Anda di halaman 1dari 14

PENGGUNAAN PELET RANSUM LENGKAP DENGAN SUMBER

HIJAUAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpurium) UNTUK PAKAN TERNAK


RUMINANSIA

Zulfahmi1) Suraya Kaffi Syafura2) dan Wisnaningsih3)


1)
Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Lampung
2)
Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri lampung
3)
Jurusan Teknik, Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai Lampung

email : ivisoraya@gmail.com

ABSTRAK

Ketersediaan pakan yang berasal dari bahan pertanian seringkali terkendala oleh masalah
musim yang berlimpah saat musim hujan dan kekurangan saat musim kemarau. Untuk
mengantisipasi keadaan tersebut perlu dilakukan proses pembuatan pakan yang efektif efisien
dan berkualitas baik. Ketersediaan pakan ternak mutlak harus terjaga agar produktivitas
dalam menghasilkan daging maupun susu dengan kualitas baik dapat dipertahankan.
Lampung merupakan wilayah penghasil limbah pertanian yang cukup melimpah seperti kulit
kopi, kulit dan daun singkong, pelepah sawit, tandan kosong kelapa sawit, dedak dan lain-
lain. Potensi tersebut memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai bahan pakan ternak
secara optimal, dan dapat digunakan untuk mengatasi ketersediaan pakan disaat musim
kemarau. Guna memenuhi kontinuitas pakan, aspek pengolahan pakan lengkap dan
penyimpanannya perlu mendapatkan perhatian. Salah satu cara yang murah untuk mengatasi
hal tersebut adalah dengan memperkecil ukuran, mengeringkannya dan memadatkannya
dalam bentuk pelet. Penelitian ini bertujuan mendapatkan pelet ransum lengkap dengan
hijauan rumput gajah yang memenuhi standar ekspor. Perlakuan yang digunakan adalah
penambahan air 5%, 10%, dan 15% dari bahan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa kandungan protein, lemak, karbohidrat, kadar air, dan kadar abu dari ketiga perlakuan
tidak berbeda nyata. Uji lanjut dengan beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% menunjukkan
bahwa perlakuan tidak berbeda nyata terhadap persentase kandungan zat gizi pada proses
pembuatan pellet ransum lengkap dengan sumber hijauan rumput gajah (Pennisetum
purpureum).

Kata kunci : Pelet, ransum lengkap, rumput gajah.

ABSTRACT

In availability of food derived from agricultural materials is often constrained by problems


season during the rainy season and shortages during the dry season. In anticipation of these
is necessary to feed an effective manufacturing process efficient and good quality.
Availability of fodder absolutely must be maintained so that the productivity of producing
meat and milk with good quality can be maintained. Lampung is the producing regions are

254 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


quite abundant agricultural waste such as coffee skin, skin and cassava leaves, palm fronds,
empty fruit bunches of oil palm, rice bran, such, etc. The opportunity to be developed as
animal feed optimally, and can be used to food availability when the dry season. In order to
meet the continuity of feed, complete feed and processing aspects of storage needs to be. One
inexpensive way to overcome this is to reduce the size, drying and compacting it in pellet
form. This study aims to get a complete pellet ration with forage grass that meet export
standards. The treatment used is the addition of 5% water, 10%, and 15% of the material.
Based on this research can be concluded that the content of protein, fat, carbohydrates,
moisture content and ash content of the three treatments were not significantly different.
Further trials with smallest significant difference (LSD) at 5% level indicates that the
treatment was not significantly different to the percentage content of nutrients in the process
of making a complete pelleted rations with forage resources elephant grass (Pennisetum
purpureum).

Keywords: Pellets, full ration, elephant grass.

PENDAHULUAN
Ketersediaan pakan yang berasal dari bahan
Ternak apapun jenisnya membutuhkan pertanian seringkali terkendala oleh
pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masalah musim. Pada saat musim kemarau
pokok, produksi dan reproduksi. Fungsi ketersediaan pakan hijauan sulit diperoleh,
ternak bagi manusia adalah untuk sedangkan di musim hujan melimpah dan
memenuhi kebutuhan protein hewani bagi tidak termanfaatkan dengan optimal.
kehidupan. Tuntutan kebutuhan akan Dengan menyimpannya dalam bentuk
produk peternakan baik berupa susu, kering, hijauan tersebut dapat dimanfaatkan
daging, dan telur sangat tinggi seiring pada musim kemarau. Ketersediaan pakan
dengan meningkatnya jumlah penduduk ternak mutlak harus terjaga agar
dan kesadaran akan pentingnya gizi bagi produktivitas dalam menghasilkan daging
perkembangan tubuh manusia. maupun susu dengan kualitas baik dapat
dipertahankan.
Tingginya laju permintaan akan produk
peternakan ini harus diimbangi dengan Lampung merupakan wilayah penghasil
kecepatan produksi yang tinggi pula. Hal limbah pertanian yang cukup melimpah
ini hanya akan dapat dicapai bila ternak seperti kulit kopi, kulit dan daun singkong,
mendapat cukup zat makanan yang dapat pelepah sawit, tandan kosong kelapa sawit,
diserap dan dikonversikan menjadi sumber dedak dan lain-lain. Potensi tersebut
protein hewani yang bernilai gizi dan memiliki peluang untuk dikembangkan
ekonomi yang tinggi. Berdasarkan kondisi sebagai bahan pakan ternak secara optimal,
tersebut, maka kebutuhan akan pakan pasti dan dapat digunakan untuk mengatasi
akan meningkat pula. Penyebab utama ketersediaan pakan disaat musim kemarau.
rendahnya produktivitas adalah terbatasnya
jumlah pakan yang tersedia, baik kualitas Guna memenuhi kontinuitas pakan, aspek
maupun kuantitas. Keterbatasan jumlah pengolahan pakan lengkap dan
pakan tersebut disebabkan oleh penyimpanannya perlu mendapatkan
berkurangnya areal padang rumput akibat perhatian. Kendala terhadap penggunaan
konversi lahan untuk kepentingan lain. bahan pakan yang berasal dari limbah

255 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


bahan pertanian adalah mudah rusaknya konditioning dan cara pengeringan serta
bahan tersebut dan sifat bulky yang melakukan uji kualitas bahan tersebut
dimilikinya. Salah satu cara yang murah secara kimiawi (analisis proksimat)
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan sebelum dan sesudah proses pencetakan
memperkecil ukuran bahan pakan tersebut pelet. Tahap II adalah melakukan uji fisik
dan mengeringkannya menggunakan sinar pelet dengan berbagai perlakuan ukuran
matahari ataupun mesin pengering hingga bahan/partikel (halus, sedang dan kasar)
batas kadar air aman untuk disimpan. dan jumlah penambahan air berdasarkan
Kemudian dilakukan pengecilan ukuran berat bahan, yang meliputi kadar air, berat
kembali dan memadatkannya dalam bentuk jenis, sudut tumpukan, kerapatan
pelet. Pakan ternak dalam bentuk pelet tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan,
memiliki kadar air yang rendah (sekitar ketahanan terhadap benturan dan pellet
10% basis basah) dan densitas yang tinggi. durability index.

Kualitas pelet ditentukan oleh bahan a. Persiapan Alat dan Bahan


penyusun dan kondisi prosesnya. Pelet
adalah aglomerat yang terdiri dari partikel Peralatan yang digunakan dalam
dengan ukuran berbeda yang terikat dengan penelitian ini meliputi timbangan
tingkat kekuatan tertentu membentuk analitik, oven, mesin pencacah rumput,
sebuah struktur. Berdasarkan hal tersebut mesin giling (burr mill), mesin cetak
perlu dilakukan pengujian sifat fisik pelet pelet, durability pelet tester, vibrator
ransum lengkap dengan sumber hijauan ball mill, gelas ukur, jangka sorong.
rumput gajah untuk mengetahui
karakteristiknya pada berbagai ukuran Bahan dasar yang digunakan meliputi
partikel dan kadar air bahan penyusun 1) daun singkong 10%, 2) tandan
pakan. Pada proses pembentukan pelet akan kosong kelapa sawit (potong kecil-
dihasilkan panas yang cukup tinggi pada kecil 2 cm) 20%, 3) dedak/bekatul
mesin cetak, sehingga perlu dilakukan uji kasar 10%, 4) kulit kopi 10%, 5)
kandungan bahan pakan sebelum dan rumput gajah (potong kecil-kecil 2 cm)
sesudah pembentukan pelet. 50%, 6) Starbio/EM-4, 7) air, dan 8)
molase. Adapun Tahapannya sebagai
METODE PENELITIAN berikut:

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tahap 1


Peternakan Politeknik Negeri Lampung, Campurkan air bersih 175 liter dengan
Laboratorium Kerjasama LIPI-UNPAD molases/tetes murni 25 liter tuangkan
Bandung. Penelitian ini dimulai dari bulan Starbio/EM-4 10 liter. Diamkan dalam
Juni sampai September 2016. Penelitian suhu kamar selama 3 hari dalam
ini dilakukan dalam beberapa tahapan. kondisi an-aerob (kedap udara/tertutup
Tahap I adalah proses pembuatan bahan rapat)
pelet ransum lengkap yang berasal dari
limbah pertanian lokal dan rumput gajah
(Pennisetum purpurium) sebagai sumber
hijauan dengan berbagai perlakuan

256 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


Tahap 2 masing sieve ditimbang. Derajad
Takar dengan pasti bahan,2),3),4),5) kehalusan dihitung dengan cara:
aduk rata menggunakan mixer atau
pengaduk 𝐷𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑑 𝐾𝑒𝑕𝑎𝑙𝑢𝑠𝑎𝑛 (𝐷𝐾)
(% 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑕𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑕𝑎𝑛 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑖)
=
Tahap 3 100
Siramkan larutan fermentasi (tahap 1)
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,10414 (2)𝐷𝐾
ke dalam material (tahap 2) sampai
mencapai kadar air 20%. Dalam hal ini,
a) Kategori bahan kasar, bila
Tahap 4 DK = 4,1 - 7 → ukuran partikel
Masukkan semua bahan yang sudah >1,79-13,33 mm
disiram larutan fermentasi tersebut b) Kategori bahan sedang, bila
kedalam wadah/tempat dan tutup rapat- DK = 2,1 – 4,1 → ukuran partikel
rapat. Jangan sampai kemasukan udara >0,78-1,79 mm
(bisa menggunakan drum atau plastik c) Kategori bahan halus, bila
besar ) kemudian biarkan selama 4-7 DK = 0 – 2,1 → ukuran partikel 0,1
hari dalam kondisi suhu udara ruang. – 0,78

Tahap 5 c. Analisis Proksimat (SNI 01-2891-


Material yang sudah terfermentasi 1992)
dengan baik akan beraroma manis
dan harum. Lakukan proses 1) Kadar abu total
pengeringan material yang sudah Pengukuran kadar abu total
terfermentasi tersebut dengan cara dilakukan dengan metode drying
menjemur atau menggunakan ash. Sampel sebanyak 3 g ditimbang
oven.Setelah bahan kering dilakukan pada cawan yang telah diketahui
pengecilan ukuran dengan bobotnya.Lalu diarangkan diatas
menggunakan mesin giling (burr mill). nyala pembakaran dan diabukan
Hasil pengecilan ukuran siap dalam tanur pada suhu 550ºC
digunakan untuk analisis ukuran hingga pengabuan sempurna.Setelah
partikel bahan. itu didinginkan dalam eksikator dan
ditimbang hingga diperoleh bobot
b. Analisis Ukuran Partikel tetap. Perhitungan kadar abu
dilakukan dengan membandingkan
Alat yang digunakan untuk mengukur berat abu dan berat sampel
ukuran partikel adalah vibrator ballmill dikalikan 100%.
dengan nomor mesh/sieve 4, 8, 16, 30,
50, 100, 400. Bahan ditimbang 2) Kadar air total
sebanyak 500 gram dan diletakkan Pengukuran kadar air total
pada bagian paling atas dari sieve, dilakukan dengan metode
kemudian bahan diayak/disaring dan termogravimetri. Sampel sebanyak
bahan yang tertinggal pada masing- 2 g ditimbang pada cawan yang

257 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


telah diketahui bobotnya lalu sulfat pekat padat dan 5 g katalis
dikeringkan pada oven suhu 105ºC (campuran K2SO4 dan CuSO4.5H2O
selama 3 jam. Setelah itu 8:1) lalu dilakukan destruksi (dalam
didinginkan dalam eksikator dan lemari asam) hingga cairan
ditimbang hingga diperoleh bobot berwarna hijau jernih. Setelah
tetap. Perhitungan kadar air dingin laruten tersebut diencerkan
diperoleh dengan membandingkan dengan aquades hingga 100 ml
bobot sampel sebelum dikeringkan dalam labu ukur. Larutan tersebut
dan bobot yang hilang setelah dipipet 10 ml dan dimasukkan ke
dikeringkan dikali 100%. dalam alat distilasi kjeldhal lalu
ditambah 10 ml NaOH 30% yang
3) Kadar lemak total telah dibakukan oleh larutan asam
Pengukuran kadar lemak total oksalat. Distilasi dijalankan selama
dilakukan dengan metode kira-kira 20 menit dan distilatnya
soxhletasi. Sampel ditimbang ditampung dalam Erlenmeyer yang
sebanyak 2 g, lalu dimasukkan ke berisi 25 ml larutan HCl 0,1 N yang
dalam kertas saring yang dialasi telah dibakukan oleh boraks(ujung
kapas. Kertas saring yang berisi kondensor harus tercelup ke dalam
sampel disumbat dengan kapas, lalu larutan HCl). Lalu kelebihan HCl
dikeringkan dalam oven pada suhu dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
tidak lebih dari 80ºC ± 1 jam dan dengan indicator campuran
dimasukkan ke dalam alat sokhlet bromkresol hijau dan metil merah.
yang telah dihubungkan dengan Perhitungaan kadar protein total
labu lemak berisi batu didih yang dilakukan dengan perhitungan:
telah dikeringkan dan telah
% 𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒏𝒊𝒕𝒓𝒐𝒈𝒆𝒏
diketahui bobotnya. Setelah itu,
𝑽𝒂. 𝑵𝒂 − 𝑽𝒃. 𝑵𝒃 𝒙𝟏𝟒𝒙𝟏𝟎𝟎/𝟏𝟎
diekstrak dengan pelarut petroleum = 𝑿𝟏𝟎𝟎%
𝑾
eter selama kurang lebih 6
5) Kadar karbohidrat total
jam.Petroleum eter disulingkan dan
Pengukuran kadar karbohidrat total
ekstrak lemak dikeringkan dalam
dalam sampel dihitung berdasarkan
oven pada suhu 105ºC, lalu
perhitungan (%):%
didinginkan dan ditimbang hingga
karbohidrat=100% -
bobot tetap. Perhitungan kadar
(protein+lemak+abu+air)
lemak dilakukan dengan
membandingkan berat lemak dan
d. Pencetakan Pelet
berat sampel dikali 100%.
Bahan hasil analisis ukuran partikel
4) Kadar protein total
yang sudah dipisahkan ke dalam
Pengukuran kadar protein total
kategori kasar, sedang dan halus
dilakukan dengan metode
digunakan untuk membuat pelet
kjeldhal.Sampel yang telah
ransum lengkap dengan sumber
dihaluskan ditimbang 200-500 mg
hijauan rumput gajah.Adapun
lalu dimasukkan ke dalam labu
tahapannya adalah dengan
kjeldhal. Ditambahkan 10 ml asam

