Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang paling luas

prevalensi dan frekuensi, sehingga banyak ditemukan di masyarakat (Suryono,

2014). Menurut hasil survey kesehatan gigi dan mulut di Jawa Timur tahun 1995,

penyakit periodontal terjadi pada 459 diantara 1000 penduduk. Negara Asia dan

Afrika prevalensi dan intensitas penyakit periodontal terlihat lebih tinggi dari

pada di Eropa, Amerika dan Australia. Penyakit periodontal di Indonesia

menduduki urutan kedua utama yang masih merupakan masalah utama di

masyarakat (Wahyukundari, 2008).

Salah satu penyakit periodontal yang dapat ditemukan adalah pembesaran

gingiva. Gingiva merupakan salah satu jaringan periodonsium yang mendukung

dan mengelilingi gigi. Salah satu fungsi dari gingiva adalah melindungi jaringan

yang dibalutnya. Gingiva yang sehat berwarna merah muda pucat terkadang

bervariasi menjadi warna lainnya dengan kepekatan pigmen yang terlihat. Kondisi

yang sering menyertai penyakit - penyakit gingiva yaitu perubahan ukuran yang

bertambah yang disebut gingival enlargement (Daliemunthe, 2008). Pembesaran

gingiva bisa bersifat temporer, maupun persisten, inflamasi gingiva/gingiva yang

bersifat kronis bisa berkembang menjadi pembesaran gingiva yang bersifat

permanen. Pembesaran gingiva ditandai dengan penambahan ukuran gingiva dan

dapat menimbulkan efek negatif berupa gangguan fungsi (Suryono, 2014).

Masalah yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan kondisi gingival

enlargement adalah faktor estetika walaupun sebenarnya aspek kesehatan jaringan

1
pendukung gigi dan mulut juga mengalami gangguan. Gingival enlargement di

daerah papilla interdental, kontur gingiva yang menebal dan membulat, perasaan

tidak nyaman, menimbulkan halitosis. Pembesaran gingiva merupakan

manifestasi penyakit gingiva (penyakit periodontal) maupun manifestasi oral dari

kondisi sistemik pasien, ini merupakan permasalahan utama yang harus ditangani

agar penampilan dan fungsinya menjadi optimal (Suryono, 2014).

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gingiva

Gingiva (gusi) adalah bagian mukosa dalam rongga mulut yang

mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar. Gingiva berfungsi

melindungi jaringan di bawah perekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan

rongga mulut (Jannah, 2014). Penyakit periodontal yang paling sering terjadi

adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan

periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi faktor

estetik. Salah satu penyakit gingiva yang sangat menggangu estetik dan

fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini menyebabkan

perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal

(Lindhe et al, 2008).

2.2 Gingiva Enlargement

Gingival enlargement adalah keadaan dimana besar gingiva bertambah

dari normal. Keadaan ini merupakan gambaran yang sering menyertai penyakit

gingiva (Daliemunthe, 2008).

Gingival enlargement dengan menggunakan kriteria letak dan

penyebarannya, dapat digambarkan seperti berikut (Newman., Takei., Carranza,

2006) :

Terlokasi : Terbatas pada gingiva di dekat satu gigi atau sekelompok

gigi

Umum : Melibatkan gingiva diseluruh mulut

3
Marginal : Terbatas pada gingiva marginal

Papilar : Terbatas pada papila interdental

Difusi : Melibatkan marginal, attached gingiva dan papila

Terbatas : Tonjolan terilosasi atau pelebaran seperti tumor yang tidak

merata

Intensitas gingival enlargement menurut Mc Graw index yang ditetapkan

berdasarkan catatan Cheklis yang dipantau pada masing- masing pasien dengan

ketentuan sebagai berikut (Ghafari, 2010) :

Grade 0 : Tidak ada gingival enlargement (dengan margin tipis)

Grade 1 : Gingival enlargement hanya pada papila interdental

Grade 2 : Gingival enlargement menutupi sekurang-kurangnya

sepertiga mahkota gigi (dental crown)

Grade 3 : Gingival enlargement menutupi lebih dari sepertiga

mahkota gigi (dental crown)

2.2.1 Etiologi Gingival Enlargement

Penyebab gingival enlargement terdiri dari faktor lokal dan faktor

sistemik, faktor lokalnya adalah: kesehatan mulut yang buruk, malposisi gigi, cara

menyikat gigi yang salah, trauma oklusi, tambalan kurang baik, iritasi, cangkolan

protesa, alat orthodontik dan kebiasaan bernapas melalui mulut. Faktor

sistemiknya adalah: kelainan hormonal, malnutrisi, kelainan darah, obat- obatan

dan sebab- sebab lain yang tidak diketahui (Kristiani dkk, 2010).

4
Gingival enlargement disebabkan juga oleh pemaparan dalam jangka

waktu yang lama oleh plak gigi. Faktor-faktor yang memudahkan penumpukan

plak dan retensi termasuk diantaranya kebersihan rongga mulut yang jelek seperti

iritasi yang disebabkan oleh abnormal anatomis dan penambalan yang tidak tepat

serta alat-alat orthodonti. Gingival enlargement dihasilkan oleh bakteri yang

terbawa ke bagian dalam jaringan sewaktu adanya benda – benda asing yang

masuk (misalnya bulu sikat gigi, pecahan biji apel, bagian cangkang lobster atau

kepiting) yang tertanam kuat kedalam gingiva (Newman., Takei., Carranza,

2006).

2.2.2 Klasifikasi Gingival Enlargement

Peningkatan dari ukuran gingiva merupakan ciri utama dari penyakit

gingiva. Berikut ini klasifikasi gingival enlargement (Carranza., Newman, 2006) :

1. Enlargement Karena Inflamasi

A. Enlargement Inflamasi Akut

Abses gingiva merupakan lesi meluas secara tepat, terasa sakit dan

terlokasi yang biasanya merupakan serangan tiba-tiba. Enlargement

inflamasi akut berasal dari bakteri yang terbawa jauh kedalam jaringan

ketika substansi asing seperti bulu sikat gigi, sepotong serat apel, atau

pecahan cangkang lobster tertekan ke gingiva (Newman., Takei.,

Carranza, 2006)

B. Enlargement Inflamasi Kronis

Pembesaran inflamatoris adalah berupa pembesaran papila interdental

dan gingiva bebas. Stadium awal pembesaran ini adalah berupa

5
pembesaran berbentuk pelampung yang mengelilingi gigi yang terlibat.

Pembesaran bisa bertambah besar sehingga menyelubungi sebagian

mahkota gigi. Distribusi pembesaran pada papila marginal lokalisata

dan generalisata. Perkembangannya lambat dan tidak disertai nyeri sakit

sampai terkomplikasi oleh infeksi akut atau trauma. Kadang-kadang

pembesaran inflamtoris sebagai massa diskret atau masa bertangkai

yang menyerupai tumor. Distribusinya bisa diinterproksimal atau pada

gingiva bebas atau gingiva cekat. Lesi bertangkai ini lambat

perkembangannya dan biasanya tidak disertai nyeri sakit. Lesi ini

mengecil secara spontan disertai eksaserbasi dan berlanjut pembesaran.

Kadang-kadang terjadi ulserasi yang disertai nyeri sakit yang hebat

pada lipatan antara masa bertangkai dengan gingiva yang berdekatan

(Daliemunthe, 2008)

2. Enlargement Karena Obat-Obatan

Enlargement yang terjadi merupakan kombinasi dari pertambahan ukuran

karena obat- obatan dan komplikasi inflamasi karena bakteri. Pertumbuhan mulai

berupa pembesaran pada papila interdental dan meluas ke marginal gingiva fasial

dan lingual. Gingival enlargement papila dan marginal menyatu, serta bisa

berkembang kelipatan jaringan besar yang mencakup bagian mahkota yang luas,

dan bisa mengganggu oklusi (Newman., Takei., Carranza, 2006).

Gingival enlargement dapat terjadi akibat berbagai penyebab. Penggunaan

obat-obatan dengan tujuan pengobatan sistemik dapat menyebabkan gingival

enlargement. Secara umum gingival enlargement berkembang beberapa bulan

pemakaian terapi obat-obatan, biasanya menyeluruh. Gingival enlargement yang

6
terjadi karena obat-obatan dapat terjadi pada mulut yang bebas iritasi dan dapat

pula tidak terjadi pada mulut dimana iritasi lokal menumpuk (Daliemunthe, 2008).

