HARAM (ISLAM)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan manusia tak pernah berpisah dengan lingkungan sekitarnya. Allah SWT menciptakan
berbagai makhluk hidup , diantaranya manusia, hewan dan tumbuhan. Makhluk hidup tersebut
merupakan satu kesatuan dalam hubungan sosial antar makhluk hidup. Manusia membutuhkan
bahan yang dapat ia olah menjadi makanan yang dapat membuat dia tidak letih dalam
menjalankan aktivitas kehidupannya atau dapat dikatakan manusia membutuhkan hewan dan
tumbuhan sebagai bahan untuk membuat olahan dari kulit ia dapat makan dan dapat menambah
energi tubuhnya yang akan habis,hewan juga membutuhkan manusia namun ada juga hewan
yang hidup di alam liar sehingga tidak membutuhkan bantuan manusia dalam hidupnya.
Makhluk hidup yang diciptakan Allah SWT. diciptakan untuk tetap bertasbih dan bersujud
kepada-Nya.,apakah itu manusia,hewan maupun tumbuhan. Semuanya tetap harus mematuhi
perintah dari Tuhan-nya dan menjauhi segala larangannya. Terkhusus bagi manusia sebagai
khalifah di muka bumi ini. Manusia perlu menghindari setiap perbuatan/sikap dan sifat yang
berdampak negatif, tidak memakan makanan yang telah dilarang dalam agama.Maka dari itu,
manusia harus selalu mengingat hal-hal yang dilarang dalam agamanya.
Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pengertian Halal
Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti disahkan, diizinkan, dan diperbolehkan. Allah
SWT menghalalkan semua makanan yang mengandung maslahat dan manfaat, baik yang
kembalinya kepada ruh maupun jasad, baik kepada individu maupun masyarakat. Pada umumnya
semua makanan dan minuman yang ada di dunia ini halal, semua untuk dimakan dan diminum
kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat dalam Al-Qur’an dan yang terdapat dalam
hadist Nabi Muhammad SAW.
2) Pengertian Haram
Kata haram berasal dari bahasa Arab ( )ݦݛ حyang berarti larangan (dilarang oleh agama). Allah
mengharamkan semua makanan yang memudhorotkan atau yang mudhorotnya lebih besar
daripada manfaatnya. Hal ini tidak lain untuk menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh, dan
jasad, yang mana baik atau buruknya keempat perkara ini sangat ditentukan setelah hidayah dari
Allah dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian akan berubah
menjadi darah dan daging sebagai unsur penyusun hati dan jasadnya.
Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi makanan tersebut
berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa mengganggu kesehatan
rohani. Daging yang tumbuh dari makanan haram, akan dibakar di hari kiamat dengan api
neraka.
Makanan halal dari segi jenis ada tiga :
1) Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut, seperti kelinci, ayam, kambing, sapi,
burung, ikan.
2) Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain.
3) Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua.
1) Halal makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain seperti bekerja
sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dll.
2) Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan itu halal ,
tetapi dibenci Allah seperti pengamen.
3) Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah, warisan,
wasiat, dll.
4) Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam peperangan
(ghoniyah).
Binatang yang berkehidupan didarat, ada yang halal dan ada pula yang haram. Binatang yang
halal diantaranya : Unta,Sapi,Kerbau, Kambing, Kuda, Ayam, Ikan,dan lain sebagainya.
Bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa penyembelihan yang syar’i dan juga bukan hasil
perburuan.
Allah SWT menyatakan dalam firman-Nya:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya”. (QS. Al-Ma`idah: 3)
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan”. (QS. Al-
An’am: 121)
Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas:
· Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik.
· Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena pukulan keras.
· Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang tinggi.
· An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya.
· Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.
· Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya disetrum.
· Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak membaca basmalah.
· Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun dengan membaca basmalah.
· Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya.
Hal ini berdasarkan hadits Abu Waqid secara marfu:
“Apa-apa yang terpotong dari hewan dalam keadaan dia (hewan itu) masih hidup, maka
potongan itu adalah bangkai”. (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzy dan dishohihkan olehnya).
Diperkecualikan darinya 3 bangkai, ketiga bangkai ini halal dimakan:
1. Ikan, karena dia termasuk hewan air dan telah berlalu penjelasan bahwa semua hewan air
adalah halal bangkainya kecuali kodok.
2. Belalang. Berdasarkan hadits Ibnu Umar secara marfu:
“Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah. Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan
belalang. Dan adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
3. Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih. Hal ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan kecuali An-Nasa’i, bahwa
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Penyembelihan untuk janin adalah penyembelihan induknya”.
Maksudnya jika hewan yang disembelih sedang hamil, maka janin yang ada dalam perutnya
halal untuk dimakan tanpa harus disembelih ulang.
b. Darah
Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-An’am ayat 145:
“Atau darah yang mengalir”.
Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Ibnu Umar yang
baru berlalu. Juga dikecualikan darinya darah yang berada dalam urat-urat setelah
penyembelihan.
c. Daging babi
Seperti dalilnya dalam surah Al-Ma`idah ayat ketiga di atas. Yang diinginkan dengan daging
babi adalah mencakup seluruh bagian-bagian tubuhnya termasuk lemaknya.
d. Khamar
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”. (QS. Al-Ma`idah: 90)
Dan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar r.a secara marfu:
“Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah haram”.
Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa menyebabkan hilangnya akal
(mabuk), misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan macamnya.