258 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


menambahkan sejumlah air sebanyak Berat Jenis Pelet
5%, 10%, dan 15% dari berat bahan Berat jenis atau berat spesifik
untuk masing-masing kategori merupakan perbandingan antara
sebanyak 3 ulangan.Lakukan massapelet terhadap volumenya.
pengadukan hingga merata pada Sampel bahan dimasukkan ke dalam
masing-masing kategori ukuran gelas ukur 100 ml menggunakan
partikel bahan.Setelah tercampur sendok secara perlahan sampai
dengan merata lakukan pencetakan mencapai volume 30 ml. Gelas ukur
pelet menggunakan mesin cetak yang telah berisi bahan ditimbang.
pelet.Pisahkan masing-masing hasil Selanjutnya sebanyak 50 ml aquades
pencetakan untuk dilakukan pengujian dimasukkan ke dalam gelas ukur
sifat fisik pelet yang terbentuk. tersebut dan lakukan
pengadukan.Pembacaan volume akhir
e. Pengujian dilakukan setelah konstan.Perubahan
volume bahan setelah dicampur
Pengujian yang dilakukan meliputi uji
aquades merupakan volume bahan
kimiawi dan uji fisikawi, meliputi
sesungguhnya.
analisis proksimat dan uji kadar air,
berat jenis, sudut tumpukan, kerapatan
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑎𝑕𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑔)
tumpukan, kerapatan pemadatan 𝐵𝐽 =
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎𝑕𝑎𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 (𝑚𝑙)
tumpukan, dan pelet durability index
dilakukan untuk semua pelet ransum Sudut Tumpukan
lengkap yang dibuat dengan perlakuan Pengukuran sudut tumpukan atau sudut
variasi ukuran partikel bahan penyusun curah dilakukan dengan cara
dan jumlah air yang ditambahkan menjatuhkan bahan pada ketinggian 15
berdasarkan berat bahan. Adapun cm melalui corong pada bidang datar.
masing-masing uji dijelaskan sebagai Kertas manila digunakan sebagai alas
berikut: bidang datar/lantai.Ketinggian
tumpukan bahan harus selalu berada di
Kadar Air (AOAC, 1999) bawah corong.Untuk mengurangi
Kadar air diukur dengan menggunakan pengaruh tekanan dan kecepatan aliran
metode pemanasan.Cawan aluminium bahan, pengukuran bahan dilakukan
ditimbang (x gram).Sampel sebanyak 5 dengan volume tertentu (100 ml) dan
gram (y gram) dimasukkan ke dalam dicurahkan perlahan-lahan pada
cawan aluminium, kemudian dinding corong dengan bantuan sendok
dimasukkan ke dalam oven 105ºC the pada posisi corong tetap, sehingga
selama 24 jam.Setelah itu sampel diusahakan jatuhnya bahan selalu
dalam cawan ditimbang (z gram). konstan. Sudut tumpukan bahan
Kadar air dihitung menggunakan ditentukan dengan mengukur diameter
persamaan : dasar/sebaran bahan (d) dan tinggi
tumpukan (t) saat bahan memantul
𝑥+𝑦−𝑧
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝐴 = 𝑥 100% setelah dijatuhkan.. Besarnya sudut
𝑦
tumpukan dihitung dengan persamaan:

259 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


𝑡 2(𝑡) dihitung dengan menggunakan
𝑡𝑔 𝛼 = =
0.5(𝑑) 𝑑 persamaan:

Kerapatan Tumpukan 𝐾𝑒𝑡𝑎𝑕𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 % =


