Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Organisasi adalah abstrak & mencakup banyak aspek kehidupan,
pengertian dari abstrak banyak artinya yaitu, Koordinasi individu, kegiatankegiatan yang salaing berhubungan yang mempunyai tujuan dan keterkaitan aspek
sosial.
Rancangan organisasi adalah Suatu kesatuan sosial dari sekelompok
individu yang saling berinteraksi menurut suatu pola yang terstruktur dengan cara
tertentu sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tugas dan fungsinya
masing-masing, dan sebagai kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan juga
mempunyai batas-batas jelas sehingga organisasi dapat dipisahkan secara tegas
dari lingkungannya (pendekatan modern, Daft). Pada organisasi formal struktur
direncanakan dan merupakan usaha sengaja untuk menetapkan pola hubungan
antara berbagai komponen, sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif.
Sedangkan pada organisasi informal, struktur organisasi adalah aspek sistem yang
tidak direncanakan dan timbul secara spontan akibat interaksi peserta.
Rancangan
menghubungkan

organisasi-organisasi
wewenang

karena

memberikan

struktur

merupakan

kerangka
penetapan

yang
dan

penghubung antar posisi para anggota organisasi. Jika seseorang memiliki suatu
wewenang, maka dia harus dapat mempertanggungjawabkan wewenangnya
tersebut.

Pada umumnya orang akan menganggap struktur sama dengan rancangan


organisasi. Sesungguhnya rancangan organisasi merupakan proses perkembangan
hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi struktur
merupakan hasil dari proses rancangan. Proses rancangan merupakan suatu
kegiatan yang bersifat kontinu dan dirancang oleh manajer. Apapun bentuk atau
hasil dari proses rancangan tersebut, para perancang rancangan organisasi harus
merancang sebuah organisasi yang dapat membuat organisasi tersebut tetap
bertahan hidup. Selain itu pemilihan rancangan organisasi tersebut akan
menentukan besar kecilnya organisasi.Setiap ukuran organisasi akan memberikan
keuntungan masing-masing, namun diharapkan tercapainya tujuan organisasi dan
juga eksistensi dari organisasi.
1.2 Rumusan masalah
1.

Apakah yang dimaksud dengan organisasi?

2.

Apakah yang dimaksud dengan rancangan organisasi?

3.

Apakah proses yang terjadi dalam rancangan organisasi?

4.

Apakah jenis-jenis rancangan organisasi?

5.

Apakah macam-macam sudut pandang rancangan organisasi?

6.

Apakah yang dimaksud dengan efektivitas kerja?

1.3 Tujuan penulisan


1.

Mengetahui pengertian organisasi

2.

Mengetahui pengertian rancangan organisasi

3.

Mengetahui proses dalam rancangan organisasi

4.

Mengetahui jenis rancangan organisasi

5.

Mengetahui macam-macam sudut pandang rancangan organisasi

6.

Mengetahui yang dimaksud dengan efektivitas kerja

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Organisasi
Manajemen sangat berkaitan erat dengan organisasi sebagai suatu tempat
manajemen itu akan berperan secara aktif. Suatu organisasi tanpa adanya
manajemen yang baik di dalamnya, akan sulit bagi organisasi tersebut untuk
melakukan aktivitasnya dengan baik. Untuk lebih jelas, dalam hal ini beberapa
defenisi yang menjadi titik tolak untuk penjelasan uraian-uraian selanjutnya,
yakni:
1. Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
terdiri atas dua orang atau lebih dan yang relatif terus-menerus guna
mencapai satu atau serangkaian tujuan
2. Organisasi adalah suatu pengaturan orang-orang secara sengaja untuk
pencapaian tujuan bersama.
3. Organisasi adalah penyusunan dan pengelolaan berbagai aktivitas manusia
(baik dengan institusi/lembaga maupun tidak), yang bertujuan menjalankan
suatu fungsi atau maksud tertentu (Kusdi, 2009:4).
Berdasarkan defenisi-defenisi tersebut dapat diketahui beberapa elemen
dasar yang menjadi ciri suatu organisasi yaitu: Kumpulan orang, Pengaturan,
Pengelolaan, Tujuan Bersama. Dari ciri tersebut dapat dirumuskan defenisi
organisasi yaitu suatu kumpulan orang yang diatur dan dikelola dengan hubungan-

