Anda di halaman 1dari 13

Mengkomsumsi makanan&minuman yang

halal dan menjauhi yang haram

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Kelompok 3 sesi ( 2 )

-M. Daffa kamal -Riska Adinda Z.

-Rohman Saputra -Zaskya Nur A.

-Neysa Nanda M.
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Sebagai seorang muslim yang ingin mendekatkan diri, atau setidaknya berusaha untuk
taat kepada Allah Sang Maha Pencipta, tentulah kita harus menjalankan ibadah kepada
Allah, baik itu yang wajib maupun yang sunnah agar Allah ridho kepada kita. Namun ada hal
lain yang tak boleh kita abaikan dalam usaha memperoleh ridho Allah, yaitu makanan dan
minuman.

Dalam Islam halal dan haram telah ditentukan dengan jelas, banyak sekali ayat Al-qur’an
dan Al-hadis yang membahas hal tersebut. Dengan demikian, mengkonsumsi makanan dan
minuman yang halal merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam.

Apabila makanan dan minuman kita terjaga dari yang diharamkan Allah, atau dengan
kata lain kita hanya makan mengkonsumsi yang dihalalkan Allah, niscaya ridho Allah itu
tidak mustahil kita peroleh jika kita taat kepada-Nya. Tetapi sebaliknya, meskipun kita taat,
namun kita makan dan minum dari yang haram yang bukan karena terpaksa, maka akan sia-
sialah usaha kita. Untuk itu, makalah ini disusun untuk mengupas tentang makanan dan
minuman yang halal dan yang haram dalam Islam.

B.     Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian makanan halal dan makanan haram ?

2.    Apa saja jenis makanan yang halal dan haram ?

3.    Apa manfaat makanan halal ?

4.    Dan apa pula mudharat makanan haram ?

 C.    Tujuan Penulisan

1.    Mengetahui pengertian makanan halal dan haram

2.    Mengetahui jenis makanan yang halal dan haram

3.    Mengetahui manfaat makanan halal

4.    Mengetahui mudharat makanan haram


BAB II

MAKANAN YANG HALAL DAN HARAM

A.    Pengertian Makanan Halal

Makanan yang halal adalah segala sesuatu yang diperbolehkan oleh syari’at
untuk dikonsumsi kecuali ada  larangan  dari Allah SWT dan Nabi Muhammad
SAW. Agama Islam  menganjurkan kepada pemeluknya untuk memakan
makanan yang halal dan baik.  Makanan halal maksudnya makanan yang
diperoleh dari usaha yang diridhai Allah.  Sedangkan makanan yang baik adalah
yang bermanfaat bagi tubuh, atau makanan bergizi.

Allah swt berfirman,

ٌ ِ‫ت ال َّش ْيطَا ِن ۚ ِإنَّهُ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُمب‬


‫ين‬ ِ ْ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ُكلُوا ِم َّما فِي اَأْلر‬
ِ ‫ض َحاَل اًل طَيِّبًا َواَل تَتَّبِعُوا ُخطُ َوا‬
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terbaik
dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168)

Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi
makanan  tersebut berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak
halal bisa mengganggu  kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan
haram, akan dibakar di hari kiamat  dengan api neraka.

B.     Jenis Makanan Halal

Makanan dikatakan halal paling tidak harus memenuhi tiga kriteria, yaitu
halal zatnya, halal cara memperolenya, dan halal cara pengolahannya.
1.   Halal zatnya

Makanan yang halal menurut zatnya adalah makanan yang dari dasarnya
halal untuk di konsumsi. Dan telah di tetapkan kehalalannya dalam kitab suci
al-qur’an dan al-hadist. Centoh makanan yang halal atas zatnya adalah daging
sapi, ayam, kambing, buah-buahan seperti apel, kurma, anggur, dan lain
sebagainya.

2.    Halal cara memperolehnya

Yaitu makanan yang di peroleh dengan cara yang baik dan sah, Makanan
akan menjadi haram apabila cara memperolehnya dengan jalan yang batil
karena itu bisa merugikan orang lain dan dilarang oleh syariat. Contoh dari cara
memperoleh yang baik adalah dengan cara membeli, bertani, hadiah, dan lain
sebagainya.

Adapun dari makanan yang diperoleh dari makanan yang batil adalah dengan
cara mencuri, merampok, menyamun, dan lain sebagainya.