Kerapatan tumpukan diukur dengan 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎 𝑕 𝑑𝑖𝑗𝑎𝑡𝑢 𝑕𝑘𝑎𝑛
𝑥 100%
cara mencurahkan bahan ke dalam 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑗𝑎𝑡𝑢 𝑕𝑘𝑎𝑛

gelas ukur dengan menggunakan


corong dan sendok teh sampai volume Pelet Durability Index (Fairfield,1994)
100 ml. Gelas ukur yang telah berisi Ketahanan pelet terhadap gesekan
bahan ditimbang. Perhitungan dapat dilakukan dengan metode pfost
kerapatan tumpukan adalah dengan tumbling, yaitu dengan cara
membagi berat bahan dengan volume memasukkan sampel bahan/pelet
ruang yang ditempatinya (g/ml). sebanyak 500 gram ke dalam sebuah
drum yang berputar selama 10 menit
Kerapatan Pemadatan Tumpukan dengan kecepatan 50 rpm, kemudian
Pengukuran kerapatan pemadatan disaring dan pelet yang tertinggal
tumpukan hamper sama dengan dalam saringan ditimbang. Penentuan
kerapatan tumpukan, hanya saja pelet durability index dilakukan
volume bahan dibaca setelah dilakukan dengan membandingkan berat pelet
pemadatan dengan cara menggoyang- setelah diputar dalam tumbler dengan
goyangkan gelas ukur dengan tangan berat pelet awal dikalikan 100%.
selama 10 menit. Satuan kerapatan
pemadatan tumpukan adalah g/ml. Pelaksanaan penelitian karakteristik
sifat fisik pelet ransum lengkap dengan
Ketahanan pelet terhadap benturan sumber hijauan rumput gajah untuk
(Balagapolan et al., 1988) pakan ternak ruminansia digambarkan
Ketahanan pelet terhadap benturan dengan bagan alir seperti tampak pada
diukur dengan cara menjatuhkan pelet Gambar 1.Data yang diperoleh
sebanyak 500 gram secara bersamaan kemudian dianalisa dengan sidik ragam
dari ketinggian 1 meter ke atas sebuah pada taraf 1% dan 5%; dan perbedaan
lempeng besi, kemudian pelet disaring diantara perlakuan dilakukan uji
dengan menggunakan vibrator ball Duncan.
mill dan dilakukan penimbangan.
Ketahanan pelet terhadap benturan

260 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


Ransum Lengkap

Dikeringkan

Pengecilan ukuran

Diayak menggunakan vibrator ball mill


untuk memisahkan partikel bahan
(halus, sedang dan kasar)

Penambahan air Penambahan air Penambahan air


sebanyak 5% dari sebanyak 10% dari sebanyak 15% dari
berat bahan berat bahan berat bahan
ii

Pembentukan pelet

Uji Sifat Fisik


Gambar 1. Bagan alir penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam hal ini,


a) Kategori bahan kasar, bila
4.1 Analisis Ukuran Partikel DK = 4,1 - 7 → ukuran partikel
>1,79-13,33 mm
Alat yang digunakan untuk mengukur
b) Kategori bahan sedang, bila
ukuran partikel adalah vibrator ballmill
DK = 2,1 – 4,1 → ukuran partikel
dengan nomor mesh/sieve 4, 8, 16, 30, 50,
>0,78-1,79 mm
100, 400. Bahan ditimbang sebanyak 500
c) Kategori bahan halus, bila
gram dan diletakkan pada bagian paling
DK = 0 – 2,1 → ukuran partikel 0,1
atas dari sieve, kemudian bahan
– 0,78
diayak/disaring dan bahan yang tertinggal
pada masing-masing sieve ditimbang. Berdasarkan data yang didapat, pada
Derajad kehalusan dihitung dengan cara: perlakuan A (penambahan air sebanyak
𝐷𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑑 𝐾𝑒𝑕𝑎𝑙𝑢𝑠𝑎𝑛 (𝐷𝐾) 5%), derajat kehalusan adalah 5.2 yaitu
(% 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑕𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑕𝑎𝑛 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑖) termasuk katagori kasar dengan ukuran
=
100 partikel 2.8159 mm, pada perlakuan B
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,10414 (2)𝐷𝐾
(penambahan air sebanyak 10%), derajat
kehalusan yang didapat adalah 3.7 yaitu
termasuk katagori sedang dengan ukuran

