Anda di halaman 1dari 17

RENUNGKANLAH

Setelah kita dibawa mengingat keadaan hari akhirat yang pasti akan kita tempuh itu, baik siksaan

neraka yang ngeri, atau nikmat syurga karena amal, kita dibawa kembali ke dalam hidup yang kita

hadapi sekarang. Oleh karena yang terlebih dahulu mendapat seruan Ilahi ini ialah bangsa Arab,

disuruhlah mereka memperhatikan alam yang ada di sekeliling mereka. Yang paling dekat dari

hidup mereka waktu itu ialahunta. Maka datanglah ayat: “Apakah mereka tidak memandang

kepada unta, bagaimana dia telah dijadikan.” (ayat 17).

Unta adalah binatang yang paling dekat kepada hidup orang Arab dari zaman ke zaman, sejak

tanah itu didiami manusia. Itulah binatang serba-guna. Binatang pengangkut dalam perjalanan

yang jauh. Binatang peluku sawah ataupun penimba air dari sumur yang dalam. Binatang yang

juga jadi makanan mereka. Bulunya pun dapat dicukur untuk dijadikan benang pakaian.

Dagingnya bisa dimakan, susunya bisa diperas dan diminum.

Badan binatang itu besar, kekuatannya luar biasa dan tahan menempuh panas terik di padang

pasir luas itu. Tahan lapar dan tahan haus. Di samping itu makanannya pun tidak sukar. Rumput-
rumput padang pasir yang tidak akan dapat dimakan binatang lain, bagi unta itulah makanannya

biasa, walaupun berduri.

Dan sangat patuhnya kepada manusia; disuruh berhenti, dia berhenti. Disuruh duduk dia duduk,

disuruh berdiri dia pun tegak. Kadang-kadang bertambah malam hari, bertambag gontai dan tetap

dia berjalan, mengangguk-angguk dengan tenangnya dalam perjalanan jauh di padang pasir itu.

Kadang-kadang mereka berjalan berkalifah dari Selatan ke Utara, dari Yaman menuju Syam,

melalui Hejaz, ataupun Nejd. Di waktu malam yang jadi pedoman ialah bintang di langit. Karena

langit di suasana padang pasir itu jarang sekali diliputi awan di waktu malam. Maka janganlah

mereka tersesat menuju negeri jauh di bawah naungan bintang-bintang itu. Lalu datanglah ayat

seterusnya:

“Dan kepada langit, bagaimana dia telah diangkatkan.” (ayat 18). Atau ditinggikan ke atas.

Dalam mengiringkan atau mengendarai unta sambil berjalan malam itu, selalulah mereka

ditudungi langit. Dan terasalah hubungan diri mereka dengan langit yang tinggi itu, sebab ada

bintangnya. Umpama bintang-bintang itu tidak menghiasi langit, niscaya sesatlah jalan mereka.

(Lihat Surat 16, An-Nahl: 16, Juzu’ 14). Maka setelah memandang langit dan bintang-bintangnya

itu disuruhlah pula memperhatikan bagaimana langit itu diangkatkan ke atas, dihiasi indah.

Sebagai unta tadi pula, siapa yang mengangkatkan itu.

“Dan kepada gunung-gunung, bagaimana dia telah dipancangkan.” (ayat 19).

Biasa perjalanan kafilah dilakukan malam hari dan berhenti kelak pagi hari sepenggalah matahari

naik, sebelum terik panas. Biasanya berlindunglah mereka ke kaki gunung-gunung batu terjal

yang keras, terjadi dari batu granit itu. Di sana mereka berhenti menunggu matahari condong ke

Barat dan panas mulai menurun. Dapatlah dikatakan kalau tidaklah ada gunung-gunung tempat

berlindung kepanasan itu, yang kadang-kadang mempunyai gua-gua tempat berteduh, akan

sengsaralah mereka kena tekanan cahaya matahari. Maka disuruh pulalah mereka memandang

kembali, bagaimana gunung itu dijadikan pancang atau pasak dari bumi ini. Alangkah hebat dan

dahsyatnya muka bumi ini disapu angin, jika tidak ada gunung menjadi pancang penyanggah deru

angin.
“Dan kepada bumi, bagaimana dia telah dihamparkan.” (ayat 20).

Dan perjalanan itu dilakukan di muka bumi, beratap langit, berpasak gunung berkendaraan dan

alat pengangkutan unta. Semuanya terjadi di muka bumi. Maka dengan sendirinya, sebagai

renungan terakhir bumi itu untuk kita anak manusia ini hidup.

Disuruh memandang, atau merenungkan. Bukan semata-mata melihat dengan mata, melainkan

membawa apa yang terlihat oleh mata ke dalam alam fikiran dan difikirkan; itulah yang

disebut memandang.

Maka berkatalah Zamakhsyari dalam tafsirnya: “Arti ayat-ayat menyuruh memandang ini, ialah

supaya mereka saksikan demikian besar qudrat iradat khaliq pencipta alam ini, yang manusia

hanya tinggal memakainya saja.

Kalau semuanya ini sudah dipandang dan direnungkannya, niscaya tidak lagi dia akan mengingkari

kekuasaan Allah untuk membangkitkan kembali manusia pada hari nanti, yang dinamai Hari

Kiamat.

Orang yang baru mencapai seujung kuku ilmu, dan terlalu banyak ditimbulkan keraguan dan

kehilangan iman dalam dadanya karena pengaruh kaum Orientalis dan zending dan missi Kristen,

pernah mengambil ayat ini jadi bukti bahwa Al-Qur’an itu diturunkan hanya buat orang Arab,

sebab di dalamnya tersebut unta. Dan menyangka dengan mengemukakan demikian, mereka

telah mengemukakan suatu “ilmiah”.

Sedang ayat Al-Qur’an yang menyebut unta (al-ibl) itu dalam Al-Qur’an hanya dua kali. Yaitu ayat

17 Surat Al-Ghasyiyah ini dan Surat Al-An’am ayat 144. Dan “Jamaal” (unta) dua kali pula, (An-

Nahl; 6 dan Al-A’raf; 39). Dan tidak mereka hendak memperhatikan bahwa laba-laba membuat

sarang, lebah membuat madu, keledai memikul beban, nyamuk yang paling kecil, lalat yang kecil

pula, dibuat juga misalnya dalam Al-Qur’an.

Padahal bukan kitab suci Al-Qur’an saja yang demikian halnya, yaitu menurut bahasa yang mulai

didatangi. Taurat dan Injil pun begitu pula. Sehingga khabarnya konon, ketika membuat

terjemahan Bible ke bahasa Eskimo, payah mencari terjemahan unta, karena binatang yang ada di

sana hanyalah lama, yang tidak ada di bahagian dunia yang lain.
Pandanglah ini semua, perhatikanlah. Agar kian lama akan kian dekatlah kamu kepada Allah dan

bertambah dalamlah iman tumbuh dalam hatimu.


Qs. AL-GHASYIYAH 1-5

a. QS. AL-GHASYIYAH 17-20


‫ والي االرض كيف‬19 ‫ والى الجبال كيف نصبت‬18 ‫ والى السماء كيف رفعت‬17 ‫افال ينظلر االبل كيف خلقت‬
20 ‫صطحت‬

b. TERJEMAH
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan kepada unta bagaimana ia diciptakan?dan
langit, bagaimana ia ditinggikan? dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan? dan bumi
bagaimana ia dihamparkan?”

D. KANDUNGAN SURAT AL-GHASYIYAH AYAT 17 SAMPAI 20


Dalam kandungan ayat ini Allah SWT mengajak orang-orang yang meragukan kekuasaannya
untuk memperhatikan alam raya. Allah berfirman maka apakah mereka tidak
memperhatikan bukti kuasa allah yang terbentang di alam raya ini, antara lainkepada
unta yang menjadi kendaraan dan bahan pangan mereka bagaimana ia diciptakan oleh
Allah dengan sanngat mengagumkan? dan apakah mereka tidak merenungkan tentang
langit yang demikian luas dan yang selalu mereka saksikanbagaimana ia ditinggikan tanpa
ada cagak yang menopangnya? Dan juga gunung-gunung yang demikian tegar dan mereka
bias daki bagaimana ia ditergakkan? Dan bumi tempat kediaman mereka dan yang tercipta
bulat bagaiman ia dihamparkan?
Penggunaan kata illa/kepada yang digandeng dengan kata yanzhurun/melihat aatau
memperhatikan, untuk mendorong setiap orang melihat sampai batas ahkir yang dituunjuk
oleh kata ila itu dalam hal ini unta. Sehingga pandangan perhatian bnar-benar menyeluruh,
sempurna dan mantap agar dapat menarik darinya sebanyak mungkin bukti tentang kuasa
allah da kehebatan ciptaannya.

a. ASBABUN-NUZUL
Asbabun_Nuzul ayat 17 Surat Al-Ghasyiyah
Qatadarah Ra. Menegaskan, bahwa ayat ini diturunkan berenaan dengan kaum musyrik yang,
tatkala allah menjelaskan cirri-ciri dan kenikmatan surge, merassa takjub dan heran (hr. ibnu
jarir dan ibnu abi hatim. Lihat qurthubi: 10/7499 dan addarul mantsur 6/383)

