Anda di halaman 1dari 21

Dunia di era globalisari memang serba memusingkan.

Mau ini salah, mau itu juga


salah. Karena kita telah mengenal segala sesuatu dengan cara pintas dan tidak baik.
Banyak terjadi kemungkaran di mana-mana. Termasuk makanan dan minuman
yang haram. Berikut penjelasannya
A) Pengertian Makanan dan Minuman Halal
Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang asd di dunia ini halal semua
untuk dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat
dalam Al Quran dan yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW.
Tiap benda di permukaan bumi menurut hukum asalnya adalah halal kecuali kalau
ada larangan secara syari. Dalam sebuah hadist Rosulullah SAW pernah
ditanyapara sahabat tentang hukum minyak sapi (samin), keju, kulit
binatangbeserta bulunya untuk perhiasan maupun untuk tempat duduk.
1). Makanan Yang Dihalalkan Allah SWT
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan kecuali ada
larangan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW untuk dimakan. Agama
Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk memakan makanan yang halal dan
baik. Makanan halal maksudnya makanan yang diperoleh dari usaha yang
diridhai Allah. Sedangkan makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi tubuh,
atau makanan bergizi.
Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi
makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak
halal bisa mengganggu kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan
haram, akan dibakar di hari kiamat dengan api neraka.
Makanan halal dari segi jenis ada tiga : (1) Berupa hewan yang ada di darat
maupun di laut, seperti kelinci, ayam, kambing, sapi, burung, ikan. (2) Berupa
nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain. (3)
Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua.
Makanan yang halal dari usaha yang diperolehnya, yaitu :
1). Halal makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain seperti
bekerja sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dll.
2). Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan
itu halal , tetapi dibenci Allah seperti pengamen.
3). Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah,
warisan, wasiat, dll.

4). Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam
peperangan (ghoniyah).
2). Minuman Yang Dihalalkan
Segala jenis minuman apa saja yang ada di dunia ini halal untuk diminum
kecuali ada larangan yang mengharamkan dari Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Minuman halal menurut jenisnya ada tiga, yaitu :
1). Halal minuman yang dihasilkan oleh hewani seperti susu sapi, madu, minyak
samin, dll.
2). Halal minuman yang dihasilkan oleh tumbuhan seperti jice wortel, juice jeruk,
juice anggur, juice tomat, juice avokad, dll.
B). Manfaat Makanan Dan Minuman Dihalalkan
Makanan dan minuman yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi
tentu sangat berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani. Apabila
makanan dan minuman yang didapatkan dari hasil yang halal tentu sangat berguna
untuk diri kita dan keluarga kita. Hasil dari makanan minuman yang halal sangat
membawa berkah, barakah bukan bererti jumlahnya banyak, meskipun sedikit,
namun uang itu cukup untuk mencukupi kebutuhan sahari-hari dan juga bergizi
tinggi. Bermanfaat bagi pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak. Lain halnya
dengan hasil dan jenis barang yang memang haram, meskipun banyak sekali, tapi
tidak barokah, maka Allah menyulitkan baginya rahmat sehingga uangnnya
terbuang banyak hingga habis dalam waktu singkat.
Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :
1). Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,
2). dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,
3). Mendapat perlindungan dari Allah SWT,
4). Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
5). Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,
6). Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.
C). Dalil Naqli tentang Makanan dan Minuman Halal.
1).

Barang yang di halalkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah halal, dan
barang yang diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah haram. Dan
sesuatu yang tidak dilarang-Nya, mak barang itu termasuk yang diafkanNya, sebagai kemudahan bagi kamu.(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi) Fiqih
sunnah oleh Sulaiman Ar Rasyid).
2).

Dan makanlah makan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah telah
berikan rezekinya kepadmu bertaqwalah pada Allah yang kamu beriman
pada-Nya.(QS. Al Maidah : 88).
3).

Dia telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagian menjadi
minuman dan sebagainnya (menyuburkannya) tumbuhan-tumbuhan yang
ada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.(QS.An Nahl :
10)
4).

Wahai orang beriman sesungguhnya arak 9khimar), berjudi, qurban untuk


berhala, undian dengan panah adalah dosa dan termasuk perbuatan
syaitan, maka juhilah agar kamu mendapat keberuntungan (QS.Al Maidah :
90)
6).
Sesungguhnya Saad Ibnu Ubayyin mohon pada Rosulullah SAW agar
didoakan kepada Allah supaya doanya diterima (mustajab), maka beliau
bersabda kepadanya : Perbaiki makanan, niscaya diterima doa-doamu
(HR. Tabrani)
7).

Maka makanlah rezeki yang halal lagi suci yang telah diberikan Allah
pada kamu(QS. An Nahl :114)
D). Pengertian Makanan dan Minuman Haram
Banyak terjadi salah sangka dari masyarakat bahwa menjari rezeki yang haram
saja sulit, apalagi yang halal. Hal itu malah memicu banyak kesalahapahaman
tentang halal dan haram suatu rezeki. Akhirnya, banyak masyarakat menghalalkan
segala cara untuk mencari rezeki, padahal belum tentu halal. Kita sebagai orang
bertaqwa hendaknya menghindari hal itu dengan banyak mempelajari Al Quran
dan Hadist tentang pengertian halal dan haram.
1). Makanan Yang Diharamkan
Makanan yang diharamkan agama, yaitu makanan dan minuman yang
diharamkan di dalam Al Quran dan Al Hadist, bila tidak terdapat petunjuk yang
melarang, berarti halal.
Haramnya makanan secara garis besar dapat dibagi dua macam :
a). Haram aini, ditinjau dari sifat benda seperti daging babi, darang, dan bangkai.
Haram karena sifat tersebut, ada tiga :
1). Berupa hewani yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari hewan
seperti daging babi, anjing, ulat, buaya, darah hewan itu, nanah dll.
2). Berupa nabati (tumbuhan), yaitu haramnya suatu makanan yang berasal
dari tumbuhan seperti kecubung, ganja, buah, serta daun beracun.
Minuman buah aren, candu, morfin, air tape yang telah bertuak
berasalkan ubi, anggur yang menjadi tuak dan jenis lainnya yang
dimakan banyak kerugiannya.
3). Benda yang berasal dari perut bumi, apabila dimakan orang tersebut,
akan mati atau membahayakan dirinya, seperti timah, gas bumi. Solar,
bensin, minyak tanah, dan lainnya.
b). Haram sababi, ditinjau dari hasil usaha yang tidak dihalalkan olah agama.
Haram sababi banyak macamnya, yaitu :
1). Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dhalim, seperti
mencuri, korupsi, menipu, merampok, dll.
2). Makanan haram yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan, taruhan,
menang togel, dll.

