Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN KAMBING


TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN NILAI NUTRISI
LEGUMINOSA HERBA (CLITORIA TERNATEA) DI TANAH
GAMBUT

Abdul Haris
NIM C1071181010

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN KAMBING
TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN NILAI NUTRISI
LEGUMINOSA HERBA (CLITORIA TERNATEA) DI TANAH
GAMBUT

Abdul Haris
NIM C1071181010

Jurusan Budidaya Pertanian

Tim Pembimbing:

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Yuli Arif Tribudi, S.Pt, M.P Dr. Ir. Ahmad Tohardi, MM


NIP. 198407032014041001 NIP. 198407032014041001

Diketahui Oleh :
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Fadjar Rianto, MS


NIP. 196101261985031002
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena dengan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
proposal penelitian yang berjudul “PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN
KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN NILAI NUTRISI
LEGUMINOSA HERBA (CLITORIA TERNATEA) DI TANAH
GAMBUT”. Penyelesaian penulisan proposal ini tidak terlepas dari peran
berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih sebesarbesarnya kepada Bapak
Yuli Arif Tribudi, S.Pt, M.P selaku dosen pembimbing pertama serta kepada
Bapak Dr. Ir. Ahmad Tohardi, MM selaku dosen pembimbing kedua atas segala
bimbingan, arahan, serta motivasi yang diberikan dalam penulisan proposal
penelitian ini. Rasa terimakasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada:
1. Kedua Orang Tua dan kelurga yang selalu memberikan dukungan serta do’a
terbaiknya.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Denah Suswati, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak.
3. Bapak Dr. Ir. Fadjar Rianto, M.S. selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian.
4. Ibu Ir. Retno Budi Lestari, M.Sc selaku Ketua Program Studi Peternakan.
5. Bapak Duta Setiawan, S.Pt, M.Si dan Bapak Andri, S.Pt, MP selaku Dosen
Pembimbing Akademik Saya.
6. Seluruh Mahasiswa peternakan, terutama teman-teman angkatan 2018 serta
yang telah memberikan sumbangsih dalam penyelesaian penulisan proposal ini.
Besar harapan penulis agar proposal penelitian ini dapat bermanfaat, baik
bagi penulis maupun bagi pembaca serta dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan
penelitian selanjutnya. Kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
sangat dibutuhkan demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Pontianak, Juni 2021

Abdul Haris
NIM C107118010

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ iii
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
A. Karakteristik Leguminosa Herba (Clitoria Ternatea)............... 4
B. Syarat Tumbuh.......................................................................... 6
C. Tanah Gambut........................................................................... 6
D. Pupuk........................................................................................ 7
E. Pemotongan............................................................................... 9
F. Analisis Proksimat..................................................................... 9
G. Kerangka Konsep..................................................................... 11
H. Hipotesis.................................................................................. 12
III. METODE PEMELITIAN.............................................................. 13
A. Jenis Penelitian......................................................................... 13
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. 13
C. Bahan dan Alat Penelitan......................................................... 13
D. Rancangan Penelitian............................................................... 13
E. Pelaksanaan Penelitian............................................................. 14
F. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 14
G. Variabel Pengamatan................................................................ 15
H. Analisis Data............................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 16

DAFTAR TABEL

ii
Halaman
Tabel 1. Pestentase Kandungan Hara Pupuk Kandang Jenis Ternak 9

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kembang Telang (Clitoria Ternatea) 5
Gambar 2. Biji Kembang Telang (Clitoria Ternatea) 6

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Prosedur Penanaman 18
Lampiran 2. Teknik Pengumpulan Data 19

v
vi
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leguminosa merupakan salah satu jenis tanaman pakan yang memiliki
kualitas nutrisi lebih baik dibanding rumput. Leguminosa juga mempunyai
kemampuan yaitu dapat memfiksasi nitrogen lebih baik dari pada rumput.
Salah satu tanaman legum yang memiliki persistensi tinggi terhadap perubahan
kondisi lahan dan iklim ialah Clitoria ternatea atau disebut juga bunga telang.
Clitoria ternatea adalah sejenis tanaman merambat dari keluarga Fabaceae atau
polongpolongan yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara, merupakan
legum yang mempunyai banyak manfaat. Bunga telang ini merupakan tanaman
pakan yang dengan palatabilitas tinggi, mempunyai batang merambat dan daun
berbentuk trifoliate, tidak menyebabkan kembung dan tidak mengandung
toksik membuat tanaman ini ideal sebagai hijauan. Gomez dan Kalamani
(2003) menyatakan Protein kasar yang terkandung dalam tanaman Clitoria
ternatea secara keseluruhan mencapai 10.5%-25.5%.
Tanaman ini tumbuh pada berbagai jenis tanah, terutama pada tanah
berpasir dan tanah liat merah dengan kisaran pH tanah 5,5-8,9. Salah satu tanah
yang dapat digunakan sebagai media tumbuh adalah tanah gambut, yang
mempunyai potensi besar dalam peningkatan produksi tanaman legume karena
penyebarannya di Kalimantan Barat yang cukup luas yaitu mencapai 1.543.752
ha, berdasarkan data badan pusat statistik Kalimantan barat (2016).
Pertumbuhan tanaman dapat diartikan sebagai pembelahan dan
pemanjangan sel dalam arti terbatas yaitu pertumbuhan yang tidak dapat
dikembalikan seperti tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar dan berat
kering. Tanaman ini memerlukan kelembaban dengan iklim tropis dataran
rendah dengan rata-rata curah hujan tahunan sekitar 2000 mm. Produksi
kembang telang per panen (umur panen 42 hari) adalah 25-29 ton BK ha-1
dengan produksi biji sebesar 2,2 ton ha-1 (Sutedi, 2013). Dukungan kesuburan
tanah untuk pertumbuhan tanaman sangat penting untuk peningkatan
produktifitas panen (Subowo, 2010). Penambahan pupuk kandang merupakan
salah satu alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kembang
3

