Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

INTEGRATED PEST MANAGEMENT DI INDONESIA DAN KAITANNYA DENGAN


VISI UIN

Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Pengelolaan Hama dan Penyakit
Terpadu

Dosen Pengampu: Salamet Ginandjar, Dr. Ir., H., MM., M.Kom

Disusun oleh:

Kelompok

Anggota: 1. Alfi Muntafi Ilma (1167060005)

2. Filza Nabila Husna (1167060025)

3. Lisnawati (1167060035)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat rabbi yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah “Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu”
yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami dengan judul “Integrated Pest Management
di Indonesia dan Kaitannya dengan Visi UIN” sehingga kami dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan. Dan tidak lupa kepada teman teman yang telah memberikan motivasi dan seluruh
lapisan yang telah membantu akan lancarnya makalah ini.

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan,
oleh sebab itu kami harapkan kritik dan sarannya, sebagaimana ungkapan “tidak ada gading yang
tak retak” mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi kita semua
umumnya.

Bandung, 9 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
BAB III......................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................... 14
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Konsep PHPT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan


pengendalian hama secara konvensional yang sangat utama dalam menggunakan pestisida
yang mengakibatkan penggunaan pestisida oleh petani yang tidak tepat dan berlebihan. Konsep
pengelolaan hama dan tanaman sangat selaras dengan pertanian berkelanjutan, yaitu pertanian
yang memenuhi kebutuhan kini tanpa berdampak negative atas sumber daya fisik yang ada
sehingga tidak membahayakan kapasitas dan potensi pertanian masa depan untuk memuaskan
aspirasi kebendaan dan lingkungan mendatang.

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung merupakan salahsatu


Perguruan Tinggi Keagaman Islam Negeri yang memiliki Visi yaitu Menjadi Universitas Islam
Negeri yang unggul dan kompetitif berbasis wahyu memandu ilmu dalam bingkai akhlak
karimah di ASEAN tahun 2025. Dari Visi tersebut, terdapat poin “Unggul dan Kompetitif
Berbasis Wahyu Memandu Ilmu” serta poin “dalam Bingkai Akhlaq Karimah”. Dua poin
tersebut menjadi parameter tercapainya Visi UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut.

Di Indonesia, telah banyak dilakukan teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu.
Visi Misi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dianggap memiliki kaitan dengan Pengelolaan
hama dan Penyakit Terpadu di Indonesia. maka, dalam makalah ini telah disajikan materi
tentang Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu dan kaitannya dengan Visi UIN Sunan
Gunung Djati Bandung.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Dalil Al-Quran tentang Integrated Pest Management”
1.2.2 Bagaimana Konsep Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu?
1.2.3 Apa saja Visi dan Misi UIN Sunan Gunung Djati Bandung?
1.2.4 Bagaimana kaitan Visi Misi UIN Sunan Gunung Djati Bandung?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dalil Al-Quran tentang Integrated Pest Management
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana Konsep Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu

1
1.3.3 Untuk mengetahui siapa saja, Visi dan Misi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana kaitan Visi Misi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Dalil Al-Quran tentang Integrated Pest Management
Qur’an Surat Al-Hajj ayat 73

Artinya: Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah!


Sesungguhnya, segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan
seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat
itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya
kembalidari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dann yang disembah.
Qur’an Surat Al-Araf ayat 133

Artinya: Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak, dan darah (air
minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka
tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.

Visi UIN SGD Bandung:

Menjadi Universitas Islam Negeri yang unggul dan kompetitif berbasis wahyu memandu
ilmu dalam bingkai alkhlak karimah di ASEAN tahun 2025.

