Anda di halaman 1dari 22

AL-KINDI

FAHRUDDIN FAIZ
FILSAFAT AL-KINDI
 Menurt Al-Kindi, filsafat ialah ilmu tentang hakekat (kebenaran)
sesuatu menurut kesanggupan manusia, yang mencakup ilmu
ketuhanan, ilmu Keesaan (wahdaniyyah), ilmu keutamaan (fadhilah),
ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya, serta
cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan.
 Tujuan seorang filosof Bersifat Teori, yaitu mengetahui kebenaran, dan
Bersifat amalan, yaitu mewujudkan kebenaran tersebut dalam
tindakan. Semakin dekat kepada kebenaran semakin dekat pula
kepada kesempurnaan.
MENYIKAPI PARA FILOSOF YUNANI
 “Adalah kewajiban kita untuk tidak mencela orang
yang telah memberi manfaat besar bagi kita. Meskipun
para filosof itu tidak berhasil mencapai sebagian
kebenaran, mereka adalah saudara yang telah
memberikan buah pikiran bagi kita, sehingga menjadi
jalan dan alat untuk mengetahui banyak hal yang
belum mereka capai. Para filosof juga menyadari bahwa
tak seorang pun dapat mencapai kebenaran yang
sempurna dengan upaya sendiri. Masing-masing pihak
mungkin hanya dapat memperolehnya sedikit, tetapi
bila dihimpun butir-butir yang sedikit itu niscaya akan
menjadi bukit”.
MENYIKAPI PARA PENENTANG FILSAFAT
 “Berarti mereka mengingkari kebenaran, dan karena itu termasuk golongan
kafir. Sesungguhnya dalam keadaan apapun orang tidak bisa menolak filsafat.
Jika ia menerima filsafat, maka ia akan memperlajarinya. Jika ia menolak
filsafat, ia juga harus berfilsafat untuk membuat argumen tentang kebenaran
dirinya. Argumen tersebut juga termasuk dalam filsafat, yakni ilmu tentang
hakekat sesuatu.
 “Disadari atau tidak, hasil pemikiran (para filosof) ada yang bertentangan
dengan ajaran Alquran. Namun, hal itu tidak boleh dijadikan sebab untuk
menolak filsafat, karena ia dapat diselesaikan dengan cara ta’wil. Ajaran agama
yang dibawa para Nabi dan Rasul bukan berasal dari dirinya sebagai hasil
usahanya, tetapi anugrah dari Allah SWT yang merupakan anugrah terhadap
hamba pilihan-Nya. Selain itu, ajaran agama bersifat ringkas, jelas dan mudah
dipahami. Sedangkan filsafat merupakan produk usaha manusia dalam
membahas, meneliti dalam waktu yang lama, dan dengan metode yang
rasional”.
MENYAMBUT KEBENARAN
 “Sewajarnya kita tidak usah malu menyambut dan
menerima kebenaran dari mana pun asalnya,
walaupun dari bangsa atau umat yang jauh berbeda
dengan kita. Sesungguhnya tidak ada yang lebih
utama bagi penuntut kebenaran dari pada
kebenaran. Adalah tidak wajar merendahkan serta
meremehkan orang yang mengatakan dan
mengajarkannya. Tak ada seorang pun yang rendah
dengan sebab kebenaran, bahkan semua orang akan
menjadi mulia oleh kebenaran”.
KESULITAN AL-KINDI

 Memahamkan masyarakat untuk berpikiran terbuka; kebenaran


adalah kebenaran, dari manapun datangnya, dan kebenaran
adalah yang paling berharga dalam kehidupan ini_karena sistem
masyarakat Islam saat itu yang cenderung ‘tertutup’
 Mengadaptasi bahasa Arab agar sesuai dengan maksud dari satu
ekspresi-filosofis. Bahasa Arab itu lebih puitis, sementara bahasa
Yunani lebih filosofis-saintifik.
 Ada istilah Yunani yang diserap apa adanya, seperti falsafah
 Ada istilah Yunani yang dicari padanannya dalam bahasa Arab, seperti
hikmah, khayal, hissy
 Membuat kata-kata baru, misalnya mahiyyah (dari kata ma
huwa/hiya), huwiyyah (ke-diaan)
 Istilah lama dengan makna baru, seperti masya’iyyah, aql.
DALIL KESETARAAN AGAMA DAN FILSAFAT: NAQLI

