Anda di halaman 1dari 16

Pengertian Al-Muhkam Al-Mutasyabih

Manna’ Khalil Al-Qattan menjelaskan Muhkam dan Mutasyabih dalam buku studi Ilmu-Il
mu Qur’an, bahwa menurut bahasa Muhkam berasal dari kata ‫حكمت الد ابة واحكمت‬yang arti
nya “saya menahan binatang itu”, juga bisa diartikan,”saya memasang ‘hikmah’ pada bin
atang itu”. Hikmah dalam ungkapan ini berarti kendali.Muhkam berarti (sesuatu) yang di
kokohkan, jadi kalam Muhkam adalah perkataan yang seperti itu sifatnya. Mutasyabih se
cara bahasa berarti tasyabuh, yakni bila salah satu dari 2 (dua) hal itu tidak dapat dibe
dakan dari yang lain, karena adanya kemiripan diantara keduanya secara konkrit maupu
n abstrak. Jadi, tasyabuh Al-Kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena s
ebagainya membetulkan sebagian yang lain.[3]

. Sedangkan menurut terminologi (istilah), muhkam dan mutasyabih diungkap


kan para ulama, seperti berikut ini :

1. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gam
blang, baik melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat y
ang maksudnya hanya dapat diketahui Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluar
nya dajjal, dan huruf-huruf muqatha’ah. (Kelompok Ahlussunnah)

2. Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang harus
diimani dan diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang harus diimani,
tetapi tidak harus diamalkan.[4]

3. Mayoritas Ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas mengata
kan, lafadz muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan hanya satu arah/
segi saja. Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang bisa ditakwilkan dala
m beberapa arah/segi, karena masih sama (semakna-red).[5]
Dari pengertian-pengertian ulama diatas, sudah dapat disimpulkan bahwa inti pengertian
dari ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi
dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Yang termasuk dalam kategori ayat-
ayat muhkam itu nash (kata yang menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan terang
dan tegas) dan zhahir (makna lahir). Adapun pengertian dari ayat-ayat mutasyabih adal
ah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Yang termasuk dalam kategori ayat-ayat muta
syabih adalah mujmal (global), mu’awwal (harus ditakwil), musykil, dan mubham (ambigi
us).

Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-Ayat Al-Mutasyabih

Para ulama berbeda pendapat tentang apakah arti ayat-ayat mutasyabih dapat diketahui
oleh manusia, atau hanya Allah saja yang mengetahuinya. Sumber perbedaan mereka t
erdapat dalam pemahaman struktur kalimat pada QS. ‘Ali Imran : 7

Dalam memahami ayat tersebut, muncul dua pandapat. Yang pertama, Wa al-rasikhuna
fi al-‘ilm di-athaf-kan pada lafazh Allah, sementara lafazh yaaquluna sebagai hal. Itu ar
tinya, bahwa ayat-ayat mutasyabih pun diketahui orang-orang yang mendalami ilmunya.[
6] Yang kedua, Wa al-rasikhuna fi al-‘ilm sebagai mubtada’ dan yaaquluna sebagai kha
bar. Itu artinya bahwa ayat-ayat mutasyabih hanya diketahui oleh Allah, sedangkan oran
g-orang yang mempelajari ilmunya hanya mengimaninya.[7]

Ada sedikit ulama yang berpihak pada ungkapan gramatikal yang pertama. Seperti Ima
m An-Nawawi, didalam Syarah Muslim, ia berkata, “Pendapat inilah yang paling shahih
karena tidak mungkin Allah mengkhitabi hamba-hambaNya dengan uraian yang tidak a
da jalan untuk mengetahuinya.”. Kemudian ada Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Ishaq As
y-Syirazi yang mengatakan, “Tidak ada satu ayatpun yang maksudnya hanya diketahui A
llah. Para ulama sesungguhnya juga mengetahuinya. Jika tidak, apa bedanya mereka de
ngan orang awam?”.[8]
Namun sebagian besar sahabat, tabi’in, generasi sesudahnya, terutama kalangan Ahlussu
nnah berpihak pada gramatikal ungkapan yang kedua. Seperti pendapat dari :

1. Al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya mengeluarkan sebuah riwayat dari Aisyah
yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ketika mengomentari QS. ‘Ali
Imran ayat 7 :

“Jika engkau menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat mutasyabih untuk meni
mbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, orang itulah yang dicela Allah, maka
berhati-hatilah menghadapi mereka.”

2. Ibn Abu Dawud, dalam Al-Mashahif, mengeluarkan sebuah riwayat dari Al-A’m
asy. Ia menyebutkan bahwa diantara qira’ah Ibn Mas’ud disebutkan :

“Sesungguhnya penakwilan ayat-ayat mutasyabih hanya milik Allah semata, sedangkan o


rang-orang yang mendalami ilmunya berkata, “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mu
tasyabih.”[9]

3. Imam Malik pernah ditanya mengenai pengertian lafadz istawa. Ia mengatakan:


Istawa adalah diketahui. dan bagaimananya adalah sesuatu yang tidah diketahui. Bertany
a tentangnya adalah Bid’ah.[10]

Sedang Ar-raghib Al-Ashfahany mengambil jalan tengah dalam masalah ini. Beliau m
embagi mutasyabih dari segi kemungkinan mengetahuinya menjadi tiga bagan:
1. Bagian yang tak ada jalan untuk mengetahuinya, seperti waktu tibanya hari kia
mat.

2. Bagian manusia menemukan sebab-sebab mengetahuinya, seperti lafadz-lafadz y


ang ganjil, sulit difahami namun bisa ditemukan artinya.

3. Bagian yang terletak di antara dua urusan itu yang hanya diketahui oleh Ulama
’ yang mumpuni saja.[11]

[3] Mana’ Khalil Al-Qattan,

[4]Tim Penyusun MKD

[5]Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, hal. 239

[6] Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung:Pustaka Setia,2004), 128

[7] Mana’ Khalil Al-qattan, 307

[8] Ibid, 308

[9] Tim Penyusun MKD,


[10]Acep Hermawan, Ulumul Quran: ilmu Untuk Memahami Waahyu, (Bandung: PT Rema
ja Rosdakarya, 2011), 146

[11] Abd. Hadi, Pengantar Study ilmu-Ilmu Al-Quran, (Surabaya: Graha Pustaka Islamic M
ultimedia, 2010), 222

Pengertian Fawatih As-Suwar

Menurut bahasa, fawatih adalah jama’ dari kata fatih atau fawatih yang berarti awalan/p
embuka. Sedangkan suwar adalah jama’ dari kata surah yang berarti sekumpulan ayat-a
yat Al-Qur’an yang diberi nama tertentu.

Jadi, fawatih as-suwar berarti beberapa pembuka dari surah-surah Al-Qur’an / beberapa
macam awalan dari surah-surah Al-Qur’an. Sebab, seluruh surah Al-Qur’an yang berjuml
ah 114 buah itu dibuka dengan 10 pembukaan, dan tidak ada satu surahpun yang kelu
ar dari 10 pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam pembukaan itu mempunyai rahasia/hik
mah sendiri-sendiri. Diantara pembukaan itu ada yang berbentuk al-muqatha’ah1, kata,
maupun kalimat.

Istilah fawatih as-suwar sering dijumbuhkan orang dengan al-hurufull muqatha’ah. Diant
aranya adalah Dr. Shubhi Ash-Shalih dalam kitabnya Mabahits Fi ‘Ulumil Qur’an. Karena
itu, perlu ditegaskan bahwa fawatih as-suwar itu berbeda dengan hurufull muqatha’ah y
ang hanya mempunyai salah satu macam dari fawatih as-suwar yang ada 10 macam itu
.2

B. Macam-macam Fawatih As-Suwar

Menurut Imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Lathaiful Iayarati, fawatihush suwar dibeda
kan menjadi 10 macam, yaitu:

1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah SWT (Al-Istiftaahu Bits Tsanaa’i)


a. Menetapkan sifat-sifat terpuji (Al-Itsbaabu Sifaatil Maddhi) dengan menggunaka
n:

1. hamdalah, yang terdapat pada 5 surah, yaitu:

- Surah Al-Fatihah dengan lafal “ “ َ‫ب ْالعَالَمَ يْن‬


َ ‫أ َ ْل َح ْمد َ َُلِلَ َر‬

-Surah Al-An’am dengan lafal “ “‫ض‬


َ ‫ت َواأل َ ْر‬ ْ ‫أ َ ْل َح ْمد َُلِلَ الَّ َذ‬
َ ‫ي َخلَقَ الس‬
َ ‫َّموا‬

-Surah Al-Kahfi dengan lafal َ ‫ع ْب َد َه ْالك‬


“ ”‫َتب‬ َ ‫ي أ َ ْنزَ َل‬
َ ‫علَى‬ ْ ‫أَل َح ْمد َُلِلَ الَّ َذ‬

-Surah Saba’ dengan lafal ““‫ض‬


َ ‫ت َواأل َ ْر‬ ْ ‫أ َ ْل َح ْمد َُلِلَ الَّ َذ‬
َ ‫ي لَهُ َمافَى الس‬
َ ‫َّموا‬

-Surah Fathir dengan lafal “ “ ‫ض‬


َ ‫واأل َ ْر‬
ْ ‫ت‬ ْ ‫أَل َح ْمد َُلِل الَّ َذ‬
َ ‫ي فَاطَ َرالس‬
َ ‫َّموا‬

.2tabaaraka, yang terdapat dalam 2 surah, yaitu:

- Surah Al-Furqan dengan lafal ” ”‫ع ْب َد َه‬ َ َ‫ي ن ََّز َل ْالفُ ْرقأن‬
َ ‫علَى‬ ْ ‫اركَ الَّذ‬
َ ‫ت َ َب‬

-Surah Al-Mulk dengan lafal” “ ُ‫ي بَيَ َد َه ْال ُم ْلك‬


ْ ‫اركَ الَّ َذ‬
َ َ‫تَب‬

b. Mensucikan Allah SWT dari sifat-sifat negatif (Tanziihu ‘An Shifatin Nuqshaan) d
engan menggunakan lafadz tasbih yang terdapat dalam 7 surah, yaitu:

- Surah Al-Isra’ dengan lafal

ْ ‫سبْحنَ الَّ َذ‬


‫ي اَسْرى َب َع ْب َد َه لَي اًْل‬ ُ

“maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam”.

- Surah Al-A’la dengan lafal

َ ‫ح اس َْم َربَكَ األَع‬


‫ْلى‬ َ َ‫سب‬
َ

“sucikanlah nama Tuhanmu yang paling tinggi”.

- Surah Al-Hadid dengan lafal

َ ‫ت َواأل َ ْر‬
‫ض‬ َ ‫َّموا‬
َ ‫س َّب َح َلِلَ َمافَى الس‬
َ

“semua yang ada dilangit dan yang ada dibumi bertasbih pada Allah ( menyatakan ke
besaran Allah”.

- Surah Al-Hasyr dengan lafal

َ ‫ت َو َما فَى األ َ ْر‬


‫ض‬ َ ‫َّموا‬
َ ‫سبَّ َح َلِلَ مافَى الس‬
َ

“telah bertasbih kepada Allah apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi”.
- Surah Al-Shaff dengan lafal

َ ‫ت َو َما فَى ااأل َ ْر‬


‫ض‬ َ ‫َّموا‬
َ ‫سبَّ َح َلِلَ َما فَى الس‬
َ

“telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibum
i”.

- Surah Al-Jum’ah dengan lafal

َ ‫ت َو َما فَى األ َ ْر‬


‫ض‬ َ ‫َّموا‬
َ ‫س َب ُح َلِلَ ما فَى الس‬
َ ُ‫ي‬

“telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibum
i”.

- Surah Al-Taghabun dengan lafal

َ ‫ت َوما فَى األ َ ْر‬


‫ض‬ َ ‫سبَ ُح َلِلَ ما فَى السَّموا‬
َ

“telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibum
i”.

2. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-purus (Istiftaahu Bil Huruufi Al-M


uqaththa’ati).

Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 209 surah dengan memakai 14 huruf
dengan tanpa diulang, yakni: hamzah, ha’, ro’, sin, shod, tho’, ‘ain, qaf, kaf, lam, mim,
nun, ha’, ya’.