1.2 Definisi Judul


- Pengelolaan (Management)

3
KBBI : Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan dan pencapaian tujuan
Webster : the act or art of managing
Oxford : The process of dealing with controlling things or people
- Hama (Pest)
KBBI : Hewan yang mengganggu produksi pertanian seperti babi hutan, tupai
tikus terutama serangga; biang keladi kerusakan
Webster : an apidemic disease associated with high mortality; something
resembling a pest in destructiveness
Oxford : a destructive insect or other animal that attacks crop, food, livestock
- Terpadu (Integrated)
KBBI : Sudah dipadu (disatukan, dilebut menjadi satu dan sebagainya)
Webster : marked by the unified control of all aspects of production from raw
materials through distribution of finished products

1.3 Konsep Dasar Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

PHT adalah suatu sistem pengendalian hama dalam konteks hubungan antara dinamika
populasi dan lingkungan suatu jenis hama, menggunakan berbagai teknik yang kompatibel
untuk menjaga agar populasi hama tetap berada di bawah ambang kerusakan ekonomi. Dalam
konsep PHT, pengendalian hama berorientasi kepada stabilitas ekosistem dan efisiensi
ekonomi serta sosial. Dengan demikian, pengendalian hama dan penyakit harus
memperhatikan keadaan populasi hama atau patogen dalam keadaan dinamik fluktuasi
disekitar kedudukan kesimbangan umum dan semua biaya pengendalian harus mendatangkan
keuntungan ekonomi yang maksimal. (Arifin dan Agus, 1993) dalam Untung (2001).
Di Indonesia, konsep PHT mulai dimasukkan dalam GBHN III, dan diperkuat dengan
Keputusan Presiden No. 3 tahun 1986 dan undang undang No. 12/1992 tentang sistem
budidaya tanaman, dan dijabarkan dalam paket Supra Insus, PHT menjadi jurus yang
dianjurkan. (Arifin dan Iqbal, 1993; Baco, 1993; Soegiarto,et, al.1993 dalam Ida Nyoman Oka.
2005). Adapun tujuan PHT adalah meningkatkan pendapatan petani, memantapkan
produktifitas pertanian, mempertahankan populasi hama tetap pada taraf yang tidak merugikan
tanaman, dan mempertahankan stabilitas ekosistem pertanian.

4
Di Indonesia, PHT sudah didukung oleh beberapa kebijakan pemerintah seperti UU no.
12 tahun1992 tentang budidaya tanaman, Inpres no.3/1986 mengenai larangan penggunaan 57
jenis pestisida, kebijakan pengurangan subsidi pestisida yang dilakukan secara bertahap
sampai penghapusan keseluruhan subsidi pada tahun 1989, dan PP no. 6 tahun 1995 tentang
perlindungan tanaman. Selanjutnya, tahun 1996 keluar keputusan bersama antara Menteri
Kesehatan dan Menteri Pertanian tentang Batas Maksimum Residu serta UU no.7 tahun 1996
tentang pangan.
Selanjutnya, Untung (1997) menyatakan, bahwa PHT memiliki beberapa prinsip yang
khas, yaitu: (a) sasaran PHT bukan eradikasi atau pemusnahan hama tetapi pembatasan atau
pengendalian populasi hama sehingga tidak merugikan, (b) PHT merupakan pendekatan
holistic maka penerapannya harus mengikutsertakan berbagai disiplin ilmu dan sector
pembangunan sehingga diperoleh rekomendasi yang optimal, (c) PHT selalu
mempertimbangkan dinamika ekosistem dan variasi keadaan sosial masyarakat maka
rekomendasi PHT untuk pengendalian hama tertentu juga akan sangat bervariasi dan lentur,
(d) PHT lebih mendahulukan proses pengendalian yang berjalan secara alami (non-pestisida),
yaitu teknik bercocok tanam dan pemanfaatan musuh alami seperti parasit, predator, dan
patogen hama. Penggunaan pestisida harus dilakukan secara bijaksana dan hanya dilakukan
apabila pengendalian lainnya masih tidak mampu menurunkan populasi hama, dan (e) program
pemantauan atau pengamatan biologis dan lingkugan sangat mutlak dalam PHT karena melalui
pemantauan petani dapat mengetahui keadaan agro-ekosistem sawah pada suatu saat dan
tempat tertentu, menganalisis untuk memilih tindakan pengelolaan tanaman yang benar.
Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan jika populasi hama atau intensitas
kerusakan akibat penyakit telah memperlihatkan akan terjadi kerugian dalam usaha pertanian.
Penggunaan pestisida merupakan komponen pengendalian yang dilakukan, jika; (a) populasi
hama telah meninggalkan populasi musuh alami, sehingga tidak mampu dalam waktu singkat
menekan populasi hama, (b) komponen-komponen pengendalian lainnya tidak dapat berfungsi
secara baik, dan (c) keadaan populasi hama telah berada di atas Ambang Ekonomi (AE), yaitu
batas populasi hama telah menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada biaya
pengendalian (Soejitno dan Edi, 1993).
2.4.Visi Misi UIN Sunan Gunung Djati dan Penjelasannya
VISI