3). Hasil haram karena menjual makanan dan minuman haram seperti
daging babi, , miras, kemudian dibelikan makanan dan minuman.
4). Hasil haram karena telah membungakan dengan riba, yaitu
menggandakan uang.
5). Hasil memakan harta anak yatim dengan boros / tidak benar.
2). Minuman Yang Diharamkan
Pada prinsipnya segala minuman apa saja halal untuk diminum selama tidak ada
ayat Al Quran dan Hadist yang mengharamkannya. Bila haram, namun masih
dikonsumsi dan dilakukan, maka niscaya tidak barokah, malah membuat penyakit
di badan.
Minuman yang haram secara garis besar, yakni :
a). Berupa hewani yang haramnya suatu minuman dari hewan, seperti darah sapi,
darah kerbau, bahkan darah untuk obat seperti darah ular, darah anjing, dan
lain-lain.
b). Berupa nabati atau tumbuhan seperti tuak dari buah aren, candu, morfin, air
tape bertuak dari bahan ubi, anggur telah bertuak, dan lain sebagainya.
c). Berupa berasal dari perut bumi yaitu : haram diminum sepeti solar, bensin,
spiritus, dan lainnya yang membahayakan.
E). Mudlarat Makanan dan Minuman Haram
Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga mengandung lebih
banyak mudlarat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil haram meskipun banyak,
namun tidak barokah atau cepat habis dibandingkan yang halal dan barokah.
Dan juga makan haram merugikan orang lain yang tidak mengetahui hasil dari
perbuatan haram itu. Sehingga teman, kerabat iktu terkena getahnya. Dan juga
yang mencari rezeki haram tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam jumlah
bayak dan besar karena takut diketahui dan mencemarkan nama baiknya dan
keluarga sanak familinya.
Ada beberapa mudlarat lainnya, yaitu :
1). Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram, tidak
mustajabah (maqbul).
2). Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan
mengarahkannya kepada kemaksiatan dengan uang itu.

3). Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.
4). Nama baik, kepercaan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.
5). Berdosa, karena telaha malanggar aturan Allah
6). Merusak secara jasmani dan rohani kita.
F). Menerapkan Ketentuan Makan dan Minuman Halal dan Haram
Banyaknya makanan dan minuman, belum tentu membawa nikmat. Namun,
sedikit tapi barokah karena halal, itu jauh lebih baik. Dan menjadi penyelamat
keluarga dan sanaksaudara dari hasil haram bila dibagikan.
Kita sebagai muslim seharusnya makan dan minum yang halal, karena kita selalu
beribadah kepda Allah. Bila kita mengacuhkan aturannya, bukan tidak mungkin
allah memutuskan pindu rahmat, barokah, dan doanya tidak mustajabah (terkabul).
Sikap kita terhadap makanan dan minuman haram :
1). Hendaknya tidak makan dan minum yang hasil maksiat ataupun haram
2). Sebaiknya makan dan minum secukupnya.
3). Menghindari makanan dan minuman yang membahayakan tubuh.
4). Menghindari menghalalkan segala cara untuk mendapatkan makanan dan
minuman.
5). Menghindari perbuatan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan rezeki.
Melalui ulasan diatas, kita sebaiknya berhati-hati. Apalagi sekarang sedang merebahnya
virus dan penyakit yang di dapat dari hewan yang haram (misal babi mengandung
virus H5N1) dan masih banyak lagi yang lain yang mungkin tidak kita ketahui.
http://firmanazka.blogspot.com/2009/11/hukum-islam-tentang-makanan-dan-minuman.html

Makanan Halalan Thayyiban


Ditulis pada Juli 4, 2012
Halal adalah istilah bahasa arab dalam agama islam yang berarti diizinkan atau
boleh.Makanan halal makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi sebagaimana yang
telah ditentukan sesuai syariah serta. Thayib dalam bahasa arab berarti baik, jadi makanan
yang baik untuk dikonsumsi masih dalam keadaan segar tidak berpenyakit. Sebagai umat
Islam yang taat , dalam memakan makanan sehari hari tidak boleh sembarang. Makanan yang
kita makan haruslah halalan thayyiban yang artinya makanan yang halal dan baik sesuai
syariah. Sebagaimana dalam surat An-nahl : 114
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan
syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah
Oleh karena itu dilarang memakan yang diharamkan. Seperti dalam surat al- maidah : 3
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
diharamkan bagimu yang disembelih untuk berhala Dan diharamkan juga mengundi nasib
dengan anak panah , (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan
Makanan yang Halal pun bisa jadi haram untuk dimakan karena:
1. Mendapatkan makanan tersebut dari rezeki yang tidak halal seperti melakukan
korupsi, mencuri, menipu, menjual miras, menjual hewan haram dll.
2. Makanan dari rezeki yang tidak di zakatkan, apabila harta kita telah mencapai nisab
sesuai yang ditentukan tidak kita zakatkan maka harta itu menjadi haram. Tidak
melakukan zakat fitrah di bulan ramadhan
3. Memakan hewan yang menjadi bangkai (tidak disembelih)
4. Disembelih namun bukan menyebut nama ALLAH SWT
Hewan wajib disembelih secara syarI karena hewan yang mati tidak disembelih maka
menyebabkan darah membeku dalam tubuh hewan tersebut sehingga daging menjadi tidak
sehat untuk dimakan
Makanan yang Halal pun belum tentu Thayib untuk dimakan karena:
1. Makanan yang sudah kadaluarsa sehingga tidak layak dikonsumsi
2. Makanan yang sudah terkontaminasi zat yang berbahaya bagi tubuh
Jadi makanan dan minuman yang dikonsumsi haruslah halal secara hukumnya maupun dari
cara mendapatkan dan harus baik untuk dikonsumsi agar barokah makanan dapat bermanfaat
bagi tubuh dan tidak memudharatkan serta baik untuk kesehatan. Sebelum dan sesudah
makan juga jangan lupa untuk berdoa terlebih dahulu.
http://likekus.wordpress.com/2012/07/04/makanan-halalan-thayyiban/

HALALAN THAYYIBAN SEBAGAI LANDASAN HIDUP


A. Pengertian Makanan Halalan Thayyiban
Halalan

Thayyiban

dikenal

manusia

sehubungan

dengan

adanya peraturan

khusus dan bersifat umum yang mengatur kesempurnaan pribadi dan hubungan yang
baik antara sesama manusia dengan tujuan untuk mendidik manusia tentang cara-cara
hidup yang baik dan bersih. Peraturan tersebut antara lain berhubungan dengan makanan,
minuman dan

lain-lain.

