Moekasan, Laksminiwati
Prabaningrum, Nikar di Gunadi, dan Asih K. Karjadi
(Tanggal diunggah 11 Maret 2016)
Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar
PENDAHULUAN
1
Benih sehat dimaksudkan untuk meminimalkan sumber infeksi pada awal pertanaman.
Dimana kesehatan benih asal menentukan kesehatan hasil panen berikutnya. Penyakit terbawa
umbi diminimalkan atau dicegah dengan melakukan pengendalian selama pertanaman atau
melakukan roguing di pertanaman. Benih kentang yang sehat harus mempunyai karakter : (1)
umbi benih kentang tidak terinfeksi oleh penyakit terbawa umbi, (2) kemampuan bertunas baik,
(3) varietas benar, tidak tercampur varietas lain, dan (4) berukuran umbi benih.
G1 : Benih yang memenuhi standar G1 atau dihasilkan dari pertanaman G0 atau kelas yang lebih
tinggi dengan pengawasan dari instansi penyelenggara Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran
Benih
G2 : Benih yang memenuhi standar G2 atau yang dihasilkan dari pertanaman G1 atau kelas
yang lebih tinggi dengan pengawasan dari instansi penyelenggara Sertifikasi dan
Pengawasan Peredaran Benih
Pengertian jumlah batang dalam pertanaman kentang ada dua yaitu : (1) jumlah
tanaman per satuan luas dan (2).jumlah batang pertanaman . Jumlah batang
pertanaman akan meningkatkan jumlah umbi, tetapi menurunkan ukuran umbi
( bobot dan diameter ).
Dalam produksi kentang untuk ukuran benih, dilakukan penanaman secara rapat
atau yang akan menghasilkan jumlah batang tinggi per satuan luas, agar didapatkan
umbi berukuran benih yaitu 25 – 30 umbi per kilogram.
2
Kerapatan tanaman per satuan luas dalam pertanaman kentang sangat ditentukan
oleh:
(a) Lingkungan tumbuh tanaman: pertanaman kentang yang ditanam dalam kondisi
kurang baik (tanah tidak subur ,pemupukan/pemeliharan tidak tepat) ,
mengakibatkan pertumbuhannya tidak maksimal, sehingga produksi per
tanaman atau per satuan luas tidak meningkat.
(b) Tujuan penanaman untuk kentang konsumsi atau benih.
(c) Varietas tanaman. Pada beberapa varietas kentang, pertumbuhan daun
lebat/rimbun, sehingga daerah di sekitar tanaman lembab, akibatnya tanaman
mudah terserang penyakit layu.
3
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengatasi penyakit virus pada pembuatan
benih kentang. Ada 5 upaya pencegahan penularan dan penyebaran virus pada benih
kentang , yaitu:
(1) menggunakan benih bersertifikat minimal setingkat lebih tinggi, (2) memusnahkan
tanaman terinfeksi, (3) membatasi jumlah dan keaktifan vektor, (4) memberi
perlindungan fisik.dan (5) pengendalian OPT kentang melalui pengendalian hama
terpadu.
(2) Penyakit busuk daun
4
(4) Penyakit kudis (Scab)
5
(6) Nematoda Sista kuning /NSK
Pada pertanaman kentang yang hasil umbinya akan dipergunakan sebagai benih
dilakukan seleksi positif untuk populasi tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dan
seleksi negatif untuk populasi tanaman yang pertumbuhannya baik. Adapun seleksi ini
dilakukan pada saat tanaman berumur 30 – 45 hari setelah tanam sampai panen umbi.
Sebaiknya seleksi ini dilakukan lebih dari satu kali dengan memberi tanda/ajir pada
tanaman yang terpilih pada seleksi positif dan membuang /mencabut tanaman pada
seleksi negatif.
Arti dari positif dan negatif seleksi adalah (1) seleksi positif yaitu
mengambil/memilih tanaman sehat dari populasi tanaman dan (2) seleksi negatif
adalah membuang tanaman sakit/terinfeksi dari populasi tanaman. Kedua teknik ini tidak
menjamin umbi yang dihasilkan akan sehat dan baik.
2. Roguing
Roguing adalah suatu kegiatan unatuk membuang tanaman yang terserang penyakit
sistemik terutama virus (PLRV,PVX,PVY), campuran varietas lain, atau penyakit
6
lainnya. Kegiatan ini harus dilakukan sedini mungkin ketika tanaman berukuran tinggi
15 – 20 cm, dan dilakukan setiap minggu selama satu musim tanam. Adapun caranya
dengan mencabut /membuang tanaman terserang penyakit, tanaman yang
pertumbuhannya menyimpang atau tanaman yang berpotensi menjadi sumber inokulum .
Roguing adalah cara untuk mempertahankan tanaman tetap sehat.
1. Pemilihan lokasi
Dalam memproduksi benih kentang harus dipilih lokasi pertanaman yang sesuai
dengan persyaratan pertanaman kentang, Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh
varietas, kualitas sumber benih (umur fisiologis benih, keadaan tunas
umbi/dormansi), variasi tanah, kelembaban, iklim, pemeliharaan dan pemupukan
tanaman .
Produksi benih di Indonesia sebaiknya dilakukan di dataran tinggi dengan
ketinggian > 1400 m di atas permukaan laut. Pada ketinggian tersebut pertumbuhan
tanaman kentang benar-benar dapat dibedakan antara tanaman sehat dan tanaman
yang terinfeksi penyakit, dan perbedaan varietas atau campuran varietas lain. Suhu
pada ketinggian tersebut sesuai pula untuk pembentukan umbi. Serangan penyakit
layu bakteri akan semakin berkurang dengan menurunnya temperatur atau di lokasi
semakin tinggi dari permukaan laut. Selain penyakit sistemik virus, penyakit layu
bakteri merupakan penyakit tular tanah yang paling bahaya di daerah tropis.
Tanah (lokasi) untuk pertanaman kentang khususnya untuk produksi benih
sebaiknya bebas dari penyakit – penyakit tular umbi (layu , bakteri , NSK, scab,
Fusarium sp). Selain itu di tanah (lokasi) untuk perbenihan sebaiknya dilakukan rotasi
tanaman dengan baik.
2. Isolasi
3. Seleksi
Untuk menghasilkan benih sehat dan murni perlu dilakukan seleksi dengan
membuang/mencabut tanaman yang terserang penyakit atau tanaman yang
menimpang /”off type” kegiatan ini dinamakan rouging.
Dalam menghasilkan benih baik bersertifikat dilakukan seleksi masa negatif , dengan
melakukan pembersihan terhadap tanaman yang tidak dikenhendaki. Adapun
pembersihan (rouging) dilakukan terhadap:
a. Varietas yang menyimpang atau tercampur varietas lain, untuk mempertahankan
kemurnian benih.
b. Tanaman yang terserang penyakit yang akan terbawa umbi ( layu bakteri, virus,
Fusarium dll).
c. Tanaman yang pertumbuhannya tidak normal.
Roguing/ pembersihan terhadap tanaman dilakukan sejak awal stadia
pertumbuhan sampai dengan panen. Untuk menjamin mutu/ kualitas benih yang
dihasilkan , dilakukan pemeriksaan tanaman di lapangan oleh BPSB (Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih) atau instansi yang berwenang. Pada umumnya
pemeriksaan dilakukan dua kali selama pertumbuhan, yaitu saat keadaan
pertumbuhan paling cocok untuk membedakan varietas campuran dan keadaan
serangan penyakit pada umur 40 – 50 hari setelah tanam dan 55 – 60 hari setelah
8
tanam, untuk memeriksa apakah seleksi atau rouging tersebut benar-benar
dilakukan dengan baik.
4. Produksi umbi ukuran benih
Untuk menghasilkan umbi berukuran benih harus ditanam umbi yang mempunyai
ukuran tertentu karena ada kecenderungan bahwa dengan menanam umbi berukuran
besar akan diperoleh umbi kecil dan demikian sebaliknya.
Salah satu kultur teknis yang mempengaruhi produksi ukuran benih ialah jarak
tanam. Pada umumnya jarak tanam yang digunakan untuk tanaman kentang ialah 70 cm
x 30 cm atau 80cm x 30 cm. Dari bebearapa penelitian didapatkan jarak tanam sempit
akan menghasilkan persentase umbi ukuran benih lebih tinggi.
5. Panen, Sortasi dan Grading
Panen tanaman dilakukan setelah tanaman memasuki masa senesens /tua atau
disesuaikan dengan umur varietas yang ditanam. Varietas genjah /berumur pendek dapat
dipanen pada umur 100 hari setelah tanam sedangkan varietas berumur dalam/panjang
120 – 140 hari setelah tanam. Tanda- tanda bahwa umbi telah siap dipanen adalah kulit
umbi telah melekat dengan daging umbi dan tidak terkelupas kulitnya apabila ditekan.
Saat panen diusahakan pada saat suaca cerah, tidak hujan. Umbi dibiarkan
beberapa saat di lapangan sehingga tanah yang menempel pada umbi akan kering. Saat
sortasi dan umbi dibawa ke gudang dalam keadaan bersih dari tanah yang menempel di
umbi.
Pemilihan umbi-umbi yang cacat/rusak mekanis, busuk, terinfeksi hama dan
penyakit, nematoda, scab, umbi yang menyimpang dan umbi berukuran sangat kecil
dilakukan di lapang (sortasi). Untuk umbi calon benih dilakukan grading di gudang
benih.
