Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH PEMBERIAN PERASAN DAUN KATUK (Sauropus

androgynus) TERHADAP KADAR CO2 DALAM DARAH TIKUS


YANG TERPAPAR ASAP SEPEDA MOTOR

Proposal Pengajuan Judul Karya Tulis Ilmiah

Disusun oleh:

Eneng Neni Suhartati

P27903114012

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2017

1
PENGARUH PEMBERIAN PERASAN DAUN KATUK (Sauropus
androgynus) TERHADAP KADAR CO2 DALAM DARAH TIKUS
YANG TERPAPAR ASAP SEPEDA MOTOR

Proposal Pengajuan Judul Karya Tulis Ilmiah

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam

Menyelesaikan Pendidikan Tinggi Program Diploma III Analis Kesehatan

Disusun oleh:

Eneng Neni Suhartati

P27903114012

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2017
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
BANTEN

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL


KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa


Karya Tulis Ilmiah dengan judul

PENGARUH PEMBERIAN PERASAN DAUN KATUK (Sauropus


androgynus) TERHADAP KADAR CO2 DALAM DARAH TIKUS
YANG TERPAPAR ASAP SEPEDA MOTOR
DisusunOleh:

Eneng Neni Suhartati

P27903114012

Telahdiperiksadandisetujui
padaSidang Proposal KaryaTulisIlmiah

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Budi Siswanto, S.Kep, M.Sc, AIFM H. Ahmad Arief, SKM, M.Kes
NIP. 196406221990031001 NIP. 196710051988031003

MengetahuiKetuaJurusanAnalisKesehatan Tangerang
PoliteknikKesehatanBanten

NiningKurniati, S.Pd, M.Kes


NIP. 195909191980032002
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
BANTEN

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL


KARYA TULIS ILMIAH

Proposal KaryaTulisIlmiahinitelahdiajukanpadaSidang proposal KaryaTulisIlmiah

Program Pendidikan Diploma III JurusanAnalisKesehatan Tangerang


PoliteknikKesehatanBanten
Tanggal:

PENGARUH PEMBERIAN PERASAN DAUN KATUK (Sauropus


androgynus) TERHADAP KADAR CO2 DALAM DARAH TIKUS
YANG TERPAPAR ASAP SEPEDA MOTOR
DisusunOleh:

Eneng Neni Suhartati

P27903114012

Penguji: TandaTangan
Penguji I : Ns. Budi Siswanto, S.Kep, M.Sc, AIFM ( )
NIP. 196406221990031001
Penguji II : H. Ahmad Arief, SKM, M.Kes ( )
NIP. 196710051988031003
Penguji III : ( )
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat dan
rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus) Terhadap
Penurunan Kadar CO2 pada Darah Tikus yang Terpapar Asap Sepeda Motor”.
Solawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rosulullah Nabi Muhammad
SAW.
Dalam penyusunan Proposal Krya tulis ilmiah ini, peneliti mendapatkan
banyak bimbingan pengetahuan serta keterampilan dari berbagai pihak. Oleh karenan
itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Hj. Een Sukaedah, S.KM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banten.
2. Ibu Nining Kurniati, S.Pd, M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Tangerang Politeknik Kesehtan Kemenkes Banten.
3. Bapak Ns. Budi Siswanto, S.Kep. M.Sc selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing, mengarahkan dan
memberi petunjuk serta masukan selama penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini.
4. Bapak H. Ahmad, SKM, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya dan dengan sabar membimbing, mengarahkan dan memberi petunjuk
serta masukan selama penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kepada penguji yang telah meluangkan waktu sebagai penguji Proposal Karya
Tulis Ilmiah dan memberikan masukan yang bermanfaat.
6. Kepada tim dosen Teori maupun Praktikum Kimia Klinik yang telah memberikan
bimbingan dikelas serta dukungan dalam terselesaikannya Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Seluruh dosen dan staf Analis Kesehatan Tangerang Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banten.

i
8. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan baik moral maupun material
dalam penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kepada teman-teman seperjuangan Analis Kesehatan Tangerang Angkatan VII
Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten.
10. Serta kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai tepat waktu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari
sempurna, maka dengan segala kerendahan hati dan demi kesempurnaan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat
memberikan perbaikan kedepannya. Akjir kata, peneliti berharap semoga Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Tangerang, Februari 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian........................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................................... 4
B. Kerangka Pemikiran .................................................................................................... 15
C. Kerangka Konsep......................................................................................................... 16
D. Hipotesis...................................................................................................................... 16
E. Definisi Operasional .................................................................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................... 18
A. Desain penelitian ........................................................................................................ 18
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 18
C. Populasi dan sampel ................................................................................................... 18
D. Instrumen Penelitian................................................................................................... 20
E. Cara Pengumpulan Data ............................................................................................. 20
F. Analisis Data ................................................................................................................ 23
G. Jadwal penelitian ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 25

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tanaman katuk ............................................................................................. 6