telang (Clitoria Ternatea), karena pupuk kandang mengandung unsur-unsur


hara yang diperlukan pertumbuhan tanaman. Syarief (1986) menyatakan bahwa
dalam pupuk kandang yang mengandung unsur-unsur makro dan mikro, dapat
dianggap sebagai pupuk lengkap. Pupuk kandang memiliki beberapa sifat yang
lebih baik dari pupuk alam yang lain yaitu merupakan humus yang dapat
menjaga/mempertahankan struktur tanah, sebagai sumber hara N, P, dan K
yang aman penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, menaikkan
daya menahan air serta banyak mengandung mikroorganisme yang dapat
mensintesa senyawa-senyawa tertentu sehingga berguna bagi tanaman.
Jenis pupuk kandang sangat beragam, satu diantaranya adalah pupuk
kandang yang berasal dari kotoran kambing. Kotoran kambing memiliki
beberapa keunggulan, yaitu menurut Pranata (2010) Kotoran kambing
mengandung kalium dan nitrogen lebih tinggi dibanding dengan kotoran sapi,
sementara kadar hara P hamper sama dengan kadar pupuk kandang lainnya.
Unsur K sendiri sangat berperan penting dalam hal metabolisme pada bagian
tubuh tanaman seperti halnya pada pembelahan sel dan proses sintesis protein,
serta berperan penting dalam pembentukan buah bagi tanaman.
Beberapa penelitian yang telah membuktikan tentang manfaat dari pupuk
kandang yang berasal dari kotoran kambing diantaranya Silvia dkk. (2012)
melakukan penelitian menggunakan kotoran kambing dengan takaran dosis
berbeda. Dari 8 dosis atau perlakuan, ditemukanlah dosis pemberian terbaik
untuk pupuk kotoran kambing terhadap tanaman cabe yaitu dengan pemberian
10 ton/ha atau setara dengan 300 gram/tanaman yang menghasilkan nilai tinggi
terbaik pada tanaman (67,00 cm), jumlah buku cabang (67,67 buku), umur
tanaman saat panen pertama (69,50 hst), jumlah buah (20,00 biji), dan berat
buah segar (37,88 g tanaman).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk kotoran kambing dengan konsentrasi
berbeda produktivitas liguminosa herba (Clitoria Ternatea) di tanah
gambut?
4

2. Bagaimana pengaruh pemberian kotoran kambing dengan konsentrasi


berbeda terhadap nilai nutrisi liguminosa herba (Clitoria Ternatea) di tanah
gambut?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh serta konsentrasi yang paling baik untuk pemberian
kotoran kambing terhadap produktivitas liguminosa herba (Clitoria
Ternatea) di tanah gambut.
2. Mengetahui pengaruh serta konsentrasi yang paling baik untuk pemberian
kotoran kambing terhadap nilai nutrisi liguminosa herba (Clitoria Ternatea)
di tanah gambut.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi referensi dan menambah
pengetahuan penulis dan pembaca tentang kualitas Pertumbuah dan
produkiivitas serta nutrisi liguminosa herba (Clitoria Ternatea) yang diberi
pupuk kotoran kambing.
2. Manfaat praktis
Secara praktis, hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi bagi
masyarakat secara umum serta memberikan solusi bagi peternak khususnya
dalam menggunakan kotoran kambing sebagai penyokong produktivitas
serta nilai nutrisi leguminosa yang dibudidayakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Leguminosa Herba (Clitoria Ternatea)


Leguminosa adalah salah satu tumbuhan dengan jenis kacang-kacangan
yang sekarang ini dibudidayakan sebagai pakan hijauan bagi ternak karena
kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan tumbuhan rumput biasa.
tumbuhan leguminosa memiliki kandungan vitamin dan mineral yang tak kalah
banyaknya. Clitoria Ternatea memang dikenal sebagai salah satu leguminosa
herba atau yang biasa disebut dengan tanaman Kembang telang.
Kembang telang (Clitoria Ternatea) adalah leguminosa yang berkualitas
tinggi dan merupakan jenis kacang-kacangan yang kaya akan protein, dijuluki
alfalfa tropis, sering disebut pula sebagai bank protein yang dapat tumbuh
dengan biaya produksi yang rendah (Cook et al., 2005). Selain itu potensi
kembang telang sebagai pakan yang baik karena memiliki nilai nutrisi yang
tinggi dan juga sangat disukai ternak (Suarna, 2005).
Tanaman Kembang Telang (Clitoria Ternatea) berasal dari Amerika
Selatan bagian tengah yang menyebar ke daerah tropik sejak abad 19, terutama
ke Asia Tenggara termasuk Indonesia. Clitoria Ternatea merupakan salah satu
tanaman semak belukar yang umum tumbuh di tempat terbuka sepanjang jalan
dan lereng. Tanaman ini secara alami ditemukan pada padang rumput, hutan
terbuka, semak, pinggiran sungai, dan tempat-tempat terbuka lainnya, serta
merupakan tanaman merambat pada tanaman pohon ataupun pagar pekarangan.
Tanaman ini tumbuh pada berbagai jenis tanah, terutama pada tanah berpasir
dan tanah liat merah dengan kisaran pH tanah 5,5-8,9. Tanaman ini
memerlukan kelembaban dengan iklim tropis dataran rendah dengan rata-rata
curah hujan tahunan sekitar 2000 mm. Tanaman ini tumbuh subur di bawah
sinar matahari penuh, tetapi dapat tumbuh di bawah naungan seperti di
perkebunan karet dan kelapa (Cook et al. 2005).
Klasifikasi leguminosa kembang telang (Clitoroa Ternatea) adalah
sebagai berikut (Michael dan Kalamani, 2003)
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta

4
5

Super Divisi : Spermatophyta


Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Clitoria
Spesies : Clitoria ternatea

Gambar 1. Kembang Telang (Clitoria Ternatea)

Tanaman Kembang telang (Clitoria Ternatea) merupakan tanaman


berbentuk perdu tahunan yang memiliki perakaran yang dalam dan berkayu,
batang agak menanjak atau tegak dan memanjat dengan tinggi antara 20-90 cm,
berbulu halus, berdaun tiga, anak daun berbentuk lonjong, permukaan atas
tidak berbulu dan permukaan bawah dengan bulu yang tersebar, pembungaan
tandan di ketiak dengan 1-2 bunga, panjang tangkai daun hingga 4 cm, kelopak
daun berwarna ungu hingga hampir putih, buah polong berbentuk memintal
lonjong, tidak berbulu, berbiji 3-7, katup cembung, biji bundar hingga bulat
telur, berwarna kecoklatan.
6

Gambar 2. Biji Kembang Telang (Clitoria Ternatea)

B. Syarat Tumbuh
Lokasi tumbuh yang sering dijumpai dan tumbuh subur yaitu di daerah
basah, berpasir dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Tanaman
ini dapat tumbuh subur dalam medium yang agak lembab atau tanah yang
mempunyai kandungan humus yang tinggi. Tanaman kembang telang ini dapat
membiak dengan cara stek batang atau biji. Tanaman telang telang tergolong
tanaman menahun karena pangkal tanamannya berkayu, batangnya merambat
dengan pola membelit ke kiri. Telah berhasil ditanam pada tanah liat berpasir
dan tanah liat sedang hingga berat dengan pH 6–8.
Tumbuh baik pada kisaran suhu 19- 28°C, namun mentolerir suhu rendah
15°C dan bahkan suhu dingin (di bawah 0°C) karena tanaman ini dapat tumbuh
kembali dari batang atau dari dasar tanaman asalkan batang sudah keras (kayu)
pada saat datang musim dingin. Tanaman ini tahan terhadap kekeringan 5-6
bulan di daerah tropis. Tanaman kembang telang merupakan tanaman
leguminosa yang cepat pertumbuhannya, dapat menutupi tanah dalam waktu
30-40 hari setelah tanam dan menghasilkan biji pada umur 110-150 hari.

C. Tanah Gambut
Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik
yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses
dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob dan kondisi lingkungan lainnya
yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai.
7

Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogetik yaitu pembentukan


tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan tranportasi, berbeda dengan
proses pembentukan tanah mineral yang pada umumnya merupakan proses
pedogenik (hardjowigeno, 1986).
Lahan gambut merupakan lahan yang kaya akan bahan organik, namun
proses pelapukanyan belum terjadi secara sempurna. Pada kondisi alami lahan
gambut menjadi habitat bagi beberapa jenis flora dan fauna (Agus, Subiksa,
2008). Lahan gambut juga berfungsi sebagi penyimpan cadangan carbon
sebesar 30-70 kg/m3 dan penyangga hidrologi di areal sekitarnya karena
mampu menyerap air 13 kali lipat dari berpatnya (Agus et.al., 2011). Menurut
Utama & Handoko (2007), pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan pertanian
termasuk perkebunan memerlukan perhatian khusus dan majenaman pertanian
yang tepat. Hal ini karena pengembangan pertanian sangat tergantung pada
status kesuburan tanah.
Lahan gambut mempunyai kemampuan menyerap dan menyimpan air
jauh lebih tinggi dibanding tanah mineral. Komposisi bahan organik yang
dominan menyebabkan gambut mampu menyerap air dalam jumlah yang relatif
tinggi. Elon et al. (2011) Panduan Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut
Terdegradasi 18 menyatakan air yang terkandung dalam tanah gambut bisa
mencapai 300-3.000% bobot keringnya, jauh lebih tinggi dibanding dengan
tanah mineral yang kemampuan menyerap airnya hanya berkisar 20-35% bobot
keringnya. Mutalib et al. (1991) melaporkan kadar air gambut pada kisaran
yang lebih rendah yaitu 100-1.300%, yang artinya gambut mampu menyerap
air 1 sampai 13 kali bobotnya.

