RINGKASAN
RUTH DWI ELSA MANALU. C34070026. Kadar Beberapa Vitamin pada Buah
Pedada (Sonneratia caseolaris) dan Hasil Olahannya.
Dibimbing oleh
ELLA SALAMAH dan KOMARI.
Buah pedada yaitu buah mangrove yang hidup di perairan payau, bagian
dasar dibungkus kelopak bunga, dan tidak beracun.
Masyarakat jarang
mengkonsumsi langsung buah tersebut karena rasanya yang asam. Buah tersebut
memiliki kandungan gizi yang belum dimanfaatkan. Buah tersebut dapat diolah
menjadi produk pangan seperti selai dan sirup. Pengolahan dapat mempengaruhi
kandungan gizi pada buah seperti vitamin. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui komposisi gizi dan vitamin buah, selai, dan sirup pedada.
Penelitian ini terdiri atas lima tahapan yaitu perhitungan rendemen,
analisis proksimat, pembuatan dan uji kesukaan selai dan sirup pedada, dan
analisis vitamin buah, selai, dan sirup pedada. Pembuatan selai dan sirup
menggunakan gula dan air. Uji kesukaan terhadap selai dan sirup pedada
menggunakan 44 panelis tidak terlatih. Analisis proksimat meliputi analisis kadar
air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat. Analisis
vitamin yang dilakukan yaitu analisis vitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dengan
HPLC dan vitamin C dengan titrasi.
Buah pedada memiliki diameter rata-rata yaitu 6,05 cm dan bobot rata-rata
52,15 g. Rendemen yang tertinggi pada buah pedada adalah 73%, kulit 15%, dan
kelopak 12%. Nilai rata-rata tertinggi kesukaan panelis yaitu rasa pada selai
pedada dan aroma pada sirup pedada. Nilai rata-rata terendah yaitu penampakan
pada selai pedada dan warna pada sirup pedada. Buah pedada memiliki kadar air
84,76%, abu 8,40%, lemak 4,82%, protein 9,21%, dan karbohidrat 77,57%.
Kadar proksimat setelah pengolahan yaitu selai pedada memiliki kadar air
31,07%, abu 0,38%, lemak 1,81%, protein 0,63%, dan karbohidrat 97,67%. Sirup
pedada memiliki kadar air 57,81%, abu 0,41%, lemak 1,63%, protein 0,23%, dan
karbohidrat 97,58%. Kadar vitamin A buah pedada 221,97 IU/100g dan menurun
setelah menjadi selai dan sirup pedada masing-masing yaitu 25,17 IU/100g, dan
12,77 IU/100g. Kadar vitamin B1 buah pedada yaitu 5,04 mg/100g, selai pedada
4,20 mg/100g, dan sirup pedada 6,72 mg/100g. Kadar vitamin B2 buah pedada
yaitu 7,65 mg/100g, selai pedada 1,94 mg/100g, dan sirup pedada 1,12 mg/100g.
Kadar vitamin C buah pedada yaitu 56,74 mg/100g dan menurun setelah
pengolahan yaitu selai pedada 12,20 mg/100g, dan sirup pedada 17,08 mg/100g.
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan
pada Departemen Teknologi Hasil Perairan
NRP
: C34070026
Departemen
Menyetujui:
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Mengetahui:
Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan
Tanggal lulus :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Penulis mengambil judul Kadar Beberapa Vitamin pada
Buah Pedada (Sonneratia caseolaris) dan Hasil Olahannya.
Skripsi ini
Dra. Ella Salamah, M.Si dan Prof. Dr. Komari, M.Sc sebagai dosen
pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi
ini.
2.
Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si sebagai dosen penguji atas arahan dan
perbaikan yang telah diberikan.
3.
Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, M.Phil sebagai ketua Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
4.
Dr. Ir. Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl. Biol sebagai ketua Program Studi
Departemen Teknologi Hasil Perairan.
5.
Seluruh dosen, pegawai dan staf tata usaha Departemen Teknologi Hasil
Perairan atas bantuannya selama ini.
6.
7.
Teman-teman THP 44, 45, dan 46 atas bantuan tenaga, motivasi, dan doa
pada penulis.
8.
Ibu Nia, Ibu Vivi, dan seluruh pegawai di Laboratorium Makanan, Pusat
Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
bermanfaat dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis
dilahirkan
di
Medan
pada
tanggal
Olahannya
dibimbing
oleh
Dra.
Ella
Salamah,
M.Si
dan
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
1 PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1
1.2
2.2
2.3
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5
2.4
Air ...................................................................................................... 6
Karbohidrat ........................................................................................ 7
Protein ................................................................................................ 7
Lemak ................................................................................................ 8
Mineral ............................................................................................... 8
3.2
3.3
3.3.1
3.3.2
3.3.3
3.3.4
3.3.5
1)
2)
3)
4)
5)
3.3.6
1)
2)
3)
4)
3.4
4.2
4.3
4.3.1
4.3.2
4.4
4.4.1
4.4.2
4.4.3
4.4.4
4.4.5
4.5
4.5.1
4.5.2
4.5.3
4.5.4
Vitamin A ........................................................................................ 45
Vitamin B1 ....................................................................................... 46
Vitamin B2 ....................................................................................... 47
Vitamin C ......................................................................................... 48
Kesimpulan ............................................................................................. 49
5.2
Saran ....................................................................................................... 49
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
18
19
20
30
31
32
32
34
34
35
36
13 Histogram
kadar
air
buah
pedada
dan
hasil
olahannya..
38
14 Histogram
kadar
abu
buah
pedada
dan
hasil
olahannya....
40
15 Histogram
kadar
lemak
buah
pedada
dan
hasil
olahannya....
41
16 Histogram
kadar
protein
buah
pedada
dan
hasil
olahannya....
42
44
45
46
47
48
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
11
30
37
45
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
57
58
59
60
61
61
62
62
62
63
65
65
65
66
66
66
66
67
67
67
67
68
68
68
69
71
71
xiv
71
71
72
72
72
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mangrove merupakan komunitas tanaman yang hidup di habitat payau
yang berfungsi melindungi garis pantai dan menjadi habitat bagi berbagai hewan
perairan. Mangrove termasuk tanaman sejati karena memiliki akar, batang, daun,
dan buah (Nagelkerken et al. 2008). Kebanyakan masyarakat di Indonesia belum
mengetahui buah mangrove. Salah satu jenis mangrove yang menghasilkan buah
adalah pedada (Sonneratia caseolaris).
Buah pedada banyak ditemui di daerah perairan payau yang merupakan
tempat bertumbuhnya tanaman mangrove. Buah pedada merupakan buah yang
bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga, berbentuk bola, dan ujung buah
tersebut bertangkai. Buah tersebut tidak beracun dan langsung dapat dimakan.
Buah pedada memiliki rasa yang asam dan aroma yang khas yang menjadi daya
tarik buah tersebut (Santoso et al. 2008).
Rasa yang asam dari buah pedada membuat masyarakat jarang
mengkonsumsi buah tersebut secara langsung. Masyarakat yang tinggal di daerah
pesisir seperti di Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat telah mengolah buah
pedada menjadi lempok atau dodol.
kandungan gizi yang tinggi, namun pengetahuan akan kandungan gizi tersebut
masih sangat terbatas, sehingga informasi pengolahan buah tersebut masih sedikit.
Menurut Ahmed et al. (2010), buah pedada memiliki kandungan fitokimia seperti
steroid, triterpenoid, dan flavonoid.
ditemukan pada tumbuhan yang berperan aktif bagi pencegahan penyakit. Buah
ini juga sudah dimanfaatkan di beberapa negara sebagai obat tradisonal seperti
obat keseleo dan bengkak.
Buah pedada juga dapat diolah menjadi produk pangan seperti pengolahan
buah-buahan lainnya. Produk pangan yang umum diolah menggunakan buahbuahan yaitu selai dan sirup. Kedua produk tersebut memiliki proses pengolahan
yang sederhana dan merupakan produk yang sudah dikonsumsi dan diketahui oleh
masyarakat.
Rasa asam, aroma yang khas, serta tekstur buah yang lembut
vitamin C, asam folat, dan serat, namun pengolahan pada buah dapat
mempengaruhi kandungan gizi yang terdapat di dalamnya, begitu juga dengan
pengolahan buah pedada menjadi selai dan sirup pedada. Salah satu kandungan
gizi yang berpengaruh dengan adanya pengolahan adalah vitamin. Vitamin sangat
dibutuhkan oleh tubuh walaupun dalam jumlah yang sangat kecil, namun
kelebihan dan kekurangan vitamin dalam tubuh dapat menyebabkan permasalahan
berat sehingga dapat menimbulkan penyakit (Almatsier 2004).
Penelitian
mengenai vitamin buah pedada dan hasil olahannya diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan menjadi pertimbangan dalam pemilihan makanan yang layak
dikonsumsi.
1.2
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi
gizi yang terdapat pada buah, selai, dan sirup pedada dan mengetahui kandungan
vitamin pada buah pedada serta perubahannya setelah menjadi selai dan sirup.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
: Plantae
Filum
: Anthophyta
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Myrtales
Family
: Sonneraticeae
Genus
: Sonneratia
Spesies
: Sonneratia caseolaris
Bentuk buah pedada dapat dilihat pada Gambar 1, berbentuk bulat, ujung
bertangkai, dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah ini memiliki
diameter antara 6-8 cm dan biji berjumlah antara 800-1200. Chen et al. (2009)
tentang dinamika dan struktur hutan mangrove menyatakan bahwa buah pedada
berwarna hijau, dan mempunyai aroma yang sedap. Buah pedada tidak beracun,
asam dan dapat langsung dimakan. Ahmed et al. (2010) menyatakan bahwa
tanaman ini menghasilkan buah yang dikenal dengan buah pedada dan nama
internasionalnya yaitu Crabapple mangrove.
dan sitotoksik dan memiliki banyak manfaat. Buah pedada memiliki rasa asam
sehingga sangat disukai oleh hewan pemakan buah antara lain monyet ekor
panjang atau berbagai jenis burung pemakan buah (Noor et al. 2006). Menurut
Ghalib et al .(2011), rasa asam yang dimiliki buah pedada muda dapat digunakan
untuk cuka.
Kayu dari pohon pedada bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan
sebagai kayu bakar, bahkan masyarakat Sulawesi memanfaatkan kayunya untuk
membuat perahu. Akar nafas dari pohon ini dapat digunakan untuk mengganti
gabus
setelah
direndam
dalam
air
mendidih
(Noor
et
al.
2006).
steroid, flavonoid dan turunan karboksil benzena yang terdapat pada ekstrak
tanaman dan buah berfungsi sebagai anti inflamasi, analgesik, anti oksidan, anti
alergi, anti jamur, anti mikroba, dan lainnya. Triterpenoid juga dapat berfungsi
pada pencegahan dan pengobatan hepatitis. Flavonoid yang terdapat pada ekstrak
tanaman juga dapat digunakan dalam pengobatan rematik.
Bandarayanake
(2002)
menunjukkan
bahwa
kulit
buah
pedada
Kelebihan dan
vitamin, dan lainnya. Kandungan gizi dari beberapa buah-buahan secara umum
yang dapat menggambarkan kandungan gizi dari buah pedada dapat dilihat pada
Tabel 1.
Karbo- Karoten
Nama Energi Air Protein Lemak
Vitamin Vitamin Vitamin
hidrat total
buah (kal) (g) (g)
(g)
B1(mg) B2 (mg) C (mg)
(g)
(g)
0,03
5
Apel
58 84,1 0,3
0,4
14,9
90
0,04
Jambu
49 86
0,9
0,3
12,2
25
0,02
87
biji
49
Jeruk
45 87,2 0,9
0,2
11,2
190
0,08
Mangga 63 84,4 2,4
0,4
12,4
10
0,18
0,01
43
kweni
22
Nanas
40 88,9 0,6
0,3
9,9
90
0,02
0,12
50
Lemon 34 92,2 0,5
0,8
8,2
0,09
buah-buahan
lainnya.
Sospenda
et
al.
(2011)
tentang
Air
Air adalah pelarut pada reaksi kimia kehidupan. Air merupakan bagian
Air paling
essensial dibandingkan dengan semua nutrisi essensial lain karena tubuh tidak
dapat bertahan lama tanpa air (Almatsier 2004).
Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air
dapat mempengaruhi penampakan, tekrtur serta cita rasa makanan. Semua bahan
makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda. Bahan pangan yang
berupa buah, sayuran, daging, maupun susu telah banyak berperan dalam
memenuhi kebutuhan air manusia. Buah mentah yang menjadi matang selalu
bertambah kandungan airnya (Winarno 2008).
2.3.2
Karbohidrat
Karbohidrat berperan penting bagi manusia karena merupakan sumber
kalori utama yang murah. Jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram
karbohidrat hanya 4 kal (kkal) bila dibanding protein dan lemak.
Beberapa
2008).
Semua
karbohidrat
berasal
dari
tumbuh-tumbuhan
(Almatsier 2004).
Karbohidrat dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu karbohidrat
sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana dapat ditemui dalam
produk pangan seperti madu, buah-buahan, dan susu. Karbohidrat sederhana yaitu
glukosa, fruktosa, dan laktosa.
Karbohidrat
Protein
Protein merupakan molekul makro yang terdiri atas rantai-rantai panjang
asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri
atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Unsur nitrogen adalah
unsur utama protein karena terdapat di dalam semua protein dan merupakan 16 %
dari berat protein. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat diganti oleh
zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh
(Almatsier 2004).
Bahan makanan sebagai sumber energi akan mengandung protein atau
asam amino yang tinggi, tetapi tidak semua bahan makanan tersebut dapat
seluruhnya dimanfaatkan oleh tubuh, tergantung dari kualitas proteinnya. Protein
yang berasal dari hewan memiliki semua asam amino esensial, sedangkan sumber
protein nabati merupakan protein tidak lengkap (Winarno 2008).
2.3.4
Lemak
Lemak merupakan senyawa kimia yang terdiri atas unsur-unsur karbon,
dalam tubuh. Lemak larut dalam pelarut nonpolar, seperti etanol, eter, kloroform,
dan benzena (Almatsier 2004).
Lemak, khususnya minyak nabati, mengandung asam lemak esensial
seperti asam linoleat, linolenat, dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan
pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Lemak juga berfungsi sebagai
sumber dan pelarut bagi vitamin A, D, E, dan K. Lemak terdapat pada hampir
semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda (Winarno 2008).
2.3.5
Mineral
Kadar abu merupakan komponen yang berisi organik mineral yang
tertinggal setelah bahan dibakar hingga bebas dari karbon. Komponen ini tidak
mudah menguap pada proses pembakaran senyawa organik (Apriani et al. 2011).
Sebagian besar bahan makanan terdiri dari bahan organik dan air dan sisanya
terdiri dari unsur-unsur mineral. Mineral dikenal sebagai zat organik atau kadar
abu.
buah menjadi sebuah produk pangan seperti manisan, asinan, keripik, dodol,
bahkan dapat diolah menjadi selai dan sirup. Selai dan sirup merupakan produk
pengolahan yang cukup sederhana.
Selai
Selai merupakan produk pangan yang biasanya dikonsumsi bersamaan
dengan roti. Javanmard dan Endan (2010) menyatakan bahwa selai merupakan
makanan yang dapat dibuat secara sederhana yaitu dari buah-buahan yang berasa
asam. Pembuatan selai dipengaruhi oleh berbagai parameter seperti jenis buah,
suhu, dan teknologi proses. Menurut Yuliani (2011), selai berbentuk semipadat
dan terbuat dari campuran 45 bagian berat buah-buahan dan 55 berat gula.
Syahrumsyah et al. (2010) menyatakan bahwa selai dibuat dengan
menggunakan buah-buahan atau sari buah yang sudah dihancurkan, ditambah
gula, dan dimasak sampai mengental. Penambahan gula sangat penting untuk
memperoleh tekstur, penampakan, dan rasa yang baik. Selai tidak dikonsumsi
langsung, melainkan digunakan sebagai pelengkap pada roti tawar atau sebagai
bahan pengisi pada roti manis. Menurut Yenrina et al. (2009), selai yang bermutu
baik memiliki sifat tertentu, diantaranya adalah konsisten, warna cemerlang,
tekstur lembut, flavor buah alami, tidak mengalami sineresis yaitu keluarnya air
dari gel sehingga kekentalan selai berkurang, dan kristalisasi selama
penyimpanan. Syarat mutu selai buah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Syarat mutu selai buah
Syarat mutu
Kadar air maksimum
Kadar gula minimum
Kadar pektin maksimum
Padatan tak terlarut
Serat buah
Kadar bahan pengawet
Asam asetat
Rasa dan bau
Standard
35 %
55 %
0,7%
0,5%
Positif
50 mg/kg
Negatif
Normal
Yuliani (2011) menyatakan bahwa struktur khusus dari produk selai buahbuahan disebabkan karena terbentuknya kompleks gel pektin. Pektin merupakan
10
golongan substansi yang terdapat dalam sari buah yang membentuk koloidal
dalam air dan berasal dari protopektin selama proses pematangan buah.
Pektin pada bahan pangan berguna untuk pembentukan gel yang tidak
merata dan tidak larut dalam media. Pektin terkandung dalam semua jenis buah
dalam jumlah bervariasi, dalam bentuk protopektin, pektin, dan asam pektat.
Buah yang belum matang banyak mengandung pektin dalam bentuk protopektin,
sedangkan buah matang banyak mengandung soluble pektin yang banyak
dimanfaatkan dalam pembuatan selai. Buah yang terlalu matang ataupun akibat
pemasakan yang terlalu lama akan menyebabkan perubahan pektin menjadi asam
pektat (Winarno 2008).
Selai dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat menentukan mutu akhir
produk seperti jenis buah, proses, warna, aroma, cita rasa, dan kadar gula.
Pembuatan selai dilakukan dengan pemasakan yang menggunakan suhu tinggi.
Javanmard dan Endan (2010) menyatakan bahwa suhu memiliki pengaruh
terhadap produk akhir selai. Semakin tinggi suhu maka viskositas selai akan
menurun.
2.4.2
Sirup
Sirup adalah sejenis minuman ringan berupa larutan kental dengan cita
rasa beraneka ragam (Satuhu 2004). Sirup dapat dibuat dari berbagai jenis buah
yang diperoleh dari sari buah yang digunakan. Sari buah merupakan cairan yang
dihasilkan dari pemerasan atau penghancuran buah segar yang telah masak. Ada
dua jenis sari buah yaitu sari buah encer (dapat langsung diminum) dan sari buah
pekat atau sirup.
dilanjutkan dengan penambahan air dan gula pasir. Sari buah pekat atau sirup
dihasilkan dari pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses
pemekatan, baik dengan pendidihan biasa maupun dengan penguapan dengan
hampa udara dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum tetapi harus
ditambahkan air terlebih dahulu hingga berbentuk encer (Margono et al. 2010).
Sirup dapat dibedakan berdasarkan bahan utama yang dipakai dalam
pembuatannya menjadi sirup essens, sirup glukosa, dan sirup buah-buahan. Rasa,
warna, dan aroma dari sirup buah-buahan ditentukan oleh bahan dasarnya yakni
buah segar (Satuhu 2004). Buah-buahan yang sering diolah menjadi sirup adalah
11
mangga, sirsak, markisa, nangka, jeruk dan lainnya. Sirup buah dapat tahan
selama 3 bulan (Margono et al. 2010). Syarat mutu sirup dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Syarat mutu sirup buah
Syarat mutu
Standard
Normal
Normal
65%
Negatif
Sesuai SNI
Sesuai SNI
Aroma
Rasa
Gula
Pemanis buatan
Pewarna
Pengawet
Sumber: BSN (1998)
menghilangkan bagian bahan yang tidak dikehendaki maupun bahan yang tidak
berguna atau tidak dapat dimakan.
partikel-partikel padat tidak larut yang masih terdapat pada hasil ekstraksi
(Margono et al. 2010).
2.5
Vitamin
Vitamin adalah komponen tambahan makanan yang berperan sangat
12
vitamin yang difosforilasi dan berperan dalam metabolisme lemak, protein, dan
karbohidrat (Winarno 2008).
Vitamin berperan sebagai zat pengatur yang dikelompokkan menjadi dua,
yaitu vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin yang
larut dalam air (vitamin B1, B2, B3, B4, B5, B6, B12, asam folat, biotin, dan
vitamin C) (Almatsier 2004).
2.5.1
peran tertentu di dalam tubuh. Vitamin larut lemak diangkut ke hati melalui
sistem limfa sebagai bagian dari lipoprotein, disimpan di berbagai jaringan tubuh
dan biasanya tidak dikeluarkan melalui urin. Vitamin larut lemak memiliki sifat
umum yaitu dapat larut dalam lemak dan pelarut lemak, diperlukan dalam jumlah
kecil melalui empedu (Almatsier 2004).
Vitamin ini tidak selalu diharapkan ada dalam makanan sehari-hari.
Kelebihan konsumsi vitamin larut lemak dari yang dibutuhkan akan disimpan
dalam tubuh.
senyawa yang bukan vitamin tetapi dapat diubah oleh tubuh menjadi vitamin.
Vitamin larut lemak ditemukan terutama dalam makanan berlemak seperti hati,
mentega, kuning telur, dan lain-lain (Winarno 2008).
1)
Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan.
13
pertumbuhan.
(Winarno 2008).
2)
Vitamin D
Vitamin D merupakan vitamin larut lemak dan berguna untuk pencegahan
penyakit riket (tulang lunak dan mudah bengkok). Vitamin D dapat diproduksi
dalam tubuh yang diaktifkan oleh sinar matahari, tetapi juga disuplai melalui diet
(Devi 2010). Makanan hewani merupakan sumber utama vitamin D yaitu kuning
telur, hati, krim, mentega dan minyak hati-ikan.
tidak rusak bila makanan dipanaskan atau disimpan untuk jangka waktu lama
(Almatsier 2004).
3)
Vitamin E
Vitamin E merupakan salah satu vitamin larut lemak. Beltran et al. (2010)
mentega, dan hati dan pada tanaman terdapat dalam kacang-kacangan, sayuran
berwarna hijau, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan minyak jagung
(Devi 2010).
4)
Vitamin K
Vitamin K merupakan vitamin larut lemak dan penting dalam pembekuan
14
ikan dan daging. Vitamin K berfungsi dalam pembekuan darah. Sumber utama
vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau, kacang buncis, kacang
polong, kol dan brokoli. Semakin hijau daun-daunan semakin tinggi kandungan
vitamin K-nya (Almatsier 2004).
2.5.2
Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin yang paling sering digunakan sebagai
suplemen. Vitamin C memiliki fungsi yang tidak kecil bagi kesehatan tubuh.
Massot et al. (2010) dalam penelitiannya tentang vitamin C pada tomat
menyatakan bahwa vitamin C merupakan sumber antioksidan bagi tubuh.
Vitamin C diketahui berperan penting dalam mencegah penyakit scurvy yaitu
penyakit yang menyebabkan pucat, rasa lelah, dan pendarahan gusi.
Vitamin C umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati yaitu sayur
dan buah terutama buah yang asam. Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak
stabil dari semua vitamin, mudah rusak karena bersentuhan dengan udara
(oksidasi) terutama bila terkena panas.
Vitamin B1 (tiamin)
Vitamin B1 atau tiamin merupakan kristal putih kekuningan yang larut
dalam air. Tiamin cukup stabil dalam keadaan kering dan hanya tahan panas bila
berada dalam keadaan asam dan larut. Tiamin juga mudah rusak oleh panas atau
oksidasi dalam suasana alkali. Kehilangan tiamin oleh pemasakan bergantung
pada lama dimasak, pH, suhu, jumlah air yang digunakan (Almatsier 2004).
15
Vitamin B2 (riboflavin)
Vitamin B2 atau riboflavin adalah kristal kuning yang larut air, tahan
panas, oksidasi dan asam, tetapi tidak tahan alkali dan cahaya.
Vitamin B2
disebut riboflavin karena strukturnya mirip dengan gula ribosa dan juga karena
ada hubungan dengan kelompok flavin (Winarno 2008). Riboflavin terdapat di
dalam makanan hewani dan nabati yaitu di dalam susu, keju, hati, daging, dan
sayuran berwarna hijau. Penggunaan serealia tumbuk atau hasil-hasil serealia
yang diperkaya akan meningkatkan konsumsi riboflavin (Almatsier 2004).
4)
alkali, dan oksidasi. Niasin tidak rusak oleh pengolahan dan pemasakan normal
(Almatsier 2004).
Biotin
Biotin adalah suatu asam monokarboksilat.
kental sebagai minyak. Asam pantotenat mudah larut dalam air, etil asetat, asam
asetat glasial, serta sedikit larut dalam eter dan amil alkohol, tetapi tidak larut
dalam benzene dan kloroform (Sumardjo 2009).
komersial ditemukan dalam bentuk garam kalsium, larut dalam air, agak manis,
dan stabil dalam pemasakan yang normal (Winarno 2008).
16
Vitamin B6 (piridoksin)
Vitamin B6 atau piridoksin merupakan kristal putih tidak berbau, larut air
dan alkohol, tahan panas dalam keadaan asam, tidak begitu stabil dalam larutan
alkali dan tidak tahan cahaya (Almatsier 2004).
Szefer (2006) tentang vitamin B pada makanan sereal dan kedelai, sumber
piridoksin yang baik terdapat dalam kedelai.
menyebabkan penyakit arteri koroner.
Asam folat
Asam folat berperan sebagai koenzim dalam transportasi pecahan-pecahan
karbon tunggal dalam metabolisme asam amino dan sintesis asam nukleat. Folat
terdapat di dalam bahan makanan terutama dalam bentuk poliglutamat. Folat
terutama terdapat di dalam sayuran hijau, hati, daging tanpa lemak, serealia utuh,
biji-bijian, kacang-kacangan dan jeruk (Almatsier 2004).
Asam folat sedikit larut dalam air, mudah dioksidasi dalam larutan asam,
dan peka terhadap sinar matahari.
larutannya bila disimpan dalam suhu kamar dan pemasakan yang normal
(Winarno 2008).
9)
cahaya, dan bahan pengoksidasi dan pereduksi (Almatsier 2004). Sumber vitamin
B12 tersdapat pada hasil ternak terutama hati. Hasil nabati bukan merupakan
sumber vitamin B12. Kekurangan vitamin B12 biasanya disebabkan oleh kurang
baiknya penyerapan dan jarang karena kekurangan dalam makanan yang
dikonsumsi (Winarno 2008).
3 METODE
3.1
yaitu buah pedada (Sonneratia caseolaris), bahan untuk pembuatan selai dan sirup
pedada yaitu gula dan air, dan bahan untuk analisis proksimat seperti akuades,
HCl 0,1 N, H 2 SO 4 , H 3 BO 3 3%, NaOH, dan pelarut heksana.
Bahan yang
digunakan untuk analisis vitamin adalah KOH, asam askorbat, etanol, akuabides,
acetonitril, Al 2 O 2 , asam asetat 2%, metanol, larutan dye, dan asam oksalat.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan porselen,
desikator, oven, gegep, tabung Kjeldahl, timbangan analitik, alat pemanas,
erlenmeyer, kertas saring, aluminium foil, selongsong lemak, tabung soxhlet,
pemanas listrik, corong bucher, mortar, labu ukur, Ultrasonic water bath, HPLC
tipe LC. 10ADVP, pipet volumetri, dan sentrifuse.
3.3
Metode Penelitian
Penelitian terdiri dari lima tahap yaitu perhitungan rendemen buah pedada;
pembuatan selai dan sirup pedada; uji kesukaan selai dan sirup pedada; analisis
proksimat buah, selai, dan sirup pedada; dan analisis vitamin buah, selai dan sirup
pedada. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 2.
18
Buah pedada
Pemisahan daging serta biji, kulit dan kelopak
Perhitungan rendemen
kulit
kelopak
Selai pedada
Sirup pedada
Uji kesukaan
Uji proksimat
Uji vitamin
3.3.1
= input/output
= proses
pedada.
berdasarkan persentase bobot bagian buah dari bobot buah utuh. Perumusan
matematika rendemen adalah sebagai berikut :
Rendemen (%) =
3.3.2
x 100%
19
supaya mudah pada penghalusan dengan blender. Campuran yang telah halus
disaring dengan saringan dan diperoleh hasil saringan berupa bubur buah dan
ampas.
selama 1,5 jam. Campuran tersebut diaduk terus menerus hingga menyusut
(airnya menguap) dan mengental. Campuran yang telah menjadi selai pedada
setelah proses pemanasan selesai langsung dipindahkan ke wadah steril.
Pemindahan langsung selai bertujuan agar selai tidak mengeras. Diagram alir
pembuatan selai pedada disajikan pada Gambar 3.
Buah pedada
Dicampurkan dengan air secukupnya
dihaluskan
disaring
Bubur buah
ditambah gula 1:2,5
Dipanaskan 1050C selama 1,5 jam
Dipindahkan ke wadah steril
Selai pedada
20
untuk menentukan suhu, waktu, dan banyaknya gula dan air yang digunakan.
Pembuatan sirup pedada diawali dengan dilakukan preparasi terhadap buah
pedada yang digunakan.
kelopak, dan kulit. Hasil preparasi berupa daging dan biji dicampurkan dengan
air secukupnya supaya mudah pada penghalusan dengan blender. Campuran yang
telah halus disaring dengan saringan dan diperoleh hasil saringan berupa bubur
buah dan ampas. Bubur buah hasil saringan tersebut digunakan pada pembuatan
sirup pedada dan ampasnya dibuang.
Bubur buah ditambahkan gula dan air dengan perbandingan 1:1:1.
Perbandingan yang digunakan merupakan hasil trial and error pada penelitian
pendahuluan. Penambahan gula dan air melebihi bobot bubur buah menimbulkan
rasa yang terlalu manis bahkan pahit dan bentuk sirup yang dihasilkan sangat
encer. Campuran tersebut dipanaskan dengan suhu 1020C selama 15 menit dan
diaduk terus menerus hingga bentuk campuran tersebut mengental. Campuran
yang telah menjadi sirup pedada setelah proses pemanasan selesai langsung
dipindahkan ke wadah steril. Diagram alir pembuatan sirup pedada disajikan pada
Gambar 4.
Buah pedada
Dicampurkan dengan air secukupnya
dihaluskan
disaring
Bubur buah
21
3.3.4
produk baru. Selai dan sirup pedada yang dihasilkan pada penelitian ini dilakukan
uji kesukaan untuk mengetahui respon konsumen terhadap suatu produk baru. Uji
kesukaan yang dilakukan menggunakan panelis tidak terlatih berjumlah 44 orang
yang terdiri atas bapak-bapak, ibu-ibu, dan mahasiswa yang pernah dan sering
mengkonsumsi selai dan sirup buah.
Parameter yang diamati pada selai dan sirup pedada agak berbeda.
Parameter yang diamati keduanya yaitu warna, rasa, aroma, dan penampakan dan
parameter lainnya yang berbeda yaitu tekstur pada selai dan kekentalan pada
sirup. Nilai yang harus diberikan panelis pada produk yang diamati yaitu sangat
tidak suka bernilai 3, tidak suka 4, agak tidak suka 5, netral 6, agak suka 7, suka 8,
dan sangat suka 9 (Hui 2006). Data yang didapat dihitung nilai rata-rata tiap
parameter sehingga diketahui parameter yang lebih disukai dan kurang disukai
oleh panelis/konsumen pada selai atau sirup pedada..
3.3.5
Analisis proksimat
Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk
mengetahui komposisi kimia yang ada pada suatu bahan. Analisis proksimat
meliputi: analisis kadar air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat (by difference).
1)
yang terdapat pada suatu bahan dengan menguapkan air yang terdapat dalam
bahan. Tahapan pertama yang dilakukan pada analisis kadar air adalah cawan
porselen kosong dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 30 menit.
Cawan tersebut didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian
cawan tersebut diambil dengan penjepit dan ditimbang. Tahap selanjutnya, cawan
tersebut diisi sampel yang telah dihaluskan sebanyak 5 gram. Cawan yang telah
diisi sampel tersebut dikeringkan pada oven dengan suhu 1050C selama 5-6 jam.
Cawan tersebut kemudian didinginkan dalam desikator dan dibiarkan sampai
dingin selama 30 menit dan kemudian ditimbang. Perhitungan kadar air adalah:
% kadar air =
x 100%
22
Keterangan:
2)
terdapat pada suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan yang dianalisis.
Tahapan analisis kadar abu yaitu cawan porselen kosong dikeringkan dalam oven
pada suhu 1050C selama 30 menit. Cawan tersebut didinginkan dalam desikator
selama 15 menit dan kemudian cawan tersebut diambil dengan penjepit dan
ditimbang. Tahap selanjutnya, cawan tersebut diisi sampel yang telah dihaluskan
sebanyak 5 gram. Cawan tersebut dibakar di atas kompor listrik sampai tidak
berasap dan dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 6000C selama
6-8 jam. Cawan tersebut didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan
kemudian ditimbang. Perhitungan kadar abu adalah:
% kadar abu =
Keterangan:
3)
x 100%
kasar (crude protein) pada suatu bahan dengan berdasarkan pada penentuan
kandungan nitrogen yang terdapat dalam bahan. Tahapan yang dilakukan dalam
analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.
a)
Tahap destruksi
Sampel ditimbang seberat 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam tabung
Tahap destilasi
Labu kjeldahl dicuci dengan akuades 50-75 ml, kemudian dimasukkan ke
dalam alat destilasi. Hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer 125 ml yang
berisi 25 ml asam borat (H 3 BO 3 ) 4%. Destilasi dilakukan dengan menambahkan
10 ml NaOH ke dalam alat destilasi hingga menghasilkan warna hijau.
23
c)
Tahap titrasi
Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terjadi
perubahan warna menjadi warna merah muda. Perhitungan kadar protein adalah:
% nitrogen
x 100%
4)
fp = faktor pengenceran
dimasukkan dalam kertas saring dan ditimbang sebanyak 4 gram (W1). Kertas
saring yang berisi sampel tersebut diletakkan dalam alat ekstrasi soxhlet,
kemudian alat kondensor dipasang di atasnya dan labu lemak yang telah
ditimbang beratnya (W2) di bawahnya. Pelarut lemak kemudian dituangkan ke
dalam labu lemak secukupnya dan refluks dilakukan selama minimum 5 jam
sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Pelarut yang
ada dalam labu lemak didestilasi dan ditampung pelarutnya. Labu lemak yang
berisi lemak hasil ekstraksi selanjutnya dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C.
Labu lemak kemudian dikeringkan sampai berat tetap dan didinginkan dalam
desikator, dan ditimbang beserta lemak tersebut sehingga berat lemak dapat
dihitung (W3). Perhitungan kadar lemak adalah:
% kadar lemak =
Keterangan:
5)
x 100 %
hasil pengurangan dari 100% dengan kadar air, kadar abu, kadar protein, dan
kadar lemak, sehingga karbohidrat tergantung pada faktor pengurangnya.
Pengurangan dilakukan karena karbohidrat sangat berpengaruh kepada zat gizi
lainnya. Analisis kadar karbohidrat yaitu :
24
Analisis vitamin
Analisis vitamin yang dilakukan pada buah, selai, dan sirup pedada
menggunakan HPLC.
a)
Pembuatan reagen A
Pembuatan reagen A diawali dengan 90 g KOH dilarutkan dengan akuades
Larutan tersebut
Reagen A 1,5 ml
25
sampai tidak ada sampel yang menempel di dinding, labu ditutup dengan
aluminium foil dan disimpan semalam di ruang gelap.
disimpan semalam ditera dengan akuabides dan dikocok, dan setelah dikocok,
disaring dengan kertas saring Whatman no. 41. Filtrat kemudian dipipet 5 ml dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, lalu diencerkan dengan acetonitril, dan
dikocok dengan ultrasonic bath selama 40 menit. Larutan tersebut kemudian
ditera dengan acetonitril dan dikocok kembali. Larutan blanko dikerjakan dengan
cara yang sama seperti contoh dan dilewatkan ke dalam kolom berisi glass wool
dan Al 2 O 3 . Filtrat siap diinjeksikan ke dalam sistem HPLC. Ekstrak yang berisi
vitamin A dapat dianalisis menggunakan HPLC. Sistem yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Kolom
: C-18
Eluent
Laju eluent
: 1,0 ml/menit
Detektor
: UV 340 nm
x standar vitamin A x
x Fp
2)
ditimbang sebanyak 100 g dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Asam
asetat 2% sebanyak 60 ml dan 20 ml etanol ditambahkan dan ditepatkan dengan
asam asetat 2%. Larutan dapat disimpan dalam kulkas selama satu bulan.
b)
Ekstraksi
Sampel digiling dan diayak dengan ayakan 40 mesh, kemudian contoh
Asam
26
: Bondapak C18 30 cm x 4 mm
Eluent
Kecepatan aliran
: 1,0 ml/menit
Detektor
: UV
Panjang gelombang
: 246 nm
Syringe filter
ukur 500 ml. Asam asetat 2% sebanyak 300 ml ditambahkan dan selanjutnya
dipanaskan di waterbath selama 20 menit, dikocok, lalu didinginkan dalam suhu
kamar. Metanol 125 ml ditambahkan dan ditepatkan dengan asam asetat 2%.
b)
Ekstraksi
Sampel digiling dan diayak dengan ayakan 40 mesh, kemudian 0,5-2 g
Asam
27
Larutan
: bondapak C18 30 cm x 4 mm
Eluent
Kecepatan aliran
: 1,0 ml/menit
Detektor
: UV
Panjang gelombang
: 445 nm
Syringe filter
vitamin
yaitu
melalui
proses
titrasi,
larutan
Prinsip penetapan
garam
natrium
dari
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan air
28
3.4
A
Fp
V
E
disertakan dengan nilai rata-rata dan standar deviasi (simpangan baku). Nilai ratarata menggambarkan posisi kurva sumbu X, sedangkan standar deviasi
menggambarkan sebaran varian.
/2
x+z
/2
(Walpole 1995)
Koefisien keragaman =
Keterangan:
x 100
x = rata-rata
z = 1,96
= (1-) 100 %
= simpangan baku
n = banyak data
29
Y ij = + i + ij
Keterangan :
Y ij
i
ij
4.1
Gembong, Bekasi, Jawa Barat. Buah pedada berbentuk bulat atau elips, kulit
luarnya berwarna hijau, dan bagian dasar dibungkus kelopak.
Daging buah
tersebut berwarna putih dengan biji yang banyak dan berukuran kecil. Bagian
dalam buah pedada yang terdiri dari daging buah dan biji dapat dilihat pada
Gambar 5.
Hasil
pengukuran terhadap ukuran dan bobot buah pedada dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Ukuran dan berat buah pedada (Sonneratia caseolaris)
No
1
2
Parameter
Diameter
Berat
Satuan
cm
gram
Nilai
6,050,50
52,152,04
Tabel
menunjukkan
bahwa
rata-rata
diameter
buah
pedada
(Sonneratia caseolaris) adalah 6,05 cm dan rata-rata berat adalah 52,15 gram.
Menurut Ahmed et al. (2010) dalam penelitiannya tentang glukosa dan lemak
pada tikus setelah pemberian serbuk daun pedada, pohon pedada dapat tumbuh
hingga 15-20 meter, mempunyai daun berbentuk elips dan berwarna merah.
31
mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan
rendemen berdasarkan persentase perbandingan antara berat akhir dengan berat
awal proses. Semakin besar rendemen suatu bahan atau produk maka semakin
tinggi pula nilai ekonomisnya, begitu pula semakin kecil nilai rendemen produk
tersebut maka semakin rendah nilai ekonomis atau nilai keefektivitasannya.
Diagram pie pengukuran rendemen buah pedada (Sonneratia caseolaris) dapat
dilihat pada Gambar 6.
12 %
15 %
73 %
kelopak (g)
kulit (g)
32
pangan.
menyatakan bahwa buah pedada juga dapat dijadikan obat dengan kandungan gizi
yang dimiliki.
Bagian lain dari buah pedada yaitu kelopak dan kulit. Rendemen kelopak
pada buah pedada yaitu 12% dari berat utuh buah pedada. Bentuk kelopak dari
buah pedada dapat dilihat pada Gambar 7.
33
4.3
sensorik banyak digunakan untuk menilai mutu komoditi suatu bahan. Penilaian
organoleptik membutuhkan panelis yang bertugas menilai sifat atau mutu bahan
berdasarkan kesan subjektifnya masing-masing.
menggunakan
lebih
panelis
tidak
terlatih
berjumlah
dari
30
orang
(Kartika et al. 1988). Parameter yang diamati pada uji organoleptik untuk bahan
padat yaitu warna, aroma, rasa, tekstur, dan penampakan, sedangkan untuk bahan
yang berbentuk cair yaitu warna, rasa, aroma, kekentalan, dan penampakan.
Menurut Hui (2006), parameter yang diamati untuk uji organoleptik pada bahan
yang berbentuk padat dan semipadat adalah warna, rasa, aroma, tekstur, dan
penampakan, sedangkan bahan berbentuk cairan diamati warna, rasa, aroma,
penampakan, dan kekentalan.
Salah satu cara pelaksanaan penilaian dengan skala kesukaan adalah
dengan skala verbal (hedonic rating test), misalnya berdasarkan tingkat skala
kesukaan. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan
skala yang dikehendaki dan dikodekan menurut skala numerik menurut tingkat
kesukaan (Soekarta 1985). Lembar penilaian uji kesukaan selai dan sirup dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Selai dan sirup pedada yang dihasilkan pada penelitian ini dilakukan uji
kesukaan dengan menggunakan panelis tidak terlatih berjumlah 44 orang.
Ndabikunze et al. (2011) tentang produksi selai menggunakan tepung
Adansonia digitata sebagai pengganti pektin menyatakan bahwa uji kesukaan
merupakan salah satu uji sensorik yang dilakukan untuk menilai kesukaan panelis
terhadap suatu bahan atau produk.
4.3.1
pelengkap roti.
34
8,50
8,30
8,00
7,73
7,61
7,50
7,07
6,98
7,00
6,50
6,00
warna
rasa
aroma
parameter penilaian
tekstur
penampakan
35
pemanfaatan rumput laut pada selai dan dodol, produk yang diberi penambahan
gula bila dilakukan pemanasan yang lebih lama terjadi proses karamelisasi yaitu
reaksi pencoklatan non enzimatik. Karamel yang terbentuk selama pemanasan
memberi warna coklat pada produk pangan.
4.3.2
Menurut Matute et al. (2010) tentang karakteristik sirup buah, sirup diperoleh dari
pemanasan bubur buah dan penambahan gula. Data penilaian kesukaan panelis
pada sirup pedada dapat dilihat pada Lampiran 4. Bentuk sirup pedada dapat
dilihat pada Gambar 11.
36
7,39
7,61
6,14
warna
rasa
aroma
parameter penilaian
7,41
6,59
kekentalan penampakan
sempurna, hal ini didukung oleh penelitian Guo et al. (2011) menyatakan bahwa
sirup akan menghasilkan endapan. Endapan dapat berasal dari bubur buah yang
37
tidak tersaring dengan halus sehingga bubur tersebut masih terdapat dalam
campuran yang akan digunakan pada pembuatan sirup. Warna dari suatu bahan
atau produk memegang peranan penting karena dapat memberi petunjuk mengenai
perubahan kimia dalam makanan seperti pencoklatan dan karamelisasi. Warna
juga mempengaruhi kesukaan konsumen. Menurut Kopjar et al. (2009) pada
penelitiannya tentang selai strawberi, warna yang pertama sekali memberikan
pengaruh terhadap suatu produk untuk disukai atau tidak disukai.
4.4
parameter yang penting bagi konsumen untuk memilih makanan yang akan
dikonsumsi. Salah satu cara untuk mengetahui kandungan gizi suatu bahan atau
produk adalah dengan analisis proksimat. Analisis proksimat merupakan analisis
yang bertujuan untuk mengetahui persentase nutrient dalam bahan atau produk
pangan berdasarkan sifat kimianya, di antaranya kadar air, abu, protein, lemak,
dan karbohidrat (Afrianto dan Liviawaty 2005). Kadar karbohidrat buah pedada
diperoleh melalui perhitungan by difference.
disajikan pada Lampiran 2 dan hasil analisis proksimat disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil analisis proksimat buah, selai, dan sirup pedada (n=2)
Komponen
Kadar air (bb)
Kadar abu (bk)
Kadar lemak (bk)
Kadar protein (bk)
Kadar karbohidrat (bk)
Buah pedada
(%)
84,760,10a
8,401,05a
4,820,88a
9,211,22a
77,573,15 a
Selai pedada
(%)
31,072,01b
0,380,24b
1,810,06 b
0,630,03b
97,670,30 b
Sirup pedada
(%)
57,811,76c
0,410,22b
1,630,93 b
0,230,08 b
97,580,57 b
Keterangan: 1) angka-angka yang diikuti huruf yang beda pada baris yang sama menunjukkan
beda nyata (p<0,05).
2) n = banyaknya ulangan pengujian.
38
Kadar air
Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam
bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita
rasa makanan (Winarno 2008). Kadar air buah pedada dari hasil penelitian adalah
sebesar 84,76% (bb), nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian
Febrianti (2010), yang menyatakan kadar air buah pedada sebesar 79,24% (bb).
Kadar air pada buah pedada pada penelitian ini hampir sama dengan buah-buahan
yang sudah diketahui seperti apel, jambu biji, jeruk, mangga kweni, nanas, dan
lemon yang berkisar antara 84,1-92,2 g (Tabel 1).
Hasil analisis ragam (Lampiran 11) pada tingkat kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa pengolahan memberikan pengaruh terhadap kadar air buah
pedada. Histogram kadar air buah pedada dan produk olahannya disajikan pada
Gambar 13.
90
84,76 (A)
80
70
57,81 (C)
60
50
40
31,07 (B)
30
20
10
0
buah pedada
selai pedada
metode pengolahan
sirup pedada
Gambar 13 Histogram kadar air buah pedada dan hasil olahannya (bb) ;
angka-angka yang diikuti huruf yang beda menunjukkan beda
nyata (p<0,05).
Hasil uji Duncan (Lampiran 12) menunjukkan bahwa kadar air buah
pedada berbeda dengan kadar air selai dan sirup pedada, dan kadar air selai
39
Pengolahan menyebabkan
penurunan kadar air dengan persentase selai pedada sebesar 63,34% dan sirup
pedada sebesar 31,80%.
memberikan penurunan yang paling besar terhadap kadar air, hal ini disebabkan
oleh pemanasan pada buah yang menyebabkan air yang terdapat dalam bahan
mengalami penguapan.
semangka menyatakan bahwa pemanasan dapat menyebabkan kadar air pada buah
yang diolah menurun. Pengolahan pada buah bertujuan untuk pengawetan buah
agar memiliki daya simpan yang lama dan pemanasan merupakan salah satu
proses pengawetan. Pemanasan dapat menguapkan air yang terdapat di dalam
bahan.
Penurunan kadar air juga disebabkan oleh penambahan gula pada
pembuatan selai dan sirup pedada. Gula memiliki sifat yaitu dapat mengikat air.
Ferreira et al. (2004) tentang sensori, mikroba, dan fisikokimia selai menyatakan
bahwa gula dapat mengikat air secara efisien sehingga penambahan gula pada
suatu produk dapat memberikan efek pengawetan.
Kadar air yang tinggi pada buah pedada menyebabkan buah tersebut cepat
mengalami kerusakan atau busuk karena air merupakan wadah untuk bakteri
berkembang biak.
karakteristik flakes menyatakan bahwa peranan air dalam bahan pangan dapat
mempengaruhi aktivitas metabolisme seperti aktivitas enzim, aktivitas mikroba,
aktivitas kimiawi yaitu terjadinya ketengikan dan reaksi-reaksi non enzimatik.
4.4.2
Kadar abu
Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi
menunjukkan total mineral yang terkandung dalam suatu bahan pangan tersebut.
Kadar abu total adalah bagian dari analisis proksimat yang digunakan untuk
mengevaluasi nilai gizi suatu bahan pangan. Sebagian besar bahan makanan,
yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik atau air, sisanya terdiri dari unsurunsur mineral yaitu zat anorganik atau yang dikenal sebagai kadar abu
(Winarno 2008). Kadar abu buah pedada yaitu 1,28 % (bb), nilai ini lebih rendah
40
Gambar 14.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
8,4 (A)
buah pedada
0,38 (B)
0,41 (B)
selai pedada
metode pengolahan
sirup pedada
Gambar 14 Histogram kadar abu buah pedada dan hasil olahannya (bk) ;
angka-angka yang diikuti huruf yang beda menunjukkan beda nyata
(p<0,05).
Hasil uji Duncan (Lampiran 14) menunjukkan bahwa kadar abu buah
pedada berbeda dengan kadar abu setelah pengolahan. Pengolahan menyebabkan
penurunan kadar abu terhadap selai dan sirup pedada dengan persentase rata-rata
95,3%, hal ini didukung oleh penelitian Kmiecik et al. (2000) tentang kadar abu
pada kacang menyatakan bahwa pemasakan secara signifikan menurunkan kadar
abu, fosfor, besi, kalsium, dan magnesium pada bahan.
4.4.3
Kadar lemak
Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan
tubuh manusia.
41
Febrianti (2010) yang menyatakan bahwa kadar lemak buah pedada sebesar
0,89% (bb).
dibandingkan dengan kadar lemak yang terdapat pada apel jambu biji, jeruk,
mangga kweni, nanas, dan lemon (Tabel 1).
Hasil analisis ragam (Lampiran 15) pada tingkat kepercayaan 95%
menunjukkan pengolahan memberikan pengaruh terhadap kadar lemak buah
pedada. Histogram kadar lemak buah pedada disajikan pada Gambar 15.
6
5
4,82 (A)
4
3
2
1,81 (B)
1,63 (B)
selai pedada
metode pengolahan
sirup pedada
1
0
buah pedada
Gambar 15 Histogram kadar lemak buah pedada dan hasil olahannya (bk) ;
angka-angka yang diikuti huruf yang beda menunjukkan beda
nyata (p<0,05).
Pengolahan menyebabkan penurunan kadar lemak terhadap selai dan
sirup pedada dengan persentase rata-rata 64,31%, hal tersebut disebabkan oleh
penggunaan suhu tinggi pada buah pedada sehingga lemak pada bahan rusak.
Penguraian lemak dapat menghasilkan zat-zat yang tidak dapat dimakan.
Kerusakan lemak menurunkan nilai gizi serta menyebabkan penyimpangan rasa
dan bau pada lemak yang bersangkutan (Winarno 2008).
4.4.4
Kadar protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang penting bagi tubuh karena
Protein adalah
42
menyatakan bahwa kadar protein buah pedada yaitu sebesar 1,17% (bb). Kadar
protein buah pedada pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan kadar protein
yang terdapat pada apel, jambu biji, jeruk, nanas, dan lemon, namun lebih rendah
dibandingkan dengan mangga kwini (Tabel 1).
Hasil analisis ragam (Lampiran 16) pada tingkat kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa pengolahan memberikan pengaruh terhadap kadar protein
buah pedada. Histogram kadar protein dapat dilihat pada Gambar 16.
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
9,21 (A)
buah pedada
0,63 (B)
0,23 (B)
selai pedada
metode pengolahan
sirup pedada
Gambar 16 Histogram kadar protein buah pedada dan hasil olahannya (bk) ;
angka-angka yang diikuti huruf yang beda menunjukkan beda
nyata (p<0,05).
Hasil uji Duncan (Lampiran 17) menunjukkan bahwa kadar protein buah
pedada berbeda dengan kadar protein setelah diolah menjadi selai dan sirup
pedada. Pengolahan menyebabkan penurunan kadar protein terhadap selai dan
sirup pedada dengan persentase rata-rata 95,33%, hal tersebut disebabkan oleh
protein yang terdenaturasi.
43
dan adanya energi panas dapat mengakibatkan terputusnya interaksi non kovalen
pada struktur alami protein.
Denaturasi protein adalah perubahan susunan rantai polipeptida suatu
molekul protein yang disebabkan oleh adanya panas, pH, bahan kimia, mekanik
dan sebagainya.
seperti ikatan disulfida pada metionin, sistein, dan sistin (Winarno 2008).
4.4.5
Kadar karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi tubuh.
Karbohidrat
bahwa
pengolahan
memberikan
pengaruh
terhadap
kadar
Gambar 17.
120
100
80
97,67 (B)
97,58 (B)
selai pedada
metode pengolahan
sirup pedada
77,57 (A)
60
40
20
0
buah pedada
Gambar 17 Histogram kadar karbohidrat buah pedada dan hasil olahannya (bk) ;
angka-angka yang diikuti huruf yang beda menunjukkan beda nyata
(p<0,05).
44
dibutuhkan pada diet manusia hanya dalam jumlah milligram atau mikrogram
perhari. Vitamin diperlukan hanya dalam jumlah sedikit, karena vitamin bekerja
sebagai katalisator yang memungkinkan transformasi kimia makronutrien yang
biasa disebut metabolisme (Harris dan Karnas 1989).
Vitamin larut lemak yang dianalisis pada buah pedada dan produk
olahannya adalah vitamin A, sedangkan vitamin larut air yang dianalisis yaitu
vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C. Hasil analisis vitamin pada buah pedada
dan hasil olahannya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Analisis vitamin buah pedada dan hasil olahannya (n=2)
Komponen (basis kering)
Vitamin A (IU/100 g)
Vitamin B1 (mg/100 g)
Vitamin B2 (mg/100 g)
Vitamin C (mg/100 g)
Buah pedada
221,97 a
5,04 a
7,65 a
56,74 a
Selai pedada
25,17 b
4,20a
1,94 b
12,20 b
Sirup pedada
12,77 b
6,72 a
1,12 b
17,08 b
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang beda pada baris yang sama menunjukkan beda
nyata (p<0,05).
n = banyaknya ulangan pengujian.
45
Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Sebagian besar
sedangkan beta karoten yang disebut prekursor tersedia di dalam pangan nabati
(Devi 2010). Hasil analisis ragam (Lampiran 25) pada tingkat kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa metode pengolahan memberikan pengaruh terhadap kadar
vitamin A buah pedada. Histogram kadar vitamin A disajikan pada Gambar 18.
250
221,97 (A)
200
150
100
50
25,17 (B)
12,77 (B)
0
buah pedada
selai pedada
sirup pedada
metode pengolahan
Gambar 18 Histogram kadar vitamin A buah pedada dan hasil olahannya (bk);
angka-angka yang diikuti huruf yang beda menunjukkan beda
nyata (p<0,05).
Gambar 18 menunjukkan penurunan kadar vitamin A pada buah pedada
yang disebabkan oleh adanya pengolahan. Pengolahan menyebabkan penurunan
kadar vitamin A terhadap selai dan sirup pedada dengan persentase rata-rata
91,46%, hal ini didukung oleh penelitian Baiyeri et al. (2011) tentang kematangan
dan metode pemasakan pada pisang raja menyatakan bahwa beta karoten pada
buah menurun setelah mengalami proses pemasakan hingga mendidih.
Englberger et al. (2009) tentang karoten pada buah pir bahwa preparasi sampel
dan penyimpanan mempengaruhi kadar karoten.
46
4.5.2
Vitamin B1
Vitamin B1 adalah salah satu vitamin larut air yang biasa disebut dengan
tiamin. Menurut Ersoy dan Ozeren (2009), vitamin B1 adalah vitamin yang
sangat labil dan tidak tahan panas bila dalam kondisi basa. Hasil analisis ragam
(Lampiran 26) pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pengolahan
tidak memberikan pengaruh terhadap kadar vitamin B1 buah pedada. Histogram
kadar vitamin B1 buah pedada dapat dilihat pada Gambar 19.
8
6,2 0(A)
7
6
5
5,04 (A)
4,20 (A)
4
3
2
1
0
buah pedada
selai pedada
sirup pedada
metode pengolahan
Gambar 19 Histogram kadar vitamin B1 buah pedada dan hasil olahannya (bk) ;
angka-angka yang diikuti huruf yang beda menunjukkan beda nyata
(p<0,05).
Gambar 19 menunjukkan kadar vitamin B1 pada buah pedada, selai dan
sirup pedada. Pengolahan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kadar vitamin B1 buah pedada, hal ini didukung oleh penelitian Furlani dan
Godoy (2008) tentang vitamin B1 dan B2 pada jamur menyatakan bahwa vitamin
B1 merupakan vitamin yang agak stabil dan suhu tidak terlalu berpengaruh.
Arab et al. (2004) tentang vitamin B1 pada makanan menyatakan bahwa
penyimpanan dan pengolahan, pengumpulan sampel dan pemasakan dapat
mempengaruhi analisis thiamin. Kumar dan Aalbersberg (2006) tentang nutrisi
makanan juga menyatakan bahwa tiamin sangat mudah rusak tergantung
banyaknya air yang digunakan.
47
4.5.3
Vitamin B2
Vitamin B2 atau yang sering disebut dengan riboflavin merupakan salah
satu vitamin yang larut dalam air. Menurut Ersoy dan Ozeren (2009), vitamin B2
merupakan salah satu vitamin larut air yang relatif stabil, tahan terhadap asam,
panas, dan oksidasi, namun tidak stabil bila dalam keadaan basa dan adanya
cahaya.
9
8
7,65 (A)
7
6
5
4
3
1,94 (B)
1,12 (B)
1
0
buah pedada
selai pedada
sirup pedada
metode pengolahan
Gambar 20 Histogram kadar vitamin B2 buah pedada dan hasil olahannya (bk) ;
angka-angka yang diikuti huruf yang beda menunjukkan beda nyata
(p<0,05).
Gambar 20 menunjukkan penurunan kadar vitamin B2 pada buah pedada
yang disebabkan oleh adanya pengolahan. Pengolahan menyebabkan penurunan
kadar vitamin B2 terhadap selai dan sirup pedada dengan persentase rata-rata
80%, hal ini didukung oleh penelitian Furlani dan Godoy (2008) tentang vitamin
B1 dan B2 pada jamur menyatakan bahwa vitamin B2 merupakan vitamin yang
relatif stabil, dan pemasakan bahan dapat menurunkan kadar vitamin pada bahan
tersebut.
48
4.5.4
Vitamin C
Vitamin C merupakan kristal putih yang mudah larut dalam air dan sangat
labil. Vitamin ini sering disebut dengan asam askorbat dan merupakan turunan
heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat berkaitan dengan
monosakarida (Almatsier 2004).
Hasil analisis ragam (Lampiran 28) pada tingkat kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa pengolahan memberikan pengaruh terhadap kadar vitamin C
buah pedada. Histogram kadar vitamin C buah pedada dan hasil olahannya dapat
dilihat pada Gambar 21.
60
56,74 (A)
50
40
30
17,08 (B)
20
12,20 (B)
10
0
buah pedada
selai pedada
metode pengolahan
sirup pedada
Gambar 21 Histogram kadar vitamin C buah pedada dan hasil olahannya (bk) ;
angka-angka yang diikuti huruf yang beda menunjukkan beda nyata
(p<0,05).
Hasil uji Duncan (Lampiran 29) menunjukkan bahwa kadar vitamin C
buah pedada berbeda dengan kadar vitamin C setelah diolah menjadi selai dan
sirup pedada. Pengolahan menyebabkan penurunan kadar vitamin C terhadap
selai dan sirup pedada dengan persentase rata-rata 74,2%, hal ini didukung oleh
penelitian Begum et al. (2009) tentang pengaruh suhu dan penyimpanan pada
kandungan vitamin C buah jeruk juga menyatakan bahwa panas, air, udara,
cahaya, dan penyimpanan dapat merusak vitamin C.
5.1
Kesimpulan
Buah pedada merupakan buah mangrove berbentuk bulat dengan rata-rata
diameter 6,05 cm dan berat 52,15 g. Rendemen yang tertinggi pada buah pedada
(Sonneratia caseolaris) adalah 73%, kulit 15%, dan kelopak 12%. Kadar air,
kadar abu, kadar lemak, dan kadar protein buah pedada menurun setelah diolah
menjadi selai dan sirup pedada.
Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah perlu
ditingkatkan kualitas produk selai dan sirup pedada sehingga menghasilkan warna
dan penampakan yang lebih baik dan menarik dan dapat dilakukan pengolahan
buah pedada atau buah mangrove lainnya menjadi produk pangan lainnya.
Komponen gizi yang terdapat pada kulit dan kelopak sebaiknya juga perlu
dianalisis sehingga lebih dapat diketahui manfaat semua bagian buah pedada.
DAFTAR PUSTAKA
51
52
Ersoy B, Ozeren A. 2009. The effect of cooking methods on mineral and vitamin
contents of African catfish. Food Chemistry 115(2):419-422.
Febrianti F. 2010. Kandungan Total Fenol, Komponen Bioaktif dan Aktivitas
Antioksidan Buah Pedada (Sonneratia Caseolaris) [skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Ferreira IMPLVO, Pestana N, Alves MR, Mota FJM, Reu C, Cunha S, Oliveira
MBPP. 2004. Quince jam quality: microbiological, physicochemical,
and sensory evaluation. Food Control 15(4):291-295.
Furlani RPZ, Godoy HT. 2008. Vitamins B1 and B2 contents in cultivated
mushrooms. Food Chemistry 106(2):816-819.
Ghalib RM, Hashim R, Sulaiman O, Awaluddin MFB, Mehdi SH, Kawamura F.
2011. Fingerprint chematoxonomic GC_TOFMS profile of wood and
bark of mangrove tree Sonneratia caseolaris (L.) Engl. Journal of
Saudi Chemical Society 15(3):229-237.
Guo W, Liu Y, Zhu X, Wang S. 2011. Dielectrical properties of honey
adulterated with sucrose syrup. Journal of Food Engineering 107(1):17
Harris RS, Karnas E. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan.
Achmadi S, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB.
Helmiyesi, Hastuti RB, Prihastanti E. 2008. Pengaruh lama penyimpanan
terhadap kadar gula dan vitamin C pada buah jeruk siam (Citrus nobilis
var. microcarpa). Buletin Anatomi dan Fisiologi 16(2):33-37.
Hui YH. 2006. Food Science, Technology, and Engineering. Boca Raton: CRC
Press.
Ikeshita Y, Kanamori Y, Fukuoka N, Matsumoto J, Kano Y. 2010. Early cell
enlargement by night-time heating of fruit produce watermelon fruit
(Citrullus lanatus Matsum, et Nakai) with high sucrose content.
Scientia Horticulturae 126(1):8-12.
Irawan
MA. 2007.
Polton sports science and
http://ppsplab.com/journal/03 [25 Agustus 2011].
performance
lab.
53
54
55
LAMPIRAN
57
58
Lampiran 2 Lembar penilaian uji kesukaan pada selai dan sirup pedada
Lembar Penilaian Uji Kesukaan
Form
Nama Panelis
Tanggal pngujian
Jenis kelamin
Umur
Instruksi
warna
rasa
parameter
aroma
tekstur
penampakan
warna
rasa
parameter
aroma
kekentalan
penampakan
59
warna
7
7
7
7
8
7
7
7
7
9
6
7
8
8
6
7
6
5
6
7
8
7
8
7
8
9
6
7
5
6
7
8
7
7
7
6
8
8
7
8
6
rasa
8
8
9
7
8
9
8
9
9
9
8
9
9
8
7
7
6
6
6
8
9
9
8
9
9
8
9
8
9
7
8
9
9
8
9
8
9
9
9
9
8
aroma
8
8
9
7
7
8
8
9
8
7
8
7
9
8
7
7
6
6
6
7
9
9
8
9
8
8
8
6
9
7
7
8
9
6
9
8
8
8
7
8
7
tekstur
8
8
9
7
8
8
8
9
8
7
8
7
8
8
6
7
6
6
6
8
8
8
8
8
8
8
9
6
7
6
8
8
8
7
9
9
8
9
7
8
6
kenampakan
7
7
8
7
5
7
7
5
8
8
6
7
7
8
6
7
6
6
6
9
8
8
7
7
8
8
6
6
7
6
7
8
7
6
7
7
8
8
7
6
6
60
42
43
44
Rata-rata
Std. deviasi
6
8
8
7,07
0,93
9
9
9
8,30
0,90
7
8
9
7,73
0,95
6
8
8
7,61
0,95
6
8
8
6,98
0,93
warna
7
7
5
7
6
8
7
7
6
6
7
5
6
5
5
6
6
8
5
6
5
6
6
6
5
5
5
6
5
6
7
7
5
rasa
8
8
6
6
7
9
8
9
8
8
7
7
6
5
7
7
8
9
7
8
6
8
9
6
6
6
6
7
7
7
8
6
6
aroma
9
8
7
6
7
8
9
9
9
8
8
8
6
6
6
6
7
9
7
8
7
9
9
7
6
8
6
9
7
6
8
8
7
kekentalan
9
8
7
7
9
8
9
8
9
8
5
8
6
6
6
7
8
9
8
8
7
8
9
7
6
6
5
6
7
6
8
8
7
penampakan
7
7
6
6
6
7
7
8
8
6
7
6
6
5
6
6
6
8
6
7
6
6
8
6
5
6
6
6
7
6
7
7
6
61
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
Rata-rata
Std. deviasi
6
6
6
6
6
8
6
7
6
9
5
6,14
0,98
7
8
9
9
7
9
7
9
9
9
6
7,39
1,17
7
9
8
9
8
8
7
8
9
8
6
7,61
1,08
7
8
8
9
8
8
7
8
9
6
5
7,41
1,19
6
8
7
7
7
8
6
7
7
8
6
6,59
0,82
% Rata-rata
84,76
31,07
57,81
% Rata-rata
8,40
0,38
0,41
62
% Rata-rata
4,82
1,81
1,63
% Rata-rata
9,21
0,63
0,23
% Rata-rata
77,57
97,67
97,58
63
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value
95
90
57.88
24.04
6
0.201
>0.150
Percent
80
70
60
50
40
30
= StDev X 100%
Mean
= 24,04 X 100%
57,88
= 41,53%
20
10
5
20
40
60
kadar air
80
100
120
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value
95
90
0.57
0.5631
6
0.299
0.091
Percent
80
70
60
50
40
30
= StDev X 100%
Mean
= 0,5631 X 100%
0,57
= 98,79%
20
10
5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
kadar abu
1.0
1.5
2.0
64
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value
95
90
0.875
0.3690
6
0.137
>0.150
Percent
80
= StDev X 100%
Mean
= 0,3690X 100%
0,875
= 42,17%
70
60
50
40
30
20
10
5
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
kadar lemak
1.2
1.4
1.6
1.8
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value
95
90
-0.5603
0.5588
6
0.280
0.144
Percent
80
70
60
50
40
30
= StDev X 100%
Mean
= 0,5588X 100%
-0,5603
= -99,73%
20
10
5
-2.0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
kadar protein
0.5
1.0
65
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value
95
90
40.12
24.86
6
0.204
>0.150
Percent
80
70
60
50
40
= StDev X 100%
Mean
= 24,86X 100%
40,12
= 61,96%
30
20
10
5
25
50
kadar karbohidrat
75
100
Lampiran 11 Analisis ragam kadar air buah, selai, dan sirup pedada
Db (derajat
bebas)
Perlakuan
Galat
Total
2
3
5
Jumlah
kuadrat
2883,17
7,17
2890,34
Kuadrat
tengah
1441,58
2,39
F hitung
Signifikan
603,08
0,00
Selai pedada
Sirup pedada
Buah pedada
2
2
2
1
31,07
= 0,05
2
57,82
84,76
Lampiran 13 Analisis ragam kadar abu buah, selai, dan sirup pedada
Perlakuan
Galat
Total
Db (derajat
bebas)
2
3
5
Jumlah
kuadrat
85,49
1,19
86,68
Kuadrat
tengah
42,75
0,40
F hitung
Signifikan
108,10
0,00
66
= 0,05
Selai pedada
Sirup pedada
Buah pedada
2
2
2
1
0,38
0,42
8,41
Lampiran 15 Analisis ragam kadar lemak buah, selai, dan sirup pedada
Perlakuan
Galat
Total
Db (derajat
bebas)
2
3
5
Jumlah
kuadrat
12,85
1,64
14,49
Kuadrat
tengah
6,42
0,55
F hitung
Signifikan
11,73
0,04
= 0,05
Selai pedada
Sirup pedada
Buah pedada
2
2
2
1
1,81
1,63
4,82
Lampiran 17 Analisis ragam kadar protein buah, selai, dan sirup pedada
Perlakuan
Galat
Total
Db (derajat
bebas)
2
3
5
Jumlah
kuadrat
102,83
1,50
104,33
Kuadrat
tengah
51,41
0,50
F hitung
102,52
Signifikan
0,00
67
= 0,05
Selai pedada
Sirup pedada
Buah pedada
2
2
2
1
0,23
0,63
9,21
Lampiran 19 Analisis ragam kadar karbohidrat buah, selai, dan sirup pedada
Perlakuan
Galat
Total
Db (derajat
bebas)
2
3
5
Jumlah
kuadrat
536,68
10,31
545,99
Kuadrat
tengah
268,34
3,44
F hitung
Signifikan
78,05
0,00
= .05
N
1
Selai pedada
Sirup pedada
Buah pedada
2
2
2
2
97,67
97,68
77,57
% Rata-rata
221,97
25,17
12,77
68
% Rata-rata
5,04
4,20
6,72
% Rata-rata
7,65
1,94
1,12
% Rata-rata
56,74
12,20
17,08
69
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value
95
90
1.548
0.5782
6
0.195
>0.150
Percent
80
70
60
50
40
30
= StDev X 100%
Mean
= 0,5782X 100%
1,548
= 37,35%
20
10
5
0.0
0.5
1.0
1.5
vitamin A
2.0
2.5
3.0
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value
95
90
5.318
4.305
6
0.280
0.144
Percent
80
70
= StDev X 100%
Mean
= 4,305X 100%
5,318
= 80,95%
60
50
40
30
20
10
5
-5
5
vitamin B1
10
15
70
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value
95
90
0.2375
0.5856
6
0.198
>0.150
Percent
80
70
60
50
40
= StDev X 100%
Mean
= 0,5856X 100%
0,2375
= 246,57%
30
20
10
5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
vitamin B2
1.0
1.5
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value
95
90
1.357
0.3145
6
0.306
0.079
Percent
80
70
= StDev X 100%
Mean
= 0,3145X 100%
1,357
= 23,18%
60
50
40
30
20
10
5
0.50
0.75
1.00
1.25
1.50
vitamin C
1.75
2.00
2.25
71
Lampiran 26 Analisis ragam kadar vitamin A buah, selai, dan sirup pedada
Perlakuan
Galat
Total
Db (derajat
bebas)
2
3
5
Jumlah
kuadrat
55097,864
54016,347
109114,211
Kuadrat
tengah
27548,932
18005,449
F hitung
Signifikan
1,530
0,348
= 0,05
Selai pedada
Sirup pedada
Buah pedada
2
2
2
1
25,17
12,77
221,97
Lampiran 28 Analisis ragam kadar vitamin B1 buah, selai, dan sirup pedada
Perlakuan
Galat
Total
Db (derajat
bebas)
2
3
5
Jumlah
kuadrat
6,608
86,050
92,658
Kuadrat
tengah
3,304
28,683
F hitung
Signifikan
0,115
0,895
Lampiran 29 Analisis ragam kadar vitamin B2 buah, selai, dan sirup pedada
Perlakuan
Galat
Total
Db (derajat
bebas)
2
3
5
Jumlah
kuadrat
50,628
70,999
121,627
Kuadrat
tengah
25,314
23,666
F hitung
Signifikan
1,070
0,446
72
= 0,05
Selai pedada
Sirup pedada
Buah pedada
2
2
2
1
1,94
1,12
7,65
Lampiran 31 Analisis ragam kadar vitamin C buah, selai, dan sirup pedada
Perlakuan
Galat
Total
Db (derajat
bebas)
2
3
5
Jumlah
kuadrat
2387,260
17,839
2405,099
Kuadrat
tengah
1193,630
5,946
F hitung
Signifikan
200,731
0,001
= 0,05
N
2
2
2
1
12,2
17,08
56,74