Obat-obat yang dapat menyebabkan gingival enlargement adalah:

A. Phenytoin

Phenytoin pertama disintesa oleh Blitz pada tahun 1908 dan

diperkenalkan sebagai obat antiepilepsi. Aksi farmakologis utama dari

phenytoin adalah fungsi motorik susunan saraf pusat tanpa mempengaruhi

efek sensoriknya. Phenytoin merupakan obat antikonvulsan yang

mempunyai pengaruh terhadap jaringan gingiva yang menyebabkan

gingival enlargement. Gingival enlargement terjadi setelah 2 sampai 3

bulan penggunaan obat dan mencapai kondisi yang terparah setelah 12

sampai 18 bulan. Mekanisme terjadinya gingival enlargement karena

penggunaan phenytoin secara pasti belum dapat ditentukan. Menurut

penelitian dengan pengkulturan jaringan menunjukkan adanya stimulasi

langsung oleh phenytoin pada proliferasi fibroblast “fibroblast like cell”.

Fibroblas dari gingival enlargement yang disebabkan oleh phenytoin

secara in vitro terlihat meningkatkan sintesa matrik non kolagen seperti

glycosaminoglycan dan proteoglycan, dalam jumlah yang lebih banyak

dari matrik kolagen. Phenytoin dapat merangsang penurunan degradasi

kolagen sebagai akibat dari produksi kolagen fibroplastik yang inaktif.

B. Cyclosporine

Gingival enlargement adalah salah satu komplikasi yang paling

rumit ditimbulkan akibat efek samping penggunaan cyclosporine.

7
Penggunaan obat ini mempengaruhi gaya hidup pasien dan dapat

melemahkan fungsi saluran pencernaan (Ghafari, 2010)

Mekanisme terjadinya gingival enlargement karena pemakaian

obat-obatan belum diketahui dengan jelas, gingival enlargement karena

cyclosporine menunjukkan terjadinya pengurangan degradasi kolagen

yang menyebabkan peningkatan jumlah fibroblast dan volume dari matrik

ekstraseluler. Cyclosporin menunjukkan adanya penekanan produksi

antibodi terhadap antigen sel T. Sel yang menjadi sasaran antara lain sel T-

helper dan kemungkinan T-supresor. Cyclosporine menekan respon imun

seluler dengan memproduksi limpokin (Newman., Takei., Carranza,

2006).

Cyclosporine sangat cocok pada pasien yang telah menjalani

transplantasi jaringan maupun organ dan pengobatan penyakit autoimun.

Penggunaan cyclosporine secara klinis dilaporkan pada tahun 1978, sejak

itu penggunaannya telah meluas pada transpantasi ginjal, sumsum tulang,

hati, kornea, jantung, paru-paru. Ketika pasien menerima transplantasi

organ, tubuh akan mencoba untuk menolak transplantasi organ, maka

cyclosporine akan bekerja mencegah respon ini.

Gingival enlargement karena cyclosporine dipengaruhi oleh

berbagai faktor yaitu pemakaian secara kombinasi, lama pemakaian, dosis

cyclosporine, usia, jenis kelamin, kontrol plak, oral higiene. Diperkirakan

25% pasien yang menggunakan cyclosporine sebagai pengobatan sistemik

mengalami gingival enlargement.

8
C. Nifedipine

Nifedipine merupakan obat vasodilator yang dipergunakan secara

luas pada perawatan gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi, angina

pectoris, ventricular arhytmias. Kerja utama dari nifedipine yaitu

merelaksasikan otot-otot polos pembuluh jantung dengan menghambat

pergerakan kalsium melalui kanal kalsium tanpa merubah konsentrasi

kalsium dalam darah. Proses kontraksi dari otot jantung dan otot polos

pembuluh tergantung pada pergerakan ion kalsium ekstraseluler ke dalam

sel melalui kanal ion, dengan menghambat pergerakan kalsium, nifedipine

menghambat proses kontraksi yang selanjutnya akan menyebabkan dilatasi

arteri jantung dan keseluruhan tubuh.

Gingival enlargement yang dipengaruhi oleh obat nifedipine

ditandai dengan terjadinya peningkatan fibroblast gingiva dan matriks

estraseluler jaringan ikat, dengan berbagai tingkat peradangan kronis.

Efek samping penggunaan nifedipine dapat menyebabkan gingival

enlargement. Gingival enlargement terjadi setelah 1 sampai 2 bulan

pemberian nifedipine dengan dosis 90 mg per hari. Mekanisme terjadinya

gingival enlargement belum dapat dipastikan, dari hasil penelitian

menyatakan bahwa perubahan level kalsium intraseluler pada sel gingiva

berperan penting akan terjadinya gingival enlargement akibat penggunaan

obat tersebut jika berkombinasi adanya inflamasi gingiva.