hubungan formal dalam rangkaian terstruktur untuk mencapai tujuan bersama


secara efektif.
2.2 Pengertian Rancangan Organisasi
Dalam fungsi pengorganisasian, manajer mengalokasikan keseluruhan
sumber daya organisasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat melalui suatu
rancangan organisasi. Rancangan organisasi merupakan langkah awal dalam
memulai pelaksanaan kegiatan perusahaan untuk pencapaian tujuan perusahaan.
Pengertian yang jelas tentang rancangan organisasi oleh beberapa ahli
sebagai berikut:
1.

Rancangan organisasi adalah Suatu kesatuan sosial dari sekelompok


individu yang saling berinteraksi menurut suatu pola yang terstruktur
dengan cara tertentu sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tugas
dan fungsinya masing-masing, dan sebagai kesatuan mempunyai tujuan
tertentu dan juga mempunyai batas-batas jelas sehingga organisasi dapat
dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.

2.

Rancangan organisasi adalah sebuah proses memilih dan mengelola


aspek-aspek struktural dan kultural yang dilakukan oleh para manajer
sehingga organisasi mampu mengendalikan kegiatan apa saja yang perlu
dilakukan untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa pengertian tersebut
dapat diketahui bahwa rancangan organisasi merupakan proses memilih
dan

mengelola

segala

aspek-aspek

dalam

organisasi

sehingga

menciptakan suatu struktur organisasi tertentu untuk mencapai tujuan


bersama.
5

2.3 Proses dalam Rancangan Organisasi


Menurut Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2007:236) dalam
rancangan organisasi terdapat empat proses yang harus dilakukan, yaitu:
1. Pembagian Kerja
Pembagian kerja adalah proses membagi pekerjaan menajdi jabatanjabatan spesifik untuk memaksimalkan manfaat spesialisasi. Keuntungan
ekonomis dari pembagian pekerjaan menjadi jabatan-jabatan khusus merupakan
alasan historis utama yang mendasari penciptaan organisasi
2. Departementalisasi
Alasan alasan untuk mengelompokkan pekerjaan pekerjaan tergantung
pada

kebutuhan

untuk

mengkoordinasikan

pekerjaan-pekerjaan

tersebut.

Pekerjaan pekerjaan spesialisasi dipisahkan satu sama lain, saling berhubungan


dengan keseluruhan tugas, dan pencapaian keseluruhan pekerjaan membutuhkan
pencapaian setiap pekerjaan. Tetapi pekerjaan pekerjaan tersebut harus
dilakukan dengan cara dan urutan tertentu, sesuai dengan yang dikehendaki pihak
manajemen ketika pekerjaan tersebut disusun.
3. Pendelegasian Wewenang
Pendelegasian wewenang adalah proses pembagian kewenangan dari atas
ke bawah di dalam suatu organisasi. Para manajer akan memutuskan seberapa
besar kewenangan yang seharusnya didelegasikan kepada setiap jabatan dan

pemegang jabatan. Pendelegasian wewenang menagcu secara khusus pada


kewenangan mengambil keputusan.
4. Rentang Kendali
Rentang kendali adalah jumlah bawahan yang melapor kepada atasan.
Rentang ini merupakan satu faktor yang mempengaruhi bentuk dan tinggi suatu
struktur organisasi. Pertimbangan yang penting dalam menentukan rentang
kendali seorang manajer bukanlah jumlah hubungan yang mungkin terjadi,
melainkan frekuensi dan intensitas hubungan yang sebenarnya.
2.4 Jenis Rancangan Organisasi
Menurut Robbins dan Judge (2008:224) ada tiga rancangan organisasi
yang lazim digunakan, yakni:
a. Struktur Sederhana
Sebuah struktur yang dicirikan dengan kadar departemantalisasi yang
rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang saja,
dan sedikit formalisasi. Struktur sederhana paling banyak dipraktikkan dalam
usaha-usaha kecil dimana manajer dan pemilik adalah orang yang satu dan sama.
Kekuatan-kekuatan dari rancangan organisasi ini antara lain:
1. Sederhana.
2. Cepat.
3. Fleksibel.
4. Tidak mahal untuk dikelola.
7

5. Akuntabilitasnya jelas.
Kelemahan-kelemahan dari rancangan organisasi ini sebagai berikut:
1.

Sulit dijalankan dimana pun selain di organisasi kecil

2.

Formalisasinya rendah dan sentralisasinya tinggi cenderung menciptakan


kelebihan beban informasi di puncak.

3.

Berisiko, segalanya bergantung pada satu orang saja.


b. Birokrasi
Sebuah struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang dicapai

melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang
dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat,
rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai
komando.
Kekuatan-kekuatan rancangan organisasi ini antara lain:
1.

Mampu menjalankan kegiatan-kegiatan yang terstandar secara sangat


efisien.

2.

Menyatukan beberapa kekhususan dalam departemen-departemen


fungsional menghasilkan skala ekonomi.

3.

Duplikasi yang minim pada personel dan peralatan.

4.

Karyawan yang memiliki kesempatan untuk berbicara dengan bahasa


yang sama diantara rekan-rekan sejawat mereka.

Kelemahan-kelemahan dalam rancangan organisasi ini sebagai berikut:


1.

Spesialisasi dalam birokrasi bisa menciptakan konflik-konflik sub unit.

2.

Tujuan unit fungsional dapat mengalahkan tujuan keselutuhan organisasi.

3.

Birokrasi hanya efisien sepanjang karyawan menghadapi masalahmasalah yang sebelumnya telah mereka hadapi dan sudah ada aturan
keputusan terprogram yang mapan.
c. Struktur Matriks
Sebuah struktur yang

menciptakan garis wewenang ganda dan

menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk.


Kekuatan-kekuatan dari rancangan organisasi ini antara lain:
1.

Memiliki

kemampuan

untuk

memfasilitasi

koordinasi

manakala

organisasi tersebut memiliki banyak aktivitas yang rumit dan saling


bergantung.
2.

Matriks memudahkan penempatan para spesialis secara efisien.

3.

Matriks mencapai keuntungan skala ekonomi dengan cara menyediakan


sumber-sumber daya terbaik maupun cara yang efektif bagi organisasi
untuk memastikan penggunaan sumber daya secara efisien.

Kelemahan-kelemahan dari rancangan organisasi ini sebagai berikut:


1.

Kebingungan yang diciptakan oleh struktur matriks ini.

2.

Kecenderungannya untuk menumbuhkan perjuangan meraih kekuasaan.

3.

Stres yang dirasakan para individu.

2.5 Macam-macam Rancangan Organisasi dalam Sudut Pandang


Rancangan organisasi dalam berbagai perspektif. Secara umum
organisasi formal dianalisa dari segi sifat-sifatnya, strukturnya dan
bentuk rancangannya berupa desain organisasi. Desain organisasi
menekankan sisi manajemen dari teori organisasi, dalam arti untuk
merancang suatu organisasi perlu dilakukan dengan menerapkan
fungsi-fungsi manajemen dalam desain organisasi. Desain organisasi
mempertimbangkan konstruksi (membangun) dan mengubah struktur
(memperbaharui) organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Perancang desain organisasi menciptakan suatu cara atau rencana
untuk

mencapai

tujuan.

Pada

pembentukan

rancangan

sebuah

organisasi rencana tersebut berupa bagan organisasi. Bagaimana caracara merancang organisasi untuk membantu pencapaian tujuan, yaitu
dimulai

dengan

memahami

perspektif

manajerial,

yang

secara

konsisten mencari penerapan yang potensial di dalam konsep-konsep


rancangan organisasi. Tentunya dalam merancang sebuah organisasi
dimulai

dengan

perencanaan

yang

matang

didalamnya

mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang ingin diwujudkan dalam

10

tujuan organisasi, kemudian masuk pada proses pelaksanaan yang


melibatkan keseluruhan kegiatan, dan interaksi para personil sampai
pada evaluasi dan pengendalian.
Berikut macam-macam rancangan organisasi dalam berbagai
sudut pandang :
1. Pandangan struktural
Dalam

pandangan

struktural

organisasi

diperlukan

adanya

koordinasi pola interaksi para anggota organisasi secara formal.


Struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa
melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta
pola interaksi yang akan diikuti. Sebuah struktur organisasi mempunyai
tiga

komponen

yang

harus

diperhatikan,

yaitu;

kompleksitas,

formalisasi dan sentralisasi.


Kompleksitas
perbedaan

yang

mempetimbangkan
ada

dalam

tingkat

organisasi

yang

differensasi
meliputi

atau
tingkat

pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hierarkhi organisasi, serta


tingkat sejauhmana unit-unit organisasi tersebar secara menyeluruh.
Kompleksitas pada sebuah organisasi dipengaruhi oleh besar kecilnya
organisasi tersebut, semakin besar kekuatan sebuah organisasi maka
akan semakin kompleks juga struktur organisasi yang ada di dalamnya.
Formalisasi merupakan tingkatan pada sejauh

mana sebuah

organisasi menyandarkan dirinya kepada peraturan dan prosedur


untuk mengatur perilaku dari para pegawainya. Dengan struktur
organisasi yang besar, maka akan semakin sulit mengawasi dan

11

mengendalikan para anggota organisasi di dalam efektifitas kinerja


organisasi. Untuk itu, diperlukan adanya peraturan dan pedoman
operasional standar organisasi dalam performansi kerja dari para
anggota organisasi, baik di tingkat bawahan maupun pada tingkat
manajer.

Sentralisasi memperlihatkan pengambilan keputusan puncak oleh


manajer. Kekuasaan tertinggi terdapat pada manajemen puncak dan
memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan-keputusan penting
mengenai persfektif organisasi. Dalam pandangan structural kondisi ini
masih dianggap relevan diterapkan pada organisasi-organisasi yang
sangat besar, namun tidak menutup kemungkinan diperlukan adanya
sstem desentralisasi untuk mengambil aspirasi dari para anggota
organisasi.
2. Pandangan perilaku
Perilaku organisasi mengambil pandangan mikro yang memberi
tekanan

pada

Pandangan

individu-individu

perilaku

dan

dalam organisasi

kelompok-kelompok
memfokuskan

diri

kecil.
kepada

perilaku di dalam organisasi dan prestasi yang dibentuk dari sikap para
pegawai

dalam

melaksanakan

produktivitas

kerja

dalam

hal

mekanisme kerja dan kepuasan kerja pegawai. Perilaku organisasi


sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor individual yang melekat pada
diri

anggota

pengetahuan,

organisasi,
motivasi,

yang

serta

meliputi;

kepribadian.

persepsi,
Termasuk

nilai-nilai,
didalamnya

terdapat perilaku kelompok, meliputi; peran, status kepemimpinan,

12

kekuasaan, komunikasi dan konflik.


Dalam

pandangan

perilaku

organisasi,

anggota

organisasi

dipandang dalam struktur yang sempit. Didalamnya hanya mengatur


interaksi antar individu atau kelompok, misalnya dalam memberi
penekanan pada masalah konflik, pandangan perilaku organisasi
berpandangan

bahwa

konflik

disebabkan

karena

perbedaan

kepribadian dan komunikasi yang lemah bukan karena masalah


koordinasi antar unit.
Pendekatan perilaku memandang organisasi dapat dipelajari dari
pola tingkah laku. Studi ini melihat dan mengidentifikasi perilaku yang
khas dari manajer dalam kegiatannya untuk mempengaruhi anggota
organisasi.

Perilaku

manajer

ini

dapat

berorientasi

pada

tugas

keorganisasian ataupun pada hubungan dengan anggota kelompoknya.


