sebagai
pakan
Potensi Agroindustri seperti, bungkil kelapa dari industri minyak, onggok
dari industri tepung tapioka, hasil sisa (ampas) pembuataan tepung sagu dan lain-
lain, termasuk pakan lokal masyarakat NTT khususnya P. Timor yakni putak yang
diperoleh dari isi batang pohon gewang (Corypha elata robx), merupakan sumber
pakan yang sangat mungkin ditingkatkan kualitasnya melalui proses biokonversi,
dan digunakan sebagai pakan konsentrat guna menunjang produktifitas ternak.
Pada Modul-modul sebelumnya pasti saudara telah mengetahui jenis
pengolahan lainnya sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Oleh karena itu dalam
modul ini tidak lagi dibahas tentang pengolahan secara fisik dan kimia, tetapi
selanjutnya hanya dibahas pengolahan secara biologis saja.

2.2. Pengolahan Biologi (Biokonversi)


Pengolahan secara biologis terhadap bahan yang mengandung
lignoselulosa tinggi dapat dengan cara silase atau dengan menggunakan
Fungi/cendawan. Pembuatan silase (ensilase) merupakan proses fermentasi
dengan menggunakan mikroorganisme aerob dan anaerob. Teknologi ensilase
tidak dibahas lebih lanjut karena akan dibahas dalam modul tersendiri.
Pengolahan biologi yang umum dikenal sebagai teknologi fermentasi
bertujuan meningkatkan kualitas suatu bahan sebagai pangan maupun pakan telah
lama dikenal dan dilakukan. Oleh karena setiap proses fermentasi
mendayagunakan aktivitas metabolisme suatu mikroba tertentu atau campuran
dari beberapa spesies mikroba, biasanya teknologi ini disebut sebagai Biokonversi.

Pengolahan Pakan Secara Biologis 103


Biokonversi disebut juga transformasi microbial, adalah proses yang
dilakukan oleh mikroorganisme untuk mengubah suatu senyawa menjadi suatu
produk yang mempunyai struktur kimiawi yang berhubungan, atau dapat juga
memiliki pengertian, merupakan proses-proses yang dilakukan mikroorganisme
dalam mengubah/mengkonversi suatu bahan organik menjadi produk lain yang
berguna serta memiliki nilai tambah dengan memanfaatkan peristiwa biologis dari
mikroorganisme atau enzim. Proses tersebut adalah proses fermentasi (seperti
pembuatan tempe, minuman keras lokal = laru, moke, dll). Bidang tersebut,
beberapa tahun terakhir, telah menjadi objek penelitian yang sangat menarik bagi
banyak pakar dengan latar belakang ilmu yang bervariasi. Hal ini dibuktikan dari
banyaknya hasil-hasil penelitian dengan memanfaatkan mikroba yang dilakukan
pada aras lokal, nasional maupun internasional dengan produk yang dihasilkanpun
beragam, semisal menghasilkan sumber energi alternatif pengganti energi fosil
hingga pangan atau pakan berkualitas.
Teknologi fermentasi merupakan teknologi yang murah dan aman dalam
menjawab masalah keterbatasan nutrisi terutama protein bahan berkualitas rendah
dan telah banyak dilakukan baik dalam penelitian maupun di masyarakat terutama
menggunakan kultur tunggal. Sedangkan kultur campuran yang juga dapat
memberi hasil yang lebih baik karena dapat memaksimumkan peran masing-
masing mikroba dalam proses fermentasi guna mendapatkan hasil yang lebih baik
dan waktu yang singkat.
Keuntungan penggunaan mikroorganisme dalam mencerna pakan terutama
substrat berserat adalah tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dibanding
penggunaan bahan kimia atau perlakuan lainnya. Selain itu secara ekonomis lebih
murah dan penanganan lebih mudah. keuntungan pengolahan dengan cara
fermentasi yaitu memperbanyak jumlah mikroorganisme dan menggiatkan
metabolisme di dalam substrat sehingga substrat mempunyai nilai gizi lebih tinggi
daripada asal.

Pengolahan Pakan Secara Biologis 104


2.3. Fermentasi dan Medium Fermentasi
Fermentasi merupakan aktifitas mikroorganisme untuk memperoleh energi
yang dibutuhkan dalam metabolisme dan pertumbuhannya melalui pemecahan
atau katabolisme terhadap senyawa-senyawa organik secara aerob dan anaerob,
dimana enzim dari mikroorganisme menstimulasi reaksi oksidase, reduksi,
hidrolisis dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu
substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu.
Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktifitas mikroba penyebab
fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermenasi dapat
menyebabkan perubahan sifat bahan sebagai akibat dari pemecahan kandungan
bahan tersebut. Hasil fermentasi terutama tergantung pada jenis substrat, macam
mikroba dan kondisi sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan
metabolisme mikroba tersebut. Pemilihan jenis mikroba dalam proses fermentasi
merupakan salah satu unsur penentu terhadap berhasil atau tidaknya proses
fermentasi bersangkutan.
Proses fermentasi akan terjadi apabila terdapat aktifitas enzim. Dalam
proses fermentasi, peranan substrat yang digunakan sangat besar. Faktor yang ikut
mempengaruhi pemilihan substrat untuk fermentasi adalah ketersediaan, sifat
fermentasi dan harga substrat. Selain itu senyawa-senyawa sumber karbon dan
nitrogen merupakan komponen paling penting dalam medium fermentasi, karena
sel-sel mikroba dan berbagai produk fermentasi sebagian besar terdiri dari unsur-
unsur karbon dan nitrogen.
Dalam pertumbuhannya, mikroorganisme membutuhkan zat-zat untuk
sintesa komponen sel dan menghasilkan energi untuk menghasilkan ATP yang
berasal dari karbohidrat dan atau protein. Penambahan bahan-bahan sumber
nutrien ke dalam media fermentasi dapat menyokong dan merangsang
pertumbuhan mikroorganisme. Nitrogen mempunyai fungsi fisiologis bagi
mikroorganisme yaitu merupakan bagian dari protein, asam nukleat dan koenzim,
sedangkan karbon merupakan bagian dari senyawa organik sel.
Laju pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh konsentrasi
komponen-komponen penyusun media pertumbuhannya. Karbon adalah elemen
terbanyak dalam sel mikroorganisme meliputi kira-kira 50% dari biomassanya,

Pengolahan Pakan Secara Biologis 105


karena itu sumber karbon merupakan bahan terbesar yang harus tersedia dalam
media karena merupakan sumber nutrien utama dalam pertumbuhan mikroba.
Konsentrasi sumber nutrien juga mempunyai batas maksimum, garam
ammonium dan nitrat mulai menimbulkan penghambatan pada konsentrasi lima
gram per liter dan garam phospat pada 10 gram per liter. Oleh karena itu
disarankan agar penambahan nutrien ke dalam substrat dilakukan pada range yang
sesuai antara unsur karbon dan nitrogen. Dalam hubungan dengan peningkatan
kadar protein substrat (PST), tergantung kepada jenis mikroba, dimana ratio C
terhadap N (C:N ratio) dapat berkisar antara 20:1 tetapi ratio C:N yang paling
sering digunakan adalah antara 5:1 hingga 15:1.
Efisiensi penggunaan sumber karbon seperti karbohidrat dalam fermentasi
dapat bertambah bila dilakukan pemanasan terhadap bahan. Pemanasan dapat
merubah bentuk fisik bahan padat dan kering menjadi lebih lunak serta
meningkatkan kadar air bahan. Disamping itu pemanasan juga mengakibatkan
terjadi gelatinisasi terutama pada karbohidrat dan menyebabkan pati menjadi lebih
mudah dihidrolisis sehingga proses pertumbuhan mikroorganisme yang
diinokulasikan menjadi lebih baik.
Pakan maupun pangan produk fermentasi biasanya memiliki nilai nutrisi
yang lebih tinggi dibanding bahan makanan asalnya. Hal ini disebabkan mikroba
telah memecah komponen kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana
sehingga lebih mudah dicerna. Pada proses fermentasi akan terjadi perubahan-
perubahan terhadap komposisi kimia antara lain kandungan lemak, karbohidrat,
asam amino, mineral dan vitamin sebagai akibat dari aktifitas dan perkembang
biakan mikroorganisme selama fermentasi berlangsung.
Menurut jenis mediumnya proses fermentasi dibagi menjadi dua macam
yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium
padat adalah suatu jenis fermentasi yang menyerupai habitat alami dimana terjadi
degradasi komponen kimia padat oleh mikrob dalam media yang cukup
mengandung air tanpa ada air bebas dalam sistem fermentasi tersebut. Sedangkan,
fermentasi media cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau
tersuspensi di dalam fase cair.