3. Enlargement Berkaitan dengan Penyakit Sistemik

Beberapa penyakit sistemik dengan mekanisme yang berbeda,

mengakibatkan gingival enlargement. Pembesarannya bisa berupa pembesaran

9
difus yang melibatkan gingiva, berupa pembesaran pada gingiva bebas saja, atau

berupa massa seperti tumor yang diskret di interproksimal. Gambaran

histopatologi dari gingival enlargement pada leukemia adalah menunjukkan

derajat berbagai peradangan kronis dengan leukosit matang dan daerah jaringan

ikat ditutupi massa padat dengan leukosit berkembang biak dan belum dewasa,

sifat spesifik bervariasi jenis leukemia dengan capillaris membesar,

pembengkakan dan mengalami degenerasi jaringan ikat, dan epitelium dengan

berbaga iinfiltrasi leukositik dan edema ditemukan. Daerah terisolasi dari

permukaan Peradangan akut necrotizing dari fibrin pseudo membran, sel

epitelnekrotik, neutrofilpolimorfonuklear(PMN) dan bakteri yang sering terlihat

(Newman., Takei., Carranza, 2006).

1. Enlargement yang terkondisi

A. Pubertas

Enlargement terlihat dikedua papila interdental dan marginal

yang ditandai dengan adanya tonjolan bulat pada papila

interproksimal. Gingival enlargement selama pubertas mempunyai ciri

yang sama dengan penyakit inflamasi kronis gingiva. Pubertas

merupakan suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi

kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan untuk

reproduksi. Periode masa pubertas biasanya usia 12-18 tahun. Pubertas

terjadi karena tubuh mulai memproduksi hormon-hormon seks seperti

steroid seks. Hormon steroid seks yang mempengaruhi perempuan

adalah estrogen dan progesteron sedangkan pada laki-laki diproduksi

adalah testosteron. Masa pubertas kadang-kadang dapat terjadi

10
gingival enlargement, baik pada laki-laki maupun perempuan, dan

terjadinya pada daerah-daerah yang ada iritan lokal seperti plak

bakteri. Keparahan respon gingiva pada inflamasi yang dihubungkan

dengan peningkatan sirkulasi hormon estrogen dan progesteron pada

perempuan dan testosteron pada laki-laki disaat masa pubertas. Hal ini

terjadi karena ketidak seimbangan hormon pada masa pubertas yang

menimbulkan perubahan permeabilitas dan peningkatan akumulasi

cairan pada jaringan gingiva, yang menimbulkan oedema dan gingival

enlargementm dengan adanya plak bakteri (Daliemunthe, 2008 ;

Gehrig, 2008).

Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena

pubertas adalah gambaran mikroskopik adalah bahwa peradangan

kronis dengan edema menonjol dan perubahan degeneratif yang terkait

(Newman., Takei., Carranza, 2006).

Gambar 1. Gingival enlargement karena pubertas


(Mozartha, M. 2011)
http://www.klikdokter.com/userfiles/periodental
2/, Diakses 12 mei 2015)

11
B. Kehamilan

Selama kehamilan terjadi peningkatan kadar progesteron dan

estrogen, yang pada akhir trimester ketiga, mencapai tingkat 10 dan 30

kali tingkat selama siklus menstruasi, masing-masing. Perubahan

hormon ini menyebabkan perubahan dalam permeabilitas pembuluh

darah menyebabkan gingiva edema dan respon inflamasi meningkat

menjadi plak gigi. Mikrobiota subgingiva juga dapat mengalami

perubahan, termasuk peningkatan Prevotella intermedia (Newman.,

Takei., Carranza, 2006).

Gambar 2. Gingival enlargement karena kehamilan


(Mozartha, M.2011)
http://bentengkehidupan.wordpress.com/2011/03/
26/pembekakan-gusi-saat-hamil/ , Diakses 12 Mei
2015)

Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena

kehamilan adalah angiogranuloma. Pembesaran marginal terdiri dari

massa pusat dari jaringan ikat, dengan berbagai difus diatur,yang baru

terbentuk, dan membesar kapiler dilapisi oleh sel endotel berbentuk

kubus dan stroma cukup berserat dengan berbagai tingkat edema dan

inflamasi kronis menyusup. Epitel skuamosa bertingkat kental, dengan

12
retepegs menonjol dan beberapa derajat jembatan antar sel, dan

infiltrasileukocytic. Meskipun temuan mikroskopis merupakan ciri

khas dari pembesaran gingiva pada kehamilan, tetapi tidak

pthognomonic karena tidak dapat digunakan untuk didiferensiasi

pasien hamil dan tidak hamil.