b. PENDAPAT ULAMA’
Dalam tafsir Al-Munthakh yang disusun oleh satu tim yang terdiri dari beberapa pakar mesir,
ayat-ayat diatas dikomentari antara lain sebagai berikut: penciptaan unta yang sungguh
sangtat luar biasa menunjukkan kekuasaan allah dan merupakan sesuatu yang perlu kita
renungkan.dari bentuk lahirnya, seperti kita ketehui, unta benar-benar memiliki potensi untuk
menjadi kendaraan di wilayah gurun pasir. Matanya terletak pada bagian kepala yang agak
tinggi dan agak ke belakang, ditambah dengan dua lapis bulu mata yang melindunginya dari
pasir dan kotoran. Begitu pula dengan kedua lubang hidung dan telinga yang dikelilingi
dengan rambut untuk maksud yang sama. Maka apabila badai pasir bertiup kencang, kedua
lubang hidung itu akan tertutup dan kedua telinganya akan melipat ke tubuhnya, meski
bentuknya kecil dan hamper tak terlihat. Sedangkan kakinya yang panjag adalah untuk
membatu mempercepat geraknya, seimbang dengan lehernya yang panjag pula. telapak
kakinya yang lebar seperti sepatu berguna untuk memudahkannya dalam berjalan di atas pasir
yang lembut unta juga mempunyai daging tebal di bawah dadanya dan bantalan-bantalan
pada persendian kakinya yang memungkinkannya untuk duduk di atas tanah yang keras dan
panas. Pada sisi-sisi ekornya yang panjang terdapat bulu yang melindungi bagian-bagian
belakang yang lembut dari segala macam kotoran. Dan masih banyak lagi keistimewaanyang
dimiliki oleh hewan yang satu ini. Salah satunya adalah dapat bertahan hingga 2 bulan tanpa
minum air pada musim dingin

BAB II
Kesimpulan

Dari ulasan panjang lebar tentang 2 surat diatas penyusun dapat menyimpulkan bahwa dalam
surah al-alaq allah telah memerintahkan untuk membaca. Ayat ini menyatakan bahwa
manusia dijadikan dari segumpal darah atau menurut pendapat lain ‘alaq (sesuatu yang
melekat).

Dengan ayat-ayat ini terbuktilah tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu
pengetahuan Manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai
pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah
Islam, karena “iqra`” haruslah dengan “bismi rabbika”, yaitu tetap berdasarkan iman kepada
Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam.

demikian juaga ayat yang surat al-ghasiyah, dimana allah mengajak orang yang ingkar
terhadap kuasanya untuk berfikir menmikirkan ciptaan-ciptaan allah yang sangat luar biasa
yakni, bagaiman seokor unta yang mempunyai keistimewaan yang sangat
mengagumkan yang menjadi kendaraan bagi manusia, dan bahan pangan mereka, bagaimana
ia diciptakan oleh allah dengan sanngat mengagumkan. Dan mereka (orang-orang yang
ingkar terhadap kekuasaan allah ) untuk merenungkan tentang langit yang demikian luas dan
yang selalu mereka saksikan bagaimana ia ditinggika tanpa ada cagak yang menopangnya?
Dan juga gunung-gunung yang demikian tegar dan mreka bias daki bagaimana ia
ditergakkan? Dan bumi tempat kediaman mereka dan yang tercipta bulat bagaiman ia
dihamparkan?
Daftar Pustaka

 Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah Vol. XV, Jakarta: Lentera Hati

 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, 1993, Tafsir Al-Maraghi Juz XXX, terjemah oleh Bahrun Abu
Bakar, Semarang: TOHA PUTRA.

Depag RI, 1990, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid X, Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf

Depag RI, 2007, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung: CV. Diponegoro
KUMPULAN TAFSIR TARBAWI
BAGIAN I (Al-Alaq: 1-5. Al-Ghasyiyah: 17-20)
Pada surat al-Alaq ayat1-5 merupakan ayat yang pertama diturunkan Allah Swt
kepada nabi Muhammad Saw, merupakan ayat yang berisi kewajiban belajar bagi
manusia sebagai makhluk ciptaannya yang mulia dikarenakan diberikannya akal dan
juga hina jikalau tidak berilmu oleh karena itu dalam ayat ini Allah menyuruh
Muhammad sebagai utusannya untuk membaca, membaca dan membaca sehingga
mengetahui apa-apa yang tidak diketahui oleh manusia. Maka dengan membaca
manusia dapat mengasah otak dan menjadikannya manusia yang pandai dan mampu
mengoptimalkan akalnya yang telah diberikan kepadanya, oleh karena itu manusia
wajib belajar untuk mengoptimalkan fungsi akalnya.
Pada surat al-Ghasyiyah ayat 17-20, Allah menciptakan segala sesuatu seperti
unta diciptakan, langit ditinggikan, gunung-gunung ditegakan dan bagaimana bumi
dihamparkan memiliki maksud dan tujuann. Oleh karena itu kita sebagai makhluk
ciptaannya yang telah dimuliakan dengan diberikan akal kepada kita hendaklah
berpikir tentang apa-apa yang disebutkan Allah didalam ayat ini untuk itulah Allah
mewajibkan kita untuk belajar menuntut ilmu agar dapat mengetahui maksud dari
yang telah Allah umpamakan pada ayat ini. Maka dari itu hendaklah kita terus dan
terus belajar sepanjang hayat yang merupakan kewajiban kita sebagai hambanya.
BAGIAN II (Al-Imran: 190-191. At-Taubah: 122. Al-Ankabut: 19-20)
Pada surat al-Imran ayat 190-191, menegaskan kepada orang-orang yang berakal
yaitu manusia untuk terus belajar dalam hidupnya baik melalui alam semesta seperti
yang tersirat di ayat ini maupun dari sumber yang lainnya dan sebagai makhluk
ciptaannya yang telah diberikan akal oleh Allah untuk berpikir hendaklah kita
senantiasa berasa di bawah ajarannya dan selalu mengingat kepada dzat yang
memberi kita kenikmatan akal untuk berpikir.
Pada surat attaubah 122, walaupun dalam keadaan darurat sepeti peperangan
hendaklah menuntut ilmu harus tetap dilakukan oleh sebagian orang, ini
menunjukan berjihad dalam menuntut ilmu sama dengaan berjihad melawan musuh
Allah, jadi menuntut ilmu sama pentingnya dengan perang melawan musuh Allah
Swt.
Surat al-Ankabut ayat 19-20, adalah Allah menyerukan kepada manusia untuk
memperhatikan bagaimana penciptaan manusia yang menurut manusia itu sangat
sulit sedangkan bagi Allah adalah hal yang mudah baginya, jadi manusia sebagai
makhluk ciptaannya haruslah berusaha belajar melalui makhluk ciptaannya sehingga
manusia menjadi lebih berguna hidup dimuka bumi dengan terus belajar dan
mengamalkan apa-apa yang ia dapati dari makhluk ciptaan Allah yang maha segala-
galanya.