5
Menjadi Universitas Islam Negeri yang unggul dan kompetitif berbasis wahyu
memandu ilmu dalam bingkai akhlak karimah di ASEAN tahun 2025.
MISI
1. Menyelenggarakan dan mengelola pendidikan tinggi yang profesional, akuntabel, dan
berdaya saing di tingkat nasional dan ASEAN dalam rangka memperkuat
pembangunan Nasional.
2. Menyelenggarakan proses pembelajaran, penelitian dan kajian ilmiah dengan bingkai
akhlak karimah berbasis wahyu memandu ilmu untuk mengembangkan pengetahuan
dan teknologi.
3. Menyelenggarakan pengabdian untuk mengembangkan dan memberdayakan
masyarakat menuju tatanan masyarakat madani yang demokratis dan berkeadilan.
4. Menyelenggarakan tri darma perguruan tinggi yang berorientasi pada pembentukan
jiwa entrepreneurship di kalangan civitas akademika. Posted in
Di dalam Visi UIN Sunan Gunung Djati Bandung terdapat beberapa poin utama
yang menjadi tumpuan. Poin pertama yaitu unggul dan kompetitif berbasis wahyu
memandu ilmu. Di lingkungan civitas akademika UIN Bandung, membicarakan
“Paradigma wahyu memandu ilmu” sontak mengingatkan kepada sosok Prof. Dr. H. Nanat
Fatah Natsir,MS, mantan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung selama dua periode
ini (2003-2007 dan 2007-2011). Dia berusaha memadukan ilmu agama dan ilmu umum
yang selama ini dikotomis. Dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
seraya berkata: Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka” (QS. Ali Imran : 190-19 1). “Dan
Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya menyembah-Ku” (QS. Adz
Zariyat : 56), harus menjadi pedoman bagi orang-orang yang berakal dalam mengamati
dan menganalisis fenomena alam beserta isinya sebagai ciptaan Allah untuk dimanfaatkan
oleh manusia sekaligus dijadikan sebagai media untuk mengabdi kepada-Nya.
Dalam upaya integrasi ilmu agama dan ilmu umum UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, Prof Nanat mengilustrasikannya dalam “filosofi atau metafora RODA” berikut

