Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AL-QUR’AN DAN HADIST

MAKANAN YANG HALAL DAN BAIK

XI MIPA 1 TP. 2021/2022

Disusun oleh :

Nabila Shohibah (16)

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PONOROGO


Jalan Soekarno-Hatta Nomor. 381 Ponorogo Telepon (0352) 481168
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan yang halal dan baik merupakan tuntunan agama. Halal dari segi
dhahiriyah dan sumber untuk mendapatkan makanan tersebut apakah melalui cara-
cara yang halal. Memakan makanan yang halal dan baik merupakan bukti ketaqwaan
kita kepada Allah, karena memakan makanan halal dan baik merupakan salah satu
ibadah. Allah membolehkan manusia seluruhnya memakan makanan yang telah
diberikan Allah di bumi ini, yang halal dan yang baik saja, serta meninggalkan yang
haram. Allah menyeru manusia supaya menikmati makanan-makanan yang baik
dalam kehidupan mereka dan menjahui makanan-makanan yang tidak baik, karena
dunia diciptakan untuk seluruh manusia. Karunia Allah bagi setiap manusia adalah
sama, baik beriman atau tidak beriman. Dalam makalah ini akan dibahas tentang
makanan yang halal dan baik yang meliputi, hadits tentang makanan halal dan baik,
pengertian makanan halal dan baik, manfaat dari makanan halal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian makanan halal dan baik?
2. Apa syarat-syarat makanan halal dan baik?
3. Apa manfaat dari makanan halal dan baik?
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makanan Halal dan Baik

Pengertian makanan yang halal dan baik dapat ditinjau dari segi aspek bahasa dan
istilah. Dari segi bahasa, makanan sendiri berasal dari kata tha’am, aklun, dan
ghidha’un yang artinya mencicipi sesuatu1. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
makanan merupakan segala bentuk sesuatu yang dapat dicicipi dan dikonsumsi,
seperti kue – kue, lauk pauk dan sebagainya. 2 Sedangkan halal itu berasal dari kata
halla yahillu hallan wa halalan yang artinya diizinkan, diperbolehkan atau
dihalalkan.3
Secara istilah makanan bisa didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
dikonsumsi, baik berasal darat maupun yang berasal dari laut. Adapun makanan yang
halal dan baik yaitu makanan yang telah diperbolehkan dalam syariat islam untuk
mengkonsumsinya, 4sesuai dengan yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan
Hadist Nabi SAW.
Menurut M. Quraish Shihab, kata tha’am dalam berbagai bentuknya terulang
di dalam al-qur’an sebanyak 48 kali yang diantaranya berbicara mengenai berbagai
aspek yang tentunya berkaitan dengan makanan. Hal tersebut menunjukkan perhatian
al-Qur’an yang begitu besar dalam hal makanan.
Dalam bahasa arab, thayyib merupakan kata dasar dari thaba yang berarti
lezat, suci, halal, dan membolehkan. Thayyib pada dasarnya merupakan sesuatu yang
terbebas dari segala kekeruhan. 5

1
Adib Bisyri dan Munawir A.Fatah, Kamus Al-Bisyri (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), hlm. 457.

2
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hlm. 623.

3
H. Muhammad Yunus, KBAI, Yayasan Penyelenggara penterjemah al-Qur’an (Jakarta : tp, 1973), hlm. 101.

4
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung : Mizan, 2000), hlm. 151.
5
Http/www, Makalah tentang Makanan dan Minuman, Iyus Abdusyakir, 13 Mei 2012
B. Syarat-Syarat Makanan Halal dan Baik
B. 1 Sebelum mengarah pada syarat – syarat makanan yang halal dan baik, ada
beberapa jenis makanan yang telah masuk dalam kriteria halal, yaitu :
1. Segala macam makanan yang tidak mengandung unsur menjijikkan dan kotor.
2. Semua jenis makanan yang tidak mendatangkan mudharat bagi kesehatan
tubuh.
3. Semua jenis makanan yang tidak diharamkan di dalam al-Qur’an dan Hadis6.

B. 2 Adapun syarat – syarat makanan yang halal untuk dikonsumsi adalah :


1. Suci, bukan najis atau yang terkena najis. Seperti firman Allah SWT :
‫هّٰللا‬
ٍ َ‫اِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ْال ِخ ْن ِزي ِْر َو َمٓا اُ ِه َّل بِ ٖه لِ َغي ِْر ِ ۚ فَ َم ِن اضْ طُ َّر َغي َْر ب‬
‫اغ َّواَل عَا ٍد‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫فَٓاَل اِ ْث َم َعلَ ْي ِه ۗ اِ َّن َ َغفُوْ ٌر ر‬
‫َّح ْي ٌم‬
“Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi,
dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah.
Tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah : 173)

2. Aman, tidak bermudharat baik secara langsung maupun tidak langsung. Allah
berfirman:

َ‫َواَ ْنفِقُوْ ا فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ َواَل تُ ْلقُوْ ا بِا َ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى التَّ ْهلُ َك ِة ۛ َواَحْ ِسنُوْ ا ۛ اِ َّن هّٰللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬
 “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri
sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah.
Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah :
195)

3. Tidak memabukkan. Rasulullah SAW bersabda :


“Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap khamr adalah haram.”