Namun

dalam

kehidupan

sehari-hari banyak orang yang

menganggap bahwa kata halalan thayyiban sama dengan kata thayyiban, padahal dua
kata tersebut mempunyai makna yang berbeda tetapi saling berkaitan.
1.

Makanan

Dalam bahasa Indonesia, kita menyebut makanan sebagai segala yang dapat dan
wajar dimakan, sementara gizi yang dalam bahasa Inggris ditulis nutrient didefinisikan
that all food Contains only a limited number of classes of material which are essential to a
good diet. These materials are water, carbohydrates, fats, proteins, vitamin, mineral and
raughage or residue, artinya: bahwa semua makanan yang mengandung zat-zat tertentu
yang pada dasarnya akan dapat membentuk makanan yang baik. Zat-zat tersebut adalah air,
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan zat kasar dari makanan atau sisa. Adapun
yang dimaksud dari zat kasar dari makanan atau sisa disini adalah suatu jenis makanan seperti
dedak dan kulit buah yang merangsang pergerakan makanan dan melancarkan pencernakan
melalui usus besar.1[1]
Menurut M. Quarish Shihab, Makanan adalah pemelihara kehidupan, semua makhluk
hidup yang diciptakan Allah di permukaan muka bumi, baik manusia, binatang maupun
tumbuhan mutlak memerlukannya.2[2] Dalam bahasa Arab yang merupakan bahasa al-Quran
kata makanan dinyatakan dengan Thaam segala sesuatu yang dimakan atau dicicipi,
karena itu minuman pun termasuk dalam pengertian Thaam. Kata thaam dalam
berbagai bentuk terulang dalam al-Quran sebanyak 48 kali yang antara lain berbicara tentang
beberapa aspek yang berkaitan dengan makanan. 3[3]
Menurut Zakiah Darajat, makan menurut pengertiannya bahasa merupakan
memasukkan sesuatu melalui mulut, sedangkan makanan adalah segala sesuatu yang boleh di

1[1] Peter Salim, Salims Ninth Collegiate English Indonesian, Dictionary,


Modern English Press, Jakarta, 2000, hal. 128
2[2]Jamaluddin Mahran Dan Abdul Azhim Hafna Mubasir, al-Quran Bertutur
Tentang Makanan dan Obat-Obatan, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2005, hal. 20
3[3] M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, Mizan, Cetakan IV, Bandung,
1996, hal. 137

makan. Makanan sesuatu makanan biasanya untuk memenuhi keperluan jasmani sehingga
dengan demikian dapat terjaga kelangsungan hidup.4[4]
Jadi makanan merupakan segala sesuatu yang di masukkan mulut dan di rasakan oleh
lidah masuk kedalam tubuh untuk memenuhi keperluan jasmani sehingga dengan demikian
dapat terjaga kelangsungan hidup.
2. Halal
Halal berasal dari kata halla yang artinya melepaskan ikatan atau membuka ikatan
suatu barang. Oleh sebab itu, kata halal sama dengan mubahan. Yang artinya dibebaskan atau
diperbolehkan. Kata halal berasal dari akar, kata yang berarti lepas atau tidak terikat.
Sesuatu yang halal adalah yang terlepas dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrawi. Karena
itu kata halal juga berarti boleh. Dalam bahasa hukum, kata ini mengacu segala sesuatu
yang diperbolehkan agama, baik bersifat sunnah, makruh maupun mubah. Oleh karena
itu boleh ada sesuatu yang halal (boleh) tetapi tidak dianjurkan untuk menggunakannya,
atau dengan kata lain hukumnya makruh. Misalnya melarang seseorang mendekati masjid
apabila ia baru saja memakan bawang.5[5]
Halal adalah salah satu nama bahasa Arab di mana kata kerjanya ialah halla, yahillu,
hillan yang membawa arti membebaskan, melepaskan, memecahkan, membubarkan dan
membolehkan. Apabila ia digunakan di dalam bidang perundangan Islami ia membawa
maksud; pertamanya segala sesuatu yang menyebabkan seseorang itu tidak dihukum jika
menggunakannya dan keduanya sesuatu yang boleh dikerjakan menurut syarak.
Al-Jurjani dalam Kitab al-Tarifat sebagaimana dikutip Sri Suryati menjelaskan
bahawa pengertian halal dengan maksud pertama merujuk kepada keharusan menggunakan
benda-benda atau apa-apa yang diperlukan untuk memenuhi keperluan jasmani seperti
makanan, minuman dan ubat-ubatan. Manakala pengertian halal dengan maksud yang kedua
adalah bersangkut paut dengan keharusan memanfaatkan, memakan, meminum dan
mengerjakan sesuatu yang kesemuanya ditentukan berdasarkan nas.
Halal didefinisikan sebagai sesuatu yang dibenarkan (tidak dilarang) penggunaan
atau pemakaiannya. Menurut al-Quran, semua makanan yang baik dan bersih adalah halal. 6[6]
Selain itu Kata halal berasal dari akar yang berarti lepas atau tidak terikat. Sesuatu
yang halal adalah yang terlepas dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrowi. Karena itu kata
4[4]Zakiah Darajat, Ilmu Fiqh, PT. Dana Bakthi Wakaf, Yogyakarta, 1995,
hal. 452
5[5] M. Quraish Shihab, Op.Cit, hal. 139
6[6] Sri Suryati, Op.Cit, hal. 49

halal juga berarti boleh. Dalam bahasa hukum, kata ini mencakup segala sesuatu yang
dibolehkan agama, baik kebolehan itu bersifat sunnah, anjuran untuk dilakukan, makruh
(anjuran untuk ditinggalkan) maupun mubah (netral atau boleh-boleh saja), tetapi tidak
dianjurkannya, atau dengan kata lain hukumnya makruh.7[7]
Segala yang ada di alam semesta ini halal untuk digunakan sehingga makanan yang
terdapat di dalalmnya juga halal. Karena itu al-Quran mengecam mereka yang
mengharamkan rizki halal yang disediakan Allah SWT. untuk manusia. Hal itu sesuai dengan
firman Allah SWT :
Artinya : Dia-Lah Allah SWT. yang menjadiakn segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu ia jadikan-Nya tujuh langit! dan Dia Maha
Mengetahui Segala Sesuatu ( QS.Al-Baqarah : 29) 8[8]
Pengecualian atau pengharaman harus bersumber dari nash, baik melalui al-Quran
maupun hadits. Sedangkan pengecualian itu oleh kondisi manusia, yaitu karena ada makanan
yang dapat memberi dampak negatif terhadap jiwa raganya. Atas dasar ini turun firman Allah
SWT :
Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah : 168).9[9]
Jadi pengertian halalan
berarti diperbolehkan menurut
hukum Islam
sebagaimana dijelaskan dalam berbagai ayat, yang mengangkat status hukum setiap
perbuatan manusia, baik terhadap Allah SWT. ataupun terhadap manusia itu dengan cara
yang sah. Demikian halnya dengan benda atau uang yang diperoleh dengan cara misalnya
mencuri, menyuap, menipu dan menggelapkan barang, meskipun benda tersebut layak
dan halal namun sifatnya adalah haram maka orang yang melakukannya harus bertanggung
jawab di akhirat.
3. Thayyib
Dalam uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa kehalalan merupakan
syarat pertama atau utama bagi makanan yang boleh dimakan yang telah ditetapkan hukum
syara, adapun syarat yang lain ialah bahwa makanan itu harus thayyib.
Kata thayyib dari segi bahasa berarti lezat, baik, sehat, menentramkan
dan paling utama. Selain itu pengertian thayyib tersebut semakna dengan gizi yaitu sesuatu
(zat) yang baik yang diperlukan oleh tubuh manusia. Dengan demikian ungkapan Halal lagi
7[7] M. QuraishShihab, Op.cit, hal, 148
8[8] Al-Quran, Yayasan Penyeleggara Penerjemah dan Penafsir Al-Quran,
al-Quran dan Terjemah, (Jakarta : Depag RI, 1997), hal. 13
9[9] Ibid, hal. 40

baik dapat diterjemahkan dengan halal lagi bergizi.10[10]


Thayyib mempunyai makna yang lebih tepat dari ghidza. Thayyib berarti baik dan
sesuai, sehingga tidak menimbulkan akibat negatif bagi yang memakannya.
Thayyib berasal dari bahasa Arab thaba yang artinya baik, lezat, menyenangkan,
enak dan nikmat atau berarti pula bersih atau suci. Oleh sebab

itu,

kata

thayyib

mempunyai bermacam arti yaitu baik, enak, lezat, nikma, bersih atau suci.11[11]
Menurut M. Quraish Shihab, kata tayyib dari segi bahasa berarti lezat, baik, sehat,
menenteramkan, dan paling utama. Pakar-pakar tafsir ketika menjelaskan kata thayyib dalam
konteks perintah makanan menyatakan bahwa thayyib berarti makanan yang tak kotor
dari segi zatnya atau rusak (kadaluarsa) atau dicampuri benda najis. Kata 'thayyib' menurut
bahasa berarti lezat, baik, sehat, tenteram, dan paling utama. Ini berarti yang thayyib adalah
yang tidak kotor atau rusak dari segi zatnya, kadaluwarsa tidak juga bercampur dengan najis
atau

yang mengundang selera yang hendak memakannya dan tidak membahayakan

fisik,akal, dan jiwanya. Ada juga yang mengartikan sebagai makanan yang mengandung
selera bagi yang akan memakannya atau tidak membahayakan fisik atau akalnya.25 Dan kita
bias berkata kalau makanan itu thayyib dalam makanan jika makanan itu bersih, baik, lezat.
Jadi yang dimaksud makanan halalan thayyiban menurut penjelasan al-Quran di atas
merupakan segala yang baik dan wajar dimakan, yang baik untuk jiwa tidak membahayakan
badan dan akal manusia, mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia serta
dimakan dalam takaran yang cukup dan seimbang.

B. Kriteria Makanan Halalan Thayyiban


Pada prinsipnya, menurut kenyataan fisik, manusia dapat saja memakan segala jenis
makanan yang ada di bumi. Akan tetapi semua itu baik dan cocok untuk tubuh dan jiwa
manusia. Oleh karena itu, diperlukan beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar makanan
tersebut mempunyai nilai makanan yang halalan thayyiban. Kreteria Makanan Halalan
Thayiban antara lain:
1. Halal

10[10] Syahrah Obosdan Syahidin, Melahirkan Anak Berkualitas, Cetakan


Keenam, Romadhani, Solo, 1995, hal. 54
11[11] Sri Sunarti, Op, Cit, hal. 50
25 M. Quraish Shihab, Op, Cit, hal 148

Allah SWT. memerintahkan agar manusia memakan makanan yang sifatnya halal dan
thayyib. Kata halal berasal dari akar kata yang berarti lepas atau tidak terikat. 12[12]
Sesuatu yang halal adalah yang terlepas dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrawi. Karena itu
kata halal juga berarti boleh. Dalam bahasa hukum, kata ini mencakup segala sesuatu
yang diperbolehkan agama, baik bersifat sunah, makruh maupun mubah. Oleh karena itu
boleh jadi ada sesuatu yang halal (boleh), tetapi tidak dianjurkannya, atau dengan kata lain
hukumnya makruh.
Semua itu menunjukkan bahwa segala yang ada di alam semestaini diperuntukkan
manusia untuk ditundukkan dan dikuasai, termasuk makanan. Hubungannya dengan halal
akan terlepas atau tidak terikat, kongkritnya tidak ada bahaya akan makanan tersebut kecuali
pada makanan yang diharamkan.
Pengecualian atau pengharaman harus bersumber dari Nas, baik melalui al-Quran
maupun hadist. Sedang pengecualian itu lahir dan disebabkan oleh kondisi manusia, karena
ada makanan yang dapat memberi dampak negatif terhadap jiwa raganya.

