PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan yang halal dan baik merupakan tuntunan agama. Halal
dari segi dhahiriyah dan sumber untuk mendapatkan makanan tersebut
apakah melalui cara-cara yang halal. Memakan makanan yang halal dan
baik merupakan bukti ketaqwaan kita kepada Allah, karena memakan
makanan halal dan baik merupakan salah satu ibadah.
Allah membolehkan manusia seluruhnya memakan makanan yang
telah diberikan Allah di bumi ini, yang halal dan yang baik saja, serta
meninggalkan yang haram. Allah menyeru manusia supaya menikmati
makanan-makanan yang baik dalam kehidupan mereka dan menjauhi
makanan-makanan yang tidak baik, karena dunia diciptakan untuk seluruh
manusia. Karunia Allah bagi setiap manusia adalah sama, baik beriman
atau tidak beriman. Kehidupan manusia tak pernah berpisah dengan
lingkungan sekitarnya. Allah SWT menciptakan berbagai makhluk hidup ,
diantaranya manusia, hewan, dan tumbuhan. Makhluk hidup tersebut
merupakan satu kesatuan dalam hubungan sosial antar makhluk hidup.
Manusia membutuhkan bahan yang dapat ia olah menjadi makanan yang
dapat membuat dia tidak letih dalam menjalankan aktivitas kehidupannya
atau dapat dikatakan manusia membutuhkan hewan dan tumbuhan
sebagai bahan untuk membuat olahan dari kulit ia dapat makan dan
dapat menambah energi tubuhnya yang akan habis,hewan juga
membutuhkan manusia namun ada juga hewan yang hidup di alam liar
sehingga tidak membutuhkan bantuan manusia dalam hidupnya. Makhluk
hidup yang diciptakan Allah SWT diciptakan untuk tetap bertasbih dan
bersujud kepada-Nya., apakah itu manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Semuanya tetap harus mematuhi perintah dari Tuhan-nya dan menjauhi
segala larangannya. Terkhusus bagi manusia sebagai khalifah di muka
bumi ini. Manusia perlu menghindari setiap perbuatan/sikap dan sifat
yang berdampak negatif, tidak memakan makanan yang telah dilarang
dalam agama.Maka dari itu, manusia harus selalu mengingat hal-hal yang
dilarang dalam agamanya.
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
3) Tidak merusak badan, akal, maupun pikiran
4) Tidak kotor, najis, dan tidak menjijikkan
5) Bergizi dan tidak mengandung racun yang bisa menyebabkan penyakit
6) Tidak di satukan dan tidak tercampuri dengan barang yang haram
7) Tidak memabukkan
8) Di peroleh dengan cara yang halal
4
C. Syarat Makanan yang Halal
1) Suci, bukan najis atau yang terkena najis, firman Allah maksudnya:
"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang disembelih dengan nama selain Allah". (Surah Al Baqarah : 173).
2) Aman, tidak bermudharat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, firman Allah
"Dan janganlah kamu menjerumuskan diri kamu kedalam kebinasaan". (Surah Al
Baqarah:195).
3) Tidak memabukkan, sabda Rasulullah SAW yang bermaksud :"Setiap yang memabukkan
adalah khamar dan setiap khamar adalah haram". (Sahih Muslim).
4) Disembelih dengan penyembelihan yang sesuai dengan syari'at jika makanan itu berupa
daging hewan.
Artinya:
Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat dibumi dan
jangan kamu megikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata
bagimu. (Q.S. Al Baqarah/2:168).
Dari itu Allah SWT juga berfirman dalam Al Quran Surat Al Baqarah
ayat 172 yaitu:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya
kamu menyembah.
5
diri kita dan keluarga kita. Hasil dari makanan minuman yang halal sangat membawa
berkah, barakah bukan berarti jumlahnya banyak, meskipun sedikit, namun uang itu
cukup untuk mencukupi kebutuhan sahari-hari dan juga bergizi tinggi. Bermanfaat bagi
pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak. Lain halnya dengan hasil dan jenis barang
yang memang haram, meskipun banyak sekali, tapi tidak barokah, maka Allah
menyulitkan baginya rahmat sehingga uangnnya terbuang banyak hingga habis dalam
waktu singkat.
Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :
1. Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,
2. Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,
3. Mendapat perlindungan dari Allah SWT,
4. Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
5. Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,
6. Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.
7. Manusia dapat bertahan hidup di dunia sampai batas yang di tentukan
Allah SWT.
8. Manusia dapat mencapai ridha Allah SWT dalam hidup karena dapat
memilih jenis makanan maupun minuman yang baik sesuai petunjuk
Allah SWT.
9. Manusia dapat memiliki akhlak karimah karena makanan dan minuman
yang halal memengaruhi watak dan perangai manusia menjadi sabar,
tenang, dan qanaah.
10. Manusia dapat terhindar dari akhlak mazmumah karena tidak
mengkomsumsi makanan dan minuman yang haram. Makanan dan
minuman yang haram akan mempengaruhi sikap mental menjadi tidak
terpuji seperti mudah marah, kasar ucapan, maupun perbuatannya.
6
2. Sesungguhnya Saad Ibnu Ubayyin mohon pada Rosulullah SAW agar
didoakan kepada Allah supaya doanya diterima (mustajab), maka
beliau bersabda kepadanya : Perbaiki makanan, niscaya diterima doa-
doamu. (HR. Tabrani)
3. Surat An Nahl Ayat 114 yaitu:
Artinya:
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan
Allah kepadamu(QS. An Nahl :114)
5. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
Artinya:
Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka
neraka lebih pantas untuknya.
G. Gambar Makanan Haram
7
I. Kriteria Makanan atau Binatang yang Diharamkan dalam Islam
Di dalam Syariat islam, makanan atau binatang yang haram
dikonsumsi ada 2 jenis yaitu:
1. Haram Lidzatihi (makanan yang haram karena zatnya)
Maksudnya hukum asal makanan itu sendiri memang sudah
diharamkan oleh Allah SWT dan Rosul-Nya yang dijelaskan dalam Al
Quran dan Hadits. Misalnya: darah, daging babi, minuman keras,
semua binatang buas yang bertaring, yang dengan taringnya ia
memangsa dan menyerang musuhnya, dan lain sebagainya.
2. Haram Lighairihi (makanan yang haram karena faktor eksternal)
Maksudnya yaitu hukum asal makanan itu sendiri adalah halal akan
tetapi berubah menjadi haram karena adanya sebab yang tidak
berkaitan dengan makanan tersebut. Misalnya: makanan dari hasil
mencuri atau dibeli dengan uang hasil korupsi, transalsi riba upah
pelacuran, sesajen perdukunan, dan lain sebagainya.
8
Artinya:
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya. (QS. Al-Ma`idah: 3)
Dan juga dalam firmannya:
Artinya:
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut
nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang
semacam itu adalah suatu kefasikan. (QS. Al-Anam: 121)
Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas:
Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik.
Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena pukulan keras.
Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat
yang tinggi.
An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan
lainnya.
Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.
Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya disetrum.
Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak membaca
basmalah.
Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun dengan
membaca basmalah.
Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya.
Hal ini berdasarkan hadits Abu Waqid secara marfu:
Artinya:
Apa-apa yang terpotong dari hewan dalam keadaan dia (hewan itu)
masih hidup, maka potongan itu adalah bangkai. (HR. Ahmad, Abu
Daud, At-Tirmidzy dan dishohihkan olehnya)
Diperkecualikan darinya 3 bangkai, ketiga bangkai ini halal dimakan:
Ikan, karena dia termasuk hewan air dan telah berlalu penjelasan bahwa
semua hewan air adalah halal bangkainya kecuali kodok.
Belalang. Berdasarkan hadits Ibnu Umar secara marfu:
9
:
: ,
:Artinya
Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah.
Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan belalang.
Dan adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa.
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashhabus
Sunan kecuali An-Nasa`iy, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
Artinya:
Penyembelihan untuk janin adalah penyembelihan induknya.
Maksudnya jika hewan yang disembelih sedang hamil, maka janin yang
ada dalam perutnya halal untuk dimakan tanpa harus disembelih
ulang.