Gambaran klinis biasanya cenderung lebih ke interproksimal.

Pembesaran dapat terjadi karena pendarahan secara spontan akibat

respon inflamasi lokal dan kondisi pasien. Biasanya muncul setelah

trisemester pertama atau sebelumnya (Daliemunthe, 2008 ).

C. Defisiensi vitamin C

Secara akut kekurangan vitamin C tidak menyebabkan

perdarahan, degenerasi kolangen dan edema dijaringan ikat gingiva.

Perubahan ini mengubah respon dari gingiva ke plak menjadi gingival

enlargement. Ciri-cirinya adalah berwarna kebiruan merah, lunak,

gembur, permukaan mengkilat (Daliemunthe, 2008).

Defisiensi vitamin C mempunyai manifestasi di rongga mulut

seperti gusi mudah berdarah dan pembesaran jaringan gingiva.

Pembesaran yang terjadi karena defisiensi vitamin C merupakan

respon akibat adanya plak bakteri. Defisiensi vitamin C tidak

menyebabkan hemoragik, degenerasi kolagen dan edema pada jaringan

ikat gingiva. Perubahan ini memodifikasi respon gingiva terhadap

iritan lokal sehingga reaksi terhadap pertahanan yang normal

terhambat dan inflamasi bertambah parah.

13
Kombinasi efek defisiensi vitamin C akut dengan inflamasi

menyebabkan gingival enlargement yang mencolok. Gambaran

histopatologi dari gingival enlargement karena defesiensi vitamin C

adalah gingiva memiliki infiltrasi seluler kronis inflamasi akut dengan

respon dangkal. Ada daerah yang tersebar perdarahan, dengan

membesar kapiler. Ditandai menyebar edema, degenerasi kolagen, dan

kekurangan fibril kolagen atau fibroblas adalah temuan mencolok

(Newman., Takei., Carranza, 2006).

Gambar 3. Gingival enlargement karena defisiensi vitamin C


(Syaify,A.2011)http://www.klikdokter.com/userfiles/period
ental2/, Diakses 12 mei 2015)

D. Gingiva sel plasma

Enlargement ini disebut juga atipikal dan sel plasma

gingivostomatitis yang dimulai dari marginal meluas ke gingiva.

Secara klinis gingiva tampak merah, bulat, dan berdarah dengan

mudah (Newman., Takei., Carranza, 2006).

2. Enlargement yang tidak terkondisi

A. Enlargement yang disebabkan leukemia

Gingival Enlargement yang disebabkan oleh zat kimia bisa

14
lokalisata atau generalisata. Pembesarannya bisa berupa pembesaran

difus yang melibatkan gingiva, berupa pembesaran pada gingiva bebas,

atau masa seperti tumor diskret di interproksimal. Warna gingiva yang

terlibat biasanya merah kebiru-biruan dengan permukaan yang

berkilat. Konsistensinya agak padat, tetapi ada kecenderungan menjadi

friable (mudah tercabik), dan pendarahan yang terjadi secara spontan

atau dengan iritasi ringan. Kadang-kadang bisa terjadi inflamasi

ulseratif nekrosis akut pada celah yang berbentuk antara perbatasan

gingiva yang membesar dengan permukaan gigi yang berbatasan. Pada

leukemia lapisan inflamasi gingiva kronis simpel tanpa keterlibatan

sesl-sel leukemia dengan gambaran klinis dan mikroskopis yang

serupa dengan gambaran yang dijumpai pada pasien non leukemia.

Kebanyakan gingival enlargement yang disebabkan leukemia dijumpai

sekaligus gambaran inflamasi kronis simpel dan infiltrat. Gingival

enlargement yang disebabkan leukemia biasanya terjadi pada penderita

leukemia akut, bisa juga terjadi pada penderita leukemia sub akut. Lesi

ini jarang sekali terjadi pada penderita leukemia kronis (Daliemunte,

2008).

B. Penyakit granulomatosa (Wegener’s granulomatosis, Sarcoidosis)

Enlargement pada penyakit granulomatosa secara klinis

berwarna merah keunguan, mudah berdarah (Newman., Takei.,

Carranza, 2006).

15
4. Enlargement Neoplastis (Tumor Gingiva)

Epulis adalah istilah yang digunakan secara klinis untuk menandai semua

tumor yang tersebar, dan massa seperti tumor yang berada di gingiva ini hanya

untuk menentukan lokasinya bukan untuk menerangkan tumor itu sendiri.