13[13]

Atas dasar ini,

turun firman Allah SWT, Surat An-Nahl ayat 116.


Artinya : Dan jangan lah kamu mengatakan terhadap apa yang di sebut-sebut oleh lidah mu secara
dusta,ini halal dan ini haram untuk mengada adakan kebohongan terhadap Allah SWT.
sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongann terhadap Allah SWT.
tiadalah keberuntungan.(QS An-Nahl 116) 14[14]
Pengertian halal berarti yang diperbolehkan menurut hukum Islam
yang sudah dijelaskan dalam berbagai ayat yang menyangkut status hukum setiap perbuatan
manuisa, baik terhadap Allah, ataupun terhadap manusia itu sendiri. Benda yang bias
dimakan dan diminum halal apabila diperoleh dengan cara yang sah, dalam hal ini benda atau
uang yang digunakan untuk memperoleh benda tersebut tidak diperoleh dengancara tidak
jujur, misalnya mencuri, menyuap, menipu dan menggelapkan segala sesuatu yang diperoleh
dengan cara tidak jujur, sekalipun benda tersebut layak dan halal, namun sifatnya adalah
haram, dan orang yang melakukannya harus bertanggungjawab di akhirat.
Dalam pembagian makanan yang halal menurut sumber bahannya
dibedakan atas bahan makanan nabati, bahan makanan hewani dan bahan makanan olahan

12[12] M. Quraish Shihab, Op,Cit. hal.158


13

[13] M. Quraish Shihab, Op.Cit.,hal. 159

14[14] Al-Quran, Yayasan Penyeleggara Penerjemah dan Penafsir AlQuran, al-Quran dan Terjemah, (Jakarta : Depag RI, 1997), hal. 419

atau sintetik.15[15] Berdasarkan hal ini berikut diuraikan secara singkat tentang makanan halal
dalam al-Quran yang terbagi dalam :
1) Makanan Jenis Nabati
Makanan jenis nabati yang dimaksudkan adalah makanan yang bahan
dasarnya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Dari sudut pengetahuan gizi, sayuran dan buah
merupakan sumber pengatur yaitu sumber mineral.16[16]
Begitu nilai gizi yang terdapat makanan nabati, sehingga al-Quran
secara eksplisit tidak melarang makanan nabati tertentu, kalaupun ada tumbuh-tumbuhan
tertentu yang kemudian terlarang. Maka hal tersebut termasuk dalam larangan umum
memakan sesuatu yang buruk, atau merusak kesehatan.
2) Makanan Jenis Hewani
Binatang yang di halalkan Allah SWT. untuk di makan, banyak
mengandung manfaat bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini minuman yang di hasilakn
binatang tersebut terdapat dalam firman Allah SWT. sebagai berikut:
Artinya : Dihalalkan bagi kamu binatang buruan laut dan makanan yang berasal dari laut, sebagai
makanan yang lezat bagi kamu dan orang-orang dalam perjalanan (QS. al- Maidah:96) 17[17]
Dalam surat tersebut buruan laut maksudnya adalah binatang yang diperoleh dengan
jalan usaha seperti mengail, memukat, dan sebagainya, baik dari laut, sungai, danau, kolam
dan lain-lain. Sedangkan kata makanan yang berasal dari laut adalah ikan dan semacamnya
yang diperoleh dengan mudah karena telah mati sehingga menggapung.18[18]
3) Makanan Olahan atau Sintetik
Makanan olahan sering kali di sebut dengan makanan sintetik. Disamping

jenis

makanan nabati dan hewani, bahan-bahan makanan yang disebut di dalam al-Quran juga
menyangkut kedua jenis bahan makanan tersebut, sebenarnya ada jenis kelompok bahan
makanan lain menurut sumbernya, ialah bahan makanan sintetik, hasil tangan dan otak
manusia, yang disebutkan secara implisit dalam al-Quran. Bahan makanan sintetik adalah
15[15] A. Djaeni Soedia Oetama, Ilmu Gizi Menurut Pandangan Islam, Dian
rakyat, Jakarta, 1990, hal. 60
16[16] A. Nain, dkk., Buku Penuntun Ilmu Gizi Umum II, cetakan ke 2
Direktorat Gizi Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan RI, Jakarta, 1976, hal. 30
17[17] Al-Quran, Yayasan Penyeleggara Penerjemah dan Penafsir AlQuran, al-Quran dan Terjemah, (Jakarta : Depag RI, 1997), hal. 334
18[18] M. Quraish Shihab, Op.Cit, hal. 141

bahan makanan hasil tangan manusia yang merupakan pelaksanaan dari hasil pemikiran
(ilmu)19[19]
Artinya : Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan riski yang
baik sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah
SWT) bagi orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl: 67). 20[20]
Ayat tersebut berbicara tentang makanan sintetik yang dibuat dari
buah-buahan, sekaligus merupakan ayat pertama yang berbicara tentang minuman keras dan
keburukannya. Ayat tersebut membedakan dua jenis makanan sintetik memabukkan dan jenis
makanan sintetik yang baik sehingga merupakan rizki yang baik.
2. Thayyib
Islam memerithakan bahwa kehalalan merupakan syarat pertama dan utama makanan
bergizi menurut al-Quran. Namun kita sadari tidak semua makanan yang halal akan cocok
bagi manusia dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu di perlukansyarat kedua yakni thayyib,
firman Allah sebagai berikut :
Artinya :Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi(QS.
al-Baqarah : 168) 21[21]
Kata thayyib dari segi bahasa berarti lezat, baik, sehat,
menentramkan dan paling utama.22[22] Pakar-pakar tafsir ketika menjelaskan kata thayyib
dalam konteks perintah makan menyatakan bahwa thayyib berarti makanan yang tidak
kotor dari segi zatnya atau rusak (kadaluwarsa), atau dicampuri benda najis. Ada juga yang
mengartikannya sebagai makanan yang mengandung selera bagi yang akan memakannya dan
tidak membahayakan fisik dan akalnya.23[23]
Penjelasan tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa thayyib pada
makanan menyangkut hal-hal sebagai berikut :
a.