[Al-Luqothot fima Yubahu wa Yuhramu minal Ath'imah wal Masyrubat
point pertama]
2) Darah
Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini dijelaskan dalam
surah Al-Anam ayat 145:
.Atau darah yang mengalir
Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana ditunjukkan dalam
hadits Ibnu Umar yang baru berlalu. Juga dikecualikan darinya darah
yang berada dalam urat-urat setelah penyembelihan.
10
1. Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga mengandung lebih
banyak mudlarat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil haram meskipun banyak,
namun tidak barokah atau cepat habis dibandingkan yang halal dan barokah.
2. Dan juga makan haram merugikan orang lain yang tidak mengetahui hasil dari perbuatan
haram itu. Sehingga teman, kerabat ikut terkena getahnya. Dan juga yang mencari rezeki
haram tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam jumlah banyak dan besar karena takut
diketahui dan mencemarkan nama baiknya dan keluarga sanak familinya.
Ada beberapa mudlarat lainnya, yaitu :
a. Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram, tidak mustajabah
(maqbul).
b. Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan mengarahkannya
kepada kemaksiatan dengan uang itu.
c. Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.
d. Nama baik, kepercaan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.
e. Berdosa, karena telah melanggar aturan Allah.
f. Merusak secara jasmani dan rohani kita.
L. Menerapkan Ketentuan Makan dan Minuman Halal dan Haram
Banyaknya makanan dan minuman, belum tentu membawa nikmat. Namun, sedikit
tapi barokah karena halal, itu jauh lebih baik. Dan menjadi penyelamat keluarga dan
sanak saudara dari hasil haram bila dibagikan.
Kita sebagai muslim seharusnya makan dan minum yang halal, karena kita selalu
beribadah kepda Allah. Bila kita mengacuhkan aturannya, bukan tidak mungkin Allah
memutuskan pintu rahmat, barokah, dan doanya tidak mustajabah (terkabul).
Sikap kita terhadap makanan dan minuman haram :
1. Hendaknya tidak makan dan minum yang hasil maksiat ataupun haram
2. Sebaiknya makan dan minum halal secukupnya.
3. Menghindari makanan dan minuman yang membahayakan tubuh.
4. Menghindari menghalalkan segala cara untuk mendapatkan makanan dan minuman.
H. Gambar makanan dan Minuman Haram
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk
dimakan sampai ada dalil yang melarangnya. Makanan yang enak dan
lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi makanan tersebut
berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa
mengganggu kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan
haram, akan dibakar di hari kiamat dengan api neraka.
Ada banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentang makanan halal
dan makanan haram, namun tentu saja tidak dapat kami tampilkan
semua, diantaranya sebagaimana yang telah kami uraian dalam
pembahasan di atas.
Makanan yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi
tentu sangat berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.
Hasil dari makanan minuman yang halal sangat membawa berkah,
barakah meskipun jumlahnya sedikit. Makanan dan minuman haram,
selain dilarang oleh Allah, juga mengandung lebih banyak mudharat
(kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil haram meskipun banyak, namun
tidak barokah atau cepat habis dibandingkan yang halal dan barokah.
B. Kritik dan Saran
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun kami
berharap makalah ini tetap dapat memberikan manfaat meskipun sedikit.
Selain itu kami juga berharap pembaca berkenan memberikan masukan
baik berupa kritik maupun saran.
12
DAFTAR PUSTAKA
Thobib Al-Asyhar. 2003. Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani
dan Rohani. Jakarta: Al-Mawadi Prima
Al-Athimah wa Ahkamis Shoyd wadz Dzaba`ih, karya Syaikh Al-Fauzan, cet. I th. 1408
H/1988 M, penerbit: Maktabah Al-Maarif Ar-Riyadh
Al-Majmu, Imam An-Nawawy, Cet. Terakhir, th. 1415 H/1995 M, penerbut: Dar Ihya`ut
Turots Al-Araby
Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusyd Al-Maliky, cet. X, th. 1408 H/1988 M, penerbit: Darul
Kutubil Ilmiyah
Al-Luqothot fima Yubahu wa Yuhramu minal Athimah wal Masyrubat, karya Muhammad
bin Hamd Al-Hamud An-Najdymakanan halal
13
MAKALAH
Makanan Halal dan Haram Menurut Islam
Di susun oleh :
14