Bayu Sagara
2013
Tell me what you eat
Bismillah wal-hamdulillah.
Buku ini jauh dari sempurna, kebenaran di buku ini adalah anugerah Allah
swt sedangkan kesalahannya bersumber dari kelemahan penyusun semata. Jika
akan mengutip, silakan merujuk pada daftar pustaka yang ada di setiap akhir bab.
Buku ini mencoba menggali kehalalan dalam kaitannya dengan industri
pangan. Mengangkat sejumlah data dan forecasting tentang kapasitas ekonomi
industri pangan halal dan hubungannya dengan demografi masyarakat muslim.
Industri halal saat ini merupakan sebuah sektor industri baru yang sedang
berkembang sehingga menjadi sebuah emerging global trend. Hal ini tentu
menjadikan sebuah pergeseran dalam sistem produksi dimana kehalalan tidak bisa
diabaikan karena menjadi sebuah standar mutu.
Prinsip halal dan haram serta bagaimana pandangan makanan dalam islam
pun didedah sebagai kerangka dasar pemahaman. Tinjauan lebih lanjut adalah
kehalalan sebagai sebuah sistem dimana dilakukan pendekatan Halal Control
Point (HCP) yang diadopsi dari Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
yang sudah lebih awal digunakan dalam sistem keamanan pangan. Ada pun telaah
lebih spesifik dan teknis tentang pangan halal diangkat pada masalah-masalah
berikut :
Produk daging dan isu pemingsanan hewan (stunning).
Status alkohol dari produk alami dan penggunaan alkohol lainnya.
Kehalalan produk bakery dari bahan hingga kuas dan pengemas yang
digunakan.
Kehalalan produk susu terkait bahan tambahan pada diversifikasi produk
dan hasil sampingnya.
Kehalalan pangan bioteknologi terkait modifikasi gen dan konsep istihala
Instrumentasi untuk uji kehalalan meliputi instrumen berbasis fisiko-
kimia, pendekatan analisa DNA, serta analisa untuk ayam bangkai.
Semoga berguna, terimakasih.
DAFTAR ISI
Dari sudut pandang sejarah sains dan agama, kehalalan pangan sekarang ini
antara sains dan agama. Meskipun dalam tradisi sejarah keilmuan Islam tidak
terjadi benturan sengit antara sains dan agama, namun secara umum sains dan
agama merupakan dua hal yang seringkali berbenturan dalam sejarah manusia.
Benturan yang bermula dari Copernicus yang menyatakan bumi manusia bukanlah
pusat semesta, disusul Darwin dengan evolusinya yang menjadikan manusia tak
pun secara manajemen operasi pada pangan halal saat ini menunjukkan bahwa
sains tidak menyerang agama tapi „melayani‟ agama. Tak berlebihan rasanya jika
kita menyitir Ken Wilber yang menyebut kerukunan antara sains dan agama
sebagai The Mariage of Sense and Soul, yang diterjemahkan Jalaluddin Rakhmat
sebagai perkawinan antara tubuh dan ruh. Kehalalan pangan adalah salah satu
„direstui‟ secara ekonomi. Pada tahun 2002 nilai bisnis pangan halal menurut
Egan mencapai 150 milyar US$ (Riaz and Chaudry, 2004). Nilai ini mengalami
peningkatan lebih dari empat kali lipat pada tahun 2010 dimana nilai bisnis dari
pangan halal mencapai 651 milyar US$ dan pada tahun 2011 diperkirakan
World Halal Forum mengklaim bahwa bisnis halal dan keuangan islam
merupakan dua bisnis yang bernilai triliunan dolar dengan pertumbuhan sekitar
15-20 % per tahun. World Halal forum pun menyatakan bahwa nilai bisnis halal
secara total mencapai 2,3 triliun US$ pada tahun 2011. Nilai ini merupakan
gabungan dari bisnis pangan halal, obat-obatan, kosmetik dan travel. Sedangkan
menurut Shield (2009) nilai market pangan halal global akan mencapai 2.1 triliun
US$ di tahun 2015 (Santoso, 2011). Melihat nilai market ini New Zealand Trade
trend atau tren global baru dan merekomendasikan perusahaan perusahaan New
Zealand untuk tetep mantengin alias stay up to date pada tren ini.
Bila kita bandingkan antara nilai market pangan halal dengan nilai market
bisnis pangan global secara keseluruhan, nilai market industri pangan halal berada
tahun 2009). Alpen Capital melaporkan bahwa nilai market industri pangan global
berada di angka 4,2 triliun US$ pada tahun 2009 dan diprediksi akan meningkat
menjadi 5.3 triliun US$ pada akhir tahun 2014. Diprediksi juga oleh Alpen
Capital bahwa tingkat pertumbuhan nilai market pangan global ada di angka 4,4
market di angka belasan dari total market namun dengan tingkat pertumbuhan
Nilai market diatas tentu tidak bisa dilepaskan dari faktor kependudukan
atau demografi umat islam itu sendiri sebagai konsumen produk halal. Islam
merupakan agama dengan jumlah pemeluk terbesar kedua dunia. Di tahun 2011
jumlah penduduk dunia mencapai 7 milyar dengan rata-rata 266 bayi lahir tiap
milyar atau sekitar 28,73 % dari total penduduk dunia dan di tahun 2011 pemeluk
agama Islam mempunyai tingkat pertumbuhan sebesar 1,84 % per tahun
(muslimpopulation.com, 2011).
Grafik Persentase Global Food Market Size dan Global Halal Food Market Size.
Sumber : World Trade Organization dalam Global Pathfinder Report Halal Food Trends,
Agriculture and Agri-Food Canada (2011)
bahwa rata-rata laju pertumbuhan populasi muslim akan menurun dari rata-rata
populasi di tahun 2010-2030 populasi muslim akan meningkat dari 1,6 milyar
menjadi 2,2 milyar orang atau naik sebesar 35 %. Dengan rata-rata laju
pertumbuhan 1.5 % populasi muslim di tahun 2030 akan mencapai 26,4 % dari
total penduduk dunia yang diperkirakan mencapai 8,3 milyar orang. Rata-rata laju
pertumbuhan 1.5 % pun masih nilai yang tinggi karena dua kali rata-rata
Informasi lain dari studi Pew Researh Center (2011) adalah Pakistan akan
populasi muslim Pakistan akan mencapai 256,11 juta orang sedangkan populasi
muslim Indonesia akan akan menempati posisi runner up dengan jumlah 238,83
juta orang. Selain itu, dari segi regional, Amerika akan menjadi wilayah dengan
muslim Amerika diperkirakan akan mencapai 6,2 juta orang di tahun 2030.
bila kita akan menetapkan wilayah tujuan bagi eksport produk halal. Keuntungan
produk halal tersebut tidak hanya akan dikonsumsi secara massif oleh orang
muslim tapi juga oleh orang non-muslim. Hal ini dapat kita temukan dengan
mudah di Indonesia.
dukungan populasi pemeluk islam yang terus bertambah, rasanya kita tak perlu
lagi ragu bahwa industri pangan halal merupakan suatu industri yang promising
atau menjanjikan. Apalagi bagi bangsa Indonesia yang saat ini masih jawara
populasi muslim dunia. Sehingga yang akan kita lakukan selanjutnya disini adalah
mengelaborasi lebih lanjut bagaimana industri pangan yang halal itu dilakukan?
Pustaka
Agriculture and Agri-Food Canada. 2011. Global Pathfinder Report Halal Food
Trends. International Markets Bureau. Market Indicator Report 2011.
Canada.
Alpen Capital. 2011. GCC Food Industry. Alpen Capital Banking Investment.
Muslimpopulation.com. 2011. Islamic Population World Wide.
http://www.muslimpopulation.com/World/
New Zealand Trade and Enterprise. 2011. New Global Business Trend. Halal.
http://www.nzte.govt.nz/access-international-networks/Explore-
opportunities-in-growth-industries/new-global-business-
trends/Pages/Halal.aspx
Pew Research Center Forum On Religion & Public Life. 2011. The Future Global
Muslim Population Projections for 2010-2030. Washington, D.C.
Population Reference Bureau, 2011. World Population Data Sheet. The World at
7 Billion. Washington DC. USA
Riaz, M.N and M.M Chaudry. 2004. Halal Food Production. CRC Press. New
York.
Rakhmat, J. 2003. Psikologi Agama Sebuah Pengantar. Mizan. Bandung
Santoso, U. 2011. The Development of Halal Food in Indonesia. The 12 th ASEAN
Food Conference. Bangkok. Thailand
World Halal Forum. 2011. Towards a Halal Economy – The Power of Values in
Global Market. POST-EVENT REPORT of The 6th World Halal Forum.
2. KENAPA HALAL? KENAPA HARAM?
Bila Anda adalah penggemar Bang Haji Rhoma Irama tentu sudah bernyanyi
meski dalam hati ketika membaca lirik lagu di atas. Sungguh terlalu kalau nggak
ngaku. Sebagai apresiasi, di lirik lagu ini kita lihat bagaimana Bang Haji
bungkus sebagai seniman dangdut. Apakah jawaban ini memuaskan atau tidak,
Halal dengan mudah bisa kita artikan sebagai boleh sedangkan haram itu
tidak-boleh. Dalam menjelaskan kenapa sesuatu itu halal atau haram, penulis
Pendekatan yang pertama adalah pendekatan memakai otak dan yang kedua
adalah pendekatan memakai hati. Penggunaan otak dan hati disini tidak
dimaksudkan untuk menilai mana yang lebih baik tapi hanya sebagai analogi dari
sifat pendekatan tersebut. Pendekatan pertama bersifat rasional ilmiah dan yang
efek kesehatan pada manusia. Kita ambil contoh babi. Kenapa babi haram? Ada
banyak alasan ilmiah yang telah dikemukakan, diantaranya kita kutip di bawah
ini.
Babi adalah inang dari cacing pita Taenia solium yang bisa menjangkiti
manusia dan bahkan bisa sampai di otak. Seperti dilaporkan Lauren Cox (2008),
seorang pasien di negeri Pakde Sam a.k.a Amerika yang bernama Rosemary
Alvarez dari Phoenix melakukan operasi otak karena mengira dirinya terserang
tumor. Tapi bukan tumor otak ditemukan melainkan cacing Taenia solium. Dari
Al Sheha, diketahui bahwa kasus yang sama terjadi tahun 2001 pada Dawn
Becerra dari Arizona. Kedua kasus tersebut terjadi karena mengonsumsi daging
yang paling tinggi dibanding sapi dan domba. Jika dibiarkan berada di udara
terbuka maka daging yang pertama kali busuk adalah daging babi, diikuti daging
domba dan yang terakhir adalah daging sapi. Dan jika daging-daging tersebut
dimasak, maka yang paling lambat proses pemasakannya adalah daging babi.
Kadar asam urat (uric acid) yang terdapat di daging babi sangat tinggi. Asam urat
(C5H4N4O3) adalah salah satu komponen yang terbentuk saat tubuh memecah
nukleotida purin. Tingginya kadar asam urat di dalam darah (> 8 mg/dL) dapat
Tingginya kadar asam urat di dalam daging babi dikarenakan tubuh babi memiliki
mekanisme ekskresi atau pemecahan asam urat yang berbeda. Berbanding terbalik
dengan mekanisme ekskresi atau pemecahan asam urat pada manusia. Pada babi,
Selain Taenia solium, babi juga jadi tempat tinggal parasit lain. Parasit
yang umumnya ada pada babi menurut Robert Corwin (1997) adalah Ascaris
parvum, dan Eimeria spp. Sebagai contoh kita ambil Ascaris suum, cacing ini
dapat menular ke manusia dan mencapai hati, jantung bagian kanan, dan paru-
Penyakit lain dengan carrier babi yang bahkan secara mengejutkan jadi
pandemi dunia adalah flu babi. Virus H1N1 yang bersemayam di tubuh celeng ini
membuat dunia jadi teleng. Flu babi telah menewaskan lebih dari 18.400 orang.
dampak sejak ditemukan di Meksiko dan Amerika Serikat pada April 2009
(Republika, 2011).
Masih banyak fakta lain tentang babi yang tidak bisa kita urai disini dan
dilarang oleh dalil agama. Aturan agama harus diterima sepenuhnya sebagai
konsekuensi dari keimanan yang menuntut totalitas. Bagaimana pun alasan ilmiah
itu ada, itu tidaklah penting dan tak perlu dicari, cukup dengan kami mendengar
Alasan ini pun diperkuat dengan melihat kenyataan bahwa sains tidak bisa
dijadikan sebagai acuan karena sifat sains yang progresif atau berkembang dari
masa ke masa. Misalnya di abad 19 sains menganggap bahwa alam semesta itu
statis, tapi di abad 21 setelah Edwin Hubble (1929) menemukan ujung spektrum
tersebut menjauhi bumi, sains menyatakan bahwa alam semesta itu mengembang
yang artinya bersifat dinamis (Harun Yahya, 2002). Kesimpulan yang diberikan
yang tidak mutlak, sehingga kesimpulan sains sekarang belum tentu valid untuk
Kembali kita ambil contoh tentang haramnya babi, bila kita bertumpu pada
alasan ilmiah bahwa daging babi mempunyai efek yang buruk pada kesehatan
cacing, virus dan penyakit serta rendah asam urat? Apakah babi serta merta
update status menjadi halal? Saya kira tentu orang muslim sepakat tidak demikian
jadinya.
Selain alasan perkembangan sains, ada pula alasan paradoks sains. Sama
seperti paradoks dalam hal teknologi yang menciptakan dan memakan dirinya,
demikian pula dengan sains. Alasan kehalalan yang bersifat rasional ilmiah pun
bisa dikalahkan oleh alasan ilmiah yang lain. Kita ambil contoh pernyataan
berikut, jika babi haram karena bisa menjadi sarang virus flu babi lantas kenapa
sapi yang bisa kena bakteri anthraks tidak diharamkan Al Quran? Kenapa ayam
Dengan alasan sifat sains yang berkembang dan paradoks, alasan ilmiah
itu adalah perintah agama yang diterima dan dilaksanakan karena dasar keimanan.
Tentang kedua pendekatan ini, sesungguhnya akan bijak bila kita tidak
hukum yang sama yaitu islam itu sendiri. Pada tataran keimanan memang dalil
agama akan berada diatas dalil sains tapi bagaimanapun temporal dan
paradoksnya dalil sains tetap bisa mendukung dalil agama karena islam adalah
agama yang menuntut umatnya untuk berfikir rasional dan mengambil hikmah
kembali pada paradigma Einsteinian yang menyatakan bahwa sains dan agama
adalah dua hal yang saling membutuhkan. Inilah kutipan terkenal dari Albert
Einstein yang disampaikan pada tahun 1941, science without religion is lame,
religion without science is blind. Sains tanpa agama akan lumpuh, agama tanpa
shalat itu lima waktu bukan enam atau empat. Sebuah pertanyaan yang memang
sepantasnya hanya dijawab dengan iman dan sebagai tambahan dalam menjawab
kehalalan kita memiliki bukti-bukti ilmiah sebagai hikmah atau pelajaran yang
rasional, sehingga kita bisa menjawab dengan format “Ini adalah semata-mata
Sebagai penutup bab ini, ada ilustrasi menarik yang dikutip M. Quraish
Sihab (2003), dari Imam Al Ghazali tentang „illat (sebab atau hikmah) dari
larangan Illahi menyangkut halal atau haram serta bahwa kita boleh saja bertanya
tertentu tetapi amat bijaksana jika jawaban yang ditemukan itu–walaupun sangat
Seorang ayah memiliki anak yang tinggal bersama di satu rumah. Sebelum
ingin memugar rumah ini silakan, tetapi tumbuhan yang terdapat di serambi
rumah jangan ditebang.” Beberapa tahun kemudian sang ayah meninggal dan sang
anak pun memperoleh rejeki yang memadai. Rumah dipugarnya dan ketika
aroma pohon itu harum. Di sisi lain, ia mengetahui bahwa telah ditemukan
tumbuhan lain yang memiliki aroma lebih harum. Maka ia pun memutuskan untuk
menebang tumbuhan itu dan menggantinya dengan tumbuhan yang lebih sedap.
Tetapi apa yang terjadi? Tidak lama kemudian muncul seekor ular, yang hampir
saja menerkamnya, dan ketika itu ia sadar bahwa rupanya aroma tumbuhan yang
„illat larangan ayahnya, bukan semuanya, bahkan bukan yang terpenting darinya.
Pustaka
ISLAM
Bila Anda sudah tahu jawabannya abaikan saja pertanyaan ini. Untuk
Anda yang belum tahu dan doyan jengkol, saya beritahu, islam mengkategorikan
makan jengkol sebagai perbuatan makruh. Apa itu makruh? Bagaimana islam
Islam bukan agama yang melulu mengurus teologi dan ritual, tapi islam
disebut way of life. Secara literal atau bahasa, syariat berarti jalan raya atau arah.
Sumber paling utama syariat dan metodologi hukum Islam adalah kitab suci Al
Quran. Terdapat sekitar 350 ayat hukum dalam Al Quran yang dalam hukum barat
biasa disebut juris corpus. Jumlah ayat ini hanya sebagian kecil dari jumlah
keseluruhan ayat Al Quran, tetapi ayat ini sangat esensial sebagai dasar hukum
berarti „metode, contoh atau jalan (A. W. Hamid, 2001). Menurut Ahmad Sarwat,
hadits sunnah adalah, “Apa-apa yang datang dari Nabi saw. berupa perkataan,
perbuatan, persetujuan, sifat-sifat beliau baik sifat jasmani ataupun sifat akhlak.”
Sumber hukum lainnya adalah ijma‟ (kesepakatan ulama), qiyas (analogi) dan
sumber-sumber tabaiyah atau sumber-sumber yang diturunkan dari pemahaman
Dalam islam ada lima kategori perbuatan dan nilai yaitu wajib (fardh),
(mubah atau halal). Dalam kategori wajib ada kewajiban yang disandang individu
(„aini) dan ada yang disandang masyarakat (kafa‟i). Perbuatan yang termasuk
dalam kategori dianjurkan (mandub) adalah hal-hal yang tidak dituntut tetapi akan
termasuk segala perbuatan yang apabila dilakukan akan dikenakan hukuman dan
apabila ditinggalkan akan diberi pahala. Perbuatan yang tidak disenangi (makruh)
adalah perbuatan yang apabila tidak dilakukan akan lebih baik daripada
rangkuman dari 11 prinsip halal haram yang diuraikan oleh Dr. Yusuf Qardhawi
(2005).