Pengolahan Pakan Secara Biologis 106


Fermentasi medium padat didasarkan pada pembentukan ekosistem untuk
pertumbuhan mikroba yang diinokulasikan. Sifat porositas medium merupakan
faktor penting dalam menunjang pertumbuhan mikroba yang ditumbuhkan.
Medium dengan porositas yang baik akan memungkinkan penetrasi udara ke
dalam bagian medium sehingga pertumbuhan dapat terjadi di seluruh bagian
medium.
Fermentasi media padat memiliki beberapa keuntungan seperti:
a). menggunakan substrat tunggal seperti biji-bijian utuh atau limbah padat yang
mengandung karbohidrat, protein dan lain-lain dan hanya ditambahkan air;
b). kepekatan produk yang dihasilkan lebih tinggi; c) pertumbuhan kapang
menyerupai habitatnya di alam; d) tidak diperlukan kontrol pH dan suhu yang
teliti. Kelemahan jenis fermentasi ini adalah terbatasnya jenis mikrob yang dapat
digunakan, kebutuhan inokulum cukup besar serta agak sulit dalam pengaturan
kadar air, pH, dan lainnya.
Beberapa keuntungan fermentasi medium padat dibanding medium cair
adalah penggunaan substrat alami yang sifatnya tunggal, persiapan inokulum lebih
sederhana, dapat menghasilkan produk dengan kepekatan yang lebih tinggi,
kontrol terhadap kontaminan lebih mudah, kondisi inkubasi hampir menyerupai
kondisi alami sehingga tidak memerlukan kontrol suhu dan pH yang teliti dan
aerasi dapat berlangsung lebih optimum karena ruang lebih besar, fermentasi
media padat memiliki produktivitas yang tinggi serta hasil yang sama dapat
terulang pada kondisi yang sama.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses fermentasi
medium padat adalah: 1) sifat medium, terutama yang berhubungan dengan
derajat kristalisasi dan polimerisasi 2). sifat organisme, karena masing-masing
mikroba memiliki kemampuan yang berbeda dalam memecahkan komponen
medium untuk keperluan metabolisme 3). kinetika metabolisme dan enzim, karena
pada umumnya produksi enzim pada medium padat bersifat non konstitutif
sehingga represi katabolik dan penghambatan oleh produk akhir menjadi aspek
yang sangat penting dalam menguraikan medium.
Proses fermentasi medium padat dapat dikatakan sebagai proses
pengkayaan protein (protein enrichment) bahan dengan menggunakan

Pengolahan Pakan Secara Biologis 107


mikroorganisme tertentu. Proses pengkayaan protein identik dengan pembuatan
protein sel tunggal akan tetapi pada pengkayaan tidak dilakukan pemisahan sel
mikrob dari substrat. Secara umum medium fermentasi menyediakan semua
nutrien yang dibutuhkan mikroba untuk memperoleh energi, pertumbuhan, bahan
pembentuk sel dan biosintesa produk-produk metabolisme, tergantung kepada
jenis mikroba dan produk yang akan dihasilkan maka setiap fermentasi
memerlukan medium yang juga tertentu.
Produk fermentasi dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu sel
mikrobia/biomassa sel, senyawa molekul besar/enzim, metabolit primer (asam
amino, nukleatida, vitamin dan asam organik) dan metabolit sekunder (antibiotik,
toksin,alkoloid dan hormon tanaman). Sel mikroba secara komersil dapat
berfungsi sebagai: 1). makanan ternak atau yang dikenal sebagai protein sel
tunggal (PST); 2). sebagai alat konversi, proses yang dapat mengubah suatu
senyawa menjadi senyawa lain oleh enzim yang dihasilkan oleh sel tersebut.