 Q.S. Al-Baqarah ayat 164 :


َّ‫اس َومَا‬
ََّ ‫ع ٱلن‬ ََّ ‫ك ٱلتِي تَ ۡج ِري فِي ۡٱلبَ ۡح َِّر بِمَا يَن‬
َُّ ‫ف‬ َِّ ‫َٱل ُف ۡل‬
َّۡ ‫َار و‬ َِّ ‫ل وَٱلنه‬ َِّ ‫ف َٱل ۡي‬ َِّ َ‫َٱختِ َٰل‬
ۡ ‫ضِ و‬ ََّ ۡ‫م َٰ َوتَِّ و َۡٱۡلَر‬ َِّ ‫خ ۡل‬
َ َٰ ‫ق ٱلس‬ َ ‫ إَِنَّ فِي‬
ِ‫ب‬
َّ ‫حِ وَٱلسحَا‬ َّ َ‫يف ٱل ِر َٰي‬
َِّ ‫ص ِر‬ ۡ َ‫ل دَابةَّ َوت‬ ُ
َِّ ‫ها َوبَثَّ فِيهَا ِمن ك‬ ََّ ‫ض ب َۡع‬
ََّ ِ‫د م َۡوت‬ ََّ ۡ‫ه ٱۡلر‬ۡ َِّ ِ‫ن ٱلسمَا َِّء ِمن َماءَّ َفأ ۡحيَا ب‬ ََّ ‫ٱّلل ِم‬َُّ ‫ل‬ََّ ‫أن َز‬
١٦٤ ‫ون‬ َ ُ ۡ َ
َّ ‫ض ۡليَتَّ لِق ۡومَّ يَع ِقل‬ َٰ َ ۡ
َِّ ۡ‫ن ٱلسمَا َِّء وَٱۡلر‬ ََّ ‫سخ َِّر ب َۡي‬ َ ‫م‬ ُ ‫ۡٱل‬
 Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu
Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit
dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi
kaum yang memikirkan

 Al-Hasyr-2
َ َٰ ‫ٱع َت ِب ُرواَّ َٰيَ ُأولِي ۡٱۡلَ ۡب‬
٢ ‫ص َِّر‬ ۡ ‫ َف‬
 Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang
mempunyai wawasan
DALIL KESETARAAN AGAMA DAN FILSAFAT: AQLY

 Pertama, ilmu agama merupakan bagian dari filsafat.


 Kedua, wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan
kebenaran filsafat saling bersesuaian.
 Ketiga, menuntut ilmu, secara logika diperintahkan
dalam agama.
 keempat, teologi adalah bagian dari filsafat dan umat
Islam wajib belajar teologi juga filsafat
FALSAFAH AL-’ULA AL-KINDI