Prinsip pertama yang ditetapkan Islam: pada asalnya segala sesuatu yang
diciptakan Allah itu halal. Tidak ada yang haram kecuali jika ada nash (dalil) yang
shahih (tidak cacat periwayatannya) dan sharih (jelas maknanya) dari pemilik
syariat (Allah swt) yang mengharamkannya. Jika tidak ada nash shahih atau tidak
ada nash sharih yang menunjuk keharamannya, maka sesuatu itu dikembalikan
Baqarah (2):9
“(Allah) telah menundukkan untuk kalian apa-apa yang ada di langit dan di
“tidakkah kalian melihat bahwa Allah telah menundukkan untuk kalian apa-apa
yang di langit dan di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya, lahir
sedikit sekali jumlahnya. Selain itu, sesuatu yang tidak ada nash yang
Tentang hal ini sebuah hadits (perkataan Nabi saw) yang diriwayatkan
“Apa yang Allah halalkan dalam kitab-Nya, ia halal, dan apa yang Allah
Terimalah pemaafan dari Allah, karena Allah sesungguhnya tidak lupa terhadap
sesuatu pun. (Rasulallah saw. membaca sebuah ayat Al Quran) ‟Tidaklah
Hadits lain diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah menyebutkan dari
Salman Al Farisi bahwa Rasulallah saw. ditanya tentang minyak samin, keju dan
“Yang halal adalah segala sesuatu yang Allah halalkan dalam kitab-Nya, dan yang
haram adalah segala sesuatu yang Allah haramkan dalam kitab-Nya. Sedangkan
sebagai hak wewenang Allah semata. Hal ini merujuk ayat Al Quran:
“Katakanlah, „Apa pandangan kalian tentang rejeki yang Allah turunkan kepada
kalian kemudian kalian jadikan sebagian darinya haram dan halal?‟ katakan,
„Apakah Allah telah memberi ijin kepada kalian ataukah kalian membuat
“Dan Dia benar-benar telah menguraikan kepada kalian apa yang diharamkan
termasuk Kemusyrikan
Islam mengecam keras mereka yang mengharamkan yang halal karena
perilaku itu mengandung makna kekerasan terhadap manusia dan tanpa alasan
yang benar mempersempit sesuatu yang telah dilapangkan oleh Allah swt.
riwayat Ahmad.
dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, dan mengharamkan jika
kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah
untuk itu, dan (mengharamkan) mengada-ada terhadp Allah apa yang kalian
keburukan dan kemadaratan. Karena itu, sesuatu yang madaratnya mutlak adalah
haram dan yang manfaatnya mutlak adalah halal, yang madaratnya lebih besar
adalah haram, yang manfaatnya lebih besar adalah halal. Telah menjadi aksioma
bahwa jika ditanyakan tentang sesuatu yang halal dalam islam pasti karena ia
baik. Yaitu sesuatu yang dianggap baik oleh jiwa yang sehat dan dinilai baik pula
oleh umumnya manusia. Sebuah penilaian yang tidak subjektif dan tumbuh dari
5. Dalam Sesuatu yang Halal Ada Hal yang Menjadikan Kita Tak
tiada sesuatu yang diharamkan kecuali bahwa ia diganti dengan sesuatu yang lebih
baik darinya, sebagai alternatif yang menjadikan kita tak perlu lagi kepada yang
dengan minuman lain yang bermanfaat bagi jasmani dan rohani. Firman Allah swt
dalam Al Quran:
kepada jalan-jalan orang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak)
menerima tobatmu. Dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Dan Allah
saw melaknat peminum, pembuat dan pembawanya, juga yang dibawakan dan
mengantarkan pada yang haram, islam juga mengharamkan tipu muslihat dengan
berbagai cara yang samar dan cara yang licik. Disebutkan oleh Imam Ibnu
Qayyim bahwa ada hadits Rasulallah saw. yang diriwayatkan oleh Abu Abdilah
yahudi dan jangan menghalalkan hal-hal yang diharamkan Allah dengan muslihat
Islam menghargai motivasi bersih, maksud baik, dan niat yang tulus suci
Adapun masalah haram tetap dinilai haram, betapapun baik dan mulianya
niat dan tujuan itu. Bagaimanapun baiknya rencana, selama dia itu tidak
dibenarkan oleh Islam, maka selamanya yang haram itu tidak boleh dipakai alat
untuk mencapai tujuan yang terpuji. Sebab Islam selamanya menginginkan tujuan
yang suci dan caranya pun harus suci juga. Syariat Islam tidak membenarkan
prinsip apa yang disebut al-ghayah tubarrirul wasilah (untuk mencapai tujuan,
cara apapun dibenarkan), atau suatu prinsip yang mengatakan: al-wushulu ilal haq
bil khaudhi fil katsiri minal bathil (untuk dapat memperoleh sesuatu yang baik,
boleh dilakukan dengan bergelimang dalam kebatilan). Bahkan yang ada adalah
sebaliknya, setiap tujuan baik, harus dicapai dengan cara yang baik pula.
Demikian seperti apa yang diajarkan kepada kita oleh Rasulullah s.a.w.,
sebagaimana disabdakan:
"Sesungguhnya Allah itu baik, Ia tidak mau menerima kecuali yang baik pula.
Allah pun memerintah kepada orang mu'min seperti halnya perintah kepada para
Rasul."
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Huzaimah, Ibnu Hibban
Ada wilayah di antara yang jelas-jelas halal dan jelas-jelas haram, yaitu
wilayah syubhat. Bagi sebagian orang, beberapa masalah halal dan haram tidak
begitu jelas. Hal itu mungkin karena ketidakjelasan dalil-dali baginya, karena
kebimbngannya dalam menerapkan nash dalam realita atau karena hal itu sendiri
sebagai usaha preventif supaya tidak terjerumus kepada hal yang haram.
“Yang halal itu jelas, yang haram jelas. Dan diantara keduanya adalah masalah-
khusus milik raja tempat menggembala ternaknya dan tidak boleh dimasuki ternak
sesungguhnya setiap raja memilki hima, ketahuilah bahwa hima Allah adalah
larangan-laranganNya.”
Haram dalam islam bersifat universal. Tak ada sesuatu pun yang haram
bagi orang berkulit hitam tapi boleh untuk orang berkulit putih. Tidak ada sesuatu
manusia tertentu, sehingga bebas melakukan apa saja yang diinginkannya hanya
karena mereka itu bangsawan, pendeta, raja, atau berdarah biru. Hal ini tercermin
dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Rasulallah Muhammad saw
bersabda:
“Demi Allah, sekiranya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri
makanan larangan berupa bangkai, darah dan daging babi, Allah swt berfirman:
batas, tidak ada dosa atasnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Ayat tersebut memberi syarat kepada orang yang terpaksa dengan “tidak
sengaja mencari dan tidak pula melampaui batas” ini ditafsirkan dengan tidak
diperbolehkannya yang haram oleh islam dalam kondisi darurat itu tidak lain demi
beradaptasi dengan jiwa islam secara umum dan secara global, yakni jiwa
kemudahan dan keinganan yang membebaskan umat ini dari berbagai belenggu
Al Baqarah : 185
toksikologi Swiss abad 15, yang jika ditranslasikan ke bahasa David Beckham
menjadi the dose makes the poison. Ungkapan ini dipahami dari Paracelcus
bahwa segala sesuatu adalah racun dan tidak ada yang tanpa racun hanya dosis
yang membuat sesuatu menjadi bukan racun (Staal et al., 2008). Sederhananya
dosis segala sesuatu itu harus sepadan proporsinya dan tidak berlebihan. Hal ini
sejalan dengan pandangan Al Quran surat Al A‟raf ayat 31 dan Al Maidah ayat 87
yang menuntun umatnya untuk tidak berlebihan atau melampaui batas termasuk
bahasa Al Quran adalah segala sesuatu yang dimakan atau dicicipi. Karena itu
ayat 249 menggunakan kata syariba (minum) dan yath‟am (makan) untuk objek
berkaitan dengan air minum. Menarik untuk disimak bahwa bahasa Al Quran
menggunakan kata „akala‟ dalam berbagai bentuk untuk menunjuk pada aktivitas
“Dan serahkanlah mas kawin kepada wanita-wanita (yang kamu kawini), sebagai
kepadamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang hati, maka makanlah
akibatnya.” Al Nisa : 4
Diketahui oleh semua pihak bahwa mas kawin tidak harus bahkan tidak
lazim berupa makanan, namun demikian ayat ini menggunakan kata „makan‟
untuk penggunaan mas kawin tersebut. Selanjutnya firman Allah dalam surat Al
“Dan janganlah makan yang tidak disebut nama Allah atasnya (ketika
yang tidak disertai nama Allah. Ini disebabkan karena kata „makan‟ di sini
dipahami dalam arti luas yakni „segala bentuk aktivitas‟. Penggunaan kata tersebut
keadaan tubuh, jiwa, dan hubungan diantara keduanya. Setiap orang dianjurkan
memakan makan makanan yang bersih dan suci serta tidak tergiur kepada barang
yang tidak bersih, buruk dan berbahaya. Al Quran menyatakan dalam surat Al
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (thayyib) dari apa yang
sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Al Baqarah : 168
bahasa berarti lezat, baik, sehat, menentramkan, dan paling utama. Pakar-pakar
tafsir ketika menjelaskan kata ini dalam konteks perintah makan menyatakan
bahwa ia berarti makanan yang tidak kotor dari segi zatnya atau rusak
(kadaluarsa), atau dicampuri benda najis. Ada juga yang mengartikannya sebagai
membahayakan fisik dan akalnya. Kita dapat bahwa kata thayyib dalam makanan
adalah makanan yang sehat (memiliki gizi yang cukup dan seimbang),
proporsional (sesuai dengan kebutuhan pemakan, tidak berlebih dan tidak kurang),
Ada pun ayat ayat Al Quran yang menerangkan halal haramnya makanan
babi dan binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa dalam
“Katakanlah, saya tidak mendapat pada apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu
yang diharamkan bagi yang memakannya, kecuali bangkai, darah yang tercurah,
daging babi karena ia kotor atau binatang yang disembelih dengan atas nama
“Diharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, hewan yang disembelih
dengan atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang kalian sempat
khamr dan berjudi dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat,
maka apakah kalian berhenti dari mengerjakan pekerjaan itu.” Al-Maidah : 90-
91
96
1. Bangkai
Bangkai adalah hewan yang mati bukan karena disembelih atau diburu.
Hukumnya jelas haram dan bahaya yang ditimbulkannya bagi agama dan badan
manusia sangat nyata, sebab pada bangkai terdapat darah yang mengendap
sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan. Bangkai dibagi menjadi 4 jenis yaitu:
a. Al-Munkhaniqoh yaitu hewan yang mati karena tercekik baik secara sengaja
atau tidak.
b. Al-Mauqudhah yaitu hewan yang mati karena dipukul dengan alat/benda keras
c. Al-Mutaraddiyah yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat tinggi atau
d. An-Nathihah yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya.
Sekalipun bangkai haram hukumnya tetapi ada yang dikecualikan yaitu bangkai
ikan dan belalang berdasarkan hadits: “Dari Ibnu Umar berkata: ” Dihalalkan
untuk dua bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai yaitu ikan dan belalang,
sedang dua darah yaitu hati dan limpa.” Rasululah juga pernah ditanya tentang air
laut, maka beliau bersabda: “Laut itu suci airnya dan halal bangkainya.”
2. Darah
Quran surat Al-An‟Am ayat 145. Sekalipun darah adalah haram, tetapi ada
pengecualian yaitu hati dan limpa berdasarkan hadits Ibnu Umar. Demikian pula
sisa-sisa darah yang menempel pada daging atau leher setelah disembelih.
3. Daging Babi
Babi baik peliharaan maupun liar, jantan maupun betina, dan mencakup
nama-Nya yang mulia. Oleh karenanya, apabila seorang tidak mengindahkan hal
itu bahkan menyebut nama selain Allah baik patung, berhala dan lain sebagainya ,
Daging hewan yang diterkam oleh harimau, serigala atau anjing lalu
dimakan sebagian oleh binatang buas tersebut kemudian mati, maka hukumnya
adalah haram sekalipun darahnya mengalir dan bagian lehernya yang kena. Semua
itu hukumnya haram dengan kesepakatan ulama. Adapun hewan yang diterkam
binatang buas apabila dijumpai masih hidup (bernyawa) seperti kalau tangan dan
kakinya masih bergerak atau masih bernafas kemudian disembelih secara syar‟i,
maka hewan tersebut adalah halal karena telah disembelih secara halal.
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Muslim, “Dari Abu Hurairah
dari Nabi saw bersabda: “Setiap binatang buas yang bertaring adalah haram
dimakan” Hadits ini secara jelas menunjukkan haramnya memakan binatang buas
yang bertaring bukan hanya makruh saja. Pendapat yang menyatakan makruh saja
Hal ini didasarkan hadits riwayat Muslim, dari Ibnu Abbas berkata:
“Rasulullah melarang dari setiap hewan buas yang bertaring dan berkuku tajam”.
Imam Al-Baghawi berkata dalam Syarh Sunnah “Demikian juga setiap burung
yang berkuku tajam seperti burung garuda, elang dan sejenisnya”. Imam Nawawi
berkata dalam Syarh Shahih Muslim “Dalam hadits ini terdapat dalil bagi madzab
Syafi‟i, Abu Hanifah, Ahmad, Daud dan mayoritas ulama tentang haramnya
memakan binatang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam.”
Hal ini berdasarkan hadits riwayat Bukhori dan Muslim, dari Jabir
berkata: “Rasulullah melarang pada perang khaibar dari (makan) daging khimar
dan memperbolehkan daging kuda”. Adapaun keledai liar, maka hukumnya halal
9. Al-Jallalah
Al-Jalalah adalah setiap hewan baik hewan berkaki empat maupun berkaki
bau dan rasa daging dan susunya. Apabila pengaruh kotoran pada daging hewan
yang membuat keharamannya itu hilang, maka tidak lagi haram hukumnya,
bahkan hukumnya halal secara yakin dan tidak ada batas waktu tertentu.
hewan fasik yang hendaknya dibunuh, baik di tanah halal maupun haram yaitu
ular, tikus, anjing hitam” Kemudian dari hadits, “Dari Ummu Syarik berkata
Hal ini didasarkan pada hadits, dari Ibnu Abbas berkata: “Rasulullah
melarang membunuh 4 hewan : semut, tawon, burung hud-hud dan burung surad.
” Imam Syafi‟i dan para sahabatnya mengatakan: “Setiap hewan yang dilarang
dibunuh berarti tidak boleh dimakan, karena seandainya boleh dimakan, tentu
Sejauh ini belum ada dalil dari Al Qur‟an dan hadits yang shahih yang
menjelaskan tentang haramnya hewan yang hidup di dua alam (laut dan darat).
Dengan demikian binatang yang hidup di dua alam dasar hukumnya adalah halal
kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Berikut contoh beberapa dalil hewan
Madinah.
Anjing laut – juga halal sebagaimana pendapat imam Malik, Syafe‟i, Laits,
As Sidawi, A.U.Y dan A.A.S Fatwa. 2008. Indahnya Fiqih Praktis Makanan.
Pustaka Al Furqon. Gresik.
Sifat haram dalam islam itu ada dua yaitu haram li-dzatih dan haram
adalah kondisi makanan haram karena memang makanan itu haram dari segi
zatnya berdasarkan ajaran islam contohnya seperti babi dan khamr. Haram ghairih
(haram ekstrinsik) adalah yang haram karena adanya faktor eksternal yang
membuat makanan itu menjadi haram. Untuk yang haramnya intrinsik maka tak
perlu diperdebatkan lagi, tapi untuk menjaga agar tidak terjadi haram yang
manajemen operasi halal. Tujuan utama dari proses manajemen operasi pada
tersebut dari tingkat produksi sampai ke tingkat konsumsi, dari kebun sampai ke
keputusan dari suatu fungsi operasi (Nasution, 2006). Dengan demikian, secara
fungsi operasi dari produk pangan itu halal sesuai kaidah syariah islam. Hasil dari
kajian keputusan ini adalah keberadaan suatu sistem, standar atau aturan main
bagi para pelaku dan pemangku kepentingan industri pangan yang meliputi
manajemen operasi untuk kahalalan pangan ini. Sebagai negara yang berambisi
menjadi pusat kehalalan global, Malaysia telah mengembangkan standar untuk
dibuat oleh Malaysian Institute of Industrial Research and Standard (Daud et al.,
disebut sebagai Sistem Jaminan Halal yang core product-nya adalah sertifikasi
dan labeliasasi halal oleh LP POM MUI, Departemen Kesehatan dan Departemen
Agama.
didasarkan pada konsep total quality management yang terdiri dari empat unsur
biaya, dan menghasilkan barang setiap waktu tanpa rework, tanpa reject dan tanpa
suatu sistem yang ideal, yaitu zero limit, zero defect dan zero risk (three zero
concept). Pada three zero concept material haram tidak boleh ada pada level
apapun (zero limit), tidak memproduksi produk haram (zero defect), dan tidak ada
risiko merugikan yang diambil bila mengimplementasikan sistem ini (zero risk).
mutu konvensional produk pangan yang tadinya hanya didasarkan pada aspek
yang meliputi beberapa aspek yaitu aspek keamanan, aspek citarasa, aspek nutrisi,
Dalam hal jaminan mutu industri pangan biasanya mengacu pada standar
international yaitu ISO 9000 sedangkan untuk keamanan pangan (food safety)
adalah ISO 22000. Sebelum adanya ISO 22000, menurut Alli (2004), ISO 9000
bisa disinergikan dengan Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis atau
selanjutnya HACCP diadopsi langsung oleh ISO 22000. Dari sudut sejarah HCCP
adalah konsep yang dikembangkan tahun 1960 oleh The Pillsbury Company
bersama dengan NASA dan Laboratorium Militer Amerika. Hal ini didasarkan
pada konsep engeenering Failure, Mode, Effect and Analysis (FMEA) yang
Critical Control Point (HACCP) sebagai suatu sistem yang memiliki landasan
Tujuan dasar sistem HACCP adalah untuk menunjukkan letak potensi bahaya
yang berasal dari makanan yang berhubungan dengan jenis bahan pangan yang
pada makanan favorit berjuta umat, mie instan. Krisnawati (2002) menuturkan
mengidentifikasi bahaya yang mungkin ada akibat faktor biologi, kimia, atau pun
fisik dari mulai bahan baku sampai pada produk akhir. Bahaya pada bahan baku
misalnya ada kutu pada terigu. Jika ada kutu maka terigu tersebut harus ditolak.