D. Pupuk
1. Pupuk Organik
Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Penggolongan pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang
digunakan, cara aplikasi, bentuk dan kandungan unsur haranya.
(Hadisuwito,2012).
8

Menurut Sutejo (2002), pupuk organik mempunyai fungsi yang


penting dibandingkan dengan pupuk anorganik yaitu dapat menggemburkan
lapisan permukaan tanah (topsoil), meningkatkan populasi jasad renik,
mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang secara keseluruhan
dapat meningkatkan kesuburan tanah. Dalam kegiatan pertanian organik
kebanyakan petani menggunakan pupuk kandang. Pupuk kandang berasal
dari kotoran hewan seperti sapi, kambing, dan ayam.
a. Pupuk kotoran sapi
Pupuk kotoran kambing merupakan bahan organik yang secara
spesifik berperan meningkatkan ketersediaan fosfor dan unsur-unsur
mikro, mengurangi pengaruh buruk dari alumunium, menyediakan
karbondioksida pada kanopi tanaman, terutama pada tanaman dengan
kanopi lebat dimana sirkulasi udara terbatas.
b. Pupuk kotoran kambing
Limbah kotoran kambing merupakan gabungan antara kotoran
kambing dan limbah pakan, sehingga mengandung berbagai senyawa
organik dan unsur-unsur lain yang bermanfaat bagi kehidupan cacing
tanah.
Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena berbentuk
butiran–butiran yang agak sukar pecah secara fisik sehingga sangat
berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan
haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang kambing umumnya masih di
antara 20-25. Pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N
kurang dari 20, sehingga pupuk kandang kambing akan lebih baik
penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Kadar hara pupuk
kandang kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari
pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan kerbau, namun lebih
rendah dibandingkan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam,
babi, dan kuda (Hartatik dan Widowati, 2006).
c. Pupuk kotoran Ayam
Pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki kandungan
nitrogen (N) yang lebih besar daripada jenis ternak lain. Penyebabnya
9

adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya.


Umumnya kandungan nitrogen (N) pada urine selalu lebih tinggi
daripada kotoran padat (Novizan, 2002).
Tabel 1. Pestentase Kandungan Hara pupuk Kandang jenis ternak.

Jenis Ternak N P205 K20


Kambing 0,83 – 095 0,35 -0,51 1,00 – 1,20
Sapi 0,10 – 0,96 0,64 – 1,15 0,45 – 1,00
Babi 0,46 – 0,50 0,35 – 0,41 0,36 – 1,00
Kuda 0,64 – 0,70 0,81 – 0,25 0,55 – 0,64
Ayam 1,00 – 3,13 2,80 – 6,00 0,40 – 2,90
Sumber: Effi (2009)
2. Pupuk kimia
Jenis pupuk kimia yang beredar di pasaran umumnya mengandung
unsur makro saja seperti N, P, dan K, jarang yang disertakan unsur hara
mikro. Kandungan pada pupuk kimia (pupuk urea) mengandung unsur hara
N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100kg mengandung 46kg Nitrogen,
Moisture 0,5% kadar bluret 1%, ukuran 1-3,35MM 90% Min serta
berbentuk Prill (PT Pupuk Sriwidjaja Palembang).

E. Pemotongan
Clitoria Ternatea memang dikenal sebagai salah satu leguminosa herba
yang mempunyai karakateristik bertumbuh cepat dengan rata-rata pertumbuhan
melebih 1 cm/hari dan dapat mencapai 44 cm dalam 40 hari (Jelantik et al.,
2015). Gomez and Khalamani (2003) melaporkan bahwa tanaman ini dapat
bertumbuh mencapai 90 samapai 162 cm dalam 90 hari.

F. Analisis Proksimat
Ada banyak cara yang digunakan untuk menentukan kualitas bahan
makan ternak. Secara garis besar penentuan kualitas dapat dilakukan secara
fisik, kimia dan biologis. Seorang ahli kimia dalam menentukan kualitas bahan
makanan ternak akan mempertimbangkan kualitas pakan dari segi kandungan
protein, lemak atau kandungan zat makanan lainnya. Lain halnya dengan ahli
10

nutrisi mereka selanjutnya akan memikirkan juga kualitas makanan


berdasarkan biologis seperti antara lain kecernaaannya dan nilai biologis
lainnya. Lebih luas lagi di industri makanan ternak, manajer industri pakan
akan memikirkan hal lain seperti daya tahan bila dalam bentuk pellet dan
stabilitas air apabila disimpan, sedangkan manajer peternakan lebih banyak
mempertimbangkan pengaruhnya terhadap produksi dan pertumbuhan
ternaknya.
Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk
mengidentifikasi kendungan nutrisi seperti protein, karborhidrat, lemak, serat
kasar dan air pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Dalam
penelitian ini kandungan nutrisi yang di uji adalah sebagai berikut: Protein,
Bahan Kering, Bahan Organik dan analisis Van Soest (Acid Detergent Fiber
(ADF), Neutral-Detergent Fiber (NDF) (Goering dan Van Soest, 1970).
1. kadar protein
Analisis kadar protein berfungsi untuk menentukan kadar protein
kasar dalam sampel secara tidak langsung, yakni berdasarkan jumlah
nitogen (N) didalam bahan.
2. Bahan kering
Bahan kering adalah total zat – zat pakan selain air dalam suatu bahan
pakan, kebutuhan bahan kering ini dipenuhi dari hijauan dan konsentrat.
3. Bahan organik
Bahan organik ini bisa dikatakan sebagai inti dari bahan pakn. Hal ini
disebabkan bahan organik mengandung nutrient seperti karbohidrat, protein,
lemak dan serat. Bahan organic adalah semua bahan yang berasal dari
jaringan tanaman dan hewan baik yang masih hidup maupun yang telah
mati.
Analisis Van Soest
Metode ini digunakan untuk mengestimasi kandungan serat dalam
pakan dan fraksi-fraksinya kedalam kelompok-kelompok tertentu
didasarkan atas keterikatanya dengan anion atau kation detergen (metode
detergen). Metode ini dikembangkan oleh Van Soest (1963), kemudian
disempurnakan oleh Van Soest dan Wine (1967) dan oleh Goering dan Van
11