”Sesungguhnya ilmu manusia yang derajatnya


paling mulia adalah filsafat, Sedangkan filsafat
yang paling mulia dan paling tinggi derajatnya
adalah Filsafat yang Pertama (Falsafah al-‘Ūlā),
yakni pengetahuan tentang al-Haq al-Ūlā yang
menjadi Sebab segala sesuatu (‘illah kulli syai’)
yang tidak lain adalah Allah SWT.”
 Tuhan bagi AL-Kindi adalah Al-Wahid Al-Haqiqah (Esa Yang
Sejati), sedang esa-esa yang lain di alam ini adalah Al-Wahid
bi Al-Majaz (Esa Yang Relatif atau Majazy). Keesaan Tuhan
tidak mengandung kejamakan, sedangkan esa-esa yang lain
selalu berkonotasi kejamakan.
 Tuhan adalah Wujud sempurna yang tidak didahului oleh
wujud lain, tidak berakhir wujudnya dan tidak ada wujud
kecuali dengan-Nya.
Dalam risalah Falsafatul ‘Ula : Tuhan itu
 Tidak dapat dipahami oleh akal
 Pikiran mausia hanya dapat membaca kategori-kategori yang
ia dapatkan dari pikiran murninya
 Wujud yang mempunyai keabadian mutlak
 Tidak mempunyai hakikat dalam arti aniyah atau mahiyah,
 Tidak aniyah karena tuhan tidak masuk dalam benda-benda yang
ada di alam, bahkan ia adalah pencipta alam, ia tidak tersusun dari
materi dan bentuk (al-huyuli dan al-shurah).
 Tuhan juga tidak mempunyai hakikat mahiyah karena ia bukan
genus atau spesies, Tuhan hanya satu dan tidak ada satupun yang
dapat menyamai Tuhan,
BUKTI ADANYA TUHAN: KAUSALITAS
• Di dunia ini ada hubungan sebab akibat (causal),
• Sesuatu yang ada pasti mempunyai sebab yang
mengadakannya, rangkaian sebab tersebut harus ada
akhirnya, sehingga pasti ada sebab pertama atau
sebab sejati. Sebab sejati inilah yang oleh seorang
muslim disebut Allah.
• Dalam filsafat Al-Kindi ada dua sebab : pertama, sebab
yang berupa ciptaan dari ketidak-adaan (ibda’, creato
ex nihilo), kedua, adalah sebab lanjutan, yaitu sebab-
sebab tersebut ada lantaran sebab-sebab lain.
BUKTI ADANYA TUHAN: ‘BARU’-NYA ALAM
• Teori Aritmatika
• Bilangan itu memiliki keberakhiran
• Keberakhiran itu disebabkan oleh keterbatasan jumlah benda di alam
semesta
• Keterbatasan jumlah benda menunjukkan keterbatasan ruang, sebab
benda selalu membutuhkan ruang
• Keterbatasan benda dan ruang berarti keterbatasan gerak, karena
gerak muncul karena keberadaan benda
• Adanya keberakhiran gerak berarti menunjukkan keberakhiran waktu,
karena waktu muncul karena ada gerakan dalam alam semesta
• MAKA BERARTI ALAM INI BUKAN SESUATU YANG ABADI__BERARTI
MENGALAMI KEBERAKHIRAN__BERARTI ‘BARU’ KARENA KEBERAKHIRAN
ADALAH SIFAT DARI YANG ‘BERAWAL’ (HADIS)
BUKTI ADANYA TUHAN: KERAPIAN ALAM