4. Disembelih dengan penyembelihan sesuai syariat islam, apabila itu berupa


daging hewan.

Selain itu ada pendapat – pendapat lain mengenai syarat – syarat makanan
yang halal. Salah satunya dari Ibnu Hazm yang mengumamkan dalam kitabnya

6
Kasmawati, Makanan Halal Dan Tayyib Perspektif Al-Qur’an (Skripsi, UIN Alauddin Makassar:
Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik, 2014), hlm. 47.
yang berjudul Almuhalla Bil Atsar Juz 6 bahwa syarat – syarat makanan halal
yaitu :7

a. Tidak mengandug babi dan bahan yang berasal dari babi.


b. Tidak mengandung bahan – bahan yang diharamkan seperti; bahan – bahan
yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran – kotoran dan lain
sebagainya.
c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih harus di awali
dengan membaca “Bismillahirrahmanirrohim”.
d. Tidak halal memakan dari suatu makanan yang tampak darah mengalir
ataupun tidak mengalir.
e. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Apabila pernah digunakan
utnuk babi, maka harus dibersihkan terlebih dahulu sesuai syariat islam.
f. Semua makanan yang tidak mengandung khamr.

B. 3 Ciri – ciri makanan yang halal :


a. Halal dzatnya;
b. Halal cara memperolehnya;
c. Halal dalam memprosesnya;
d. Halal dalam penyimpanannya;
e. Halal dalam pengangkutannya dan
f. Halal dalam penyajiannya.8

7
Abu Muhammad Ali Ibn Ahmad Ibn Said Ibn Hazm Andalusi, Almuhalla Bil Atsar Juz 6 (Beirut: Libanon,
Darul Kutub Al-A’lamiyah) hlm. 55 – 56
8
Bagian proyek sarana dan prasarana produk halal, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Tanya Jawab Seputar Produksi Halal
(Jakarta: tp.2000) hlm.17
C. Manfaat dari makanan halal dan baik

Perintah Allah untuk mengkonsumsi makanan yang halal tentu bermanfaat bagi
pelakunya antara lain:
1)        Makanan yang halal dapat menyehatkan badan dan terpeliharanya diri dari
sumber rizki.
2)        Menyebabkan amal ibadah diterima Allah
3)        Dapat menghindarkan diri dari perbuatan dosa
4)        Termasuk golongan orang sholeh dan berakhlak mulia.
BAB 3
PENUTUP

Al-Qur’an menekankan dua sifat makanan yang dapat dikonsumsi, yaitu


halal dan baik (thayyib). Halal yang berarti “lepas” atau “tidak terikat” . sesuatu
yang halal maka terlepas dari bahaya duniawi dan ukhrawi. Maka dapat ditinjau dari
segi cara memperolehnya dan jenis makanan itu sendiri, sedangkan thayyib yang
berarti lezat, baik, sehat dan paling utama. Maka dapat ditinjau makanan yang tidak
kotor dari segi zatnya, mengundang selera bagi orang yang memekannya dan tidak
membahayakan fisik dan akal dan tidak rusak (kadaluarsa) atau dicampuri oleh
benda yang haram.
Makanan mendapatkan perhatian yang khusus dalam agama Islam, umat
Islam senantiasa dapat memelihara dan menjaga makanannya agar tetap sesuai
dengan norma-norma ajaran Islam, ada dua hal yang perlu diperhatikan umat Islam
terhadap makanan yang akan dikonsumsinuya, yaitu cara memperoleh dan jenis atau
zat makanan itu sendiri.
Manusia mengonsumsi makanan dengan tujuan untuk menjaga
keberlangsungan hidupnya. Makanan yang baik adalah makanan yang memenuhi
syarat higiene dan halal. Halal dalam hal ini sudah diatur di dalam Al-Qur’an. Hal
ini menunjukkan bahwa antara Islam dan kesehatan pada dasarnya memiliki satu
tujuan yang sama demi kebaikan manusia. Oleh karena itu, dalam mengonsumsi
makanan ada beberapa syarat yang harus di penuhi dan benar-benar diperhatikan
agar manusia terhindar dari macam jenis penyakit yang bersumber dari makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Bisyri Adib, A.Fatah Munawir, 1999, Kamus Al-Bisyri (Surabaya: Pustaka


Progresif,).

Poerwadarminta W.J.S. , 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai


Pustaka).

Yunus H. Muhammad, 1973, KBAI (Jakarta : Yayasan Penyelenggara penterjemah


al-Qur’an)

Shihab M. Quraish, 2000, Wawasan al-Qur’an (Bandung : Mizan)

Http/www, Makalah tentang Makanan dan Minuman, Iyus Abdusyakir, 13 Mei


2012

Kasmawati, 2014, Makanan Halal Dan Tayyib Perspektif Al-Qur’an (Skripsi, UIN
Alauddin Makassar: Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik)
Andalusi Abu Muhammad Ali Ibn Ahmad Ibn Said Ibn Hazm, Almuhalla Bil Atsar
Juz 6 (Beirut: Libanon, Darul Kutub Al-A’lamiyah)

Bagian proyek sarana dan prasarana produk halal, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Tanya Jawab Seputar Produksi
Halal (Jakarta: tp.2000)

Anda mungkin juga menyukai