Dari identifikasi bahaya tersebut ditentukan bagian mana saja yang bersifat
kritis sebagai prinsip kedua. Penerimaan bahan baku, pencampuran larutan alkali,
steaming, penggorengan, cooling, dan pengemasan adalah titik kritis atau critical
point pada proses produksi mie instan. Pada prinsip ketiga ditetapkan batas dari
bahaya tersebut misalnya pada penggorengan batas asam lemak bebas atau FFA
(free fatty acid) pada minyak goreng yang digunakan adalah 0.25 %.
dan penarikan produk adalah contoh dari tindakan koreksi sebagai prinsip kelima.
produksi mie instan. Dokumentasi ini harus mencakup data data teknis hasil studi
bahayanya, titik kendali kritis, penyimpangan yang terjadi, tindakan koreksi yang
pangan muslim. Dr. Mian Riaz dari Texas A & M University mengubahsesuaikan
HACCP menjadi Halal Control Point atau HCP. Sementara begawan ilmu pangan
Indonesia, Prof. Anton Apriyanto dari Institute Pertanian Bogor
HrACCP. Namun ditilik dari prinsip, sejatinya antara HCP dan HrACCP hanya
berbeda dalam penamaan saja. Intinya zat yang tidak halal alias haram
dan Good Hygiene Process (GHP) belumlah cukup tanpa HACCP untuk
pangan tersebut. GMP dan GHP adalah basis dari HACCP sehingga HACCP
adalah inti dari total quality management. Prinsip pencegahan bahaya HACCP
mempunyai prinsip yang sama dengan prinsip pencegahan bahan haram sehingga
halal control point bisa ditambahkan pada aplikasi HACCP. Penerapan konsep
halal, ISO, food hygine dan HACCP secara berbarengan akan membentuk total
prinsip yang diterapkan pada Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
akan tetapi dalam hal ini ditujukan pada usaha pencegahan masuknya bahan
haram dan najis ke dalam sistem produksi sedini mungkin. Bahan haram dan najis
tidak boleh kontak dengan produk halal pada seluruh rangkaian produksi dan pada
Disini kita lihat bahwa point 3 dalam dalam prinsip HACCP yaitu
menetapkan ambang batas kritis hilang dari prinsip HrACCP. Keadaan ini
Apriyantono et al. (2003), menyatakan titik kendali kritis masalah halal haram
adalah masalah ada atau tidak ada bahan haram dalam suatu produk atau proses,
suatu standar deviasi tertentu, melainkan no haram product. Hal ini didasarkan
pada prinsip dalam Islam bahwa jika sesuatu yang itu haram maka tak peduli
penentuan resiko halal-haram yang didasarkan atas “Analisa bahaya dan resiko
membantu penelusuran dan pengkajian suatu bahan baku atau produk atau suatu
keharaman suatu produk atau tahapan proses. Pohon keputusan CCP yang dapat
digunakan dari sistem jaminan halal MUI (2008) adalah sebagai berikut.
Pohon Keputusan untuk Identifikasi Titik Kritis Keharaman
(TK : Titik Kritis; Non TK : Tidak Kritis)
Sumber: LPPOM-MUI 2008
kritis. Titik kritis terletak pada media, baik media penyegaran ataupun media
produksi. Pelaksanaan Sistem HrACCP ini dipermudah dengan membuat Lembar
LKSPTK ini merupakan lembaran kerja yang menyajikan uraian tentang lokasi
keharaman produk antara lain jenis bahan dan kontaminasi najis, prosedur
pemantauan, tindakan koreksi, verifikasi dan pencatatan. Penerapan dari HCP atau
HrACCP ini akan kita spesifikan lebih lanjut pada bab-bab selanjutnya.
Pustaka
Alli, I. 2004. Food Quality Assurance: Principles And Practices. CRC Press LLC.
New York.
Apriyantono, A., J. Hermanianto dan N. Wahid. 2007. Pedoman Produksi Pangan
Halal. Khairul Bayan Press.Jakarta.
Baadilla HO. 1996. Persyaratan Mutu Pangan Era Perdagangan Bebas. Makalah
Seminar Nasional Pangan dan Gizi. Yogyakarta : 10-11 Juli 1996.
Codex Alimentarius Commission Joint FAO/WHO Food Standards Programme.
1997. Food Hygiene. FAO. Italy.
Daud, S., R. C. Din, S. Bakar, M. R. Kadir and N.M. Sapuan. 2011.
Implementation of MS1500: 2009: A Gap Analysis. IBIMA Publishing.
Malaysia. Vol. 2011 (2011), Article ID 360500
European Committee for Standardisation. 2004. Pelatihan Penerapan Metode
HACCP. European Committee for Standardisation-Implementing Agency
for the Contract No ASIA/2003/069-236
Krisnawati, A. Aplikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Pada
Produk Instat Noodle Di PT Sentrafood Indonusa Karawang. Skripsi
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LPPOM–MUI. 2008. Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM–MUI.
Mortimore, S. dan C. Wallace. 2001. FOOD INDUSTRY BRIEFING SERIES:
HACCP. Blackwell Science Ltd. USA
Nasution, A.H. 2006. Manajemen Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Pernah dengar atau baca alat yang bernama electroenchephalograph? Atau alat
hadiah nobel bidang medis di tahun 1924 untuk penemuan mekanisme ECG
ini.
Apa hubungannya dengan daging yang halal? Sabar, sebab kita akan bercerita
tentang sebuah penelitian yang sudah berusia lebih dari 30 tahun untuk mencoba
yang mengganggu para ilmuan tentang bagaimana sebenarnya kedaan hewan yang
hewan tak akan merasa kesakitan saat disembelih. Inilah pandangan yang
manusiawi, tapi benarkah persepsi tersebut? Bukankah seharusnya ada
pengukuran objektif tentang rasa sakit ini dan tidak didasarkan pada persepsi
manusia belaka?
Dari The Clinic for Small Clawed Animals and Forensic Medicine and
Mobile Clinic of The Veterinary University of Hannover, awal bulan Juni 1977,
agama‟ pada sapi dan domba. Penyembelihan konvensional cara barat ini
islam atau yahudi. Perlu diketahui bahwa makanan yang boleh dikonsumsi dalam
islam disebut halal sedangkan makanan yang boleh dikonsumsi dalam agama
sama seperti dhabiha dalam hal keharusan penggunaan alat yang tajam,
pembuluh darah utama yaitu arteri carotid dan jugular veins (Reynnells, 2007).
(Halal, knife) Methods of Slaughtering Sheep and Calves. Pada penelitian itu,
sebagaimana ditulis oleh Nanung Danar Dono (2009), EEG dipasang pada
permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak. Alat
ini dipakai untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih.
Pada jantung sapi-sapi tersebut juga dipasang ECG untuk merekam aktivitas
ECG (yang telah terpasang) beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap
cukup, separuh sapi disembelih secara ritual agama dan separuh sisanya
disembelih secara metode barat. Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh
ternak dicatat untuk merekam keadaan otak dan jantung semenjak sebelum
Pertama, pada 3 detik pertama setelah disembelih (dan ketiga saluran pada leher
sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini
berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih tidak ada indikasi rasa
sakit.
Kedua, pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan
grafik secara gradual (bertahap) yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep
saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
Ketiga, setelah 6 detik pertama tersebut, ECG pada jantung merekam adanya
aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari
seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleks
gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord).
Pada saat darah keluar dari leher, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop sampai
Keempat, oleh karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh
secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak
dikonsumsi oleh manusia. Jenis daging semacam ini sangat sesuai dengan prinsip
sehat).
jatuh dan collaps. Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi sehingga mudah
dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat dengan mudah disembelih, tanpa
meronta-ronta, dan (nampaknya) tanpa rasa sakit. Pada saat disembelih, darah
yang keluar hanya sedikit tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning.
Kedua, segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat
nyata pada grafik EEG. Hal tersebut mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit
Ketiga, grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang
drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa
sakit yang luar biasa sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya,
jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik darah dari seluruh organ tubuh
maksimal, maka dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), sehingga
tidak mengindikasikan rasa sakit. Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat
ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit. Jauh berbeda dengan
otot bukanlah ekspresi rasa sakit, tetapi hanyalah ekspresi „keterkejutan otot dan
saraf‟ saja yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras. Mengapa
demikian? Tentunya, hal ini tidak terlalu sulit dijelaskan mengingat grafik EEG
Setelah jenis hewan hewan yang halal dimakan, tata cara penyembelihan
adalah hal yang penting dalam islam. Hewan yang halal jika cara
ini seorang muslim harus ihsan atau berbuat dengan cara yang baik sesuai dengan
jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan
pisau adalah bagian dari ihsan karena meringankan (rasa sakit) binatang tersebut.
bisa kita berbuat kebaikan atau ihsan padahal kita merenggut nyawa mahluk
hidup? Hal ini tentu sulit kita mengerti tanpa mengetahui hasil penelitian dari
Prof. Schulze dan DR. Hazeem diatas yang justru mengungkapkan tidak adanya
rasa sakit dijelaskan karena otak dan kulit hewan berbeda dengan otak dan kulit
manusia. Menurut Khan (1982), bagian frontal lobe otak hewan tidak tumbuh
seperti manusia. Otak hewan berfungsi seperti orang yang mengalami frontal
leucotomy sehingga kurang peka terhadap rasa luka dan ancaman. Kulit hewan
lebih tebal dari pada manusia dan mempunyai ambang batas yang rendah terhadap
rasa sakit. Hal inilah yang sering dilupakan orang dan mengakibatkan orang
menyakitkan.
yang dikutip oleh French Ministry of Food, Agriculture and Fishing (2008).
Tingkat stres ini diukur dengan tingkat glikemia pada darah. Diketahui bahwa
pada hewan yang disembelih sesuai agama tingkat glikemianya normal yang
berarti hewan tersebut tidak stres. Lain halnya dengan metode penyembelihan
yang melibatkan stunning, tingkat glikemia hewan tersebut lebih tinggi
islam, namun sampai buku ini ditulis pun masih banyak kontroversi yang
menganggap bahwa cara penyembelihan islami adalah cara yang barbar, tidak
manusiawi, horror dan cruel. Anggapan ini muncul dari mereka yang pro-
ini karena hewan dalam cara penyembelihan islam ada dalam keadaan sepenuhnya
sadar.
Orang yang menilai buruk cara islam dan yang memilih untuk pro-
stunning seringkali mengabaikan rasa sakit yang muncul dari proses stunning itu
sendiri. Dalam kalangan islam ada perbedaan pendapat tentang stunning ini. Ada
yang menerima karena prinsipnya stunning tidak membunuh hewan dan hewan
tersebut tetap bisa disembelih dengan cara islam. Ada juga yang menolak karena
stunning menyakitkan hewan dan berpotensi membunuh hewan. Di akhir bab ini
akan kita bahas bagaimana efek dari stunning. Sementara ini kita beralih pada
syariat tentang daging yang halal dan halal control point pada industri daging.
5.1 Penyembelihan
Industri pangan wong kulon menggunakan istilah meat and poultry untuk
produk daging-dagingan. Meat yang secara bahasa berarti daging biasa digunakan
untuk mewakili produk yang berasal dari hewan berkaki empat seperti sapi dan
domba. Poultry yang secara bahasa berarti unggas biasa digunakan untuk
mewakili kelompok unggas seperti ayam dan kalkun. Untuk menjadi halal meat
and poultry ini tentu harus melalui penyembelihan secara islami. Kaidah
a. Berakal baik laki-laki atau wanita, sudah baligh atau belum dengan
catatan sudah mencapai usia tamyiz. Tidak sah sembelihan orang gila,
anak kecil yang belum berakal, atau orang yang sedang mabuk.
3. Hewan Sembelihan
penyembelihan.
arti malah lari dan tidak mungkin disembelih pada lehernya, atau
Adapun adab dan hal yang tidak disarankan untuk proses penyembelihan seperti
disembelih.
ini.
HCP 1 → Hewan yang disembelih haruslah hewan yang halal seperti domba, sapi,
kambing, ayam atau burung. Hewan yang haram disembelih seperti babi tidak
HCP 2 → Islam mengajarkan untuk berbuat baik pada binatang sehingga binatang
harus diperlakukan dengan baik dan tidak mengalami stres. Setibanya di rumah
potong, hewan harus diistirahatkan terlebih dahulu dengan makanan dan minuman
yang cukup sebelum disembelih. Penulis tambahkan bahwa pada titik ini praktek
(stunning). Bila stunning dilakukan maka harus dipastikan bahwa hewan dalam
stunning yang biasa digunakan adalah captive bolt stunning, electric stunning,
direkomendasikan).
Halal Control Points pada Pemrosesan Meat and Poultry
Sumber : Riaz and Chaudry (2004)
HCP 4 → Alat yang digunakan harus tajam dan proporsional dengan ukuran
yang berakal sehat dan terlatih melakukan pemyembelihan. Penyembelih ini tidak
carotid dan vena jugularis, serta tanpa menyentuh tulang belakang (spinal cord).
membaca “Bismillah” sekali saja. Namun biasanya untuk hewan yang lebih besar
benar-benar tidak bernyawa. Bisanya setelah darah keluar dan jantung berhenti
berdetak, barulah hewan tersebut dikuliti dan diambil jeroannya untuk seterusnya
kemudian diberi label halal sebagai penunjuk bahwa produk ini merupakan
produk halal.
secara spesifik pada masing-masing perusahaan. Hal ini bisa kita lihat contoh
menjadi haram critical control point atau HCP 1 pada tahap proses produksi
daging ayam, karena ada kemungkinan ayam yang dikirim mati. Bila pengawasan
ayam mati terlewatkan pada waktu penerimaan ayam, maka yang masuk dalam
proses produksi adalah bangkai dan produk menjadi tidak halal. Namun penyebab
keharaman ini dapat dicegah dengan adanya upaya pencegahan dengan melakukan
pemeriksaan ante mortem oleh petugas produksi/ QC, sehingga ayam yang mati
dapat dipisahkan.
kemungkinan ayam mati karena voltase stunner yang terlalu tinggi. Stunning yang
dilakukan untuk ayam biasanya electric stunning. Tahap ini dapat dicegah dengan
stunning, jika ditemukan ayam mati maka akan dipisahkan, dihitung dan
dimusnahkan.
orang yang tidak terlatih dan bukan muslim, bisa menyebabkan hasil
penyembelihan yang kurang sempurna atau tidak sesuai dengan syari‟at Islam,
sehingga ayam tersebut dapat dikatagorikan bangkai. Hal ini dapat dicegah
ayam yang menggunakan mesin, ditugaskan satu atau dua orang personel yang
bertugas menyembelih ayam jika ada ayam yang luput dari mesin dan belum
tersembelih.
karena darah tidak keluar tuntas dan darah yang tertinggal di dalam tubuh ayam
merupakan najis. Sehingga darah harus keluar secara tuntas dari karkas.
Selain control point pada tahap produksi, control point lainnya lainnya
berlaku untuk air yang digunakan pada proses produksi tersebut. Hal ini
dikarenakan air yang digunakan dalam produksi daging ayam dapat tercemar najis
atau kotoran. Bila air terkontaminasi najis, maka air tersebut akan mencemari
daging ayam selama proses produksi. Air yang digunakan harus dijamin bersih
Menurut Riaz dan Chaudry (2004), pada industri pengolahan meat and
poultry, setelah memastikan daging tersebut berasal dari sumber yang halal,
peralatan yang digunakan menjadi halal control point selanjutnya jika industri
dahulu jika akan digunakan untuk produk halal sehingga tidak terjadi kontaminasi
silang. Namun karena tidak mungkin untuk membersihkan peralatan dari lemak
babi, oleh karena itu produk babi harus terpisah secara mutlak dari peralatan
produk halal.
control point untuk produk olahan daging yang menggunakan casing seperti sosis
baik edible casing ataupun non-edible casing. Berdasarkan asalnya ada 3 jenis
domba, sapi, kambing atau pun babi. Casing dari babi tidak boleh
Sama seperti natural casing, casing dari babi tidak boleh dipakai
untuk produk halal dan casing yang digunakan harus berasal dari
tersertifikasi halal.
Saat ini juga ada jenis kulit sosis artifisial lainnya yang berbahan
untuk produksi sosis yang dimasak secara perebusan pada suhu pasteurisasi,
ruang pendingin untuk memasarkannya atau yang disebut sebagai “retort” sosis
(Setiawan, 2010). Meski sudah sesuai untuk produk pangan atau food grade, hal
digunakan zat additif atau lubricant. Zat additif dan lubricant bisa berstatus
metode elektrik, mekanis, fisik, dan gas. Metode elektrik menggunakan arus
Metode mekanis biasanya menggunakan alat captive bolt, free bullet, water jet,
dan pemlintiran leher. Metode fisik diantaranya menggunakan pemanasan otak
pada 8-10 0C, dan stimulasi magnetik. Sedangkan metode gas menggunakan gas
Rentang arus pada stunning elektrik untuk domba adalah 1-1,5 A dengan
rentang waktu 1-4 detik sedangkan pada sapi 1,1-2,5 A dengan rentang waktu 1,1-
4 detik (Petch, 2001). Untuk ayam, arus yang digunakan 10-20 mA selama 10-20
detik. Agar tidak mematikan, arus yang melebihi 20 mA tidak boleh digunakan
Kecepatan bolt pada alat captive bolt stunning untuk sapi adalah 55 m/s
(Greogry et. al, 2007). Riaz dan Chaudry (2004), menyatakan bahwa untuk
produk halal sapi tersebut harus segera disembelih dalam rentang waktu 1-3 menit
prinsipnya mencegah hewan agar tidak menghirup oksigen. Gas anoksik seperti
HCN dan CO sangat berpengaruh pada aktivitas oksigen dalam tubuh. HCN
mencegah aliran oksigen pada jaringan sedangkan CO berikatan lebih kuat dengan
2009). Hal ini tidak direkomendasikan karena dianggap sama dengan melakukan
dan melibatkan stunning ini diperbolehkan. Sementara itu Halal Food Authority
dan gas stunning tidak boleh dilakukan (HFA, 2010). Masalah pada stunning ini
adalah risiko kematian hewan akibat proses terbut. Anton Apriyantono (2007)
setelah stunning dan sebelum pemotongan masih besar. Akibat risiko kematian
ini, Mufti Muhammad Taqi Usmani (2006) pun menyatakan bahwa proses
Selain itu stunning pun bisa jadi sebab penularan penyakit dari sapi ke
(BSE)–yang sering pula disebut sebagai Virus Sapi Gila atau di negara asalnya
lebih dikenal dengan istilah Mad Cow–yang ada di material otak sapi bisa
jaringan otak tersebut dapat sampai ke daging sebagai akibat proses pemingsanan
Pustaka
Al-Mazeedi, H.M. 2012. Facts about Halal and Haram in Food, Cosmetics, Drugs,
Health and Skincare Products. Kuwait Grand Mosque.
Anil, H dan B. Lambooij. 2009. Stunning and Slaughter Methods dalam F.J.M
Smulders dan B. Algers (Eds) Welfare of Production Animals: Assessment
and Management of Risks. Wageningen Academic Pub. Netherlands.
As Sidawi, A.U.Y dan A.A.S. Fatwa. 2008. Indahnya Fiqih Praktis Makanan.
Pustaka Al Furqon. Gresik.
Dono, N.D. 2009. Apakah Syari'at Islam Tidak Manusiawi? Materi Khutbah
Sholat Idul Adha 1431 H. KBRI London.
Khan, G.M. 1982. Al-Dhabh. Slaying Animal for Food The Islamic Way. Islamic
Medical Association London and Ta Ha Publisher Ltd. London.
Petch, P.E. 2001. Electrical Inputs and Meat Processing. Dalam Hui, et. Al (ed)
Meat science and Applications. Marcel Dekker. Inc. New York.
Riaz, M.N and M.M Chaudry. 2004. Halal Food Production. CRC Press. New
York.
Setiawan, A. 2010. Varian Kulit Sosis. Food Review Indonesia. Edisi Maret 2010.
Usmani, M.T. 2006. The Islamic Laws of Slaughtering. White Thread. California.
USA. Translated into English from Arabic text Ahkam Al-Dhabiha by
Amir A. Toft.
6. TENTANG ALKOHOL
Bila Anda menonton film Eat, Pray and Love yang dibintangi Julia Roberts tentu
Anda akan tahu kalau wong kulon menganggap durian sebagai buah yang berbau
dirty foot atau kaki kotor. Beda dengan orang Indonesia yang menganggapnya
buah eksotis dan pasti akan ramai berkumpul bila durian dijual apalagi dengan
harga kisaran 1 US$ alias di bawah sepuluh ribu rupiah per buah. Tapi tahukah
alkohol?
Bila Anda orang sunda atau suka dengan kuliner sunda tentu tidak akan asing
dengan yang namanya peuyeum atau tape. Entah itu yang terbuat dari singkong
atau pun beras ketan pasti Anda kenal betul dengan aroma, cita rasa dan
Food Sciences and Nutrition volume 52 tahun 2001 yang menyebutkan bahwa
setelah dua setengah hari atau 60 jam pemeraman tape beras ketan mengandung
3,38 % alkohol?
Bila Anda disuruh untuk memilih antara vanilla sintetik dan vanilla alami,
kemungkinan besar Anda akan berpikir untuk memilih vanilla alami. Selain aroma
yang lebih bagus, sifat produk yang alami tentu jadi pertimbangan utama. Tapi
sempatkah Anda berpikir bahwa produk ekstrak vanilla alami berdasarkan standar
Khamr menurut bahasa adalah sesuatu yang memabukkan yang dibuat dari
Sedangkan dalam pengertian syara‟ yang disebut khamr adalah setiap minuman
yang memabukkan (kullu syarabin muskirin), baik dari perasan anggur dan
lainnya (Ansharullah, 2011). Kata alkohol biasa mengacu pada etanol atau etil
alkohol yang merupakan kandungan utama dalam apa yang disebut Al Quran
Keharaman khamr dan apapun yang memabukkan adalah sesuatu yang tak
perlu dipertanyakan lagi bagi orang Islam. Masalah yang sering dipertanyakan
tentang keharaman khamr adalah apakah keharaman tersebut dari segi zat ataukah
dari segi sifatnya. Menurut Ansharullah (2011), berdasar pada Al Quran, hadits
dan pendapat ulama, keharaman khamr ini mengacu pada sifatnya yang
memabukkan dan tidak dari zatnya, dengan demikian dari segi zatnya khamr
bukan merupakan najis secara hakiki tetapi najis secara maknawi. Hal ini
ayam yang merupakan najis dari zatnya, tangan kita bisa menyentuh alkohol
secara langsung tanpa dibersihkan lagi karena zat alkohol tersebut bukan
merupakan najis.
menulis ada pendapat ahli-ahli fiqih bahwa alkohol yang berasal dari anggur,
kurma dan raisin dikategorikan sebagai najis. Penggunaan alkohol dari ketiga
Bila akan menggunakan alkohol kita harus memakai alkohol yang berasal dari
sintesis. Fermentasi alkohol merupakan cara yang sudah lazim dari bahan
tumbuhan yang mengandung gula, pati atau selulosa. Fermentasi ini biasa
melibatkan bantuan mikroba baik itu bakteri, kapang ataupun khamir, salah
fermentasi glukosa menjadi etanol. Secara teoritis 100 gram glukosa bisa
menghasilkan 51,4 gram etanol dan 48,8 gram karbondioksida, namun dalam
kimia dan sifat yang sama dengan alkohol yang dihasilkan proses fermentasi.
Alkohol sintesis ini dibuat dengan menggunakan dehidrasi gas etilen atau dari
sumber petrokimia. Dehidrasi gas etilen dilakukan pada suhu 300 0C dan tekanan
6.8 MPa dengan katalis asam fosfat (H3PO4). Kemurnian alkohol dari proses
dehidrasi etilen ini mencapai 95-96 % (Engineers Guide, 2012). Secara resmi,
alkohol sistesis ini telah dinyatakan oleh pengawas obat dan makanan Amerika
(FDA) bisa digunakan pada produk makanan dalam Compliance Policy Guidance
Halal
tidak najis.
hukumnya
haram.
OH) yang terikat pada atom karbon. rumus umum senyawa alkohol
najis.
2. Alkohol yang ada pada produk alami bisa dibuat menjadi konsentrat ke
dibawah 0,5 %, nilai yang lebih kecil dibanding batas yang ditetapkan
alasan teknis jika tidak ada cara alternatif. Konsentrasi akhir alkohol hasil
konsentrasi akhir alkohol sesuai standar, sebagian negara menerima hal ini
dibawah 0,1 % karena dalam konsentrasi ini sesorang tak bisa melihat,
merasakan, dan mencium bau alkohol. Ini merupakan kriteria yang umum,
batas konsentrasi kehalalannya sendiri secara pasti bisa berbeda tergantung
sederhana kita bisa menjawab wacana awal yang di tampilkan pada bab ini.
Tentang si raja buah durian, meski mengandung alkohol kita tak perlu risau
karena produk alami tidak punya masalah dengan yang namanya kehalalan.
Anda punya masalah hipertensi dan maksa makan durian, itu berarti Anda sendiri
Bila kita menilik fatwa No 4/2003 diatas maka tak ada keraguan tentang
alkohol, dengan melihat fatwa diatas, bisa saja digunakan sebagai ingredient
dengan catatan alkohol yang dijadikan pelarut tidak berasal dari sumber yang
dikategorikan sebagai najis dan konsentrasi alkohol pada produk akhir haruslah
dibawah 0,1%, tapi pendapat yang ada lebih banyak melarang penggunaan
alkohol sebagai pelarut. Adapun salah satu kasus yang santer beberapa tahun
Pustaka
yang bahan utamanya adalah tepung (kebanyakan tepung terigu) dan dalam
melalui proses pemanggangan, ada yang tidak. Produk bakery contohnya adalah
roti, biskuit, pie, pastry, dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari produk bakery
dan kue banyak sekali kita temui dan konsumsi. Sebagian produk ini dikemas dan
dicantumkan dalam kemasan, selain itu status kehalalannya juga bisa kita baca di
kemasan yaitu adanya label atau logo halal pada produk produk yang sudah
negeri).
Roti adalah produk bakery yang paling lumrah bagi kita. Dari segi sejarah,
menurut Sufi (2006), roti berasal dari negara Mesir kuno ribuan tahun lampau.
Orang Mesir kuno mengolah tepung gandum menjadi roti gepeng yang
kemudian membuat roti dengan cara dan bahan khas daerah setempat. Pada abad
modern, seperti misalnya roti menjadi lebih harum dan lembut karena diperkaya
dengan susu dan kuning telur. Kini roti dibuat oleh bakery atau pabrik roti dengan
peralatan modern, jenis dan campuran roti pun ada banyak macamnya.
Meski produk bakery dan kue banyak sekali kita temui dan konsumsi
setiap hari, bukan berarti tidak ada masalah tentang kahalalan produk ini. Tahun
2008, kita mendengar masalah kehalalan menimpa salah satu toko roti franchise
terkenal yang didirikan oleh George Quek, BreadTalk. Tahun 2012, konsumen
bertanya-tanya tentang kehalalan roti unyil. Roti unyu dan kecil asal kota Bogor
itu dipertanyakan kehalalannya terkait isu daging babi dan karena tidak
Dalam usaha penjaminan kehalalan produk bakeri seperti roti maka kita
akan kembali pada konsep Halal Control Point. Menurut Riaz and Chaudry
(2004), ada tiga titik kritis kehalalan dalam produksi roti yaitu:
3. Pengemasan
Adapun diagram alir dari proses pembuatan roti beserta halal control
Tepung terigu
Tepung terigu adalah bahan utama dalam pembuatan produk bakery dan
kue yang dibuat dari biji gandum. Ada dua jenis tepung gandum yaitu tepung
gandum keras (strong flour) dan tepung gandum lunak (soft flour). Tepung terigu
keras mengandung gluten sekitar 13% sedangkan tepung terigu lunak kandungan
glutennya sekitar 8.3% (Apriyantono, 2007). Gluten memiliki sifat penting untuk
pengembangan adonan tepung terigu setelah ditambah air dan diadon (Potter,
gliadin dan glutenin serta berfungsi untuk memerangkap gas selama fermentasi
lebih besar. L-sistein yang murah yang banyak tersedia di pasaran adalah L-sistein
yang dibuat dari rambut manusia, karena berasal dari bagian tubuh manusia maka
L-sistein ini haram sehingga tepung terigu yang menggunakan L-sistein dari
rambut manusia haram hukumnya bagi umat Islam (Apriyantono, 2007). Uni
Eropa pun melarang penggunanaan L-sistein yang berasal dari rambut manusia ini
Ada 3 macam sumber L-sistein, yaitu: dari hasil ektraksi rambut manusia,
ekstraksi bulu binatang, dan dari produk mikrobial. L-sistein yang diperoleh dari
bulu unggas, seperti bulu bebek (duck feather) dan bulu ayam (chicken feather)
hukumnya haram jika diekstraksi dari bulu unggas yang tidak disembelih secara
syar‟i. L-sistein yang dihasilkan dari reaksi mikrobial juga berstatus haram jika
mikrobianya ditumbuhkan pada media yang tidak halal (Dono, 2011). Menurut
boleh digunakan, hanya saja harganya memang lebih mahal. Selain L-sistein, ada
pula bahan aditif yang ditambahkan kedalam tepung terigu dengan maksud untuk
memperkaya nilai gizi, diantaranya vitamin A. Agar vitamin A mudah larut dalam
produk dan tidak mudah rusak selama penyimpanan, vitamin A biasanya disalut.
Bahan penyalut yang digunakan selain bahan yang halal seperti berbagai jenis
gum juga bahan yang diragukan kehalalannya yaitu gelatin. Penggunaan gelatin
Ragi/Yeast (Gist)
dapat diperoleh dalam 3 bentuk, yaitu compressed yeast (bentuk cair dengan
kandungan yeast yang padat); active dry yeast (ragi bentuk kering, perlu
diaktifkan dulu sebelum digunakan) dan instant active dry yeast atau ragi dadak
(ragi instan, bentuk kering yang bisa langsung digunakan, tanpa perlu diaktifkan
lagi). Di super market biasanya yang tersedia adalah yang instant active dry yeast
(Apriyantono, 2007).
Dari segi kehalalan bahan aditif pada yeast adalah yang perlu dicermati
(emulsifier) dan bahan anti gumpal (anticaking agent) yang status kehalalannya
syubhat. Anticaking agent seperti E542 (edible bone phosphate, berasal dari
tulang hewan), E 570 (asam stearat) dan E572 (magnesium stearat). Asam stearat
dapat berasal dari tanaman atau dari hewan, magnesium stearat dibuat dengan
menggunakan bahan dasar asam stearat. Disamping gum atau dekstrin, gelatin
kadang digunakan sebagai bahan pengisi pada ragi instan. Di pasaran sudah
tersedia ragi instan yang sudah dijamin kehalalannya, oleh karena itu pilihlah ragi
Menurut Apriyantono (2007), bahan yang biasa digunakan yang pertama disebut
sebagai baking soda, yang disebut pula dengan nama soda kue, yang isi
sebetulnya adalah bahan kimia yang bernama sodium bikarbonat. Bahan ini dibuat
secara sintesis kimia dan tidak ada masalah dari segi kehalalannya. Bahan
pengembang jenis kedua yaitu apa yang disebut sebagai baking powder yang
pengembang atau leavening acid. Lindsay (1996), menyatakan bahwa adanya air
dan bahan lain pada adonan menyebabkan reaksi sehingga baking soda
menghasilkan karbondioksida (CO 2). Jika ditulis dalam persamaan kimia, reaksi
fosfat, glukono delta lakton dan cream of tartar. Cream of tartar sebetulnya adalah
garam potasium dari asam tartarat yang diperoleh sebagai hasil samping (hasil
ikutan) industri wine, itu sebabnya mengapa bahan ini tidak boleh digunakan oleh
umat Islam (Apriyantono, 2007). Menurut Dono (2011), asam tartarat (tartaric
acid, E334) halal jika dibuat dari bahan (kimia sintetis) halal, namun apabila
dibuat dari hasil samping pembuatan minuman keras maka statusnya menjadi
haram.
Emulsifier
adonan pangan yang ditujukan agar bahan baku yang berkadar lemak tinggi dapat
bercampur dengan air secara merata (homogen) dan stabil dalam waktu lama.
Status kehalalan bahan pengemulsi tergantung oleh senyawa yang dipakai, seperti
misalnya: lesitin (lechitin). Lesitin adalah senyawa fosfolipida yang berasal dari
lemak, tentu bisa lemak hewani maupun lemak nabati. Apabila berasal dari lemak
hewan, maka harus dipastikan status kehalalan hewannya. Lesitin juga dapat
diekstrak dari bahan nabati, seperti: biji kedelai (soy/soya lechitin). Lesitin kedelai
maka tentu lesitin kedelai ini menjadi haram. Dalam skala industri, lesitin kedelai
sehingga diperoleh ekstrak kasar lesitin. Agar diperoleh hasil lesitin yang lebih
proses ini menggunakan enzim fosfolipase A dari pankreas babi, maka lesitin
Cake emulsifier adalah suatu bahan yang digunakan untuk penstabil dan
telur. Di pasaran bahan ini dikenal dengan nama-nama dagang seperti Ovalet, SP,
Spontan 88, TBM (istilah jenis cake emulsifier dalam bahasa Jerman). Status
emulsifier secara umum adalah syubhat karena bisa terbuat dari bahan nabati
(tanaman) atau hewani (dari hewan). Disamping itu, seringkali di pasaran bahan
ini dicampur dengan lemak padat, sayangnya tidak jelas jenis lemak apa yang
digunakan sehingga menambah kekhawatiran dari segi kehalalannya karena lemak
yang memadat pada suhu ruang biasanya adalah lemak hewani disamping lemak
nabati yang dibuat dengan cara proses hidrogenisasi minyak nabati. Sebab itu
Dough Conditioner
simpan. Itulah sebabnya dough conditioner berisi campuran berbagai jenis bahan
diantaranya yaitu L-sistein, tepung kedelai, asam askorbat, lemak, gula, pengawet,
emulsifier dan gipsum. Karena mengandung L-sistein, lemak dan emulsifier maka
Shortening
Menurut Dono (2011), shortening adalah salah satu bahan standar yang sering
dipakai pada industri roti. Para pengusaha makanan lebih familiar menyebut
Di dunia bakery dan kue, istilah shortening memiliki arti lemak, minyak dan
berbagai versi olahan minyak dan lemak yang digunakan sebagai ingredien dalam
makanan seperti roti dan kueh menjadi lembut. Untuk tujuan tersebut maka
shortening biasanya merupakan campuran lemak dimana bisa terdiri dari lemak
nabati semua (biasanya yang sudah dijenuhkan), campuran lemak nabati dengan
lemak hewani atau lemak ikan; bisa pula merupakan campuran lemak hewani
(lemak babi, lemak sapi) saja. Oleh karena itu jelas secara umum shortening
Selain memberi sensasi lembut, shortening ini juga disukai karena dapat
memberikan sensasi renyah (crispy) pada produk. Apabila shortening berasal dari
lemak tanaman, maka tentu tidak masalah dari segi kehalalan. Namun apabila
berasal dari lemak hewan, maka harus dipastikan status kehalalan lemaknya.
Apabila dibuat dari lemak babi (lard), maka sudah tentu haram. Apabila dibuat
dari lemak sapi (tallow), maka harus dipastikan bahwa lemak tersebut berasal dari
sapi yang disembelih secara syar‟i. Sudah menjadi rahasia umum bahwa para
pengusaha bakery non Muslim sangat menyukai lard karena lemak babi ini
dikenal sebagai lemak hewan yang paling enak dan memberi aroma sedap pada
memudahkan pelepasan roti dari loyang setelah dipanggang merupakan hal yang
harus karena zat atau bahan yang digunakan kemungkinan bahan yang tidak halal.
Menurut Riaz and Chaudry (2004), pelumas loyang atau pan grease kemungkinan
terdiri dari wine, lemak sapi (tallow), lemak babi (lard), gelatin, gula, zein protein
dan komponen lain. Meskipun komponen sayuran dan mineral pada bahan ini
halal namun harus menghindari adanya komponen yang meragukan seperti tallow
dan gelatin serta komponen yang haram seperti lard. Pan grease yang halal dan
bisa digunakan sebagai coating roti adalah gula, zein, pati, bees wax, dan minyak
sayur.
dipanggang yang perlu dikritisi dari segi kehalalan adalah penggunaan kuas untuk
mengoles. Kuas yang digunakan dapat berasal dari bulu hewan, termasuk berasal
dari bulu babi. Pada gagang kayu kuas jika tertulis “bristle” maka kemungkinan
besar kuas berasal bulu babi, atau hewan. Dan umumnya kuas yang ada di pasar
berasal dari China, yang menyuplai 70 persen keperluan konsumsi babi dunia
Orang Indonesia mungkin bertanya kenapa bulu babi yang pendek bisa
dijadikan kuas, menurut Dono (2012), bahwa bulu babi di negara-negara tropis itu
umumnya asal kuas adalah dari Cina dan Australia (Southern Territory). Data
yang lebih jelas kita peroleh dari Majalah Jurnal Halal LPPOM-MUI, N0.
41/VII/2002. Disebutkan bahwa menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada
periode Januari-Juni 2001, Indonesia mengimpor boar bristle dan pig/boar hair
sejumlah 282.983 kg atau senilai 1.713.309 dolar AS. Ada beberapa cara yang
bisa dipakai untuk membedakan kuas berbulu babi dengan kuas plastik :
1. Perhatikan tulisan Bristle (Pure Bristle, China Bristle, 100% Pure China
Bristle) pada gagang kuas. Di dalam kamus Webster‟s, kamus Oxford, dan
bristle telah meluas menjadi bulu (saja), namun kata tersebut asal
2. Perhatikan bau asapnya saat dibakar. Kuas berbulu plastik pasti berbau
plastik saat terbakar. Namun kuas bulu binatang pasti berbau mirip/sama
dengan rambut (atau kuku) yang terbakar. Hal ini disebabkan karena di
dalam bulu binatang dan rambut manusia terdapat protein keratin yang
4. Perhatikan warna bulunya. Karena satu adonan (satu cetakan warna saat
dibuat), maka warna kuas bulu plastik pasti seragam. Akan tetapi, karena
berasal dari tubuh makhluk hidup, maka kuas berbulu binatang pasti
meskipun berasal dari hewan yang sama. Oleh sebab itu, ketebalan dan
pangkal agak tebal dan diujung lebih tipis. Kadang bagian ujung runcing.
Sebaliknya, kuas bulu plastik (polyester) buatan pabrik pasti ketebalan dan
6. Ujung bulu babi sering bercabang 2 atau bahkan 3. Namun, seringkali kita
Selain digunakan sebagai kuas untuk roti, boar bristle ini juga digunakan
untuk melukis dan juga untuk sikat rambut. Sikat rambut dari bulu babi (natural-
bristle round brush) diklaim ideal untuk pelurusan rambut karena sikat ini
menutup lapisan kutikula dan membuat rambut lebih lurus, lembut dan bercahaya.
7.8 Pengemasan
sumber stearat tersebut berasal dari sumber hewani (Riaz and Chaudry, 2004).
Senyawa stearat berasal dari asam stearat yang bisa berasal dari sumber nabati
ataupun hewani termasuk babi (Morgan, 2006). Asam stearat pada lemak hewani
lebih besar kandungannya yaitu sekitar 30 % sedangkan pada lemak nabati kurang
dari 5 %, kecuali pada cocoa butter dan shea butter yang kandungannya mencapai
karena senyawa stearat ini mampu bermigrasi dari bahan pengemas ke makanan
(Harrington, 2012). Selain pada bahan pengemas yang berbentuk kertas, senyawa
stearat juga digunakan sebagai aditif pada pembuatan plastik. Senyawa stearat
seperti calcium stearate dan zinc stearate merupakan senyawa yang polar
sebagai lubricant pada pembuatan plastik. Kepolaran ini juga kiranya yang
senyawa stearat berbasis nabati dan tidak menggunakan senyawa stearat dari
tallow atau lard pada proses produksinya. Saat ini kesadaran pengemas yang halal
sudah mulai terealisasi. Ada banyak perusahaan plastik atau pengemas yang
Pustaka
__________ 2012. Hati-Hati, Banyak Kuas Roti & Masakan Bebakaran Dibuat
Dari Bulu Babi. Must be Halal. United Kingdom.
Lindsay, R.C. 1996. Food Additives dalam O. R. Fennema (Eds) Food Chemistry.
Marcel Dekker Inc. New York.
Potter, N.N. 1986. Food Science (Eds). Chapman and Hall. New York.
Riaz, M.N and M.M Chaudry. 2004. Halal Food Production. CRC Press. New
York.
Sufi, S.Y. 2006. Kreasi Roti. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
8. PRODUK SUSU
Kata peribahasa „tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat‟, dengan pola yang
sama mungkin kita bisa katakan „minumlah susu dari Anda balita sampai Anda
jadi manula‟. Betapa tidak, produk susu saat ini tidak lagi menjadi barang
diversifikasi produk susu, terutama susu formula, sekarang ini kian segmented.
Mau tumbuh ke atas atau mau tumbuh ke pinggir? beda susunya, mau tambah
massa badan atau massa otot? beda susunya. Beda usia beda susunya, beda jenis
kelamin juga beda susunya. Ibu yang sedang menyusui pun ada susu formulanya.
Mungkin saja nanti akan ada susu formula berdasarkan zodiak dan weton, wah
bahaya kalau sampai begitu, kasihan dosen teknologi pangan, bisa-bisa profesinya
nanti di-akuisisi sama Ki Joko Bodo dan Ki Gendeng Pamungkas. Tapi kalau
akusisi beneran terjadi, arwah Zacharias Jansen pun akan galau di alam barzah
sana, soalnya melihat bakteri tidak perlu lagi pakai mikroskop, bisa langsung
Susu sebagai bahan pangan hewani yang dikenal kaya dengan kandungan
Menurut Bruinsma (2003), antara tahun 1997/1998 hingga tahun 2030, konsumsi
negara maju meningkat dari 212 kg menjadi 221 kg per kapita. Dari data ini jelas
sekali bagaimana jomplangnya tingkat konsumsi antara negara berkembang dan
negara maju.
kelenjar susu binatang yang menyusui anaknya (mamalia). Susu adalah sekresi
yang komposisinya sangat berbeda dari komposisi darah yang merupakan asal
susu. Bila dilihat dari sistem pangan, susu merupakan emulsi lemak dalam air (oil
Komponen utama susu adalah air (86-88 %), lemak (3-6 %), protein (3-4
%), laktosa (5 %), serta fosfor dan mineral/abu (0,7 %) dengan total padatan 11-
utamanya adalah jenis sapi dan perubahan musim (Eskin, 1990). Susu segar
bersifat agak asam dan mempunyai pH dengan kisaran 6,5-6,6 karena dalam susu
(CO2) dan asam sitrat. Berat jenis (BJ) susu berkisar antara 1,027-1,035 dimana
BJ susu itu sendiri dipengaruhi oleh lemak susu. Apabila kandungan lemak susu
tinggi maka BJ akan menurun. Di sisi lain, jika persentase bahan padat bukan
lemak semakin tinggi maka semakin berat susu tersebut. Susu segar rasanya agak
amis, flavor yang khas dari susu mempunyai hubungan dengan kandungan laktosa
yang tinggi dan kadar klorida yang rendah (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
bahan lain yang terlibat. Kita ketahui bahwa susu tidak hanya dikonsumsi dalam
bentuk aslinya, tetapi juga dalam bentuk olahannya seperti keju dan es krim.
Disini kita akan coba untuk mengetahui masalah kehalalan pada beberapa produk
tersebut.
Semua jenis susu ini diberi perlakuan panas dengan tujuan membunuh
diinginkan dari produk tersebut. Jenis susu cair yang bisa kita temukan mulai dari
jenis susu pasteurisasi, susu sterilisasi, susu evaporasi, dan susu kental manis
Susu Pasteurisasi
Susu pasteurisasi adalah susu dipanaskan pada suhu dan waktu tertentu
penyakit TBC dan Coxiella burnetii penyebab Q Fever atau demam Q. Ada dua
metode pasteurisasi, Batch Method dan High Temperature Short Time (HTST).
Cara pertama dilakukan pada suhu tidak kurang dari 63 0C (145 0F) selama 30
menit. Adapun HTST dilakukan pada suhu tidak kurang dari 72 0C (161 0F)
bahan lain, khususnya perisa atau flavoring agent. Perisa statusnya adalah
meragukan alias syubhat, sehingga susu pasteurisasi berflavor yang tidak dijamin
Susu Sterilisasi
Susu sterilisasi merupakan susu yang diberi proses pengawetan yang
dilakukan dengan cara memanaskan susu hingga mencapai temperatur di atas titik
didih, sehingga bakteri maupun mikroba lain berikut sporanya akan mati. Menurut
(Potter, 1986), susu diberi perlakuan panas 150 0C selama 2-3 detik dan kemudian
langsung didinginkan dan dikemas secara aseptik. Proses sterilisasi ini lazim
disebut sebagai proses Ultra High Temperature (UHT) karena suhu yang
digunakan relatif tinggi. Itu sebabnya di pasaran susu sterilisasi dikenal juga
dengan nama susu UHT. Proses ini memiliki kelebihan karena bisa menjaga
flavor dan warna susu yang bisa menyimpang bila mengalami perlakuan panas
Menurut SNI 01-3950-1998, susu UHT adalah produk susu yang diperoleh
dengan cara mensterilkan susu minimal pada suhu 135°C selama dua detik,
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan tambahan makanan
yang diizinkan, serta dikemas secara aseptik. Pada susu UHT kandungan lemak,
laktosa dan garam mineral tidak banyak mengalami perubahan, tetapi vitamin
yang larut air sebagian akan hilang, namun riboflavin dan kasein merupakan
vitamin dan protein yang tahan terhadap suhu pemanasan. Pemanasan pada susu
sterilisasi menyebabkan rusaknya protein whey yang terdiri atas laktalbumin dan
mengalami proses sterilisasi. Oleh karena itu rasa susu UHT lebih baik dan
disukai masyarakat dibandingkan dengan rasa susu sterilisasi non UHT (Usmiati,
2010).
Apriyantono (2011), menuturkan kehalalan susu sterilisasi mirip dengan
susu pasteurisasi hanya ada hal lain yang perlu diwaspadai pada susu sterilisasi
karena dalam pembuatan susu sterilisasi tidak selalu menggunakan susu murni
segar, tetapi bisa menggunakan susu rekombinasi atau campuran susu murni
dengan bahan bahan lain biasanya susu skim dan lemak susu, namun tidak
hanya susu skim dan lemak susu tapi juga whey. Disamping itu ada penambahan
bahan aditif seperti pengemulsi dan penstabil pada produk susu sterilisasi, juga
ada penambahan vitamin seperti vitamin A, B1, B6 dan D. Status kehalalan whey,
emulsifier dan penstabil ini syubhat karena enzim yang digunakan pada produksi
whey, kebanyakan emulsifier melibatkan asam lemak yang bisa berasal dari
hewan, sedangkan salah satu jenis penstabil adalah gelatin yang juga bisa berasal
Susu Evaporasi
penguapan sebagian air dari bahan cair. Hal ini dapat meningkatkan total padatan
terlarut dari makanan. Susu evaporasi atau evaporated milk sendiri adalah jenis
susu yang telah diuapkan sebagian kadar airnya, sehingga menjadi lebih kental
atau pekat daripada susu cair biasa. Menurut Potter (1986), kepekatan susu
evaporasi kira kira mencapai 2,25 kali lebih pekat daripada susu cair biasa dan di
Amerika susu jenis ini biasa difortifikasi atau diperkaya dengan vitamin D
tidak ada masalah dengan kehalalan susu evaporasi, akan tetapi jika menggunakan
susu rekombinasi atau pencampuran susu murni dengan bahan lain maka seperti
yang terjadi pada susu sterilisasi maka status produk susu evaporasi yang dibuat
sebagian besar air dari campuran susu dan ditambahkan pemanis atau gula yang
cukup untuk mencegah kerusakan. Kadar gula yang ditambahkan pada susu kental
manis mencapai 63 %. Bahan dasar susu kental manis adalah susu pasteurisasi.
Susu jenis ini tidak mengalami proses sterilisasi karena kerusakan akibat aktivitas
mikroba dicegah dengan kadar gula yang tinggi tersebut (Potter, 1986).
bahkan pada saat ini banyak sekali susu kental manis yang dibuat dengan bahan
utama susu skim dan lemak nabati. Penggunaan lemak nabati dimaksudkan agar
harganya lebih murah dan dari segi gizi lebih sehat karena lemak susu lebih
demikian, perlu dicermati ingredien yang digunakan dalam pembuatan susu kental
manis, jika ada whey maka statusnya syubhat. Jika dalam pembuatan susu kental
manis digunakan susu murni, dalam proses pemekatan seringkali terjadi
pembentukan kristal laktosa yang besar yang berakibat adanya sifat grainy
(sewaktu dikonsumsi seperti ada butiran butiran besar). Untuk menghindari hal
ini ada penambahan laktosa pada waktu proses pemekatan supaya terjadi kristal
kehalalan karena status kehalalan laktosa adalah syubhat mengingat laktosa dapat
diperoleh sebagai hasil samping pembuatan keju dimana dalam pembuatan keju
Polisorbat
Terkait dengan fortifikasi vitamin A dan D pada produk susu cair, menurut
Riaz dan Chaudry (2004), agar kedua vitamin ini larut dalam air harus dicampur
senyawa lemak yang bisa dibuat dari bahan lemak hewani atau pun nabati. Untuk
masalah kehalalan sumber polisorbat ini tidak boleh berasal dari produk hewani
seperti lemak babi. Polisorbat yang boleh digunakan bisa berasal dari lemak
polisorbat, yaitu polisorbat 20, polisorbat 60, polisorbat 65 dan polisorbat 80.
Sifat polisorbat 20 lebih hidrofilik (suka air) daripada polisorbat 60 dan 80.
oksida. Asam lemak yang digunakan pada polisorbat 20 adalah asam laurat.
fraksi hidrokarbon sedangkan fraksi asam lemak bisa diperoleh dari lemak hewani
dan nabati, maka masalah kehalalan ada pada sumber asam lemak ini. Asam laurat
pada polisorbat 20 bisa diperoleh dari minyak kelapa, cinnamon oil dan palm
cinnamon oil adalah sumber paling melimpah untuk asam laurat kandungannya
sumber nabati ataupun hewani termasuk babi (Morgan, 2006). Asam stearat pada
lemak hewani lebih besar kandungannya yaitu sekitar 30 % sedangkan pada lemak
nabati kurang dari 5 %, kecuali pada cocoa butter dan shea butter yang
Commission, 2007). Asam palmitat bisa diperoleh dari sumber minyak nabati
seperti dari kacang tanah, kelapa, kacang kedelai dan jagung. Kandungan asam
palmitat pada minyak nabati adalah sekitar 10 % (cyberlipid.org). Sumber
hewani dari asam palmitat adalah lemak sapi kadarnya mencapai 26 % dan lemak
Polisorbat 80 menggunakan asam oleat, asam lemak ini bisa berasal dari
minyak zaitun dan kandungannya bisa mencapai 55-83 % (Redaksi Trubus, 2010).
Asam oleat juga bisa ada pada minyak kacang tanah dengan kadar mencapai 36-
67 % (Moore and Knauft, 1989). Kandungan asam oleat pada lemak sapi (tallow)
pasaran Indonesia tidak lagi murni dibuat dari susu segar, akan tetapi dibuat dari
campuran berbagai bahan seperti susu skim, whey, lemak susu, laktosa, dan bahan
aditif yang ditambahkan pada susu bubuk ini dari mulai vitamin, asam lemak
omega-3, probiotik, perisa dan lain sebagainya. Beberapa ingredien yang patut
mendapat perhatian dari segi kehalalan seperti whey, laktosa, pengemulsi, perisa
dan vitamin, maka ingredien lain yang perlu mendapat perhatian yaitu asam lemak
omega-3.
asam lemak esensial. Asam lemak ini disebut esensial karena tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi
lemak tidak jenuh ganda (poly unsaturated fatty acid, PUFA) adalah asam lemak
yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap, dengan ikatan rangkap terakhir
terletak pada atom karbon ketiga dari ujung metil rantai asam lemak. Asam alfa
linolenik (ALA, 18:3 ω-3), asam eikosapentaenoik (EPA, 20:5 ω-3), dan asam
dokosaheksaenoik (DHA, 22:6 ω-3) adalah asam lemak omega-3 yang paling
umum. Rumus molekul ketiga asam lemak omega-3 tersebut adalah sebagai
berikut:
Asam linolenat :
CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
Asam eicosapentaenoat :
CH3-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-
(CH2)3-COOH
Asam docosahexaenoat :
CH3-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-
CH2-CH=CH-(CH2)2-COOH
tambah susu bubuk karena asam lemak omega-3 dipercaya dapat meningkatkan
dan Setiabudhi (2003), asam lemak omega-3 linolenat (ALA) bisa diperoleh dari
jagung, kedelai, dan biji bunga matahari. DHA dan EPA bisa diperoleh dari
makanan laut (seperti ikan makarel, sarden, tuna, dan salmon). Sumber utama
asam lemak omega-3 yang tersedia di pasar adalah minyak ikan, biasanya
dikonsumsi dalam bentuk ikan yang dimasak, kapsul minyak ikan, atau makanan
dengan bahan tambahan minyak ikan. Asam lemak utama pada minyak ikan
Asam lemak omega-3 bersifat tidak stabil, mudah rusak karena reaksi
oksidasi. Oleh karena itu, untuk menghindari kerusakan karena reaksi oksidasi
asam lemak omega-3 biasanya dienkapsulasi (disalut) dimana dalam hal ini asam
lemak omega-3 akan berada didalam suatu penyalut (enkapsulan). Ada banyak
jenis penyalut yang dapat digunakan, kebanyakan dari bahan tanaman seperti pati
termodifikasi, gum dan maltodekstrin yang kesemuanya berasal dari tanaman dan
tidak bermasalah, sedangkan salah satu jenis penyalut yang juga bisa digunakan
Susu bubuk dibuat dengan prinsip mengurangi kadar air yang terdapat
dalam susu sampai batas tertentu dengan tujuan agar daya simpan susu ini
menjadi lebih lama. Proses pengolahan susu bubuk meliputi beberapa tahapan.
dikelompokkan menjadi tahap Wet Process (Proses Basah), Dry Process (Proses
kering) dan Blending (Pencampuran). Pengeringan susu dilakukan pada tahap Dry
pengeringan semprot (spray dryer). Riaz and Chaudry (2004), menyatakan spray
dryer tersebut harus digunakan secara terpisah dengan produk haram untuk
menjaga kehalalan.
8.3 Mentega
merupakan suatu produk emulsi, yaitu tipe emulsi air dalam minyak dengan
karateristik plastis. Mentega yang baik mempunyai kadar lemak minimal 83%,
kadar air maksimum 16%, kadar protein maksimum 1%, garam maksimum
5/1000, zat warna food grade maksimum 3/10000, dan tidak boleh terdapat
Bahan utama pembuatan mentega adalah krim yang memiliki kadar lemak
antara 25– 45 %. Krim diperoleh dari susu sapi dengan menggunakan alat
gurih. Mentega yang di pasaran dikenal dengan nama roombutter diduga dibuat
dengan melibatkan proses fermentasi. Nama room (rum) disitu tidak ada sangkut
pautnya dengan minuman keras rum, nama ini berasal dari bahasa
tentunya) mengingat media tumbuh bakteri asam laktat rawan kehalalannya dan
media ini bisa tercampur kedalam mentega. Jika mentega dibuat dengan metode
pewarna karoten karena pewarna karoten biasanya berada dalam suatu carrier
(penyalut), salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai carrier adalah gelatin
MRS Agar (Kusmiati dan Malik, 2002). Nama MRS merupakan singkatan nama
formulator untuk media tumbuh ini, mereka adalah deMan, Rogosa dan Sharpe
(2011), menulis bahwa MRS Agar terdiri dari enzymatic digest jaringan hewan
(enzymatic digest of animal tissue), ekstrak sapi (beef extract), ekstrak khamir
adalah bahan inhibitor agar mikroba lain tak tumbuh. Sodium asetat dan
ammonium sitrat selain berfungsi sebagai agen seleksi mikroba yang tumbuh juga
dengan aspek kehalalan terutama terkait dengan asal jaringan hewan, ekstrak sapi
dan ekstrak khamir. Jenis hewan dan bagaimana hewan (dan sapi) tersebut
disembelih menjadi fokus kehalalan. Begitu pula dengan ekstrak khamir yang bisa
8.4 Es Krim
Nuraini (2007), menuturkan bahwa es krim adalah salah satu produk yang
Indonesia (SNI), es krim adalah jenis makanan semi padat yang dibuat dengan
cara pembekuan tepung es krim atau capuran susu, lemak hewani maupun nabati,
gula dengan atau tanpa bahan makanan lain dan bahan makanan yang diijinkan.
Komponen utama dari es krim adalah lemak susu dan susu skim. Berdasarkan
komponen penyusunnya es krim dibagi tiga kategori yaitu, standar (kadar lemak
10 % dan padatan susu non lemak 11 %), premium (kadar lemak 15 % dan
padatan susu non lemak 10 %), dan super premium (kadar lemak 17 % dan
Di beberapa negara lemak yang digunakan harus berasal dari lemak susu
(lemak yang diperoleh dari susu, khususnya susu sapi), jika berasal bukan dari
lemak susu maka produknya tidak boleh dinamai es krim. Akan tetapi, di negara
lainnya seperti Islandia, Portugal dan UK boleh menggunakan lemak yang bukan
lemak susu dan jika lemaknya secara keseluruhan adalah lemak susu maka
dapat lolos dengan ukuran kurang dari 200 mikron. Homogenisasi dilakukan
Adonan hasil pasteuriasi didinginkan hingga suhu 27-30 0C pada cooler kemudian
dilewatkan pada chiller hingga diperoleh suhu 4 0C. Aging dilakukan selama 24
dalam tabung pembeku yang sebelumnya sudah didinginkan dengan amoniak cair.
volume) yang tepat. Adonan yang keluar dari freezer berbentuk semi padat dan
wadah terakhir dan dipindahkan ke ruangan pengeras dimana suhunya dijaga tetap
Dari segi proses pembuatannya tidak ada yang kritis dalam hal
pengaruhnya terhadap kehalalan es krim, akan tetapi menjadi kritis apabila dalam
suatu pabrik dihasilkan es krim yang halal dan yang tidak halal karena tidak boleh
bercampur antara yang halal dengan yang tidak halal, keduanya harus
menggunakan peralatan dan tempat yang terpisah, jika tidak, maka produk es krim
yang dihasilkan dari proses dimana dihasilkan juga es krim yang tidak halal, tidak
kestabilan adonan es krim. Komposisi es krim yang paling baik menurut Arbuckle
15 %, bahan penstabil dan pengemulsi 0,3 % dan total padatan sebesar 38,3 %.
Lemak susu dan padatan susu tanpa lemak (PSTL) memiliki pengaruh
yang sangat besar pada citaras es krim. Lemak yang berasl dari susu memengaruhi
flavor, massa dan tekstur pada produk (Arbuckle dan Marshal, 1996). Menurut
Nuraini (2007) padatan susu tanpa lemak (PSTL) dikenal juga dengan sebutan
serum solid mempunyai kandungan protein (casein dan whey protein) dan
karbohidrat (laktosa). Protein yang berasal dari susu memberi kekompakan dan
kehalusan serta cenderung mencegah body atau badan es krim yang lemah dan
(whole milk), padatan susu tanpa lemak (PSTL) juga dapat diperoleh dari berbagai
sumber, diantaranya yaitu susu penuh pekat (concentrated whole milk), bubuk
susu skim, bubuk susu penuh, sweet cream buttermilk kering, dan bubuk
whey. Dari bahan-bahan sumber padatan tanpa lemak ini yang berstatus syubhat
adalah whey. Hal ini karena whey diperoleh dari hasil samping penggumpalan
susu pada tahap pembuatan keju atau kasein dimana proses penggumpalan
tersebut biasanya menggunakan enzim yang dapat berasal dari hewan (sapi atau
menggunakan asam.
padatan yang diperlukan untuk menghasilkan es krim yang memiliki body atau
tekstur yang baik (Robinson, 1986). Selain gula pasir, menurut Apriyantono
(2011), dapat pula digunakan sirup jagung (hasil hidrolisis pati jagung) yang dapat
berupa bubuk (powder) atau sirup (cairan kental). Pemanis lainnya adalah sirup
glukosa, sirup maltosa (high maltosa syrup) dan sirup fruktosa (high fructose
syrup). Pembuatan berbagai sirup diatas dapat dilakukan dengan dua metode
utama yaitu hidrolisis (pemecahan molekul dengan bantuan air) asam dan
berwarna jernih dan tidak menghasilkan senyawa pahit. Itu sebabnya banyak sirup
sirup ini diperoleh dengan menggunakan enzim dimana salah satu enzim yang
diperlukan yaitu enzim α-amilase, sayangnya enzim ini disamping dapat diperoleh
dari mikroorganisme juga dapat diperoleh dari hewan. Oleh karena itu status
(stabilizer) yang digunakan pada es krim adalah gelatin (0,5 %) dan sodium
xanthan. Gelatin dapat diperoleh dari babi, sapi atau ikan, sedangkan xanthan
gum adalah hasil fermentasi sehingga kehalalannya tergantung kepada media yang
atau kuning telur yang dikeringkan atau dibekukan. Pengemulsi digunakan untuk
es krim dengan tekstur yang baik (Buckle et al. 1987). Lesitin secara kimia
dihilangkan sehingga diperoleh apa yang disebut dengan ekstrak kasar lesitin. Di
masa lalu lesitin jenis inilah yang digunakan, tetapi untuk tujuan memperbaiki
sifatnya maka dibuat turunan-turunan lesitin agar diperoleh sifat yang lebih baik.
Ada berbagai cara untuk membuat produk turunan lesitin, yang diragukan
dari pankreas babi dan proses ekstraksi yang menggunakan alkohol. Secara umum
status kehalalan lesitin adalah syubhat karena ternyata ada jenis turunan lesitin
yang haram dan dipasarkan dengan menyebutkan hanya lesitin saja, tidak
dibedakan yang mana ekstrak kasar lesitin dan mana turunan lesitin
(halalmui.org).
berstatus syubhat. Di samping itu, pewarna juga bisa bermasalah karena pewarna
biasanya tidak selalu berada dalam bentuk murninya melainkan dilarutkan dalam
suatu pelarut, dibuat dalam bentuk emulsi atau disalut (dienkapsulasi) sehingga
bahan penyalut yang digunakan. Es krim yang berasal dari luar negeri (negara non
sebaginya. Es krim yang didalamnya ada terkandung minuman keras seperti ini
8.5 Keju
Berbeda dengan es krim dan mentega yang berbasis lemak susu, keju
merupakan olahan yang berbasis protein susu. Menurut Swaisgood (1996), protein
dalam susu ada dua jenis yaitu kasein dan whey. Kasein pada protein susu
mencapai 80 % dan dibedakan atas empat jenis yaitu α-kasein, β-kasein, κ-kasein
berikatan dengan ion kalsium dan anion seperti fosfat dan sitrat membentuk misel
(Swaisgood, 1996).
Keju sendiri adalah salah satu bentuk pangan hasil olahan dari susu yang
walaupun sebagian kecil ada yang dibuat dari whey. Kasein dapat dipresipitasi
dengan menggunakan asam. Selain itu, kasein juga dapat dikoagulasi dengan
menghidrolisa κ-kasein, yaitu fraksi kasein yang stabil, dengan menggunakan
susu, krim, atau kombinasi keduanya. Secara umum I kg keju dibuat dengan
menggunakan 10-11 liter susu. Ada banyak macam jenis keju, di Prancis saja ada
350 jenis keju. Menurut Nelson dan Trout (1951), keragaman jenis keju
tergantung pada bahan dasar yang digunakan, metoda kogulasi susu, kadar whey
dalam dadih (curd), dengan atu tanpa pemeraman, dan metode pemeraman. Oleh
karena cara pembuatannya sangat bervariasi dan berbeda di tiap negara penghasil
pematangan yang lebih singkat atau dikenal keju segar). Keju diklasifikasikan
menjadi tiga kategori yaitu: (1) Keju keras dan sangat keras, seperti keju keju
gouda Belanda, keju cheedar Inggris, pemersan Italia dan keju kasar Turki; (2)
Keju semi lunak seperti Brie, Camembert dan banyak bentuk lainnya dari
Perancis; (3) Keju Lunak seperti keju Cottage (Nurhidayati, 2010). Secara luas
keju diklasifikasikan menjadi keju natural dan keju olahan (Langhus, 1974).
Bahan baku dari keju olahan adalah keju natural. Menurut Campbell dan
anorganik, bisanya natrium sitrat dan natrium fosfat. Keju segar (muda, hijau atau
baru) biasanya dicampur dengan keju yang telah matang atau tua untuk
mendapatkan keju olahan dengan flavor dan aroma sesuai dengan yang
dikehendaki. Campuran tersebut biasanya terdiri atas satu, dua, atau lebih macam-
macam keju asli (keju natural) dan biasa pula berisi pimento, buah-buahan,
Walaupun ada banyak variasi dalam pembutan keju (baca keju natural),
menurut Apriyantono (2012), pada dasarnya keju dibuat melalui 5 tahap yaitu: 1)
atau asam yang akan menghasilkan curd (bagian susu yang terkoagulasi atau
tergumpalkan) dan whey (bagian susu yang dalam bentuk cairan setelah curd
adalah tahap yang kritis dari segi kehalalan keju (Riaz and Chaudry, 2004). Ada
tiga metoda yang biasa dilakukan pada tahap koagulasi susu ini, yaitu
1. Metode enzimatis
2. Metode mikrobiologis
biasanya merupakan jenis enzim protease. Enzim yang sering digunakan adalah
enzim rennin. Enzim rennin ini terkandung dalam ekstrak kasar enzim yang
disebut rennet. Rennet diperoleh dari abomasum anak sapi atau hewan ruminansia
lain terutama yang masih menyusui. Selain mengandung rennin, rennet juga
dengan hormon renin yang disekresi oleh ginjal (Muchtadi dkk, 1992).
Menurut Apriyantono (2012), pada saat ini rennet diperoleh dari bukan
hanya perut sapi muda akan tetapi juga perut sapi dewasa, anak kambing,
kambing dewasa, domba dan babi. Disamping itu, koagulan juga ada yang berasal
Modified Organism). Dari segi kehalalan, penggunaan koagulan yang berasal dari
hewan jelas rawan menghasilkan keju yang tidak halal karena disamping bisa
berasal dari babi juga bisa berasal dari sapi atau kambing yang tidak disembelih
secara Islami dan juga bercampur dengan keju yang dihasilkan. Oleh karena itu
digunakan media yang halal. Di pasaran, khususnya di luar negeri, keju yang
tersebut. Informasi ini diperlukan bagi mereka yang menghindari koagulan yang
menggunakan asam yang dapat dihasilkan oleh bakteri asam laktat yang
ditambahkan kedalam susu, atau dengan menggunakan asam organik seperti asam
sitrat, asam asetat, asam tartarat atau whey yang telah diasamkan. Metoda kedua
ini diterapkan dalam produksi keju Cottage dan keju Cream. Bakteri asam laktat
mula-mula ditumbuhkan dulu dalam suatu media (tempat pertumbuhan dan
biasanya digunakan starter campuran dari dua kelompok bakteri asam laktat yaitu
tersebut akan menghasilkan asam laktat lebih cepat daripada ditumbuhkan secara
Dari segi kehalalan perlu dicermati media yang digunakan karena biasanya
terdiri dari komponen susu dan nutrien lain seperti ekstrak khamir (yeast extract),
mineral dan vitamin. Ekstrak khamir bisa tidak halal jika diperoleh sebagai hasil
samping industri bir, atau jika untuk memproduksinya menggunakan media yang
mengandung bahan yang tidak halal (Apriyantono, 2012). Pada metode kedua ini
protein whey yang kemudian akan berinteraksi dengan kasein. Dengan adanya
metode enzimatis menggunakan rennet, metode ketiga ini memberikan hasil yang
jenis enzim ini dapat berasal dari hewan selain dapat diperoleh juga dari
kehalalan keju. Adapun kehalalan keju olahan tergantung pada keju natural,
pengemulsi dan whey yang digunakan. Ketiga bahan ini bisa tidak halal
Protease merupakan salah satu enzim yang penting dalam industri, karena
lebih dari 60 % enzim yang dipasarkan adalah protease (Hidayat, 2009). Menurut
Whitaker (2003), protease atau enzim proteolitik merupakan enzim yang mampu
protease +
-HN-CHR1-CO-NH-CHR2-CO- + H2O NH-CHR1-COOH + H3N-
CHR2-CO-
Beberapa enzim yang diekstrak dari tumbuhan telah dicoba untuk
carica yang mempunyai enzim fisin, sebagai koagulan susu telah banyak
digunakan dalam pembuatan keju di India. Beberapa koagulan dari tumbuhan lain
papain yang berasal dari papaya, bromelin yang berasal dari nenas serta risin dari
berlebihan dan kemungkinan timbulnya rasa pahit. Selain dari tumbuhan, protease
pengganti rennet juga dikembangkan dari kapang yang diproduksi oleh spesies
Mucor miehei, Mucor pusillus dan Endothya parasitica yang dikembangkan untuk
keju (Scott, 1981). Rennet yang dikembangkan dari Mucor miehei disebut sebagai
Enzim pepsin merupakan jenis protease lain yang bisa digunakan dalam
koagulasi keju. Enzim ini bisa berasal dari babi, sapi dan ayam (Hill, 1995).
Secara umum pepsin memiliki aktivitas proteolitik yang besar sehingga akan
Faktor yang menyebabkan pepsin tidak digunakan secara mandiri adalah waktu
penggumpalan yang lebih lama, curd yang lebih lunak, kehilangan lemak dalam
whey, terbentuknya rasa pahit dan ketidakmampuan untuk aktif pada pH diatas
Protease pun dapat bersumber dari hewan laut. Ekstraksi pepsin dari
lambung tuna telah dilakukan oleh Tevarez (1982). Protease lambung tuna ini
dan Haard (1981) mematenkan protease dari mucosa perut anjing laut dengan
Tampaknya posisi rennin sebagai koagulan yang paling baik untuk keju
tak bisa tergantikan karena sifat proteolitik rennin yang pas. Dengan teknologi
rekayasa genetika rennin pun bisa dibuat menggunakan mikroba. Dengan teknik
DNA recombinan materi genetik bisa dipindahkan sehingga tercipta rennin atau
kimosin sintesis. Mikroba yang digunakan pada proses ini adalah strains
Eshericia coli, Klaveromyces lactis, atau Aspergillus niger (Hill, 1995). Produk
(Fankhauser, 2009).
