PENDAHULUAN
1
II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Parry (1988) ayam broiler pertamakali diambil dari peternak dan
mengalami transportasi ke tempat prosesing untuk diproses menjadi karkas
kemudian baru dipasarkan. Secara garis besar prosesing ini meliputi
penyembelihan, scalding, pencabutan bulu, eviserasi, pendinginan, grading,
pengepakan, penyimpanan dan pemasaran (Gambar 1).
Suplai
Penyembelihan
Pencabutan bulu
2
Penyimpanan
Pemasaran
Gambar 1. Diagram prosesing ayam dari suplai sampai pemasaran (Parry, 1989)
Penyembelihan
Pada tempat prosesing ayam disembelih pada bagian leher dekat kepala
dengan memotong vena jugularis dan arteri karotid (Gambar 2) menggunakan
metode pemotongan yang religius (Parry, 1989).
Oeshopagus
Trakhea
3
Dalam agama Islam menyembelih disebut dzakah yang secara lutghoh
diartikan membaikkan (membaikkan dalam memakannya), secara syari’ah
(istilah) diartikan memotong bagian tertentu. Bagi negara yang mayoritas muslim
penyembelihan dengan metode Islam, yaitu dengan sistem dzabh dengan
memotong mari’ (kerongkongan), hulqum (jalan pernapasan) dan dua urat darah
leher (Nuhriawangsa, 1999).
Pemingsanan
Pada rumah pemotongan ayam biasanya dilakukan proses pemingsanan
sebelum penyembelihan dengan alat pemingsan elektronik (Mountney, 1976).
4
Pencelupan/Scalding
Pencabutan Bulu
Setelah proses scalding selesai dilanjutkan dengan pencabutan bulu.
Proses pencabutan bulu biasanya dilakukan dengan menggunakan mesin
pencabut bulu (Parry, 1989).
Mesin pencabut bulu ini terdiri dari dua buah silinder karet yang pada kedua
permukaannya terdapat duri-duri lunak yang terbuat dari karet. Kedua silinder
berputar dengan arah yang berlawanan, sehingga jika karkas unggas diletakkan di
dalamnya bulu-bulunya akan terkait dan tercabut dari permukaannya. Alat ini
biasanya hanya mampu mencabut bulu-bulu kasarnya saja, sehingga biasanya
dilakukan pencabutan pada pangkal bulu dan bulu-bulu halus (Hadiwiyoto, 1992).
5
Pada RPA sekala besar pencabutan bulu sisa ini dengan menggunakan
metode perendaman pada lilin (wax) cair. Lilin cair ditempatkan pada dua buah
tangki, tangki pertama dengan suhu 71oC dan kedua 53 sampai 59oC. Pertama
karkas unggas dicelup pada tangki pertama dengan waktu sekitar tiga detik,
didinginkan pada udara luar sehingga terbentuk lapisan tipis. Kemudian karkas
dicelupkan pada tangki kedua supaya terjadi lapisan lilin yang lebih tebal.
Pencelupan tersebut tidak dilakukan pada ujung kaki unggas. Setelah itu karkas
didinginkan dengan merendam pada air dingin atau menyemprot dengan air
dingin. Lapisan lilin kemudian dikelupas, sehingga bulu-bulu sisa yang
menempel pada lilin dapat terlepas. Pada proses ini diharapkan semua bulu dapat
dibersihkan. Setelah bulu habis biasanya dilakukan penyemprotan dengan air
bersih sehingga sisa-sisa bulu dan kotoran yang menempel pada kulit hilang
(Hadiwiyoto, 1992).
Pelayuan
Proses pelayuan bisa dilaksanakan setelah pencabutan bulu atau tanpa
pelayuan dilanjutkan ke eviserasi. Pelayuan pada unggas bertujuan untuk
meningkatkan kualitas daging supaya tidak alot, terutama dilaksanakan untuk
ternak unggas pada umur potong tua dan berjenis daging merah.
6
dengan naiknya berat karkas sampai 2% karena penyerapan air oleh karkas
(Hadiwiyoto, 1992).
Eviserasi
Setelah proses pencabutan bulu dilakukan eviserasi untuk mengeluarkan
organ dalam, juga dilakukan pemotongan kaki, kepala dan leher sehingga
diperoleh karkas. Organ dalam yang dikeluarkan adalah organ yang terletak pada
rongga dada dan perut. Organ visera yang layak untuk dimakan seperti giblet
(hati, empedal, jantung) serta leher dan kepala biasanya setelah dipotong atau
diambil akan dibersihkan sampai bersih dan dipak (Parry, 1989).
7
Pemotongan bagian ekor. Bagian ekor dihilangkan karena konsumen tidak
menyukai dengan danya kandungan lemak yang tinggi dan secara estetika jijik.
Pemotongan ekor dari arah punggung (Gambar 4) dengan menggunakan pisau
atau gunting yang tajam (Hadiwiyoto, 1992).
8
Gambar 6. Pembedahan bagian leher (Hadiwiyoto, 1992)
9
Pengambilan jerohan. Prosesing pengeluaran jerohan harus hati-hati agar
tidak terjadi luka pada usus yang dapat mengakibatkan pencemaran kotoran pada
karkas. Secara sederhana jerohan dapat diambil dengan cara memasukkan jari
tangan pada bekas pembedahan perut dan tangan yang lain memegang pada
bagian perut yang tidak dibedah (abdomen). Tiga jari tengah dimasukkan diantara
karkas dengan jerohan sampai bagian hati. Jari dibengkokkan dan bagian jerohan
ditarik keluar (Gambar 8). Bagian pangkal anus diikat dengan benang dan
dipotong mengelilingi lubang anus dan jerohan dapat ditarik sampai terlepas
(Hadiwiyoto, 1992).
10
2.2 Pendinginan/Chilling
11
USDA pada pengelompokan tersebut. Parameter-perameter yang digunakan
antara lain:
1. Kesehatan dan kekuatan, dengan melihat ciri-ciri ayam yang sehat (mata
cerah, gerak aktif, jengger bagus, bulu warna cemerlang dan bersih, vent
kering dan bersih, bentuk tubuh serasi).
2. Bulu dengan melihat cirri-ciri bulu bagus menyeliputi seluruh tubuh
dengan disertai bulu halus dan lembut dan bulu pada bagian punggung
dan kulit halus dan kuat.
3. Konformasi dengan melihat perdagingan pada bagian dada dan paha dan
lemak yang menyelimutinya dan sistem penulangannya seimbang.
4. Daging dengan melihat penyebaran daging pada bagian dada dan paha
yang banyak atau sedikit.
5. Lemak dengan melihat penyebaran lemak pada daging yang baik dan
sedikit pada kulit, punggung dan organ.
6. Kerusakan-kerusakan dengan melihat sayatan pada dada, defek-defek
bekas gigitan serangga atau penyakit, warna pada karkas, kerusakan
tulang dan daging dan memar pada kulit.
12
Tabel 1. Faktor yang digunakan untuk penilaian grade A, B dan C pada karkas ayam
Menutupi seluruh
Kondisis Bulu tubuh dengan bagus Bulu menutup
dan tampak seluruh tubuh agak Penutupan bulu
mengkilat atau baik plumage pada
bercahaya punggung kurang
Ramping lengkap
merata/teratur pada
bulu yang baru
tumbuh
Normal
Konformasi Hampir normal
Membentuk lekukan Tidak normal
Tulang Dada Agak bengkok
1/8 inchi
Bengkok
Normal
(pengecualian pada Agak bengkok
Punggung
garis lengkung Bengkok atau
punggung) bungkuk
Normal
13
Menyelimuti dengan
ba-ik, beberapa
Perlemakan lemak di bawah kulit Punggung dan paha
sebagian be-sar Sedikit penampakan gending kurang
menyelimuti karkas diseli-muti lemak,
le-mak pada dada sedikit le-mak
Ayam muda penye- dan kaki yang disekitar tempat a-
limutan lemak melindungi penam- kar bulu
sedang pilan permukaan
daging
Lemak abdominal
tidak berlebih Ayam betina
mempunyai lemak
abdominal yang
berlebih
Sedikit
14
2.4 Karkas dan Daging Ayam Broiler
Karkas ayam broiler adalah bagian tubuh ayam setelah disembelih, dicabut
bulu, dikeluarkan isi perut dan dibersihkan tanpa leher, kepala dan kaki atau
dengan kata lain karkas adalah berat hidup ayam dikurangi kepala, leher, darah,
bulu, kaki dan jeroan (Siregar et al., 1980).
Karkas ayam broiler terdiri dari beberapa bagian , yaitu: dua buah sayap,
satu bagian dada, satu bagian punggung dan dua bagian paha yang terdiri dari dua
bagian thigh dan dua bagian drum stick (Judge et al., 1989). Menurut Swatland
(1984) sayap (F) adalah bagian yang terdiri dari daging pada tulang radius, ulna
dan humerus dengan tulang-tulang tersebut. Dada (D) terdiri dari tulang-tulang
sternum dan daging yang melekat padanya. Paha (A) terdiri dari daging yang
melekat pada pelvis tanpa tulang pelvis ditambah daging dan tulang pada paha.
Thigh (C) terdiri dari daging yang melekat pada tulang femur sampai pertemuan
tulang femur dengan tulang tibia dengan tulangnya. Drumstick (B) terdiri dari
daging yang melekat pada tulang tibia dan tulang fibula pada paha dengan
tulangnya. Punggung (E) adalah bagian yang memanjang dari pangkal leher
15
sampai pada bagian pelvis dengan daging dan tulang yang ada padanya (Gambar
9).
Daging didefinisikan sebagai jaringan dari hewan baik yang berupa bagian
dari karkas, organ dan kelenjar dan semua produk hasil dari pengolahan jaringan
tersebut yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi
yang memakan (Judge et al., 1989). Daging sebagian besar tersusun atas otot,
16
selain itu juga terdapat jaringan ikat, epitel, syaraf, pembuluh darah, lemak
(Soeparno, 1992), ligamentum dan tendon (Romans dan Ziegler, 1974).
Daging dada (Gambar 10) merupakan otot yang terbesar pada karkas
dengan berat sekitar 8% dari berat tubuh, terdiri dari otot Pectoralis
superficialis dan supracoricoideus (Soeparno, 1992). Otot dada ini sering
digunakan untuk sampel guna menilai kualitas daging unggas secara keseluruhan
(Cahaner et al., 1986).
Otot paha gending terdiri dari otot sartorius (S) arah anterior, gracilis (G)
arah medial, vastus lateralis (VL), rectus femoris (RF), vastus intermedius (VI,
vastus medialis (VM, pectinus (P), biceps femoris (BF), semitendinosus (ST)
semimembranosus (SM) dan adductor (A) tampak pada gambar 11. Biceps
femoris adalah otot besar pada permukaan lateral dari paha dan mempunyai
lekukan memanjang yang membagi dua BF. Secara potongan melintan BF terbagi
menjadi dua dengan bagian kecil mempunyai warna lebih pucat. Bagian posterior
paha terdapat ST dan SM (letaknya medial terhadap ST). Letak P antarior
terhadap A pada bagian medial paha dekat tulang femur. SM, A dan P sukar
17
dipisahkan, karena ketiganya seolah-olah menjadi satu otot tunggal (Soeparno,
1992).
18
III
3.1 Alat
1. Baki
2. Pisau
3. Kompor
4. Panci
5. Ember Kantong Plastik
3.2 Bahan
1. Ayam
2. Air
19
IV
PROSEDUR KERJA
20
2. Mencubit kulit pada bagian perut, sambil di rasakan apakah
terdapat lemak atau tidak.
3. Menyesuaikan dengan standar.
4. Mencatat hasilnya pada lembar kerja.
6. Defect
1. Mengamati bagian- bagian persendian, lihat apakah ada yang leps
atau tidak.
2. Mengamati juga yang ada bagian dagingnya, apakah ada memar
atau tidak.
3. Melihat bagian kulit dada apakah terjadi penebalan atau tidak.
4. Melihat pula bagian shank dan telapak kaki apakah ada penebalan
atau tidak.
5. Menyesuaikan dengan standar penilaian
6. Mencatat hasilnya pada lembar kerja.
1. Conformation.
2. Fleshing
3. Fat
21
Pada kualitas A bagian dada , pinggul, punggung dan tulang capit, harus
tertutup oleh lemak secara baik , kecuali pada chicken broiler or fryer dan
young tom turkey mungkin hanya mempunyai perlemakan yag sedang . Hen ,
stewing chicken fowl, walaupun tertutup oleh lemak secara baik , tetapi bebas
dari penimbuna lemak abdominal yang berlebihan.
Irisan, sobekan, kulit yang lepas, patah tulang dan persendian lepas akan
menurunkan daya tarik karkas, sebagai tambahan kualitas akan menurun
karena adanya memar dan blood clots, yang mana sering terjadi bersanmaan
dengan patah tulang.
22
V
HASIL PENGAMATAN
5.1.Hasil Pengamatam
5.1.1 Penilaian ayam hidup
Comformation
1.Breast bone Practically normal
2.Back
Agak bengkok
3.Leg and
Agak
Wings
menyimpang
Fleshing
Perdagingan baik
Lemak di bawah
Fat
kulit membungkus
23
5.1.2 Penilaian kualitas karkas
24
VI
PEMBAHASAN
6.2 Pembahasan
1. Prosses karkassing
1. Stunning
2. Killing
3. Bleding
4. Scalding
5. Flucking
6. Evisceration
25
6.2.1 Hasil dari proses karkassing
= 70 gram.
Defisiensi mineral yang alami oleh hewan ternak secara otomatis akan
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan hewan ternak tersebut dan akan
berdampak pada hasil /produk ternak setelah di panen dan di olah. Ada banyak
dampak yang diakibatkan oleh adanya defisiensi mineral. Salah satunya adalah
defisiensi Ca (kalsium) dalam tubuh.
26
Defisiensi mineral Ca (kalsium) dalam tubuh ternak akan mengakibatkan
perkembangan tubuh ternak menjadi terhambat. Peranan Ca dalam tubuh adalah
sebagai pembetuk pertumbuhan tulang dan gigi. Defisiensi Ca dalam tubuh akan
membuat tulang menjadi rapuh dan dapat pula menjadi tidak normal atau bengkok
serta konformasi tulang yang tidak bagus.
Dalam hal nilai ekonomi, produk ternak yang kurang baik akan
mengakibatkan turunnya harga nilai produk olahan ternak. Seperti dalam ternak
unggas (ayam) dalam proses karkasing akan di nilai sesuai dengan standart mutu
karkas. Dalam karkas ayam pembagian mutu di bagi menjadi 3 yaitu mutu
/kualitas 1, 2 dan 3. Mutu 1 lebih baik dari 2 atau 3. Adapun yang menjadi salah
satu penilaian mutu karkas salah satunya adalah konformasi tulang yaitu apakah
tulang itu bengkok apa tidak. Dapat disimpulkan bahwa defisiensi mineral dalam
tubuh ternak akan sangat berdampak pada produk olahan ternak.
Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah
pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas
daging antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur,
pakan termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik atau mineral), dan stress. Faktor
setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi
metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas dan daging,
bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon dan antibiotik,
lemak intramuskuler atau marbling, metode penyimpanan dan preservasi, macam
otot daging dan lokasi pada suatu otot daging.
Pada dasarnya, kualitas karkas adalah nilai karkas yang dihasilkan oleh
ternak relatif terhadap suatu kondisi pemasaran. Faktor yang menentukan nilai
karkas meliputi berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan dan kualitas daging
dari karkas yang bersangkutan. Nilai karkas dikelompokkan berdasarkan jenis
kelamin atau tipe ternak yang menghasilkan karkas, umur atau kedewasaan
ternak, dan jumlah lemak intramuskular atau marbling didalam otot. Faktor nilai
karkas dapat diukur secara subyektif, misalnya dengan pengujian organoleptik
27
atau metode panel. Disamping kualitas (nilai) karkas, juga dikenal kualitas hasil,
yaitu estimasi jumlah daging yang dihasilkan dari suatu karkas.
Daging unggas bisa berasal dari (1) cock, ayam jantan dewasa, (2) hen,
ayam atau kalkun betina dewasa, (3) ram, domba betina dewasa, (4) capon, ayam
kastrasi. Anak ayam, kalkun, itik dan angsa, masing-masing disebut chick, poult,
duckling dan goshing.
28
VII
7.1 Kesimpulan
Pada dasarnya bentuk pemasaran ternak unggas, yaitu dalam bentuk hidup
dan dalam bentuk yang sudah diproses( karkas). Jenis karkaspun ber beda-beda
sesuai dengan organ ayam yang ikut serta dalam penjualan atau pemasaran karkas
, dressed carcas yaitu karkas tanpa bulu dan darah biasanya setelah flucking. Ada
juga yang di sebut karkas kosong yaitu dressed karkas setelah mengalami proses
evisceration. Kualitas karkas dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang dapat
di klasifikasikan kedalam beberapa kelas A, B, dan C.
Grade terendah menjadi indikator untuk grade yang lain walaupun rata-
rata dari kualitas karkas lebih tinggi. Sebelum ayam siap dipasarkan dalam
bentuk karkas ayam harus mengalami serangkaian proses karkassing dan uji grade
agar sesuai dengan keinginan konsumen.
7.2 Saran
29