6. Penyimpanan
Penyimpanan umbi calon benih dapat dilakukan dalam gudang gelap atau gudang
terang, dalam keadaan suhu rendah ( 2 oC s.d 4 o C) atau dalam keadaan suhu ruang.
Penyimpanan dalam gudang gelap akan menghasilkan tunas umbi panjang dan kurus.
9
Sedangkan dalam gudang terang tunas akan kuat/vigor, berwarna gelap serta
berukuran pendek. Penyimpaan calon umbi benih pada suhu rendah akan
menghambat/memperlambat pertunasan, sedangkan di suhu ruang/ suhu tinggi akan
mempercepat pertunasan .
Pada umumnya calon benih tidak bertunas dalam beberapa minggu/bulan setelah
panen. Lamanya masa istirahat /dormansi tergantung pada varietas dan perlakuan
calon umbi benih. Masa calon benih bertunas/pecahnya masa dormansi sangat
bergantung pada :
(a) Suhu penyimpanan : penyimpanan pada suhu rendah akan menghambat
pertunasan dan sebaliknya .
(b) Kelembaban : pengaturan kelembaban di dalam ruang penyimpanan sangat
penting. Kelembaban tidak boleh terlalu rendah , untuk mencegah kehilangan
bobot karena terlalu kering. Apabila terlalu lembab akan meningkatkan infeksi
penyakit.Kelembaban tinggi akan mempermudah pengembunan yang
menyebabkan umbi sangat lembab dan mudah bertunas serta kemungkinan
pembusukan oleh mikro organisma akanmeningkat.
(c) Sistim peredaran udara: Sistim peredaran udara dalam penyimpanan calon benih
sangat diperlukan untuk memperoleh peredaran udara dingin , bersih dan merata.
Sistim peredaran udara ini sangat tergantung pada cara penyimpanan calon benih
di gudang, di dalam waring , di peti benih atau di rak benih.
(d) Pertunasan sebelum ditanam: Pertunasan berarti menumbuhkan tunas, keadaan
tunas sehat dari umbi calon benih beberapa minggu sebelum di tanam, sehingga
akan mendapatkan tanaman yang seragam di lapangan. Umbi yang menghasilkan
tunas-tunas yang tidak sehat harus dibuang. Umbi berukuran besar akan
menghasilkan tunas yang lebih banyak daripada umbi berukuran kecil. Tujuan
utama penumbuhan tunas adalah untuk menumbuhkan tunas berukuran 2 – 3 cm,
dengan tunas yang sehat , berwarna cerah, kekar /vigor sehingga tidak mudah
patah waktu akan ditanam. Suatu hal yang perlu diperhatikan apabila benih
disimpan dalam suhu rendah harus dikeluarkan dan ditunaskan 4 – 6 minggu
10
sebelum ditanam, sebab apabila langsung ditanam akan menghambat
pertumbuhan tanaman kentang di lapangan.
(e) Perlakuan calon benih : Untuk mencegah serangan hama dan penyakit di gudang,
calon benih diberi perlakuan dengan perendaman atau fumigasi insektisida dan
fungisida. Selain itu dilakukan pemeliharaan calon benih dengan melakukan
sortasi benih setiap 2 – 4 minggu sekali.
7. Sertifikasi benih
11
Tabel . Persyaratan Kesehatan Benih di Lapangan dan Gudang
Daftar Pustaka
Asandhi, A.A. et al. 1989. Kentang (edisi kedua), Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai
Penelitian Hortikultura Lembang, 197 pp.
Ati. S.D. 2006. Dukungan penelitian Virus dalamPengembangan Perbenihan Kentang. Orasi Pengukuhan
Peneliti Utama sebagai Profesor Riset Bidang Hama dan Oenyakit Tanaman. Badan Litbang
Pertanian. Deptan. 20 pp.
Bryan , J.E. 1983. On farm seed improvement by the potato seed plot technique. Technical information
Bull. 7. CIP – Lima Peru. 13 pp.
Cartbaoui, R. 1984. Roguing potatoes. Technical Information. Bull 5. CIP – Lima Peru, 12 pp.
Direktorat Perbenihan Hortikultura, Dirjen Hortikultura. 2015. Standar Operasional Prosedur Produksi
Benih kentang (Solanum tuberosum L), Kelas benih BS,BD,BP dan BR, , 63 hal.
Struik, P.C. and Wiersema, S.G. 1999. Seed Potato technology. Wageningen Pers, Wageningen .
The Netherlands.
Sunarjono, H. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya kentang. Agromedia. Pustaka Jakarta, 109 pp.
Wiersema, S.G. 1987. Effect of stem density on potato production . Technical Information Bull 1.
( Revised) . CIP – Lima Peru.
12