Soest (1970). Tujuan awalnya metode ini adalah untuk menentukan jumlah
kandungan serat dalam pakan ruminan tetapi kemudaian dapat digunakan
juga untuk menentukan kandungan serat baik untuk nonruminant maupun
dalam pangan.
Metode detergen terdiri dari NDF dan ADF adalah sebagai berikut:
4. Neutral-Detergent Fiber
Sistem netral untuk mengukur total serat atau serat yang tidak larut
dalam Neutral-Detergent Fiber (NDF)
5. Acid Detergent Fiber
Sistem detergen asam digunakan untuk mengisolasi sellulosa yang
tidak larut dan lignin serta beberapa komponen yang terikat dengan
keduanya Acid Detergent Fiber (ADF).

G. Kerangka Konsep
Kembang telang (Clitoria Ternatea) adalah leguminosa yang berkualitas
tinggi dan merupakan jenis kacang-kacangan yang kaya akan protein, dijuluki
alfalfa tropis, sering disebut pula sebagai bank protein yang dapat tumbuh
dengan biaya produksi yang rendah (Cook et al., 2005). Pemanfaatan kembang
telang untuk pakan ternak sangat berpotensi sebagai sumber protein dan energi.
Sifat kimia yang di amati adalah antara lain, PK (Protein Kasar), BK (Bahan
Kering), BO (Bahan Organik), ADF (Acid Detergent Fiber), NDF (Neutral-
Detergent Fiber).
Kembang telang (Clitoria Ternatea) adalah sangat potensi sebagai pakan
yang baik karena memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan juga sangat disukai
ternak (Suarna 2005; Skerman 1977). Daun Clitoria Ternatea mengandung
protein berkisar antara 18-25%, sedangkan campuran batang dan daun
(tanaman) Clitoria Ternatea mengandung protein 9-15%, dengan nilai
kecernaan bahan kering mencapai 70%. Daun Clitoria Ternatea dapat
diberikan langsung ke ternak maupun dikeringkan terlebih dahulu sebelum
diberikan ke ternak. Manfaat lain dari daun Clitoria Ternatea adalah digunakan
sebagai sumber protein untuk produksi protein konsentrat daun. Selain
kandungan protein yang tinggi Clitoria Ternatea dapat dipergunakan pula
sebagai sumber karoten, dimana kandungan karotennya mencapai 587 mg/kg
12

bahan kering. Sebagai pakan ternak tanaman Clitoria Ternatea dilaporkan


dapat meningkatkan laju pertumbuhan ternak ruminan maupun non-ruminan,
serta belum pernah dilaporkan dapat menurunkan produktivitas maupun
menyebabkan kematian pada ternak (Sutedi Endang, 2013).
Kalamani dan Gomez (2001) melaporkan bahwa protein kasar tanaman
berkisar 14-20%, sedangkan kadar protein kasar dan serat kasar dalam daun
masing-masing adalah 21,5% dan 29%. Biji kembang telang mengandung 25-
38% protein, gula total 5% dan lemak 10%.
Menurut Endang Sutedi (2013) Kembang telang (C. ternatea) dapat
tumbuh cukup baik pada kondisi kering dan terus menerus menghasilkan biji
selama masa pertumbuhan, dengan jumlah produksi tanaman dan biji masing-
masing sebesar 25-35 ton BK/ha dan 2,77 t/ha pada umur panen 42 hari.
Tanaman kembang telang mengandung protein berkisar 21-29%, energi kasar
18,6 MJ/kg, kecernaan bahan organik 69,7%, kecernaan energi 66,6% dan
energi termetabolis pada ruminan 12,4 MJ/kg. Sedangkan kandungan protein
kasar, lemak kasar dan gula pada biji masing masing adalah 25-38, 10 dan 5%.
Sehingga tanaman ini berpotensi sebagai sumber protein dan energi untuk
ternak ruminansia.

H. Hipotesis
H0: Tidak ada pengaruh pemberian berapa jenis pupuk untuk peproduktivitas
dan nilai nutrisi leguminosa herba (Clitoria Ternatea) di tanah gambut.
H1: Diduga pengaruh pemberian berapa jenis pupuk untuk peproduktivitas dan
nilai nutrisi leguminosa herba (Clitoria Ternatea) di tanah gambut.
13
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitan eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah jenis penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan
(Sugiyono, 2016).
Tujuan menggunakan penelitian eksperimen adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian berapa jenis pupuk untuk produktivitas dan nilai nutrisi
leguminosa herba (Clitoria Ternatea) di tanah gambut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dianalisis dengan cara proksimat di Laboratorium Dinas
Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat, Laboratorium
Teknologi Hasil Pertanian, dan Laboratorium Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian ini dilaksanakan selama 1
bulan, untuk mengetahui kandungan nutrisi untuk menganalisis pengaruh
pemberian berapa jenis pupuk dari tanaman kembang telang (Clitoria
Ternatea) di tanah gambut yang berada di desa kubu raya.