Yang diinginkan dengannya adalah semua burung yang memiliki cakar yang kuat yang dia
memangsa dengannya, seperti: elang dan rajawali. Jumhur ulama dari kalangan Imam Empat
kecuali Imam Malik- dan selainnya menyatakan pengharamannya berdasarkan hadits Ibnu Abbas
r.a :
“Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang bertaring dan semua burung
yang memiliki cakar”. (HR. Muslim)
g. Jallalah
Dia adalah hewan pemakan feses (kotoran) manusia atau hewan lain, baik berupa onta, sapi, dan
kambing, maupun yang berupa burung, seperti: garuda, angsa (yang memakan feses), ayam
(pemakan feses), dan sebagian gagak. Hukumnya adalah haram. Ini merupakan pendapat Imam
Ahmad dalam satu riwayat dan salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Syafi’iyah, mereka
berdalilkan dengan hadits Ibnu Umar r.a beliau berkata:
“Rasulullah SWA melarang dari memakan al-jallalah dan dari meminum susunya” (HR. Imam
Lima kecuali An-Nasa`i (3787))
Beberapa masalah yang berkaitan dengan jallalah:
Ø Tidak semua hewan yang memakan feses masuk dalam kategori jallalah yang diharamkan,
akan tetapi yang diharamkan hanyalah hewan yang kebanyakan makanannya adalah feses dan
jarang memakan selainnya. Dikecualikan juga semua hewan air pemakan feses, karena telah
berlalu bahwa semua hewan air adalah halal dimakan.
Ø Jika jallalah ini dibiarkan sementara waktu hingga isi perutnya bersih dari feses maka tidak
apa-apa memakannya ketika itu. Hanya saja mereka berselisih pendapat mengenai berapa
lamanya dia dibiarkan, dan yang benarnya dikembalikan kepada ukuran adat kebiasaan atau
kepada sangkaan besar.
Ini merupakan madzhab Imam Empat kecuali Imam Malik dalam sebagian riwayat darinya. Dari
Anas bin Malik r.a, bahwasanya Rasulullah SWT bersabda:
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan daging-daging keledai
yang jinak, karena dia adalah najis”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
Diperkecualikan darinya keledai liar, karena Jabir r.a berkata:
“Saat (perang) Khaibar, kami memakan kuda dan keledai liar, dan Nabi Muhammad
SAW melarang kami dari keledai jinak”. (HR. Muslim)
Inilah pendapat yang paling kuat, sampai-sampai Imam Ibnu Abdil Barr menyatakan, “Tidak ada
perselisihan di kalangan ulama zaman ini tentang pengharamannya”.
i. Kuda
Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat perang Khaibar.
Semakna dengannya ucapan Asma` bintu Abi Bakr r.a :
“Kami menyembelih kuda di zaman Rasulullah -Shallallahu „alaihi wasallam- lalu kamipun
memakannya”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
Maka ini adalah sunnah taqririyyah (persetujuan) dari Nabi Muhammad SAW.
Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan Asy-Syafi’iyyah, Al-Hanabilah, salah satu
pendapat dalam madzhab Malikiyah, serta merupakan pendapat Muhammad ibnul Hasan dan
Abu Yusuf dari kalangan Hanafiyah.
j. Anjing
Para ulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di antara dalil yang menunjukkan hal ini
adalah bahwa anjing termasuk dari hewan buas yang bertaring yang telah berlalu
pengharamannya. Dan Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu maka Dia akan mengharamkan harganya
[12]“.
Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :
v Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,
v Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,
v Mendapat perlindungan dari Allah SWT,
v Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
v Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,
v Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.
v Manusia dapat bertahan hidup di dunia sampai batas yang di tentukan Allah SWT.
v Manusia dapat mencapai ridha Allah SWT. dalam hidup karena dapat memilih jenis makanan
maupun minuman yang baik sesuai petunjuk Allah SWT.
v Manusia dapat memiliki akhlak karimah karena makanan dan minuman yang halal
memengaruhi watak dan perangai manusia menjadi seperti sabar, tenang, dan qanaah.
v Manusia dapat terhindar dari akhlak mazmumah karena tidak mengkomsumsi makanan dan
minuman yang haram. Makanan dan minuman yang haram akan mempengaruhi sikap mental
menjadi tidak terpuji seperti mudah marah, kasar ucapan, maupun perbuatannya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang ada di dunia ini adalah halal untuk dimakan
dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat dalam Al-Qur’an atau yang
terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Tiap benda yang ada di permukaan bumi
menuruthukum asalnya adalah halal kecuali kalau ada larangan secara syar’i.
Makanan dan minuman yang halal dan baik serta bergizi tentu sangat berguna bagi kita, baik
untuk kebutuhan jasmani maupun rohani. Hasil dari makanan dan minuman yang halal sangat
membawa berkah, barakah meskipun jumlahnya sedikit. Makanan dan minuman yang haram,
selain dilarang oleh Allah S.W.T juga mengandung banyak mudharat (Kejelekan) daripada
kebaikannya.
SARAN
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun kami berharap makalah ini tetap
dapat memberikan manfaat meskipun sedikit. Selain itu kami juga berharap pembaca berkenan
memberikan masukan baik berupa kritik maupun sar
MAKALAH
MAKANAN DAN MINUMAN YANG HALAL DAN YANG
HARAM
BIDANG STUDI :
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI)