Anda di halaman 1dari 44

SERANGGA DALAM AL-QUR’AN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Keterpaduan Islam dan Iptek
Dosen Pengampu : Edy Chandra, S.Si, M.A.

Disusun oleh :

Fitri Maulidiyyah (1414161014)

Izzah Auliyah Rachmi (1414161022)

Nur Amalia (1414161042)

BIOLOGI-A/VII
Kelompok 8

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serangga merupakan kelompok hewan yang paling dominan di muka bumi,
yaitu dengan jumlah spesies hampir 80 % dari jumlah total hewan di bumi. Total dari
751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia dan
sebanyak 1.413.000 spesies telah dikenal serta hampir setiap tahunnya terjadi
penambahan spesies baru yang ditemukan. Alasan ini yang menyebabkan serangga
berhasil dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi,
kapasitas dalam bereproduksi yang tinggi, serta kemampuan memakan jenis makanan
yang berbeda dan dalam menghindari predator.
Salah satu keistimewaan Al-Qur’an adalah terdapat fakta-fakta ilmiah yang bisa
digali dan dibuktikan. Dalam Al-Qur’an sesungguhnya Allah tiada segan membuat
perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang
yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka,
tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk
perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan (tidak mau
memahami petunjuk-petunjuk) Allah, dan dengan perumpamaan itu pula banyak
orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-
orang yang fasik. Begitulah Allah memwahyukan ayat 26 Surat Al-Baqarah kepada
tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW.
Beberapa perumpamaan adalah tiga binatang kecil yaitu Lebah, Semut dan
Laba-laba yang masing-masing menjadi surat dalam Al-Qur'an. Kita sebagai ciptaan-
Nya dikaruniai petunjuk dengan tanda-tanda perilaku ketiga binatang tersebut.
Bukankah kita diberi akal yang merupakan nilai lebih dibandingkan binatang.
Serangga didapati diberbagai habitat di bumi ini, banyak serangga yang memiliki
habitat dekat dengan habitat manusia, hewan lainnya, maupun habitat tumbuhan.
Serangga mempunyai banyak kepentingan secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kehidupan manusia di bumi ini. Adanya kepentingan tersebut antara
serangga dan manusia, ternyata telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, seperti terdapat
pada surat Al-Qamar: 7, Al – Baqarah: 26, An-Naml: 18 dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas untuk mengetahui lebih lanjut mengenai macam –
macam serangga yang terdapat dalam Al-Quran secara lebih rinci, maka dibuatlah

Serangga Dalam Al-Qur’an | 1


makalah ini. Selain itu, diketahui pula ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan
serangga dan peranan serangga terhadap kehidupan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah pengertian dari serangga?
2. Bagaimana deskripsi tentang ayat-ayat serangga dalam Al-Qur’an?
3. Bagaimana relevansi ayat-ayat Al-Qur’an tentang serangga terhadap permasalahan
yanga dihadapi manusia dewasa ini?
4. Apa saja macam-macam serangga yang disebutkan dalam Al-Qur’an?
5. Apakah peranan serangga dalam kehidupan?
C. Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun tujuan penulisan
makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari serangga.
2. Untuk mengetahui deskripsi tentang ayat-ayat serangga dalam Al-Qur’an.
3. Untuk memahami relevansi ayat-ayat Al-Qur’an tentang serangga terhadap
permasalahan yanga dihadapi manusia dewasa ini.
4. Untuk mengetahui macam-macam serangga yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
5. Untuk memahami peranan serangga dalam kehidupan.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Serangga
Menurut Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005: 333) Serangga merupakan suatu misteri penciptaan yang luar biasa. Serangga
mempunyai jumlah terbesar dari seluruh jenis binatang yang ada di bumi ini,
mempunyai berbagai macam peranan dan keberadaannya ada di mana-mana. Oleh
sebab itu, serangga sangat penting di ekosistem dan kehidupan manusia. Serangga
(Insecta) berasal dari bahasa latin insect atau insecti dan merupakan kata serapan dari
bahasa Yunani (entomon) yang artinya “terpotong menjadi bebrapa bagian”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia insek berarti binatang kelas artropoda yang hidup di
darat, berkaki enam, tubuhnya terdiri atas tiga bagian (kepala,toraks dan perut),
berbatang tenggorok untuk bernapas dan bersayap satu atau dua pasang.
Serangga sebagai bagian dari lingkungan mempunyai suatu keistimewaan
karena serangga merupakan hewan kosmopolit yang keberadaannya tersebar di
seluruh penjuru bumi. Serangga mempunyai peranan yang sangat besar di lingkungan,
ada yang keberadaannya menguntungkan manusia dan makhluk hidup lain. Namun
ada pula yang merugikan manusia dan makhluk hidup lain. Serangga yang
menguntungkan bagi manusia sangat banyak sekali, diantaranya adalah seranggga
sebagai musuh alami hama, pengendali gulma, serangga penyerbuk, penghasil
produk, bahan pangan dan pengurai sampah. Meskipun demikian, serangga dapat
menyebabkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung kepada manusia.
Kerugian secara langsung dialami manusia karena beberapa seranggga secara
langsung memanfaatkan bagian tubuh manusia, sebagai makanan, tempat tinggal dan
reproduksi. Kerugian secara tidak langsung diperoleh jika serangga menyerang
tanaman yang dibudidayakan oleh manusia, merusak produk simpanan, pakaian dan
makanan (Suheriyanto, D. 2008).
B. Deskripsi Tentang Ayat-ayat Serangga Dalam Al-qur’an
1. Jumlah Ayat
Ayat Al-Qur’an yang membahas seputar serangga sebenarnya tidak begitu
banyak. Jumlahnya tidak lebih dari sebelas ayat. Namun, hal itu bukan berarti
serangga tidak mempunyai peran yang penting sehingga Allah hanya
menyebutkannya dalam jumlah yang sedikit. Banyak ulama berpendapat bahwa
apabila suatu permasalahan dibahas berulang kali dalam Al-Qur’an dan
Serangga Dalam Al-Qur’an | 3
disebutkan dalam banyak ayat maka permasalahan tersebut merupakan
permasalahan yang cukup penting. Sebaliknya, apabila suatu permasalahan hanya
dibahas hanya dalam beberapa ayat saja maka permasalahan tersebut tidak begitu
penting. Pendapat tersebut menurut hemat penu lis tidak sepenuhnya benar namun
juga tidak sepenuhnya salah.
Seorang penafsir hendaknya dalam menafsirkan ayat mengenai persoalan
tertentu tidak hanya memandang dari kuantitas ayat Al-Qur’an saja. Namun ia
juga harus memperhatikan kualitas ayat yang sedang menjadi fokus kajian dalam
proses penafsiran tersebut. Bisa jadi persoalan tersebut pada masa Al-Qur’an
diturunkan hanya merupakan permasalahan yang tidak begitu penting sehingga
Al-Qur’an hanya menyorotinya sesekali saja. Namun bukan berarti
‘ketidakpentingan’ masalah tersebut terus berlanjut hingga masa sekarang. Bisa
jadi permasalahan yang dulu tidak penting saat ini menjadi permasalahan yang
sangat penting untuk dibahas. Hal ini dikarenakan dunia terus mengalami
Jumlah ayat yang membahas tentang serangga ada sebelas ayat, yaitu dua ayat
tentang lebah, dua ayat tentang semut, dua ayat tentang belalang, satu ayat tentang
kutu, satu ayat tentang laron, satu ayat tentang laba-laba, satu ayat tentang rayap,
satu ayat tentang lalat dan satu ayat tentang nyamuk (Depag. 2012)
2. Konteks Tekstual
Konteks pembicaraan sebuah ayat di dalam Al-Qur’an merupakan sebuah hal
yang penting untuk dikaji. Pengkajian konteks ini bertujuan untuk mengetahui
keterkaitan ayat yang sedang dikaji dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Hal ini
penting, karena sebuah ayat terkadang akan sulit dimaknai apabila tidak melihat
ayat sebelum dan sesudahnya. Selain itu, pengkajian seperti ini juga dapat
menghindari kesalahan/kekeliruan dalam proses penafsiran sebuah ayat.
Secara garis besar konteks ayat yang berkaitan dengan serangga dapat
dikelompokan menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
a. Konteks keadaan manusia yang mudah terombang-ambing (bimbang)
Setidaknya ada tiga ayat yang termasuk dalam kategori ini, yakni ayat
yang berbicara tentang Laron, Belalang dan Kutu. Dalam surat Al-Qari’ah
ayat yang keempat, Allah menceritakan gambaran umat manusia pada hari
kiamat selayaknya hewan Laron, yakni mudah terombang-ambing dan tidak
mempunyai tujuan. Dalam ayat lain, yakni surat Al-Qomar ayat yang ketujuh,
keadaan manusia ketika dibangkitkan dari kuburnya adalah seperti Belalang
Serangga Dalam Al-Qur’an | 4
yang beterbangan. Dalam kedua ayat tersebut, Allah menggambarkan bahwa
ketika manusia dibangkitkan dari kuburnya kelak semua manusia
menundukkan pandanganya layaknya belalang dan setelah itu mereka
bagaikan Laron yang tidak tahu kemana mereka harus pergi.
Berbeda dari kedua ayat di atas, dalam surat Al-A’raf ayat yang ke-133,
Allah tidak menceritakan gambaran umat manusia pada hari kiamat kelak,
melainkan Ia memberikan azab kepada kaum yang durhaka berupa taufan,
belalang, kutu, katak dan darah. Azab ini diberikan kepada Firaun dan
pengikutnya karena telah mendustakan Allah dan telah mengabaikan perintah
nabi Musa.Meskipun dalam tersebut tidak diceritakan bagaimana keadaan
kutu tersebut, apakah terombang-ambing atau tidak? Namun sebagai manusia
yang dianugerahi akal oleh Allah, ia pastinya bisa me mbayangkan bagaimana
keadaan kutu apabila ia diterbangkan oleh angin.
b. Konteks ‘penceritaan’ oleh Tuhan
‘Penceritaan’ oleh Tuhan yang dimaksudkan di sini adalah Tuhan
hendak menceritakan sebuah cerita atas kehendaknya sendiri, cerita ini
bukanlah hendak menceritakan keadaan manusia yang terombang-ambing di
dunia ataupun di akherat kelak dan bukan pula bertujuan membuat
perumpamaan untuk manusia. Tuhan sengaja menceritakannya karena di
dalamnya terkandung hal yang ‘istimewa’. Tuhan ingin mengajak kepada
manusia agar memikirkan baik-baik keistimewaan apa saja yang terkandung di
dalamnya.
Adapun ayat yang masuk dalam kategori ini adalah ayat yang berbicara
tentang Semut, Rayap dan Lebah. Dalam surat An-Naml ayat yang ke-18 dan
19, Allah menceritakan tentang anugerah yang diberikan kepada nabi
Sulaiman yakni ia dapat mengetahui bahasa binatang, dalam hal ini adalah
semut. Ketika nabi Sulaiman mengadakan perjalanan ke suatu tempat ia
melihat sekelompok semut yang melintas di depannya, ia pun menyuruh
pasukannya untuk berhenti sejenak dan mempersilahkan semut-semut tersebut
lewat. Ia pun tertawa ketika mendengar ucapan pemimpin semut tersebut,
setelah itu ia pun mengucap syukur kepada Allah karena diberi anugerah yang
melimpah.
Masih dalam kisah nabi Sulaiman, dalam surat Saba’ ayat yang ke-14,
Allah menceritakan bahwa sekuat apapun dan sepandai apapun manusia, ia
Serangga Dalam Al-Qur’an | 5
tidak akan mampu melawan takdir terutama ajal. Ketika memang sudah
waktunya, manusia tidak akan mampu memajukannya ataupun
memundurkannya meskipun hanya satu detik saja. Selain itu, tidak ada yang
mengetahui ajal seseorang (meskipun itu dari golongan Jin sekalipun) kecuali
sebagian makhluk yang telah ditentukan oleh-Nya. Dalam ayat ini Jin pun
kaget dan ia baru mengetahui bahwa Sulaiman telah meninggal ketika
Sulaiaman roboh karena tongkatnya digerogoti oleh Rayap.
Berbeda dari kedua ayat di atas, dalam surat An-Nahl ayat yang ke-68
dan 69, Allah tidak hendak menceritakan tentang kisah nabi Sulaiman,
melainkan Ia menceritakan bagaimana Ia memberi perintah kepada makhluk
kecil yang bernama Lebah. Mulai dari bagaimana lebah itu membuat
rumahnya, bagaimana ia makan dan apa saja yang dihasilkan olehnya yang
dapat berguna untuk kepentingan manusia.
c. Konteks perumpamaan dan pemberian tantangan
Ada tiga jenis serangga yang termasuk dalam kategori ini, yakni Laba-
laba, Lalat dan Nyamuk. Allah sengaja membuat perumpamaan dengan tiga
serangga tersebut untuk mengajak manusia berfikir dengan akal sehat. Dalam
surat Al-Ankabut ayat ke-41 dan Al-Hajj ayat yang ke-73,Allah memberikan
perumpamaan bahwa berhala-berhala yang disembah oleh manusia mereka
tidak memiliki kemampuan apapun. Baik itu merebut kembali apapun yang
telah direbut oleh lalat ataupun membuat hewan yang kecil seperti Lalat,
meskipun mereka bersatu untuk menciptakannya. Oleh karena itu Allah
memberi perumpamaan bahwa orang yang berlindung kepada berhala seperi
laba-laba yang mengambil perlindungan dengan rumahnya. Rumah laba-laba
dipandang lemah oleh Al-Qur’an karena rumah laba-laba tidak dapat
melindungi laba-laba dari panasnya terik matahari dan dinginnya malam.
Dalam hal ini, mereka telah keliru dalam mengambil perlindungan.
Dalam surat Al-Baqarah ayat yang ke-26, Allah menyembutkan bahwa
ia tidak malu membuat perumpamaan dengan apapun, meskipun itu hanya
seekor nyamuk ataupun hewan yang lebih rendah atau lebih kecil dari nyamuk
sekalipun. Allah pun menyebutkan bahwa perumpamaan seperti ini tidak akan
berdampak apapun bagi orang yang ingkar, namun sebaliknya perumpamaan
ini akan memberikan manfaat yang cukup besar bagi orang yang benar-benar
beriman kepada-Nya
Serangga Dalam Al-Qur’an | 6
C. Relevansi Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Serangga Terhadap Permasalahan
yanga Dihadapi Manusia Dewasa Ini
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan untuk semua manusia, tidak
memandang ras, bangsa ataupun dari zaman mana manusia itu berasal (Kausa, N.
1992: 9-10). Semua manusia dalam pandangan Allah adalah sama, yang membedakan
adalah ketakwaannya. Di zaman sekarang ini, globalisasi meruntuhkan batas-batas
negara dan budaya. Pergumulan dalam berbagai bidang tidak dapat dihindarkan lagi.
Disadari atau tidak, semua bidang/aspek kehidupan tersebut saling menyerap unsur
satu sama lain. Dengan kata lain terdapat enkulturasidalam bidang tersebut (Munzir,
H. 2012: 200). Sebagai contoh dalam aspek keilmuan, satu ilmu tertentu dengan ilmu
yang lain saling terkait bahkan saling menyerap unsursatu sama lain (misalnya; ilmu
biologi dengan ilmu kimia, menghasilkan biokimia). Terlebih lagi ilmu Al-Qur’an
yang didalamnya terkandung berbagai macam ilmu pengetahuan. Setidaknya ada tiga
kategori ilmu yang terdapat dalam Al-Qur’an. Pertama, ilmu eksak seperti ilmu
matematika, biologi, kimia, dan fisika. Kedua, ilmu sosial dan humaniora seperti
sejarah, antropologi, dan sosiologi. Ketiga, ilmu teologi yang meliputi ilmu-ilmu
agama dan ilmu metafisika.
Memahami Al-Qur’an dengan penemuan ilmiah diperbolehkan (Hakim, M. H.
2007: 47), namun apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penelitian itu,
maka seseorang tersebut tidak boleh menyalahkan Al-Qur’an. Sebab boleh jadi akan
muncul penemuan baru yangtidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Seorang penafsir
harus mampu memahami Al-Qur’an dalam konteksnya serta mampu membawa
fenomena sosial ke dalam naungan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh Al-Qur’an
(Abuddin, N. 1993: 148).
1. Relevansi Makna
Tugas seorang muslim bukan lah memahami Al-Qur’an untuk dirinya sendiri,
melainkan untuk membuat suatu pemahaman yang mudah untuk orang lain, baik
orang itu muslim maupun non-muslim, tua ataupun muda (Hasanuddin, A. 1989:
4). Dalam relevansi makna ini, akan membahas mengenai makna simbol yang
terdapat dalam ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang serangga. Terutama
mengenai dua hal, yaitu; perbedaan antara klasifikasi yang dibuat oleh ilmuwan
biologi dan Al-Qur’an, serta gambaran umum tentang serangga menurut para
ilmuwan.
a. Klasifikasi Serangga Menurut Ilmu Biologi dan Al-Qur’an
Serangga Dalam Al-Qur’an | 7
Ada perbedaan yang signifikan mengenai klasifikasi yang dilakukan
oleh ilmuwan Biologi dengan klasifikasi yang dilakukan oleh Al-Qur’an.
Adanya perbedaan ini, bukan berarti penulis ingin berpendapat bahwa
klasifikasi yang dilakukan oleh para ahli Biologi itu keliru dan Al-Qur’anlah
yang benar ataupun sebaliknya. Penulis tidak hendak berpendapat demikian,
hal ini dikarenakan penulis memandang bahwa kriteria yang dilakukan oleh
para ahli Biologi dengan Al-Qur’anitu berbeda. Para ahli Biologi membuat
klasifikasi dari ciri fisiknya, sedangkan Al-Qur’an dari karakter umum yang
ada pada serangga tersebut.
Apabila hewan serangga yang disebutkan dalam Al-Qur’an dibuat
klasifikasi berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh ahli Biologi adalah
sebagai berikut; Pertama, Lebah dan Semut masuk dalam Ordo Hymenoptera.
Kedua, Lalat dan Nyamuk masuk dalam Ordo Diptera. Ketiga, Laron dan
Rayap masuk dalam Ordo Isoptera. Keempat, Belalang masuk ke dalam Ordo
Orthoptera. Kelima,Kutu masuk dalam Ordo Homoptera. Keenam, Laba-laba
termasuk dalam kelompok Arachnida.
Sedangkan apabila hewan serangga tersebut diklasifikasikan
berdasarkan Al-Qur’an menurut tartib nuzul-nya Al-Jabiri maka akan menjadi
sebagai berikut; Serangga yang masuk dalam tipe pertama, yakni; Laron,
Belalang dan Kutu. Serangga yang masuk dalam tipe kedua, yakni; Semut,
Rayap dan Lebah. Serangga yang masuk dalam tipe ketiga, yakni; Laba-laba,
Lalat dan Nyamuk.
Penggolongan Serangga tipe pertama, merupakan simbol gambaran
manusia yang dalam kebimbangan (seperti Laron yang tak tau arah kemana
mereka akan pergi), baik dalam menjalani hidup maupun dalam masalah
mencari tuhan. Serangga tipe kedua, merupakan simbol gambaran manusia
yang telah mendapatkan petunjuk (seperti Tuhan ketika memberi perintah
kepada Rayap dan Lebah, Rayap dan Lebah pun melaksanakan perintah itu
dengan senang hati). Serangga tipe ketiga merupakan simbol gambaran
manusia yang tersesat dan banyak melakukan kerusakan dibumi (seperti lalat
yang dapat mencemari makanan, ataupun nyamuk yang selalu membuat
manusia gelisah).
b. Serangga di Mata Para Ilmuwan

Serangga Dalam Al-Qur’an | 8


Serangga merupakan hewan yang menarik bagi para ilmuwan, karena
begitu menariknya para ilmuwan membuat cabang ilmu tersendiri yang
mengkaji tentang serangga,yakni Entomologi. Lahirnya cabang ilmu ini bukan
tanpa alasan, melainkan hal ini ia telah dipikirkan baik-baik oleh para
ilmuwan. Alasan dibentuknya ilmu ini diantaranya; Pertama, karena jumlah
serangga di bumi ini menempati urutan yang pertama. Hal ini dibuktikan pada
tahun 1992, jumlah serangga diperkirakan berkisar antara 5-10 juta spesies
(Suheriyanto,D. 2008: 4). Kedua, bukan hanya jumlahnya saja, melainkan
spesiesnya pun bervariatif, misalnya saja semut, di dalamnya ada semut
rangrang, semut hitam, semut pohon, semut tanah dan lain-lain. Ketiga, tidak
hanya variatif dari segi bentuknya saja, melainkan sifat-sifat spesiesnya juga
bervariatif. Melihat begitu kompleksnya hal terkait serangga maka dibentuklah
cabang ilmu tersebut.
Hasil penemuan para ahli biologi terkait morfologi, fisiologi dan
ekologi serangga, Cleveland P. H. dkk (2015: 280-294) menyebutkan bahwa
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari ‘penampakan’ bentuk luar
organisme. Dengan kata lain morfologi mempelajari struktur dan bentuk luar
suatu organisme sampai dengan perkembangannya serta manfaat bagian-
bagian tubuh mahluk hidup tersebut. Menurut Rossidy, I. (2008: 163) Studi
morfologi pada hewan dapat membantu umat Islam dalam mengidentifikasi
jenis hewan yang dihalalkan dan diharamkan.
Tubuh serangga dilindungi oleh rangka luar (eksoskeleton) yang
berfungsi untuk perlindungan (mencegah kehilangan air) dan untuk kekuatan.
Rangka luar serangga sangat kuat, namun kelemahannya rangka tersebut berisi
masa jaringan dan berat rangka lebih dari 10% dari berat tubuhnya. Tubuh
seranggaterbagi menjadi 3 bagian, yaitu; caput (kepala), thorax dan abdomen.
Kepala terdiri dari 3-7 ruas. Kepala berfungsi sebagai alat untuk
mengumpulkan makanan, menerima rangsangan dan memproses informasi di
otak. Di bagian kepala terdapat beberapa organ seperti mata, mulut dan
sungut. Mata merupakan organ penglihatan, pada serangga terdapat mata
majemuk dan mata tunggal. Mata majemuk (mata faset) terdiri dari beberapa
ribu ommatidia, sehingga bayangan yang terlihat oleh serangga adalah
mozaik. Sedangkan mata tunggal mempunyai lensa kornea tunggal, di
bawahnya terdapat sel korne a gen dan retina. Mata tunggal tidak membentuk
Serangga Dalam Al-Qur’an | 9
bayangan dan lebih berperan untuk membedakan intensitas cahaya yang
diterima oleh mata. Menurut Suheriyanto, D. (2001: 10) Mulut serangga
terdiri dari sepasang mandibula (rahang), sepasang maksila (dekat rahang),
labium (bibir) dan labrum. Mandibula terletak di belakang labrum dan
berfungsi untuk menyobek mangsanya. Sedangkan maksila terletak di
belakang mandibula dan berfungsi untuk menghancurkan makanan. Tipe
mulut serangga berbeda-beda, tergantung dari jenis makanan serangga
tersebut. Secara garis besar ada 4 tipe mulut serangga berdasarkan jenis
makanannya (Encyclopedia. 2008: 97), yaitu ;
1) Pemakan nektar
Mandibula dapat digunakan untuk memakan cairan, memotong,
pertahanan dan membentuk sarang. Contohnya pada lebah madu.
2) Pemakan tumbuhan
Memiliki mandibula sangat kuat yang digunakan untuk mengolah
makanan. Contonya pada belalang
3) Penghisap darah
Mulutnya berbentuk seperti jarum dan fungsinya seperti sedotan.
Mulut tersebut digunakan untuk menusuk kulit mangsanya, apabila telah
mengenai pembuluh darah maka darah tersebut mengalir ke tubuh
serangga melalui mulut tersebut. Contohnya pada nyamuk.
4) Penghisap cairan
Ketika makan serangga ini merendahkan mulutnya dan mengeluarkan
ludah ke atas makanannya, lalu serangga tersebut menghisap makanan
yang larut itu. setelah selesai makan serangga ini menarik mulutnya.
Contohnya pada lalat.
Sungut (antena) serangga biasanya terletak di antara atau dibawah mata
majemuk. Sungut ini digunakan untuk menerima rangsangan dari lingkungan.
Fungsi utama sungut adalah untuk perasa dan bertindak sebagai organ
pengecap, organ pembau dan organ pendengar(Suheriyanto, D. 2001: 11)
Sayap serangga terbuat dari kutikula yang menempel di rongga dada.
Mayoritas serangga mempunyai dua pasang sayap, hanya nyamuk dan lalat
yang mempunyai satu pasang sayap saja. Ada juga serangga yang tidak
mempunyai sayap (Carol Sutherland. 2003: 1) Serangga merupakan penerbang
paling gesit dibandingkan dengan makhluk lainnya. Ia mampu terbang ke
Serangga Dalam Al-Qur’an | 10
depan, ke belakang, kesamping bahkan terbang naik turun dengan cepat.
Hampir semua serangga dapat melipat sayapnya, sehingga mereka dapat
memasuki celah-celah kecil seperti celah kayu dan batu (Ensiklopedi. 2010:
549).
Selanjutanya ialah pembahasan terkait fisiologi serangga. Fisiologi adalah
ilmu yang mempelajari proses-proses yang terjadi di dalam tubuh makhluk
hidup. Proses-proses tersebut diantaranya adalah proses pencernaan,
pernafasan, hormonal, metabolisme dan lain sebagainya. Salah satu bahasan
fisiologi hewan adalah tentang peredaran darah, baik itu peredaran pada
hewan vertebrata maupun hewan invertebrate (Rossidy, I. 2008: 169-170).
Sistem peredaran darah pada hewan invertebrate disebut mekanisme peredaran
darah sederhana. Al-Qur’an juga banyak membicarakan tentang peredaran
darah, seperti dalam Q.S. Al-Baqarah:173, Al-Maidah: 5, dan Q.S. Al-An’am:
145.
Sistem peredaran pada kebanyakan hewan proses sirkulasinya melalui
pembuluh-pembuluh darah seperti; pembuluh vena, arteri dan kapiler. Proses
sirkulasi darah seperti ini disebut dengan peredaran darah tertutup. Sebaliknya,
serangga memiliki sistem peredaran darah terbuka. Darah serangga mengalir
secara langsung melalui rongga tubuh (hemocoel) kemudian menyuplai organ
-organ dan jaringan-jaringan yang ada dalam tubuh serangga. Darah pada
serangga disebut dengan hemolimf, yaitu; cairan berwarna kuning atau hijau.
Cairan ini mengandung plasma cair dan sekitar 10% nya terdiri dari sel -sel
darah (hemosit). Berbeda dengan hewan vertebrata, sebagian sel-sel darah
serangga tidak mengandung hemoglobin yang merupakan pembawa oksigen.
Fungsi utama darah pada serangga adalah menghantarkan nutrien, sisa
metabolisme dan hormone (Hadi, dkk. 2001: 32).
Proses respirasi pada serangga terjadi dengan cara difusi oksigen dan
karbondioksida melalui sistem trakhea, dibantu oleh ventilasi mekanis dari
trakea abdominal dan kantung udara. Difusi oksigen ke system trakhea terjadi
karena turunnya tekanan oksigen pada ujung tracheolus. Dengan cara yang
sama karbondioksida juga berdifusi keluar melalui sistem trachea (Hadi, dkk.
2001: 28). Serangga tidak memiliki paru-paru sebagaimana manusia dan
hewan lainnya. Ia bernafas hanya melalui pipa-pipa yang ada di tubuhnya.
Ketika serangga tumbuh dewasa, pipa tersebut tidak mampu bekerja
Serangga Dalam Al-Qur’an | 11
sebagaimana mestinya dikarenakan oleh ukuran tubuhnya yang semakin besar.
Oleh karena itu, tidak ada serangga yang besarnya lebih dari beberapa inchi,
sayapnya pun hanya bertambah sedikit. Batas pertumbuhan ini membuat
serangga harus mengekang nafsunya untuk menguasai dunia. Jika bukan
karena batas pertumbuhan ini tentu keberadaan manusia akan musnah karena
ia harus berhadapan dengan serangga sebesar singa ataupun bahkan lebih dari
itu (Thayyarah, N. 2014: 569-570).
Struktur dasar sistem pencernaan pada serangga adalah saluran
pencernaan (usus) yang berupa pembuluh memanjang dari mulut sampai anus.
Usus serangga dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu; usus depan
(stomodaeum), usus tengah (mesenteron) dan usus belakang (proctodaeum).
Bagian ini biasanya dipisahkan oleh katup, yakni; katup kardiakdi bagian
depan dan katup pylorikdi bagian belakang (Hadi, dkk. 2001: 29). Pencernaan
makanan pada serangga dimulai ketika makanan bercampur dengan enzim
yang terdapat pada saliva di usus depan (pada beberapa serangga, misalnya
lalat proses ini terjadi di luar tubuh/eksternal karena lalat menjilati makanan
dengan enzim tersebut sebelum makanan itu dimakan). Selanjutnya masuk ke
usus tengah dan bercampur dengan enzim-enzim utama pencernaan (setiap
serangga mempunyai enzim yang berbeda-beda tergantung dari makanan
serangga tersebut, misal rayap dengan enzim selulasenya dan nyamuk dengan
enzim proteolitiknya). Setelah itu masuk ke usus belakang dan terjadi proses
absorbsi, sisa makanan yang tidak tercerna dibuang melalui anus (Hadi, dkk:
30-31).
Pembahasan yang ketiga ialah terkait ekologi. Ekologi adalah ilmu yang
mempelajari atau mengkaji hubungan antara organisme dengan lingkungannya
(Hadi, dkk: 186). Smith dalam bukunya mendefinisikan ekologi sebagai studi
interrelasi antara organisme dengan lingkungan fisik dan biologisnya (Smith
& smith. 2001: 17). Pembahasan ekologi ini meliputi, cara serangga
beradaptasi dengan lingkungan dan cara mereka menjalani kehidupan sehari-
hari. Satu sifat yang menonjol dari serangga adalah mampu melakukan sesuatu
tanpa pengalaman terlebih dahulu. Tingkah laku seperti ini ada ketika
serangga itu lahir. Selain itu, tingkah laku serangga dapat ditelusuri dari
tanggapan atau rangsangan yang diterima oleh serangga tersebut. Respon
serangga terhadap rangsangan yang menimpanya menimbulkan respon yang
Serangga Dalam Al-Qur’an | 12
berbeda-beda tergantung jenis rangsangan yang diterima oleh serangga
tersebut.
Dalam hal memori, serangga tidak dapat diharapkan menampung dan
menyimpan pola yang sudah dipelajari selama hidupnya. Hal ini karena hewan
ini memiliki sistem syaraf yang sederhana. Namun demikian, bukan berarti
hewan ini lemah. Ia sangat ahli dalam hal tertentu, misalnya lalat ia sangat ahli
dalam masalah penerbangan, ia dapat terbang terbalik di langit-langit dan
terbang lurus ke atas, serta kecepatan kepakan sayap lalat mencapai 1.000 kali
per detik. Adapun laba-laba jugasangat ahli dalam memainkan benang
sutranyauntuk membuat rumah, mencari mangsa, dan untuk melawan musuh-
musuhnya. Bahkan laba-laba dapat menyerupai binatang dan tumbuhan jenis
tertentu (Gerald Legg. 2007: 15-16).
2. Relevansi Pendidikan
a. Metode Pengajaran dengan Perumpamaan/Kisah
Pengajaran menggunakan kisah merupakan metode yang sangat baik dalam
sebuah pembelajaran terutama pada anak-anak, baik itu di sekolah formal
maupun nonformal. Pengajaran seperti ini dinilai efektif karena dengan kisah
ini mereka akan cepat menangkap nilai yang terkandung di dalam cerita
tersebut. Al-Qur’anpun menerapkan metode kisah ini untuk membuat
masyarakat Arab waktu itu mengerti akan nilai-nilai yang terkandung di dalam
Al-Qur’an. Setidaknya ada lima kelebihan perumpamaan/kisah yang
disampaikan dalam Al-Qur’an, yaitu;
1) Melatih kecerdasan intelektual. Dalam beberapa ayat, setelah
menyampaikan kisah atau perumpamaan tuhan menyuruh manusia untuk
memikirkan kisah/perumpamaan itu.
2) Melatih imajinasi. Baik disadari atau tidak, ketika Al-Qur’a>nmenceritakan
kisah/perumpamaan, dalam pikiran manusia akan tergambarkan bagaimana
peristiwa itu terjadi.
3) Mengembangkan pola pikir. Setelah membaca banyak ayat tentang
perumpamaan, maka manusia akan dapat memilih tindakan apa yang harus
dia lakukan dan tindakan seperti apa yang harus ia hindari.
4) Semakin mengetahui ayat Al-Qur’anyang berbicara tentang
kisah/perumpamaan, dan ia telah membuktikan kebenarannya maka ia akan

Serangga Dalam Al-Qur’an | 13


sadar bahwa sebenarnya ia lemah, masih banyak ilmu yang belum ketahui
olehnya.
5) Setelah menyadari bahwa ilmu tuhan itu luas, maka apabila ia benar -benar
berfikir maka ia akan kembali ke agama tauhid dan akan menjalankan
segala perintah tuhan.
b. Nilai pendidikan yang terkandung dalam serangga
Nilai pendidikan yang terdapat dalam ayat tentang serangga adalah sebagai
berikut;
1) Ketika melihat kutu yang ada dikepala s eseorang, hendaknya ia sadar
bahwa ia tidak berhak sombong dan merasa paling hebat karena dikepalanya
ada kutu yang setiap hari menginjak-injak kepalanya dan makan darah
darinya.
2) Ketika ada nyamuk yang menggigit seseorang, hendaknya ia sadar bahwa ia
adalah makhluk yang lemah, karena ia masih merasa sakit akibat gigitan
makhluk yang kecil lagi hina.
3) Ketika melihat perilaku laba-laba betina, yang membuat sarangnya sendiri
dan menarik laba-laba jantan untuk bercinta dan setelah itu laba-laba jantan
itu dimakan, bukan hanya itu bahkan apabila anak yang ada dalam
kandungannya lahir, ia juga akan dibunuh dan dimakan (Kaseruan As. R.
2014: 73), hendaknya seseorang sadar bahwa perilaku tersebut tidak baik
dan hendaknya seseorang menjauhi perilaku -perilaku tersebut.
4) Ketika melihat Lebah, hendaknya manusia mencontoh perilakunya. Nabi
pun pernah bersabda bahwa seorang mukmin seperti lebah, ia makan yang
baik dan mengeluarkan yang baik, bila hinggap tidak membuat dahannya
patah dan rusak (Hadis riwayat Ahmad bin Hambal).
5) Ketika melihat semut, hendaknya manusia mencontoh perilakunya seperti
sikap rela berkorban, saling membantu dan sikap persatuannya. Bahkan
dalam beberapa hadis disebutkan bahwa semut senantiasa bertasbih kepada
Allah (Hadis riwayat Bukhori). Melihat hal ini, dapat diketahui bahwa selain
ia mempraktekkan hablum min an-nas(menjalin hubungan baik dengan
sesama) ia juga menerapkan hablum min al-Allah (menjalin hubungan baik
dengan Allah).
6) Ketika melihat lalat, hendaknya kita sadar bahwa sejelek-jelek manusia pasti
ada sisi baiknya. Meskipun lalat banyak membawa bibit penyakit, namun
Serangga Dalam Al-Qur’an | 14
sebenarnya ia juga membawa penawarnya (Hadis riwayat Bukhori).Untuk
itu sesama manusia hendaknya saling memahami satu sama lain.
7) Serangga sangat peduli dengan anak-anaknya dan mereka merawatnya
dengan baik (terutama serangga sosial) (Douglas W. Tallamy. 1999: 73-77).
Hal ini mengajarkan pada kita bahwa betapa penting merawat anak dan
mengajarkan perilaku yang baik, sehingga nantinya ketika dewasa ia dapat
berguna bagi masyarakat sekitarnya.
8) Semua jenis serangga sangat ahli dalam hal tertentu, namun keahlian
tersebut ada yang digunakan untuk kebaikan (seperti lebah yang membantu
penyerbukan dan menghasilkan madu serta semut yang mampu mengusir
hama tanaman ) dan ada juga yang digunakan untuk keburukan (seperti lalat
dan nyamuk yang banyak merugikan manusia). Melihat hal tersebut
hendaknya manusia bersikap seperti lebah dan semut yang keahliannya
digunakan untuk memberi manfaat kepada makhluk lain. Karena begitu
banyak pelajaran yang terkandung dalam lebah dan semut,maka nabi dalam
hadisnya melarang umatnya untuk membunuh lebah dan semut (Hadis
riwayat Ibnu Majah).
9) Metamorfosis merupakan istilah yang tidak bisa lepas jika seseorang
berbicara tentang serangga. Perlu diketahui bahwa metamorfosis bukan
hanya menyangkut perjalanan hidup serangga dari masa telur hingga
dewasa. Namun, jauh dari itu di dalam istilah metamorfosis terkandung
makna yang dalam. Makna tersebut adalah bahwa setiap manusia bisa
berubah. Perubahan tersebut bisa ke arah yang lebih baik (seperti lebah) dan
bisa juga ke arah yang tidak baik (seperti lalat). Untuk itu dalam Al-Qur’an,
Allahmemerintahkan kita untuk mencintai/membeci sesuatu sekedarnya
saja. Hal dikarenakan sifat manusia dapat berubah sewaktu-waktu.
10) Masa hidup serangga tidak lama, ada yang hidup hanya satu hari bahkan
kurang dari itu (seperti pada lalat capung dan laron), beberapa hidup dalam
hitungan minggu (seperti pada lebah dan lalat, maksimal sekitar 4 minggu),
dan beberapa lagi hidup dalam hitungan bulan. Meskipun umur serangga
begitu pendek, namun ia tidak mengeluh, ia tetap melakukan yang terbaik
untu k kehidupannya serta menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Seakan-
akan ia mempunyai semboyan, Meskipun aku diberi umur yang sangat
pendek oleh tuhan, namun aku tidak serta-merta mengeluh dan menyalahkan
Serangga Dalam Al-Qur’an | 15
tuhan terus menerus. Hal ini karena aku merasa telah diciptakan dan
dipelihara oleh-Nya, sehingga aku ingin sedikit berterimakasih pada-Nya
dengan melakukan yang terbaik semampu yang aku bisa.
3. Relevansi Sosial
Menurut Joel L. Kraemer (1986: 6-11) Islam merupakan agama yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan (Humanism). Di dalam Al-Qur’an
terdapat banyak ayat yang membicarakan tentang hal tersebut, baik ayat yang
disebutkan secara langsung maupun secara tidak langsung (Misalnya ayat tentang
serangga). Secara tidak langsung serangga juga mengajarkan kepada manusia
tentang perilaku sosial dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ayat-ayat Al-
Qur’a>nyang berbicara tentang serangga tidak banyak dipahami oleh banyak umat
waktu itu. Bahkan ada sebagian umat yang meremehkan ayat tersebut (As-Suyuthi,
J. 2008: 29-30). Nabi yang telah mengetahui maksud ayat tersebut mencoba
mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat ketika Nabi berada di
Madinah. Di Madinah ini Nabi mengizinkan umat Yahudi dan Nasrani untuk
beribadah di Masjid. Selain itu Nabi juga menjadikan masjid sebagai sarana
berdialog antar agama tersebut (Bokhari, R dan Seddon, M. 2010: 34).
a. Menyikapi Perbedaan Kelas Sosial
Manusia hendaknya mencontoh perilaku Lebah, Rayap dan Semut,
meskipun mereka mempunyai tugas dan kedudukan yang berbeda, namun
mereka tetap bersatu membangun kelompoknya. Mulai dari membangun
rumah, mencari makan hingga mempertahankan kelompoknya dari serangan
musuh. Semua itu mereka kerjakan secara bersama -sama dan mereka saling
memahami kedudukan masing-masing. Mereka bekerja sesuai dengan
kedudukannya tanpa ada rasa kecemburuan diantara mereka.
Dalam komunitas serangga, khususnya dalam dunia semut, peringatan
adanya bahaya berada di pundak serangga pertama yang menyadari adanya
bahaya tersebut. Serangga itu kemudian mengeluarkan kelenjar dari tubuhnya
untuk memberitahu teman -temannya, meskipun bau kelenjar tersebut
diketahui oleh musuhnya. Namun ia rela berkorban untuk menyelamatkan
nyawa teman-temannya (Thayyarah, N. 575-576). Hendaknya setiap manusia
dapat mencontoh sifat serangga yang seperti ini. Bukan malah sebaliknya, ia
malah acuh saja membiarkan temannya dalam keadaan bahaya atau bahkan
lebih parah lagi ia tidak segan-segan mengorbankan temannya untuk
Serangga Dalam Al-Qur’an | 16
kepentingan dirinya sendiri. Selain mempunyai sifat rela berkorban semut juga
mempunyai sifat saling berbagi. Apabila seekor semut menemukan makanan,
ia akan memberi tahu teman-temannya bahwa di lokasi tersebut ada makanan.
Adapun cara memberi tahunya ialah dengan mengeluarkan kelenjar dari
tubuhnya. Kelenjar tersebut berbentuk seperti benang dengan aroma khas yang
dialirkan ke sarang semut (Thayyarah, N. 572), Dengan cara seperti ini teman-
teman yang ada di sarang tersebut akan mendatangi lokasi makanan tersebut.
Kehidupan semut merupakan kehidupan yang paling mirip dengan kehidupan
manusia. Sebagian tipe semut mendirikan perkampungannya di dalam tanah
dan membangun rumahnya di situ. Mereka memenuhi rumahnya dengan biji-
bijian sebagai makanan pokok di musim dingin dan menyembunyikannya di
tempat tinggal yang berkelok ke atas untuk menghindarkannya dari air hujan
(Ranuwijaya, U. dkk. 2007: 129). Untuk itu, manusia perlu membandingkan
dirinya dengan semut dalam hal perilakunya. Semut merupakan serangga
sosial, sehingga apabila seekor semut terpisah dari kelompoknya ia akan mati,
meskipun ia diberi makan yang enak dan tempat yang nyaman. Selain itu,
semut juga mengajarkan manusia tentang arti tolong menolong. Apabila semut
yang kenyang bertemu semut yang lapar, ia akan memberikan sari-sari
makanan di tubuhnya kepada semut yang lapar (Thayyarah, N. 591).
b. Gotong Royong Sebagai alat Pengerat Hubungan Sosial
Perilaku saling gotong-royong akan melahirkan sesuatu yang awalnya
tidak mungkin menjadi sesuatu yang mungkin. Hal ini seperti yang dilakukan
oleh mahluk kecil yang bernama Rayap. Meskipun ia mempunyai otak yang
kecil namun kepintarannya tidak diragukan lagi. Ia mampu membangun 20
terowongan di dalam tanah dan masing-masing terowongan itu berada
dibawah terowongan yang lainnya. Mereka membangun terowongan itu
dengan cara mecampurkan debu dan pasir lalu dicampur dengan ludah Rayap
sehingga menjadi seperti semen. Kemudian semen-semen itu digunakan untuk
membangun terowongan. Mereka harus bekerja keras membangun terowongan
itu agar telur-telur dari Ratu Rayap dapat ditempatkan dalam terowongan itu.
Sekali bertelur sang ratu bisa menelurkan 10 juta telur, yang terdiri dari telur
pekerja dan telur laskar, telur laskar ukurannya lebih besar dan setelah dewasa
ia bertugas memimpin pasukan (Kaseruan As.R. 285-286).

Serangga Dalam Al-Qur’an | 17


Meskipun diantara mereka terdapat kasta-kasta/perbedaan kelas sosial,
namun mereka saling memahami satu sama lain dan mereka tetap bergotong-
royong dalam membuat rumah, mencari makan dan dalam menghadapi musuh
dari luar. Sifat dan kemampuan gotong-royong yang dilakukan oleh Rayap
berada jauh diatas makhluk sejenisnya ataupun makhluk lain yang lebih besar
darinya. Memang secara individu kemampuannya kalah dengan semut, yang
mampu mengangkat beban 50 kali berat tubuhnya (Kaseruan As.R. 310-311).
Namun dalam hal gotong-royong kemampuan Rayap berada di atas semut. Hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya bukit rayap yang berada di Australia Utara
dan di Afrika. Bukit rayap di Autralia Utara ini, tingginya mencapai 20 kaki
dan diameternya 10 kaki. Sedangkan di Afrika,bukit rayap tingginya 30 meter
dan lebarnya 100 meter (Mustafa Ganim. 1995: 2). Bayangkan saja, makhluk
sekecil rayap mampu membangun rumah yang tingginya beribu kali lipat dari
tubuhnya. Hal tersebut tidak mungkin apabila mereka mengerjakannya sendiri
tanpa adanya gotong-royong diantara mereka.

D. Macam-macam Serangga Dalam Al-qur’an


1. Lebah
a. Pengertian
Lebah adalah binatang yang sangat disiplin dalam pembagian kerja. Ada
lebah pekerja, ada lebah ratu, dan ada lebah pejantan. Semua bekerja dengan
teratur tanpa saling “adu jotos” atau mengeluh. Segala residu yang tidak
berguna disingkirkan dari sarang. Makanannya terpilih dari yang baik-baik
yaitu nektar (sari bunga). Dari sari makanan yang baik dihasilkan produk yang
baik yaitu madu. Sarang lebah juga terkenal sangat steril sehingga tidak ada
bakteri yang menyusup karena itu tidak ada pembusukan di sarang lebah.
Lebah tidak akan menggangu kecuali ada yang mengganggu atau
menyerangnya. Kalaupun mencoba menyerang atau membalas, sengatannyaah
bisa menjadi obat dan sarana sejumlah terapi kesehatan. Karena itu Allah
SWT, sengaja memberi “pesan” lewat lebah agar mengambil sifat sifatnya
untuk dibisa diwujudkan dalam kehidupan (Liferdi, 2008).
b. Ayat dalam Al-qur’an

Serangga Dalam Al-Qur’an | 18


Artinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang
di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia". kemudian makanlah dari tiap-tiap buah-buahan
dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan . Dari perut
lebah itu ke luar minuman yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl (16): 68-69).
c. Analisis Ayat
Yang dimaksud dengan 'wahyu' dalam ayat ini ialah ilham, petunjuk, dan
bimbingan dari Allah kepada lebah agar lebah membuat sarangnya di bukit-
bukit, juga di pohon-pohon serta di tempat-tempat yang dibuat manusia.
Kemudian berkat adanya ilham dari Allah ini lebah membangun rumah
(sarang)nya dengan sangat rapi struktur dan susunannya, sehingga tidak ada
cela padanya.
Kemudian Allah Swt. menganugerahkan insting kepada lebah untuk
makan dari sari buah-buahan dan menempuh jalan-jalan yang telah
dimudahkan oleh Allah baginya; sehingga lebah dapat menempuh jalan udara
yang luas, padang sahara yang membentang luas, lembah-lembah, dan
gunung-gunung yang tinggi menurut apa yang disukainya. Lalu masing-
masing lebah dapat kembali ke sarangnya tanpa menyimpang ke arah kanan
atau ke arah kiri, melainkan langsung menuju sarangnya, tempat ia meletakkan
telur-telurnya dan madu yang dibuatnya. Lebah membangun lilin untuk
sarangnya dengan kedua sayapnya, dan dari mulutnya ia memuntahkan madu;
sedangkan lebah betina mengeluarkan telur dari duburnya, kemudian menetas
dan terbang ke tempat kehidupannya.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 19


Qatadah dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). (An-Nahl: 69) Yakni dengan penuh ketaatan.
2. Laron
a. Pengertian
Laron merupakan metamorfosis dari makhluk kecil yang disebut rayap.
Masa hidup laron tidak lebih dari dua hari. Menurut Dr. Yohanes Surya, rayap
memiliki tiga kasta (level perkembangan): kasta reproduktif, kasta prajurit,
dan kasta pekerja. Laron merupakan salah satu fase dewasa dari kasta
reproduktif. Ia akan menjadi raja dan ratu pada koloni rayap. Laron tumbuh
dari telur. Sayap laron berkembang agar laron bisa terbang mencari pasangan
kawinnya. Setelah kawin, sayap laron tanggal karena tidak diperlukan lagi.
Mereka mulai membangun sarang dan menetaskan telur-telur sehingga
membentuk koloni baru
b. Ayat dalam Al-qur’an

Artinya: “Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran, dan
gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburka.” (Q.S. Al-
Qari’ah (101): 4).
c. Analisis Ayat
Maksud dari ayat tersebut Yakni mereka bertebaran bercerai-berai ke
sana dan kemari karena kebingungan menghadapi huru-hara yang sangat
menakutkan di hari itu, sehingga mereka mirip dengan anai-anai yang
bertebaran.
3. Laba-laba
a. Pengertian
Laba-laba adalah binatang yang pintar membangun jaring perangkap.
Meski terlihat rapuh namun demikian jaring ini bukanlah tempat yang aman
(QS. Al-Ankabut [29]:41). Apapun yang berlindung di sana akan binasa.
Bahkan jantannya disergapnya untuk dihabisi oleh betinanya. Telur-telurnya
yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Inilah
gambaran yang mengerikan dari kehidupan sejenis binatang.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 20


Orang berbudaya hidup seperti kebiasaan laba-laba adalah orang yang
cerdik namun cenderung licik. Pintar merencanakan dan mengatur perangkap.
Satu-persatu, helai demi helai jaring perangkap dibentangkan. Walau terlihat
indah tapi tujuan akhirnya adalah memangsa dan membunuh.
Orang berbudaya laba-laba sangat merugikan orang lain dan tidak
mensyukuri nikmat yang telah didapatkannya, ia tidak lagi berpikir tentang
sekitarnya dan mereka tidak lagi membutuhkan berpikir apa, siapa, kapan, dan
di mana. Apa yang ia pikirkan hanyalah untuk kepentingan dan kesenangan
pribadi.
Orang hidup meniru gaya laba-laba adalah orang yang tidak tahu
berterimakasih dan berhati dingin. Bukan hanya musuh yang dihancurkannya
tetapi juga teman bahkan orang-orang paling dekat dengannya juga
dikhianatinya. Itu terlihat dari kebiasaan laba-laba yang membunuh dan
memakan sendiri pasangannya, bahkan tak jarang anak-anak laba-laba yang
baru menetas memakan induknya.
b. Ayat dalam Al-qur’an

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung


selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan
sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba,
kalau mereka mengetahui.” (Q.S. Al-Ankabut (29): 41).
c. Analisis Ayat
Ayat tersebut merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk
menggambarkan perihal kaum musyrik karena mereka mengambil tuhan-tuhan
selain Allah yang mereka harapkan pertolongan dan rezekinya serta mereka
pegang di saat mereka tertimpa kesengsaraan. Keadaan mereka dalam hal
tersebut samadengan rumah laba-laba dalam hal kelemahan dan
kerapuhannya. Orang yang menyembah tuhan-tuhan seperti mereka tiada lain
seperti orang yang berpegangan pada rumah laba-laba, maka sesungguhnya
hal itu tidak dapat memberikan suatu manfaat pun kepadanya. Sekiranya

Serangga Dalam Al-Qur’an | 21


mereka mengetahui keadaan tersebut, tentulah mereka tidak akan menjadikan
penolong-penolong mereka selain dari Allah.
Berbeda halnya dengan orang muslim lagi beriman hatinya kepada
Allah, selain dari itu dia beramal dengan baik sesuai dengan hukum syariat.
Maka sesungguhnya dia berpegang teguh kepada tali yang kuat yang tidak
akan terputus karena kekuatan dan kekokohannya. Kemudian Allah Swt.
berfirman seraya mengancam orang-orang yang menyembah selain Dia dan
mempersekutukan-Nya dengan yang lain, bahwa sesungguhnya Allah Swt.
mengetahui semua amal perbuatan mereka dan mengetahui apa yang mereka
persekutukan dengan-Nya berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan.
Maka kelak Allah akan memberikan balasan-Nya terhadap mereka;
sesungguhnya Dia Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
4. Semut
a. Pengertian Semut
Semut merupakan kelompok serangga yang berasal dari keluarga
Formisidae dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan
lebah dan tawon. Semut memiliki 12.000 spesies, sebagian besar semut hidup
di kawasan tropika, Semut dikenal sebagai hewan atau serangga sosial dengan
koloni dan sarang–sarangnya yang teratur beranggotakan ribuan semut /atau
koloni. Anggota koloni yaitu :
1). Semut pekerja
2). Semut pejantan
3). Ratu semut
Satu koloni, dapat menguasai daerah yang luas untuk mendukung
kehidupan mereka, Koloni semut kadangkala disebut dengan Superorganisme
yang membentuk sebuah satu kesatuan. Semut merupakan hewan terkuat di
dunia, semut jantan mampu menopang dengan 50 kali dari berat badannya
sendiri, sedangkan gajah hanya mampu menopang 2 kali dari berat badannya.
Ini membuktikan bahwa semut lebih kuat dibanding dengan hewan yang
badannya lebih besar daripada semut.
Semut memiliki frekuensi suara yang bervariasi, mereka mampu
meredam suara yang berbeda terhadap semut lainnya. Hasil penelitian
membuktikan bahwa semut dapat mengalahkan manusia dalam indra
pendengaran, hal tersebut dikarenakan semut menggunakan antenna untuk
Serangga Dalam Al-Qur’an | 22
transmisi dan menerima frekuensi suara, dan semut menggunakan sinyal suara
yang besar, seperti perangkat penerima suara modern saat ini, namun dapat
langsung hilang dan berubah oleh berbagai efek apapun dalam proses
penyaringan atau pemurnian suara.
b. Ayat dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an menyebutkan semut yang terdapat dalam surah ke-27 dari Al-
Qur’an sebagai surah an-Naml yakni surah semut. Uraian Al-Qur’an tentang
semut berkaitan dengan kehadiran Nabi Sulaiman as. bersama tentara beliau
menelusuri jalan dimana terdapat koloni semut. Ratu semut berkata kepada
masyarakatnya, sebagaimana diinformasikan dalam Al-Qur’an:

Artinya: “Hingga apabila mereka (Sulaiman as. bersama bala tentaranya) sampai di
lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam
sarang-sarang kamu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentara-tentaranya,
sedangkan mereka tidak menyadari”. (QS. An-Naml (27) : 18)
c. Analisis Ayat
Ayat ini menggugah akal untuk memperhatikan struktur dan pengaturan
kepemimpinan yang rapi dan baik. Semut menyeru dan mengumpulkan kawan
– kawannya untuk menunjukkan bagaimana ia memimpin dan mengatur
segala urusannya. Mereka telah melakukan seperti apa yang dilakukan oleh
para raja yang mengatur dan memimpin sebagaimana pemerintah memimpin
para rakyatnya.
Fakta bahwa semut dapat berbicara telah dinyatakan kurang lebih sekitar
1400 tahun lalu, dan secara mengagumkan, penemuan – penemuan ini sangat
sesuai dengan penemuan – penemuan ilmiah saat ini. Pada 6 Febuari 2009
telah terbit Science Magazine yang menuliskan sebuah hasil penelitian ilmiah
mengenai semut, di dalamnya menyatakan bahwa semut dapat bersuara.
Kemajuan teknologi audio telah memungkin para ilmuan menemukan
bahwa semut sering berbicara kepada sesame kaumnya dalam sarang mereka.
Sebagian besar, semut memuliki semacam papan alami dan plectrum yang

Serangga Dalam Al-Qur’an | 23


terdapat dalam perut mereka yang dapat mengeluarkan suara sebagai media
untuk berkomunikasi dengan sesamanya.
Para peneliti, menyatakan bahwa ratu semut dapat mengeluarkan
instruksi kepada para pekerja. Para penelitipun heran, yang berhasil membuat
rekaman pertama dari semut ratu “berbicara”, juga menemukan bahwa
serangga lain pun meniru hal yang sama persis yaitu kupu – kupu besar Rebel,
hewan yang memiliki hubungan parasit dengan semut dan sekarang ditemukan
telah belajar untuk meniru suara dengan menggunakan sinyal kimia.
Larva kupu – kupu dibawa oleh semut ke sarang dimana mereka diberi
makan oleh para pekerja. Ketika koloni terganggu, semut akan
menyelamatkan larva, bahkan jika mereka kekurangan makanan, semut akan
mengorbankan dirinya untuk menjadi santapan. Hasil penelitian beberapa
dekade lalu telah menunjukkan bahwa semut mampu membuat panggilan
menggunakan alarm berbunyi.
Jeremy Thomas, mengatakan bahwa kemajuan teknologi telah
memungkinkan penemuan baru, hal itu karena komunikasi semut bisa direkam
secara subjektif. Dengan menempatkan speaker mini ke sarang semut tersebut
dan memutar ulang suara yang dibuat oleh ratu, para peneliti mampu menarik
perhatian semut dan membuat mereka bersiap siaga, mereka bergerak dan
berdiri sambil mengeluarkan antenna mereka ke depan dan rahang (capit)
mereka terbuka selama berjam – jam. Siapa saja makhluk asing yang berada di
dekatnya, maka mereka akan menyerangnya. Setiap koloni semut memiliki
suara yang berbeda dan dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pula.
Penemuan ini mungkin bukanlah hal yang aneh di era kemajuan
teknologi seperti sekarang ini, namun akan menjadi luar biasa dimana ketika
penemuan ini telah disinggung sekitar 1400 tahun yang lalu, dimana teknologi
amatlah terbatas. Tidaklah mungkin hal itu terjadi kecuali dengan kebesaran
Allah SWT dan keotentikan Al – Qur’an.
5. Lalat
a. Pengertian Lalat
Lalat merupakan hewan pengurai yang dapat mengurai limbah rumah
tangga, ini sangat penting untuk mengurangi sampah bumi. Sekelompok
peneliti dari Universitas Alicante Spanyol, mengadakan penelitian yang
membuktikan larva lalat dapat mengurai tinja atau kotoran dari hewan dan
Serangga Dalam Al-Qur’an | 24
Manusia. Artinya larva dari lalat ini dapat dimanfaatkan mengurangi jumlah
limbah biologis dimuka bumi. Lalat juga dapat mengurai jasad yang telah mati
sehingga mudah menyatu dengan tanah.
Lalat juga dapat digunakan sebagai hewan penyerbuk pada bunga
Raflessia arnoldi. Bau busuk dari Rafflesia arnoldi akan menarik berbagai
jenis serangga terutama lalat. Lalat ini akan hinggap dari satu bunga ke bunga
yang lain. Lalat penyerbuk pada tumbuhan ini adalah Lucilia sp (lalat hijau)
dan Sarchopaga (lalat abu-abu). Jika bunga betina dapat diserbuki maka akan
dihasilkan buah yang berisi lebih dari 100 biji. Bunga jantan dan bunga betina
akan sulit dibedakan apabila kita lihat dari luar karena kedua-duanya berwarna
merah kecoklat-coklatan dengan bintik-bintik putih.
b. Ayat dalam Al-Qur’an

Artinya: “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah


olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah
sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka
bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka,
tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang
menyembah dan amat lemah ( pulalah ) yang disembah”.(Q.S. Al-Hajj Ayat
73).
c. Analisis Ayat
Dalam ayat ini terdapat seruan agar bertauhid kepada Allah subhanahu
wata’aala dan kecaman terhadap kesyirikan dan orang-orang Musyrik.
Sebagaimana dinyatakan Ibn Katsir rahimahullah dalam ayat ini Allah
subhanahu wata’aala mengingatkan betapa hina-dinanya berhala-berhala itu
dan betapa piciknya akal para penyembahnya. Apa yang disembah orang-
orang jahil dan musyrik itu diberi perumpamaan dengan sesuatu yang hina,
yaitu seekor lalat. Bahwa sekalipun semua sesembahan mereka yang berupa
berhala-berhala dan patung-patung itu berkumpul untuk menciptakan seekor

Serangga Dalam Al-Qur’an | 25


lalat saja, benda-benda mati itu tidak akan pernah mampu melakukannya.
Padahal apalah arti seekor lalat; makhluk yang sangat hina dan jorok. Bahkan,
jangankan menciptakan, bila ada seekor lalat merampas sesuatu dari tubuhnya,
berhala-berhala itu tak mampu untuk melindungi diri sendiri. Jadi alangkah
lemah dan hinanya berhala-berhala itu, bilamana seekor lalat yang dikenal
lemah dan jorok justeru lebih kuat darinya. Karena itu, keduanya sama-sama
lemah, baik lalat maupun berhala-berhala itu.
Syaikh Abu Bakar al-Jaza`iri mengatakan, “Dibuatnya permisalan
dengan seekor lalat itu merupakan sesuatu yang baik dalam bahasa Arab,
karena dapat lebih mendekatkan kepada pemahaman.”. Allah subhanahu
wata’aala menyebutkan sesuatu di dalam al-Qur`an bukan asal sebut. Pasti ada
nilai lebih dari apa yang disebutkan itu. Contohnya, Allah subhanahu
wata’aala banyak bersumpah dengan makhluk ciptaan-Nya seperti matahari,
waktu Dhuha, dan seterusnya. Itu semua karena apa yang dijadikan objek
sumpah itu memiliki nilai lebih di sisi Allah subhanahu wata’aala. Dan
terbukti secara ilmiah kemanfaatannya bagi alam semesta ini, tak terkecuali
penyebutan seekor lalat.
Dalam hadis dimana Nabi menyuruh para sahabat menenggelamkan
lalat apabila jatuh ke dalam air minum, dan kemudian membuang lalat
tersebut. “Jika ada seekor lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka
tenggelamkan, kemudian angkatlah (lalat itu dari minuman tersebut), karena
pada satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat.”
(HR. Al Bukhari).
Menurut Dr. Zaghloul El-Nagger, seorang professor Muslim di bidang
sains, hadis ini berarti bahwa lalat itu membawa penyakit di salah satu
sayapnya, dan obat dari penyakit tersebut di sayap yang lain. Ketika seekor
lalat jatuh ke dalam wadah (makanan atau minuman), lalat tersebut membawa
mikroba di salah satu sayapnya, sebagai pertahanan diri. Imam Ibnu Hajar
mengatakan dalam komentarnya tentang hadis ini bahwa salah satu ulama
mengamati bahwa lalat melindungi dirinya dengan sayap kiri, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa lalat membawa obat atau penangkal di sayap kanan.
Jadi jika lalat direndam di wadah tempat ia jatuh, obat penawar itu akan
menghancurkan racun atau mikroba dengan kehendak Allah.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 26


Beberapa orang tidak senang dengan ide membenamkan lalat dalam
makanan atau minuman. Namun, ini bisa diterapkan dalam kasus-kasus
darurat. Ketika, misalnya, seseorang berada di padang pasir, hanya memiliki
sedikit air atau minuman. Dalam kasus ini orang itu tidak punya pilihan selain
untuk melakukan seperti yang direkomendasikan oleh Nabi. Jika tidak, maka
ia akan mati kehausan atau infeksi. Jika seseorang merasa jijik, maka ia tidak
harus melakukannya, tapi ia tidak memiliki hak untuk menolak keaslian hadits
ini. Hadits ini sangat otentik, seperti yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari.
AllahYang Maha Kuasa, memberikan lalat kemampuan untuk membawa
kuman pada salah satu sayapnya dan obat penawar pada sayap yang lain. Jika
tidak,spesies lalat akan binasa sekarang, semua terkena kuman ini. Namun,
lalat-lalat itu masih ada di lebih dari 87.000 spesies.Lalat membawa virus dari
banyak penyakit, yang kemudian mencemari makanan, minuman dan tubuh.
Penyakit yang diakibatkan oleh virus seperti flu, campak, gondok, cacar, kutil,
demam kuning, penyakit hati menular, beberapa kasus kelumpuhan, beberapa
jenis kanker, dan beberapa penyakit kronis dari sistem saraf pusat termasuk
juga multiple sclerosis. Virus juga menyebabkan banyak penyakit pada ternak,
seperti pada domba, burung, serta bebek yang dapat masuk ke tubuh manusia
melalui hewan yang terinfeksi itu. Beberapa tanaman seperti kentang, tomat,
pisang dan tebu juga bisa hancur oleh infeksi virus. “The Virulent
Bacteriophage” membunuh sel bakteri yang menyerang dalam waktu yang
sangat singkat. Sementara “Temperate Bacteriophage” menjaga sel bakteri
untuk tetap hidup. Hal itu semacam kekebalan terhadap virus yang sama dan
atau menghasilkan virus yang sama. Hal ini menjelaskan mengapa lalat
membawa patogen pada salah satu sayapnya dan obat penawar pada sayap
yang lain.
Sekelompok peneliti Muslim di Mesir dan Arab Saudi melakukan
beberapa percobaan pada wadah berbeda yang berisi air, madu dan jus.
Mereka membiarkan jenis cairan tersebut dihinggapi lalat. Kemudian mereka
tenggelamkan lalat di beberapa wadah ini. Pemeriksaan mikroskopis
menunjukkan bahwa cairan yang tidak ada lalat ditengelamkan mengandung
banyak bakteri dan virus, sementara wadah yang lain di mana lalat benar-
benar ditenggelamkan tidak terdapat bakteri dan virus. Penemuan bahwa ada
penangkal untuk patogen, dan bahwa ada berbagai jenis bakteri dan
Serangga Dalam Al-Qur’an | 27
“Bakteriofag”, baru diketahui pada dekade terakhir abad ke-20. Sedangkan
Nabi menyinggung soal ini 1400 tahun yang lalu, ketika manusia hampir tidak
tahu tentang fakta-fakta ilmu pengetahuan modern. Namun, jenis informasi
yang akurat seperti ini, bahwa salah satu sayap lalat membawa penangkal
patogen yang dibawa oleh sayap yang lain, hanya bisa berasal dari Wahyu
Ilahi yang diajarkan kepada Nabi oleh Allah SWT.
6. Nyamuk
a. Pengertian Nyamuk
Nyamuk dikenal sebagai pengisap dan pemakan darah. Hal ini ternyata
tidak terlalu tepat, karena nyamuk yang mengisap darah hanya nyamuk betina.
Selain itu, nyamuk betina tidak membutuhkan darah untuk makan. Baik
nyamuk jantan maupun betina hidup dari nektar bunga. Nyamuk betina
mengisap darah hanya karena ia membutuhkan protein dalam darah untuk
membantu telurnya berkembang. Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap
darah hanya untuk memelihara kelangsungan spesiesnya.
Seekor nyamuk jantan yang telah cukup dewasa untuk kawin akan
menggunakan antenanya (organ pendengar) untuk menemukan nyamuk betina.
Fungsi antena nyamuk jantan berbeda dengan antena nyamuk betina. Bulu
tipis di ujung antenanya sangat peka terhadap suara yang dipancarkan nyamuk
betina. Tepat di sebelah organ seksual nyamuk jantan, terdapat anggota tubuh
yang membantunya mencengkeram nyamuk betina ketika mereka melakukan
perkawinan di udara. Nyamuk jantan terbang berkelompok, sehingga terlihat
seperti awan. Ketika seekor betina memasuki kelompok tersebut, nyamuk
jantan yang berhasil mencengkeram nyamuk betina akan melakukan
perkawinan dengannya selama penerbangan. Perkawinan tidak berlangsung
lama dan nyamuk jantan akan kembali ke kelompoknya setelah perkawinan.
Sejak saat itu, nyamuk betina memerlukan darah untuk perkembangan
telurnya.
b. Ayat dalam Al-Qur’an

Serangga Dalam Al-Qur’an | 28


Artinya: “Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa
nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman,
mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi
mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk
perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan
Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya
petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang
fasik.” (Al Bagarah, ayat 26).
c. Analisis Ayat
Nyamuk dalam ayat tersebut, Allah menggunakan kata “Ba’uudlah”
(ً‫ )بَعُوضَة‬yang berarti “nyamuk betina”, (hanya sekali disebutkan dalam Al-
Qur’an). Ternyata kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah agar
mendapatkan protein yang diperlukan untuk perkembanan dan pembentukan
telur nyamuk. Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah untuk
mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya. Hanya nyamuk betina yang
mengisap darah, bukan yang jantan. Keduanya (jantan dan betina) sebenarnya
hidup dengan memakan “nectar”, yaitu cairan manis yang diperoleh dari
bunga tanaman (sari madu bunga).
Dari sekian banyak makhluk Allah, fakta empirik menunjukkan, nyamuk
merupakan serangga yang paling banyak membunuh manusia, meskipun
ukurannya tergolong sangat kecil. Menurut suatu riwayat, raja superdiktator,
Namrud juga mati karena telinganya dipenuhi dan digigit nyamuk. Hampir
setiap hari ada saja manusia meninggal akibat terkena penyakit DBD. Fakta
tersebut setidaknya menjadi pelajaran yang sangat bernilai tinggi bagi
manusia. Siapa pun yang ingin terbebas dari bahaya nyamuk tentu harus
menjaga kebersihan lingkungan.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 29


Hikmah di balik penciptaan nyamuk itu sungguh luar biasa. Tidak hanya
mendorong kita selalu menjaga kebersihan lingkungan, melainkan juga
menginspirasi kita untuk mengembangkan riset ilmiah untuk memajukan ilmu
pengetahuan. Nyamuk juga mengilhami aneka ragam produk obat anti
nyamuk. Hal ini tentu menguntungkan bagi para produsen, pekerja, pegawai,
dan sebagainya.
7. Rayap
a. Pengertian Rayap
Rayap merupakan bagian serangga yang penting dalam daur ulang
nutrisi tanaman melalui proses disintegrasi (pemecahan) dan dekomposisi
material organik. Rayap seringkali juga merusak kayu bagian dari konstruksi
bangunan dan material berselulosa lainnya di dalam bangunan gedung. Rayap
termasuk ke dalam ordo Isoptera dari famili Termitidae. Organisme ini
memiliki tubuh yang lunak dan berwarna terang. Kebanyakan dijumpai pada
banyak tempat seperti di hutan, pekarangan, kebun dan bahkan di dalam
rumah. Makanan utamanya adalah kayu dan bahan-bahan dari selulosa lain
serta jamur. Serangga ini sangat bermanfaat untuk membantu menguraikan
sisa-sisa kayu, serasah dan sejenisnya menjadi unsur-unsur hara untuk
mendukung kehidupan selanjutnya. Akan tetapi permasalahan muncul bila
serangga ini mulai menyerang berbagai material kebutuhan manusia seperti
peralatan rumah tangga yang tebuat dari kayu.
Rayap merupakan serangga pemakan kayu (xylophagus) atau bahan-
bahan yang terdiri dari selulosa; di negara-negara sub tropis jenis kayu seperti
pinus, maple dan sugi merupakan kesukaannya. Kayu yang lapuk sangat
mudah dimakan rayap namun kayu sehat pun sangat disukai. Rayap banyak
memakan kayu yang sedang dalam proses pelapukan akibat meningkatnya
kelembaban. Oleh karena itu, kerusakan kayu oleh rayap erat hubungannya
dengan pelapukan kayu oleh jamur. Taman jamur (fungus garden) diperlukan
sebagai sumber protein dan vitamin bagi rayap tanah M. gilvus. Hal ini
merupakan simbiosis mutualisme antara rayap dan jamur
Penelitian mengenai rayap di Sumatera telah banyak dilakukan,
diantaranya melaporkan ada sekitar 30 jenis rayap di Taman Nasional Kerinci
Seblat, Sumatera; Handru, Herwina dan Dahelmi (2012) melaporkan lima
jenis rayap yaitu: Hospitalitermes hospitalis, Longipeditermes mandibulatus,
Serangga Dalam Al-Qur’an | 30
Nasutitermes havilandi, Termes rostratus dan Pericapritermes sp. di Kawasan
Hutan Bukit Tengah Pulau dan Areal Perkebunan Kelapa Sawit, Solok Selatan
melaporkan tiga jenis rayap yang menyerang rumah adat minangkabau, yaitu
Macrotermes gilvus, Macrotermes sp. dan Nasutitermes matangensis.
Menurut (Santosa, et al. 2015) rayap tanah merupakan serangga social
yang hidup subur diberbagai belahan dunia terutama di daerah tropika dan
subtropika. Rayap tanah penting dalam kehidupan manusia sebagai perombak
bahan-bahan sisa seperti potongan kayu dan sisa kertas tetapi juga sering kali
menimbulkan serangan pada tanaman pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
b. Ayat dalam Al-Qur’an

Artinya: “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada
yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang
memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa
kalau Sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan
tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Q.S.As-Saba Ayat 14).

c. Analisis Ayat
Nabi Sulaiman as memiliki kekuasaan yang hebat sebagai penerus
kerajaan Daud as ini dianugerahi Allah swt banyak keistimewaan yang
mengukuhkannya sebagai penguasa tanpa tanding. Nyaris semua sarana
kekuatan dimiliki dan dikendalikannya. Sulaiman as berhasil menguasai
teknologi pengelolaan logam (al-qithr) dan dapat mengendalikan angin
sebagai sarana transportasi.
“Dan Kami [tundukkan] angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di
waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore
sama dengan perjalanan sebulan pula, dan Kami alirkan cairan tembaga
baginya”. (QS. Saba’: 12). Sulaiman as juga mengusai bahasa binatang dan
mampu berkomunikasi dengan mereka. Mulai burung yang relatif besar
hingga semut yang hampir tak terlihat oleh mata telanjang. Bala tentara

Serangga Dalam Al-Qur’an | 31


Sulaiman as memiliki kekuatan yang sulit diukur. Pasukannya tidak hanya
terdiri dari manusia, tapi jin dan burung pun ikut tergabung di dalamnya. “Dan
dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu
mereka itu diatur dengan tertib”. (QS An-Naml: 17).
Dalam kitab Qashash al-Anbiya’, Ibnu Katsir memberi penjelasan
ilustratif tentang ayat ini, “Allah swt menyampaikan, bahwa suatu ketika
Sulaiman bergerak memimpin seluruh pasukannya yang terdiri dari jin,
manusia dan burung. Tentara jin dan manusia berjalan mengiringinya,
sedangkan burung mengikuti mereka dari atas sambil membentangkan sayap
guna melindungi mereka dari sengatan matahari atau curahan hujan. Setiap
kelompok dibagi menjadi kelompok-kelompok lebih kecil dan masing-masing
punya pemimpin yang selalu mengontrol mereka agar tetap berada dalam
barisan”.
Pengendalian Sulaiman as terhadap bangsa jin menjadi catatan
tersendiri. Di masa itu, jin tidak hanya sebagai tentara yang patuh, melainkan
juga bekerja dalam sekian banyak sektor kerajaan. Ada yang menyelam
(ghawwash) untuk mengumpulkan perhiasan, bahkan ada pula yang menjadi
kuli bangunan (banna’). Dengan kekuasaan yang begitu luar biasa, Sulaiman
as tampil sebagai sosok penguasa yang sangat berwibawa sekaligus ditakuti.
Jangankan manusia biasa, jin pun terpaksa harus bertekuk lutut di bawah
titahnya. Namun, ada satu kejadian unik terkait kebesaran Sulaiman as ini.
Ketika wafat, jasadnya tetap berdiri tegak dengan bertumpu pada sebatang
tongkat tanpa seorang pun mengetahuinya.
Meskipun sudah tidak bernyawa, tapi jasad itu tetap ditakuti. Jin yang
sedang mengerjakan bangunan terus bekerja siang dan malam karena jerih
terhadap hukuman Sang Penguasa Besar tersebut. Mereka baru tahu jika sosok
yang selama ini ditakutinya tidak lagi berdaya, setelah rayap-rayap
menggerogoti tongkat yang menyangga tubuhnya. Tongkat itu akhirnya rapuh
dan jasad Sulaiman pun jatuh. Saat itulah semua orang, termasuk jin, baru tahu
kondisi Sulaiman yang sebenarnya.
Itulah logika kekuatan rayap tongkat Sulaiman as. Meskipun jelas jauh
lebih lemah dari jin, tapi dia sangat mengenali posisinya. Meskipun
gerakannya lamban, tapi yang digerogotinya adalah tongkat yang menyangga
jasad Sulaiman as. Dalam konteks kekinian, umat semestinya mulai sadar
Serangga Dalam Al-Qur’an | 32
bahwa sebenarnya musuh sangat ketakutan dan rapuh, sehingga tidak perlu
menunggu ‘kekuatan mukjizat’ untuk meruntuhkannya, tapi cukup dengan
‘kekuatan rayap’ yang sudah mulai mencuat ke permukaan.
8. Belalang
a. Pengertian Belalang
Belalang merupakan makhluk ciptaan Allah yang tidak dipedulikan oleh
manusia tetapi memiliki makna filosofi yang luar biasa. Ketika belalang telah
siap keluar untuk beraktivitas, mereka tetap menanti sinyal panggilan untuk
berkumpul. Belalang sangat bergantung satu dengan yang lain, karena pada
kenyataannya mereka memiliki sifat kanibalisme. Ketika mereka berbaris
melintasi gurun tandus, belalang dengan hati-hati melacak satu sama lain
sehingga mereka tetap berada dalam jarak mencolok untuk mengkonsumsi
satu sama lain. Dimana hal tersebut merupakan strategi yang sangat efisien
untuk bertahan hidup. Informasi yang sangat jelas dari Allah SWT yang
menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dengan memperlihatkan gambaran
kebangkitan manusia dari kubur seakan-akan belalang yang berterbangan,
dalam Surah Al- Qamar ayat 7.
b. Ayat dalam Al-Qur’an

Artinya: “Pandangan mereka tertunduk, ketika mereka keluar dari kuburan,


seakan-akan mereka belalang yang beterbangan," (Al-Qamar (54): Ayat 7).
c. Analisis Ayat
Dikutip dari buku 'Tafsir Ilmi' tentang hewan dalam perspektif alquran
dan sains (2012), ayat tersebut menggambarkan kondisi pada hari kebangkitan
yang dikiaskan dengan keluarnya kelompok belalang dari tanah. Seperti
diketahui, belalang menanamkan telurnya di tanah berpasir. Belalang betina
akan menggali lubang sedalam 10 hingga 15 cm, dan tiap ekor dapat
menghasilkan telur 90 hingga 160 butir. Belalang betina dapat menghasilkan
telur tiga kali selama hidupnya. Dalam kurun 10 hingga 45 hari, tergantung
pada suhu tanah, telur belalang akan menetas dan menjadi anak belalang.
Mereka keluar secara bersama-sama dan jumlahnya bisa mencapai 40 hingga
80 juta ekor per kilometer persegi. Kehidupan belalang itu dijadikan sebagai
gambaran kondisi makhluk pada hari kebangkitan setelah sekian lama berada
Serangga Dalam Al-Qur’an | 33
di bawah tanah dalam bentuk tulang-belulang. Mereka dibangkitkan secara
bersama-sama dan dimunculkan ke permukaan tanah.
9. Kutu
a. Pengertian Kutu
Sejak zaman dahulu kutu sudah menghiasi kehidupan manusia didunia
ini, kutu terkenal karena sering membuat jengkel, karena gigitannya yang
kadang membuat gatal dan infeksi, namun sebenarnya kutu tidaklah selalu
membut kerugian bagi Manusia. kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan
memiliki ukuran yang kecil, dalam bahasa inggris disebut Flea (kutu yang
meloncat) dan Louse (kutu yang lebih suka merayap.
Meski bentuk tubuhnya kecil , kutu ternyata memiliki keistimewaan
yang luar biasa. Kutu mampu melompat melebihi 100 kali tinggi badannya,
sebanding dengan manusia yang dapat melompat setinggi 660 kaki (200 m).
Kemampuan luar biasa ini disebabkan adanya suatu sistem pegas yang
terdapat pada kakinya. Stamina kutu juga luar biasa. Serangga ini mampu
melompat dengan ketinggian 100 kali tinggi tubuhnya tiada henti selama
hampir tiga kali 24 jam. Jika dibuat rekor lompatan terbanyak dan tertinggi,
maka kutu akan menjadi pemecah rekor di muka bumi.
b. Ayat dalam Al-Qur’an

Artinya: “Maka kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak
dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas,
tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang
berdosa," (al-araf (7): 133).
c. Analisis Ayat
Ayat di atas menceritakan kisah Nabi Musa saat berada di Mesir untuk
membebaskan kaumnya, Bani Israil, dari siksaan Firaun. Sebagai bukti
kebenarannya, Allah mengirimkan kepada mereka topan, katak, kutu, dan
belalang dalam jumlah banyak. Atas mukjizat tersebut, ladang pertanian dan
kehidupan masyarakat Mesir pun terganggu. Allah juga mengubah air di sana,
termasuk air minum, menjadi darah.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 34


E. Peranan Serangga dalam Kehidupan
Serangga merupakan kelompok hewan yang paling dominan di muka bumi, yaitu
dengan jumlah spesies hampir 80 % dari jumlah total hewan di bumi. Total dari
751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia
(Kalshoven, 1981) dan sebanyak 1.413.000 spesies telah dikenal serta hampir setiap
tahunnya terjadi penambahan spesies baru yang ditemukan (Borror,1998). Alasan ini
yang menyebabkan serangga berhasil dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
pada habitat yang bervariasi, kapasitas dalam bereproduksi yang tinggi, serta
kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda dan dalam menghindari predator
(Borror, 1998).
Berdasarkan kondisi tersebut, keberadaan serangga sebagai bagian ekosistem, dan
perannya dalam kehidupan manusia sangat besar. Pemanfaatan yang bijak dapat
memberikan manfaat dalam kehidupan manusia, baik yang dibuat ataupun yang
alami, seperti pemanfaatan serangga di bidang kedokteran, pertanian, pangan dan lain
sebagainya. Begitupun sebaliknya, populasi serangga yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan wabah penyakit, bersifat sebagai hama, dan bahkan merugikan
pertanian. Praktek pemanfaatan serangga dalam kehidupan manusia semakin komplek
dari masa ke masa, mulai dari pemanfaatan sebagai pollinator pertanian sampai
penelitian tingkat molekuler di bidang ke.dokteran. berikut beberapa contoh
pemanfaatannya :
1. Serangga yang Menguntungkan
a. Sebagai Bahan Konsumsi
Indonesia maupun di negara lain, telah menggunakan serangga sebagai
bahan konsumsi karena serangga memiliki protein yang tinggi, energi, dan
sejumlah vitamin dan mineral. Di Thailand, masyarakat disana biasanya
memakan serangga dalam bentuk telur, larva, atau dewasa baik dimakan
mentah maupun olahan yang dapat meningkatkan aroma dan cita rasa dari
serangga. Di Indonesia, hanya beberapa masyarakat yang mengkonsumsinya.
Serangga yang biasanya dikonsumsi seperti laron, capung, belalang, jangkrik,
rayap dan ulat sagu.
b. Sebagai Bagian Penting dalam Ekosistem
Serangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi
ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran
suatu serangga, maka kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak

Serangga Dalam Al-Qur’an | 35


akan mencapai suatu keseimbangan. Peran serangga dalam ekosistem
diantaranya adalah sebagai pollinator, dekomposer, predator, parasitoid dan
sebagai bioindikator bagi suatu ekosistem. Dalam proses pollinator, serangga
secara tidak langsung berperan dalam proses polinasi, karena serangga hanya
bertujuan untuk mendapatkan nektar yang merupakan sumber makanannya.
Terjadinya polinasi, karena secara tidak sengaja serbuk sari menempel dan
terbawa pada tubuh serangga. Contoh serangga yang menjadi pollinator adalah
kupu-kupu, kumbang dan lebah (Satta et al, 1998).
Peran sebagai dekomposer, merupakan hal terpenting dalam
dekomposisi tanah.. Apabila tidak ada serangga yang berperan di dalamnya
maka akan berdampak negatif seperti, terjadinya wabah penyakit yang
disebabkan kotoran hewan tersebut didapati telur-telur vektor penyakit,
terjadinya pelambatan pertumbuhan bahkan kematian pada tanaman, Contoh
serangga yang dapat melakukan ini kumbang tahi (Shahabuddin et al, 2005).
Kumbang ini memiliki perilaku makan dan reproduksi yang dilakukan di
sekitar feses, dengan demikian kumbang tahi sangat membantu dalam
menyebarkan dan menguraikan feses sehingga tidak menumpuk di suatu
tempat.
Aktifitas ini secara umum berpengaruh terhadap struktur tanah dan
siklus hara sehingga juga berpengaruh terhadap tumbuhan disekitarnya.
Dengan membenamkan feses, kumbang dapat memperbaiki kesuburan dan
aerasi tanah, serta meningkatkan laju siklus nutrisi. Dekomposisi tinja pada
permukaan tanah, oleh kumbang tinja menyebabkan penurunan pH tanah
setelah 9 minggu dan meningkatkan kadar nitrogen, yodium, fosfor,
magnesium, dan kalsium sampai 42-56 hari setelah peletakan tinja (Gallante,
E. dan Garcia, 2001).
Dalam kehidupan di suatu ekosistem, serangga juga berperan sebagai
agen pengendali hayati, yang berkaitan dalam predasi. Serangga berperan
sebagai predator bagi mangsanya baik nematoda, protozoa, bahkan sesama
serangga lain. Menurut Santoso (2007) ada sejenis lalat Diatracophaga
striatalis (lalat jatiroto), dimana larvanya dapat menyerang hama penggerek
yang berada di lubang tebu dan menghisap seluruh cairan haemolimpnya
sampai mati.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 36


Serangga parasitod merupakan serangga yang berperan sebagai parasit
serangga lain yang dapat merugikan ternak dan manusia. Misalnya Spalangia
endius dan S. nigroaenea merupakan parasitoid yang menyerang pupa lalat
rumah dan lalat kandang untuk kehidupan larva dan pupanya, sedangkan
dewasanya hidup bebas (Koesharto, 1995). Secara umum parasitoid
makanannya berupa nektar dan haemolim inang. Haemolim inang digunakan
dalam pembentukan dan pematangan telur sedangkan nektar dipelukan sejak
awal sebagai sumber energy (Stireman et al, 2006).
Serangga termasuk hewan yang sangat responsif terhadap perubahan
pada suatu ekosistem. Maka dari itu serangga digunakan sebagai bioindikator
suatu ekosistem. Misalnya serangga akuatik selama ini paling banyak
digunakan untuk mengetahui kondisi pencemaran air pada suatu daerah,
diantaranya adalah beberapa spesies serangga dari ordo Ephemeroptera,
Diptera, Trichoptera dan Plecoptera yang kelimpahannya mengindikasikan
bahwa lingkungan tersebut telah tercemar, karena serangga ini tidak dapat
hidup pada habitat yang sudah tercemar (Shahabuddin, 2003). Larva Odonta
juga berpotensi sebagai bioindikator pencemaran air, karena larva ini sangat
sensitif terhadap perubahan kualitas air. Bila kualitas air sungai sebagai
habitatnya tercemar, maka larva odonata akan mati (Wardhani, 2007).
c. Sebagai Bahan Obat
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa serangga berkhasiat sebagai obat.
Misalnya undur-undur yang dapat mengobati diabetes. Binatang ini
mengandung zat sulfonylurea. Kerja sulfonylurea pada undur-undur adalah
melancarkan kerja pankreas dalam memproduksi insulin (Pandji, 2009).
d. Serangga Sebagai Forensik
Entomologi forensik adalah pemanfaatan serangga untuk meng-
investigasi sebuah kejahatan. Dalam hal ini, teknik yang digunakan adalah
mengidentifikasi jenis-jenis serangga pemakan bangkai (nekrofagus) yang
muncul pada korban kejahatan. Kemampuan serangga sebagai perombak
bahan organik, termasuk mayat manusia, dimanfaatkan di dalam bidang
kedokteran forensik untuk mengetahui waktu kematian mayat (Goff, 2003).
Pada perkembangannya, kelompok-kelompok serangga nekrofagus yang
banyak digunakan untuk mengidentifikasi umur mayat berasal dari ordo
Diptera, Coleoptera, Hymenoptera (terutama semut), dan beberapa
Serangga Dalam Al-Qur’an | 37
Lepidoptera (Jiron & Cartin, 1981). Serangga-serangga tersebut diklaim dapat
menentukan waktu kematian mayat dengan sangat pas, bahkan melebihi teknik
lain.
2. Serangga yang Merugikan
a. Sebagai Hama Pertanian
Serangga juga dapat sebagai perusak tanaman seperti wereng cokelat
yang dapat merusak tanaman padi. Serangga tersebut juga memiliki kekebalan
terhadap pestisida karena memiliki kemampuan berubah pada genetiknya.
Serangga hama ada yang menimbulkan kerusakan secara langsung atau
memakan langsung tanaman, ada juga yang sifatnya sebagai vektor virus.
b. Sebagai Penyebar Penyakit
Para peneliti di Amerika Serikat telah mengidentifikasi kecoa sebagai
salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus asma di kalangan anak-anak.
Di sejumlah kawasan permukiman di New York City, di mana kasus asma
banyak ditemukan, anak-anak sering terpapar alergen dari kecoa sehinga
mereka menjadi sangat rentan terhadap serangga tersebut.
Para ahli dari Columbia University menemukan, anak-anak yang tinggal
di kawasan permukiman dengan prevalensi asma yang tinggi memiliki
kemungkinan dua kali lebih tinggi memiliki antibodi terhadap protein kecoa di
dalam darah mereka, Suatu pertanda bahwa mereka telah terpapar serangga
tersebut dan diduga alergi terhadap hewan itu.
Lalat rumah dianggap mengganggu karena kesukaannya hinggap di
tempat-tempat yang lembab dan kotor. Selain hinggap, lalat juga menghisap
bahan-bahan kotor dan memuntahkan kembali dari mulutnya ketika hinggap di
tempat berbeda. Pakan yang dihinggapi lalat akan tercemar oleh
mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telur atau larva cacing atau bahkan
virus yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat-lalat tersebut. Oleh karena
itu lalat dianggap sebagai penyebar berbagai penyakit kepada manusia
maupun hewan.
c. Sebagai Perusak Bangunan
Serangga jenis rayap selama ini dikenal sebagai perusak bangunan
maupun bagian bangunan atau peralatan yang berbahan dasar kayu. Hal itu
erat terkait dengan kemampuan makannya yang sangat cepat. Rayap
menyerang bangunan disebabkan adanya sumber makanan, baik yang

Serangga Dalam Al-Qur’an | 38


terdekomposit pada kayu-kayu struktur dan non struktural maupun bahan
berselulosa lainnya. Disamping itu, kondisi dan konstruksi bangunan juga
merupakan faktor pendorong tingginya ancaman serangan rayap.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 39


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari paparan materi diatas yaitu, sebagai berikut:
1. Serangga merupakan hewan yang menarik bagi para ilmuwan, karena begitu
menariknya para ilmuwan membuat cabang ilmu tersendiri yang mengkaji tentang
serangga, yakni Entomologi.
2. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan untuk semua manusia, tidak
memandang ras, bangsa ataupun dari zaman mana manusia itu berasal. Dalam Al-
Qur’an terdapat fakta-fakta ilmiah yang dapat digali dan dibuktikan kebenarannya.
3. Jumlah ayat yang membahas tentang serangga ada sebelas ayat, yaitu dua ayat
tentang lebah, dua ayat tentang semut, dua ayat tentang belalang, satu ayat tentang
kutu, satu ayat tentang laron, satu ayat tentang laba-laba, satu ayat tentang rayap,
satu ayat tentang lalat dan satu ayat tentang nyamuk.
4. Ayat Al-Qur’an mengenai serangga ada yang ditafsirkan bahwa serangga tersebut
hanya sebagai perumpamaan dan ada pula yang tidak dijadikan sebagai
perumpamaan.
5. Allah SWT dalam menciptakan segala sesuatu pasti memiliki manfaat ataupun
hikmah dari penciptaan-Nya, begitu pula dalam menciptakan serangga pasti
terdapat berjuta manfaat yang saja kita belum mengetahuinya.
6. Serangga mempunyai peranan yang sangat besar di dalam kehidupan, ada yang
menguntungkan dan ada pula yang merugikan.
7. Serangga yang menguntungkan dapat dijadikan sebagai bahan konsumsi, sebagai
obat, sebagai bagian penting dari ekosistem serta sebagai forensik. Sedangkan
serangga yang merugikan yaitu sebagai hama pertanian, sebagai penyebar
penyakit dan sebagai perusak bangunan.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 40


DAFTAR PUSTAKA
Abuddin, N. 1993. Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Raja Gra findo Persada.
Al-Quran Al-Karim.
Bokhari, R dan Seddon, M. 2010.Ensiklopedia Islam. Jakarta: Erlangga.
Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan N. F. Johnson.1998. Pengenalan Jenis Serangga.
Edisi keenam. Yogyakarta : Gajah mada university Press.

Carol, S. 2003. Let's Color Some Insects!. Meksiko: New Mexico State University.
Cleveland P. H. (dkk). 2015. Animal Diversity Seventh Edition. New York: Mc Gra w
Hill.
Depag. 2012. Rabbani: al-Qur’an Per Kata Tajwid Warna. Jakarta: Surprise.
Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta:
Balai Pustaka.
Douglas W. Tallamy. 1999. Child Care Among the Insect: Why do some insect parents
risk their lives to care for their young?. Amerika: Scientific American Inc.
Encyclopedia. 2008. Encyclopedia Fauna. Jakarta: Erlangga.

Ensiklopedi. 2010. Ensiklopedi Dunia Hewan: Invertebrata. Jakarta: Lentera Hati.


Galante, E. and Gracia, A.M., 2001. Decomposer Insect. South African Journal of
Sciences 75:257-260
Gerald Legg. 2007. Hewan-He wan Mungil,Terj. Dama ring Tyas dkk. Jakarta:
Erlangga.
Goff, L. 2003. Forensic Entomology. Dalam: V.H. Resh & R.T. Carde
(editor),Encyclopedia of Insects, Academic Press, Amsterdam, halaman 919 –
926.
Hadi, dkk. 2001. Biologi Isecta Entomologi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hakim Muda Harahap. 2007. Rahasia Al-Qur’an: Menguak Alam Semesta, Manusia,
Malaikat dan Keruntuhan Alam. Yogyakarta: Darul Hikmah.
Hasanuddin Ahmed. 1989. An Easy Way to the Understanding of the Qur’an, Part II.
Ne w Delhi: Kitab Bhavan.
Hitami, M. 2012. Pengantar Studi Al-Qur’an: Teori dan Pendekatan. Yogyakarta: Lkis
Jalaluddin As-Suyuthi. 2008. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, Terj. Abdul Hayyie.
Jakarta: Gema Insani
Jiron, L.F., & V.M. Cartin. 1981. Insect succession in the decomposition of a mammal
in Costa Rica. Journal of the New York Entomological Society 89: 158-165.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 41


Joel L. Kraemer. 1986.Humanism in the Renaissance of Islam: the Cultural Revival
During the Buyid Age. Leiden: E.J Brill.
Kaseruan As. R.2014. Fabel Al-Qur’an: 16 Kisah Binatang Istimewa yang Diabadikan
dalam Al-Qur’an. Tangerang: Lentera hati.
Kausar Niazi. 1992. Toward Understanding the Qur’an. Lahore: Sh. Muhammad
Ashraf
Koesharto, F.X., 1995. Mass Rearing of Arthropod Parasitoid
(Hymenoptera:Pteromaldae) of Poultry and Cattle Farm’s Filth Flies. Dec.1995
hlm.65-67 ISSN 0854-8587 vol.2, No.2.
Liferdi, L. 2008. Lebah Polinator Utama untuk Tanaman Hortikultura. Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika. Iptek Hortkultura
Mustafa Ganim. 1995. Haya wanat Madahasah. Beirut: Da r Ibn Hazm.
Nadiyah Thayyarah, 2014. Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an: Mengerti Mukjizat
Ilmiah Firman Allah,terj. Zaenal Arifin dkk. Jakarta: Zaman Press
Santoso, M. B. 2007. Predator Musuh Alami yang Berguna. Jakarta: Erlangga.
Santosa, et al. 2015. Jenis-Jenis Rayap (Insekta: Isoptera) Yang Terdapat Di
Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau, Riau:
Universitas Pasir Pengaraian.
Satta, A, et al. 1998. Insect Pollination of Sulla(H edysarum coronarium L.) and Its
Effect on Seed Production in a Mediterranean Environment. CIHEAM – Options
Mediterraneennes pgs 373-377.
Smith & smith. 2001. Ecology & Field Biology. USA: Longman.
Suheriyanto, D. 2008. Ekologi Serangga. Jakarta: Erlangga.
Ranuwijaya, U. dkk,. 2007. Pustaka Pengetahuan Al-Qur’an: Ilmu Pengetahuan, Jilid
6. Jakarta: Rehal Publika.
Rossidy, I. 2008. Fenomena Flora dan Fauna dalam Perspektif Al -Qur’an. Malang:
UIN-Malang.
Hadis riwayat Ahmad bin Hambal No. 6577 dalam Software Portable Lidwa Pusaka I -
Software Hadits 9 Imam, dalam www.lidwapusaka.com
Hadis riwayat Bukhori No. 2796 dan 3072, Muslim No. 4157, 4158 dan 4159, Abu
Daud No. 451 dan 452, Nasai No. 4283 dan 4284, Ibnu Majah No. 3216, Ahmad
bin Hambal No. 3575, 7782, 8861 dan 9425 dalam Softwa re Portable Lidwa
Pusaka I-Softwa re Hadits 9 Imam, dalam www.lidwapusaka.com.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 42


Hadis riwayat Bukhori No. 3073 dan 5336, Abu Daud No.3346, Nasai No. 4189, Ibnu
Majah No. 3495 dan 3496, Ahmad bin Hambal No. 6844, 7055, 7056, 8303,
8129, 8675, 8803, 9344, 10760, dan 11216 dalam Software Portable Lidwa
Pusaka I-Softwa re Hadits 9 Imam, dalam www.lidwapusaka.com.
Hadis riwayat Ibnu Majah No. 3799, Darimi No. 5, 7, dan 8. Semut, Burung hud-hud
dan burung pipit. dalam Software Portable Lidwa Pusaka I-So ftware Hadits 9
Imam, dalam www.lidwapusaka.com
Pandji. 2009. Undur-undur Sebagai Obat Diabetes Millitus dalam Super Artikel
Media. Di dapat dari: http://superartikel.com/2009/01/15/undur-undur-sebagai-
obat-diabetes-millitus/. Diakses Pada Tanggal 15 Desember 2017.

Serangga Dalam Al-Qur’an | 43

Anda mungkin juga menyukai