6
ini: Ilustrasi filosofi RODA ini menandakan adanya titik-titik persentuhan, antara ilmu dan
agama. Artinya, pada titik-titik persentuhan itu, kita dapat membangun juga kemungkinan
melakukan integrasi keduanya. Bagaimana pula dengan pandangan mengenai ilmu. Dalam
teori ilmu (theory of knowledge), suatu pembagian yang amat populer untuk memahami
ilmu adalah pembagian bahasan secara ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Maka lokus
pandangan keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang utuh itu dibingkai dalam
metafora sebuah roda. Roda adalah simbol dinamika dunia ilmu yang memiliki daya
berputar pada porosnya dan berjalan melewati relung permukaan bumi. Roda adalah bagian
yang esensial dari sebuah makna kekuatan yang berfungsi penopang beban dari suatu
kendaraan yang bergerak dinamis.
Fungsi roda dalam sebuah kendaraan ini diibaratkan fungsi UIN Bandung pada
masa mendatang yang mampu menjadi sarana dalam integrasi antara ilmu dan agama
dalam konstalasi perkembangan budaya, tradisi, teknologi dan pembangunan bangsa
sebagai tanggungjawab yang diembannya. Kekuatan roda keilmuan UIN Bandung ini
dapat memacu kreativitas untuk melihat kitab suci sebagai sumber ilham keilmuan yang
relevan dengan bidang kehidupan secara dinamis. Karenanya, agar ilmu dan agama mampu
selalu mentransendesi dirinya dalam upaya memajukan keluhuran budaya, kelestarian
tradisi, penguasaan teknologi dan pembangunan bangsa seiring dengan perubahan global
dalam kerangka memenuhi kepentingan kognitif dan praktis dari keduanya.
Metafora roda sebagai komponen vital sebuah kendaraan melambangkan kesatuan
utuh dan unsur-unsur yang paralel saling menguatkan dan menserasikan. Secara fisik
sebuah roda adalah bagian as (poros), velg (dengan jari-jannya) dan ban luar (ban karet).
Tiga bagian ini bekerja simultan dalam kesatuan yang harmonis, yakni tata kerja roda.
Fungsi roda sebagai penopang beban memiliki cara kerja yang unik yang paralel saling
menguatkan dan menserasikan. Ketika roda itu berputar, maka komponen-komponen yang
melekat padanya ikut bekerja sesuai dengan fungsinya. Jika dihampiri ilustrasi itu antara
ilmu dan agama dengan berbagai cara pendekatan dan pandangan, tampak tidak saling
menafikan, melainkan bisa saling mengoreksi dan memperkaya. Metafora filosofi
pengembangan sistem kerja dan semangat akademik UIN Sunan Gunung Djati Bandung di
masa depan mengacu pada rincian “Filosofi Roda” ini sebagai berikut :

7
Pertama, as atau poros roda melambangkan titik sentral kekuatan akal budi
manusia yang bersumber dan nilai-nilai ilahiyah, yaitu Allah sebagai sumber dari segala
sumber. Titik sentral ini mencerminkan pusat pancaran nilai-nilai keutamaan yang berasal
dari pemilik-Nya (Allah Swt), sekaligus titik tujuan seluruh ikhtiar manusia. Dengan kata
lain tauhidullah sebagai pondasi pengembangan seluruh ilmu. Sebab itu, ibarat gaya
sentrifugal (gaya dari dalam menuju luar) yang terdapat dalam putaran roda, pancaran
semangat inilah yang di isi nilai-nilai ilahiyah menjadi sumbu kekuatan utama dalam
proses integrasi keilmuan UIN. Dari titik inilah paradigma keilmuan UIN berasal,
meskipun dalam perkembangannya dalam dunia ilmu ternyata tak sepenuhnya ditentukan
oleh argumentasi-argumentasi logis, tetapi banyak pula dipengaruhi unsur sosiologis dan
psikologis dengan menampakkan keragaman bentuk yang berbeda dan problematik.
Poros roda melambangkan titik inti pencapaian tujuan akhir. Ibarat gaya sentripetal
(gaya dari luar menuju dalam) pada sebuah roda yang berputar, mencerminkan identitas
keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang dinamik pada derajat kedalaman
tertentu merupakan hasil pengujian dengan kebenaran hakikinya yang lebih komprehensif
dan menyentuh inti kehidupan yang bersumberkan pada nilai-nilai ilahiyah. Kurikulum
yang dikembangkan ke arah penemuan (invention) dan pewarisan (discovery) khazanah
keislaman merupakan hakikat ilmu pengetahuan dalam upaya integrasi keilmuan UIN
Sunan Gunung Djati Bandung. Karena itu, poros roda melambangkan titik awal sekaligus
titik akhir dari upaya integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Proses
integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengedepankan corak nalar
rasional dalam menggali khazanah ilmu pengetahuan Islam yang bersumber langsung dan
wahyu untuk menciptakan hasil kreasi ilmu Islami yang kontemporer, dan corak berfikir
kritis dan selektif terhadap ilmu pengetahuan kontemporer yang berkembang untuk
menemukan benang emas ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-nilai yang Islami.
Dengan demikian ayat-ayat qur’aniyyah dan ayat-ayat kawniyyah sebagai sumber ilmu
yang terintegrasi dan holistik yang kedua-duanya bersumber dari Allah Swt sebagai sumber
segala sumber kebenaran yang sejati. Dua corak ini ditamsilkan sebagai gaya dalam
putaran sebuah roda yang berasal dari dan menuju ke porosnya.
Kedua, velg roda yang terdiri dari sejumlah jari-jari, lingkaran bagian dalam dan
lingkaran luar melambangkan rumpun ilmu dengan beragam jenis disiplin yang

8
berkembang saat ini. Setiap ilmu memiliki karakteristiknya masing-masing yang
memudahkan kita untuk membedakan satu dengan yang lainnya. Tetapi dalam perbedaan
itu terdapat fungsi yang sama, yakni ilmu sebagai alat untuk memahami hakikat hidup.
Selain itu, semua ilmu memiliki fungsi serupa dalam wilayah empirik dan alat untuk
memahami realitas kehidupan. Oleh karena itu, walaupun bermacam-macam disiplin ilmu
tidak menunjukan keterpisahan, tetapi hanya pengklasifikasian ilmu saja sebab hakekatnya
sumber ilmu semua dari Allah Swt.
Metafora velg roda dengan berbagai komponennya persis seperti ciri dan fungsi
ilmu tadi. Jari-jari roda ibarat sejumlah disiplin ilmu yang menopang hakekat hidup yang
berada pada lingkaran bagian dalam kehidupan kita. Begitu juga, kajian dalam beragam
disiplin ilmu dapat menyentuh kehidupan nyata yang berada pada lingkaran luar kehidupan
manusia dan alam semesta. Karenanya, ilmu -baik yang berkembang dari ayat-ayat
Kawniyyah maupun Qur’aniyyah- berada dalam satu kepemilikan, yakni milik Allah Swt,
bersumber dari kehendak-Nya dan dimanfaatkan manusia sebagai fasilitas hidupnya.
Metafora velg ini mencerminkan sikap optimisme bahwa integrasi keilmuan UIN
Sunan Gunung Djati Bandung sangat relevan dengan hakikat keterkaitan dan keterikatan
ilmu. Ilmu pengetahuan yang satu dengan yang lainnya bekerja sama secara simultan dan
holistik guna meno-pang tantangan perkembangan zaman. Disparitas perbedaan dalam
satuan wilayah keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang beraneka warna
(colorful) dibanding perguruan tinggi lain yang hanya mengungkap ayat-ayat kawniyyah
tidak lagi menjadi bagian dikhotomis dalam implementasi proses pendidikannya.
Selain itu, harapan dan optimisme yang tersirat dalam metapora velg sebuah roda
tercermin dari dinamika velg yang berputar. Putaran ini melambangkan bahwa setiap ilmu
yang dikembangkan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung selalu memperluas cakrawala
cakupannya. Ilmu-ilmu itu tidak berhenti pada prestasinya yang telah dicapai saat ini, tetapi
secara terus menerus melakukan pembaharuan pada dirinya sesuai dengan perkembangan
zaman. Dinamika inilah merupakan titik singgung atau arsiran antar ilmu yang dapat
ditemukan secara jelas. Ibarat pergeseran posisi sebuah jari-jari roda yang menyentuh area
tempat putaran jari-jari lainnya, ilmu yang satu akan saling mengisi dengan ilmu lainnya
atau korelasi.

9
Ketiga, ban luar yang terbuat dari karet melambangkan realitas kehidupan yang
tidak terpisahkan dari semangat nilai-nilai ilahiyah dan gairah kajian ilmu. Pada sisi luar
ban ini dilambangkan tiga istilah, yaitu iman, ilmu dan amal shaleh sebagai cita-cita luhur
yang menjadi target akhir dari profil lulusan UIN. Kekuatan iman berfungsi sebagai
jangkar yang dipancang kokoh dalam setiap pribadi lulusan UIN Sunan Gunung Djati
Bandung. Kekuatan iman ditanamkan melalui suatu upaya pendidikan yang komplementer,
mencakup berbagai ikhtiar untuk membangun situasi kampus yang ilmiah dan religius.
Kekuatan ilmu merupakan basis yang dimiliki UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang
mencerminkan dinamika kampus sebagai zona pergumulan para ilmuwan dan
cendekiawan yang dapat tumbuh subur dengan menaruh harapan besar pada
pengembangan ilmu pengetahuan yang melahirkan generasi ‘aliman. Indikator kesuburan
ilmu pada lulusan tidak hanya diukur oleh ciri-ciri kecerdasan nalar, tetapi juga oleh
komitmen dalam menggunakan ilmu sebagai pembimbing tingkah laku yang memiliki al-
akhlak al-karimah.
Sedangkan amal shaleh sebagai wujud perilaku yang terbimbing oleh iman dan
ilmu. Seperti halnya iman, ilmu, dan amal shaleh merupakan buah dan proses pendidikan
yang dibangun di atas konsep integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung
dengan kekuatan energi yang terpancar dari nilai-nilai Ilahi. Amal shaleh para lulusan
benar-benar mencitrakan ketauladanan dan dampak yang luas bagi masyarakat yang
membutuhkannya. Ibarat sisi luar ban yang menempel pada permu-kaan bumi, amal shaleh
ini akan benar-benar teruji dalam realitas kehidupan nyata.
Dasar pembidangan ilmu yang dikembangkan oleh UIN Sunan Gunung Djati
Bandung nantinya berorientasi pada usaha memadukan pertama, hubungan organis semua
disiplin ilmu pada suatu landasan keislaman; kedua, hubungan yang integral diantara
semua disiplin ilmu; ketiga, saling keterkaitan secara holistik semua disiplin ilmu untuk
mencapai tujuan umum pendidikan nasional; keempat, keutamaan ilmu pengetahuan yang
disampaikan berdasarkan ayat ayat qur’aniyyah dan kawniyyah menjadi landasan
pandangan hidup yang menyatu dalam satu tarikan nafas keilmuan dan keislaman; kelima,
kesatuan pengetahuan yang diproses dan cara pencapaiannya dikembangkan secara ilmiah
akademis; keenam, pengintegrasian wawasan keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan
dalam spesialisasi dan disiplin ilmu menjadi dasar bagi seluruh pengembangan disiplin

10
akademis. Semua itu diabadikan untuk kesejahteraan manusia secara bersama-sama yang
merupakan tiga komponen utama dari peneguhan iman, ilmu, dan amal shaleh. Dengan
ungkapan lain, implementasi proses belajar mengajar pada UIN Sunan Gunung Djati
Bandung dapat menghasilkan kualifikasi sarjana yang memiliki keagungan al-Akhlak al-
Karimah, kearifan spiritual, keluasan ilmu, dan kematangan Profesional. Bila metafora
roda dalam keilmuan UIN dilihat dari satu aspek mata kuliah seperti yang digambarkan
Amin abdullah (2004), maka dapat digambarkan segitiga berikut:
Setelah kita melihat kedua gambar di atas, sebagaimana juga UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, baik RODA maupun MATA KULIAH, kita melihat kemungkinan titik temu
antara keduanya. Nantinya lewat temuan-temuan terbarunya, ilmu dapat merangsang
agama untuk senantiasa tanggap memikirkan ulang keyakinan¬keyakinannya secara baru
dan dengan begitu menghindarkan agama itu sendiri dari bahaya stagnasi dan pengaratan.
Di samping temuan-temuan Iptek pun dapat memberi peluang baru bagi agama untuk
makin mewujudkan konsep-konsepnya secara nyata, di sini letaknya peran wahyu
memandu ilmu.
Pada dasarnya, ilmu pengetahuan manusia secara umum hanya dapat dikategorikan
menjadi tiga wilayah pokok: Natural Sciences, Social Sciences, dan Humanities. Oleh
karenanya, untuk pemberian sebuah universitas, Departemen Pendidikan Nasional
mensyaratkan dipenuhi-nya 6 program studi umum dan 4 program studi sosial. Persyaratan
ini bagus, tetapi para ilmuwan sekarang mengeluh tentang output yang dihasilkan oleh
model pendidikan universitas yang berpola demikian. Sama halnya keluhan orang terhadap
alumni perguruan tinggi agama yang hanya mengetahui soal-soal normatif doktrinal
agama, tetapi kesulitan memahami empirisasi agama sendiri, lebih-lebih empirisasi agama
orang lain, maka UIN sebagai jawabannya yang tepat.
Itulah pokok-pokok fikiran seorang tokoh dan cendekiawan Muslim, Prof. Dr. H.
Nanat Fatah Natsir, Ms.,Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan mantan Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung dua Periode (dari 2003 s.d.
2011),, yang sekarang ini menjabat sebagai Presedium Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI) dan staf ahli Menteri Agama.
Poin kedua yaitu “dalam bingkai Akhlak Karimah. Perkataan Akhlak berasal dari
bahasa arab yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku (tabiat) adat kebiasaan.

11
Karimah artinya mulia, terpuji, baik. Jadi, akhlaqul karimah ialah budi pekerti atau
perangai yang mulia. Akhlak adalah tingkah laku makhluk yang diridhai Allah SWT, maka
akhlak adalah bentuk perilaku makhluk dalam berhubungan baik kepada khaliknya atau
kepada sesama. Sesungguhnya semua akhlak telah dituliskan dalam Al Qur’an dan Hadist
baik yang terpuji maupun tercela. Semuanya telah tertulis jelas di Qur’an dan Hadist dan
semuanya mempunyai balasan tersendiri. Tinggal manusianya sendiri yang menjalankan
dan mempertanggung jawabkannya nanti di hari akhir. Rasulullah pun berperilaku sesuai
Qur’an dan Hadist. Karena sifatnya itu beliau dijuluki Akhlakul karimah yakni akhlak yang
mulia. Hal ini digambarkan oleh al-Quran surat Al-Ahzab, 33: 21 yang berbunyi:
‫يرا‬ ِ ‫َّللاَ َو ْال َي ْو َم‬
‫اآلخ َر َوذَ َك َر ه‬
ً ِ‫َّللاَ َكث‬ َ ‫َّللاِ أُس َْوة ٌ َح‬
‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ َي ْر ُجو ه‬ ُ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َر‬
‫سو ِل ه‬
Artinya: “Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi
mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak
berzikir kepada Allah.”
2.5.Kaitan Visi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan IPM di Indonesia
2.5.1. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Padi Sawah Di Desa
Makalonsow Kabupaten Minahasa
Sampai saat ini ternyata usaha tani padi sawah di desa Makalonsow banyak
mengalami kendala di lapangan, terutama serangan organisme pengganggu tanaman (OPT)
yang meliputi hama dan penyakit tanaman. Hama-hama yang banyak ditemui menyerang
tanaman padi sawah antara lain hama Tryporyza innotata, Chilo suppressalis, Sesamia
inferens, Nymphula depunctalis.
Kegiatan bercocok tanam meliputi penyiapan benih, penyemaian, pengolahan
tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan dan panen yang masih didominasi oleh cara
konvensional, termasuk pengendalian hama dan penyakit juga masih dilakukan secara
konvensional yaitu hanya mengandalkan pengendalian kimia yaitu penggunaan kimia
sintetis yang dapat mencemari lingkungan (tanah, air, udara,dan tanaman), menyebabkan
hamamenjadi resisten, dan terjadi resurgensi hama. Belum dilakukan pengendalian hama
yang ramah lingkungan yaitu pengendalianhama secara terpadu (PHT) sehingga kerusakan
yang diakibatkan oleh hama dan penyakit pada tanaman padi sawah masih tinggi
(Southwood and Woy, 1970; Flint and van den Bosch, 1981; Heinrichs, 1994; Oka, 1995;
Roja, 2009; Untung, 2001; Guntoro, 2011).

12
Kemudia Petan diberi rekomendasi PHT terhadap hama melalui metode
penyuluhan dalam bentuk ceramah, diskusi dan aplikasi lapang. Yaitu sebagai Berikut:
2.5.2. PHT Terhadap Hama Tryporyza innotata , Chilo suppressalis, Sesamia
inferens, Nymphula depunctalis:
1. Pengendalian Kultural
 Pemilihan benih unggul yaitu dari varietas tahan hama dan penyakit, bebas
dari penyakit terbawah benih, dan produksi optimal
 Pengolahan tanah yang baik
 Penggunan varietas tahan hama.
2. Pengendalian Kimia Ramah Lingkungan
 Pemanfaatan ekstrak buah lanta (Exoecaria agalloca) dengan cara 1 kg buah
lanta dicampur dengan 1 liter air kemudian di blender, diperas ekstraknya dan
penggunaannya diencerkan dengan air sesuai kebutuhan.
 Pemanfaatan ekstrak buah bitung (Baringtonia assiatica.). Cara pembuatan
ekstrak yaitu kulit atau batok dari buah bitung dikeluarkan dan daging buah
yang diambil ekstraknya. Cara pembuatan dan penggunaan sama dengan buah
lanta.
Dalam contoh kasus IPM di Indonesia tersebut, terbukti petani menggunakan
praktek IPM berlandaskan Akhlaqul karimah. Petani menggunakan pengendalian kimia
ramah lingkungan, dimana perilaku tersebut merupakan salahsatu bentuk perilaku makhluk
dalam bverhubungan baik kepada khaliknya atau kepada sesama. Dengan menggunakan
pengendalian kimia yang ramah lingkungan, tindakan pengendalian tidak akan merusak
ekosistem sekitar, baik itu biotik maupun abiotik.

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Integrated Pest Management (IPM) di Indonesia sudah banyak dilakukan di berbagai
daerah, salahsatunya di desa Makalonsow kabupaten Minahasa. Dalam tindakan IPM tersebut ,
terbukti kegiatan pengendalian oleh petani berlandaskan salahsatu poin Visi UIN Sunan Gunung
Djati Bandung yaitu akhlaqul karimah. Pengendalian Kimia yang Ramah Lingkungan
mencerminkan implementasi dari Akhlaqul Karimah pada Visi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan. 2014. Kementrian Agama RI: Sygma Examedia Arkanleema.
Flint, M.L. and van den Bosch. 1981. Introduktion to Integrated Pest Management. Plenom
Press. New York. 240 hlm.
Ida Nyoman Oka. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya Di Indonesia.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Southwood, T.R.E and M.J Woy. 1970. Ecologycal Background to Pest management. In R. I
Rabb and E.E Guthrie (eds) Concep of Pest management North Caroline State University
Releigh North Caroline.
Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press.
Universitas Gadjah mada. Yogyakarta.
http://www.uinsgd.ac.id

15

Anda mungkin juga menyukai