2.4. Tujuan Pengolahan


Pengolahan secara biologis terhadap bahan berserat bertujuan mengubah
struktur fisik bahan, meningkatkan nilai gizi bahan berkualitas rendah, untuk
pengawetan dan untuk mengurangi kandungan antinutrisi dalam bahan. Perubahan
perubahan tersebut terjadi oleh kerja enzim yang dihasilkan mikroba selama
proses fisiologisnya sekaligus memperkaya bahan dengan mikroorganisme yang
tumbuh dalamnya.
Pengolahan biologis memungkinkan meningkatnya kadar nutrient
utamanya protein bahan. Dalam memenuhi kebutuhan nutriennya mikrobaa
merombak media tumbuhnya. Semakin banyak proses perombakan terjadi
berkorelasi dengan jumlah mikroba yang juga tinggi dalam media tumbuh.
Mikroba merupakan sumber protein berkualitas bagi ternak yang mengkonsumsi
hasil olahan.
Selama proses fermentasi berlangsung, mikroba memroduksi enzim untuk
proses mendapatkan nutrient dari media tempat tumbuhnya, enzim ini akan
memecah atau mengurangi keeratan ikatan antar serat pakan, akibatnya struktur
jaringan bahan media menjadi lunak dan rapuh sehingga permukaan menjadi lebih
luas. Didalam rumen, permukaan yang luas memungkinkan kontak enzim selulase

Pengolahan Pakan Secara Biologis 108


semakin besar. Hal inilah yang dapat diterangkan dari meningkatnya kecernaan
pakan serat akibat pengolahan secara biologis. Selain itu enzim mikroba juga
dapat merusak molekul antinutrisi yang mungkin ada dalam pakan sehingga lebih
banyak pakan yang dapat digunakan.
Contoh fungsi pengawetan dari pengolahan biologis dapat diterangkan
oleh proses ensilase, dimana pada keadaan aerob terjadi pelepasan CO2, air dan
panas. Mikroorganisme aerob seperti kapang, jamur akan mati bila persediaan
oksigen (O2) habis digunakan. Tahap berikutnya akan mucul mikroorganisme
anaerob yang akan merombak karbohidrat menjadi alcohol, asam organic, air dan
panas dan pada saat yang bersamaan terjadi juga proses proteolitik
Dengan demikian melalui pengolahan secara biologis akan dapat
dihasilkan biomasa dengan kualitas bahan yang lebih baik (protein meningkat),
meningkatkan daya guna pakan (kecernaan meningkat), yang pada akhirnya
adalah menjamin ketersediaan pakan melalui pemanfaatan sumber-sumber pakan
asal limbah pertanian (jerami padi, jagung dll), perkebunan (sabuk kelapa, kulit
buah coklat, kulit buah jambu mete dll) dan agroindustri (limbah rumah potong
hewan, limbah perikanan dll).
Komponen lignoselulosa terdiri dari 3 bagian yakni selulosa, hemiselulosa
dan lignin, yang dapat dimanfaatkan oleh ternak adalah selulosa dan hemiselulosa,
sedangkan lignin lebih sulit. Bahan lignoselulosik merupakan media tumbuh
yang baik bagi mikroba saprofitik. Kandungan selulosa yang tinggi
memungkinkan dihasilkannya sumber karbon bagi pertumbuhan mikroba tersebut
melalui proses biokonversi. Mikroba menggunakan selulosa sebagai sumber
energi dan karbon. Melalui proses bioteknologi (pengolahan dengan
mikroorganisme atau enzim), bahan tersebut dapat dikonversi menjadi berbagai
produk seperti tergambar dalam Gambar. 1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
dunia peternakan mendapat sumbangan dari proses biokonversi bahan
lignoselulosik. Sumbangan tersebut akan sangat terasa manfaatnya ketika
digunakan ketika ketersediaan pakan konvensional sangat minim.

2.5. Mikroorganisme dalam Pengolahan Biologi


Dalam bioteknologi pakan, kapang atau jamur banyak digunakan karena
mampu menghasilkan enzim selulase, amylase, protease, serta menghasilkan

Pengolahan Pakan Secara Biologis 109


protein sel tunggal. Kapang bersifat filamentus karena dapat membentuk filament
(benang-benang), dimana terdapat bagian-bagian berupa miselium dan spora.
Kapang merupakan organism heterotrofik yang membutuhkan senyawa organic
sebagai nutrisinya dimana, jika hidup dari bahan organic mati yang terlarut, maka
spesiesnya disebut saprofit (saprofitik), sedangkan jika hidupnya menumpang
pada inang yang hidup maka disebut parasit (patogenik). Kapang hanya dapat
tumbuh dalam keadaan aerobic sehingga seringkali disebut sebagai
mikroorganisme aerobic sejati.

Bahan
Lignoselulosa

Hidrolisis dengan Hidrolisis dengan Fermentasi


asam enzim Mikroba

Total Total Sebagian

Glukosa Pakan Ternak Anaerob Aerob

Fermentasi

Anaerob Aerob

Etanol PST* Etanol Asam Aseton PST*

*PST= Protein Sel Tunggal

Gambar 1. Penggunaan Bahan Lignoselulosik di dalam Proses Bioteknologi


(Enari,1983)

Pengolahan Pakan Secara Biologis 110


Mikroorganisme ideal dalam meningkatkan kualitas bahan berserat seperti
degradasi selulosa, hemiselulosa dan lignin. Sejumlah bakteri dan kapang mampu
menghidrolisis selulosa hingga pada tahap tertentu dan sedikit sekali yang mampu
mendegradasi lignin.
Mikroba yang biasanya dapat mendegradasi lignin adalah kapang tingkat
tinggi seperti Basidiomycetes, terdiri dari dua kelompok yaitu kapang pelapuk
putih (white-rot fungi) dan kapang pelapuk coklat (brown-rot fungi). Beberapa
mikroba yang sering digunakan adalah genus Volvariella (V. volvaceta, V.
esculenta dan V. displasia), genus Basidiomycetes, Trichoderma sp,Aspergiluu
sp, dan Pleurotus sp. dan lainya.
Trichoderma merupakan salah satu dari banyak kapang lain yang dapat
menghasilkan enzim selulase dan telah digunakan dalam penelitian degradasi
enzimatik bahan-bahan berselulosa menjadi glukosa. Trichoderma aktif dalam
proses dekomposisi selulosa. Bagian-bagian yang menjadi cirinya adalah
miselium berseptat, konidiofora bercabang banyak, membentuk konidia bulat atau
oval berwarna hijau terang dan membentuk bola-bola berlendir.
Spesies Trichoderma yang sering digunakan dalam pengolahan adalah
T.reesei dan T. viride. Kapang-kapang ini telah lama dikenal sebagai mikroba
selulolitik yang potensial dalam memecah selulosa bentuk kristalin dan amorf.
Pada sistem selulase, enzim selulase yang dihasilkan genus Trichoderma adalah
endoglukanase, eksoglukanase atau selobiohidrolase serta sedikit selobiase atau β-
glukosidase.
Aspergillus niger merupakan kapang yang sangat popular dalam
pengolahan. karena kapang ini merupakan jenis kapang yang menghasilkan
banyak macam enzim ekstraseluler, seperti α-amilase, glukoamilase, α- dan β-
glukosidase serta selulase A.niger memproduksi enzim pendegradasi pati yang
akan memecah pati menjadi glukosa yang selanjutnya digunakan sebagai sumber
karbon oleh kapang selama proses fermentasi. A. niger juga merupakan kapang
aerobik yang dapat menghasilkan enzim selulase untuk membantu pencernaan dan
memperbaiki efisiensi penggunaan pakan. Dalam kaitannya dengan enzim
selulase, genus Trichoderma memproduksi enzim selobiohidrolase merupakan
komponen terbanyak, sedangkan pada enzim selulase dari genus Aspergillus,

Pengolahan Pakan Secara Biologis 111


komponen terbanyak adalah enzim β-glukosidase. Enzim ini berperan dalam
hirolisis selobiose menjadi glukosa.
Dalam fermentasi yang bertujuan menghasilkan protein sel tunggal, maka
penggunaan bahan yang mengandung pati adalah yang terbaik. Sedangkan
A.niger merupakan kapang yang paling sering dipilih dalam fermentasi karena
kemampuannya yang baik dalam biokonversi pati menjadi protein.

2.6. Proses Degradasi Serat


Degradasi selulosa oleh mikroba (fungi) merupakan kerja sekelompok
enzim yang bekerja secara sinergis, yang melibatkan tiga (3) macam enzim yang
biasa dikenal sebagai kelompok enzim Selulase, yakni :
1. Endoglucanases atau 1,4-β-D-glucan-4-glucanohydrolases (EC.3.2.1.4)
2. Exoglucanases terdiri dari 2,4-β-D-glucan glucanohydrolases atau
cellodextinases (EC.3.2.1.74) dan 1,4-β-D-glucan cellobiohydrolases atau
cellobiohydrolases (EC.3.2.1.91)
3. β-glucosidases atau β-glucosida glucohydrolases (EC.3.2.1.21).

Enzim Endoglucanases menghidrolisis secara acak bagian amorf, yakni


ikatan 1,4-β-glikosida, selodextrin, serta memecah kristal selulosa, tetapi enzim
ini tidak memecah selobiosa. Selanjutnya 1,4-β-D-glucan cellobiohydrolases akan
menghidrolisis selodekstrin, menyerang selulosa dan ujung rantai selulosa non
pereduksi sehingga menghasilkan selobiosa, enzim ini juga tidak mampu
menyerang selobiosa. Enzim ketiga dalam sistim Selulase adalah β-glucosidases,
berperan dalam menghidrolisis selobiosa dan selo-oligosakarida menjadi glucose,
namun enzim ini tidak menyerang selulosa atau selodekstrin.

2.7. Rangkuman
Pengolahan pakan secara biologi merupakan cara pengolahan pakan yang
menggunakan mikororganisme sebagai fermentor melalui proses fermentasi.
Tujuan pengolahan adalah mendapatkan pakan baru yang lebih baik kualitas dari
aslinya. Mikroorganisme yang umum digunakan adalah kapang aerobic.
Pemilihan jenis mikroba ditentukan oleh jenis bahan yang akan di olah. Unsur
utama yang sangat dibutuhkan mikroba agar dapat bertumbuh dan berkembang

Pengolahan Pakan Secara Biologis 112


adalah nitrogen dan Karbon disamping unsur-unsur lainnya, dan unsur-unsur
tersebut harus tersedia dalam medium.

3. Penutup
3.1. Tes Formatif
Petunjuk: Untuk menjawab soal no 1 - 10, pilihlah:
A. Jika jawaban (a) dan (b) benar
B. Jika jawaban (a) dan (c) benar
C. Jika jawaban (b) dan (c) benar
D. Jika jawaban (a), (b) dan (c) benar

1. Biokonversi adalah:
a. Proses yang dilakukan oleh mikroorganisme untuk mengubah suatu
senyawa menjadi suatu produk yang mempunyai struktur kimiawi yang
berhubungan
b. Proses-proses yang dilakukan mikroorganisme dalam
mengubah/mengkonversi suatu bahan organik menjadi produk lain yang
berguna serta memiliki nilai tambah
c. Proses-proses yang memanfaatkan peristiwa biologis dari
mikroorganisme atau enzim.
2. Ada 2 macam unsur yang paling berperan dalam medium fermentasi yaitu:
a. senyawa-senyawa sumber karbon dan nitrogen
b. zat-zat untuk sintesa komponen sel dan menghasilkan energi
c. Kedua senyawa tersebut berperan dalam proses respirasi mikroba.
3. Kedua senyawa pada no 2 diatas berfungsi sebagai:
a. Sangat penting dalam menghasilkan enzim
b. Nitrogen mempunyai fungsi fisiologis bagi mikroorganisme yaitu
merupakan bagian dari protein, asam nukleat dan koenzim
c. Karbon merupakan bagian dari senyawa organik sel
4. Pakan produk fermentasi biasanya memiliki nilai nutrisi yang lebih tinggi
dibanding bahan makanan asalnya, karena:
a. Mikroba telah memecah komponen kompleks menjadi zat-zat yang lebih
sederhana sehingga lebih mudah dicerna

Pengolahan Pakan Secara Biologis 113


b. Terjadi perubahan-perubahan terhadap komposisi kimia
c. Kedua proses diatas terjadi karena aktifitas dan perkembang biakan
mikroorganisme selama fermentasi berlangsung.
5. a. Fermentasi medium padat adalah suatu jenis fermentasi yang menyerupai
habitat alami dimana media mengandung cukup air tanpa ada air bebas
b. Medium dengan porositas yang baik akan memungkinkan penetrasi udara
ke dalam bagian medium sehingga pertumbuhan dapat terjadi di seluruh
bagian medium.
c. Fermentasi media cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut
atau tersuspensi di dalam fase cair.
6. Komponen lignoselulosa yang dapat digunakan oleh ternak ruminansia
dengan mudah adalah:
a. Selulosa
b. hemiselulosa
c. lignin
7. Pengolahan pakan sering menggunakan pola fermentasi media padat karena:
a. Mikroba yang digunakan umumnya kapang yang bersifat aerob
b. Medium padat memiliki porositas yang tinggi
c. Pada medium padat penetrasi oksigen kedalam medium yang cukup akan
menunjang pertumbuhan mikroba
8. Kapang yang mampu mendegradasi lignin adalah: Mampu mendegradasi
selulosa dan hemiselulosa adalah:
a. Basidiomycetes
b. White-rot fungi
c. Brown-rot fungi
9. Spesies kapang lain yang dapat digunakan dalam teknologi fermentasi
khususnya pada bahan bukan serat adalah:
a. Trichoderma sp
b. Aspergillus
c. Saccharomyces

Pengolahan Pakan Secara Biologis 114


10. Pada sistim enzim selulase ada beberapa enzim yang bekerja secara
sinergis dalam menghidrolisis selulosa, secara berturut-turut adalah:
a. Endoglucanases, Exoglucanases,dan β-glucosidases
b. lignases, cellodextinases dan cellobiohydrolases
c. Exoglucanases, Endoglucanases dan β-glucosidases

Cocokkanlah jawaban anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang ada
pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar selanjutnya
gunakanlah rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap
materi modul.

Jumlah perolehan nilai jawaban


Tingkat penguasaan = x 100%
Nilai total

Arti tingkat penguasaan : 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
≤ 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan ≥ 80% anda dapat meneruskan


dengan modul selanjutnya, jika dibawah 80% anda harus mengulangi materi
modul ini terutama bagian yang belum dikuasai.

3.2. Kunci Jawaban Tes Formatif


1. D. Karena jawaban (a) dan (b) sama sedang jawaban (c) pelengkap,
untuk melaksanakan fungsi (a) dan (b) mikroba menghasilkan enzim
2. A. Jawaban (c) salah, karena senyawa N untuk membentuk sel dan C
untuk energi bukan untuk respirasi
3. C. Jawaban (a) salah, karena enzim diproduksi oleh mikroba hidup
4. D. Jelas, lihat kembali pada bahasan tentang Fermentasi dan Medium
5. D. Semua pernyataan tersebut benar meski tidak saling berhubungan
6. A. Jawaban (c) salah, karena lignin sangat sulit didegradasi meskipun
oleh mikroba

Pengolahan Pakan Secara Biologis 115


7. D. karena media padat memungkinkan penetrasi O2 dengan baik dengan
demikian yang dapat tumbuh pada medium padat hanya mikroba
aerob saja.
8. D. jelas
9. A. yang ditanyakan adalah Kapang, jadi jawaban (a) dan (b) adalah
kapang, sedangkan (c) adalah khamir
10. .B. jawaban (b) salah karena lignase, meskipun termasuk enzim yang
penting dalam degradasi lignin tapi tidak bekerja sinergis dan
berturut-turut sebagaimana enzim selulase bekerja.

4. Daftar Pustaka

Hardjo S, Indrasti NS, Bantacut T. 1989. Biokonversi: Pemanfaatan Limbah


Industri Pertanian. Bahan Pengajaran. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor
Hilakore MA. 2010. Biokonversi Sumber Pakan Berkualitas Rendah untuk
Meningkatkan Ketersediaan Pakan dalam Mewujudkan Nusa Tenggara
Timur sebagai Provinsi Ternak. Materi Orasi Ilmiah dalam rangka
Wisuda Sarjana dan Magister, Universitas Nusa Cendana Periode I, 27
Pebruari 2010.
Murni R, Suparjo, Akhmal, Ginting BL. 2008. Metode Pengolahan Limbah
Pertanian untuk Pakan Ternak. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan
Limbah untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fapet Universitas
Jambi
Rachman A.1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Bahan Pengajaran.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian
Bogor. Bogor

Pengolahan Pakan Secara Biologis 116

Anda mungkin juga menyukai