C. Bahan dan Alat


1. Bahan Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman
kembang telang (Clitoria Ternatea) yang diambil dari lahan di Kubu Raya
dengan umur 3 bulan (90 hari).
2. Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau,
timbangan, karung, tarpal, kamera dan alat tulis.

D. Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan mengikuti pola Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan perlakuan berapa jenis pupuk (P0, P1, P2, P3, dan P4), yang

13
14

terdiri 5 perlakuan dan 5 ulangan, penentuan ulanagan perlakuan mengunakan


Rumus Slovin (1960) yaitu:
(t-1) (r-1) ≥15
Keterangan T: Jumlah Perlakuan
R: Jumlah Ulangan

Perlakuan P0 : tanah gambut + Kontrol (Tanpa pupuk)


Perlakuan P1 : tanah gambut + pupuk kotoran ayam 106,4 gram
Perlakuan P2 : tanah gambut + pupuk kotoran sapi 181,8 gram
Perlakuan P3 : tanah gambut + pupuk kotoran kambing 120 gram
Perlakuan P4 : tanah gambut + pupuk kimia (urea) 2,2 gram

E. Pelaksanaan penelitian
1. Pemotongan tanaman leguminosa kembang telang (Clitoria Ternatea) yang
berumur 3 bulan (90 hari).
2. Menimbang leguminosa kembang telang (Clitoria Ternatea) segar sesuai
dengan perlakuannya dan diambil daunnya untuk dikeringkan.
3. Daun kembang telang yang telah dikeringkan dengan sinar matahari
mengunakan alas terpal sampai kadar air
4. Selanjutnya melakukan analisis secara proksimat kembang telang di
Laboraturium Teknologi Hasil Pertanian universitas Tanjungpura, dan
Dinas Pangan Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan
Barat.

F. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data analisis proksimat dilakukan di Laboraturium Dinas
Pangan Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat.
1. Uji Protein Kasar (Sudarmiji dkk., 1996)
2. Uji Bahan Kering
3. Uji Bahan Organik (Tilley dan Terry, 1963)
4. Uji ADF (Goering dan Van Soest, 1970)
5. Uji NDF (Goering dan Van Soest, 1970)
15

G. Veriabel Pengamatan
Veriabel pengukuran dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Protein Kasar (PK)
Protein kasar di ukur dengan menggunakan analisis proksimat.
2. Bahan Kering (BK)
Bahan kering di ukur dengaan menggunakan analisis proksimat.
3. Bahan OrganiK (BO)
Bahan organik di ukur dengan menggunakan analisis proksimat.
4. Acid Detergent Fiber (ADF)
Acid Detergent Fiber di ukur dengan menggunakan analisis proksimat
(analisis Van Soest).
5. Neutral – Detergent Fiber (NDF)
Neutral – Detergent Fiber di ukur dengan menggunakan analisis proksimat
(analisis Van Soest).

H. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan analisis
keragaman dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan apabila perlakuan
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji
jarak berganda dari Duncan (Steel dan Torrie, 1991).
16

DAFTAR PUSTAKA

Agus F. Hairiah, K & Mulyani, A. 2011. Petunjuk Teknis:Pengukuran Cadangan


Karbon Tanah Gambut. Balai Penelitian Tanah. Bogor 57 hal.

Badan Statistik Kalimantan Barat 2016 Luas Lahan Gambut di Kalimantan Barat.

Cook BG, Pengelly BC, Brown SD, Donnelly JL, Eagles D A, Franco MA,
Hanson J, Mullen BF, Partridge IJ, Peters M, Schultze-Kraft R. 2005.
Tropical forages. Brisbane (Australia): CSIRO, DPI&F (Qld), CIAT and
ILRI.

Effi I M, (2009) Pupuk Organik, Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi, penebar
swadaya Jakarta.

Elon, S.V., D.H. Boelter, J. Palvanen, D.S. Nichols, T. Malterer, and A. Gafni.
2011. Physical Properties of Organic Soils.Taylor and Francis Group, LLC

Gomez SM, Kalamani A. 2003. Butterfly pea (Clitoria ternatea): a nutritive


multipurpose forage legume for the tropics an overview. Pak J Nut. 2:374-
379.

Hadisuwito, Sukamto. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta : Agromedia


Pustaka:.

Hapsari,A. Y. 2013. Kualitas dan Kuantitas Kandungan Pupuk Organik Limbah


Serasah dengan inoculum Kotoran Sapi Secara Semianaerob. Skripsi.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Hartatik dan Widowati, 2007. Pupuk organic dan pupuk hayati organic fertilizer
and biofertilizer. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor
2006.

Jelantik, I G. N., T. T. Nikolaus, C. L. Penu and J. Jeremias. 2015. Herbage


production and nutritive value of some forage legumes as calf supplement.
Proceeding 3rd International Seminar on Animal Industry. Pp. 141-144.

Kalamani A, SM Gomez. 2001. Genetic variability in Clitoria spp. Ann Agric


Res. 22:243-245.