Perilaku

manajer

dapat

dikategorikan

sebagai

perilaku

yang

berorientasi pada tugas (task oriented) dan perilaku yang berorientasi


pada hubungan interelasi pada bawahan (employee oriented).
Menurut Hemphil dan Coons, melihat organisasi dari perilaku
manajer dan bawahannya yang dikenal dengan istilah struktur tugas
(initiating structure) dan tenggang rasa (consideration). Initiating
structure

ialah

cara

bawahan

dalam

manajer

usaha

melukiskan

menetapkan

pola

hubungannya

dengan

organisasi,

saluran

komunikasi, dan metode atau prosedur yang dipakai di dalam


organisasi. Sedangkan yang dimaksud dengan consideration adalah
perilaku

yang

mempercayai,

berhubungan
saling

dengan

menghargai,

persahabatan,

kehangatan,

perhatian

saling
dan

13

keakraban, hubungan antara manajer dengan anggota organisasi.


Kedua perilaku organisasi tersebut tidak saling mempengaruhi perilaku
yang lain. Dengan demikian, seorang

manajer dapat sekaligus

berperilaku initiating structure dan conciderstion dalam derajat yang


sama-sama tinggi atau sama-sama rendah. Dari penelitian ditemukan
apabila manajer berperilaku initiating structure dan conciderstion,
maka sangat kecil kemungkinan untuk terjadinya ketidakpuasan
anggota organisasi.

3. Pandangan teori situasional


Pandangan teori situasional dalam organisasi, memandang bahwa
dalam penyelesaian masalah organisasi dapat dituntaskan dengan
menggunakan metode-metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi
pada saat itu. Teori situasional dikembangkan oleh Paul Hersey dan
Keneth H. Blancard. Teori situasional merupakan perkembangan yang
mutakhir dari teori organisasi. Model ini didasarkan pada hubungan
garis lengkung atau curva linier diantara perilaku tugas dan perilaku
hubungan dan kematangan. Teori ini mencoba menyiapkan perangkat
organisasi dengan beberapa pengertian mengenai hubungan diantara
para anggota organisasi yang efektif dan tarap kematangan yang
dimiliki anggota organisasi tersebut. Teori situasional organisasi
memiliki beberapa variabel diantaranya manajer, bawahan, atasan,
organisasi, tuntutan kerja dan waktu, yang terlibat dalam teori
situasional, namun penekanan tetap terletak pada hubungan manajer

14

dengan anggota organisasi. Anggota organisasi merupakan faktor yang


paling menentukan dalam suatu peristiwa dalam organisasi.
Teori ini berasumsi bahwa manajer yang efektif tergantung pada
taraf kematangan anggota organisasi, dan kemampuan manajer untuk
menyesuaikan orientasinya, baik orientasi tugas ataupun hubungan
antar manusia. Makin matang anggota organisasi, manajer harus
mengurangi

tingkat

struktur

tugas

dan

menambah

orientasi

hubungannya. Pada saat individu atau kelompok bergerak dan


mencapai rata-rata kematangan manajer harus mengurangi baik
hubungannya maupun orientasi tugasnya.

Keadaan ini berlangsung sampai anggota organisasi mencapai


kematangan penuh, dimana mereka sudah dapat mandiri baik dilihat
dari kematangan kerjanya ataupun kematangan psikologisnya.
Jadi teori situasional ini menekankan pada kesesuaian antara gaya
manajer dengan tingkat kematangan anggota organisasinya.

2.6 Efektivitas Kerja


Efektivitas kerja merupakan suatu masalah yang kompleks. Pentingnya
efektivitas kerja dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi merupakan kunci dari
kesuksesan suatu organisasi. Menurut para ahli pengertian efektivitas kerja adalah
sebagai berikut:
1. Efektivitas kerja adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi yang
merupakan sistem sosial dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang

15

tersedia memenuhi tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindai


ketegangan yang tidak perlu diantara anggota-anggotanya.
2. Efektivitas kerja adalah keseimbangan atau pendekatan optimal pada
pencapaian tujuan, kemampuan, dan pemanfaatan tenaga manusia. Jadi konsep
tingkat efektivitas menunjukkan pada tingkat seberapa jauh organisasi
melaksanakan kegiatan atau fungi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber
yang ada.