Hasil Samping Industri Keju
Hasil samping industri keju yang utama adalah whey dan laktosa
dipisahkan dari whey. Menurut Adnan (1984), kandungan laktosa dalam whey
adalah sebanyak 70 %. Kadar laktosa dalam susu sapi sendiri adalah sebesar 4,6
disakarida yang terdiri dari gabungan 2 monosakrida yaitu glukosa dan galaktosa
(Heyman, 2006).
produk bakery karena akan mengalami reaksi Maillard dengan protein sehingga
laktosa ditambahkan ke dalam susu sapi dalam penyiapan infant formula. Dalam
bentuk murni, α - laktosa selalu digunakan oleh industri farmasi sebagai excipient
(komponen yang secara kimia inert, untuk proteksi atau meningkatkan biological
dihasilkan dengan proses isomerasi, laktitol dengan proses reduksi dan asam
laktobionat dengan proses oksidasi. Laktitol adalah gula alkohol sintetik, pemanis
non-nutritive yang rendah kalori. Laktulosa dikenal sebagai prebiotik atau faktor
ekivalen dengan glukosa dari asam glukonat dan dapat digunakan untuk
mengkhelat mineral seperti besi, kalsium, dan magnesium yang cocok
diaplikasikan dalam ingridien pangan. Asam pada derivat laktosa ini tahan
Ada beberapa jenis protein whey, yakni whey powder, whey protein
concentrate (WPC), dan whey protein isolate (WPI). Ketiganya memiliki karakter
berasal dari proses pemisahan proses pembuatan keju secara langsung. Sedangkan
proses pemisahan dari kasein. Selain itu dilakukan pula penyaringan untuk
menghilangkan molekul berukuran besar seperti laktosa dan abu. Whey protein
isolate (WPI) adalah yang memiliki kandungan protein paling tinggi, yakni hingga
produk susu (susu bubuk, makanan bayi, yoghurt), biskuit, sup, saus,
produk ini yaitu menambah gizi (protein), pembentuk gel, memperbaiki tekstur,
pengemulsi, pengental, dan pengikat air (Apriyantono, 2012). Untuk pangan atau
minuman olahraga, protein whey dipilih karena memiliki BCAA (Branched Chain
Amino Acids), leusin, isoleusin, dan valin yang tinggi. BCAA sangat penting bagi
sel otot dalam menjaga glikogen, bentuk lain dari glukosa yang terbentuk pada
saat tubuh berolahraga. Whey juga digunakan untuk produk snack dengan tujuan
pada seasoning snack, contohnya pada seasoning berbasis keju (Food Review,
2010)
digunakan dalam proses penggumpalan susu untuk menghasilkan curd dan whey.
Jika menggunakan koagulan yang berasal dari hewan maka whey dan laktosa ini
bisa tidak halal. Oleh karena itu baik keju, whey maupun laktosa termasuk
kedalam kategori bahan pangan yang status kehalalannya syubhat karena bisa
Pustaka
Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset.
Yogyakarta.
Campbell, J.R. dan R.T. Marshall. 1975. The Science Of Providing Milk For Man.
McGraw-Hill Book Company. New York.
Cheesman, G.C. 1981. Rennet and Cheese Making dalam G.C Birch et al (eds)
Enzymes and Food Processing. Applied Science Publ. New York.
Eskin, N.A.M. 1990. Biochemistry of Food Second Edition. Academic Press Inc.
New York.
Frandsen, M.S. dan W.S. Arbuckle. 1961. Ice cream and Related Product. The
AVI Publishing Company. Westport, Connecticut.
Heyman, M.B. 2006. Lactose Intolerance in Infants, Children, and Adolescent.
Ped. J. 118, 3, 1279.
Hidayat, N. 2009. Produksi Protease dari Limbah Ikan. TIP - FTP Universitas
Brawijaya. Malang.
Muchtadi, D., M. Astawan dan N.S. Palupi. 1992. Ezim dalam Industri Pangan.
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor
Muchtadi, T.R dan Sugiyono, 1992. Petunjuk Laboratorium Ilmu pengetahuan
Bahan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian
Bogor
National Research Council, 1976, Fat Content and Composition of Animal
Products, Printing and Publishing Office, National Academy of Science,
Washington, D.C
Nelson, J.A dan G.M. Trout. 1951. Judging Dairy Product. the Olsen Publishing
Co. Winconsin.
Nuraini, H. (2007). Memilih & Membuat Jajanan Anak yang SEhat & Halal.
Qultum Media. Jakarta.
Nurhidayati, T. 2010. Pengganti Rennet dalam Pembuatan Keju. Majalah Food
Review. Juni 2010.
Nurliyani, L. 2010. Laktosa sebagai Ingridien Pangan. Food Review Indonesia
Edisi Juni 2010.
Potter, N.N. 1986. Food Science (Eds). Chapman and Hall. New York.
Rasyid, A. 2003. Asam Lemak Omega-3 Dari Minyak Ikan. Oseana, Volume
XXVIII, Nomor 3, 2003 : 11-16
Redaksi Trubus, 2010. My Healthy Life Trio Herbal. PT Trubus Swadaya.
Jakarta.
Scoot, E.G. 1981. Cheese making Practice. Applied Science Publ. Ltd. London.
Shasuzzaman, K.M dan N.F. Haard. 1981. Rennet Substitute from Seals for
Making Cheese. US Patent 4,526,868
Swaisgood, H.E. Characteristics of Milk dalam O. R. Fennema (Eds) Food
Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York.
Tevarez, J.F.D.P. 1984. Recovery of Milk Coagulating Enzyme from Tuna
Waste.Food Industries and The Environment. ElseVier. Amsterdam.
Usmiati, S. 2010. Teknologi Sterilisasi Susu. Balai Besar Pascapanen. Kampus
Penelitian Pertanian Cimanggu.
Whitaker, J.R. 2003. Proteolytic Enzymes dalam J.R. Whitaker, Alphons, G.J.
Voragen. Dominic W.S. dan Wong (eds) Handbook of Food Enzymology.
Marcel Dekker Inc. New York.
Wirakusumah, E.P. 2010. Sehat Cara Al-Quran dan Hadis. Mizan Publika.
Jakarta.
Yamamoto, A. 1975. Proteolitic Enzyme dalam G. Reed (Ed.) Enzyme in Food
Processing. Academic Press. New York.
9. PANGAN BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi bukan merupakan hal yang baru bagi umat manusia. Pada konteks
tradisional, makanan sperti kecap, oncom, tempe dan tauco adalah contoh-contoh
produk bioteknologi. Lebih dari 8000 tahun yang lalu mikroorganisme telah
digunakan pada pembuatan bir, cuka, yoghurt, keju dan anggur. Acuan tentang
anggur dan cuka juga telah terlihat dalam kitab injil yang memberikan indikasi
pembuatannya telah dikenal sejak dulu kala (Pimrose, 1987). Hanya saja pada
organism (GMO).
perdebatan apalagi jika dikaitkan dengan filsafat etika. Alhasil lahirlah apa yang
dinamakan bioetika yang hendak memancang ilmu hayat tetap di jalur taat moral.
Di ladang pertanian sendiri, rekayasa ini memberikan kontribusi yang tidak bisa
dobel heliks DNA pada spesies tapi juga berpengaruh secara ekologis dan sosial.
Bayangkan anak-anak dan orang tua yang kurus dengan tulang kerontang akibat
kekeringan dan kelaparan yang ada di Afrika dan bayangkan juga padi transgenik
yang mampu tumbuh subur dengan cekaman kekeringan dan iklim subsahara.
Contoh lain dari kasus padi adalah padi emas atau golden rice yang ke
dalam padi ini dimasukkan gen dari lobak merah untuk membantu mengatasi
masalah kekurangan vitamin A yang menyebabkan kerabunan dan kemungkinan
bisa mengakibatkan kematian dua juta anak-anak dalam masa setahun. Ada juga
tumbuhan lain yang direkayasa agar mempunyai kandungan asam lemak trans
yang rendah. Asam lemak trans ini dikenal sebagai asam lemak jahat, sehingga
produk tumbuhan transgenik dengan asam lemak trans yang rendah itu baik untuk
kesehatan jantung.
ekologi dan sosial yang lebih serius dan meluas. Perdebatan mendasar etika dan
dan ekologi akibat pencemaran transgenik tersebut. Hal ini merupakan satu di
antara banyak aspek unik teknologi ini. Bahkan jika teknologi ini ditarik kembali
ekonominya masih tetap ada dan membekas secara permanen dalam sejarah dan
masyarakat. Lebih serius lagi, jika transgenik ini bersilang dengan populasi liar
dipertanyakan misalnya dalam kasus benih transgenik yang tahan hama. Memang
betul tanaman dari benih tersebut menguntungkan karena lebih tahan hama,
persepsi kita tentang mutan lebih didasarkan pada penggiringan opini oleh
dan kawan-kawan. Istilah mutan sendiri mengacu pada sepesies yang mengalami
mutasi gen alias perubahan struktur gen. Bagi orang-orang yang tidak setuju
pangan produk rekayasa genetik (pangan PRG). Pangan PRG meliputi pangan
segar, pangan olahan, bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan
didasarkan pada sumber hukum Islam. Menurut Riaz dan Chaudry (2004), dalam
pandangan Islam segala sesuatu itu halal kecuali secara spesifik diharamkan oleh
syariat. Tidak ada ayat Al Quran atau pun hadits yang mengharamkan makanan
dihasilkan dari yang diharamkan tetap merupakan produk yang haram. Contohnya
karena babi merupakan hewan yang haram, maka semua produk rekayasa genetika
dari babi pun menjadi haram. Kehalalan produk rekayasa genetika ini pun
seperti yang diuraikan oleh Yusuf Qardawi sebagaimana telah dirangkum pada
rennet hasil rekayasa genetika. Modern rennet yang digunakan pada pembuatan
keju merupakan pengganti dari rennet yang dihasilkan dari babi yang haram
ataupun dari sapi dan kambing yang syubhat karena tak diketahui cara
Meski tidak ada ayat atau hadits khusus tentang rekayasa genetika, namun
mengingat perubahan yang dilakukan pada organisme oleh rekayasa ini, kehalalan
Allah.
memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-
An Nisa (4):119
pandangan Islam juga menimbang manfaat dan bahaya dari rekayasa genetika ini.
Secara general menurut Amin et al (2012), jika risiko maslahat (manfaat) dan
mafsadat (bahaya) bioteknologi modern masih belum jelas maka dapat dinyatakan
bahwa status yang berlaku untuk bioteknologi modern bisa dinyatakan sebagai
syubhat.
sehingga berkaitan dengan bahaya yang yang mungkin timbul harus dilakukan
ini sudah ada protokol untuk menguji keamanan pangan PRG. Jika suatu pangan
PRG telah dinyatakan boleh diedarkan ke masyarakat oleh badan yang berwenang
setelah melalui pemeriksaan yang lengkap dan ketat maka sebetulnya produk
tersebut dianggap aman sesuai dengan tingkat pengetahuan manusia saat ini.
Pengkajian terhadap keamanan pangan PRG dilaksanakan kasus per kasus,
karena organisme rekayasa genetik yang berbeda memiliki gen sisipan yang
berbeda dan disisipkan dengan cara yang berbeda pula. Hal ini berarti bahwa
setiap pangan hasil rekayasa genetik dan keamanannya harus dikaji secara
individu (kasus per kasus) dan tidak mungkin untuk membuat pernyataan umum
Menilik pangan hasil rekayasa genetik yang keamanannya harus dikaji per kasus,
maka begitu juga kehalalan produk pangan hasil rekayasa genetik itu sendiri harus
(2011), ada tiga kategori modifikasi yang jadi perhatian utama, yaitu :
binatang.
berasal dari hewan yang halal. Namun produk rekayasa genetika yang dihasilkan
dari hewan yang diharamkan tetap merupakan produk yang haram. Di Jepang ada
padi Nihonbare yang mengintroduksi gen cytochrome P450 yang berasal dari
diterima karena status serangga yang tidak terdefinisikan dengan jelas. Golongan
atau mazhab fiqih berbeda pendapat tentang kehalalan serangga. Sementara untuk
bisa diterima jika proses tersebut tidak memacu produksi racun pada tumbuhan
atau hal lain yang membayakan. Perpindahan gen dari hewan ke hewan bisa
diterima asalkan merupakan hewan yang halal dan tidak menimbulkan efek yang
Perpindahan gen dari sumber yang haram ke hewan atau tumbuhan yang
istihala dalam Islam (Riaz dan Chaudry, 2004). Istihala adalah konsep perubahan
bentuk dan status dari suatu zat, misalnya bangkai itu najis namun ketika dibakar
menjadi abu atau terdekomposisi menjadi tanah maka menjadi tanah tersebut
adalah suci. Contoh lainnya adalah perubahan anggur (wine) menjadi cuka dengan
tanpa rekayasa. Cuka yang berasal dari anggur yang berubah dengan sendirinya
Pertanyaan analogi dari sifat ini adalah misalnya gen dari babi
dipindahkan ke beras yang halal, apakah konsep istihala bisa diterapkan karena
transformasi bentuk yang sama sekali berbeda dengan babi itu sendiri? Apakah
Moosa (2009), menyatakan bahwa terkait konsep istihala ini ahli fiqih
terbagi dua dalam menyikapi perpindahan gen dari sumber haram, ada yang
membolehkan ada juga yang tidak. Pihak yang membolehkan melihat perubahan
bentuk tersebut sehingga konsep istihala bisa diterapkan. Pihak yang tidak
menjadikan hal ini agak pelik. Seiring perkembangan yang terjadi, penulis melihat
bahwa pangan rekayasa genetika ini merupakan masalah yang belum final
Pustaka
Amin, L., S. Fairuz, S.A. Latif, S.M. Sabri, H.M. Nasran, M.M. Yusof, dan HJ.
Othman. 2011. Pendekatan Islam Dalam Menangani Percanggahan
Manfaat Dan Risiko Bioteknologi Moden Tumbuhan. Jurnal Hadhari 3 (2)
(2011) 1-22
BADAN POM RI. 2010. Pangan Produk Rekayasa Genetika Dan Pengkajian
Keamanannya Di Indonesia. InfoPOM. Volume XI, No.1 MARET -
APRIL 2010
Moosa, E. 2009. Genetically Modified Foods and Muslim Ethics dalam Conrad G.
Brunk and Harold Coward (Eds) Acceptable genes? religious traditions
and genetically modifi ed foods. Suny Press. New York.
Riaz, M.N and M.M Chaudry. 2004. Halal Food Production. CRC Press. New
York.
10. OTENTIFIKASI KEHALALAN
Berbeda dengan sistem jaminan halal dan halal control point yang menganalisis
kehalalan pada tataran proses, otentifikasi lebih merupakan analisis yang berbasis
end-product testing atau pengujian terhadap produk jadi. Produk jadi tersebut bisa
merupakan produk yang memang siap konsumsi ataupun masih produk antara
yang berarti merupakan bahan atau ingredient untuk produk pangan. Otentifikasi
untuk verifikasi halal sudah semakin banyak dikembangkan. Namun begitu, setiap
metode-metode yang cepat, sensitif, bisa dihandalkan serta terjangkau dalam hal
harga, tetap sangat dibutuhkan untuk tujuan verifikasi ini, serta untuk mendeteksi
produk olahan.
bahan aditif yang dapat berasal dari hewan. Misalnya, bagaimana mengenali asam
lemak atau gliserol yang berasal dari hewani dan yang berasal dari hasil sintesis
kimia. Apalagi jika asam lemak atau gliserol tersebut telah direaksikan lagi
adalah monogliserida yang dapat dihasilkan dari reaksi antara gliserol dengan
asam stearat (anggap keduanya hasil sintetis kimia), akan tetapi dapat pula berasal
tentu saja tidak mudah, secara fisik jelas tidak bisa sama sekali. Melalui analisis
Hal ini dapat dilakukan karena gliserol hasil sintesis kimia berasal dari minyak
bumi yang mempunyai komposisi isotop karbon yang berbeda dengan yang
terdapat pada hewan. Walaupun demikian, jelas hal ini memerlukan peralatan
canggih dan keahlian tinggi, apakah Indonesia telah memiliki alat dan keahlian
tetapi jelas memerlukan waktu, biaya dan usaha yang besar. Itu baru satu kasus
saja, yang masih mungkin dipecahkan melalui analisis laboratorium. Akan tetapi,
apabila kita ingin membedakan yang mana yang berasal dari minyak nabati dan
mana yang berasal dari lemak hewani, jelas hal ini akan sangat sulit sekali, bahkan
bisa jadi tidak mungkin. Oleh karena itu, analisis laboratorium tidak dapat
otentifikasi kehalalan, ada baiknya kita mengetahui apa saja instrumen yang bisa
(HPLC).
spectroscopy.
Analysis (TGA).
5. Enzyme Immunoassay
Bahasan kita disini akan dipersempit pada instrumen dengan basis fisiko-
atas distribusi deferensial komponen sampel diantara fasa gerak (cair atau gas)
dan fasa diam (padat atau cair). Kromatografi gas (GC) merupakan teknik
instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an dan merupakan
jenis umum dari kromatografi yang digunakan dalam kimia analitik untuk
Menurut Kealey dan Haines (2002), ada 2 jenis kromatografi gas berdasarkan fasa
asam lemak. Lemak babi (lard) berbeda dengan lemak sapi di dalam asam-asam
lemak C20:0, C16:1, C18:3, dan C20:1, dan dengan ayam di dalam asam-asam
lemak C12:0, C18:3, C20:0, dan C20:1. Lemak babi dan ayam berbeda nyata
GC untuk meneliti mentega dan menemukan adanya komponen lemak babi pada
mentega ghee yang dibuat dari lemak sapi dan kerbau. Menurut Fauzi dan Mas‟ud
dan harus stabil pada suhu analisis. Volatilitas sampel itu harus mempunyai
tekanan uap yang cukup pada suhu kolom dari alat GC. Kebanyakan sampel
organik tidak cukup volatil sehingga menjadi pembatas untuk penerapan langsung
dari GC. Kelemahan GC juga ada dari segi keterulangan (roproductability), waktu
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa
tertentu dalam suatu sampel. Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan
metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif
afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Berbeda dengan GC yang menganalisa zat
volatil, HPLC bisa digunakan untuk zat non-volatil. Menurut Jaswir (2009),
mempunyai laju migrasi yang berbeda pada setiap kolom dan fase gerak yang
sama. Karena itu setiap komponen akan memiliki puncak (peak) tersendiri di
HPLC harus larut dalam pelarut yang juga berperan sebagai fase gerak.
Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas komponen pokok yaitu wadah fase
gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukkan sampel kolom,
detektor, wadah penampung buangan fase gerak, tabung penghubung dan suatu
HPLC bisa digunakan untuk gula dengan titik leleh rendah serta oligosakarida.