TUJUAN PENDIDIKAN
BAGIAN I (Al-Imran 138-139. Fath: 29)
Pada surat al-Imran 138-139, tujuan dari pendidikan islam adalah insan kamil
yakni sebagai penerang dalam kegelapan bagi yang lainnya seperti yang tersurat
pada ayat ini yakni al-Quran sebagai penerang umat manusia, itulah tujuan
pendidikan dalam islam yakni orang yang sudah terdidik hendaklah mendidik orang
lain yang masih tersesat, dan juga tujuan pendidikan Islam adalah beriman yang
merupakan bagian dari insan kamil yang mana pada ayat ini orang yang beriman
adalah memiliki derajat yang paling tinggi.
Pada surat fath ayat 29, salah satu tujuan pendidikan adalah memiliki manfaat
bagi orang lain, walaupun hanya sedikit saja yang merupakan salah satu bagian dari
insan kamil yang merupakan tujuan umum atau lazim dalam Islam selain
bermanfaat hendaklah orang yang terdidik saling mengasihi, menyayangi, dan
toleran terhadap orang yang seiman maupun yang tidak, terhadap orang yang
berbeda suku ras dan bahasa hendaklah saling bertoleransi dalam kehidupan agar
tercipta kedamaian yang abadi di alam semesta.
BAGIAN II (Al-Hajj: 41. Al-Zarriyat: 56. Hud: 61)
Pada surat al-Imran ayat 138-139 adalah tujuan pendidikan yang terdapat pada
ayat ini adalah bahwasannya manusia sebagi makhluk Allah senantiasa menjalankan
perintahnya yakni menjalankan perintah yang telah ditetapknya dalam al-Quran dan
senantiasa menjauhi larangannya yakni senantiasa menjadi insan kamil dalam segi
aqidah dan akhlak.
Pada surat ad-Zariyat ayat 56, bahwasanya semua makhluk dimuka bumi baik
yang berwujud maupun yang tidak hendaklah mengabdi kepadanya yang merupakan
kewajiban kita sebagai makhluk ciptaannya. Hal ini merupakan perwujudan dari
semua pengabdian kita sebagai hambaNya dan merupakan ajaran kepada semua
makhluk hidup yag berakal yang merupakan makhluk yamg lemah dihadapanNya.
Hal ini juga merupakan tujuan dari pendidikan Islam yakni supaya kita lebih
mengabdi kepada Allah jikalau kita telah mengerti semua kewajiban hak kita
kepadaNya.
Pada surat Hud ayat 61, Allah telah memenuhi hak kita sebagai mahkluk
ciptaannya sehingga kita harus menunaikan kewajiban kita sebagai makhluk
ciptaannya, yakni mengakui kebesaran dan keesaannya yang ia tunjukkan melalui
semua ciptaannya dimuka bumi yang kita tinggali, jadi tujuan pendidikan disini
adalah kita harus mengesakan Allah dan menjalani semua kewajibannya sebagai
makhluk yang telah terpenuhi semua hak-haknya.