3. Efektivitas kerja adalah sejauh mana organisasi mencapai berbagai


sasaran (jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang) yang telah ditetapkan,
dimana penetapan sasaran-sasaran dan tujuajn-tujuan itu mencerminkan
konstituen strategis, kepentingan subjektif penilai, dan tahap pertumbuhan
organisasi.
Berdasarkan defenisi yang dikemukakan para ahli dalam uraian terdahulu
dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dengan baik dan benar, sehingga pencapaian tujuan perusahaan berjalan sesuai
yang direncanakan. Indikator dari efektivitas kerja yaitu:
a. Kuantitas Kerja
Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi
normal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya beban kerja dan keadaan yang

16

didapat atau dialaminya selama bekerja. Setiap perusahaan akan selalu berusaha
agar efektivitas kerja dari karyawannya dapat ditingkatkan. Oleh Karena itu, suatu
perusahaan selalu berusaha agar setiap karyawannya memiliki moral kerja yang
tinggi.
b. Kualitas Kerja
Kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh karyawan berupa
hasil kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan tidak
mengabaikan volume pekerjaan didalam mengerjakan pekerjaan.

c. Pemanfaatan Waktu
Pemanfaatan waktu adalah pengggunaan masa kerja yang disesuaikan
dengan kebijakan perusahaan agar pekerjaan selesai tepat pada waktu yang
ditetapkan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tentunya sangat diperlukan
guna mewujudkan hasil yang diharapkan oleh setiap perusahaan. Setiap karyawan
sudah sepatutnya diarahkan untuk lebih meningkatkan efektivitas kerja mereka
melalui berbagai tahapan usaha secara maksimal salah satunya dengan rancangan
organisasi, sehingga pemanfaatan sumber daya manusia akan lebih berpotensi dan
akan lebih mendukung keberhasilan perusahaan.

17

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rancangan organisasi merupakan suatu kesatuan sosial dari sekelompok
individu yang saling berinteraksi menurut suatu pola yang terstruktur dengan cara
tertentu sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tugas dan fungsinya
masing-masing, dan sebagai kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan juga
mempunyai batas-batas jelas sehingga organisasi dapat dipisahkan secara tegas
dari lingkungannya.

18

Proses

rancangan

organisasinya

yaitu

pembagian

kerja,

departementalisasi, pendelegasian wewenang, rentang. Dan jenis rancangan


organisasinya yaitu : struktur sederhana, birokrasi, struktur matriks.
Macam-macam rancangan organisasi dalam sudut pandang yaitu :
pandangan sturktural, pandangan prilaku, dan pandangan teori situasional.
Dan indikator dari efektivitas kerja yaitu: kuantitas kerja, kualitas kerja, dan

pemanfaatan waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Etzioni

Amitai,

(1984).

Organisasi-organisasi

Modern.

UPI

Press:

Bandung.
Moekijat, (1990). Pengembangan Organisasi. Remaja Karya: Bandung.
Richard, Beckard, (1969). Organizational Development Strategis and
Models. Terjemahan Ali Saefullah. Usaha Nasional: Surabaya.
Hersey, Faul, Blanchard, (1982). Management of Organization
Behavior. Terjemahan Agus Darma. Erlangga: Jakarta.
Hick, Herbert, G. and Gullet, G. Ray, (1975). Organization Theory and
Behavior. Terjemahan Ali Saefullah. Usaha Nasional: Surabaya.
19

Lubis, Hari & Huseini, Martani, (1987). Teori Organisasi; Suatu


Pendekatan Makro. Pusat Antar Ilmu-ilmu Sosial UI: Jakarta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26551/4/Chapter
%20II.pdf
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/06/rancanganorganisasi.html
http://www.hrcentro.com/artikel/Pengertian_Rancangan_Organisasi_080
811.htmlhttps://ardiiblog.wordpress.com/2013/04/18/rancangan-organisasi

20

Anda mungkin juga menyukai