Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan yang halal dan baik merupakan tuntunan agama. Halal dari segi dhahiriyah dan
sumber untuk mendapatkan makanan tersebut apakah melalui cara-cara yang halal. Memakan
makanan yang halal dan baik merupakan bukti ketaqwaan kita kepada Allah, karena
memakan makanan halal dan baik merupakan salah satu ibadah.
Allah membolehkan manusia seluruhnya memakan makanan yang telah diberikan Allah di
bumi ini, yang halal dan yang baik saja, serta meninggalkan yang haram. Allah menyeru
manusia supaya menikmati makanan-makanan yang baik dalam kehidupan mereka dan
menjauhi makanan-makanan yang tidak baik, karena dunia diciptakan untuk seluruh manusia.
Karunia Allah bagi setiap manusia adalah sama, baik beriman atau tidak beriman. Kehidupan
manusia tak pernah berpisah dengan lingkungan sekitarnya. Allah SWT menciptakan
berbagai makhluk hidup , diantaranya manusia, hewan, dan tumbuhan. Makhluk hidup
tersebut merupakan satu kesatuan dalam hubungan sosial antar makhluk hidup. Manusia
membutuhkan bahan yang dapat ia olah menjadi makanan yang dapat membuat dia tidak letih
dalam menjalankan aktivitas kehidupannya atau dapat dikatakan manusia membutuhkan
hewan dan tumbuhan sebagai bahan untuk membuat olahan dari kulit ia dapat makan dan
dapat menambah energi tubuhnya yang akan habis,hewan juga membutuhkan manusia namun
ada juga hewan yang hidup di alam liar sehingga tidak membutuhkan bantuan manusia dalam
hidupnya. Makhluk hidup yang diciptakan Allah SWT diciptakan untuk tetap bertasbih dan
bersujud kepada-Nya., apakah itu manusia, hewan, maupun tumbuhan. Semuanya tetap harus
mematuhi perintah dari Tuhan-nya dan menjauhi segala larangannya. Terkhusus bagi
manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia perlu menghindari setiap
perbuatan/sikap dan sifat yang berdampak negatif, tidak memakan makanan yang telah
dilarang dalam agama. Maka dari itu, manusia harus selalu mengingat hal-hal yang dilarang
dalam agamanya.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dapat di tarik rumusan masalahnya,diantaranya :
a) Apakah pengertian Halal dan Haram ?
b) Hadist atau Qur’an Surah apa yang menerangkan tentang halal dan haram?
c) Apa saja yang termasuk dalam jenis-jenis makanan halal ?
d) Apa saja yang termasuk dalam jenis-jenis makanan haram ?
e) Dalil apa yang menerangkan makanan halal dan makanan haram?
f) Apa saja manfaat mengkomsumsi makanan halal ?
g) Apa dampak negatif dari mengkomsumsi makanan haram ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni :
a) Mengetahui pengertian dari halal dan haram.
b) Mengetahui dalil ( hadist atau Qur’an Surah) yang menerangkan tentang halal dan
haram.
c) Mengetahui jenis-jenis makanan halal.
d) Mengetahui jenis-jenis makanan haram.
e) Mengetahui dalil yang menerangkan mengenai makanan halal dan haram.
f) Mengetahui manfaat mengkomsumsi makanan halal.
g) Mengetahui dampak negatif mengkomumsi makanan haram.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makanan Halal
Hal ini di jelaskan dalam surah Ali 'Imran ayat 93 berikut ini
" Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh
Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan [212]. Katakanlah: "(Jika
kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah
Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar ." (Q.S. Ali 'Imran 3:93).
Halal (Arab : ‫ حالل‬ḥalāl; 'diperbolehkan') adalah segala objek atau kegiatan yang diizinkan
untuk digunakan atau dilaksanakan, dalam agama Islam. Istilah ini dalam kosakata sehari-
hari lebih sering digunakan untuk menunjukkan makanan dan minuman yang diizinkan untuk
dikonsumsi menurut Islam, menurut jenis makanan dan cara memperolehnya. Pada
prinsipnya semua makanan dan minuman yang ada di dunia ini halal semua untuk dimakan
dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat dalam Al Qur’an dan yang
terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Tiap benda di permukaan bumi menurut
hukum asalnya adalah halal kecuali kalau ada larangan secara syar’i. Dalam sebuah hadist
Rosulullah SAW pernah ditanya para sahabat tentang hukum minyak sapi (samin), keju, kulit
binatang beserta bulunya untuk perhiasan maupun untuk tempat duduk.
Pasangan halal adalah thayyib yang berarti 'baik'. Suatu makanan dan minuman tidak hanya
halal, tetapi harus thayyib; apakah layak dikonsumsi atau tidak, atau bermanfaatkah bagi
kesehatan. Lawan halal adalah haram. Halal sebagai salah satu dari lima hukum, yaitu:
fardhu (wajib), mustahab (disarankan), halal (diperbolehkan), makruh (dibenci), haram
(dilarang). Sertifikasi kehalalan produk-produk pangan dan minuman ditangani oleh Majelis
Ulama Indonesia.
Jadi, Makanan yang halal adalah makanan yang diizinkan oleh Allah untuk dimakan,
Sedangkan minuman yang halal adalah semua jenis minuman yang terbuat dari bahan-bahan
yang dihalalkan walaupun bahan dasarnya adalah air seperti kopi, teh, es juice dan lain-lain.
B. Ciri-ciri Makanan dan Minuman Halal
Untuk mengetahui halal haramnya jenis barang (dzat) tersebut dan layak dikonsumsi atau
tidaknya kita bisa mengetahui ciri-ciri makanan atau minuman tersebut, antara lain :
1) Penjelasan dalam Al qur’an dan hadist
2) Bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia
3) Tidak merusak badan, akal, maupun pikiran
4) Tidak kotor, najis, dan tidak menjijikkan
5) Bergizi dan tidak mengandung racun yang bisa menyebabkan penyakit
6) Tidak di satukan dan tidak tercampuri dengan barang yang haram
7) Tidak memabukkan
8) Di peroleh dengan cara yang halal
Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa kita disuruh memakan makanan dan minum minuman
yang halal dan baik. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 168
Artinya:
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat dibumi dan
jangan kamu megikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu”.
(Q.S. Al Baqarah/2:168)
Dari dua ayat di atas maka jelaslah bahwa makanan yang dimakan oleh seorang Muslim
hendaknya memenuhi 2 syarat, yaitu:
1. Halal, artinya diperbolehkan untuk dimakan dan tidak dilarang oleh hukum syara’
2. Baik, artinya makanan itu bergizi dan bermanfaat untuk kesehatan.
Minuman yang halal pada dasarnya dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1. Semua jenis aiar atau cairan yang tidak membahayakan bagi kehidupan manusia, baik
membahayakan dari segi jasmani, akal, jiwa, maupun aqidah.
2. Air atau cairan yang tidak memabukkan walaupun sebelumnya pernah memabukkan
seperti arak yang berubah menjadi cuka.
3. Air atau cairan itu bukan berupa benda najis atau benda suci yang terkena najis.
4. Air atau cairan yang suci itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang tidak
bertentangan dengan ajaran agama Islam.
C. Syarat Makanan yang Halal
1) Suci, bukan najis atau yang terkena najis, firman Allah maksudnya:
Artinya:
"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang disembelih dengan nama selain Allah". (Surah Al Baqarah : 173).
2) Aman, tidak bermudharat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, firman
Allah:Artinya:
"Dan janganlah kamu menjerumuskan diri kamu kedalam kebinasaan". (Surah Al
Baqarah:195).
3) Tidak memabukkan, sabda Rasulullah SAW yang bermaksud :"Setiap yang
memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram". (Sahih Muslim).
4) Disembelih dengan penyembelihan yang sesuai dengan syari'at jika makanan itu berupa
daging hewan.