Pembukaan dengan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-surah Al-Qur’an disus


un dalam 14 rangkaian, terdiri dari 5 kelompok, yaitu:

a. Terdiri atas satu huruf, terdapat pada 3 tempat; Shad (surah Shad), Qaf (surah
Qaf), dan Nun (surah Al-Qalam).

b. Terdiri atas dua huruf, terdapat pada sembilan tempat; ( ‫حم‬Q.S. Al Mu’min, Q.S.
As Sajdah, Q.S. Az Zuhruf, Q.S. Ad Duhkan, Q.S. Al Jatsiyah, dan Q.S. Al Ahqaf); ( ‫طه‬Q.S
. Thaha); ( ‫طس‬Q.S. An Naml); dan ( ‫يس‬Q.S. Yaasin).

c. Terdiri atas tiga huruf, terdapat pada tiga belas tempat; ( ‫الم‬Q.S. Al Baqoroh, Q.
S. Ali Imron, Q.S. Ar Rum, Q.S. Lukman, dan Q.S. Sajdah); ( ‫الر‬Q.S. Yunus, Q.S. Hud, Q.S
. Ibrahim, Q.S. Yusuf, dan Q.S. Al Hijr); dan ( ‫طسم‬Q.S. Al Qoshosh dan Q.S. As Syu’ara).
d. Terdiri atas empat huruf, terdapat pada dua tempat; yakni ( ‫المر‬Q.S. Ar Ra’du) d
an ( ‫المص‬Q.S. Al A’raf).

e. Terdapat atas lima huruf, terdapat pada dua tempat; ( ‫كهيعص‬Q.S. Maryam) dan
( ‫حم عسق‬Q.S. As Syu’ra).

3. Pembukaan dengan Nida’/panggilan (Al-Istiftaahu Bin Nidaa’).

a. Nida untuk Nabi ,‫يا أيها النبي‬yang terdapat dalam Q.S. Al Ahzab, At Tahrim dan
At Thalaq. ‫ياأيها المزمل‬dalam Q.S. al Muzammil dan ‫ياأيها المدثر‬dalam Q.S. Al Mudatsir.

b. Nida untuk kaum mukminin dengan lafadz ‫ياأيها الذين امنوا‬terdapat dalam Q.S. Al
Maidah, Q.S. Al Mumtahanah dan Al Hujurat.

c. Nida untuk umat manusia ‫ياأيها الناس‬terdapat dalam Q.S. An Nisa dan Q.S. Al H
ajj.

4. Pembukaan dengan Jumlah Khabariyah (Al-Istiftaahu Bil Jumalil Khabariyyati).

Jumlah khabariyah dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu :

a. Jumlah Ismiyyah, terdapat 11 surat, yaitu:

- Surah At-Taubah dengan lafal ” “ ‫بَ َرا َءةٌمَ نَ ّللاَ َو َرسُ َو َل َه‬

-Surah An-Nur dengan lafal ” “ ‫سُ ْو َرة ٌ ا َ ْنزَ ْلن َها َوفَ َرضْن َها‬

-Surah Az-Zumar dengan lafal ” “ ‫ب مَ نَ ّللاَ ال َع َزي َْزال َحكي َْم‬


َ ‫ت َ ْن َز ْي ُل ال َكت‬

-Surah Muhammad dengan lafal ” “ َ‫سبَ ْي َل ّللا‬


َ ‫ع ْن‬ َ ‫الَّ َذيْنَ َكف َُر َوا َو‬
َ ‫صد ُّْوا‬

-Surah Al-Fath dengan lafal ” “ ‫إَنَّافَتَحْ نَالَكَ فَتْ احا ُمبَ ْيناا‬

-Surah Ar-Rahman dengan lafal ” “ َ‫علَّ َم الٌقُ ْران‬ َّ َ ‫ا‬


َ ُ‫لرحْ من‬

-Surah Al-Haqqah dengan lafal ” “ ُ‫ْال َحآقَّةُ َماال َحآقَّة‬

-Surah Nuh dengan lafal ” “ ‫س ْلنَانُ ْو احاإَلَى قَ ْومَ َه‬


َ ‫إَنَّاا َ ْر‬

-Surah Al-Qadr dengan lafal ” “ ‫َإنَّاا َ ْنزَ ْلنهُ فَى لَ ْيلَةَالقَد َْر‬

-Surah Al-Qaqi’ah dengan lafal ” “ ُ ‫عة‬ ْ ‫عةُ َم‬


َ َ‫االق‬
َ ‫ار‬ َ َ‫أ َ ْالق‬
َ ‫ار‬

-Surah Al-Kautsar dengan lafal” “ ‫ط ْينَاكَ الك َْوث َ َر‬


َ ‫َإنآَا َ ْع‬
b. Jumlah Fi’liyyah, terdapat dalam 12 surat, yaitu :