SUBYEK PENDIDIKAN
BAGIAN I (Ar-Rahman: 1-4. Najm: 5-6)
Pada surat ar-Rahman ayat 1-4 ditegaskan disini bahwa yang menjadi subjek
pendidikan adalah seorang manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah yang
paling sempurna karena diberikan olehnya seseuatu yang tidak ia berikan kepada
makhluk ciptaannya yang lain yakni akal yang mengangkat derajat manusia sehingga
manusialah yang berhak menjadi subjek pendidikan baik bagi sesama ataupun bagi
makhluk ciptaan Allah yang lainnya.
Pada surat Najm ayat 5-6 ditegaskanya klasifikasi seorang pendidik atau siapa
saja yang berkompeten menjadi subjek pendidikan yakni seperti yang tersurat dalam
ayat ini adalah seperti halnya seorang malaikat jibril yang mana beliau digambarkan
sebagai berikut:
a. Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang matang dan mampu
memecahkan masalah.
b. Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang pendidik haruslah memiliki akal yang
mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten dalam mengajarkan apa yang
diajarkannya sebagai seorang subyek pendidikan.
c. Menampakan dengan rupanya yang asli, yakni seorang subyek pendidikan hendaklah
bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan segala sesuatu baik dari dirinya maupun
apa yang dilakoninya dalam bidangnya.
BAGIAN II (An-Nahl: 43-44. Al-Kahfi: 66)
Pada surat an-Nahl ayat 43-44 Allah Swt mengutus utusannya dengan terlebih
dahulu memberikannya wahyu kepada utusannya, ini dikarenakan agar segala
bentuk pertanyaan yang mungkin diajukan kepada utusannya dapat dijawab dan
dipecahkan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Allah dan tidak mungkin
terjadi kedzaliman dalam hal ini.
Di karenakan semua jawaban yang diberikan oleh utusannya adalah datang dari
tuhan, oleh karena itu, sebagai subyek pendidikan yang merupakan salah satu
sumber pendidikan hendaklah memiliki segala pengetahuan yang sesuai dengan
kaidah ilmu pengetahuan itu sendiri. Yakni sebagai seorang pendidik hendaklah
mempersiapkan segala sesuatu sebelum mengadakan proses pembelajaran yang
mana jikalau terdapat kasus-kasus pendidik dapat menyelesaikan apa yang muncul
didalam proses pembelajaran. Maka tidak salah jika salah satu syarat sebagai
seorang pendidik adalah memiliki kecerdasan pikiran mental dan juga spiritual yang
digambarkan pada ayat ini.
Pada surat al-Kahfi ayat 66, subjek pendidikan bisa siapa saja yang berkompeten
di dalam bidangnya tanpa terkecuali dan tanpa pandang bulu seperti pada ayat ini,
ketika nabi Musa berguru kepada Khidir walaupun Khidir merupakan salah satu
nabi sedangkan Musa merupakan nabi dan rasul tetapi Allah menyuruhnya untuk
berguru atau menuntut ilmu kepada Khaidir dikarenakan Khaidir merupakan orang
yang berkompeten dalam rangka mengajarkan Musa. Jadi sebagai seorang pendidik
atau sebagai subjek pendidikan hendaklah menguasai seluk beluk bidang yang
digelutinya dalam hal yang akan diajarkannya kepada peserta didik.
OBJEK PENDIDIKAN
BAGIAN I (At-Tahrim: 6. As-Syu’ara: 214)
Pada surat at-Tahrim ayat 6, menyuruh kepada manusia agar menjaga
keluarganya dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, dan penjaganya
juga malaikat yang kasar dan keras yang tidak akan membantah perintah Allah Swt,
jadi objek pendidikan yang tersurat pada ayat ini adalah manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah Swt,walaupun manusia sudah diberikan akal tetapi jikalau nafsunya
yang lebih dominan maka akalnya akan terpengaruh ke arah yang negatif, oleh
karena itu Allah Swt mewanti-wanti kepada makhluknya agar menjauhi segala
sesuatu yang dapat menjerumuskannya kedalam api neraka oleh karena itu manusia
perlu di didik agar tidak terjerumus dan melakukan hal-hal yang negatif melalui
pendidikan.
Pada surat as-Syu’ara ayat 214, manusia sebagai subjek pendidikan hendaklah
memberi peringatan atau mengajak sesama manusia kepada kebaikan dikarenakan
manusia selain sebagai subjek pendidikan merupakan objek pendidikan juga.
BAGIAN II (At-Taubat: 122. An-Nissa: 170)
Pada surat at-Taubah ayat 122, Allah menyeru kepada kaum yang hendak
berperang untuk tidak semuanya pergi untuk berperang melainkan sebagian dari
mereka hendaknya menuntut ilmu agar mereka yang menuntut ilmu memberi
peringatan kepada yang lain, dalam hal ini yang menjadi objek pendidikan adalah
manusia dan manusia yang notabene merupakan makhluk yang berakal yang harus
dididik dan dilatih agar tidak terjerumus kehal yang negatif jikalau akalnya tidak
digunakan untuk hal yang positif.
Pada surat an-Nissa ayat 170, nabi Muhammad Saw diutus dengan membawa
kebenaran kepada manusia, jadi manusia disini merupakan objek yang hendak
dituju oleh Allah melalui rasulnya untuk diberikan kebenaran. Manusia sebagai
tujuan dari dakwah Muhammad yang diutus oleh Allah merupakan objek dari
dakwah Muhammad, dalam pendidikan manusia jugalah yang menjadi objek
dikarenakan akal yang dimiliki manusia hendaklah dioptimalkan dan diberdayakan
sehingga menjadi sesuatu yang baik dan terhindar dari kedzaliman .
METODE PENDIDIKAN
BAGIAN (Al-Maidah: 67. An-Nahl: 125)
Pada surah al-Maidah ayat 67, salah satu dari metode untuk menyampaikan ilmu
dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan metode ceramah atau
tabligh semua ilmu yang diturunkan Allah dimuka bumi ini. Metode ini merupakan
metode yang paling sederhana dalam penyampaian informasi ilmu pengetahuan
kepada semua objek pendidikan.
Pada surat-Nahl ayat 125, cara menyampaikan suatu pengetahuan hendaklah
dilakukan dengan bijaksana dan terbuka bagi semua pendapat dan cara yang
tersurat dalam ayat ini adalah dengan metode Tanya jawab dan juga menggunakan
metode diskusi yang mana dapat membuka semua bentuk pemikiran yang
berkembang agar tidak terjadi perbedaan yang mencolok dalam hasil dari pemikiran
yang berkembang dalam suatu hal.
BAGIAN (Al-Araf: 176. Ibrahhim: 24-25
Pada surat al-Araf ayat 176, metode untuk menyampaikan suatu ilmu biasa
mengunakan metode perumpamaan atau yang menyamakan sesuatu dengan sesuatu
yang memiliki akibat yang sama-sama buruknya sehingga darinya dapat dipetik
pelajaran yang dapat memproteksi untuk melakukan tindakan tersebut sehingga
terhindar darinya, metode ini umum digunakan agar objek pendidikan dapat berfikir
dan dapat berempati terhadap akibatnya sehingga menjadi antipati terhadapnya.
Pada surat Ibrahim ayat 24-25, metode perumpamaan yang hendaklah
digunakan harus merupakan perumpamaan yang baik dalam segala hal seperti yang
diisyaratkan oleh ayat ini yaitu hendaklah membuat perumpamaan yang baik-baik
saja agar mendapakan contoh yang baik sehingga objek pendidikan dapat menirunya
dikarenakan perumpamannya baik-baik.
B. SURAT AL-GHASIYAH AYAT 17-20
ÇÊÐÈ ôMs)Î=äz y#ø‹Ÿ2 È@Î/M}$# ’n<Î) tbrã•ÝàYtƒ Ÿxsùr&
’n<Î)urÉA$t6Ågø:$# ÇÊÑÈ ôMyèÏùâ‘ y#ø‹Ÿ2 Ïä!$uK¡¡9$# ’n<Î)ur
ôMysÏÜß™ y#ø‹x. ÇÚö‘F{$# ’n<Î)ur ÇÊÒÈ ôMt6ÅÁçR y#ø‹x.
ÇËÉÈ
1. MUFRADAT

Arti Lafadz Arti Lafadz


Mereka
gunung ‫الجبال‬ ‫ينظرون‬
melihat/memperhatikan
ditegakkan ‫نصبت‬ Unta ‫اإلبل‬
bumi ‫األرض‬ diciptakan ‫خلقت‬
dihamparkan ‫سطحت‬ langit ‫السماء‬
ditinggikan ‫رفعت‬

2. TERJEMAH

17. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,

18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?

19. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?

20. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

3. TAFSIR

017. (Maka apakah mereka tidak memperhatikan) dengan perhatian yang dibarengi keinginan
mengambil pelajaran; yang dimaksud adalah orang-orang kafir Mekah (unta bagaimana dia
diciptakan?)

018. (Dan langit, bagaimanakah ia ditinggikan?)

019. (Dan gunung-gunung, bagaimana ia dipancangkan?)

020. (Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?) maksudnya dijadikan sehingga terhampar. Melalui hal-
hal tersebutlah mereka mengambil kesimpulan tentang kekuasaan Allah swt. dan keesaan-Nya.
Pembahasan ini dimulai dengan menyebut unta, karena unta adalah binatang ternak yang paling
mereka kenal daripada yang lain-lainnya. Firman Allah "Suthihat" jelas menunjukkan bahwa bumi itu
rata bentuknya. Pendapat inilah yang dianut oleh para ulama Syara'. Jadi bentuk bumi bukanlah bulat
seperti bola sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli ilmu konstruksi. Masalah ini sama sekali tidak
ada sangkut-pautnya dengan salah satu rukun syariat.

4. ASBABUN NUZUL
Qatadah ra menegaskan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan kaum musyrik, yang tatkala
Allah menjelaskan ciri-ciri dan kenikmatan syurga, merasa takjub dan heran. (H.R Ibnu Hatim dan
Ibnu Jarir)

5. AYAT KAUNIYAH

Ayat kauniyah yang terkandung dalam surat Al-Ghasiyah ayat 17 adalah kehebatan hewan unta yang
merupakan bentuk dari kekuasaan Allah Tuhan semesta alam.

Tidak ada seorang pun yang dapat menyangkal bahwa setiap makhluk dengan kemampuan dan
kualitas mereka menunjukan kekuasaan dan pengetahuan tak terbatas dari Sang Pencipta. Allah SWT
mengungkapkan hal ini melalui isyarat-isyarat dalam berbagai ayat Al-Quran.

"Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan
di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang
bertakwa." (QS.Yunus: 6).

a. Fakta Ilmiah Tentang Unta

Salah satu makhluk yang menunjukan betapa besar dan mulianya kekuasaan Allah SWT adalah unta.
Sebagaimana Allah SWT mngisyaratkan untuk memperhatikan unta dalam Q.S. Al-Ghasiyah ayat 17:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?".