D. Jenis-jenis Makanan Halal
Makanan yang dihalalkan dalam Islam sangat banyak sekali, berbagai macam makanan mulai
dari yang dihasilkan dari tumbuhan ataupun dari hasil ternakan (hewan). Dalam Al Qur’an
telah dijelaskan Oleh Allah SWT, dalam Surat Al-Baqarah ayat 168 sebagai berikut:
Artinya:
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat dibumi dan
jangan kamu megikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu”.
(Q.S. Al Baqarah/2:168).
Dari itu Allah SWT juga berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 172 yaitu:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu
menyembah”.
Makanan halal juga dari segi jenis ada tiga:
· Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut seperti kelinci, ayam, kambing, sapi,
burung, ikan.
· Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran, dan lain-lain.
· Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua.
Pada pembahasan ini makanan yang dihalalkan dalam Islam meliputi beberapa hal yaitu:
1. Halal secara zatnya
Makanan yang dimakan tidak mengandung zat yang dapat membuat haram makanan. Adapun
kemungkinan suatu makanan menjadi haram karena memberi Mudharat bagi manusia seperti
racun, barang-barang menjijikkan, dan sebagainya.
2. Halal cara prosesnya
Makanan yang halal tetapi bila diproses dengan cara yang tidak halal, maka menjadi haram.
Memproses secara tidak halal itu bila dilakukan:
a) Penyembelihan hewan yang tidak dilakukan oleh seorang muslim, dengan tidak
menyebut atas nama Allah dan menggunakan pisau yang tajam.
b) Penyembelihan hewan yang jelas-jelas diperuntukkan atau dipersembahkan kepada
berhala (sesaji).
c) Karena darah itu diharamkan, maka dalam penyembelihan, darah hewan yang
disembelih harus keluar secara tuntas, urat nadi lehar atau saluran nafasnya harus putus, dan
harus dilakukan secara santun, menggunakan pisau yang tajam.
d) Daging hewan yang halal tercemar oleh zat haram atau tidak halal menjadi tidak halal.
Pengertian tercemar disini bisa melalui tercampurnya dengan bahan tidak halal, berupa bahan
baku, bumbu atau bahan penolong lainnya. Bisa juga karena tidak terpisahnya tempat dan alat
yang digunakan memproses bahan tidak halal.
e) Adapun ikan baik yang hidup di air tawar maupun yang hidup di air laut semuanya
halal, walaupun tanpa disembelih, termasuk semua jenis hewan yang hidup di dalam air.
f) Selain yang tersebut diatas, ada beberapa jenis binatang yang diharamkan oleh
sementara pendapat ulama namun dasarnya masih mengundang perbedaan pendapat.
3. Halal cara memperolehnya
Seorang muslim yang taat sangat memperhatikan makanan yang dikonsumsinya. Islam
memberikan tuntunan agar orang Islam hanya makan dan minum yang halal dan thoyyib,
artinya makanan yang sehat secara spiritual dan higienis.
Mengkonsumsi makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal berarti tidak halal
secara spiritual akan sangat berpengaruh negatif terhadap kehidupan spiritual seseorang.
Darah yang mengalir dalam tubuhnya menjadi sangar, sulit memperoleh ketenangan,
hidupnya menjadi beringas, tidak pernah mengenal puas, tidak pernah tahu bersyukur, ibadah
dan doanya sulit diterima oleh Tuhan.
E. Manfaat Makanan Dan Minuman Halal
Makanan dan minuman yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi tentu sangat
berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani. Apabila makanan dan minuman
yang didapatkan dari hasil yang halal tentu sangat berguna untuk diri kita dan keluarga kita.
Hasil dari makanan minuman yang halal sangat membawa berkah, barakah bukan berarti
jumlahnya banyak, meskipun sedikit, namun uang itu cukup untuk mencukupi kebutuhan
sahari-hari dan juga bergizi tinggi. Bermanfaat bagi pertumbuhan tubuh dan perkembangan
otak. Lain halnya dengan hasil dan jenis barang yang memang haram, meskipun banyak
sekali, tapi tidak barokah, maka Allah menyulitkan baginya rahmat sehingga uangnnya
terbuang banyak hingga habis dalam waktu singkat.
Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :
1. Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,
2. Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,
3. Mendapat perlindungan dari Allah SWT,
4. Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
5. Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,
6. Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.
7. Manusia dapat bertahan hidup di dunia sampai batas yang di tentukan Allah SWT.
8. Manusia dapat mencapai ridha Allah SWT dalam hidup karena dapat memilih jenis
makanan maupun minuman yang baik sesuai petunjuk Allah SWT.
9. Manusia dapat memiliki akhlak karimah karena makanan dan minuman yang halal
memengaruhi watak dan perangai manusia menjadi sabar, tenang, dan qanaah.
10. Manusia dapat terhindar dari akhlak mazmumah karena tidak mengkomsumsi makanan
dan minuman yang haram. Makanan dan minuman yang haram akan mempengaruhi sikap
mental menjadi tidak terpuji seperti mudah marah, kasar ucapan, maupun perbuatannya.
F. Dalil Naqli tentang Makanan dan Minuman Halal
1. “… Barang yang di halalkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah halal, dan barang yang
diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah haram. Dan sesuatu yang tidak dilarang-Nya,
maka barang itu termasuk yang diafkan-Nya, sebagai kemudahan bagi kamu.” [(HR. Ibnu
Majah dan Tirmidzi) Fiqih sunnah oleh Sulaiman Ar Rasyid].
2. Surat Al Maidah Ayat 88 yaitu:
Artinya:
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah berikan rezekinya
kepadamu bertaqwalah pada Allah yang kamu beriman pada-Nya.”(QS. Al Maidah : 88).
3. Surat An Nahl Ayat 10 yaitu:
Artinya:
“Dia telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan
sebagainya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu
menggembalakan ternakmu.” (QS.An Nahl : 10)
4. Surat Al Maidah Ayat 90 yaitu:
Artinya:
“Hai orang-orang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS.Al Maidah :
90)
5. “Sesungguhnya Sa’ad Ibnu Ubayyin mohon pada Rosulullah SAW agar didoakan
kepada Allah supaya doanya diterima (mustajab), maka beliau bersabda kepadanya :
“Perbaiki makanan, niscaya diterima doa-doamu.” (HR. Tabrani)
6. Surat An Nahl Ayat 114 yaitu:
Artinya:
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah
kepadamu…”(QS. An Nahl :114)
7. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
Artinya:
“Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas
untuknya”.
8. Surat Al Baqarah Ayat 195 yaitu:
Artinya:
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”. (QS. Al-Baqarah:
195)
G. Pengertian Makanan Haram
Haram artinya dilarang, jadi makanan yang haram adalah makanan yang dilarang oleh syara’
untuk dimakan. Setiap makanan yang dilarang oleh syara’ pasti ada bahayanya dan
meninggalkan yang dilarang syara’ pasti ada faidahnya dan mendapat pahala.
Allah SWT telah memerintahkan manusia supaya mengkonsumsi makanan dan minuman
yang baik. Sebaliknya manusia diharuskan menjauhi makanan dan minuman yang haram.
Makanan yang haram adalah makanan yang dilarang dikonsumsi menurut syariat Islam,
Sedangkan minuman yang haram adalah minuman yang tidak boleh diminum oleh orang
Islam karena adanya dalil yang jelas. Firman Allah dalam surat al A’raf ayat 157, yang
artinya :
...dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk ...” ( QS. Al A’raf / 7 : 157 )
H. Kriteria Makanan atau Binatang yang Diharamkan dalam Islam
Di dalam Syariat islam, makanan atau binatang yang haram dikonsumsi ada 2 jenis yaitu:
1. Haram Lidzatihi (makanan yang haram karena zatnya)
Maksudnya hukum asal makanan itu sendiri memang sudah diharamkan oleh Allah SWT dan
Rosul-Nya yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan Hadits. Misalnya: darah, daging babi,
minuman keras, semua binatang buas yang bertaring, yang dengan taringnya ia memangsa
dan menyerang musuhnya, dan lain sebagainya.
2. Haram Lighairihi (makanan yang haram karena faktor eksternal)
Maksudnya yaitu hukum asal makanan itu sendiri adalah halal akan tetapi berubah
menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan tersebut.