Penentuan secara kuantitatif karbohidrat dalam bahan pangan dengan HPLC juga
sudah menjadi standar baku. Untuk lemak atau lipid yang kompleks, yang
memiliki volatilitas rendah serta yang struktur kimianya sensitif terhadap suhu
tinggi, HPLC juga menjadi pilihan terbaik. Kemudian, HPLC juga dapat
digunakan penentuan kadar vitamin dalam bahan pangan. Selain itu, yang juga
banyak dilakukan adalah penggunaan HPLC untuk melihat komposisi asam amino
daging babi sebagai campuran pada daging sapi dan daging domba (mutton). Jorfi
et al (2012), juga melakukan penelitian yang hampir sama dengan metoda HPLC
untuk perbedaan daging babi dengan daging sapi, mutton, ayam dan chevon
dengan didasarkan pada perbedaan asam amino utama. Daging babi bisa
dibedakan dengan daging ayam dengan asam amino alanin, serin dan valin
sebagai penandanya. Sedangkan asam amino penanda daging babi dengan hewan
berdaging merah lainnya adalah valin, histidin, dan arginin. Sementara itu
beberapa minyak nabati yang terdiri dari minyak sawit atau palm oil (PO), minyak
inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO), dan canola oil (CLO) dengan
populer, kuat, cukup murah dan mudah dioperasikan. Campuran yang akan
dianalisa diinjeksikan ke dalam saluran gas inert dan disebarkan pada tabung yang
dilengkapi lapisan padat dengan fase cair. Interaksi absorptif antara komponen-
komponen dalam saluran gas dan lapisan fase diam kolom menyebabkan
dalam kondisi sangat vakum, mendorong dan memfokuskan ion-ion ini dan hasil
setiap ion pada detektor dikumpul dan diukur. Mass spectrometer adalah alat yang
sangat baik untuk mengidentifikasi dengan baik struktur dari suatu komponen,
tetapi kurang baik untuk mendeteksi struktur jika komponen terdapat dalam
bentuk campuran.
diidentifikasi, dan memberikan informasi kuantitatif dan kualitatif dari jumlah dan
kandungan organik yang terdapat dalam makanan. Selain itu, alat ini juga mampu
volatil dari beberapa jenis daging yang telah melalui proses pemasakan.
daging ayam, daging sapi dan daging babi. Penelitian tersebut menunjukkan
ditembakkan pada sampel. Sebagian radiasi IR diserap oleh sampel dan sebagian
lainnya diteruskan. Jika frekuensi dari suatu vibrasi sama dengan frekuensi radiasi
pangan, seperti lemak hewani, coklat, kue serta biskuit untuk mendeteksi
kehadiran bahan pangan tidak halal, seperti lard (lemak babi). Analisa mencakup
rendah (3%). FTIR juga sudah secara sukses digunakan untuk menentukan
beragam parameter kualitas minyak sayuran, seperti nilai iodine, asam lemak
bebas, nilai anisidine, serta nilai peroksida, serta deteksi kehadiran lemak babi
dalam campuran lemak hewani yang lain. Selain itu FTIR juga bisa digunakan
(Jaswir, 2009).
Prinsip kerja SEM mirip dengan mikroskop optik, hanya saja berbeda
bahan. Prinsipnya adalah sifat gelombang dari elektron yakni difraksi pada sudut
yang sangat kecil. Pertama berkas elektron disejajarkan dan difokuskan oleh
magnet yang didesain khusus berfungsi sebagai lensa. Energi elektron biasanya
100 keV, yang menghasilkan panjang gelombang kira-kira 0,04 nm. Spesimen
sasaran sangat tipis agar berkas yang dihantarkan tidak diperlambat atau
atau film. Berbagai distorsi yang terjadi akibat masalah pemfokusan dengan lensa
SEM juga sering dipakai untuk penentuan kehalalan produk-produk dari kulit
produk kulit babi, kulit kambing, kulit sapi, kulit domba dan dibandingkan
dengan kulit sintetis yang dalam hal ini adalah polyurethane. Perbedaan antara
produk kulit babi dan kulit sintetis (poliurethane) bisa dilihat pada gambar berikut.
Observasi fisik kulit babi dan poliurethane sekilas mirip karena adanya
konfigurasi titik-titik lubang yang membentuk segitiga
sebagai tingkatan kuat lemahnya bau yang tercium. Electronic Nose buatan dosen
Teknik Elektro ITS, Dr. Muhammad Rivai ST. MT. misalnya, merupakan sebuah
device yang dapat menirukan indra penciuman manusia. Device tersebut mampu
adalah mulai dengan memasukkan uap aroma ke dalam sensor device tersebut,
lalu uap akan diekstraksi menjadi komponen penyusun uap yang diatur oleh
elektronik yang dapat menyediakan hasil dengan sangat cepat, identifikasi serta
quantifikasi perubahan atmosfir yang disebabkan spesies bahan kimia yang sudah
E-nose sangat berpotensi sebagai alat deteksi untuk kontaminasi bahan non-halal
dalam matriks pangan dengan mengkarakterisasi zat bau (odour), baik yang
sederhana maupun yang kompleks. Instrumen ini sudah terbukti dapat digunakan
untuk alkohol, bahan memabukkan, dan sampai pada tahap tertentu bisa
dengan Islam. Hal ini memungkin lewat pendeteksian retensi darah maupun
jumlah Fe di dalam daging yang baru disembelih. Baru-baru ini, aplikasi medis E-
nose telah banyak dilaporkan, di antaranya digunakan untuk mendeteksi aflatoksin
and mikotoksin. Selain itu, analisa E-nose untuk berbagai parameter kualitas
minyak goreng juga sudah banyak diteliti. E-nose juga sudah digunakan dalam
panas pada suatu sampel dan aliran panas tersebut dibandingkan dengan aliran
panas pada zat referensi. DSC bekerja dengan mengukur tingkat aliran panas dan
sifat suhu dari sebuah reaksi atau pun transisi. Pengukuran panas ini tidak hanya
bersifat integral (total) dari reaksi atau pun transisi tetapi juga mengukur panas
parsial dengan menggunakan interval suhu tertentu. Nilai tertentu ini bisa
(Hohne, 2003).
maupun yang ditambahkan, seperti minyak babi dalam makanan. DSC juga sudah
terbukti sebagai alat analisa yang cepat dan akurat untuk menentukan campuran
minyak babi dalam minyak hewani lainnya. Melalui DSC, titik lebur, cloud point,
serta nilai iodine minyak sawit bisa dideteksi secara kuantitatif. Juga ditemukan
bahwa perbedaan dalam komposisi grup trigliserida (TG) lemak juga bisa dibaca
lewat thermogram DSC. Deteksi lemak hewani pada produk ghee dan mentega
telah banyak mengalami modifikasi sejak pertama kali teknik ini diperkenalkan.
Ciri utama ELISA adalah digunakannya enzim (alkalin fosfatase atau peroksidase)
untuk reaksi imunologi. ELISA digunakan pertama kali pada tahun 1969 untuk
deteksi virus. ikatan kovalen antara molekul immonoglobulin dan enzim dapat
ELISA ada beberapa metode diantaranya ELISA langsung, ELISA tak langsung
maupun patologi tanaman, disamping sebagai salah satu alat untuk mengontrol
Dalam industri halal, teknik ELISA bisa digunakan mendeteksi turunan produk
dari babi dalam bahan pangan secara kualitatif, seperti di dalam sosis dan berbagai
merupakan salah satu bentuk produk olahan setengah jadi (intermediate product)
yang berasal dari daging ikan daging ikan lumat yang telah dicuci dengan air dan
surimi. Plasma transglutamilase ini menjadi tidak halal karena berasal dari plasma
babi.
10.2 Pendekatan DNA
DNA bisa disebut sebagai bank data bagi organisme termasuk manusia
karena memuat informasi genetik yang memunculkan sifat organisme. Sifat DNA
yang spesifik untuk individu atau spesies menyebabkannya bisa dijadikan sebagai
penciri. DNA adalah polimer asam nukleat yang tersusun secara sistematis dan
ditemukan di dalam inti sel dan juga dapat ditemukan pada mitokondria. Struktur
DNA yang ditemukan oleh Watson dan Crick, terdiri atas dua rangkaian
nukleotida yang tersusun secara linier. Kedua rangkaian yang saling berikatan itu
terbentuk seperti tali berpilin, sehingga molekul DNA dikatakan sebagai double
helix (heliks ganda). Satu rangkaian nukleotida merupakan susunan dari banyak
nukleotida yang diikat satu sama lain oleh ikatan phospodiester, sedangkan kedua
DNA dalam jumlah besar dalam waktu singkat sehingga memudahkan berbagai
teknik lain yang menggunakan DNA (Jaswir, 2009). Pengembangan dari teknik
akurasi dan sensitivitas yang lebih tinggi, proses amplifikasi dan deteksi
(Liyana et al, 2009). Selain itu ada juga variasi teknik PCR seperti PCR
dan produk-produk berkaitan untuk kegunaan authentikasi halal secara efisien dan
efektif. Teknik ini juga banyak digunakan untuk deteksi kehadiran produk
DNA babi pada produk daging. Sahilah et al (2011), menganalisis cemaran daging
menyimpulkan bahwa metode ini bisa melacak cemaran daging babi dengan cepat
RFLP bisa mengidentifikasi DNA babi pada produk berupa daging campur (meat
mixture products berupa sosis sapi dan nugget ayam) yang telah dimasak.
o
Ternyata pemasakan dengan suhu 160-170 C selama 5 menit tidak
menghancurkan DNA babi. DNA tersebut masih dapat diisolasi dan dianalisa.
Selain daging babi, teknik PCR juga digunakan untuk mendeteksi cemaran
daging tikus. Primasari (2011), menggunakan multipleks PCR pada gen sitokrom
b (cyt b) tikus untuk mendeteksi cemaran daging tikus pada produk daging.
Hasilnya Gen cyt b sensitif sebagai marka spesifik untuk tikus dibuktikan dengan
pada level cemaran 1%, sedangkan pada abon mulai dapat terdeteksi pada level
Rasa-rasanya istilah ayam tiren sudah tidak asing di telinga kita. Ayam
tiren alias mati kemaren yang berarti ayam mati disembelih kemudian dagingnya
penilaian organoleptik atau pun penilaian secara visual bisa misleading atau salah.
daging yang disembelih dengan cara Islam dengan yang tidak. Berdasarkan pada
penelitian Razali (2007), yang meneliti perbedaan antara daging ayam bangkai
dengan ayam yang disembelih secara halal, ada dua penilaian yang bisa dijadikan
penciri dari daging ayam bangkai. Penilaian tersebut adalah dengan metode
ayam bangkai dan bukan bangkai adalah persentase degenerasi dan nekrosa, jarak
antar serabut otot, gambaran pembuluh darah arteri dan vena serta tingkat
dan nekrosa yang ditandai perubahan serabut otot dari bentuknya yang poligonal
menjadi membulat dan adanya pembentukan rongga di sitoplasma. Daging ayam
yang berasal dari hasil penyembelihan halal memiliki struktur dan integritas
serabut otot yang masih utuh. Sedangkan daging ayam bangkai struktur serabut
ototnya telah mengalami dissosiasi dan jarak antar serabut otot terlihat lebih lebar
dengan kondisi dissosiasi yang lebih berat.Pada pembuluh darah ayam bangkai
dipenuhi oleh darah yang diakibatkan tidak terjadinya pengeluaran darah dari
pembuluh (bled out) secara sempurna pada saat pemotongan sementara ayam
yang disembelih dengan cara halal pembuluh darahnya kosong yang berarti
jaringan. Pada otot dada dan otot paha ayam halal tidak terdapat banyak eksudasi
baik di daerah antar serabut otot maupun di jaringan penunjang. Ini memberikan
gambaran bahwa dengan dilakukan pemotongan ayam secara benar dan berasal
dari ayam yang sehat, maka darah tidak akan tertahan di dalam sistem sirkulasi
dan secara deskriptif dapat dikatakan bahwa eksudasi yang terjadi pada ayam
jam postmortem tekstur daging paha ayam bangkai menjadi semakin lunak,
didasarkan pada penginderaan warna oleh mata manusia. Diyakini bahwa mata
mengandung tiga reseptor yang peka terhadap cahaya yaitu reseptor merah, hijau,
dan biru. Dalam teori pengukuran warna ini, dianggap bahwa ada tahap
pengalihan sinyal-sinyal antara reseptor cahaya dalam retina dan saraf optik yang
dimensi warna kuning ke biru. Ke dua dimensi warna ini dinyatakan dengan
lambang a* dan b*. Dimensi warna ke tiga ialah keterangan atau kecerahan yang
(L*) daging dada yang berasal dari ayam halal lebih tinggi dari angka kecerahan
(L*) daging dada ayam bangkai. Terhadap nilai kemerahan (a*) secara
keseluruhan dapat dinyatakan bahwa daging dada ayam bangkai lebih merah
didefinisikan sebagai suatu hambatan terhadap aliran arus listrik yang mengalir
ketika aliran listrik tersebut melewati suatu material penghantar. Pengukuran nilai
impedansi dianggap dapat digunakan dengan asumsi bahwa daging dari ayam
dengan daging dari ayam bukan bangkai akibat adanya perbedaan perubahan fisik
dan kimiawi yang terjadi antara kedua jenis daging ini. Pada daging ayam bangkai
nilai impedansi lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai impedansi pada
daging ayam halal. Nilai impedansi daging dada pada ayam halal berkisar antara
1.6 sampai 1.9 ohm sedangkan pada ayam bangkai adalah 1.2 ohm.
Untuk deteksi ayam tiren sehari hari kita bisa mengikuti ciri-ciri ayam
tiren yang dikemukakan oleh Nareswari (2006), bahwa ayam tiren berwarna
kemerahan di hampir seluruh dagingnya, sedangkan daging ayam normal
berwarna keputihan. Tekstur daging ayam tiren lebih lunak dibandingkan dengan
ayam normal. Bau anyir (amis) pada daging ayam tiren sangat menyengat karena
telah terjadi dekomposisi beberapa komponen menjadi NH3 dan H2S sehingga
menimbulkan bau busuk. Pada permukaan daging ayam tiren terdapat lendir yang
Pustaka
Alina, A.R., M.A. Nur Illiyin, J. Juriani, Y. Salmah, A.S. Mashitoh dan A.K.
Imtinan. 2012. Detection of Non-Halal Plasma Transglutaminase in
Selected Surimi-Based Products by using Sandwich ELISA Method.
World Applied Sciences Journal 17 : 39-44, 2012
Gabriel BL. 1985. SEM: A user‟s Manual for Materials Science. Packer
Engineering Associate, Inc. Ohio.
Johnson EL, Robert S., 1991. Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Penerbit ITB.
Bandung.
Jorfi, R., S. Mustafa, Y.B Che Man, D.B.M Hashim, A.Q. Sazili, A.S Farjam, L.
Nateghi dan P. Kashiani. 2012. Differentiation of pork from beef, chicken,
mutton and chevon according to their primary amino acids content for
halal authentication. African Journal of Biotechnology Vol. 11(32), pp.
8160-8166, 19 April, 2012
Kealey, D and Haines, P.J., 2002, Instant Notes: Analytical Chemistry, BIOS
Scientific Publishers Limited, New York.
Liyana, K.F., M. Shuhaimi, Y.B. Che Man, A.Q. Sazili, A.A. Aida, dan A. R.
Raha. 2009. Porcine Specific Real-time Polymerase Chain Reaction (PCR)
for Halal Verification. Proceedings on the 3rd IMT-GT International
Symposium on Halal Science and Management 19-23. Universiti Putra
Malaysia. UPM. Malaysia.
Marikkar, J.M.N. Ghazali, H.M., Che Man, Y.B., Peiris, T.S.G., and Lai, O.M.
Distinguishing lard from other animal fats in admixtures of some vegetable
oils using liquid chromatographic data coupled with multivariate data
analysis. Food Chem. 2005, 91: 5-14.
Mirghani, M.E.S., H.M. Salleh, Y.B. Che Man, I. Jaswir. 2012. Rapid
Authentication of Leather and Leather Products. Advances in Natural and
Applied Sciences, 6(5): 651-659, 2012.
Razali. 2007. Penggunaan Metode Biologis Dan Nilai Impedansi Untuk Deteksi
Daging Ayam Bangkai. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Saeed, T., Ali, S.G., Rahman, H.A., and Sawaya, W.N. Detection of pork and lard
as adulterants in processed meat: liquid chromatographic analysis of
derivatized triglycerides. J. Assoc. Off. Anal. Chem. 1989, 72(6): 921-925.
Silamba, I. 2011 Identifikasi Profil Aroma Dua Varietas Nanas Dan Hasil
Silangannya Menggunakan Kromatografi Gas-Spektrometer Massa Dan
Kromatografi Gas-Olfaktometri Serta Uji Mutu Sensorinya. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wittasinghe, M., Vasanthan, T., Temelli, F., and Swallow, K. Volatile flavor
composition of cooked by product blends of chicken, beef, and pork: a
quantitative GC-MS investigation. Food Research International. 2001, 34:
149-158.
Di penutup buku ini penulis ingin kembali pada wacana awal buku ini
tentang industri pangan halal sebagai emerging global trend yang sekaligus
tingkat perkembangan serta nilai ekonomi pasar pangan halal, penulis melihat
bahwa konsep pangan halal tidak lagi menjadi konsep yang dimiliki oleh orang
muslim an sich, tapi konsep ini pun harus dimiliki oleh orang non-muslim yang
Pangan halal sebagai emerging global market pun telah bergerak menjadi
emerging quality system sehingga bagi siapa pun yang menginginkan bisnis
dengan masyarakat muslim, penguasaan konsep halal sebagai mutu atau kualitas
menjadi mutlak dan akan sebanding dengan keuntungan yang diberikan oleh pasar
pangan halal. Keuntungan ini pun tidak akan menghalangi keuntungan dari
konsumen non-muslim sebab semua produk pangan halal bisa dikonsumsi oleh
orang non-muslim.
Industri harus paham betul tentang tatalaksana pangan halal dan hal ini tentu akan
dengan sepadan.
Pabrik sumber daya manusia ini tidak lain dan tidak bukan adalah institusi
pendidikan. Lebih spesifik lagi perguruan tinggi dengan jurusan ilmu pangan. Di
titik inilah penulis sarankan kepada institusi pendidikan yang berkelindan dengan
ilmu pangan untuk menjadikan pangan halal sebagai emerging course in food
science. Saya harap pangan halal bisa masuk pada kurikulum ilmu pangan,
sehingga mahasiswa pangan baik muslim atau pun non-muslim tidak hanya
mengetahui tentang apa fungsi bahan pangan tapi juga tahu darimana sumber dan
Wallohu‟alam