Menurut M. Quraish Shihab kata thayyib dalam makanan adalah makanan yang sehat,
proporsional dan aman.24[24]

19[19] Al-Quran, Op. Cit, hal. 60-61


20[20] Al-Quran, Yayasan Penyeleggara Penerjemah dan Penafsir AlQuran, al-Quran dan Terjemah, (Jakarta : Depag RI, 1997), hal. 412
21[21] Al-Quran, Ibid, hal.42
22[22] M. Quraish Shihab, Op.Cit, hal. 148
23[23] Ibid, hal.150
24[24] Ibid, hal. 152

1) Makanan yang sehat adalah makanan yang memiliki gizi yang cukup dan seimbang, dalam
hal ini menurut kearifan dalam memilih dan mengatur keseimbangannya.
2) Proporsional, artinya sesuai dengan kebutuhan pemakan, tidak berlebih dan tidak berkurang.
Dengan demikian al-Quran dalam uraiannya tentang makan menekankan perlunya sikap
proporsional itu. Makna ini sejalan dengan ayat yang mendukung hal ini yaitu :
Artinya : Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah SWT tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan(Qs. Al-Araf : 31) 25[25
Maksud penjelasan di atas janganlah kamu berlebih-lebihan dapat di uraikan menurut
pendekatan ilmu kesehatan dalam makanan halalaln thayyiban dan sanitasi makanan adalah
sebagai berikut
a) Tidak berlebih-lebihan dalam cara memperoleh.
Cara yang bertentangan dengan aturan Allah dan
bertentangan dengan aturan manusia (penggelapan), baik dalam bentuk korupsi, mencuri,
merampok, menipu, manipulasi, dan sebagainya termasuk klasifikasi berlebih-lebihan. Hal
yang berlebih-lebihan seperti ini merugikan pihak lain dan merusak sistem kehidupan
bermasyarakat. Walaupun makanan itu bernilai tinggi (harga dan gizinya), karena diperoleh
dengan cara yang berlebih-lebihan, maka akan kehilangan makna dan berkah sebagai
makanan yang enak, bahkan menjadikan kehidupan tidak tenteram.
b) Tidak berlebih-lebihan membuat resep makanan
Setiap jenis makanan merupakan kombinasi yang
seimbang dan serasi dan berbagai macam bahan dasar, bahan mentah, bahan setengah jadi,
dan bumbu-bumbu dengan kadar dan ukuran tertentu yang sudah disusun berdasarkan
penelitian dan percobaan dan ditulis dalam bentuk resep masakan untuk mewujudkan menu
atau susunan makanan jadi tertentu.
c) Tidak berlebih-lebihan dalam proses penanganan
Maksud dari proses penanganan ialah pekerjaan
memotong, mengaduk, mengolah, mengiris, mencacah, menggiling, mengayak, dan
sebagainya. Bila berlebihan bisa menurunkan nilai gizi, mengurangi nilai gizi dan
mengurangi tingkat keawetan.
d) Tidak berlebih-lebihan dalam proses pemasakan.
Terdapat beberapa jenis bahan makanan yang akan
rusak nilai gizinya bila dipanaskan pada suhu tertentu atau dalam waktu yang lebih lama, atau
dimasak berulang-ulang.
e) Tidak berlebih-lebihan disajikan
Termasuk

berlebih-lebihan

misalnya,

jumlah

keluarga 5 orang, lalu masak untuk konsumsi 10 orang, maka lebih baik apabila menyediakan
masakan secukupnya untuk sejumlah keluarga.
25[25] Al-Quran, Op.Cit, hal. 225

f)

Tidak berlebih-lebihan dalam makanan.26[26]


Terlalu banyak makanan yang diterima bisa

merugikan tubuh, antara lain :


a) Organ pencernaan akan bekerja esktra keras dari biasanya.
b) Walaupun zat makanan yang dikonsumsi tubuh banyak atau melebihi kapasitas perut, zat
c)

makanan yang digunakan seperlunya saja.


Makanan yang berlebih-lebihan menyebabkan seseorang menjadi malas karena organ

3)

pencernaan dan terpusatnya syaraf terhadap proses pencernaan.


Aman. Artinya terhindar dari siksa Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat. Tuntutan
dperlunya makanan yang aman, antara lain dipahami dari firman Allah berikut :

nq=3s $\Zyd $\D


Artinya : Makan lah ia dengan sedap lagi baik akibatnya. ( Qs. Al- Nisa :4) 27[27]
Ayat ini walaupun tidak turun dalam konteks petunjuk tentang makanan, tetapi
penggunaan kata akala yang pada prinsipnya berarti makan dapat dijadikan petunjuk
bahwa memakan sesuatu hendaknya yang sedap serta berakibat baik.28[28]
Dengan itu, Agar perintah makan dengan perintah bertakwa yang tidak lain untuk
menuntut manusia agar selalu memperhatikan ketakwaan, yaitu berusaha menghindar dari
segala yang mengakibatkan siksa dan terganggunya rasa aman. Maksud perintah makanan
diikuti dengan perintah bertaqwa supaya manusia selalu memperhatikan segi taqwa
yang

intinya

berusaha

menghindar dari segala yang mengakitbatkan siksa dan

terganggunya rasa aman


Jika demikian, maka perintah bertakwa pada sisi duniawinya dan dalam konteks
makanan, menuntut agar setiap makanan yang akan dicerna tidak mengakibatkan penyakit
atau dengan kata lain memberi keamanan bagi pemakainya

disamping harus memberi

keamanan bagi kehidupan ukrawi nya.


b. Dalam Ilmu gizi, pernyataan makanan yang thayyib (baik) : makanan yang dapat memenuhi
fungsi-fungsi makanan.) 29[29] Adapun fungsi makanan, antara lain :
1) Memenuhi kepuasan jiwa
Memberi rasa kenyang, memenuhi kebutuhan naluri dan kepuasan jiwa, memenuhi
kebutuhan sosial, budaya.
26[26] Lukman Saksono, al-Quran dan Makanan Sebagai Obat, Pustaka
Karya Grafikatama, Jakarta, 1990. hal. 130-133.
27[27] Al-Quran, Yayasan Penyeleggara Penerjemah dan Penafsir AlQuran, al-Quran dan Terjemah, (Jakarta : Depag RI, 1997), hal. 300
28[28] M. Quraish Shihab, Op. Cit, hal. 151
29[29] A. Djaeni Soediaoetomo, Op Cit., hal. 23

2) Memenuhi fungsi fisiologik


Memberikan tenaga (energi), mendukung pembentukan sel-sel atau bagian sel untuk
pertumbuhan badan (growth).
3) Mendukung pembentukan sel-sel atau bagian-bagian sel untuk menggantikan yang rusak dan
4)

aus terpakai (maintenance).