261 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


partikel 1.4257 mm, sedangkan perlakuan pelet merupakan hasil proses pengolahan
C (penambahan air sebanyak 15%), derajat bahan baku ransum secara mekanik yang
kehalusan yang didapat adalah 3.5, yaitu didukung oleh faktor kadar air, panas dan
termasuk katagori sedang dengan ukuran tekanan. Pemberian pakan bentuk pelet
partikel 1.2757 mm. dapat meningkatkan performa dan konversi
pakan ternak bila dibandingkan dengan
4.2 Analisis Proksimat (SNI 01-2891- pakan bentuk mash (Behnke, 2001).
1992) Kualitas pelet dapat diukur dengan
mengetahui kekerasan pelet (hardness) dan
Pelet adalah ransum yang dibuat dengan
daya tahan pelet dipengaruhi oleh
menggiling bahan baku yang kemudian
penambahan panas yang mempengaruhi
dipadatkan menggunakan die dengan
sifat fisik dan kimia. Kandungan bahan
bentuk, diameter, panjang dan derajat
pakan sebelum pembuatan pellet ransum
kekerasan yang berbeda. (Pond et al, 1995).
lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
McEllhiney (1994) menyatakan bahwa

Tabel 1. Analisis Proksimat Bahan Pakan Sebelum Pembuatan Pelet


No Bahan Kadar Kadar Kadar Kadar Serat Energi Ca P (%)
Pakan Air Protein Lemak Abu Kasar (kkal/kg) (%)
(%) (%) (%) (%) (%)

1. Daun 27.16 3.7 0.2 6.54 0.6 3700 28 12


singkong

2. Tandan 26.07 15.6 6.7 4.2 36.67 5178 0.6 0.84


Kosong
Kelapa
Sawit

3. Dedak 9.6 12.2 0.83 1.3 13.82 2400 0.2 1.0


Halus

4. Kulit Kopi 10.7 9.94 1.97 11.28 18.74 3306 0.6 0.2

5. Rumput 85 10.9 1.8 2.7 32 2951 1.5 0.4


Gajah

6. Bekatul 9.7 10.2 0.9 2.1 1.57 2660 0.09 0.12


kasar

7. Molasis 83 8.5 2.12 11.4 39.94 3047 1.42 0.02

Protein, karbohidrat, dan air merupakan tubuh yang rusak. Pada penelitian ini
kandungan utama dalam bahan pangan. didapat kadar protein pellet ransum lengkap
Protein dibutuhkan terutama untuk dengan sumber hijauan rumput gajah
pertumbuhan dan memperbaiki jaringan (Pennisetum purpureum) pada perlakuan

262 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


penambahan air sebanyak 5% dari bahan penambahan air sebanyak 15% (C) rata rata
(A) rata rata adalah 10.3%, perlakuan adalah 09.8%. Kadar protein dari ketiga
penambahan air sebanyak 10% dari bahan perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.
(B) rata rata adalah 10.3%, dan perlakuan

Tabel 2. Analisis Proksimat Kadar Protein (%) Pelet Ransum Lengkap dengan
Sumber Hijauan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Perlakuan I II III Rata-rata

A 10.4 10.3 10.1 10.3

B 10.5 10.2 10.3 10.3

C 09.5 09.8 10.1 09.8

Karbohidrat dan lemak merupakan sumber lemak yang menyusunnya. Sebagian besar
energi dalam aktivitas tubuh manusia, minyak nabati berbentuk cair karena
sedangkan garam-garam mineral dan mengandung sejumlah asam lemak tidak
vitamin juga merupakan faktor penting jenuh, sedangkan lemak hewani pada
dalam kelangsungan hidup (Winarno umumnya berbentuk padat pada suhu
1997). Lemak yang dioksidasi secara kamar karena banyak mengandung asam
sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3 lemak jenuh. 4,2 kalori/g (Sediatama 1987).
kalori/g lemak, sedangkan protein dan Penelitian ini didapat kadar lemak pelet
karbohidrat masing-masing menghasilkan ransum lengkap dengan sumber hijauan
4,1 dan Minyak dan lemak terdiri atas rumput gajah (Pennisetum purpureum)
trigliserida campuran, yang merupakan pada perlakuan penambahan air sebanyak
ester dari gliserol dan asam lemak rantai 5% dari bahan (A) rata rata adalah 1.5%,
panjang. Minyak dan lemak dapat diperoleh perlakuan penambahan air sebanyak 10%
dari hewan maupun tumbuhan. Minyak dari bahan (B) rata rata adalah 1.6%, dan
nabati terdapat dalam buahbuahan, kacang- perlakuan penambahan air sebanyak 15%
kacangan, biji-bijian, akar tanaman, dan (C) rata rata adalah 1.5%. Kadar lemak dari
sayuran. Trigliserida dapat berwujud padat ketiga perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.
atau cair, bergantung pada komposisi asam

263 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


Tabel 3. Analisis Proksimat Kadar Lemak (%) Pelet Ransum Lengkap dengan
Sumber Hijauan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Perlakuan I II III Rata-rata

A 1.6 1.5 1.5 1.5

B 1.5 1.7 1.6 1.6

C 1.5 1.6 1.5 1.5

Kacang-kacangan (Leguminoceae) adalah 62.8%, dan perlakuan penambahan


merupakan bahan pangan yang kaya akan air sebanyak 15% (C) rata rata adalah
protein dan lemak. Agar asam-asam lemak 62.3%.
dalam kacang-kacangan dapat ditentukan,
terlebih dahulu dilakukan ekstraksi minyak Menurut Siregar (1989) rata-rata
dan lemak antara lain ekstraksi dengan kandungan zat gizi kadar air rumput gajah
pelarut (solvent extraction) menggunakan (Pennisetum purpureum) adalah 82.5% hal
heksan dan seperangkat soklet. Selanjutnya ini sesuai dengan rata-rata perlakuan
dilakukan esterifikasi untuk mengubah penelitian pembuatan pellet rumput gajah
asam-asam lemak trigliserida menjadi (Pennisetum purpureum). Kadar air akan
bentuk ester. Pengubahan bentuk ini berpengaruh pada kadar bahan kering
dilakukan untuk mengubah bahan yang pakan. Peningkatan bahan kering terjadi
nonvolatil menjadi volatil. Untuk karena semakin rendahnya kadar air pada
menentukan jenis asam lemaknya dapat rumput gajah yang digunakan. Hal ini
digunakan kromatografi gas. Pemisahan sesuai dengan pendapat Chuzaemi dan
akan terjadi untuk setiap komponen asam Hartutik (1998) yang menyatakan bahwa
lemak yang terdapat pada kacang-kacangan bahan pakan dibagi menjadi air dan bahan
mengikuti ukuran panjang rantai asam kering. Jika kandungan air dalam bahan
lemak, dari yang terkecil sampai yang tinggi maka bahan kering yang terkandung
terbesar yang dibawa oleh fase gerak yang dalam bahan tersebut rendah dan begitu
digunakan (H2,N2, dan O2). Pemisahan ini pula sebaliknya. Rendahnya kandungan air
disebut sizeexclution chromatography. dalam bahan pakan menyebabkan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui terhambatnya proses metabolisme
komposisi kimia beberapa komoditas tumbuhan sehingga banyak karbohidrat
kacang kacangan. terlarut yang masih tertinggal. Karbohidrat
terlarut dalam bahan yang masih tertinggal
Pada penelitian ini didapat kadar dimanfaatkan oleh mikroorganisme
karbohidrat pelet ransum lengkap dengan (perkembangbiakan mikroba) untuk proses
sumber hijauan rumput gajah (Pennisetum fermentasi ataupun proses metabolism
purpureum) pada perlakuan penambahan selanjutnya. Pada penelitian ini didapat
air sebanyak 5% dari bahan (A) rata rata kadar air pelet ransum lengkap dengan
adalah 61.0%, perlakuan penambahan air sumber hijauan rumput gajah (Pennisetum
sebanyak 10% dari bahan (B) rata rata purpureum) pada perlakuan penambahan

264 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


air sebanyak 5% dari bahan (A) rata rata air sebanyak 15% (C) rata rata adalah
adalah 15.7%, perlakuan penambahan air 62.3%. Kadar air dari ketiga perlakuan
sebanyak 10% dari bahan (B) rata rata dapat dilihat pada tabel 4.
adalah 14.1%, dan perlakuan penambahan

Tabel 4. Analisis Proksimat Kadar Air (%) Pelet Ransum Lengkap denganSumber
Hijauan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Perlakuan I II III Rata-rata

A 15.1 16.7 15.2 15.7

B 13.5 14.3 14.4 14.1

C 15.3 14.7 14.5 14.8

Menurut Siregar (1989) rata-rata tumbuhan sehingga banyak karbohidrat


kandungan zat gizi kadar abu rumput gajah terlarut yang masih tertinggal. Karbohidrat
(Pennisetum purpureum) adalah 15.96% terlarut dalam bahan yang masih tertinggal
hal ini sesuai dengan rata-rata perlakuan dimanfaatkan oleh mikroorganisme
penelitian pembuatan pellet rumput gajah (perkembangbiakan mikroba) untuk proses
(Pennisetum purpureum). Kadar air akan fermentasi ataupun proses metabolism
berpengaruh pada kadar bahan kering selanjutnya.
pakan. Peningkatan bahan kering terjadi
karena semakin rendahnya kadar air pada Pada penelitian ini didapat kadar abu pelet
rumput gajah yang digunakan. Hal ini ransum lengkap dengan sumber hijauan
sesuai dengan pendapat Chuzaemi dan rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Hartutik (1998) yang menyatakan bahwa pada perlakuan penambahan air sebanyak
bahan pakan dibagi menjadi air dan bahan 5% dari bahan (A) rata rata adalah 11.5%,
kering. Jika kandungan air dalam bahan perlakuan penambahan air sebanyak 10%
tinggi maka bahan kering yang terkandung dari bahan (B) rata rata adalah 11.2%, dan
dalam bahan tersebut rendah dan begitu perlakuan penambahan air sebanyak 15%
pula sebaliknya. Rendahnya kandungan air (C) rata rata adalah 11.6%. Kadar air dari
dalam bahan pakan menyebabkan ketiga perlakuan dapat dilihat pada tabel 5.
terhambatnya proses metabolisme