- Surah Al-Anfal dengan lafal ” “ ‫ع َن األ َ ْنفا َل‬


َ َ‫َي ْسئَلُ ْونَك‬

-Surah An-Nahl dengan lafal ” “ ُ‫َعجلُ ْوه‬


َ ‫أَت َى أ َ ْم ُرّللاَ فَ ًَلت َ ْست‬

-Surah Al-Anbiya’ dengan lafal ” “ ‫سابُ ُه ْم‬ َ ‫إَ ْقت ََر‬


َ َّ‫ب لَلن‬
َ َ‫اس ح‬

-Surah Al-Mu’minun dengan lafal ” “ َ‫قَ ْدا َ ْفلَ َح ْال ُمؤْ مَ نُ ْون‬

-Surah Al-Qamar dengan lafal ” “ ‫عةُ َوا ْنش ََّق القَ َم ُر‬ َ َ‫إَ ْقت ََرب‬
َ ‫ت السَّا‬

-Surah Al-Mujadilah dengan lafal ” “ َ‫سمَ َع ّللا ُ قَ ْو َل الَّتَى ت ُ َجا َدلُك‬


َ ْ‫قَد‬

-Surah Al-Ma’arij dengan lafal ” “ ‫ب َواق ٍَع‬ َ ‫سأ َ َل‬


ٍ ‫سآئَ ٌل َب َعذَا‬ َ

-Surah Al-Qiyamah dengan lafal ” “ ‫ََلأ ُ ْق َس ُم َب َي ْو َم ال َق َيا َم َة‬

-Surah Al-Balad dengan lafal ” “ ‫ََلأ ُ ْق َس ُم َبهذَ ْال َبلَ َد‬

-Surah Abas dengan lafal ” “ ‫س َوت ََولَّى‬


َ َ‫عب‬
َ

-Surah Al-Bayyinah dengan lafal ” “ َ‫ب َو ْال ُم ْش َر َكيْنَ ُم ْنف ََكيْن‬


َ ‫لَ ْم يَ ُك َن الَّ َذيْنَ َكف َُر ْوامَ ْن أ َ ْه َل الكَت‬

-Surah At-Takatsur dengan lafal ” ” ‫ا َ ْله ُك ُم الـتَّكَاث ُ ُر‬

.5Pembukaan dengan sumpah/qasam (Al-Istiftaahu Bil Qasami).

Terdapat dalam 15 surah, yaitu:

a. Sumpah dengan benda-benda angkasa, terdapat dalam 8 surah yaitu:

- Surah Ash-Shaaffat dengan lafal ” “ ‫ص َّفا‬


َ ‫ت‬
َ ‫صف‬
َّ ‫َوال‬

-Surah An-Najm dengan lafal ” “ ‫َوالنَّجْ َم إَذَا ه ََوى‬

-Surah Al-Mursalaat dengan lafal ” “ ‫ت ع ُْرقاا‬ َ ‫َو ْال ُم ْر‬


َ ‫سل‬

-Surah An-Nazi’at dengan lafal ““ ‫ت غ َْرقاا‬


َ ‫َوالنَّ َزع‬

-Surah Al-Buruj dengan lafal ” “ ‫ج‬ َ ‫س َماءَ ذَا‬


َ ‫ت الب ُُر ْو‬ َّ ‫َوال‬

-Surah Ath-Thariq dengan lafal ” “ ‫ق‬


َ ‫ار‬ َّ ‫س َماءَ َو‬
َ ‫الط‬ َّ ‫َوال‬

-Surah Al-Fajr dengan lafal ” “ ‫ع ْش ٍر‬


َ ‫َجْر َولَيَا ٍل‬
َ ‫َوالَف‬

-Surah Asy-Syams dengan lafal ” “ ‫ش ْم َس َوضُح َها‬


َّ ‫َوال‬
b. Sumpah dengan benda-benda bawah, terdapat dalam 4 surah yaitu:

- Surah Adz-Dzariyat dengan lafal ” “ ‫ت ذَ ْر اوا‬


َ ‫َوالذَّ َاري‬

-Surah Ath-Thur dengan lafal ” “ ‫ط ْز ٍر‬


ُ ‫ب َم ْس‬ ُّ ‫َو‬
ٍ ‫الط ْو َر َوكَت‬

-Surah At-Tin dengan lafal ” “ ‫الز ْيت ُ ْو َن‬


َّ ‫َوالتَي َْن َو‬

-Surah Al-‘Adiyat dengan lafal ” “ ‫ض ْب احا‬ َ ‫َو ْالعدَي‬


َ ‫ت‬

c. Sumpah dengan waktu, terdapat dalam 3 surah yaitu:

- Surah Al-Lail dengan lafal ” “ ‫َوالَّ ْي َل أَذَايَ ْغشَى‬

-Surah Adh-Dhuha dengan lafal ” “ ‫ض َحى‬


ُّ ‫َوال‬

ْ َ‫َو ْالع‬
-Surah Al-‘Ashr dengan lafal ” “ ‫ص َر‬

.6Pembukaan dengan syarat (Al-Istiftaahu Bis-Syarthi).

Syarat-syarat yang dipakai Allah sebagai pembukaan surah-surah Al-Qur’an ada 2 maca
m dan digunakan dalam 7 surah, sebagai berikut:

a. Syarat yang masuk pada jumlah ismiyah, dipakai diawal 3 surah diantaranya:

- Surah At-Takwir dengan lafal ” “ ْ‫س ُك َو َرت‬ َّ ‫إَذَال‬


ُ ‫ش ْم‬

-Surah Al-Infithar dengan lafal ” “ ْ‫ط َرت‬


َ َ‫َإذَالشمآ ٌءف‬

-Surah Al-Insyiqaq dengan lafal ” “ ْ‫شقَّت‬


َ ‫إْذَالسَّمآ ٌءا ْن‬

b. Syarat yang masuk pada jumlah fi’liyah, dipakai diawal 4 surah, diantaranya:

- Surah Al-Waqi’ah dengan lafal ” “ ‫الواقَعَ َة‬


َ ‫ت‬ َ َ‫إَذَا َوقَع‬

-Surah Al-Munafiqun dengan lafal ” “ َ‫إَذَا َجا َءكَال ُمن َفقُ ْرن‬

-Surah Az-Zalzalah dengan lafal ” “ ‫ض ُز ْلزَ الَ َها‬ َ َ‫از ْل َزل‬


ُ ‫ت األ َ ْر‬ ُ َ‫إَذ‬

َ ْ‫ص ُرّللاَ َو ْالفَت‬


-Surah An-Nashr dengan lafal ” “ ‫ح‬ ْ َ‫إَذَا َجا َءن‬

.7Pembukaan dengan fi’il amar (Al-Istiftaahu Bil Amri).

Ada 6 fi’il amar yang dipakai untuk membuka surah-surah al-Qur’an, yang terdiri dari 2
lafal dan digunakan untuk membuka 6 surah-surah sebagai berikut:
a. Dengan fi’il Amar ْ‫ َإ ْق َرأ‬yang hanya untuk membuka satu surah yaitu Surah Al-‘A

laq.

b. Dengan fi’il amar ,‫قُ ْل‬yang digunakan dalam 5 surah sebagai berikut:

- Surah Al-Jinn dengan lafal ” “ ‫الج َن‬


َ َ‫ي أَنَّهُ ا ْست َ َم َع نَف ٌَرمَ ن‬ ُ
َ َ‫قُ ْل أ ْوح‬
َّ َ‫ي إَل‬

-Surah Al-Kafirun dengan lafal” ” َ‫قُ ْل يآأَيُّ َهاالكف َُر ْون‬

-Surah Al-Ikhlash dengan lafal ” “ ٌ ‫قُ ْل ه َُوّللاُ أ َ َحد‬

-Surah Al-Falaq dengan lafal ” “ ‫ق‬ َ ‫قُ ْل أَع ُْوذُبَ َر‬


َ َ‫ب الفَل‬

-Surah An-Nas dengan lafal ” “ ‫اس‬ َ ‫قُ ْْلَع ُْوذُ َب َر‬


َ َّ‫ب الن‬

.8Pembukaan dengan pertanyaan (Al-Istiftaahu Bil Istifhaami).

a. Pertanyaan positif (Al-Istifhaamu Al-Muhiibiyyu), yaitu bentuk pertanyaan yang


dengan kalimat positif yang tidak ada alat negatifnya. Terdapat dalam 4 surah yaitu:

- Surah Ad-Dahru, dengan lafal:

” ” ‫ان حَ ي ٌْن مَ نَ الدَّ ْه َر‬


َ ‫س‬َ ‫اإل ْن‬ َ ‫ه َْل أَت َى‬
َ ‫علَى‬

“ bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa”.