Mengatur metabolisme zat-zat gizi dan keseimbangan cairan serta asam basa (regulatory

mechanism).
5) Berfungsi dalam pertahanan tubuh (defence mechanism).30[30]
Menurut fungsinya, zat-zat makanan di bagi menjadi 3 golongan yaitu :
a) Memberikan zat tenaga
Yang berfungsi untuk mengadakan pembakaran dalam tubuh, hingga timbul panas,
yang diubah menjadi energi atau tenaga, yang termasuk golongan ini, ialah lemak, hidrat
arang, sisa protein.
b) Memberikan zat pembangun
Yang berfungsi untuk pembentukan jaringan baru selama pertumbuhan dan untuk
mengganti jaringan-jaringan yang rusak, yang termasuk golongan ini adalah : protein, air dan
garam.31[31]
c) Memberikan zat pengatur
Yang berfungsi untuk mengatur lancarnya pekerjaan alat-alat tubuh, dan melindungi
tubuh dari macam-macam penyakit, termasuk dalam golongan ini, ialah vitamin. Vitamin di
dalam tubuh merupakan kebutuhan mutlak, vitamin sangat aktif di dalam makanan, karena
badan kita tidak dapat membentuknya.
Menurut Ilmu gizi, pernyataan makanan yang thayyib (baik), makanan yang dapat
memenuhi fungsi-fungsi makanan.32[32] Adapun fungsi makanan, antara lain :
1)
(a)
(b)
(c)
2)
(a)
(b)
(c)

Memenuhi kepuasan jiwa


memberi rasa kenyang
memenuhi kebutuhan naluri dan kepuasan jiwa
memenuhi kebutuhan sosial, budaya.
Memenuhi fungsi fisiologik
Memberikan tenaga (energi)
Mendukung pembentukan sel-sel atau bagian sel untuk pertumbuhan badan (growth)
Mendukung pembentukan sel-sel atau bagian-bagian sel untuk menggantikan yang rusak dan
aus terpakai (maintenance)
30[30] Ibid, hal. 5-6
31[31] Tuty Latief, Resep Hidangan Sehatuntuk Keluarga, Karya Anda,
Surabaya, 1976, hal. 11-14.
32[32] A. Djaeni Soediaoetomo, Op Cit., hal. 23

(d) Mengatur metabolisme zat-zat gizi dan keseimbangan cairan serta asam basa (regulatory
mechanism)
(e) Berfungsi dalam pertahanan tubuh (defence mechanism)28)
Menurut fungsinya, zat-zat makanan di bagi menjadi 3 golongan yaitu:
1. Memberikan zat tenaga
Yang berfungsi untuk mengadakan pembakaran dalam tubuh, hingga timbul panas, yang
diubah menjadi energi atau tenaga, yang termasuk golongan ini, ialah lemak, hidrat arang,
2.
1)
2)
3)
3.
a.
b.
c.
4.
a.
b.
c.
5.

sisa protein.
Lemak, gunanya :
sebagai bahan pembakar untuk memperoleh tenaga
pelarut beberapa macam vitamin (Vitamin A, D, E, K)
melindungi ujung-ujung tulang
Hidrat arang, gunanya :
memberi perasaan kenyang
menghasilkan panas dan tenaga
kelebihan hidrat arang dalam tubuh, ditimbun sebagai cadangan
Protein, gunanya :
untuk pembentukan jaringan baru selama pertumbuhan
untuk pemeliharaan jaringan-jaringan
sebagai sumber zat tenaga, apabila tidak ada persediaan hidrat arang dalam lemak.
Memberikan zat pembangun
Yang berfungsi untuk pembentukan jaringan baru selama pertumbuhan dan untuk
mengganti jaringan-jaringan yang rusak, yang termasuk golongan ini adalah : protein, air dan
garam.

a.
b.
c.
d.
1)
2)

Air, gunanya
Untuk menolong proses pertukaran zat dalam tubuh
Mengatur panas badan
Melarutkan beberapa macam vitamin
Garam, zat garam termasuk golongan pembangun untuk pembentukan sel-sel badan
Memberikan zat pengatur29
Yang berfungsi untuk mengatur lancarnya pekerjaan alat-alat tubuh, dan melindungi
tubuh dari macam-macam penyakit, termasuk dalam golongan ini, ialah vitamin.

c.

Vitamin
Vitamin di dalam tubuh merupakan kebutuhan mutlak, vitamin sangat aktif di dalam
makanan kita sehari-hari, karena badan kita tidak dapat membentuknya. Beberapa fungsi
vitamin, membantu :

1) Penggunaan makanan oleh tubuh (terutama vitamin-vitamin B)


2) Pertumbuhan (vitamin A)
28) Ibid, hal. 5-6
29)Tuty Latief, Resep Hidangan Sehatuntuk Keluarga, Karya Anda,
Surabaya, 1976, hal. 11-14.

3)
4)
5)
6)
a.

Pembentukan tulang (vitamin D)


Pembentukan jaringan-jaringan tertentu dan daya tahan terhadap penyakit (vitamin)
Pembentukan butir-butir darah merah (terutama vitamin B tertentu)
Pembekuan darah (vitamin K)33[33]
Ayat-ayat yang berkaitan dengan makanan halalan thayyiban.
Surat al-Baqarah ayat 61.