Misalnya: makanan dari hasil mencuri atau dibeli dengan uang hasil korupsi, transalsi riba
upah pelacuran, sesajen perdukunan, dan lain sebagainya.
Jenis-jenis Makanan Haram
Makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis:
1. Ada yang diharamkan karena dzatnya
Maksudnya asal dari makanan tersebut memang sudah haram, seperti: bangkai, darah, babi,
anjing, khamar, dan selainnya.
2. Ada yang diharamkan karena suatu sebab yang tidak berhubungan dengan dzatnya
Maksudnya asal makanannya adalah halal, akan tetapi dia menjadi haram karena adanya
sebab yang tidak berkaitan dengan makanan tersebut. Misalnya: makanan dari hasil mencuri,
upah perzinaan, sesajen perdukunan, makanan yang disuguhkan dalam acara-acara yang
bid’ah, dan lain sebagainya.
Diharamkan mengkonsumsi semua makanan dan minuman yang bisa memudhorotkan diri
(apalagi kalau sampai membunuh diri) baik dengan segera maupun dengan cara perlahan.
Misalnya: racun, narkoba dengan semua jenis dan macamnya, dan sejenisnya.
1) Bangkai
Bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa penyembelihan yang syar’i dan juga bukan
hasil perburuan. Allah SWT menyatakan dalam firman-Nya:
Artinya:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya”. (QS. Al-
Ma`idah: 3)
Dan juga dalam firmannya:
Artinya:
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan”. (QS.
Al-An’am: 121)
Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas:
· Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik.
· Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena pukulan keras.
· Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang tinggi.
· An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya.
· Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.
· Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya disetrum.
· Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak membaca basmalah.
· Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun dengan membaca
basmalah.
· Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya. Hal ini berdasarkan
hadits Abu Waqid secara marfu’:
Artinya:
“Apa-apa yang terpotong dari hewan dalam keadaan dia (hewan itu) masih hidup, maka
potongan itu adalah bangkai”. (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzy dan dishohihkan
olehnya)
Diperkecualikan darinya 3 bangkai, ketiga bangkai ini halal dimakan:
1. Ikan, karena dia termasuk hewan air dan telah berlalu penjelasan bahwa semua
hewan air adalah halal bangkainya kecuali kodok.
2. Belalang. Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar secara marfu’:
Artinya:
“Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah. Adapun kedua bangkai itu adalah ikan
dan belalang. Dan adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa”. (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah)
Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih. Hal ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan kecuali An-Nasa`iy, bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda:
Artinya:
“Penyembelihan untuk janin adalah penyembelihan induknya”.
Maksudnya jika hewan yang disembelih sedang hamil, maka janin yang ada dalam perutnya
halal untuk dimakan tanpa harus disembelih ulang.
[Al-Luqothot fima Yubahu wa Yuhramu minal Ath'imah wal Masyrubat point pertama]
2) Darah
→Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-An’am ayat
145:
“Atau darah yang mengalir”.‫َأوْ َد ًما َم ْسفُوحًا‬
Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Ibnu ‘Umar yang
baru berlalu. Juga dikecualikan darinya darah yang berada dalam urat-urat setelah
penyembelihan.
3) Daging babi.
Telah berlalu dalilnya dalam surah Al-Ma`idah ayat ketiga di atas. Yang diinginkan dengan
daging babi adalah mencakup seluruh bagian-bagian tubuhnya termasuk lemaknya.
4) Khamar.
Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”. (QS.
Al-Ma`idah: 90)
Dan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma secara marfu’:
‫ َو ُكلُّ خَ ْم ٍر َح َرا ٌم‬،‫ُكلُّ ُم ْس ِك ٍر َح َرا ٌم‬
Artinya:
“Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah haram”.
Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa menyebabkan hilangnya akal
(mabuk), misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan macamnya.