Unta adalah dua spesies hewan berkuku genap dari Genus Camelus (satu berpunuk tunggal - Camelus
Dromedarius, satu lagi berpunuk ganda - Camelus Bactrianus) yang hidup di wilayah kering dan
gurun di Asia dan Afrika Utara. Rata-rata umur harapan hidup unta antara 30 sampai 50 tahun.
Pemanfaatan unta oleh manusia telah dimulai sejak 5000 tahun yang lalu dengan diambil susunya,
dagingnya dan juga digunakan sebagai hewan pekerja.

Yang menjadikan unta sebagai "makhluk hidup istimewa" adalah struktur tubuhnya yang tidak
terpengaruh oleh kondisi alam paling keras sekalipun. Seperti yang sahabat ketahui, unta hidup di
padang pasir yang memiliki range temperatur udara yang mampu membunuh mayoritas makhluk
hidup. Tubuh unta memiliki beberapa keistimewaan yang memungkinkan dirinya dapat bertahan
hidup selama berhari-hari tanpa makan dan minum, juga dapat mengangkut beban ratusan kilogram.

Tubuh unta dapat bertahan hingga pada suhu 41 derajat celcius. Lebih dari itu, unta mulai berkeringat.
Penguapan dari keringat yang terjadi hanya pada kulitnya, bukan pada rambutnya. Dengan cara
pendinginan yang efisien itu, unta mampu menghemat air cukup banyak.

Unta mampu bertahan dengan kehilangan massa sekitar 20%-25% selama berkeringat. Mayoritas
makhluk hidup hanya mampu bertahan hingga kehilangan massa sekitar 3%-4% sebelum terjadi gagal
jantung akibat mengentalnya darah. Meski unta kehilangan banyak cairan tubuh, darahnya tetap
terhidrasi sampai batas 25% tercapai.

b. Langit Sebagai Atap Bumi Yang Tidak Bertiang


Kemudian pada ayat 18, Allah mengajak manusia untuk memperhatikan bagaimana langit
ditinggikan. Ayat lain yang dapat melengkapi bagaimana langit itu ditinggikan, seperti ayat 2 surat al-
Ra`du;

“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat”. (QS. al-Ra'du: 2).

Dan ayat 10 Surat Luqman;

“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya”. (QS. Luqman: 10).

Dalam penafsiran ayat ini Imam Alusi menjelaskan bahwa Allah menciptakan langit dengan tanpa
tiang yang dapat dilihat, dari kata- tanpa tiang yang dapat dilihat- memberikan pengertian bahwa
Allah meniggikan langit dengan memakai pilar/tiang tapi tidak dapat dilihat, yaitu tiang qudrah
(`amad al-qudrah). Dan dalam istilah ilmu antariksa adalah gaya gravitasi (`amad al-jadzibiyah) yang
juga tidak keluar dari qudratullah.

Selanjutnya pakar tafsir kontemporer sains Dr. Athif Maliji menjelaskan lebih luas bahwa, dua ayat
tadi,-al-Ra`du: 2 dan Luqman: 10-, memberikan isyarat adanya daya tarik menarik (gravitasi) yang
kuat diantara benda-benda langit dengan jarak yang saling berjahuan, dengan demikian tidak saling
berbenturan antara satu dengan yang lainnya, dimana lembaga-lembaga sains dan tehnologi pada abad
17 M, menganut teori ilmuan Yunani kuno yang menyatakan; bintang-bintang yang ada dilangit
bergelantungan pada bundaran kristal dan bumi tetap pada poros alam semesta, sehingga pada abad
itu, ditemukan teori baru yaitu gaya gravitasi dan pegaruhnya terhadap tatanan semesta alam oleh
ilmuan Inggris yang bernama Ishak Newton. Teori gravitasi ini menegaskan bahwa apabila tidak ada
gaya Gravitasi -dimana setiap benda alam semesta berjalan pada porosnya- maka akan terjadi
benturan dahsyat antara benda-benda tersebut dan alam ini akan hancur. Kemudian akhir-akhir ini,
para ilmuan antariksa telah menemukan ‘Benang alam semesta’(khuyuth kauniyah) yang
menghubungkan benda-benda yang di jagad raya; langit, bumi, planet, bintang dan sebagainya.

Di dalam al-Qur`an, Allah mengarahkan perhatian pada sifat langit yang sangat menarik, allah
berfirman dalam surat al-anbiya 32:

”Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari
segala tanda-tanda yang terdapat padanya.” (QS. al-Anbiya` 32).

Menurut Professor Doktor Adnan Oktar pakar sains islam asal Ankara-Turki yang biasa di kenal
dengan sebutan Harun Yahya menuturkan; Sifat langit ini telah dibuktikan dengan riset ilmiah yang
dilakukan pada abad 20. Atmosfer yang menyelimuti bumi mempunyai fungsi penting demi
kesinambungan kehidupan, seraya menghancurkan banyak meteor besar dan kecil yang mendekati
bumi, atmosfer mencegahnya jatuh ke bumi dan membahayakan mahluk hidup.

Selain itu atmosfer menyaring cahaya dari luar angkasa yang berbahaya bagi mahluk hidup. Uniknya,
atmosfer membiarkan menerobosnya cahaya yang bermanfaat dan tidak berbahaya, seperti sinar
tampak, sinar ultraviolet, yang hanya sebagian kecil yang dibiarkan masuk oleh atmosfer, sangat
penting untuk fotosentesis tumbuhan dan pertahanan hidup semua mahluk. Mayoritas sinar ultraviolet
yang kuat dari matahari disaring oleh lapisan ozon atmosfer dan hanya bagian terbatas dan penting
dari ultraviolet yang mencapai bumi. Fungsi atmosfer juga melindungi bumi dari dingin luar angkasa
yang membekukan, yaitu sekitar minus 270 °C. Dan, selain atmosfer yang melindungi bumi dari efek
yang berbahaya adalah “Sabuk Van Allen” -lapisan yang ditimbulkan medan magnet bumi-, ia juga
bertindak sebagai perisai terhadap radiasi berbahaya yang mengancam planet bumi. Radiasi ini, yang
secara konstan dipancarkan matahari dan bintang lain, sangat mematikan mahluk hidup dan
menghancurkan semua kehidupan di atas bumi.

c. Gunung Sebagai Paku Bumi

Pada ayat ke 19, Allah mengajak manusia untuk memperhatikan bagaimana gunung itu ditegakkan.
Ada beberapa ayat lain, yang ada kaitan dengan masalah gunung, seperti al-Nahl 15:

“ Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama
kamu”. (QS: An-Nahl: 15)

Dan surat al-Naba` 6-7:

”Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak
?”. (QS: An-Naba’: 6-7)

Kedua Ayat ini mengisyaratkan gunung sebagai pasak atau paku bumi, yang dapat menjaga
keseimbangan bumi agar tidak goncang, dan telah dibuktikan secara ilmiah terdapat kesesuaian
distribusi dan penyebaran gunung secara merata di persada bumi ini.

Peran gunung dalam menjaga keseimbangan permukaan bumi sangat jelas sekali. Khususnya gunung
yang disebut oleh ahli geologi dengan barisan pegunungan (mountain chain) lipatan. Pegunungan ini
tersebar di beberapa benua di dunia. Dan di bawah kulit bumi telah ditemukan, bahwa lapisan kulit
bumi memiliki ketebalan antara 30-60 km. Penemuan ini diperoleh melalui peralatan yang canggih
seperti alat yang bernama seismograf yang mampu mengetahui bahwa semua gunung memiliki akar
terhunjam dilapisan yang liat untuk menguatkan lapisan kulit bumi yang paling tinggi dan keras
seperti fungsi sebuah pasak. Gunung juga bekerja sebagai penahan benua-benua dari hantaman batu-
batu karang yang mengalir di bawah kulit bumi yang keras ini. Bila akar gunung yang sangat kokoh
tidak ada, maka lapisan kulit bumi akan menjadi sangat lunak. Sehingga, tidak ada lagi keseimbangan
dan kekokohannya.

d. Bumi Bulat Terhampar

Pada ayat 20, Allah mengajak manusia untuk berfikir bagaimana bumi itu dihamparkan. Ayat ini
mengisyaratkan bentuk bumi. Sehingga pertanyaan yang muncul apakah bumi bulat atau terhampar?
Untuk masalah ini, ada beberapa ayat yang berkaitan, diantaranya; Surat al-Naazi`aat 30:

”Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya”. (QS: An-Naaziaat: 30)


Kata ( ‫ )دحا‬menunjukkan 2 arti: 1. Datar dan luas 2. Bergulung. Inilah kejutan al-Qur`an yang secara
lugas mengungkapkan keadaan bumi yang kita lihat dengan mata telanjang dalam bentuk fenomena
terhampar datar dan sangat luas.

Sedangkan bumi itu sebenarnya bulat seperti telur. Ayat-ayat yang dijadikan hujjah bulatnya bumi;
surat al-Rahman 17:

"Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat
terbenamnya". (QS: Ar-Rahman: 17)

Seandainya bumi datar, maka mesti hanya ada satu tempat terbit dan satu tempat terbenam. Tetapi
karena bumi bulat, ketika matahari berada di timur bumi, ia akan menyinari sisi bagian timur saja, dan
membuat gelap sisi bumi bagian barat, karena terhalang mendapatkan cahaya. Demikian pula yang
terjadi sebaliknya. Ayat yang juga menunjukkan bumi bulat surat al-Zumar 5:

”Dia menggulungkan malam atas siang dan menggulungkan siang atas malam”.(QS: Az-Zumar: 5)

Istilah bergulung tidak sempurna dilakukan kecuali oleh benda yang bulat. Bukti yang paling
meyakinkan adalah hasil dari pemotretan kamera canggih dari satelit buatan yang telah mengabadikan
beberapa bentuk gambar bumi bulat, dilihat dari ruang angkasa.

Anda mungkin juga menyukai