Artinya : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu
macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia
mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayur, ketimun,
bawang putih, kacang adas dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu
mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu
kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka
nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena
mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak
dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui
batas.(Q.S. al-Baqarah 61) 34[34]
Maksudnya penjelasan Surat al-Baqarah ayat 61 adalah makanan hewani dan
kandungn esnsial proteinnya seperti daging binatang, daging burung yang mencakup daging
siman (salwa) adalah lebih baik dari pada makanan manusiayang mengandung protein nabati,
ilihat dari arah kebutuhan kehidupan dan manfaat bagi jasmani. Kenyataan ini juga termaktub
di dalam firman Allah taala yang ditujukan kepada bani Israil, sebagai peringatan bagi
mereka akan nikmat-nikmat yang telah mereka dapatkan.35[35]
b. Surat Al-Baqarah Ayat 57.
Artinya :Dan kami naungi kamu dengan awan, dan kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa",
makanlah dari makanan yang baik-baik yang Telah kami berikan kepadamu; dan tidaklah
mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(Q.S. al-Baqarah: 57).36[36]
Dari penjelasan ayat tersebut, meski mereka telah mendapatkan nikmat yang sangat besar
ini namun mereka tidak mau menggunakannya sesuai haknya, mereka tidak mengetahui
keutamaannyadan ketiggian harganya. Mereka justru berkata pada Sayyidina Musa
alayhissalam bahwa kami (tidak bisa sabar dengan satu macam makanan saja yakni manna
dan salwa). Sebab itu mohonkanlah utuk kami kepada tuhanmu, agar dia mengeluarkan bagi
kami apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu : sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,
33[33] Tarwotjo dan Herman., Buku Penuntun Ilmu Gizi Umum I,
Departemen Kesehatan RI, Kepala Direktorat Gizi, Jakarta, 1974, hal. 8
34[34] Al-Quran, Yayasan Penyeleggara Penerjemah dan Penafsir AlQuran, al-Quran dan Terjemah, (Jakarta : Depag RI, 1997), hal. 17
35[35]Jamaluddin Mahran, Abdul Azhim Hafna Mubasir, al-Quran Bertutur
Tentang Makanan Dan Obat-Obatan, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2005, hal. 233
36[36] Al-Quran, Yayasan Penyeleggara Penerjemah dan Penafsir AlQuran, al-Quran dan Terjemah, (Jakarta : Depag RI, 1997), hal. 190

kacang adasnya dan bawang merahnya. Musa tercenangheran melihat keadaan itu. Dan dia
mengingkari omongan mereka seraya berkata pada mereka, kalian melebihkan jenis-jenis
makanan ini daripada apa yang lebih utama dan lebih baik dari kesemuanya yakni manna dan
salwa.
Eksperimen praktis telah menegaskan dengan gamblang adanya pengaruh protein
dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sebagian besar makanan berprotein mengandung
jumlah asam amino yang cukup, karena makanan tesebut biasanya tersusun dari susu, telur,
daging. Ikan, makanan hijau, mencukupi kebutuhan orang dewasa dengan mudah. Dimasa
pertumbuhan penambahan susu dan keju akan memperbagus kualitas makannya, termasuk
juga unsur belerang yang dibutuhkan untuk membentuk protein tubuh yang terdapat di dalam
beberapa jenis asam amino, seperti lisin (lysine), sistein (cysteine), metionin (methionine).
Kesemuanya itu bukan parsial pada segala jenis protein, masing-masingnya tidak
mengandung seluruh unsur itu secara mutlak. Sebagian mengandung sedikit protein
sedangkan yang lain mengandung jumlah yang sangat banyak.37[37]
c. Surat Al-Nisa Ayat 4.
Artinya : makan lah ia dengan sedap lagi baik akibatnya. ( Q.S. al- Nisa : 4) 38[38]
Ayat ini walaupun tidak turun dalam konteks petunjuk tentang makanan.
Tetapi menggunakan kata akala yang pada prinsipnya berarti makanandapat dijadikan
petunjuk bahwa memakan sesuatu hendaknya yang sedap serta berakibat baik.
Pada akhirnya penulis dapat menyimpulkan pesan allah tentang makan dan makanan
dlam firmannya dalam surat al-Anam Ayat 142 setelah menyebut makanan nabati dan
hewani : 39[39]
d. Surat Al-Anam Ayat 142.
Artinya : Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang
untuk disembelih. Makanlah dari rizki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu (Q.S al-anam : 142) 40[40]
Pada umumnya jenis makanan yang Halalan Thayyiban menurut agama Islam,
maka

makanan

tersebut

baik menurut

pertimbangan

37[37]Jamaluddin Mahran, Op. Cit, hal. 235


38[38] Al-Quran, Op.Cit, hal 123
39[39] M. Quraish Shihab, Op,Cit, hal. 151
40[40] Al-Quran, Op.Cit, hal. 212

ilmu persyaratan makanan

yang baik (Thayyiban) menurut ilmu gizi ialah yang dapat memenuhi kebutuhan
tubuh sehingga semakin banyak kebutuhan

tubuh tersebut dipenuhi maka semakin

baiklah sifatnya.
Makanan- makanan yang baik ialah makanan yang enak atau halal dan makanan
halal yang diperoleh itu kebalikan dari makanan yang haram yang dilarang.

Adapun

menurut etimologi, thayyiban itu artinya barang yang suci. Barang yang suci ini
biasanya dinisbatkan kepada barang yang halal. Sedangkan menurut istilah aslinya
adalah segala yang enak dan dianggap baik.
Berdasarkan penjelasan di atas maka yang dimaksud dengan kreteria makanan yang
halalan thayyiban adalah segala sesuatu yang diperbolehkan atau dihalalkan oleh
agama dan sesuatu yang telah dihalalkan agama maka secara otomatis baik (thayyiban)
menurut ilmu pengetahuan dan tidak membahayakan tubuh, yang baik untuk jiwa tidak
membahayakan badan dan akal manusia, mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh
manusia serta dimakan dalam takaran yang cukup dan seimbang.

0 Ran Dolp Lee Clark, Russell W. Cumley, The Book of Health, D. Van Nostrand
Company, INC, New Jersey, 1962. hal. 595.

Anda mungkin juga menyukai