5) Semua hewan buas yang bertaring
Sahabat Abu Tsa’labah Al-Khusyany radhiallahu ‘anhu berkata:
Artinya:
“Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang dari (mengkonsumsi) semua hewan buas yang
bertaring”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
Dan dalam riwayat Muslim darinya dengan lafazh, “Semua hewan buas yang bertaring maka
memakannya adalah haram”. Yang diinginkan di sini adalah semua hewan buas yang
bertaring dan menggunakan taringnya untuk menghadapi dan memangsa manusia dan hewan
lainnya. Lihat Al-Ifshoh (1/457) dan I’lamul Muwaqqi’in (2/117).Jumhur ulama berpendapat
haramnya berlandaskan hadits di atas dan hadits-hadits lain yang semakna dengannya.
[Asy-Syarhul Kabir (11/66), Mughniyul Muhtaj (4/300), dan Syarh Tanwiril Abshor ma'a
Hasyiyati Ibnu 'Abidin (5/193)]
6) Semua burung yang memiliki cakar
Yang diinginkan dengannya adalah semua burung yang memiliki cakar yang kuat yang dia
memangsa dengannya, seperti: elang dan rajawali. Jumhur ulama dari kalangan Imam Empat
(kecuali, Imam Malik) dan selainnya menyatakan pengharamannya berdasarkan hadits Ibnu
‘Abbas -radhiallahu ‘anhuma-:
Artinya:
“Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang bertaring dan semua
burung yang memiliki cakar”. (HR. Muslim) [Al-Majmu' (9/22), Al-Muqni' (3/526,527), dan
Takmilah Fathil Qodir (9/499)]
7) Jallalah
Dia adalah hewan pemakan feses (kotoran) manusia atau hewan lain, baik berupa onta, sapi,
dan kambing, maupun yang berupa burung, seperti: garuda, angsa (yang memakan feses),
ayam (pemakan feses), dan sebagian gagak. Lihat Nailul Author (8/128).
Hukumnya adalah haram. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad (dalam satu riwayat) dan
salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Syafi’iyah, mereka berdalilkan dengan hadits
Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma beliau berkata:
Artinya:
“Rasulullah SAW melarang dari memakan al-jallalah dan dari meminum susunya”. {HR.
Imam Lima kecuali An-Nasa`iy (3787)}
Beberapa masalah yang berkaitan dengan jallalah:
a) Tidak semua hewan yang memakan feses masuk dalam kategori jallalah yang
diharamkan, akan tetapi yang diharamkan hanyalah hewan yang kebanyakan makanannya
adalah feses dan jarang memakan selainnya. Dikecualikan juga semua hewan air pemakan
feses, karena telah berlalu bahwa semua hewan air adalah halal dimakan. Lihat Hasyiyatul
Al-Muqni’ (3/529).
b) Jika jallalah ini dibiarkan sementara waktu hingga isi perutnya bersih dari feses maka
tidak apa-apa memakannya ketika itu. Hanya saja mereka berselisih pendapat mengenai
berapa lamanya dia dibiarkan, dan yang benarnya dikembalikan kepada ukuran adat
kebiasaan atau kepada sangkaan besar. Lihat Al-Majmu’ (9/28).
[Al-Muqni' (3/527,529), Mughniyul Muhtaj (4/304), dan Takmilah Fathil Qodir (9/499-500)]
8) Keledai jinak (bukan yang liar)
Ini merupakan madzhab Imam Empat kecuali Imam Malik dalam sebagian riwayat darinya.
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan daging-daging
keledai yang jinak, karena dia adalah najis”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
Diperkecualikan darinya keledai liar, karena Jabir radhiallahu ‘anhu berkata:
Artinya:
“Saat (perang) Khaibar, kami memakan kuda dan keledai liar, dan Nabi SAW melarang kami
dari keledai jinak”. (HR. Muslim)
Inilah pendapat yang paling kuat, sampai-sampai Imam Ibnu ‘Abdil Barr menyatakan, “Tidak
ada perselisihan di kalangan ulama zaman ini tentang pengharamannya”. Lihat Al-Mughny
beserta Asy-Syarhul Kabir (11/65). [Al-Bada`i' (5/37), Mughniyul Muhtaj (4/299), Al-Muqni'
(3/525), dan Al-Bidayah (1/344].