Gambar 2 Tikus putih (Rattus norvegicus) ................................................................. 14
Gambar 3 Kerangka pemikiran ................................................................................... 15
Gambar 4 Kerangka konsep ........................................................................................ 16

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komposisi kimia daun katuk ........................................................................... 8


Tabel 2 Nilai normal pemeriksaan AGD .................................................................... 12
Tabel 3 Definisi operasional ....................................................................................... 17
Tabel 4 Jadwal penelitian ............................................................................................ 24

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Udara merupakan sumber daya yang penting bagi kehidupan manusia,


hewan dan tumbuhan. Meningkatnya aktivitas manusia diberbagai bidang, mulai
dari aktivitas industri, pertanian, pertambangan, peternakan, dan perikanan
maupun transportasi akan mempengaruhi kualiatas udara sehingga menyebabkan
pencemaran udara10.
Di Indonesia penyumbang pencemaran udara terbesar, yaitu sekitar 85%
berasal dari emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengandung
berbagai macam gas yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain
karbon monoksida (CO), nitogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulfur oksida
(SOx), partikel dan timbal10.
Sumber emisi gas buang dari proses pembakaran bahan bakar motor
menghasilkan gas buang secara teoritis mengandung unsur H2O (Air). HC
(Hidrkarbon), Gas CO (Karbon monoksida), CO2 (Karbon dioksida), dan Nox
(Senyawa nitrogen oksida) N2 (Nitrogen dioksida) serta SO2 (Sulfur dioksida)4.
Tanaman obat di Indonesia memiliki prospek yang baik untuk
pengembangan agroindustrinya. Faktor pendukung pengembangan faktor
agroindustri tanaman obat diantaranya adalah besar potensi kekayaan sumber
daya alam Indonesia sebagai sumber bahan baku simplisia yang dapat di
formulasikan sebagai produk seperti jamu atau obat tradisional, farmasi,
makanan, minuman dan sebagainya. Salah satu tanaman yang memiliki prosfek
untuk pengembangan agroindustri adalah daun katuk (Sauropus androgynus)16.
Katuk adalah sejenis sayuran daun. Tanaman dengan nama latin Sauropus
adrogynus termasuk famili Euphorbiaceae. Begitu populernya, tiap daerah
memiliki sebutan daun katuk, memata (Melayu), simani (Minangkabau), katuk

1
(Sunda), kebng dan katukan (Jawa), serta kerakur (Madura). Tanaman
katuk ini tumbuh di berbagai daerah di India, Malaysia, dan di Indonesia. Ia
tumbuh di daratan dengan ketinggian 2.100 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Bentuknya perdu dan bisa mencapai tinggi 2-3 meter, dengan cabang-cabang
yang cukup lunak12.
Menurut setiawati (2013), daun katuk dikonsumsi oleh ibu menyusui bisa
memperlama waktu menyususi, dan daun katuk adalah satu-satunya tanaman
lokal yang mempunyai kandungan klorofil yang tinggi serta didalamnya terdapat
antioksidan dengan jumlah besar yang amat berguna untuk menghindari radikal
bebas serta penuaan awal dan juga bermanfaat untuk menanggulangi penyakit8.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba meneliti
mengenai “Pengaruh Pemberian Perasan Daun Katuk (Sauropus adrogynus)
Terhadap Kadar CO2 pada Darah Tikus yang Terpapar Asap Sepeda Motor”.

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah penelitian


yaitu:
1. Adakah pengaruh hasil pemberian perasan daun katuk (Sauropus
androgynus) terhadap kadar CO2 dalam darah tikus yang terpapar asap
sepeda motor?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hasil adanya pengaruh pemberian perasan daun katuk


(Sauropus androgynus) terhadap kadar CO2 dalam darah tikus yang
terpapar asap sepeda motor.

2
D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan di harapkan tercapainya:


1. Manfaat Klinis
a. Memberikan pengalaman serta wawasan bagi penulis dalam bidang
Kimia Klinik terutama pemeriksaan kadar CO2, dan sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan program Diploma III Analis Kesehatan.
2. Manfaat Akademis
a. Menambah literatur perpustakaan akademik tentang pengaruh
pemberian perasan daun katuk (Sauropus androgynus) terhadap kadar
CO2 dalam darah tikus yang terpapar asap sepeda motor serta sebagai
referensi untuk penelitian selanjutnya di lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Banten khususnya Jurusan Anlis Kesehatan
Tangerang.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkanya zat, energi, dan
atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi
kesehatan manusia (Kemenkes, 2002). Sedangkan suatu pencemar atau
polutan adalah setiap benda, zat maupun organisme hidup yang masuk ke
dalam suatu tatanan alami dan kemudian mendatangkan perubahan-perubahan
yang bersifat negatif terhadap tatanan yang dimasukinya6.
Ada banyak kandungan gas yang ada dalam udara, dan tidak semua yang
ada diudara boleh dihirup oleh tubuh. Jika udara yang terhirup tercemar
dengan gas CO, CO2, dan NOx maka udara tersebut dapat meracuni tubuh.
Gas CO bisa membuat sesak nafas, hal ini dikarenakan oksigen yang
seharusnya dialirkan oleh hemoglobin keseluruh tubuh tidak dapat dialirkan
karena hemoglobin yang seharusnya mengikat oksigen dan dialirkan ke
seluruh tubuh menjadi mengikat CO karena zat hemoglobin lebih mudah
mengikat CO dari pada oksigen. Gas CO2 pada konsentrasi tertentu dapat
membuat pusing, sedangkan gas NOx dapat merusak paru-paru.
Dengan berkembangnya industri maka semakin banyak gas-gas
berbahaya yang dihasilkan sehingga dapat mengancam kesehatan tubuh. Gas-
gas tersebut akan mencemari udara yang ada dilingkungan sehingga tanpa
sadar akan terhirup dan masuk kedalam tubuh, kemudian secara bertahap
tubuh akan merasakan dampaknya. Gas CO, CO2, dan NOx tidak berbau dan
tidak dapat dilihat, oleh karena itu manusia tidak akan dapat mengetahui jika

4
ada gas-gas tersebut disekitarnya. Manusia baru bisa tau jika sudah merasakan
dampaknya.
Resiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran udara diperkotaan
secara umum, beberapa studi epidemiologi dapat menyimpulkan danya
hubungan yang erat antara tingkat pencemaran udara perkotaan dengan angka
kejadian (prevalensi) penyakit pernafasan dan adanya gas dalam darah.

2. Pengertian Daun Katuk


Tanaman daun katuk (Sauropus androgynus) merupakan salah satu
tanaman yang dapat di manfaatkan penggunaannya sebagai tanaman obat di
Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini juga dapat tumbuh di negara-negara
seperti Cina., Vietnam, Philipina, dan juga Malaysia15. Tanaman ini juga
digunakan sebagai sayur-mayur oleh masyarakan bagian Asia Barat dan Asia
Tenggara. Selain untuk sayur-mayur, tanaman katuk juga dimanfaatkan
sebagai obat tradisional pada masyarakan India. Berbeda dengan negara
Taiwan, tanaman katuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
pengobatan penyakit hipertensi, hiperlipidemia, konstipasi, dan pengontrol
berat badan15.

a. Klasifikasi Tanaman Katuk


Secara taksonomi, klasifikasi tanaman katuk adalah sebagai berikut:
Divisi :Spermatophyta
Anak Divisi :Angiospermae
Kelas :Dycotiledoneae
Anak Kelas :Monoclamydae (Apatalae)
Bangsa :Euphorbiales
Famili :Euphorbiaceae
Genus :Sauropus
Spesies :Sauropus androgynus

5
Gambar 1 Tanaman katuk
Ciri-ciri tanaman katuk adalah tinggi tanaman katuk sampai dengan 3
meter. Batang katuk memiliki alur-alur dengan kulit yang agak licin. Daun
menyusun selang seling pada satu tangkai, seolah-olah terdiri dari daun majemuk
padahal sesungguhnya daun tunggal dengan jumlah daun per cabang 11-21 helai,
bentuk helaian daun lonjong sampai bundar. Kadang-kadang lanset permukaan
atasnya berwarna hijau gelap dan permukaan bawah berwarna hijau muda
dengan tampak pertulangan daun yang jelas, panjang helai 2,5 cm, lebar 1,25-3
cm. Bunga tunggal atau berkelompok 3, keluar di ketiak daun atau diantara satu
daun dengan daun lainnya. Bunga sempurna mempunyai helaian kelopak
berbentuk bundar, warna merah gelap atau merah dengan bintik-bintik kuning13.
Katuk telah banyak dikenal sebagai sayuran di sebagian besar Indonesia.
Bahkan terutama di Jawa katuk telah dibudidayakan secara komersial, sedang di
daerah lain ditanam sebagai tanaman pagar atau tanaman sela. Daun katuk
termasuk salah satu sayuran yang kaya akan zat gizi dan zat metabolic sekunder,
sehingga katuk bisa dimanfaatkan sebagai sayur dan sebagai obat herbal5,14.
b. Manfaat Daun Katuk
Katuk merupakan tanaman yang dikonsumsi sebagai sayuran oleh
masyarakan di pulau Jawa. Daun berikut bagian pucuk batang termasuk

6
salah satu sayuran yang sangat digemari dan sangat dianjurkan untuk
dikonsumsi oleh kaum ibu yang sedang menyusui karena mengandung
nutrisi yang berguna bagi tubuh. Mengkonsumsi daun katuk dapat
meningkatkan produksi ASI15.
Mahyudin (1986) mengatakan bahwa tanaman katuk juga dikenal
sebagai jamu dan obat tradisional, sehingga dipercaya orang bahwa daya
tahan tubuh selama sakit dapat menigkat dengan pemberian daun katuk.
Selain itu daun katuk juga terbukti memiliki khasiat antara lain sebagai
obat bisul dan borok dan juga mampu memperbaiki fungsi pencernaan
serta metabolisme tubuh. Air rebusan dari akar tanaman ini dapat
menurunkan panas tubuh saat demam dan juga melancarkan air seni,
sedangkan akar tanaman yang digiling digunakan sebagai obat luar untuk
frambusia2.

c. Kandungan dan Senyawa Daun Katuk


Tanaman katuk (Sauropus androgynus) telah lama dikenal oleh
masyarakat di Indonesia sebagai tanaman sayuran dengan kandungan gizi
yang cukup tinggi. Jika di lihat kandungan zat makanan per 100 gram
katuk mengandung kalori 59 kal, protein 4,8 g, lemak 1 g, karbohidrat 11 g,
kalsium 204 mg, fosfor 84 mg, besi 2,7 mg, vitamin A 10370 SI, vitain B1
0,1 mg, vitamin C 239 mg, air 81 (40%). (wiradimdja, dkk. 2006)

7
Tabel 1 Komposisi kimia daun katuk
Kandungan Gizi Kadar
Energi 59 kkal
Protein 4,8 gr
Lemak 1 gr
Karbohidrat 11 gr
Serat 1,5 gr
Kalsium 04 mg
Fosfor 83 mg
Zat Besi 2,7 mg
Vitamin A 10370 SI
Vitamin B1 0,1 mg
Vitamin C 239 mg
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Tumbuhan yang termasuk famili Euphorbiaceae mengandung minyak
atsiri, sterol, saponin, flavonoid, triterpen, asam-asam organik, asam amino,
alkaloid dan tanin (Hegnauer, 1964 disitasi Malik, 1997). menemukan bahwa
hasil skrining daun katuk diperoleh adanya golongan sterol atau triterpen,
flavonoid dan tanin5.

3. Darah
a. Pengertian darah
Sebagian besar tubuh manusia adalah berupa cairan yang sangat penting
dalam proses sistem metabolisme tubuh, cairan tersebut adalah darah. Darah
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan
suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit.

8
Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat
vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai
pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil
metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain
itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran
penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke
dalam tubuh.

b. Fungsi darah
Fungsi darah secara umum adalah:
1. Mengangkut sari-sari makanan dari usus ke jaringan tubuh.
Darah bekerja sebagai sistem pengangkutan (sirkulasi, distribusi dan
transportasi) dari tubuh dan mengantarkan semua bahan kimia (mineral,
vitamin, hormon, enzim dan lain-lain), oksigen, dan zat-zat makanan,
nutrisi atau gizi yang dibutuhkan sel dan jaringan untuk melakukan
aktivitas fisiologis serta membuang karbondioksida serta hasil
pembuangan sisa metabolisme dan lainnya ke luar tubuh.
2. Sel darah merah (eritrosit) mengantarkan oksigen (O2) dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh dan mengangkut karbondioksida (CO2) dari
jaringan tubuh menuju ke paru-paru.
3. Sel darah putih (leukosit) menyediakan banyak tipe sebagai pelindung,
misalnya beberapa tipe yang fagositik untuk melindungi tubuh terhadap
serangan kuman dengan cara memangsa, melawan infeksi dengan
antibodi dan sebagainya.
4. Pengantar energi panas dari tempat aktif ke tempat yang tidak aktif untuk
menjaga suhu tubuh atau sebagai respons pengaktifan sistem imunitas.
5. Mengedarkan air ke seluruh tubuh dan menjaga stabilitasnya.

9
6. Mengedarkan hormon ( dari kelenjar endokrin), enzim dan zat aktif ke
seluruh tubuh. Trombosit berperan dalam pembekuan darah, melindungi
dari pendarahan masif yang di akibatkan luka atau trauma.

4. Keseimbangan Asam Basa


pH adalah derajat keasaman yang merupakan log negatif dari
konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion H+ ini diatur dengan sangat ketat karena
perubahan pada konsentrasiya akan mempengaruhi hampir semua proses
biokimia, termasuk struktur dan fungsi protein, dissosiasi dan pergerakan ion,
serta reaksi kimia obat. Berbeda dengan ion-ion lain, kadar ion H+ dijaga
dalam nano molar (36-43 nmol/L; pH 7,35-7,45)3.
Sebagian besarv asam yang masuk dalam tubuh berasal dari proses respirasi,
yaitu CO2 yang membentuk asam karbonat, sedangkan sisanya berasal dari
metabolisme lemak dan protein. Mekanisme tubuh untuk menjaga pH tetap
dalam rentang normalnya diketahui melalui 3 mekanisme yaitu:
a. Kontrol respirasi terhadap PaCO2 oleh pusat ernafasan yang mengatur
ventilasi alveolar. Semakin banyak ion H+ dalam darah, semakin
banyak CO2 yang dibuang melalui paru-paru. Mekanisme ini cepat dan
sangat efektif untuk mengkompensasi kelebihan ion H+
b. Pengontrolan ginjal terhadap bikarbonat dan ekskresi asam-asam non
volatil. Mekanisme ini relatif lebih lama (jam-hari) jika dibandingkan
dengan kontrol respirasi.
c. Sistem buffer oleh bikarbonat, sulfat, dan hemoglobin yang
meminimalkan perubahan asam basa akut.
Gangguan keseimbangan asam basa meliputi:
1) Aidosis respiratorik
Adalah kondisi dimana pH rendah dengan kadar PCO2 tinggi dan
kadar HCO3- tinggi sebagai kompensasi tubuh terhadap kondisi
asidosis tersebut. Ventilasi alveolar yang inadekuat dapat terjadi pada

10
keadaan seperti kegagalan otot pernafasan, gangguan pusat pernafasan,
atau intoksitasi obat. Kondisi lain yang juga dapat meningkatkan PCO2
adalah keadaan hiperkatabolisme. Ginjal melakukan kompensasi
dengan meningkatkan ekskresi H+ dan retensi bikarbonat. Setelah
terjadi kompensasi, PCO2 akan kebali ketingkat normal.
2) Alkalosis respiratorik
Perubahan primer yang terjadi adalah menurunnya PCO2 sehingga pH
meningkat. Kondisi ini sering terjadi pada keadaan hiperventilasi,
sehingga banyak CO2 yang banyak dilepaskan melalui ekspirasi.
penyebab hiperventilasi diantaranya adalah: kelainan paru-paru, nyeri
hebat, cemas, dan iatrogenik akibat ventilator. Kompensasi ginjal
adalah dengan meningkatkan ekskresi bikarbonat dan K+ jika proses
sudah kronik.
3) Alkalosi metabolik
Adalah keadaan pH yang meningkat dan HCO3- yang meningkat.
Adanya peningkatan PCO2 menunjukan terjadinya kompensasi dari
paru-paru. Penyebab yang paling sering adalah iatrogenik akibat
pemberian siuretik, hipokalemia atau hipopolemia kronik dimana
ginjal mereabsorpsi sodium dan mengekskresikan H+, kehilangan
asam melalui GIT, dan pemberian HCO3- atau prekursornya (laktat
dan asetat) secara berlebihan. Persisten metabolik alkalosis biasanya
berkaitan dengan gangguan ginjal, karna biasanya gijal dapat
mengkompensasi kondisi alkalosis metabolik3.

5. Analisis Gas Darah (AGD)


a. Definisi Analisis Gas Darah (AGD)
Analisis Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan analisa gas darah
melalui darah arteri. Pengukuran gas darah arteri memberikan informasi
dalam mengkaji dan memantau respirasi klien dan metabolisme asam basa,

11
serta homeostatis elektrolit. Analisa Gas Darah (AGD) biasanya dilakukan
untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam basa yang di sebabkan oleh
gangguan pernafasan dan atau gangguan metabolik. AGD juga digunakan
untuk mengkaji oksigenasi7.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai
tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan
suatu diagnosa hanya dari penilaian gas darah dan keseimbangan asam basa
saja, tetapi harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik dan data-data laboratorium lainnya7.
Nilai normal pemeriksaan AGD dengan sampel darah arteri dan Vena adalah
sebagai berikut:
Tabel 2 Nilai normal pemeriksaan AGD

Parameter Arteri Vena

pH 7,35-7,45 7,32-7,38

PaCO2 35-45 mmHg 42-50 mmHg

PaO2 80-100 mmHg 40- mmHg

Saturasi Oksigen 95%-100% 75%

Kelebihan/kurangan basa +/-2 +/-2

HCO3 22-26 mEq/L 23-27 mEq/L

b. Pemeriksaan Analisis Gas Darah (AGD)


Pemeriksaan analisa gas darah atau (Blood Gas Analysis/BGA) adalah
suatu pemeriksaan untuk mengetahui tekanan gas karbon dioksida (CO2),
oksigenasi, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa9. Pemeriksaan ini antara lain untuk mengetahui keadaan

12
oksigen dalam metabolisme sel, efisiensi pertukaran oksigen dan
karbondioksida, mengetahui kemampuan Hb dalam melakukan transportasi
oksigen ke jaringan, megetahui tekanan oksigen dalam darah arteri dan
jaringan secara terus menerus9,17. Pemeriksaan gas darah sudah secara luas
digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit
berat dan menahun. Pemeriksaan AGD juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan klinis pasien dan kemajuan terapi. Pemeriksaan AGD
tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu penyakit, harus disertai
dengan pemriksaan klinis dan penunjang lainnya9.
Sampel pemeriksaan AGD dapat berupa darah arteri maupun vena,
sampel arteri lebih banyak diterima dan digunakan dalam dunia medis17. Ada
terdapat beberapa perbedaan yang cukup nyata antara hasil analisa gas darah
dengan menggunakan arteri dan vena; pH arteri biasanya lebih tinggi sedikit
dibangdingkan dengan pH vena, satuari oksigen dan tekanan oksigen arteri
juga lebih tinggi dibandingkan dengan vena, sedangkan tekanan
karbondioksida (CO2) arter lebih rendah dibandingkan vena1.

6. Hewan Percobaan
a. Klasifikasi Tikus Putih
Secara taksonimi, klasifikasi tikus putih adalah sebagai berikut:
Kingdom :Animalia
Phylum :Chordata
Subphylum :Vertebrata
Class :Mammalia
Order :Rodentia
Family :Muridae
Genus :Rattus
Species : Rattus norvegicus

13
Gambar 2 Tikus putih (Rattus norvegicus)
Tikus merupakan mamalia yang umum digunakan sebagai hewan
percobaan, tikus putih (Rattus sp.) galur Sprague Dawley yang merupakan
jenis outbred tikus albino serbaguna yang digunakan secara ekstensif dalam
beberapa riset medis, termasuk dalam penlitian ini. Hal ini dikarenakan
ketenangan dan kemudahan dalam penanganannya. Tikus merupakan
hewan laboratorium yang memiliki banyak keunggulan. Hal ini
dikarenakan gen tikus relatif mirip dengan manusia, dalam binatang
menyusui (mamalia), kemampuan berkembang biak tikus sangat tinggi,
dan relatif cocok untuk eksperimen massal. Selain itu, tipe bentuk badan
tikus kecil, mudah dipelihara, dan obat yang di gunakan di badannya dapat
relatif cepat terdistribusi. Melihat kenyataan di atas, tikus sering digunakan
sebagai hewan pengujian obat sebelum diberikan kepada manusia11.
Jika dibandingkan dengan tikus liar, tikus laboratorium lebih cepat
menjadi dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman, umumnya
lebih mudah berkembang biak, dan lebih ringan dibandingkan berat badan
tikus liar. Jika tikus liar dapat hidup selama 4 sampai dengan 5 tahun, tikus
laboratorium jarang hidup lebih dari 3 tahun11.

14
B. Kerangka Pemikiran

Kandungan
Asap kendaraan
1. Pb sepeda motor
2. CO
3. Hidrogen
4. Oksigen
Tikus putih (Rattus Ekstrak daun katuk
Nitrogen
norvegicus) (Sauropus androgynus)
5. Sulfur

Kimia Serologi Hematologi


Klinik

Pemeriksaan Blood Gas


AGD kadar CO2 Analyzer

Hasil

Keterangan : : Yang diperiksa

: Tidak diperiksa

Gambar 3 Kerangka pemikiran

15
C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Ekstrak daun katuk


Kadar CO2 darah Tikus
(Sauropus
putih (Rattus norvegicus)
androgynus)

Pemaparan asap kendaraan


sepeda motor

Variabel Pengganggu

Gambar 4 Kerangka konsep

D. Hipotesis

H0 = Adanya pengaruh pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus


androgynus) terhadap kadar CO2 dalam darah tikus yang terpapar
asap sepeda motor.
H1 = Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus
androgynus) terhadap kadar CO2 dalam darah tikus yang terpapar
asap sepeda motor.

16
E. Definisi Operasional

Tabel 3 Definisi operasional


No Variabel Definisi Metode ukur Alat ukur Hasil Skala
ukur ukur
1. Daun katuk Katuk merupakan Ekstraksi - mg Ratio
(Sauropus tanaman sayuran dengan
androgynus) tradisional yang metode
memiliki meserasi
kandungan tertentu
untuk pengobatan
kadar kreatinin
2. Tikus putih Tikus putih (Rattus Manual Neraca gram Ratio
(Rattus norvegicus) Analitik
norvegicus) merupakan salah
satu hewan
percobaan atau
hewan
laboratorium yang
sering digunakan
dalam riset medis
3. Kadar CO2 Suatu pemeriksaan Otomatis Blood Gas IU/L Ratio
darah untuk mengetahui Analyzer
tekanan gas
karbondioksida
(CO2) pada darah
tikus

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen, dimana dilakukan


percobaan terhadap zat yang akan diteliti langsung di laboratorium secara in
vivo dengan perlakuan menggunakan tikus dan in vitro dengan menggunakan
alat Blood Gas Analyzer, serta dengan studi literatur untuk memperkuat teori-
teori yang digunkan dalam penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Laboratorum
Kesehatan Daerah Tangerang. Sampel darah akan diambil dari 25 tikus
putih (Rattus norvegicus). Tempat pengujian sampel akan dilakukan di
Laboratorium Kesehatan Daerah Tangerang.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017

C. Populasi dan sampel

1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus)
2. Sampel Penelitian
Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih
(Rattus norvegicus). Berikut adalah kriteria sampel dan besar sampel:

18
a. Kriteria sampel
1. Kriteria inklusi
1) Tikus putih sehat (Bergerak aktif)
2) Umur 2-3 bulan
3) Berat badan 180-200 gram
2. Kriteria eksklusi
Tikus mati atau sakit sebelum mendapat perlakuan.
3. Kriteria Drop Out
1) Tikus mati
2) Tikus tampak sakit (gerakan tidak aktif, tidak mau
makan, rambut kusam atau rontok).
b. BesarSampel
Sampel penelitian ini ditentukan menurut rumus Federer untuk uji
eksperimental, yaitu:
(t-1) (n-1) ≥ 15
Dimana (t) adalah kelompok perlakuan, dan (n) adalah jumlah sampel
perkelompok perlakuan.

(t-1) (n-1) ≥ 15
(5-1) (n-1) ≥ 15
4 (n-1) ≥ 15
4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 15 + 4
4n ≥ 19
n ≥ 4,75
n ̴5

19
D. Instrumen Penelitian

1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Fotometer, kandang
hewan coba, timbangan analitik, spuit 3 cc, tabung reaksi 5 ml,
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain serum tikus putih
(Rattus norvegicus)

E. Cara Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah data primer dari hasil pemeriksaan kadar
kreatinin tikus putih (Rattus norvegicus)secara semi otomatis sebanyak 25
sampel. Data primer adalah data yang didapat langsung oleh peneliti.
1. Persiapan hewan coba
Sebelum penelitian dimulai, hewan uji diadaptasikan selama 7 hari dalam
kandang pada suhu kamar (20-25oC)
Perhitungan dosis daun katuk (Sauropusandrogynus)
a) Dosis daun katuk untuk perlakuan 1 :
 Dosis daun katuk pada manusia = 2,5g/50kg BB x 5
= 0,25g/kg BB 25 mg/kgBB
 Dosis daun katuk pada tikus
0,25 g/kg BB = X mg/ 200 g 0,25 g/1000g = X g/200g
0,25 g x 200g= 1000 g
X= 0,05g 50mg/200kgBB

Ditetapkan bahwa pemberian perasan daun katuk setiap tikus


adalah 2 ml. Jadi konsentrasi perasan yang dibuat adalah:
0,05 g/ 2 ml = X g/100 ml. 2,5g/100 ml = 2,5 %

20
b) Dosis daun katuk untuk perlakuan 2 :
 Dosis daun katuk pada manusia = 5g/50kg BB x 5
= 0,5g/kg BB 25 mg/g BB
 Dosis daun katuk pada tikus
0,5 g/kg BB = X mg/ 200 g 0,5 g/1000g = X g/200g
0,5 g x 200g= 1000 g
X= 0,1g 100mg/200g BB

Ditetapkan bahwa pemberian perasan daun katuk setiap tikus


adalah 2 ml. Jadi konsentrasi perasan yang dibuat adalah:
0,1 g/ 2 ml = X g/100 ml. 5g/100 ml = 2,5 %

c) Dosis daun katuk oerlakuan 3 :


 Dosis daun katuk pada manusia = 10 g/50kg BB x 5
= 1 g/kg BB 25 mg/g BB
 Dosis daun katuk pada tikus
1 g/kg BB = X mg/ 200 g 1 g/1000g = X g/200g
1 g x 200g= 1000 g
X= 0,2 g 200mg/200g BB

Ditetapkan bahwa pemberian perasan daun katuk setiap tikus


adalah 2 ml. Jadi konsentrasi perasan yang dibuat adalah:
0,2 g/ 2 ml = X g/100 ml. 10g/100 ml = 2,5 %

2. Pembuatan perasan daun katuk


Perasan daun katuk di peroleh dengan metode meserasi dengan
menggunakan aquadest sebagai bahan pelarutnya. Sebelumnya, daun
katuk dicuci hingga bersih kemudian di keringkan dengan cara tidak

21
terpapar oleh sinar matahari, kemudian masing-masing dosis
(50mg/ekor/hari, 100 mg/ekor/hari, 200mg/ekor/hari). Dilarutkan dalam
ml aquadest kemudian diblender. Setelah iu masing-masing larutan
diperas dengan menggunakan kain.

3. Persiapan pemaparan asap kendaraan sepeda motor terhadap tikus putih


Pada kelompok 2, 3, 4 dan 5 dipaparkan dengan asap sepeda motor
dengan putaran kecepatan 30 km/jam selama 30 menit pagi dan sore hari,
sementara kelompok 1 tidak dipaparkan pada asap sepeda motor. Jarak
tikut dengan moncong kenalpot adalah 1 meter. Pemaparan asap juga
dilakukan selama 16 hari.

4. Pembagian kelompok sampel


Setelah 25 ekor tikus putih diadaptasi selama 7 hari, tikus dibagi
dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok sebanyak 5 ekor.
1. Kelompok 1 (5 ekor tikus) sebagai kontrol negatif yang diberikan
pakan dan aquadest selama 16 hari.
2. Kelompok 2 (5 ekor tikus) sebagai kontrol postif yang diberikan
paparan asap kendaraan dan aquadest selama 16 hari.
3. Kelompok 3 (5 ekor tikus) sebagai kelompok perlakuan 1 yang
diberikan paparan asap kendaraan sepeda motor dan perasan daun
katuk 50 mg/200g BB selama 16 hari.
4. Kelompok 4 (5 ekor tikus) sebagai kelompok perlakuan 2 yang
diberikan paparan asap kendaraan sepeda motor dan perasan daun
katuk 100 mg/200g BB selama 16 hari.
5. Kelompok 5 (5 ekor tikus) sebagai kelompok 3 yang diberikan
paparan asap kendaraan sepeda motor dan perasan daun katuk 200
mg/200g BB selama 16 hari.

22
5. Prosedur penelitian
a. Pengambilan sampel darah tikus
Pengambilan sampel darah tikus, yaitu dengan cara:
1) Tikus dikeluarkan dari kandang dengan cara setengan bagian dari
ekornya diangkat, kemudian tikus dimasukkan ke sungkup
rangkap.
2) Bagian ekor tikus diolesi air hangat selama kurang lebih 2 menit,
kemudian didesinfeksi alkohol 70%.
3) Lakukan penusukan pada arteri ekor tikus menggunakan spuit,
kemudian tarik darah arteri kedalam

F. Analisis Data

Data yang terkumpul diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,


kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji Anova (analysis of
varian).

23
G. Jadwal penelitian

Tabel 4 Jadwal penelitian

Bulan : Maret Bulan : April


No. KegiatanPenelitian
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengambilan    
sampel
2. Pemeriksaan  
sampel
3. Pengumpulan data 
4. Pengolahan data  
5. Analisis data  
6. Penyusunan  
Laporan

24
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2003. Operator’s guide GEM Premier 3000. Critical care GEM
Premiere 3000. Instrumentation Laboratory Company. 2003
2. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta: Yayasan Wana Jaya
yang bergizi. Indonesian Medicinal Plants 3. hlm 55.
3. Irawan, Hadi. 2000. Uji Laboratorium Klinik. Bandung: Yrama Widya.
4. J. Zaini, Dampak Polusi Udara Terhadap Kesehatan, 2008, Innovasi Online,
ISSN: 0917-8376, Edisi Vol.10/XX/Maret 2008.
5. Malik A. Tinjauan Fitokimia, Indikasi Penggunaan dan Bioaktivitas Daun
Katuk dan Buah Trengguli. Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia. 1997;3:39.
6. Palar, H. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat Edisi Kelima. Jakarta ;
Rineka Cipta. 2008.
7. Raslan, Widodo. 1998. Analisa Gas Darah. Surakarta: Sindhunata.
8. Setiawati, (2013), Manfaat Daun Katuk, http://oneparmo.wordpress.com,
Akses 25/02/2013.
9. Severinghaus John, 2010. Blood Gas Analysis and Critical Care.
10. Siregar, E.B.M., pencemaran udara, respon tanaman dan pengaruhnya pada
manusia. USU repository, 2005. Diakses tanggal 1 februari 2017.
11. Smith JB, Mangkoewidjojo S. Pemeliharaan dan Penggunaan Hewan
Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press.
1988.
12. Subekti, (2006), Penggunaan tepung daun katuk dan ekstrak daun katuk
(Sauropus androgynus) sebagai substitusi ransum yang dapat menghasilkan
produk puyuh jepang yang rendah kolesterol, Fakultas peternakan IPB. Bogor.
13. Sukendar. Pengenalan Morfologi Katuk (Sauropus androgynus L. Merr).
Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3(3) : 53. Terjemahan: K. Padmawinata, I.
Sudiro. Bandung : Institusi Teknologi Bandung. 1997.
14. Sumantera IW. Etnobotani Katuk di Bali. Jurnal Tumbuha Obat Indonesia
1997;3:57.

25
15. Suprayogi A. Studies Of The Biologycal Effect Of Sauropus Androgynus (L)
Merr. : Effect Of Milk Production And The Possibilites Of Induced
Pulmonary Disorder In Lactating Sheep. Gottingen: Cuvillier Verrlag
Gottingen. 2000; ISBN: 3-89712-941.8.

16. Syukur, C dan Hermani, (2002), Budi Daya Tanaman Obat Komersial,
Penebar Swadaya, Jakarta.

17. William Marshall. Blood Gas Analysis.Annals of Biochemical Chemistry.


2008. http://acb.rsmjournals.com/content/47/3/283.full.
18. World Health Organization. 2000. Hazardous cemicals in human and
environmental health. WHO . Geneva. Terjemahan Widyastuti. Bahaya
Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Cetakan I. Jakarta:
EGC 2005.

26

Anda mungkin juga menyukai