- Surah An-Naba’, dengan lafal:

” َ . َ‫ع َّم َيت َسآ َءلُ ْون‬


” ‫عنَالنَّ َبإَال َعظَ ي َْم‬ َ

“tentang apakah mereka saling bertanya-tanya. Tentang berita yang besar”.

- Surah Al-Ghasyiyyah, dengan lafal:

” ” ‫سى‬ ُ ‫ه َْل أَتكَ َحدَي‬


َ ‫ْث ُم ْو‬

“ sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan”.

- Surah Al-Ma’un, dengan lafal:

” ” ‫الدي َْن‬ ْ ‫أ َ َر َءيْتَ الَّ َذ‬


َ َ‫ي يُكَذَبُ ب‬

“tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama”.

b. Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan yang dalam kalimat negatif. Diantaranya:


- Surah al-Insyirah dengan lafal ” “ َ‫صد ْْرك‬
َ َ‫أَلَ ْم نَ ْش َرحْ لَك‬

-Surah Al-Fiil dengan lafal ” “ ‫ب ال َف ْي َل‬ ْ َ ‫ْف فَ َع َل َربُّكَ َبأ‬


َ ‫صح‬ َ ‫أَلَ ْم ت ََر َكي‬

.9Pembukaan dengan do’a (Al-Istiftaahu Bid Du’aai).

a. Do’a atau harapan yang berbentuk kata benda (Ad-Du’aaul Ismiyyu)ada di 2 s


urat yaitu:

- Surah Al-Muthaffifin, dengan lafal:

“ َ ‫َو ْي ٌل ل َْل ُم‬


” َ‫طف ََفيْن‬

“ kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”.

- Surah Al-Humazah, dengan lafal:

” “ ٌ ‫َو ْي ٌل َل ُك َل ُه َمزَ ٍة لُّ َمزَ ة‬

“ kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela

b. Do’a atau harapan yang berbentuk kata kerja (Ad-Du’aaul Fi’liyu) membuka satu
surah saja yaitu surah Al-Lahab ” “ َّ‫ب َوتَب‬
ٍ ‫تَبَّــتْ يَدَاأَبَى لَ َه‬

.10Pembukaan dengan alasan (Al-Istiftaahu Bit-Ta’lili).

Hanya terdapat dalam surah Al-Quraisy, dengan lafal:

” ” ‫َإليْلفَ قُ َري ٍْش‬

“ karena kebiasaan orang-orang Quraisy”

[1] al-muqatha’ah adalah huruf-huruf yang terpisah dalam Al-Qur’an.

2Prof. Dr. H. Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, Dunia Ilmu;Surabaya, 2012, hlm. 168.

Faedah Ayat-Ayat Muhkamat dan Ayat-Ayat Mutasyabihat


Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau hikmah ayat-ayat muhka
m lebih dahulu sebelum menerangkan faedah ayat-ayat mutasyabihat.
1) Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat
a) Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan baha
sa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jel
as arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.
b) Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga
memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar
mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
c) Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengam
alkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah
diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
d) Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari
isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat
menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau pe
njelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.
2) Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat
a) Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk
meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi
cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan
anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang ber
pengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan
tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan
sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya aka
n ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
b) Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih.
Sebagaimana Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab s
ebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mut
asyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang me
ndalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya
untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata rab
bana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan m
engharapkan ilmu ladunni.
c) Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun
usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahanny
a. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan k
ekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
d) Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan b
alaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukan
lah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.
e) Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang ber
macam-macam. [13]

[13] Abd, Jalal


Hikmah tersurat dari Ilmu Fawatihus Suwar Wa Khawatimuhadalam memperkaya
Khazanah keislamaan