Tabel 5. Analisis Proksimat Kadar Abu (%) Pelet Ransum Lengkap dengan
Sumber Hijauan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).
Perlakuan I II III Rata-rata

A 12.5 11.1 10.9 11.5

B 11.8 10.7 11.2 11.2

C 12.3 11.9 10.7 11.6

265 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


Pellet durability index (PDI) merupakan kadar PDI pelet ransum lengkap dengan
salah satu tolak ukur kualitas pellet secara sumber hijauan rumput gajah (Pennisetum
fisik dengan semakin tinggi persentase PDI purpureum) pada perlakuan penambahan
yang didapat berarti kekuatan suatu bahan air sebanyak 5% dari bahan (A) rata rata
yang dibuat dalam bentuk pellet akan adalah 97%, perlakuan penambahan air
terjamin kualitas dalam hal kekerasan dan sebanyak 10% dari bahan (B) rata rata
daya tahan dan simpan pakan tersebut, adalah 100%, dan perlakuan penambahan
terutama dalam hal transportasi dan air sebanyak 15% (C) rata rata adalah
kemasan pellet rumput gajah (Pennisetum 100%. Kadar PDI dari ketiga perlakuan
purpureum). Pada penelitian ini didapat dapat dilihat pada tabel 4.

101
100
99
persentase

98
97
96
95
A B C

Gambar 2. Persentase PDI (Pelleting Durating Index) dari berbagai perlakuan

KESIMPULAN perlakuan penambahan air 10% dari bahan


(B), sedangkan PDI tertinggi (100%)
Berdasarkan penelitian ini dapat didapat pada perlakuan penambahan air
disimpulkan bahwa kandungan protein, 10% dari bahan (B) dan perlakuan
lemak, karbohidrat, kadar air, dan kadar penambahan air 15% dari bahan (C).
abu dari ketiga perlakuan tidak berbeda
nyata. Uji lanjut dengan beda nyata terkecil DAFTAR PUSTAKA
(BNT) pada taraf 5% menunjukkan bahwa
perlakuan tidak berbeda nyata terhadap Aarseth, K.A.,and Presløkken.2003.
persentase kandungan zat gizi pada proses Mechanical properties of feed pelets:
pembuatan pellet ransum lengkap dengan Weibull analysis. Bio systems
Engineering,84,349-361.
sumber hijauan rumput gajah (Pennisetum
purpureum). Kadar protein tertinggi AarsethKA.2004.Attrition of feedpelets
(10.3%) didapat pada perlakuan during pneumatic conveying : the
penambahan air 5% dari bahan (A) dan influence of velocity and bend
perlakuan penambahan air 10% dari bahan radius. Bio systems Engineering, 89,
(B). Kadar lemak tertinggi (1.6%) didapat 197-213.
pada perlakuan penambahan air 10% dari
Akbar, S.A. 2007. Pemanfaatan Tandan
bahan (B). Kadar karbohidrat tertinggi
Kosong Sawit Fermentasi yang
(62.8%) di dapat pada perlakuan Dikombinasikan dengan Defaunasi
penambahan air 10% dari bahan (B). dan Protein by pass Rumen terhadap
Kadar air terendah (14.1%) didapat pada Performansi Ternak Domba. J.

266 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03


Indon.Trop.Anim.Agric. 32[2] June Pakan Alternatif.Membangun
2007, 80-85. Ekonomi Kerakyatan dengan
Semangat Kemitraan. Balai
Balagopalan, C. , G. Padmaja, S. K.Nanda, Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
S. N. Moorthy. 1988. Cassava in Timur, Malang.
Food, Feed and Industry. Florida,
IRC Press. Hartadi, H. , S. Reksohadiprojo, dan A.D
Blakely J., and David H. Blade. 1991. Ilmu Tilman. 1990. Tabel Komposisi
Peternakan. Gadjah Mada University Pakan untuk Indoneaia. UGM Press,
Press.Yogyakarta. Yogyakarta.

Farfield, D. 1994. Pelleting Cost Center in Kling dan W. Wohlbier. 1983.


Feed Manufacturing Technology IV. Handelsfuttrmittel, Band 2A. Verlag
American Feed Industry Association Eugen Ulmer, Stuttgart.
Inc., Arlington.
Tomas Mand vander Poel AFB. 1996.
Hardianto, R., Didiek Wahyono, Gatot Physical quality of peltedanima feed
Kartono, dan Sentot Sumarsono. I. Criteria for pelet quality.Animal
2001. Mewujudkan Kehidupan Petani Feed and Science and
yang Lebih Baik melalui Aplikasi Technology,61,89-112.
Teknologi Complete Feed sebagai

267 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.04 NO. 03

Anda mungkin juga menyukai