9) Kuda
Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat perang Khaibar.
Semakna dengannya ucapan Asma` bintu Abi Bakr radhiallahu ‘anhuma:
Artinya:
“Kami menyembelih kuda di zaman Rasulullah SAW lalu kamipun memakannya”. (HR. Al-
Bukhary dan Muslim)
Maka ini adalah sunnah taqririyyah (persetujuan) dari Nabi SAW. Ini adalah pendapat
jumhur ulama dari kalangan Asy-Syafi’iyyah, Al-Hanabilah, salah satu pendapat dalam
madzhab Malikiyah, serta merupakan pendapat Muhammad ibnul Hasan dan Abu Yusuf dari
kalangan Hanafiyah. Dan ini yang dikuatkan oleh Imam Ath-Thohawy sebagaimana dalam
Fathul Bary (9/650) dan Imam Ibnu Rusyd dalam Al-Bidayah (1/3440).
[Mughniyul Muhtaj (4/291-291), Al-Muqni' beserta hasyiyahnya (3/528), Al-Bada`i' (5/18),
dan Asy-Syarhus Shoghir (2/185)]
10) Baghol
Dia adalah hewan hasil peranakan antara kuda dan keledai. Jabir radhiallahu ‘anhuma
berkata:
Artinya:
“Rasulullah SAW mengharamkan -yakni saat perang Khaibar- daging keledai jinak dan
daging baghol. (HR. Ahmad dan At-Tirmidzy)
Dan ini (haram) adalah hukum untuk semua hewan hasil peranakan antara hewan yang halal
dimakan dengan yang haram dimakan. [Al-Majmu' (9/27), Ays-Syarhul Kabir (11/75), dan
Majmu' Al-Fatawa (35/208)].
Dampak Negatif Mengkomsumsi Makanan Haram
1. Merusak jiwa
2. Berbahaya dan merusak hak orang lain
3. Memubazirkan dan membahayakan kesehatan
4. Menimbulkan permusuhan dan kebencian
5. Menghalangi mengingat Allah SWT
K. Mudharat Makanan dan Minuman Haram
1. Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga mengandung lebih
banyak mudlarat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil haram meskipun banyak, namun
tidak barokah atau cepat habis dibandingkan yang halal dan barokah.
2. Dan juga makan haram merugikan orang lain yang tidak mengetahui hasil dari
perbuatan haram itu. Sehingga teman, kerabat ikut terkena getahnya. Dan juga yang mencari
rezeki haram tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam jumlah banyak dan besar karena
takut diketahui dan mencemarkan nama baiknya dan keluarga sanak familinya.
Ada beberapa mudlarat lainnya, yaitu :
a. Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram, tidak
mustajabah (maqbul).
b. Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan mengarahkannya
kepada kemaksiatan dengan uang itu.
c. Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.
d. Nama baik, kepercaan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.
e. Berdosa, karena telah melanggar aturan Allah.
f. Merusak secara jasmani dan rohani kita.
L. Menerapkan Ketentuan Makan dan Minuman Halal dan Haram
Banyaknya makanan dan minuman, belum tentu membawa nikmat. Namun, sedikit tapi
barokah karena halal, itu jauh lebih baik. Dan menjadi penyelamat keluarga dan sanak
saudara dari hasil haram bila dibagikan.
Kita sebagai muslim seharusnya makan dan minum yang halal, karena kita selalu beribadah
kepda Allah. Bila kita mengacuhkan aturannya, bukan tidak mungkin Allah memutuskan
pintu rahmat, barokah, dan doanya tidak mustajabah (terkabul).
Sikap kita terhadap makanan dan minuman haram :
1. Hendaknya tidak makan dan minum yang hasil maksiat ataupun haram
2. Sebaiknya makan dan minum halal secukupnya.
3. Menghindari makanan dan minuman yang membahayakan tubuh.
4. Menghindari menghalalkan segala cara untuk mendapatkan makanan dan minuman.
5. Menghindari perbuatan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan rezeki.

Anda mungkin juga menyukai