Kebanyakan lesi yang dirujuk sebagai ‘epulis’ adalah lebih kepada peradangan

dibandingkan dengan neoplastik. Tumor pada gingiva muncul dari jaringan ikat

gingiva atau dari ligamen periodontal. Tumbuhnya lambat, tumor berbentuk bulat

yang cendrung menjadi kenyal atau kuat, serta bernodul tapi cendrung menjadi

lunak dan mudah berdarah. Fibroma yang keras pada gingiva jarang terjadi.

Kebanyakan lesinya yang di diagnosa secara klinis sebagai fibroma adalah

gingival enlargement karena peradangan (Newman., Takei., Carranza, 2006).

5. False enlargement

False enlargement sebenarnya bukan dari jaringan gingiva tetapi mungkin

muncul sebagai akibat dari peningkatan ukuran di underlying osseous dan

jaringan gigi.

1. Lesi di bawah tulang

Enlargement di bawah tulang yang paling umum terjadi pada

exostosis, tetapi bisa terjadi pada fibrous dysplasia, cherubism, central

giant cell granuloma, osteoma, osteosarcoma.

2. Bawah jaringan gigi

Tahap erupsi gigi primer gingiva sudah menunjukkan distorsi

marginal disebabkan oleh superimposition yang menonjol dari enamel

setengah gingiva dimahkota.

16
2.2.3 Gambaran Klinis Gingival Enlargement

1. Gambaran klinis dari gingival enlargement karena obat-obatan adalah :

a. Tahap awal gingiva terlihat tanda-tanda pembesaran papila interdental

yang diikuti dengan pembentukan lobul-lobul yang meluas kearah

labial dan lingual.

b. Mempunyai warna merah muda, berkonsistensi keras, kaku dan

lenting. Kadang-kadang dijumpai stippling, permukaan bergranul atau

licin dan tidak mudah berdarah.

c. Bila lesi bertambah besar, pembesaran margin gingiva dan interdental

gingiva menyatu dan berkembang menjadi massa yang besar sehingga

menutupi setengah bahkan seluruh permukaan mahkota gigi sehingga

mengganggu fungsi pengunyahan (Daliemunthe, 2008).

2. Gambaran klinis dari gingival enlargement kerena penyakit sistemik

adalah :

a. Warna gingiva yang terlibat biasanya merah kebiru-biruan dengan

permukaan yang berkilat.

b. Konsistensinya agak padat, tetapi ada kecenderungan menjadi friabel

(mudah tercabik) dan pendarahan yang terjadi secara spontan atau

dengan iritasi ringan.

c. Inflamasi necrotizing ulcerative kadang-kadang terjadi di servikal dan

gingiva membesar dan permukaan gigi terputus.

d. Pembesaran leukemia bisa difus, marjinal, lokal atau umum.

e. Gingival enlargement pada pasien penyakit Wegener’s

granulomatosis berbentuk buah strawberry

17
f. Gingival enlargement pada pasien penyakit sarcoidosis gingiva

cenderung membesar secara merata dan berwarna kemerahan.

3. Gambaran klinis dari gingival enlargement karena pubertas adalah :

a. Pembesaran berkaitan dengan pubertas mempunyai ukuran atau besar

yang jauh melebihi pembesaran biasa yang diakibatkan oleh faktor

lokal yang setara.

b. Distribusi pada marginalis dan interdental.

c. Ciri khasnya adalah papilla interdental berbentuk berlobus - lobus.

d. Melibatkan gingiva pada permukaan vestibular sedangkan bagian oral

relatif tidak terlibat.

e. Setelah pubertas gingival enlargement berkurang tetapi hilang secara

tuntas, sebelum faktor iritan lokal dihilangkan (Daliemunthe, 2008).

4. Gambaran klinis dari gingival enlargement karena kehamilan adalah :

a. Lesi muncul seperti jamur, massa bulat pipih yang menonjol dari

margin gingiva atau lebih umum di ruang interproksimal.

b. Cenderung untuk memperluas lateral, dan tekanan dari lidah dan pipi

memerah. Warna kehitaman atau magenta, memiliki permukaan halus,

berkilau yang sering menunjukkan merah tua.

c. Lesi dangkal dan biasanya tidak menyerang tulang yang mendasarinya

(Newman., Takei., Carranza, 2006).

5. Gambaran klinis dari gingival enlargement karena defesiensi Vitamin C

Disbtribusi gingival enlargement yang berkaitan dengan defisiensi

vitamin C adalah marginalis, gingiva merah kebiru-biruan, lunak, mudah

tercabik, dengan permukaan yang licin dan berkilat. Pendarahan gingiva

18
bisa terjadi secara spontan atau dengan iritasi ringan. Pada permukaan

gingiva sering terjadi nekrose disertai pembentukan membran semu.

2.3 Perawatan Gingival Enlargement

2.3.1 Gingivektomi

Secara harafiah gingivekvomi berarti eksisi dari gingiva. Dengan

disingkirkannya dinding saku yang terinflamasi akan diperbaiki visibilitas dan

aksesbilitas ke permukaan akar gigi sehingga penyingkiran iritan lokal berupa

deposit dapat dilakukan secara tuntas.Tersingkirkannya jaringan yang terinflamasi

dan iritan lokal akan menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi

penyembuhan gingiva dan restorasi kontur gingiva yang fisiologis.

1. Indikasi gingivektomi

a. Penyingkiran saku supraboni,tanpa melihat kedalamannya, bila

konsistensi dinding sakunya fibrous dan padat serta zona gingiva

cekatnya adekuat.

b. Penyingkiran gingival enlargement.

c. Penyingkiran abses periodontal dengan saku supraboni.

2. Kontra indikasi gingivektomi

a. Terdapat cacat tulang yang memerlukan koreksi atau pemeriksaan bentuk

dan morfologi tulang alveolar.

b. Dasar saku berada dekat atau diapikal batas muko gingiva.

c. Gingival enlargement yang terlalu besar, sepeti hiperplasia gingiva yang

diinduksi obat-obatan.

d. Karena pertimbangan estetis, khususnya pada saku disisi vestibular

anterior rahang atas.

19
3. Prosedur gingivektomi

a. Anestesi, sebelum melakukan gingivektomi daerah yang dikerjakan

terlebih dulu diberi anestesi lokal.

b. Penandaan dasar saku, dengan memakai alat yaitu pocket marker.

c. Mereseksi gingiva, reseksi gingiva dapat dilakukan dengan beberapa

macam alat yaitu pisau gingivektomi, pisau bedah (skalpel), gunting, alat

bedah elektro (laser).

d. Menyingkirkan gingiva bebas dan gingiva interdental, gingiva yang telah

direseksi disingkirkan dengan menggunakan kuret.Alat kuret diselipkan

sedalam mungkin ke daerah yang diinsisi sampai berkontak dengan

permukaan gigi, lalu dengan sapuan kearah koronal jaringan yang telah

direseksi disingkirkan.

e. Penyingkiran jaringan granulasi dan kalkulus, setelah gingiva bebas dan

gingiva interdental disingkirkan akan tersingkap jaringan granulasi yang

terinflamasi dan kalkulus yang belum tersingkirkan pada fase terapi inisial.

f. Pembersihan daerah kerja, daerah yang di gingivektomi dibilas dengan

aqudes atau larutan garam fisiologis.

g. Pemasangan pembalut periodontal, setelah bekuan darah terbentuk, luka

bedah ditutup dengan pembalut periodontal ( Daliemunthe, 2006)

20
BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Kasus

Tri Utami 23 tahun datang ke RSGM Baiturrahmah dengan keluhan

adanya pembesaran pada gusi yang mengganggu penampilan, sejak setahun yang

lau, dan tidak sakit. Pemeriksaan klinis ditemukan adanya pembesaran pada regio

anterior gigi rahang atas.

Gambar : Gingival Elargement akibat piranti cekat (Dokumentasi Pribadi)

3.2 Identifikasi pasien

o Nama : Tri Utami

o Umur : 23 tahun

o Jenis kelamin : Perempuan

o Pekerjaan : Mahasiswa

o Alamat : Jl.Kodam Blok D Surau Gadang

Nanggalo

21
o Tanggal Pemeriksaan : 7 Agustus 2017

3.3 Pemeriksaan Pasien

A. Pemeriksaan subyektif

 Keluhan utama

o Pasien datang ingin memperbaiki gusi bagian depan rahang

atas yang membesar

 Keluhan tambahan

o Pasien tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan keadaan

gusi yang membesar pada gusi depan rahang atas.

 Riwayat Medis Gigi dan Mulut :

o Pasien memakai piranti cekat dikarenakan keadaan gigi

rahang atas dan bawah yang dulunya cworded/ berdesakan

dan masih dalam penanganan dokter pribadi.

 Riwayat Penyakit Keluarga : -

B. Pemeriksaan obyektif

 Ekstra Oral

 TMJ : Normal

 Limpnode : Normal

 Leher : Normal

 Wajah : Normal

 Bibir : Normal

 Intra Oral

22
o Mukosa Lidah : Normal

o Mukosa Palatum : Normal

o Mukosa Pipi : Normal

o Mukosa Bibir : Normal

o Dasar Mulut : Normal

o Gigi
KE KE
18 17 16 1514 1312 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Keterangan :
KE : Karies Email pada gigi 16,26
 Kondisi jaringan periodontal gigi 11 dan 21

 Jaringan periodontal : Pembesaran Gingiva

 Warna : Oral pink

 Tekstur permukaan : Stipling (+)

 Pemeriksaan kebersihan mulut

Debris Calculus

V/O Kanan Ant. Kiri Total V/O Kanan Ant. Kiri Total

Atas 1/0 0/0 1/0 2/0 Atas 0/0 0/0 1/0 1/0

Bawah 0/1 0/0 0/l 0/2 Bawah 0/1 0/0 0/1 0/2

Jumlah skor debris 4


DI = Jumlah gigi yang diperiksa = 6 = 0,66

Jumlah skor kalkulux 1


CI = Jumlah gigi yang diperiksa = 2 = 0,5

23
OHI= DI + CI = 0,66+0.5 = 1,16 (baik)

C. Pemeriksaan Rontgen Foto : (-)

D. Pemeriksaan Oklusi

 Statis : Normal

 Berfungsi : Normal

 Protesa : (-)

E. Diagnosis : Gigi 11 dan 21 Gingiva Enlargement inflamasi kronis

karena pemakaian piranti cekat.

F. Prognosis : Sedang

1. Gingival enlargement dapat kembali lagi dikarenakan pasien masih

dalam perawatan piranti cekat dan gigi pasien masih dalam

keadaan crowded/berdesakan

2. Pasien masih muda dan tidak mempunyai penyakit sistemik

3. OH pasien didapatkan sebesar 1,16 (Sedang)

4. Skor OHIS

0-1,2 = Baik

1,3-3,0 = Sedang

3,1-6,0 = Buruk

24
DAFTAR PUSTAKA

Carranza FA, Hogan EL. Gingiva Enlargement. In: Newman MG, Takei HH,
Klokkevold PR, Carranza FA (eds), Clinical Periodontology, 10th edition,
St. Louis, Saunders-Elsevier, 2006, p: 373-90.

Daliemunthe, S.H. 2006. Terapi Periodontal. Departemen Periodonsia Fakultas


Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan. Hlm: 34-39.

Daliemunthe, S.H. 2008. Periodonsia. Departemen Periodonsia Fakultas


Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Ed : Revisi. Medan. Hlm:
101-102.
Ghafari, A. 2010. Gingival Enlargement and its risk factors in kidney transsplant
patients receiving cyclosporine A. PubMed. Pdf. Diakses 10 Mei 2016

Jannah, LL. 2014. Perbedaan Nilai Status Kesehatan Gingiva antara Pubertas di
SD dengan Pubertas di SMP Ta’mirul Islam Surakarta. Pdf.
Eprints.ums.ac.id. Diakses 10 mei 2016

Krisstiani, A,. dkk. 2010. Buku Ajar : Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Pdf. Diakses
10 Mei 2016

Lindhe J, et al. Clinical periodontology and implant dentistry. 5th ed. Oxford:
Blackwell Munksgaard, 2008: 395.
Mozartha, M. 2011. Pembesaran Gingiva Karena Pubertas. http://www.
klikdokter.com/userfiles/periodental2/, [12 mei 2015 ]

Suryono. 2014. Bedah Dasar Periodonsia, Ed-1, Yogyakarta: Deepublish.

Syaify, A. 2011. Pembesaran gingiva karena defisiensi vitamin


C.http://www.klikdokter.com/userfiles/periodental2/, [12 mei 2015]

Wahyukundari, MA. 2008. Fluid Periodontitis Kronis (The Difference of MMP-8


levels after scaling and tertracycline addition on the Gingival Crevicular
Fluid (GCF) of the chronic periodntitis). Jurnal PDGI Vol-58, No-1.

Yedriwati. 2006. Kebutuhan Vitamin C dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan


Tubuh Dan Rongga Mulut. Dentika Dental Jurnal. Edisi 11. Hal 78, 82.

25

Anda mungkin juga menyukai