• Alam tidak mumkin rapi dan teratur kecuali karena


adanya Zat yang tidak nampak. Zat yang tidak nampak
tersebut hanya dapat diketahui dengan melalui bekas-
bekas-Nya dan kerapian yang terdapat pada alam ini.
Jalan ini terkenal dengan nama “Sebab Tujuan” (Illat
Ghayyah).
JIWA
 Jiwa itu sederhana tidak tersusun atau basithah, mulia, sempurna
dan penting. Subtansinya berasal dari subtansi Tuhan, seperti cahaya
berasal dari matahari.
 Jiwa mempunyai wujud tersendiri dan lain dari badan dan dari nafsu.
Sebagai bukti ini Al-Kindi mengemukakan kenyataan bahwa jiwa
kadang menentang keinginan nafsu yang berorientasi bagi
kepentingan badan. Pada waktu marah mendorong manusia untuk
berbuat sesuatu, maka jiwa akan melarang dan mengontrolnya,
seperti penunggang kuda yang hendak menerjang terjang. Jika nafsu
syahwat muncul kepermukaan, maka jiwa akan berpikir bahwa ajakan
syahwat itu salah dan membawa pada keerendahan, lalu jiwa akan
menentang dan melarangnya.
KEKEKALAN JIWA
 Jiwa itu kekal dan tidak hancur bersama hancurnya badan. Jiwa tidak hancur
karena subtansinya dari Tuhan. Ketika jiwa berada dalam badan, ia tidak
mendapat kesenangan yang sebenarnya dan pengetahuannya tidak
sempurna. Baru setelah ia berpisah dengan badan, ia akan memperoleh
kesenangan yang sebenarnya dalam bentuk pengetahuan yang sempurna.
Setelah berpisah dengan badan, jiwa pergi ke Alam Kebenaran atau Alam
Akal (al-‘alam a- haq, al-‘alam al-aql) di dalam lingkungan cahaya Tuhan,
dekat dengan Tuhan dan dapat melihat Tuhan. Tempat inilah kebahagiaan
abadi yang akan dirasakan oleh jiwa yang suci
 Jiwa yang tidak suci, setelah berpisah dengan badan, ia tidak akan langsung
masuk ke Alam kekal, tetapi ia akan mengembara untuk jangka waktu
tertentu untuk membersihkan diri. Mula-mula jiwa bermukim di Bulan,
kemudian di Mercuri dan terus ke Falak yang lebih tinggi lagi guna
pembersihannya setahap demi setahap. Setelah jiwa benar-benar bersih,
jiwa itu baru memasuki Alam Kebenaran atau Alam Kekal.
DAYA JIWA
 Jiwa manusia itu mempunyai tiga daya, yaitu
 Sensasi/Rasa (al-Hiss);
 Daya Pertengahan, seperti hafalan (al-Hifz),
hasrat/gairah, kemarahan, makan dan tumbuh, imajinasi.
 Intellectual (‘aql), yang paling kuat diantara ketiganya.
AKAL
AKAL MEMILIKI EMPAT TINGKATAN:
 Akal yang selamanya beraktualisasi (al-’aql bi al-fi’l da’iman)_akal metafisik
yang ada di luar realitas_akal inilah yang ‘menyinari’ akal manusia
 Akal Potensial (al-’aql bi al-quwwah)_potensi akal dalam menangkap arti-arti
murni
 Akal Bakat (al-’aql bi al malakah)_akal yang telah mengalami pergeseran dari
potensi menuju aktual
 Akal Nyata (aql zahir)_kenyataan tercapainya sebuah pengetahuan
KETERBATASAN AKAL

 Al-Kindī, secara jelas meyakini bahwa rasio manusia


memiliki sisi keterbatasan/kelemahan. Karena
kelemahan itulah, tidak semua pengetahuan bisa
ditangkap oleh akal. Maka untuk membantu
pemahaman yang tidak bisa dijelaskan akal manusia
perlu dibimbing oleh wahyu.
EPISTEMOLOGI
 Ada dua jenis Penangkapan manusia terhadap
pengetahuan:
◦ Persepsi melalui panca-indera
◦ Pengetahuan melalui akal
 Ada dua jenis realitas:
◦ Partikular (bisa ditangkap oleh panca-indera)
◦ Universal (ditangkap oleh akal)
 Pengetahuan dari akal itu lebih qualified dan
bisa disandari.
AL-KINDI “QUOTES”
DIAMBIL DARI “AL-MUNTAKHAB” KARYA AL-SIJISTANI
 Mengkaji buku-buku filsafat adalah hari raya bagi jiwa rasional
 Ia yang mengekang lidahnya akan memiliki banyak pendukung
 Ia yang jatuh cinta kepada hal-hal yang kelihatan saja, akan bertemu
dengan bencana
 Ia yang menghindar dari dunia tidak akan bisa ditundukkan oleh dunia;
dan ia yang mendambakan dunia akan dibuat letih oleh dunia
 Ia yang selalu bersyukur, musim seminya tidak akan bertemu musim gugur
 Ia yag selalu merasa kurang (menuntut), kehinaannya akan selalu
bertambah
 Ia yang disetir oleh ketamakan, akan selalu diikuti oleh keinginan
 Ia yang ditaklukkan oleh rasa marah, penyesalan akan menimpa dirinya
 Kesombongan itu baunya lebih busuk dibandingkan bangkai

Anda mungkin juga menyukai