3.   Halal cara pengolahannya

Yaitu makanan yang semula halal dan akan menjadi haram apabila cara
pengolahannya tidak sesuai dengan syeriat agama. Banyak sekali makanan
yang asalnya halal tetapi karena pengolahanya yang tidak benar menyebabkan
makanan itu mmenjadi haram. Contohnya anggur, makanan ini halal tetapi
karena telah diolah menjadi minuman keras maka minuman ini menjadi
haram.

Dalam firman Allah surat Al-A’raf, ayat 157 yaitu:


َ ‫ت َوي َُح ِّر ُم َعلَ ْي ِه ُم ْالخَ بَاِئ‬
‫ث‬ ِ ‫َوي ُِحلُّ لَهُ ُم الطَّيِّبَا‬
“Dan (Allah) menghalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan
bagi mereka segala yang buruk”

C.    Pengertian Makanan Haram

Makanan yang haram adalah segala sesuatu yang dilarang oleh syariat untuk
dikonsumsi, dan apabila tetap dikonsumsi akan mendapatkan dosa kecuali
dalam keadaan terpaksa, serta banyak sekali madhratnya dari pada hikmanya,
sebagai contoh mengkonsumsi darah yang mengalir ini di haramkan karena itu
kotor dan dihindari oleh manusia yang sehat, disampaing itu ada dugaan
bahwa darah tersebut dapat menimbulkan bahaya sebagaimana halnya
bangkai.
D.  Jenis Makanan Haram

Makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis, yaitu:

1.    Ada yang diharamkan karena dzatnya. Maksudnya asal dari makanan


tersebut memang sudah haram, seperti: bangkai, darah, babi, anjing, khamar,
dan lainnya.

2.    Ada yang diharamkan karena suatu sebab yang tidak berhubungan dengan
dzatnya. Maksudnya asal makanannya adalah halal, akan tetapi dia menjadi
haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan
tersebut. Misalnya: makanan dari hasil mencuri, upah perzinahan, sesajen
perdukunan, makanan yang disuguhkan dalam acara-acara yang bid’ah, dan
lain sebagainya.

Diharamkan mengkonsumsi semua makanan dan minuman yang bisa


memudhorotkan diri-apalagi kalau sampai membunuh diri-baik dengan segera
maupun dengan cara perlahan. Misalnya: racun, narkoba dengan semua jenis
dan macamnya, dan sejenisnya

1.Bangkai

Bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa penyembelihan yang syar’i
dan juga bukan hasil perburuan. Sebagaimana firman Allah,
ُ‫يح> ة‬ َ ‫ير َو َما ُأ ِه َّل لِ َغي ِْر هَّللا ِ بِ> ِه َو ْال ُم ْنخَ نِقَ>ةُ َو ْال َموْ قُ>>و َذةُ َو ْال ُمت ََر ِّديَ>ةُ َوالنَّ ِط‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِز‬
ْ ‫حُرِّ َم‬
‫َو َما َأ َك َل ال َّسبُ ُع ِإاَّل َما َذ َّك ْيتُ ْم‬

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)


yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya “.(QS. Al-Maidah: 3)

Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas,

1.    Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik.

2.    Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena pukulan keras.


3.    Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang
tinggi.

4.    An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya.

5.    Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.

6.    Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya disetrum.

7.    Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak membaca basmalah.

8.    Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah.

9.    Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/ terpisah dari tubuhnya.

Diperkecualikan darinya 3 bangkai, ketiga bangkai ini halal dimakan:

1.     Ikan, karena dia termasuk hewan air dan telah berlalu penjelasan bahwa
semua hewan air adalah halal bangkainya kecuali kodok.

2.     Belalang. Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar secara marfu:

” Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah.Adapun kedua bangkai itu
adalah ikan dan belalang. Dan adapun kedua darah itu adalah hati dan
limfa “. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

3.  Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih. Hal ini berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan kecuali An-
Nasa`iy, bahwa Nabi SAW bersabda, “Penyembelihan untuk janin adalah
penyembelihan induknya.” Maksudnya jika hewan yang disembelih sedang
hamil, maka janin yang ada dalam perutnya halal untuk dimakan tanpa harus
disembelih ulang.

b.      Darah

Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-
An’am ayat 145,

‫َأوْ َد ًما َّم ْسفُوحًا‬

“Atau darah yang mengalir” (QS. Al-An’am: 145)


Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana ditunjukkan dalam hadits
Ibnu ‘Umar yang baru berlalu. Juga dikecualikan darinya darah yang berada
dalam urat-urat setelah penyembelihan.

c.       Daging babi

Telah berlalu dalilnya dalam surah Al-Ma `idah ayat ketiga di atas. Yang
diinginkan dengan daging babi adalah mencakup seluruh bagian-bagian
tubuhnya termasuk lemaknya.

d.      Khamar

Allah-Subhanahu wa Ta’ala-berfirman:

ِ َ‫ال َّش ْيط‬ ‫ َع َم ِل‬ ‫ ِم ْن‬  ٌ‫ ِرجْ س‬ ‫ َواَأْل ْزاَل ُم‬ ‫اب‬
‫لَ َعلَّ ُك ْمتُ ْفلِحُو‬ ُ‫فَ>>اجْ تَنِبُوه‬ ‫ان‬ َ ‫ َواَأْل ْن‬ ‫ َو ْال َم ْي ِس ُر‬ ‫ ْال َخ ْم ُر‬ ‫ِإنَّ َما‬ ‫ َءا َمنُوا‬  َ‫الَّ ِذين‬ ‫يَاَأيُّهَا‬
>ُ ‫ص‬
َ‫ن‬

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan
keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 90)

Dan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar ra. : “Semua yang
memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah haram.” Dikiaskan
dengan semua makanan dan minuman yang bisa menyebabkan hilangnya akal
(mabuk), misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan macamnya.

e.       Semua hewan buas yang bertaring

Dan dalam riwayat Muslim, “Semua hewan buas yang bertaring maka
memakannya adalah haram.” Jumhur ulama berpendapat haramnya
berlandaskan hadits di atas dan hadits-hadits lain yang semakna dengannya.

f.       Semua burung yang memiliki cakar

Yaitu semua burung yang memiliki cakar yang kuat yang dia memangsa
dengannya, seperti: elang dan rajawali. Jumhur ulama dari kalangan Imam
Empat (kecuali Imam Malik) dan selainnya menyatakan pengharamannya
berdasarkan hadits Ibnu Abbas ra :

‫الطَّي ِْر‬  َ‫ ِمن‬ ‫ب‬


ٍ َ‫ َم ْخل‬  ْ‫ ِذي‬  ُّ‫ َو ُكل‬ ،‫اع‬ ٍ ‫نَا‬  ْ‫ ِذي‬ ‫ ُك ِّل‬ ‫ع َْن‬ ‫نَهَى‬
ِ َ‫ال ِّسب‬  َ‫ ِمن‬ ‫ب‬
“Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang bertaring
dan semua burung yang memiliki cakar.” (HR. Muslim)

g.      Jallalah.

Yaitu hewan pemakan feses (kotoran) manusia atau hewan lain , baik berupa


onta, sapi, dan kambing, maupun yang berupa burung, seperti: garuda, angsa
(yang memakanfeses), ayam (pemakan feses), dan sebagian gagak.

Hukumnya adalah haram. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad-dalam satu


riwayat-dan salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Syafi’iyah. mereka
berdalilkan dengan hadits Ibnu ‘Umar -a beliau berkata:

“Rasulullah SAW melarang dari memakan al-jallalah dan dari meminum


susunya”. (HR. Imam Lima kecuali An-Nasa`iy)

Beberapa masalah yang berkaitan dengan jallalah:

1.    Tidak semua hewan yang memakan feses masuk dalam


kategori jallalah yang diharamkan, akan tetapi yang diharamkan hanyalah
hewan yang kebanyakan makanannya adalah feses dan jarang memakan
selainnya. Dikecualikan juga semua hewan air pemakan feses, karena telah
berlalu bahwa semua hewan air adalah halal dimakan.

2.    Jika jallalah ini dibiarkan sementara waktu hingga isi perutnya bersih


dari fesesmaka tidak apa-apa memakannya ketika itu. Hanya saja mereka
berselisih pendapat mengenai berapa lamanya dia dibiarkan, dan yang
benarnya dikembalikan kepada ukuran adat kebiasaan atau kepada sangkaan
besar.

h.      Kuda

Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat
perang Khaibar. Semakna dengannya ucapan Asma `bintu Abu Bakar ra, “Kami
menyembelih kuda di zaman Rasulullah SAW lalu kamipun memakannya”. (HR.
Al-Bukhary dan Muslim)

Maka ini adalah sunnah taqririyyah (persetujuan) dari Nabi SAW.


Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan Asy-Syafi’iyyah, Al-Hanabilah,
salah satu pendapat dalam madzhab Malikiyah, serta merupakan pendapat
Muhammad ibnul Hasan dan Abu Yusuf dari kalangan Hanafiyah. Dan ini yang
dikuatkan oleh Imam Ath-Thohawy sebagaimana dalam Fathul Bary dan Imam
Ibnu Rusyd dalam Al-Bidayah.

i.        Baghol

Dia adalah hewan hasil peranakan antara kuda dan keledai. Dan ini (haram)
adalah hukum untuk semua hewan hasil peranakan antara hewan yang halal
dimakan dengan yang haram dimakan.

j.        Anjing

Para ulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di antara dalil yang
menunjukkan hal ini adalah bahwa anjing termasuk dari hewan buas yang
bertaring yang telah berlalu pengharamannya. Dan telah tsabit dari Nabi SAW
bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu
maka Dia akan mengharamkan harganya.“

Dan telah Tsabit dalam hadits Abu Mas’ud Al-Anshory riwayat Al-Bukhary dan
Muslim dan juga dari hadits Jabir riwayat Muslim akan haramnya
memperjualbelikan anjing.

k.      Kucing baik yang jinak maupun yang liar

Jumhur ulama menyatakan haramnya memakan kucing karena dia termasuk


hewan yang bertaring dan memangsa dengan taringnya. Pendapat ini yang
dikuatkan oleh Syaikh Al-Fauzan. Dan juga telah Warid dalam hadits Jabir
riwayat Imam Muslim akan larangan meperjualbelikan kucing, sehingga hal ini
menunjukkan haramnya.

E.  Manfaat Makanan Halal

Makanan yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi tentu sangat
berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.. Hasil dari
makanan minuman yang halal sangat membawa berkah, barakah bukan berarti
jumlahnya banyak, meskipun sedikit, namun uang itu cukup untuk mencukupi
kebutuhan sahari-hari dan juga bergizi tinggi. Bermanfaat bagi pertumbuhan
tubuh dan perkembangan otak.
Lain halnya dengan hasil dan jenis barang yang memang haram, meskipun
banyak sekali, tapi tidak barokah, maka Allah menyulitkan baginya rahmat
sehingga uangnnya terbuang banyak hingga habis dalam waktu singkat.

Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :

1.    Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,

2.    Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,

3.    Mendapat perlindungan dari Allah SWT.

4.    Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,

5.    Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,

6.    Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.

 F.  Mudharat Makanan Haram

Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga mengandung
lebih  banyak mudharat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil haram
meskipun banyak, namun  tidak barokah atau cepat habis dibandingkan yang
halal dan barokah.

Dan juga makan haram merugikan orang lain yang tidak mengetahui hasil dari
perbuatan haram itu. Sehingga teman, kerabat iktu terkena getahnya. Dan juga
yang mencari rezeki haram tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam jumlah
bayak dan besar karena takut diketahui dan mencemarkan nama baiknya dan
keluarga sanak familinya.

Ada beberapa mudlarat lainnya, yaitu :

1.    Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram,


tidak mustajabah (maqbul).

2.    Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan


mengarahkannya kepada kemaksiatan dengan uang itu.

3.    Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.

4.    Nama baik, kepercayan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.


5.    Berdosa, karena telah melanggar aturan Allah.

6.    Merusak secara jasmani dan rohani kita.

BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan sampai
ada dalil yang melarangnya. Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik
untuk tubuh, dan boleh jadi makanan  tersebut berbahaya bagi kesehatan.
Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa mengganggu  kesehatan rohani.
Daging yang tumbuh dari makanan haram, akan dibakar di hari kiamat  dengan
api neraka.

Ada banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang makanan halal dan
makanan haram, namun tentu saja tidak dapat kami tampilkan semua, di
antaranya sebagaimana yang telah kami uraian dalam pembahasan di atas.

Makanan yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi tentu sangat
berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.. Hasil dari
makanan minuman yang halal sangat membawa berkah, barakah meskipun
jumlahnya sedikit. Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah,
juga mengandung lebih  banyak mudharat (kejelekan) daripada kebaikannya.
Hasil haram meskipun banyak, namun  tidak barokah atau cepat habis
dibandingkan yang halal dan barokah.

B.     Kritik dan Saran

Saya menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun saya berharap
makalah ini tetap dapat memberikan manfaat meskipun sedikit. Selain itu saya
juga berharap pembaca berkenan memberikan masukan baik berupa kritik
maupun saran.
DAFTAR PUSTAKA

http://ukhuwahislah.blogspot.com/2013/06/makalah-makanan-halal-dan-
makanan-haram.html

http://khoirulazzamnurululum.blogspot.com/2013/06/makalah-makanan-
halal-dan-haram-with.html

http://bams239.blogspot.com/2012/03/pengertian-halal-dan-haram.html

http://salafy.or.id/blog/2009/11/20/makanan/

Anda mungkin juga menyukai