Michael S.G., Kalamani A., 2003, Butterfly Pea (Clitoria Ternatea): A Nutritive
Multipurpose Forage Legume For The Topics – An Overview, Pakistan J. of
Nutri., 2:374-379.

Mutalib, A.A, J.S. Lim, M.H. Wong, and L. Koonvai. 1991. Characterization,
distribution and utilization of peat in Malaysia. In Proc. International
17

Symposium on Tropical Peatland. 6-10 May 1991, Kuching, Serawak,


Malaysia.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Penerbit PT. Agro Media
Pustaka, Jakarta.

Nulik J. 2009. Kacang kupu (Clitoria ternatea) leguminosa herba alternatif untuk
sistem usahatani intergrasi sapi dan jagung di Pulau Timor. Wartazoa 19(1):
43-51

Reid R and Sinclair DF. 1980. An evaluation of a collection of Clitoria ternatea


for forage and grain production. Genetic Resources Communication 1:1-8.

Santoso. 2002. Bahan organic dari pupuk kandang. http://www.jurnal-bahan-


organik.com. Diakses pada November 2020

Skerman PJ. 1977. Tropical forage leguminosaes. Roma (Italy): Food and
Agriculture Organization of The United Nations
Steel, R.G.D. dan R.A. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu
Pendekatan Biomatrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suarna, I. W. 2005. Kembang telang (Clitoria ternatea) tanaman pakan dan


penutup tanah. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor, 16
September 2005. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. Hlm. 95-98.

Subowo, G. 2010. Strategis Efisiensi Penggunaan Bahan Organik untuk


Kesuburan dan Produktifitas Tanah Melalui Pemberdayaan Sumberdaya
Hayati Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 4 No. 1.

Sudarmiji, S., B. Hariono dan Suhardi, 1996. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty Yogyakarta Kerjasama dengan Pusat Antar Universitas
Gadjah Mda. Yogyakarta.

Sutedi, E. 2013. Potensi Kembang Kelang (Clitoria ternatea) sebagai Tanaman


Pakan Ternak. Buletin Ilmu Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia.

Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tilley, J. M. A. and R. A. Terry. 1963. A two-stage technique for the in vitro


digestion of forage crops. J. Br. Grassl. Soc. 18: 104-109.

Utama, M.Z.H., dan Hardoko, W. 2007. Pengujian Empat Varietas Padi Unggul
pada Sawah Gambut Bukaan Baru di Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal
Akta Agrosia. Fakultas Pertanian Universitas Taman siswa. Sumatera Barat
12 (1): 56 – 61
Van Soest. P. J., 1970. Nutritional Ecology of the Ruminant. Commstock
Publishing Associates. A devision of Cornell University Press. Ithaca and
London.
18

LAMPIRAN I

Prosedur Penanaman
Adapun prosedur penanaman kembang telang (Clitoria Ternatea) adalah
sebagai berikut:
1. Persiapan tanah gambut untuk penanaman kembang telang.
2. Proses pembuangan gulma ataupun kayu-kayu yang menggangu proses
penggemburan.
3. Mencangkul lahan gambut ataupun penggemburan tanah.
4. Pembuatan bedengan dengan jarak tanam masing-masing perlakuan.
5. Proses pemberian pupuk kotoran ayam, pupuk kotoran sapi, pupuk kotoran
kambing, pupuk kimia (urea) ke tanah gambut dan didiamkan selama seminggu
agar pupuknya bisa meresap ke unsur-unsur tanah.
6. Persiapan bibit kembang telang (Clitoria Ternatea).
7. Selanjutnya proses penanaman kembang telang (Clitoria Ternatea) dengan
jarak tanam yang disarankan adalah 1,5 m x 1,5 m karena merambat.
8. Penyiraman dilakukan sehari 2x yaitu pagi dan sore hari.
9. Pemotongan kembang telang (Clitoria Ternatea) pada umur 3 bulan (90 hari).
10. Parameter pengamatan dari Pengaruh Pemberian Pupuk kandang Untuk
Produktivitas dan Nilai Nutrisi Kembang Telang (Clitoria Ternatea) Di
Tanah Gambut dilakukan setiap seminggu sekali yaitu :
a) Produktivitas: Berat panen
b) Nilai Nutrisi: Analisis Proksimat
19

LAMPIRAN 2

Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data analisis proksimat dilakukan di Laboraturium Dinas
Pangan Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat.
A. Analisis Proksimat
1. Uji Protein (Sudarmiji dkk., 1996)
Ditentukan oleh metode kjedahl menggunakan metode destruksi dari
Gerhardt Kjeldaterm. Prosedur kerja sebagai berikut:
a) Bahan ditimbang sebanyak 0,5 gram (w) kemudian dimasukan kedalam
labu kjedahl 100 ml
b) Ditambahkan kurang lebih 1 gram campuran selenium dan 10 ml H 2SO4
pekat kemudian homogenkan.
c) Didestruksi dalam lemari asam selama 30-45 menit (sampai jernih).
Bahan dibiarkan dingin, kemudian dituang kedalam labu ukur 100 ml
sambil dibilas dengan aquadest
d) Dibiarkan dingin kemudian ditambah dengan aquadest sampai tanda
terang. Siapkan penampung yang terdiri dari 10 ml HBO3 2% ditambah 4
tetes larutan indicator dalam Erlenmeyer 100 ml.
e) Dipipet 5 ml NaOH 30% dan 100 ml aquadest, disuling hingga volume
penampung menjadi kurang lebih 50 ml. dibilas ujung penyuling dengan
aquadest kemudian ditampung bersama isinya.
f) Dititrasi dengan larutan HCL 0,002 N dan H 2BO4 0,02 N, perhitungan kadar
protein dilakukan sebagai berikut:
V 1 X Normalitas H 2 SO 4 X 6,25 X p X 100
% Kadar Protein ¿
Gram Contoh
Keterangan:
V1 = Volume titrasi contoh
N = Normalitas larutan HCL atau H2SO4 0,02 N
P = Faktor pengenceran 100/5
2. Uji Bahan Kering
a) Cawan porselin kosong dimasukkan dalam oven dengan suhu 105 0C
selama 1 jam. Kemudian cawan diambil dan dimasukkan dalam eksikator
20

(gunakan tang penjepit) selama 20 menit. Kemudian ditimbang dengan


teliti dan catat (beratnya = A gram).
b) Timbang sampel lebih kurang 2 gram dengan teliti lalu masukkan dalam
cawan. Dan catat (beratnya = B gram).
c) Selanjutnya cawan dan sampel dimasukkan dalam oven dengan suhu
1050C selama 4 jam, kemudian diambil dan dimasukkan kedalam
eksikator (gunakan tang penjepit) selama 20 menit. ditimbang dengan
teliti dan catat (beratnya = C gram).
Rumus Bahan Kering (BK) sebagai berikut:
C− A
Kadar BK ¿ x 100 %=%BK
B
Keterangan:
A = berat cawan kosong
B = berat sempel
C = berat cawan dan sampel setelah dioven
3. Uji Bahan Organik
Teknik dua tahap Tilley dan Terry (1963) digunakan untuk
mengetahui kecernaan bahan organik masing-masing pakan.
a) Pada tahap pertama, 0,5 gram contoh pakan diinkubasi dengan 50 ml
campuran antara larutan buffer dan cairan rumen di dalam water bath
pada suhu 38-39oC selama 48 jam bersama sama dengan 2 blank dan 2
sampel standar.
b) Selama 48 jam tersebut dilakukan penggoyangan pada pagi dan sore hari
selama masing-masing 5 menit atau sampai pakan yang mengendap
pada dasar tabung kelihatan tercampur dengan baik dengan larutan.
c) Pada akhir tahap pertama ini, 5 ml larutan 10% Na2CO3 ditambahkan
pada setiap tabung dan disentrifuge selama 15 menit pada 2500 rpm.
Supernantnya dikeluarkan dan 50 ml larutan pepsin-HCL ditambahkan
pada setiap tabung dan kembali diinkubasi selama 48 jam (tahap
kedua).
d) Pada akhir tahap kedua ini, setiap tabung kembali disentrifuge selama 15
menit pada 2500 rpm. Endapan yang diperoleh kemudian ditransfer ke
dalam cricible yang telah diketahui beratnya dan dikeringkan selama
21

minimal 20 jam pada suhu 105oC sebelum kemudian ditimbang dan


diabukan pada tanur selama 4 jam pada suhu 600oC (AOAC, 1990).
Rumus untuk menghitung BO:
BO (%) = 100 – Kadar Abu
Analisis Vet Seost:
4. Analisa NDF (Neutral Detergent Fiber)
a) Ditimbang 1 gram sampel (a gram) yang telah dihaluskan, dimasukkan
kedalam gelas piala 600 ml.
b) Ditambahkan 100 ml larutan NDS (Neutral Detergent Fiber). Setelah itu
dipanaskan (ekstraksi) dengan pemanas listrik selama 1 jam dihitung
mulai dari mendidih.
c) Hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah
diketahui beratnya (b gram) dengan bantuan pompa vakum.
d) Residu hasil penyaringan dibilas dengan 300 ml air panas ± 5 kali dan
terakhir dengan 25 ml aseton/alcohol 96 % ± 2 kali.
e) Residu kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 8
jam. Kemudian didinginkan didalam desikator selama 30 menit dan
timbang (c gram).
f) Persentase NDF dihitung dengan menggunakan persamaan : % NDF
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai degradasi dari NDF sebagai
berikut : Degradasi NDF (%) =
5. Analisa ADF (Acid Detergent Fiber)
a) Ditimbang 1 gram sampel (a gram) yang telah dihaluskan, dimasukkan
kedalam gelas piala 600 ml.
b) Ditambahkan 100 ml larutan ADS (Acid Detergent Fiber). Setelah itu
dipanaskan (ekstraksi) dengan pemanas listrik selama 1 jam dihitung
mulai dari mendidih. Hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan
kertas saring yang telah diketahui beratnya (b gram) dengan bantuan
pompa vakum.
c) Residu hasil penyaringan dibilas dengan 300 ml air panas ± 5 kali dan
terakhir dengan 25 ml aseton/alcohol 96 % ± 2 kali. Residu kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 8 jam.
22

d) Kemudian didinginkan didalam desikator selama 30 menit dan timbang


(c gram). Persentase ADF dihitung dengan persamaan : % ADF =
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai degradasi dari ADF sebagai
berikut : Degradasi ADF (%) =

Anda mungkin juga menyukai