Kemunculan Al-Qur’an sebagai wahyu dan pedoman umat manusia t


erutama umat islam menjadikan angin segar terutama di jaman jahiliyyah pada s
aat itu.Di era modern seperti saat ini,umat islam modern dihauskan akan khazan
ah keislaman,terutama dari sumber kebenara muthlaq Al-Qur’an.As Sayid Rasyid
Ridla, penyusun tafsir al manaar,memandang jauh dari kebenaran apa yang dike
mukakan oleh Al Khuwaiby ini.Beliau mengatakan,bahwasannya Nabi dalam kea
daan sadar dan siap menanti kedatangan wahyu yaitu al-qur’an[4].Kemunculan Il
mu Fawatihus Suwar Wa Khawatimuhayang merupakan perkembangan dari ulum
ulqur’an dapat dijadikan himbauan tersurat dalam al-qur’an yang mengandung ba
nyak makna.Terkadang kita menganalisis surah-surah al-qur’an hanya dari segi j
udul,dan isi makna dominan,tanpa melihat makna tersirat dari awal dan akhir ay
at dalam surah tersebut.Misalkan

1.Adapun hikmah atau rahasia dari pembukaan surah-surah Al-Qur’an memakai


nida’ (panggilan) ini ialah untuk memberi perhatian/ peringatan, baik kepada Nabi
Muhammad SAW atau umat beliau, dan untuk menjadi pedoman dan petunjuk
dalam mengarungi laut kehidupan di dunia ini.

2. Hikmah dari pembukaan surah-surah dalam Al-Qur’an dalam memakai amar/


perintah ialah untuk memberikan perhatian, peringtan dan petunjuk serta pedoma
n dalam berbagai pranata kehidupan dan peribadatan, agar umat manusia dapat
selamat dan berbahagia di dunia dan di akhirat kelak.

3. Hikmah dari pembukaan surah dengan jumlah ini ialah untuk memperingatkan
Nabi Muhammad SAW dan umat Islam agar memperhatikan firman-firman Allah
yang disebutkan sesudah pembukaan itu, serta mengamalkan dan menjadikanny
a sebagai pedoman.

4. Hikmah atau rahasia Allah SWT membuka beberapa surah dalam kitab-Nya d
engan memakai sumpah-sumpah itu sebagai berikut:
a. Agar manusia meneladani sikap bertanggung jawab, bahwa kalau bicara
harus benar dan jujur, dan bila perlu berani angkat sumpah untuk memperkuat
ucapannya.
b. Agar dalam bersumpah bagi manusia harus memakai nama Alah.

5. Hikmah pembukaan surah-surah Al-Qur’an dengan pertanyaan-pertanyaan ini j


uga untuk memberikan peringatan, perhatian dan petunjuk-petunjuk kepada umat
manusia ke arah kebahagiaan hidup mereka di dunia dan di akhirat.

6. Hikmah pembukaan dengan do’a/ harapan ini juga sama, yakni untuk member
i perhatian, peringatan dan petunjuk kepada semua umat manusia.

[4] Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy,2002,Ilmu-ilmu Al-Qur’an,(Semarang:


PT.PUSTAKA RISKI PUTRA),hlm.134

Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor:Lintera Antar Nusa

Anwar, Rosihon. 2004, Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Media

Djalal, Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu

Hadi, Abd. 2010, Pengantar Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Surabaya:Graha Pustaa Isl
amic Media

Hermawan, Acep, 2011. ‘Ulumul Quran:Ilmu Untuk Memahami Wahyu, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, 2012, Studi Al-Qur’an. Surabaya : IAIN
Sunan Ampel Press
Zenrif, MF. 2008. Sintesis Paradigma Studi Al-Quran, Malang:UIN Malang Perss

Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2013.

Teuku Muh. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an(Ulum Al-Quran), Pustaka


Rizki Putra, Semarang, 2013.

Abu Djalal, Ulumul Qur’an, Dunia Ilmu, Surabaya, 2012.

Acep Hermawan, Ulumul Qur’an, Rosda, Bandung, 2011.

Syadali,Ahmad.1997.Ulumul qur’an:untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK,cet


.I.Bandung:CV.PUSTAKA SETIA

Ash-Shiddieqy,TM Hasbi.2002.Ilmu-ilmu Al-Qur’an”ilmu-ilmu pokok dalam menafsir


kan Al-Qur’an”.Semarang:PT.Pustaka Rizki Putra

Anwar,Rosihon.2013.Ulum Al-Qur’an”untuk UIN,STAIN,dan PTAIS disusun berdas


arkan kurikulum terbaru nasional perguruan tinggi agama islam”,cet,IV.Bandung:P
ustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai