Anda di halaman 1dari 53

Sejarah

Penentuan dimulainya sebuah hari dan tanggal pada Kalender hijriah berbeda dengan Kalender Masehi. Pada sistem
Kalender Masehi, sebuah hari dan tanggal dimulai pada pukul 00.00 dini hari waktu setempat. Namun pada sistem
Kalender Hijriah, sebuah hari dan tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut atau ketika
memasuki waktu Maghrib.
Kalender hijriah dibangun berdasarkan rata-rata siklus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki
12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x
29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek 10-12 hari
dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi
bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon)
di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak
terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan
saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari
Matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai
dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (bulan, bumi dan matahari).
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali
(hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya
Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari
pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari,
dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Penetapan kalender hijriah dilakukan pada zaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya
Rasulullah Saw dari Mekah ke Madinah. Kalender hijriah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30
hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata'ala:
“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu
semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah
beserta orang-orang yang bertakwa. ”
- At Taubah(9):36 -
Sebelumnya, orang Arab pra-kerasulan Rasulullah Muhammad Saw telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender
hijriah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita mengetahui
bahwa kelahiran Rasulullah Saw adalah pada tahun gajah.Abu Musa Al-Asyári sebagai salah satu gubernur pada zaman
Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak
ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa
sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad
bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai
kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah Saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan
pengangkatan Muhammad Saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu
berdasarkan momentum hijrah Rasulullah Saw dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan
usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah Saw.
Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku
pada masa itu di wilayah Arab.

Nama-nama bulan[sunting | sunting sumber]


Kalender hijriah terdiri dari 12 bulan:
Tulisan Bahasa
No Penanggalan Islam Latin Bahasa Arab Lama Hari
Arab
1 Muharam Al-Muḥarram 30
Tulisan Bahasa
No Penanggalan Islam Latin Bahasa Arab Lama Hari
Arab
2 Safar Shafar 29
3 Rabiul awal Rabī‘ul Awwal 30
4 Rabiul akhir / Rabi'uts tsany Rabī‘ust Tsānī 29
5 Jumadil awal Jumādal Ūlā 30
6 Jumadil akhir / Jumadits tsany Jumādal Ākhirah 29
7 Rajab Rajab 30
8 Syakban Sya‘bān 29
9 Ramadan Ramadlān 30
10 Syawal Syawwāl 29
11 Zulkaidah Dzul Qa‘dah 30
12 Zulhijah Dzul Ḥijjah 29/(30)
Total 354/(355)
Keterangan
 Lama hari adalah berdasarkan hisab ishthilahi yang tidak boleh dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan
waktu ibadah.
 Tanda kurung merupakan tahun kabisat dalam kalender hijriah dengan metode sisa yaitu 2-3-3 yang
berjumlah 11 buah yaitu 2,5,8,10,13,16,18,21,24,26 dan 29.
Nama-nama hari[sunting | sunting sumber]
Kalender hijriah terdiri dari 7 hari. Permulaan sebuah hari diawali dengan terbenamnya matahari (tibanya waktu
maghrib), berbeda dengan Kalender Masehi yang mengawali harinya pada saat tengah malam. Berikut ini adalah
nama-nama hari dalam hijriah:
Nama HariLatin Bahasa Arab Tulisan Bahasa Arab Artinya
Minggu al-Aḥad Pertama
Senin al-Itsnain Kedua
Selasa ats-Tsulātsā’ Ketiga
Rabu al-Arbi‘ā’ Keempat
Kamis al-Khamīs Kelima
Jumat aj-Jumu‘ah Perkumpulan
Sabtu as-Sabt Istirahat
Sejarah
Penentuan kapan dimulainya tahun 1 Hijriah dilakukan 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, tetapi sistem
yang mendasari Kalender Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam, dan sistem ini direvisi pada tahun ke-9 periode
Madinah.
Sistem kalender pra-Islam di Arab[sunting | sunting sumber]
Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab dikenal sistem kalender berbasis campuran antara Bulan (komariyah)
maupun Matahari (syamsiyah). Peredaran bulan digunakan, dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan
penambahan jumlah hari (interkalasi).
Pada waktu itu, belum dikenal penomoran tahun. Sebuah tahun dikenal dengan nama peristiwa yang cukup penting
pada tahun tersebut. Misalnya, tahun di mana Muhammad Saw lahir, dikenal dengan sebutan "Tahun Gajah", karena
pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka'bah di Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur
Yaman (salah satu provinsi Kerajaan Aksum, kini termasuk wilayah Ethiopia).
Revisi penanggalan[sunting | sunting sumber]
Pada era kenabian Muhammad Saw, sistem penanggalan pra-Islam digunakan. Pada tahun ke-9 setelah Hijrah, turun
ayat 36-37 Surat At-Taubah, yang melarang menambahkan hari (interkalasi) pada sistem penanggalan.
Penentuan Tahun 1 Kalender Islam[sunting | sunting sumber]
Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, diusulkan kapan dimulainya Tahun 1 Kalender Islam. Ada yang mengusulkan
adalah tahun kelahiran Muhammad Saw sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada yang mengusulkan pula awal
patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad Saw.
Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah
tahun di mana hijrahnya Nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan
setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Tanggal 1
Muharram Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi
Muhammad Saw. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw terjadi bulan September 622. Dokumen tertua yang
menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah papirus di Mesir pada tahun 22 H, PERF 558..
Tanggal-tanggal penting[sunting | sunting sumber]
Tanggal-tanggal penting dalam Kalender hijriah adalah:
Penanggalan Hari Keterangan
1 Muharam Tahun Baru hijriah Tahun baru umat Islam
Penanggalan Hari Keterangan
 Saat Nabi Adam diciptakan, dan saat di
mana ia bertaubat
 Saat bahtera Nabi Nuh mendarat
10 Muharam Hari Asyura  Saat Nabi Idris diangkat ke Surga
 Saat Nabi Ibrahim selamat dari
api Namrudz
 dan banyak lagi
Maulud Nabi Muhammad (hari kelahiran
12 Rabiul Awal
Nabi Muhammad)
27 Rajab Isra' Mi'raj
Satu bulan penuh umat Islam menjalankan Puasa di
1 Ramadan Puasa
bulan Ramadan
17 Ramadan Nuzulul Qur'an Pertama kali Al Quran diturunkan
10 hari ganjil terakhir
Lailatul Qadar Malam penuh kemuliaan di bulan Ramadhan
Ramadan
1 Syawal Idul Fitri Hari Raya Idul Fitri
 Umat Islam yang berhaji, berangkat
menuju Mina
8 Zulhijah Hari Tarwiyah
 Saat Nabi Ibrahim bermimpi menyembelih
anaknya Nabi Ismail
9 Zulhijah Wukuf Wukuf di Padang Arafah
10 Zulhijah Idul Adha Hari Raya Idul Adha
11, 12, 13 Zulhijah Hari Tasyriq
Hisab dan Rukyat[sunting | sunting sumber]
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni mengamati penampakan bulan sabit yang pertama kali
tampak setelah bulan baru (ijtima). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik
seperti teleskop. Apabila hilal terlihat, maka pada petang tersebut telah memasuki tanggal 1.
Sedangkan hisab adalah melakukan perhitungan untuk menentukan posisi bulan secara matematis dan astronomis.
Hisab merupakan alat bantu untuk mengetahui kapan dan di mana hilal (bulan sabit pertama setelah bulan baru)
dapat terlihat. Hisab seringkali dilakukan untuk membantu sebelum melakukan rukyat.
Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah, seperti
bulan Ramadan (yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal (yakni umat Islam merayakan
Hari Raya Idul Fitri), serta Dzulhijjah (di mana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul
Adha). Penentuan kapan hilal dapat terlihat, menjadi motivasi ketertarikan umat Islam dalam astronomi. Ini menjadi
salah satu pendorong mengapa Islam menjadi salah satu pengembang awal ilmu astronomi sebagai sains, lepas
dari astrologi pada Abad Pertengahan.
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar
melakukan pengamatan hilal secara langsung (rukyatul hilal). Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal
bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis), tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Metode
hisab juga memiliki berbagai kriteria penentuan, sehingga seringkali menyebabkan perbedaan penentuan awal bulan,
yang berakibat adanya perbedaan hari melaksanakan ibadah seperti puasa Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri.
Rupa-rupa[sunting | sunting sumber]
 Menurut perhitungan, dalam satu siklus 30 tahun Kalender hijriah, terdapat 11 tahun kabisat dengan jumlah
hari sebanyak 355 hari, dan 19 tahun dengan jumlah hari sebanyak 354 hari. Dalam jangka panjang, satu siklus ini
cukup akurat hingga satu hari dalam sekitar 2500 tahun. Sedangkan dalam jangka pendek, siklus ini memiliki deviasi
1-2 hari.
 Microsoft menggunakan Algoritme Kuwait untuk mengkonversi Kalender Gregorian ke Kalender hijriah.
Algoritme ini diklaim berbasis analisis statistik data historis dari Kuwait, tetapi dalam kenyataannya adalah salah
satu variasi dari Kalender hijriah tabular.
 Untuk konversi secara kasar dari Kalender hijriah ke Kalender Masehi (Gregorian), kalikan tahun hijriah
dengan 0,97, kemudian tambahkan dengan angka 622.
 Setiap 33 atau 34 tahun Kalender hijriah, satu tahun penuh Kalender hijriah akan terjadi dalam satu tahun
Kalender Masehi. Tahun 1429 H lalu terjadi sepenuhnya pada tahun 2008 M.
Kalender Hijriah dan Penanggalan Jawa[sunting | sunting sumber]
Sistem Kalender Jawa berbeda dengan Kalender Hijriah meskipun keduanya memiliki kemiripan. Pada abad ke-1, di
Jawa diperkenalkan sistem penanggalan Kalender Saka (berbasis matahari) yang berasal dari India. Sistem
penanggalan ini digunakan hingga tahun 1625 Masehi (bertepatan dengan tahun 1547 Saka). Sultan Agung mengubah
sistem Kalender Jawa dengan mengadopsi Sistem Kalender Hijriah, seperti nama-nama hari dan bulan dengan berbasis
lunar (komariyah), tetapi angka tahun Saka tetap diteruskan demi kesinambungan, yaitu 1547 Saka ke 1547 Jawa.
Berbeda dengan Kalender Hijriah yang murni menggunakan moon visibility (visibilitas bulan) pada penentuan awal
bulan, Penanggalan Jawa telah menetapkan jumlah hari dalam setiap bulannya.

Isra’ Mi’raj: Inspirasi Mengintegrasikan Sains dalam Aqidah dan Ibadah

T. Djamaluddin
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN
Anggota Tim Tafsir Kauni Kementerian Agama-LIPI

Isra’ mi’raj bukanlah kisah perjalanan antariksa. Aspek astronomis sama sekali tidak ada dalam kajian isra’ mi’raj.
Namun, Isra’ mi’raj mengusik keingintahuan akal manusia untuk mencari penjelasan ilmu. Aspek aqidah dan ibadah
berintegrasi dengan aspek ilmiah dalam membahas isra’ mi’raj. Inspirasi saintifik Isra’ Mi’raj mendorong kita untuk
berfikir mengintegrasikan sains dalam aqidah dan ibadah.
Mari kita mendudukkan masalah isra’ mi’raj sebagai mana adanya yang diceritakan di dalam Al-Qur’an dan hadits-
hadits sahih. Kemudian sekilas kita ulas kesalahpahaman yang sering terjadi dalam mengaitkan isra’ mi’raj dengan
kajian astronomi. Hal yang juga penting dalam mengambil hikmah peringatan isra’ mi’raj adalah menggali inspirasi
saintifik yang mengintegrasikan sains dalam memperkuat aqidah dan menyempurnakan ibadah.
Kisah dalam Al-Qur’an dan Hadits
Di dalam QS. Al-Isra’:1 Allah menjelaskan tentang isra’:  “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
(Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Dan tentang mi’raj Allah menjelaskan dalam QS. An-Najm:13-18:  “Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW)
telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul
Muntaha) ada surga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung.
Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah
melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”
Sidratul muntaha secara harfiah berarti ‘tumbuhan sidrah yang tak terlampaui’, suatu perlambang batas yang tak
seorang manusia atau makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal yang lebih jauh
dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan dalam Al-Qur’an dan hadits yang menerangkan apa, di mana, dan bagaimana
sidratul muntaha itu.
Kejadian-kejadian sekitar isra’ dan mi’raj dijelaskan di dalam hadits-hadits nabi. Dari hadits-hadits yang sahih, didapati
rangkaian kisah-kisah berikut. Suatu hari malaikat Jibril datang dan membawa Nabi, lalu dibedahnya dada Nabi dan
dibersihkannya hatinya, diisinya dengan iman dan hikmah.
Kemudian didatangkan buraq, ‘binatang’ berwarna putih yang langkahnya sejauh pandangan mata. Dengan buraq itu
Nabi melakukan isra’ dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina. Nabi SAW salat dua
rakaat di Baitul Maqdis, lalu dibawakan oleh Jibril segelas khamr (minuman keras) dan segelas susu; Nabi SAW
memilih susu. Kata malaikat Jibril, “Engkau dalam kesucian, sekiranya kau pilih khamr, sesatlah ummat engkau.”
Dengan buraq pula Nabi SAW melanjutkan perjalanan memasuki langit dunia. Di sana dijumpainya Nabi Adam yang
dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua
sampai ke tujuh. Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi Idris
dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam,
dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnya baitul Ma’mur, tempat 70.000 malaikat salat tiap
harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.
Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dari Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam (‘pena’). Dari sidratul
muntaha dilihatnya pula empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir) di dunia:  sungai
Efrat dan sungai Nil. Lalu Jibril membawa tiga gelas berisi khamr, susu, dan madu, dipilihnya susu. Jibril pun
berkomentar, “Itulah (perlambang) fitrah (kesucian) engkau dan ummat engkau.”
Jibril mengajak Nabi melihat surga yang indah. Inilah yang dijelaskan pula dalam Al-Qur’an surat An-Najm.
Di Sidratul Muntaha itu pula Nabi melihat wujud Jibril yang sebenarnya.
Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya perintah salat wajib. Mulanya diwajibkan salat lima puluh kali sehari-
semalam. Atas saran Nabi Musa, Nabi SAW meminta keringanan dan diberinya pengurangan sepuluh-sepuluh setiap
meminta. Akhirnya diwajibkan lima kali sehari semalam. Nabi enggan meminta keringanan lagi, “Aku telah meminta
keringan kepada Tuhanku, kini saya rela dan menyerah.” Maka Allah berfirman, “Itulah fardlu-Ku dan Aku telah
meringankannya atas hamba-Ku.”
Urutan kejadian sejak melihat Baitul Ma’mur sampai menerima perintah salat tidak sama dalam beberapa hadits,
mungkin menunjukkan kejadian-kajadian itu serempak dialami Nabi. Dalam kisah itu, hal yang fisik (dzhahir) dan non-
fisik (bathin) bersatu dan perlambang pun terdapat di dalamnya. Nabi SAW yang pergi dengan jasad fisik hingga bisa
salat di Masjidil Aqsha dan memilih susu yang ditawarkan Jibril, tetapi mengalami hal-hal non-fisik, seperti pertemuan
dengan para Nabi yang telah wafat jauh sebelum kelahiran Nabi SAW dan pergi sampai ke surga. Juga ditunjukkan dua
sungai non-fisik di surga dan dua sungai fisik di dunia. Dijelaskannya makna perlambang pemilihan susu oleh Nabi
Muhammad SAW, dan menolak khamr atau madu. Ini benar-benar ujian keimanan, bagi orang mu’min semua
kejadian itu benar diyakini terjadinya. Allah Maha Kuasa atas segalanya.
“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”. Dan
Kami tidak menjadikan pemandangan yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi
manusia….” (QS. 17:60).
“Ketika orang-orang Quraisy tak mempercayai aku (kata Nabi SAW), aku berdiri di Hijr (menjawab berbagai
pertanyaan mereka). Lalu Allah menampakkan kepada saya Baitul Maqdis, aku dapatkan apa yang aku inginkan dan
aku jelaskan kepada mereka tanda-tandanya, aku memperhatikannya….” (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Hakikat Tujuh Langit
Peristiwa isra’ mi’raj yang menyebut-nyebut tujuh langit mau tak mau mengusik keingintahuan kita akan hakikat
langit, khususnya berkaitan dengan tujuh langit yang juga sering disebut-sebut dalam Al-Qur’an.  Bila kita dengar kata
langit, yang terbayang adalah kubah biru yang melingkupi bumi kita. Benarkah yang dimaksud langit itu lapisan biru di
atas sana dan berlapis-lapis sebanyak tujuh lapisan?
Warna biru hanyalah semu, yang dihasilkan dari hamburan cahaya biru dari matahari oleh partikel-partikel atmosfer.
Langit (samaa’ atau samawat) berarti segala yang ada di atas kita, yang berarti pula angkasa luar, yang berisi galaksi,
bintang, planet, batuan, debu dan gas yang bertebaran. Dan lapisan-lapisan yang melukiskan tempat kedudukan
benda-benda langit sama sekali tidak ada.
Bilangan ‘tujuh’ sendiri dalam beberapa hal di Al-Qur’an  tidak  selalu menyatakan  hitungan  eksak  dalam  sistem
desimal. Di dalam Al-Qur’an ungkapan ‘tujuh’ atau ‘tujuh  puluh’ sering mengacu  pada jumlah yang tak terhitung.
Misalnya, di dalam Q.S. Al-Baqarah:261 Allah menjanjikan: “Siapa  yang  menafkahkan  hartanya di  jalan  Allah  ibarat
menanam  sebiji benih yang menumbuhkan tujuh tangkai  yang masing-masingnya     berbuah    seratus    butir. Allah
melipatgandakan pahala orang-orang yang dikehendakinya….” Juga di dalam Q.S. Luqman:27: “Jika seandainya semua
pohon di bumi dijadikan sebagai  pena dan  lautan  menjadi tintanya dan  ditambahkan tujuh lautan lagi, maka tak
akan habis Kalimat Allah….” Jadi  ‘tujuh langit’ lebih mengena bila  difahamkan  sebagai  tatanan  benda-benda langit
yang tak terhitung banyaknya, bukan sebagai lapisan-lapisan langit.
Lalu, apa hakikatnya langit dunia, langit ke dua, langit ke tiga, … sampai langit ke tujuh dalam kisah isra’ mi’raj?

Mungkin ada orang mengada-ada penafsiran, mengaitkan dengan astronomi. Para penafsir dulu ada yang
berpendapat bulan di langit pertama,  matahari di langit ke empat, dan planet-planet lain di lapisan lainnya. Kini ada
sembilan planet yang sudah diketahui, lebih dari tujuh. Tetapi, mungkin masih ada orang yang ingin mereka-reka.
Kebetulan, dari jumlah planet yang sampai saat ini kita ketahui, dua planet dekat matahari (Merkurius dan Venus),
tujuh lainnya –termasuk bumi– mengorbit jauh dari matahari.
Pengertian langit dalam kisah isra’ mi’raj bukanlah  pengertian langit secara fisik. Karena, fenomena yang diceritakan
Nabi pun bukan fenomena fisik, seperti perjumpaan dengan para Nabi yang hakikatnya telah wafat. Langit dan Sidratul
Muntaha dalam kisah isra’ mi’raj adalah alam ghaib yang tak bisa kita ketahui hakikatnya dengan keterbatasan ilmu
manusia. Hanya Rasulullah SAW yang berkesempatan mengetahuinya. Isra’ mi’raj adalah mu’jizat yang hanya
diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

Perjalanan Keluar Dimensi Ruang Waktu


Isra’ mi’raj jelas bukan perjalanan seperti dengan pesawat terbang antarnegara dari Mekkah ke Palestina dan
penerbangan antariksa dari Masjidil Aqsha ke langit ke tujuh lalu ke Sidratul Muntaha. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan
keluar dari dimensi ruang waktu. Tentang caranya, iptek tidak dapat menjelaskan. Tetapi bahwa Rasulullah SAW
melakukan perjalanan keluar ruang waktu, dan bukan dalam keadaan mimpi, adalah logika yang bisa menjelaskan
beberapa kejadian yang diceritakan dalam hadits shahih. Penjelasan perjalanan keluar dimensi ruang waktu
setidaknya untuk memperkuat keimanan bahwa itu sesuatu yang lazim ditinjau dari segi sains, tanpa harus
mempertentangkannya dan menganggapnya sebagai suatu kisah yang hanya dapat dipercaya saja dengan iman.
Kita hidup di alam yang dibatas oleh dimensi ruang-waktu (tiga dimensi ruang –mudahnya kita sebut panjang, lebar,
dan tinggi –, serta satu dimensi waktu ). Sehingga kita selalu memikirkan soal jarak dan waktu. Dalam kisah Isra’ mi’raj,
Rasulullah bersama Jibril dengan wahana “buraq” keluar dari dimensi ruang, sehingga dengan sekejap sudah berada di
Masjidil Aqsha. Rasul bukan bermimpi karena dapat menjelaskan secara detil tentang masjid Aqsha dan tentang
kafilah yang masih dalam perjalanan. Rasul juga keluar dari dimensi waktu sehingga dapat menembus masa lalu
dengan menemui beberapa Nabi. Di langit pertama (langit dunia) sampai langit tujuh berturut-turut bertemu (1) Nabi
Adam, (2) Nabi Isa dan Nabi Yahya, (3) Nabi Yusuf, (4) Nabi Idris, (5) Nabi Harun, (6) Nabi Musa, dan (7) Nabi Ibrahim.
Rasulullah SAW juga ditunjukkan surga dan neraka, suatu alam yang mungkin berada di masa depan, mungkin juga
sudah ada masa sekarang sampai setelah kiamat nanti.
Sekadar analogi sederhana perjalanan keluar dimensi ruang waktu adalah seperti kita pergi ke alam lain yang
dimensinya lebih besar. Sekadar ilustrasi, dimensi 1 adalah garis, dimensi 2 adalah bidang, dimensi 3 adalah ruang.
Alam dua dimensi (bidang) dengan mudah menggambarkan alam satu dimensi (garis). Demikian juga alam tiga
dimensi (ruang) dengan mudah menggambarkan alam dua dimensi (bidang). Tetapi dimensi rendah tidak akan
sempurna menggambarkan dimensi yang lebih tinggi. Kotak berdimensi tiga tidak tampak sempurna bila digambarkan
di bidang yang berdimensi dua.
Sekarang bayangkan ada alam berdimensi dua  (bidang) berbentuk U. Makhluk di alam “U” itu bila akan berjalan dari
ujung satu ke ujung lainnya perlu menempuh jarak jauh. Kita yang berada di alam yang berdimensi lebih tinggi dengan
mudah memindahkannya dari satu ujung ke ujung lainnya dengan mengangkat makhluk itu keluar dari dimensi dua,
tanpa perlu berkeliling menyusuri lengkungan “U”.
Alam malaikat (juga jin) bisa jadi berdimensi lebih tinggi dari dimensi ruang waktu, sehingga bagi mereka tidak ada lagi
masalah jarak dan waktu. Karena itu mereka bisa melihat kita, tetapi kita tidak bisa melihat mereka. Ibaratnya dimensi
dua tidak dapat menggambarkan dimensi tiga, tetapi sebaliknya dimensi tiga mudah saja menggambarkan dimensi
dua. Bukankah isyarat di dalam Al-Quran dan Hadits juga menunjukkan hal itu. Malaikat dan jin tidak diberikan batas
waktu umur, sehingga seolah tidak ada kematian bagi mereka. Mereka pun bisa berada di berbagai tempat karena tak
dibatas oleh ruang.
Rasulullah bersama jibril diajak ke dimensi malaikat, sehingga Rasulullah dapat melihat Jibril  dalam bentuk aslinya
(baca QS 53:13-18). Rasul pun dengan mudah pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya, tanpa terikat ruang dan
waktu. Langit dalam konteks istra’ mi’raj pun bukanlah langit fisik berupa planet atau bintang, tetapi suatu dimensi
tinggi. Langit memang bermakna sesuatu di atas kita, dalam arti fisik maupun non-fisik.

Sains Terintegrasi dengan Aqidah dan Ibadah


Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan isra’ mi’raj. Allah hanya memberikan
ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85). Hanya dengan iman kita mempercayai bahwa isra’ mi’raj benar-
benar terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rupanya, begitulah rencana Allah menguji keimanan hamba-hamba-
Nya (QS. Al-Isra:60) dan menyampaikan perintah salat wajib secara langsung kepada Rasulullah SAW.
“…dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: ‘Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia’ dan
Kami tidak menjadikan penglihatan (saat isra’ mi’raj) yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian
bagi manusia …”
Pemahaman dengan pendekatan konsep ektra dimensi sekadar pendekatan sains untuk merasionalkan konsep aqidah
terkait isra’ mi’raj, walau belum tentu tepat. Tetapi upaya pendekatan saintifik sering dipakai sebagai dalil aqli (akal)
untuk memperkuat keyakinan dalam aqidah Islam. Sains seharusnya tidak kontradiktif dengan aqidah dan aqidah
bukan hal yang bersifat dogmatis semata, tetapi memungkinkan dicerna dengan akal. Mengintegrasikan sains dalam
memahami aqidah dapat menghapuskan dikhotomi aqidah dan sains, karena Islam mengajarkan bahwa kajian sains
tentang ayat-ayat kauniyah tak terpisahkan dari pemaknaan aqidah.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS 3:190-191).
Pada sisi lain isra’ mi’raj mengajarkan makna mendalam dalam hal ibadah. Makna penting isra’ mi’raj bagi ummat
Islam ada pada keistimewaan penyampaian perintah salat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan salat
sebagai ibadah utama dalam Islam. Salat mesti dilakukan oleh setiap Muslim, baik dia kaya maupun miskin, dia sehat
maupun sakit. Ini berbeda dari ibadah zakat yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu secara ekonomi,
atau puasa bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya dan mampu keuangannya.
Salat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela kesibukan aktivitas kehidupan, mestinya mampu
membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim. Allah mengingatkan:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab  (Al  Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat  Allah  (shalat) adalah 
lebih  besar  (keutamaannya  dari  ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-
Ankabut:45).
Isra’ dan mi’raj juga memberikan inspirasi untuk merenungi makna ibadah shalat, termasuk aspek saintifiknya. Umat
Islam telah membuktikan bahwa sains pun bisa diintegrasikan dalam urusan ibadah, untuk menyempurnakan
pelaksanaan ibadah. Demi kepentingan ibadah shalat, umat Islam mengembangkan ilmu astronomi atau ilmu falak
untuk penentuan arah kiblat dan waktu shalat. Tuntutan ibadah mendorong kemajuan sains astronomi pada awal
sejarah Islam. Kini astronomi telah menjadi alat bantu utama dalam penentuan arah kiblat dan waktu shalat. Konsepsi
astronomi bola digunakan untuk penentuan arah kiblat. Perhitungan posisi matahari digunakan untuk mencari waktu
istimewa dalam penentuan arah kiblat dan jadwal shalat harian. Kita cukup melihat jadwal shalat, tidak lagi direpotkan
harus melihat langsung fenonema cahaya matahari atau bayangannya setiap akan shalat. Kini semua ummat Islam
Indonesia, apa pun ormasnya, secara umum bisa bersepakat dengan kriteria astronomis dalam penyusunan jadwal
shalat.
Inspirasi pemanfaatan sains dalam ibadah juga diperluas untuk ibadah-ibadah lainnya terkait dengan penentuan
waktu. Penentuan awal Ramadhan dan hari raya kini sudah banyak memanfaatkan pengetahuan astronomi atau ilmu
falak, baik untuk keperluan perhitungannya (hisab) maupun untuk pengamatannya (rukyat). Penentuan awal
Ramadhan atau hari raya yang kadang berbeda saat ini bukan lagi disebabkan oleh perbedaan metode hisab dan
rukyat, tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan kriteria astronomisnya. Alangkah indahnya kalau pelajaran
kesepakatan kriteria astronomis dalam penentuan jadwal shalat juga diterapkan untuk penentuan awal Ramadhan
dan hari raya sehingga potensi perbedaan dapat dihilangkan. Tanpa kesepakatan kriteria itu, tahun ini dan beberapa
tahun ke depan kita akan menghadapi lagi persoalan perbedaan awal Ramadhan dan hari raya.
Upaya menuju titik temu kriteria astronomi sudah mulai dilakukan. Tinggal selangkah lagi kita bisa mendapatkan
kriteria hisab rukyat Indonesia yang mempersatukan umat. Isra’ mi’raj pun mengajarkan upaya menuju “titik temu”
menurut cara pandang manusiawi antara Allah dan Rasullah terkait dengan jumlah shalat wajib yang semula 50 kali
menjadi 5 kali sehari semalam. Satu sisi itu menunjukkan kemurahan Allah, tetapi pada sisi lain kita bisa mengambil
pelajaran bahwa kompromi untuk mencapai titik temu adalah suatu keniscayaan. Kita tidak boleh memutlakkan
pendapat kita seolah tidak bisa berubah, termasuk untuk mencapai titik temu. Kriteria astronomis hisab rukyat juga
bukan sesuatu yang mutlak, mestinya bisa kita kompromikan untuk mendapatkan kesepakatan ada ada ketentraman
dalam beribadah shaum Ramadhan dan ibadah yang terkait dengan hari raya (zakat fitrah, shalat hari raya, Shaum di
bulan Syawal,  shaum Arafah)
Isra’ mi’raj memberikan inspirasi mengintegrasikan sains dalam memperkuat aqidah dan menyempurnakan ibadah,
selain mengingatkan pentingnya shalat lima waktu.
 
BOGOR—Isra Mi’raj adalah sebuah kejadian luar biasa yang terjadi atas kuasa Allah SWT. Setiap muslim mempercai
kebenaran peristiwa itu. Kebenaran dari fenomena perjalanan yang menakjubkan itu tak hanya terkait soal
keimanan, namun juga bisa dibuktikan secara ilmiah.
Hal ini disampaikan Dosen Fisika Institut Pertanian Bogor (IPB) Husin Alatas, Jumat (13/4/2018). Peraih penghargaan
dari Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia ini menegaskan mekanisme atau cara Isra tidak bisa
dipastikan. Tapi, Isra bisa ditelaah kemungkinannya dengan sains saat ini.
“Kita tidak bisa tahu mekanisme atau cara pastinya perjalanan Isra Mi’raj tersebut seperti apa, kita hanya bisa
membahasnya mungkin atau tidak, dan itu sangat mungkin,” kata pakar biofisik, optik dan fisika teori ini.
Prof Husin mengatakan Isra yang merupakan perjalanan dari Makkah ke Palestina bisa dijelaskan dengan teknologi
yang ada saat ini. Seseorang bisa melakukan perjalanan dari satu posisi ke posisi lain di muka bumi dalam waktu
singkat.
“Sekarang ada pesawat yang memungkinkannya terjadi, dahulu memang tidak terpikirkan, saudagar perlu berbulan-
bulan perjalanan,” katanya.
Teknologi modern kini mengenal pesawat sebagai sarana perjalanan singkat dalam satu malam itu. Dalam riwayat,
Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan ini dengan buraq.
“Saya tidak punya penjelasan ilmiah tentang buraq, tapi ia analog dengan pesawat, sebagai wahana atau sarana,” kata
Prof Husin.
Sedangkan soal Mi’raj yang merupakan perjalanan Rasulullah SAW untuk menemui Allah SWT di Sidratul Muntaha,
Prof Husin mengatakan banyak spekulasi yang bisa menjelaskan fenomena ini. Mulai dari spekulasi apakah perjalanan
tersebut beserta jasad Rasulullah atau hanya bersifat perjalanan ruhiyah atau imateril.
“Baik dengan jasad atau tidak, dua-duanya memungkinkan,” kata dia.
Soal kemungkinannya, maka ada banyak spekulasi atau teori yang bisa dijelaskan. Mulai dari kemungkinan Nabi
Muhammad SAW melakukan Mi’raj dengan jasad, maka ada teori relativitas dan fisika partikel yang bisa disodorkan.
“Ada prinsip kesetaraan energi dan materi, bahwa secara prinsip materi bisa berubah jadi energi dan sebaliknya, kalau
berubah jadi energi dia punya kecepatan cahaya,” katanya.
Selain itu ada teori yang sedang berkembang saat ini tentang dimensi ekstra. Misal, jarak titik A ke titik B sangat jauh.
Tapi ada jalan tikus yang memungkinkan waktu perjalanannya sangat singkat. Jalan tikus inilah yang disebut dimensi
ekstra, yang menyebabkan perjalanan menjadi lebih cepat.
“Ada beberapa fenomena alam yang menunjukkan indikasi dimensi ekstra itu ada, artinya fenomena alam ini hanya
bisa dijelaskan kalau ada dimensi ekstra tadi,” kata dia. []
SUMBER: REPUBLIKA

Isra` Mi`raj Menurut Tinjauan Sains dan Teknologi


Tongkrongan Islam – Isra` Mi`raj dan Saintek (Saintek=Sains+Teknologi) merupakan dua hal yang mempunyai
hubungan mutually exclusive dalam klasifikasi pengetahuan manusia. Isra` Mi`raj jelas merupakan satu bahasan dalam
metafisika, dan secara prinsipiil ruang bahasan metafisika berbeda dengan ruang bahasan saintek. Saintek membahas
hukum-hukum alam material yang empiris, sains menjawab pertanyaan what dan why dan teknologi menjawab
pertanyaan for what. Sedang metafisika membahas hukum-hukum umum alam, terutama alam immaterial yang jelas
non-empiris.
Mungkin sebagian orang beranggapan, ” Sulit bagi kita untuk memahami Isra` Mi`raj di abad sains dan teknologi ini.
Sains modern telah menemukan bahwa kecepatan maksimum materi adalah kecepatan cahaya di ruang hampa (c =
300.000 km/dt). Seperti yang telah kita ketahui cahaya merambat memerlukan waktu 500 detik ( 8,333 menit) untuk
menempuh jarak bumi-matahari, dan ia perlu merambat selama 50.000 tahun hanya untuk melintasi radius galaksi
Bima Sakti (The Milky Way), padahal galaksi yang ada di alam ini yang terobservasi sampai saat ini diperkirakan ada
ratusan juta. Bagaimana mungkin, seseorang manusia melintasi itu semua dalam waktu semalam?” 

Isra’ Mi’raj Nabi SAW /  Blog.berdakwah.net


Argumen seperti ini benar-benar menunjukkan kesalahan sistematik kronis suatu sistem berfikir yang masih bisa
disebut sebagai “otak”. marilah kita bahas beberapa kesalahan berfikir yang terdapat dalam argumen tersebut. 
Pertama, di balik argumen tersebut terdapat suatu anggapan bahwa Isra` Mi`raj adalah suatu perjalanan yang bersifat
murni material. Nabi dianggap berjalan dari satu titik ruang tertentu (Masjid Al-’Aqsha) di alam ini kesatu titik ruang
tertentu di balik ujung langit (Sidratul-Muntaha) , dan menemui Tuhan di sana. Apakah mungkin bagi Tuhan terikat
pada “ke-dimana-an”? Padahal Ia-lah Yang Maha Mutlak. Tidak Terbatas. Karena jika ada sesuatu yang membatasinya
berarti ada sesuatu yang lebih kuasa dari-Nya. Subhanallahi ‘amma yashifuun. Perhatikan ayat berikut ini; ” Wa idzaa
sa`alaka ‘ibaadi ‘annii fa innii qariib”(QS Al-Baqarah 186). Allah Yang Maha Dekat terhadap Anda, terhadap saya,
terhadap kita semua. Dan tentu tidak mungkin menafsirkan ayat ini dengan mengartikan dekat dalam pengertian “ke-
dimana-an” material seperti di atas. 
Kedua, sekiranya sekali lagi sekiranya anggapan di atas benar pun, apakah benar bahwa perjalanan ini tidak mungkin
secara logis? Mungkin perlu bagi kita untuk meninjau kembali berbagai jenis kemungkinan. 
Pertama, adalah kemungkinan empiris, contohnya adalah naik gunung Himalaya mungkin secara empiris. 
Kedua, adalah kemungkinan saintifik, contohnya adalah mungkin membuat kereta api yang melayang di atas relnya
dengan energi superkonduktor. Walaupun kereta ini belum ada secara empiris namun secara saintifik ini mungkin.
Kemungkinan saintifik dan kemungkinan empiris ini relatif, berubah terhadap ruang dan waktu dan tidak bisa
dipegang sebagai satu kebenaran mutlak. Secara saintifik tidak mungkin bagi seseorang masih hidup jika jantungnya
telah tidak berdenyut selama seratus hari, tapi kenyataannya secara empiris ada ahli-ahli yoga India yang mampu
melakukannya. 
Secara empiris tidak mungkin untuk bergerak dengan kecepatan 1000 kali kecepatan suara saat ini, padahal secara
saintifik itu sangat mungkin (1000 kali kecepatan suara = 0,001 kali kecepatan cahaya). Secara empiris, dulu tidak
mungkin orang bisa pergi ke bulan, sedang sekarang secara empiris hal itu jelas-jelas mungkin. Secara saintifik, dulu
tidak mungkin bagi seseorang untuk memahami eksistensi gelombang elektromagnetik, tapi sejak Maxwell
menemukannya sekarang semua mahasiswa memahaminya. Bahkan secara empiris, kita telah menikmati manfaatnya
melewati TV, radio, dll. 
Jenis kemungkinan ketiga adalah, kemungkinan logis. Sesuatu disebut mungkin secara logis, jika ia tidak melanggar
prinsip non-kontradiksi. Apa contoh sesuatu yang tidak mungkin secara logis? Misal; sesuatu ada sekaligus tidak ada di
suatu tempat dan waktu tertentu secara bersamaan. Apa contoh lain? Misal; adanya lingkaran sempurna yang luasnya
tidak berbanding lurus dengan kuadrat jari-jari. Apa contoh lain yang mudah? Misal; membagi tiga keping uang
seratusan logam secara merata kepada dua orang tanpa perlu membagi/menukarkan keping tersebut. Dan lain-lain. 
Kemungkinan logis ini tidak relatif, tapi mutlak. Tidak tergantung ruang dan waktu. Tidak tergantung kasus apapun. Ia
berlaku universal. Kemungkinan logis inilah yang dapat dipakai sebagai satu ukuran logis atau tidak logis nya sesuatu
secara umum. 
Ditinjau dari kemungkinan logis ini, misalnya, sekali lagi misalnya kita anggap asumsi model perjalanan Isra` Mi`raj
yang material itu pun kita terima, tidak ada kontradiksi logis apapun di sana. Kejadian tersebut tidak melanggar prinsip
non-kontradiksi. Jadi ya, sahih. Atau mungkin-mungkin saja secara logis. 
Sedikit lebih jauh lagi, apakah Anda mendengar suatu eksperimen akhir-akhir ini yang telah membantah Teori
Relativitas dengan ditemukannya partikel yang bergerak lebih cepat dari cahaya? Mari kita tinggalkan kerangka
empirisme dan saintifik yang relatif dalam memahami hal-hal yang bersifat absolut. Kembali ke struktur berfikir yang
jernih. Dan logis. 
Apa satu hikmah Isra` Mi`raj bagi kita? Minimal, kita menjadi menyadari pentingnya berfikir di luar kerangka
empirisme dan saintek yang amat relatif. Kemudian, kita menyadari kemungkinan logis yang jauh lebih luas dan umum
dari sekedar empirisme inderawiah dan saintek materialis yang dangkal. Dan mungkin, kita akan menyadari makna
immaterialitas perjalanan Isra` Mi`raj Nabi Suci, jauh di atas sekedar keajaiban-nya yang mengatasi alam materi ini. 
Baca Juga: Beberapa Kontroversi terkain Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi SAW
Kita teringat ada satu makhluk manusia yang teramat mulia. Tubuh materialnya telah terspiritualisasi sempurna
menjadi Cahaya yang lebih terang dari seluruh Cahaya material maupun immaterial lain. Seluruh wujud-nya
mengalami perjalanan, atau mungkin kita lebih suka menyebutnya sebagai transformasi atau dalam istilah filsafatnya
gerakan substansial (harakah al-jauhariyah), sehingga dikatakan ia mencapai “jarak substansial” terdekat terhadap
Hakikat Agung Zat Suci Yang Maha Agung Maha Semarak di antara semua makhluk lain yang dicipta. Ia-lah
Muhammad, Kekasih-kita, Junjungan-kita, dalam seluruh hidup-kita dan mati-kita. Ia-lah Muhammad, Kekasih Tuhan
Seru Sekalian Alam. Sholallohu ‘alaihi wassalam. 
Sumber: https://www.tongkronganislami.net/isra-miraj-menurut-tinjauan-sains-dan/
Dimensi Sains Isra Mi’raj
 2 April 2019 Isra' mi'raj, nabi Muhammad, Rasulullah
Semua ini memang ujian keimanan. Namun bagi seorang mukmin, iman yang ideal adalah iman yang produktif. Ada
ratusan ayat suci yang menggelitik seorang Muslim untuk menguak rahasia alam. Itulah yang diinginkan Allah ketika
berfirman “Maka mengapa kalian tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan, dan langit ditinggikan?“ (QS
88:17-18). Muslim generasi awal menjadikan ayat itu inspirasi untuk mempelajari biologi dan astronomi. Kitab
astronomi “Almagest” karya Ptolomeus (100-170M) pernah dijadikan “kitab tafsir” atas ayat tersebut.

Oleh: Prof Dr Fahmi Amhar (Peneliti Utama Badan Informasi Geospasial, Anggota Dewan Pakar Ikatan Alumni
Program Habibie)
MuslimahNews.com — Ketika peristiwa Isra’ Mi’raj diperingati, pada umumnya para khatib menghubungkannya
dengan perintah shalat. Begitu pentingnya ibadah shalat, sehingga Rasulullah sampai dipanggil langsung bertemu
Allah di langit.
Shalat adalah pilar agama. Sedang shalat berjama’ah dapat disebut “pilar negara”, karena memberi pelajaran
berharga model kepemimpinan dalam Islam, yang tetap relevan sampai kapanpun. Kepemimpinan Islam bukanlah
diktatur (karena imam bisa diingatkan bila salah dan diganti bila batal), juga bukan demokratis (karena syarat dan
rukun sholat tak bisa didiskusikan). Pemimpin dipilih oleh rakyat untuk memimpin dengan syariat dari Tuhan Yang
Maha Esa. Sudah benar bahwa di konstitusi kita tidak tersurat “demokrasi” namun “kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
Namun Isra’ Mi’raj sebagai sebuah perjalanan ajaib di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha di bumi yang
diberkati juga memiliki dimensi sains dan politik.
Dimensi sains karena perjalanan Isra’ saja yang menempuh jarak kurang lebih 1250 Km pada masa itu sudah sesuatu
yang mustahil ditempuh dalam semalam. Memang saat ini, dengan pesawat supersonik, perjalanan itu dapat
ditempuh 15 menit saja. Namun peristiwa mi’raj ke langit tentu tetap misterius.
Andaikata perjalanan pergi-pulang ke langit itu ditempuh dari ba’da Isya (sekitar pukul 20) sampai
menjelang Shubuh (sekitar pukul 04), maka jarak bumi – langit adalah 4 jam. Bila Nabi beserta
malaikat jibril bergerak dengan kecepatan cahaya, maka jarak yang ditempuh baru sekitar
4.320.000.000 Km, atau baru di sekitar Planet Neptunus. Belum keluar tata surya. Bintang
terdekat  Proxima Alpha Centaury ada pada jarak sekitar 4,2 tahun cahaya. Tidak mungkin
dikunjungi pergi-pulang dalam semalam.
Apalagi ada kendala Teori Relativitas Khusus. Menurut Einstein, materi yang bergerak mendekati kecepatan cahaya,
maka akan mengalami kontraksi ukuran sampai mendekati nol, dan pada saat yang sama massanya mendekati tak
terhingga. Apakah Nabi mengalami hal itu?

Misteri ini tentu makin menantang para ilmuwan Muslim untuk menjawab dengan berbagai teori fisika yang dikenal
saat ini. Teori Einstein sudah terbukti ribuan kali di dunia fisika partikel, dan juga pada satelit yang mengorbit bumi 90
menit sekali sambil membawa jam atom.
Ada juga yang mencoba memahami dengan ayat 70 Surat al-Maarij, “Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Rabb
dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun”, sebagai jarak ke langit adalah 50.000 tahun cahaya. Malaikat
mampu melesat dengan laju jauh di atas cahaya (Faster Than Light, FTL-Travelling).
Namun astrofisika memastikan bahwa sehari malaikat ini belum keluar dari galaksi Bimasakti. Galaksi tetangga
Andromeda saja berjarak 2,5 juta tahun cahaya. Dan itu juga belum langit. Di manakah langit sebenarnya? Batas jagad
raya teramati ada pada 14 Milyar tahun cahaya!
Melihat hal ini, sains mulai berspekulasi bahwa dunia yang kita amati ini memiliki struktur yang tidak linear. Terlalu
banyak materi gelap (“dark matter”) yang mungkin telah melengkungkan ruang dan waktu. Allah barangkali telah
memasang “gerbang-gerbang langit” yang bisa menjadi jalan pintas ke lokasi yang maha jauh. Bukankah Allah telah
memberi tantangan “Hai jama`ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus penjuru langit dan bumi, maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan” (QS 55:33). Dan relativitas waktu telah
ditunjukkan dengan kisah Ashabul Kahfi, yang ditidurkan selama 309 tahun, sementara mereka hanya merasa
setengah hari.

Semua ini memang ujian keimanan. Namun bagi seorang mukmin, iman yang ideal adalah iman yang produktif. Ada
ratusan ayat suci yang menggelitik seorang Muslim untuk menguak rahasia alam. Itulah yang diinginkan Allah ketika
berfirman “Maka mengapa kalian tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan, dan langit ditinggikan?“ (QS
88:17-18). Muslim generasi awal menjadikan ayat itu inspirasi untuk mempelajari biologi dan astronomi. Kitab
astronomi “Almagest” karya Ptolomeus (100-170M) pernah dijadikan “kitab tafsir” atas ayat tersebut.
Maka abad pertengahan dihiasi oleh ratusan astronom Muslim, dari Al-Battani (858-929M), Al-Biruni (973-1048M),
hingga Quthubuddin As Syairazy (1236–1311M). Mereka tidak hanya memastikan bulatnya bumi, juga mewariskan
teknik mengukurnya, bahkan memastikan bahwa bumi bukan pusat tata surya, ratusan tahun sebelum Copernicus
(1473-1543M).
Dalam teknologi, Abbas Ibn Firnas (810-887M) dari Cordoba diketahui benar-benar membuat alat terbang. Dia
berhasil terbang dengan alat yang kita kenal sebagai gantole dan parasut. Lebih 11 abad kemudian Wright bersaudara
dari Amerika menambahkan mesin padanya, dan jadilah pesawat terbang bermesin.
Pada abad pertengahan, umat Islam memiliki keunggulan di bidang sains ketika semangat berpikir
menguak rahasia alam masih tinggi, dan iklim mencintai sains masih hidup baik di masyarakat
maupun di pemerintahan. Berijtihad dalam sains masih dianggap ibadah dan amal jariyah. Dan
berwakaf untuk laboratorium atau observatorium masih menjadi gengsi para  aghniya.
Namun ketika aktivitas berpikir makin diabaikan, maka ada suatu titik ketika bangsa Barat menyalip keunggulan
peradaban Islam, dan akhirnya penjajahan atas negeri-negeri Islam dimulai. Puncaknya adalah saat al Aqsha di bumi
yang diberkahi dijajah oleh Israel hingga hari ini. Inilah dimensi politik dari Isra’ Mi’raj.
Oleh karena itu, dalam memperingati Isra’ Mi’raj sudah sewajarnya kita kuatkan kembali keimanan, lalu kita jadikan
sholat berjama’ah sebagai model kepemimpinan Islam. Kemudian kita jadikan cinta sains untuk membangun ulang
peradaban Islam, yang akan menjadi bekal memerdekakan bumi Islam yang terjajah.
Umat Islam tanpa sains dan teknologi terbukti mudah terjajah. Sains dan teknologi tanpa Islam cenderung menjajah.
Hanya jika umat Islam memegang kendali atas sains dan teknologi, maka mereka akan kembali merahmati alam,
membebaskan dunia dari penjajahan.[] Republika
Perjalanan Isra Mi'raj mungkin terjadi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isra Mi'raj adalah sebuah fenomena perjalanan yang sangat mungkin terjadi dan bisa
dijelaskan kemungkinannya dari sisi keilmuan masa kini. Hal ini disampaikan Dosen Fisika Institut Pertanian Bogor
(IPB) Husin Alatas kepada Republika.co.id, Jumat (13/4).

"Kita tidak bisa tahu mekanisme atau cara pastinya perjalanan Isra Mi'raj tersebut seperti apa, kita hanya bisa
membahasnya mungkin atau tidak, dan itu sangat mungkin," kata pakar biofisik, optik dan fisika teori ini.

Mulai dari Isra yang merupakan perjalanan dari Makkah ke Palestina. Prof Husin mengatakan fenomena tersebut bisa
dijelaskan dengan teknologi yang ada saat ini. Seseorang bisa melakukan perjalanan dari satu posisi ke posisi lain di
muka bumi dalam waktu singkat.

"Sekarang ada pesawat yang memungkinkannya terjadi, dahulu memang tidak terpikirkan, saudagar perlu berbulan-
bulan perjalanan," katanya.
Ini Makna Spiritual Isra Mi'raj

Peraih penghargaan dari Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia ini menegaskan mekanisme atau cara
Isra tidak bisa dipastikan, wallahualam. Tapi, Isra bisa ditelaah kemungkinannya dengan sains saat ini. Teknologi
modern kini mengenal pesawat sebagai sarana perjalanan singkat dalam satu malam itu. Dalam riwayat, Nabi
Muhammad SAW melakukan perjalanan ini dengan buraq.

"Saya tidak punya penjelasan ilmiah tentang buraq, tapi ia analog dengan pesawat, sebagai wahana atau sarana," kata
Prof Husin.

Menurutnya, yang menarik adalah Mi'raj yang merupakan perjalanan Rasulullah SAW untuk menemui Allah SWT di
Sidratul Muntaha. Prof Husin mengatakan banyak spekulasi yang bisa menjelaskan fenomena ini. Mulai dari spekulasi
apakah perjalanan tersebut beserta jasad Rasulullah atau hanya bersifat perjalanan ruhiyah atau imateril.

"Baik dengan jasad atau tidak, dua-duanya memungkinkan," kata dia.

Namun jika memaparkan kemungkinannya, maka ada banyak spekulasi atau teori yang bisa dijelaskan. Mulai dari
kemungkinan Nabi Muhammad SAW melakukan Mi'raj dengan jasad, maka ada teori relativitas dan fisika partikel yang
bisa disodorkan.

"Ada prinsip kesetaraan energi dan materi, bahwa secara prinsip materi bisa berubah jadi energi dan sebaliknya, kalau
berubah jadi energi dia punya kecepatan cahaya," katanya.

Selain itu ada teori yang sedang berkembang saat ini tentang dimensi ekstra. Misal, jarak titik A ke titik B sangat jauh.
Tapi ada jalan tikus yang memungkinkan waktu perjalanannya sangat singkat. Jalan tikus inilah yang disebut dimensi
ekstra, yang menyebabkan perjalanan menjadi lebih cepat.

"Ada beberapa fenomena alam yang menunjukkan indikasi dimensi ekstra itu ada, artinya fenomena alam ini hanya
bisa dijelaskan kalau ada dimensi ekstra tadi," kata dia.
Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)
Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Isra’ (17): 1).

 <> Pilihan judul Isra’ Mi’raj dalam Perspektif Agama dan Sains ini bukan dimaksudkan untuk melihat peristiwa Isra’
Mi’raj dari perspektif yang saling kontradiktif antara sains versus agama sebagaimana terjadi dalam tinjauan-tinjauan
sains sekuler, sebaliknya judul ini diambil untuk berusaha memberi pandangan yang integratif  tentang peristiwa Isra’
Mi’raj dari sisi sains maupun agama, karena sains dan agama di dalam Islam bukanlah dua entitas yang berdiri sendiri-
sendiri. Islam memberikan tinjauan yang meliputi segala aspek kehidupan dan semua segi pemikiran. Prinsip Islam
adalah tidak ada persoalan yang berada di luar tata ruang agama, termasuk prinsip di dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Sains memerlukan bimbingan agama agar menghasilkan produk pengetahuan yang menyelamatkan
masa depan umat manusia, demikian juga agama perlu penjelasan sains agar tidak terjatuh ke dalam mitos dan
takhayul para dukun jahat. Isra’ mi’raj adalah satu-satunya perjalanan dahsyat menakjubkan yang menjembatani
perjumpaan manusia dengan Allah, yaitu perjumpaan Rasulullah Muhammad dengan Allah SWT. Selain Rasulullah
hanya iblis makhluk yang pernah bertatapan wajah dan bernegosiasi dengan Allah. Nabi Musa terkejut pingsan di
bukit Tursina (Sinai) sebelum sempat melihat wajah Allah. Al-Hallaj terpenggal. Syekh Siti Jenar dieksekusi. Namun
setelah dalam kenikmatan tak tertandingi dapat berjumpa dengan Allah justru Rasulullah tidak berdiam di sisi Allah,
tapi Rasulullah kembali lagi ke bumi untuk menjalankan tugas-tugas kekhalifahan yang nantinya menjadi ukuran
kualitatif tingkat keberhasilan manusia sebagai manusia.

Secara kualitatif manusia bisa dibedakan menjadi tiga tingkat:


pertama Insan (Annas), suatu kriteria paling mudah dicapai, tanpa perjuangan. Tanpa mengaitkan diri dengan
komitmen apapun manusia sudah termasuk manusia dalam artian insan.
Kedua ‘abdullah, kriteria bila mana manusia itu berusaha taat, patuh, dan tunduk pada Allah supaya tidak mendapat
kemurkaan-Nya. Kriteria kedua ini sedikit lebih tinggi dari kriteria pertama namun belum mencapai tingkat partisipasi
aktif dalam mengubah, memperbaiki, dan mengkreatifi keadaan di muka bumi.
Ketiga khalifatullah, adalah kriteria manusia yang selaras dengan tujuan diciptakannya manusia. Dia tidak hanya
fakum dalam kepatuhan yang tidak produktif. Khalifatullah adalah jenis manusia yang memperbaiki dan
membangun. Membersihkan yang kotor, mengubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat, mencerdaskan yang
dibodohi, membebaskan yang teraniaya adalah contoh partisipasi aktif manusia khalifatullah. Manusia-manusia
khalifatullah inilah yang di dalam Islam diusahakan kelahirannya di tengah-tengah problem umat manusia yang
membutuhkan solusi. Mengambil istilah dari surat Ali ‘Imran (3): 110 manusia-manusia tersebut adalah khaira ummah.
“Kuntum khaira ummah ukhrijat linnasi ta’muruna bil ma’rufi wa tanhauna ‘anil munkar wa tu’minuna billahi.”
Manusia-manusia pilihan adalah mereka yang terlibat aktif melakukan perbaikan (liberasi), mencegah terjadinya
kemungkaran dengan usaha-usaha pembebasan, pembelaan pada yang lemah (liberalisasi), dan beriman kepada
Allah (transendensi). Sebagian besar agama hanya concern pada aspek transendensi. Islam menjadikan ketiga-tiganya
sebagai aspek yang saling bersinergi. Seorang yang beriman bukanlah seorang yang bersembunyi dalam aktivitas ritual
di dalam goa, tapi iman itu harus teraktualisasi dalam gerakan liberasi dan liberalisasi.

Di samping sebagai perjalanan luar biasa yang menjembatani perjumpaan manusia Muhammad Rasulullah dengan
Allah, peristiwa Isra’ Mi’raj dapat dipahami dengan menafsir-nafsirkan surat Isra’ tersebut dengan ayat-ayat kauniyyah
yang berupa alam beserta sifat-sifatnya. Subhanalladzii (Maha Suci Allah) Cerita tentang Isra’ Mi’raj dimulai dengan
kata Subhanalladzii. Kata pembuka ini memiliki arti yang mendalam. Kata subhanallah diucapkan ketika seseorang
berhadapan dengan sesuatu yang luar biasa. Dengan awal kalimat tersebut tersirat bahwa Allah akan bercerita
tentang sesuatu yang luar biasa pada kalimat-kalimat berikutnya. Asraa (memperjalankan) Perjalanan Isra’ Mi’raj
terjadi karena Allah yang memperjalankan. Perjalanan tersebut adalah perjalanan tercepat yang pernah ditempuh
manusia, karena kecepatannya diceritakan bahwa Rasulullah mengendarai Buraq menuju Masjidil Aqsha berlanjut ke
Sidratul Muntaha. Buraq berasal dari kata barqun yang berarti kilat cahaya. Dalam perjalanan tersebut memang
Rasulullah dibawa oleh malaikat Jibril yang asal kejadian malaikat itu sendiri adalah dari cahaya. Karena asal
kejadiannya dari cahaya maka malaikat bergerak dengan kecepatan cahaya, yaitu 300.000 km perdetik atau delapan
kali keliling bumi per detik. ‘Abdihi (hambaNya) Para ahli tafsir sepakat bahwa dengan menggunakan kata ‘abdi
memberikan isyarat bahwa perjalanan itu dilakukan Rasulullah sebagai manusia seutuhnya, jiwa dan badannya. Di
sinilah mulai muncul problem dalam menjelaskan peristiwa Isra’ Mi’raj. Malaikat adalah makhluk cahaya, yang
badannya tersusun dari photon-photon, yang sangat ringan. Karena itu tidak mengalami kendala untuk bergerak
dengan kecepatan cahaya yang demikian tinngi. Akan tetapi Rasulullah adalah manusia. Badannya tersusun dari atom-
atom kimiawi, yang memiliki bobot, terdiri atas gabungan dari organ-organ, dan organ-organ itu terdiri atas sel-sel
yang tersusun dari partikel yang lebih kecil yaitu atom, dan ternyata atom juga tersusun dari partikel sub atomik
seperti proton, elektron, neutron dan lain sebagainya.
Jika materi yang mempunyai bobot (berat) bergerak dengan kecepatan cahaya dalam perhitungan fisika yang terjadi
ada dua kemungkinan,
pertama materi itu akan terbakar karena bergesekan dengan atmosfir dengan sangat cepat, atau
kedua materi itu akan tercerai berai, terpisah-pisah menjadi partikel-partikel penyusunnya. Badan tercerai berai
menjadi organ-organ, menjadi sel-sel, atom, dan partikel sub atomik. Salah satu skenario rekontruksi untuk mengatasi
probem di atas adalah teori Annihilasi. Teori ini mengatakan bahwa setiap materi (zat) memiliki anti materi. Dan jika
materi dipertemukan atau direaksikan dengan anti materinya, maka kedua partikel tersebut bakal lenyap berubah
menjadi seberkas cahaya atau sinar gama. Teori ini bisa digunakan untuk menjelaskan proses perjalanan Rasulullah
pada etape pertama ini. Agar  Rasulullah dapat mengikuti kecepatan Jibril, maka badan wadag Rasulullah diubah oleh
Allah menjadi badan cahaya. Untuk menjelaskan proses bagimana Rasulullah kembali menjadi jasad semula kiranya
tidak mencukupi untuk disampaikan pada makalah ini. Laila (malam hari) Perjalanan cahaya itu di lakukan pada
malam hari karena cahaya membutuhkan media yang bernama kegelapan atau keadaan gelap. Pendengaran pada
malam hari juga menjadi lebih tajam daripada siang hari karena suara malam hari tidak mengalami interferensi atau
gangguan gelombang yang terlalu besar, sehingga terdengar jernih. Dalam kesunyian malam suara dikejauhan pun
bisa terdengar jelas. Minal masjid al-haraam ilal masjid al-Aqsa (dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha)Allah
memilihkan perjalanan itu dari masjid ke masjid karena masjid adalah tempat yang banyak menyimpan energi positif.
Masjid adalah tempat yang menampung umat beribadah. Masjidil Haram menjadi tempat beribadah semenjak di
bangun Ka’bah oleh nabi Ibrahim bersama nabi Ismail, dan Masjidil Aqsha meskipun pada waktu itu hanya berupa sisa
pondasi dulunya adalah bekas masjid nabi Sulaiman (Solomon Temple). Di sekeliling antara kedua tempat itu adalah
tempat yang diberkahi sebagai asal mula peradaban. Asal-usul kemajuan peradaban barat sekarang pada dasarnya
adalah dari kedua tempat tersebut. Bisa diramalkan asal peradaban adalah dari timur dan akan kembali lagi ke timur.

Terbukti musisi-musisi barat pada puncak prestasinya mencapai kesempurnaan karya ketika berkolaborasi dengan
musisi-musisi timur. Di bidang Sains juga kemungkinan di barat nanti akan lahir suatu penemuan yang menjadikan
orang barat terpaksa harus belajar ke timur. Mi’raj (Perjalanan menembus batas-batas langit) Langit dalam al-Qur’an
adalah kata yang sering di sebut dengan bentuk tunggal samaa’, misalnya inna fii khalqis samaa’i wal ardhi atau
bentuk jama’ samawaat, misalnya sab’a samawaat. Terdapat ayat yang menyebutkan tentang tujuh langit dan tujuh
bumi (QS. 65: 12), atau  tujuh langit yang bertumpuk-tumpuk (QS. 67: 3), atau kata langit yang dipergunakan untuk
menggambarkan lapisan-lapisan atmosfir bumi (QS. 2: 29), (QS. 30: 48). Namun yang dimaksudkan Mi’raj bukanlah
sekedar perjalanan ke angkasa bumi melewati lapisan-lapisan atmosfir, sebab jika manusia berpijak dari bumi ke
angkasa menembus bintang-bintang sejauh apapun sesungguhnya dia masih berada pada langit pertama, yaitu langit
dunia (QS. 67: 5), padahal Allah menciptakan tujuh langit. Lalu dimanakah langit kedua sampai langit ke tujuh berada?.
Jika kita memahami dengan seksama (QS. 52: 38), (QS. 72: 8), (QS. 78: 18-19) akan kita dapatkan gambaran bahwa
ketujuh langit tersebut letaknya berdampingan akan tetapi tidak bisa ditembus karena perbedaan dimensi. 

Tujuh langit tersebut adalah tujuh alam hidup berdampingan dengan perbedaan dimensional. 
1. Langit pertama adalah ruang tiga dimensi, punya luas dan ketebalan, di huni oleh manusia. Bumi, planet, tata suya,
matahari, bintang-bintang, galaksi dan segala susunan putaran yang kita saksikan adalah pada langit pertama atau
langit dunia. 
2. Langit kedua adalah ruang yang berdimensi empat, dihuni oleh bangsa jin dan makhluk yang berdimensi empat
lainnya. Langit kedua tersusun atas langit pertama dan kedua.
3. Langit ketiga adalah ruang berdimensi lima yang di dalamnya dihuni oleh arwah orang-orang yang sudah
meninggal. Langit ketiga tersusun atas langit pertama, kedua, dan ketiga.
4. Langit keempat sampai ke tujuh memiliki gambaran yang sama, tersusun dari langit-langit sebelumnya, dan dari
langit-langit sebelumnya, begitu seterusnya hingga langit ke tujuh yang memiliki ruang berdimensi sembilan.
Rasulullah melakukan perjalanan sampai langit ke tujuh yang mempunyai ruang berdimensi sembilan.

Ruang yang lebih tinggi dimensinya mengandung di dalamnya dimensi-dimensi yang ada di bawahnya, sebagamana di
dalam volume yang berdimensi tiga di dalamnya terkandung luas yang berdimensi dua. Luas berdimensi dua terdiri
atas jajaran garis-garis, dan garis-garis terdiri dari jajaran titik-titik. Karena telah berada pada dimensi yang paling
tinggi, maka Rasulullah menyaksikan dengan jelas segala tata peradaban yang berada mulai langit pertama sampai
langit ke tujuh. Itulah yang menyebabkan Rasulullah dapat membaca masa lalu dan masa yang akan datang, karena
Rasulullah telah mencapai perjalanan di luar lingkar ruang dan waktu yang ada pada langit pertama atau langit dunia.
Semua yang ada pada lingkar langit pertama sampai langit keenam sudah terangkum ketika Rasulullah sampai pada
langit ke tujuh yang berdimensi sembilan. Wallahu a’lam bissawab. * Pengasuh Pesantren Kenduri Hani Demak dan
Pegiat di Rumah Pendidikan Sciena Madani Tags:

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/38469/isra039-mi039raj-dalam-perspektif-sains-dan-agama
REPUBLIKA.CO.ID, Isra Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makah ke Masjidil Al
Aqsa di Yerusalem (Isra), kemudian dilanjutkan menuju langit ke Sidratul Muntaha (Mi'raj) dengan tujuan menerima
wahyu Allah SWT. Peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi pada 621 M, dua tahun setelah wafatnya sang istri Siti Khadijah dan
paman Rasulullah, Abu Thalib.

Pada suatu hari Rasulullah SAW diundang menginap di rumah kerabatnya, yaitu rumah Umm Hani', putri Abu Thalib.
Jika waktu tiba, selama kunjungan tersebut, keluarga tersebut akan melakukan shalat berjamaah. Usai shalat
berjamaah, Rasulullah tidur sejenak kemudian mengunjungi Ka'bah di malam hari. Ketika beliau di sana, rasa kantuk
menghampiri dan beliau pun tertidur di Hijr.

"Ketika aku sedang tidur di Hijr," cerita Rasulullah SAW, "Jibril datang kepadaku dan mengusikku dengan kakinya. Aku
segera duduk tegap. Setelah kulihat tidak ada apa- apa, aku berbaring kembali. Ia datang lagi untuk kedua kalinya.
Ketiga kalinya, ia mengangkatku.

"Aku bangkit dan berdiri di sampingnya. Jibril mengajakku menuju pintu masjid. Di sana ada seekor binatang putih,
seperti peranakan antara kuda dan keledai dengan sayap di sisi tempat menggerakkan kakinya. Langkahnya sejauh
mata memandang,"

Rasulullah SAW menceritakan bagaimana beliau menunggangi Buraq, nama binatang tersebut, bersama malaikat yang
menunjukkan jalan dan mengukur kecepatannya seperti menunggang kuda yang menyenangkan.

Perjalanan ke Yerusalem (Isra')

Mereka melaju ke utara Yatsrib dan Khaybar, sampai tiba di Yerusalem. Kemudian mereka bertemu dengan para Nabi
seperti Ibrahim, Musa, Isa dan nabi- nabi yang lain. Ketika beliau shalat di tempat ibadah itu, mereka menjadi
makmum di belakangnya.

Lalu ada dua gelas disuguhkan kepada Nabi dan ditawarkan kepadanya. Satu berisi anggur dan satu lagi susu, dan
beliau mengambil gelas berisi susu.

Jibril berkata: "Engkau telah diberi petunjuk kepada jalan yang benar dan memberi petunjuk kepada umatmu, hai
Muhammad! Anggur itu terlarang bagimu,"

Perjalanan ke langit (Mi'raj)

Kemudian seperti yang pernah terjadi pada nabi yang lain, kepada Nuh, Ilyas, dan Isa, juga Maryam, Muhammad SAW
diangkat keluar dari kehidupan ini menuju langit. Dari Masjid Al-Aqsa, Beliau kembali mengendarai Buraq, yang
menggerakkan sayapnya terbang ke atas.

Bersama malaikat yang kini menampakkan wujud aslinya, Beliau Mi'raj melampaui ruang, waktu dan bentuk lahiriah
bumi lalu melintasi ke tujuh langit. Di sana Beliau bertemu kembali dengan para nabi yang shalat bersamanya di
Yerusalem. Namun, di Yerusalem mereka tampak seperti hidup di bumi. Sementara Nabi kini melihat mereka dengan
wujud ruhani sebagaimana mereka melihat Beliau.

Rasulullah SAW kagum dengan perubahan mereka. Mengenai Nabi Yusuf As, ia berkomentar: "Wajahnya laksana
cahaya rembulan saat purnama. Ketampanannya tidak kurang dari setengah ketampanan yang ada saat ini,"

Puncak Mi'rajnya adalah di sidrat al-muntaha -- begitulah yang disebut dalam Alquran. Di salah satu tafsir tertua
berdasarkan hadis Nabi dikatakan: "Sidrat al-muntaha berakar pada singgasana (Arsy). Itu menandakan puncak
pengetahuan setiap orang yang berpengetahuan baik malaikat maupun rasul. Segala sesuatu di atasnya adalah misteri
yang tersembunyi, tidak diketahui oleh siapapun kecuali Allah semata,"

Pada puncak semesta, Jibril tampak di hadapan Beliau dalam segenap kemegahan malaikatnya, seperti saat pertama
kali diciptakan. Disebutkan dalam QS An- Najm (53), ayat 16-18: "(Muhammad melihat Jibril) ketika sidrat al-muntaha
diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang paling besar,"

Menurut tafsir, Cahaya Ilahi turun meliputi sidrat al-muntaha, juga meliputi segala sesuatu di sisinya. Mata Rasulullah
SAW menatapnya tanpa berkedip dan tanpa berpaling darinya. Hal itu merupakan jawaban atau salah satu jawaban
atas permohonan yang tersirat dalam ucapannya. "Aku berlindung kepada Cahaya keridhoan-Mu,"
Di sidrat al-muntaha, Rasulullah SAW menerima perintah shalat lima puluh kali dalam sehari semalam bagi umatnya.
Kemudian beliau menerima wahyu yang berisi ajaran pokok Islam:

"Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan dari Tuhannya, demikian pula orang- orang yang beriman
kepada Allah. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat- malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya dan rasul- Rasul-nya.

Dan mereka berkata: 'Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun dengan yang lain dari rasul-rasul-Nya,' dan
mereka mengatakan: 'Kami dengar dan kami taat'. Mereka berdoa: 'Ampunilah kami, Ya Tuhan kami, dan kepada
Engkaulah tempat kembali'."

Mereka kemudian turun melintasi tujuh langit tempat mereka naik. Setelah Rasulullah SAW dan malaikat turun ke
Yerusalem, mereka kembali ke Mekah melewati banyak kafilah ke arah selatan. Ketika mereka tiba di Ka'bah, waktu
itu masih malam dan Rasulullah SAW kembali ke rumah keponakannya, Umm Hani' dan menceritakan Isra' dan Mi'raj
kepada keponakannya.

Umm Hani' menuturkan: "Wahai Rasulullah, jangan ceritakan ini kepada masyarakat, karena engkau akan dianggap
berbohong. Mereka akan menghinamu," Rasulullah SAW menjawab: "Demi Allah aku akan menceritakan kepada
mereka,"

Keyakinan Abu Bakar dan gelar As- shiddiq

Beliau pergi ke masjid dan menceritakan tentang perjalanannya ke Yerusalem. Musuh-musuhnya merasa senang
karena mereka memiliki alasan untuk menghina Rasulullah. Karena setiap orang Quraisy tahu bahwa perjalanan
kafilah dari Makkah ke Syria membutuhkan waktu sebulan untuk berangkat dan sebulan untuk kembali.

Sekelompok orang pergi menemui Abu Bakar dan bertanya: " Wahai Abu Bakar, apa pendapatmu sekarang tentang
sahabatmu itu? Ia mengatakan, telah pergi ke sana dan shalat di sana, lalu kembali ke Makkah,"

"Jika ia berkata demikian, itu benar," jawab Abu Bakar penuh keyakinan. "Dimana keganjilannya? Beliau mengatakan
kepadaku bahwa berita-berita datang kepadanya dari langit ke bumi dalam satu jam sehari atau semalam. Maka, aku
percaya dia pergi dari bumi ke langit dalam semalam."

Kemudian Abu Bakar mendatangi masjid dan mengulang pembenarannya. "Jika itu yang dikatakan Beliau, maka itu
benar,"

Karena itu Rasulullah SAW memberinya gelar 'As- Shiddiq' yang artinya 'saksi kebenaran' atau 'orang yang meyakini
kebenaran'. Selain itu, sebagian orang yang menganggap cerita ini sulit diterima mulai berpikir ulang. Sebab,
Rasulullah SAW menggambarkan beberapa kafilah yang beliau temui dalam perjalanan pulang.

Beliau juga mengatakan dimana mereka berada dan kapan mereka diperkirakan tiba di Makkah. Ternyata setiap
kafilah tiba tepat seperti yang diperkirakan. Begitu pula dengan ciri-ciri yang Beliau gambarkan.

Kepada orang-orang yang berada di masjid, Rasulullah SAW hanya menceritakan mengenai perjalanannya ke
Yerusalem. Namun, ketika beliau bersama Abu Bakar dan sahabat lainnya beliau menceritakan mi'raj nya ke langit
ketujuh, menceritakan sebagian yang telah Beliau lihat, yang selebihnya diceritakan di tahun-tahun kemudian,
seringkali dalam menjawab pertanyaan.

TNI AU. “Sangat banyak faktor faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad SAW di Isra Mi’rajkan oleh Allah SWT
tetapi karena keterbatasan waktu hanya tiga faktor saja yang akan disampaikan, Yaitu :Pertama, Untuk menghibur
Nabi Muhammad SAW karena menurut sejarah sebelum peristiwa Isra Mi’raj tersebut beliau ditinggalkan oleh orang
yang sangat beliau cintai yaitu Istrinya dan Pamannya. Karena kedua orang tersebut adalah benteng Moril maupun
Materiil, pendukung utama ketika Nabi Muhammad SAW menyebarkan Agama Islam.Kedua, Untuk memperlihatkan
sebagian tanda-tanda kebesaran Allah SWT.Ketiga, Untuk menerima perintah ibadah Shalat 5 waktu”.
Demikian salah satu isi ceramah yang disampaikan oleh penceramah Ust.Cecep Nurzaman S.Pd.i dalam acara
peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan di Gedung Srutasala Seskoau Lembang Kabupaten
Bandung Barat, Kamis (26/4). Pada acara ini diawali dengan pembacaan Ayat Suci Al-qur’an serta Saritilawah yang
sampaikan oleh Serka Muhammad Wildan S. dan Pns Eni Fajriah. Kemudian dilanjutkan sambutan Komandan Seskoau
Marsekal Muda TNI Johanes Berchmans SW. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa bagi umat Islam,
memperingati peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad  Sholallahu ’Alaihi Wasalam, merupakan salah satu sarana untuk
melakukan evaluasi dan introspeksi diri tentang seberapa jauh, kita melaksanakan shalat lima waktu yang harus
dilakukan dengan baik dan berkualitas, karena semua itu sebagai wujud keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah
Subhanahu Wata’ala. Kemudian pada kesempatan tersebut, beliau menghimbau kepada segenap  warga Seskoau
beserta keluarga agar hikmah peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad  Sholallahu ’Alaihi Wasalam ini hendaknya
mampu diaktualisasikan dalam sikap, ucapan dan tingkah laku sehari-hari.
Rasulullah menempuh jarak sangat jauh hanya dalam waktu semalam.
Dream - Sebagai bulan mulia, Rajab menyimpan banyak peristiwa penting yang berhubungan langsung dengan
keimanan. Salah satu peristiwa itu, dan nilainya sangat penting bagi umat Islam, adalah Isra Miraj.
Peristiwa Isra Miraj jatuh setiap 27 Rajab. Untuk tahun ini, Isra Miraj 1440 H bertepatan dengan Rabu, 3 April 2019.
Dikutip dari Islami.co, Isra Miraj merupakan peristiwa menakjubkan yang hanya bisa terjadi karena kuasa dan
kehendak Allah SWT. Peristiwa ini berlangsung pada malam selepas Isya.
Ibnu Khalifah dalam bukunya Mukjizat An Nabi Al Mukhtar min Shahih Al Akhbar menyebut Rasulullah melampaui
tujuh langit hingga tiba di Sidratul Muntaha ketika menjalani Isra Miraj. Seluruh waktu yang dibutuhkan hanya sekitar
2-4 jam, dari berangkat hingga kembali.
Abu Al Qasim Isma'il bin Muhammad At Taimi dalam kitab Al Hujjah fi Bayan Al Mahajjah wa Syarh Aqidah Ahli As
Sunnah menjelaskan Rasulullah dijemput Jibril dan Mikail usai Isya. Kemudian, Rasulullah melesat menuju Masjidil
Aqsa dengan Buraq.
Rute Buraq yang membawa Rasulullah adalah dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa untuk singgah. Kemudian,
Rasulullah melanjutkan perjalanan menuju Sidratul Muntaha.
Masjidil Haram yang dimaksud dalam Alquran dan sejumlah dalil mengenai Isra Miraj yaitu Kabah di Mekah yang
menjadi kiblat kedua umat Islam. Sedangkan Masjidil Aqsa berada di negeri yang sekarang dinamai Palestina, sebagai
kiblat pertama umat Islam.
1 dari 1 halaman
Posisi Masjidil Aqsa
Syeikh An Nawawi Al Bantani dalam kitab Marah Labid, menjelaskan dipilihnya Masjidil Aqsa sebagai tempat singgah
karena beberapa alasan. Di antaranya agar Buraq dapat terbang ke langit secara lurus.
Syeikh An Nawawi menyebut satu riwayat menyatakan Masjidil Aqsa berada pada posisi tegak lurus dengan pintu
langit. Selain itu, Masjidil Aqsa menjadi tempat para Nabi Bani Israil dalam berdakwah seperti Nabi Musa, Nabi Isa,
dan nabi-nabi lainnya.
Dalam Surat An Najm ayat 13-18, Allah menerangkan apa saja yang dilihat Rasulullah saat berada di Sidratul Muntaha.
" Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di
Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi
oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar."
Sumber: Islami.co
Tidak ada pengecualian lagi, setiap orang termasuk saya dan anda ingin menikmati hidup. Menikmati hidup berarti
menikmati setiap saat, setiap detik yang terbang menghilang.
Sebagian besar sahabat yang hidup di daerah perkotaan sewaktu mendengar kata "menikmati hidup", mungkin akan
membayangkan hidup di suatu tempat yang indah, seperti pantai, gunung, sawah atau rumah idaman. Mungkin juga
ada yang membayangkan suatu masa depan ketika kita berpensiun, mempunyai deposito yang banyak, lepas dari
rutinitas dan hidup damai.
Jika kita perhatikan paling tidak ada dua dimensi mendasar yang hampir selalu dikaitkan dengan menikmati hidup.
Pertama adalah dimensi ruang atau tempat kita ingin menikmati hidup, dan yang kedua adalah dimensi waktu, suatu
masa dimana kita ingin menikmati hidup itu. Dengan kemampuan yang terbatas dan banyak menggeneralisasi, izinkan
saya menuliskan pandangan-pandangan saya terhadap dimensi ruang dan waktu jika dihubungkan dengan menikmati
hidup ini.
Dimensi Ruang

Advertisment
Dari membaca tulisan di atas, secara sederhana dapat diambil kesimpulan bahwa jarang sekali ada orang yang merasa
puas dengan tempat dia berada sekarang. Kebanyakan orang berfikir bahwa dirinya akan menikmati hidup jika berada
di tempat lain dengan kondisi yang diinginkan. Sahabat yang di desa misalnya ingin bergabung dengan gemerlapnya
kota, sementara yang di kota ingin hidup berdampingan dengan alam. Namun, banyaknya ketakutan dalam diri yang
menumpuk sering kali dijadikan penghalang dalam mewujudkan keinginan tersebut. Selain ketakutan lainnya,
ketakutan akan tidak mendapat penghasilan bisa jadi adalah ketakutan terbesar.
Harus diakui, pada zaman ini uang menjadi penghipnotis ulung yang membuat semua manusia mengejarnya. Tanpa
bermaksud untuk menilai bahwa uang itu penting atau tidak penting, mari kita renungkan tentang nilai akhir yang kita
kejar. Uang atau materi adalah suatu sarana yang kita harap akan mengantarkan kita pada suatu nilai akhir yang kita
inginkan. Ketenangan atau rasa nyaman adalah end value atau nilai akhirnya, sedangkan sarana atau mean value-nya
adalah materi yang dianggap dapat mengantarkan kita ke rasa aman tersebut. Semua orang ingin mencapai end
value namun, banyak yang terjebak pada sarana dan materinya saja yang membuat manusia menjadi seperti robot,
berusaha mencari sarana (uang) sebanyak-banyaknya hingga melupakan tujuan akhirnya.
Seorang pujangga besar India, Rabindranath Tagore, pernah berkata "pergi dan carilah hidup di tempat hidup itu
terasa indah". Melalui perenungan yang dalam, akhirnya saya memahami maksud sang peraih nobel kesusastraan
tahu 1913 tersebut. Saya mengartikannya sebagai suatu lokasi di luar, tempat yang kita ingin tempati. Namun,
ternyata pemahaman ini sangat dangkal, sekarang saya memahami bahwa Penncipta sangatlah adil, Dia menyediakan
ruang terindah itu ada di dalam diri kita, di dalam hati kita. Perjalanan naik turun gunung kehidupan, saya menyadari
bahwa perkataan Tagore untuk mengikuti kata hati bukanlah hal yang mudah. Itu bukanlah jalan tol yang bebas
hambatan, melainkan sebuah jalan setapak terjal, yang berujung pada oase yang tak pernah kering.
Dimensi Waktu
Seringkali ku dengar kalimat "live in present moment" atau hiduplah pada saat ini. Ya, mungkin ada yang bertanya,
"memangnya kita tidak hidup pada masa kini?" Tidak. Sebagian besar dari kita tidak hidup pada masa kini, pikiran kita
masih disibukkan dengan apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Jangkan ketakutan masa depan,
kesenangan yang akan kita nikmati di beberapa jam ke depan pun dapat menghambarkan kenikmatan hidup saat ini.
Jika kita benar benar memperhatikan apa yang kita kerjakan pada saat ini, pasti akan muncul rasa-rasa baru yang
belum pernah kita rasakan dan akan memperkaya jiwa dan tubuh kita. Di akhir tulisan ini saya ingin berbagi sebuah
cerita singkat dari seorang
 "Suatu hari seorang manusia bertanya kepada Tuhan "apa yang paling mengejutkan-Mu tentang manusia? Tuhan
menjawab, "mereka kehilangan kesehatannya demi mendapatkan uang, dan kemudian kehilangan uangnya untuk
memulihkan kesehatannya....dengan mencemaskan masa depannya, mereka melupakan saat ini. Karenanya, mereka
tidak hidup di masa sekarang, dan juga tidak di masa yang akan datang"
Mereka hidup seolah-olah mereka tidak akan pernah mati, dan mereka mati seolah-olah tidak pernah hidup' 
Alasan Perjalanan Menembus Ruang dan Waktu Bisa Dilakukan

Hakikat waktu memang masih menyisahkan misteri. Teori bertebaran demi menguak beberapa kemungkinan dari
misteri waktu. Di antaranya kemungkinan mampu melakukan perjalanan waktu.
Cermis.id – Apakah perjalanan menembus ruang dan waktu bisa dilakukan? Sejauh ini para ilmuwan belum benar-
benar mampu memastikan kemungkinan tersebut. Namun motivasi itu tak surut, ilmuwan masih terus mengkaji.
Banyaknya pengalaman manusia tak sengaja terjebak pada dimensi berbeda menjadi buktinya.
Kedutan waktu menjadi jalan para ilmuwan menemukan fakta sains dalam melapangkan tekadnya menemukan cara
menembus dimensi pada waktu yang lampau atau sebaliknya.
Salah satu peristiwa penting yang diduga mengalami kedutan waktu pernah menimpa dua turis yang tengah berlibur
di pantai  Puys, Prancis. Kisahnya berawal pada  4 Agustus 1951. Kala itu fajar belum lagi menyingsing. Heningnya
suasana kala itu membuat deru ombak terdengar memecah kesunyian. Subuh itu pantai Puys menunjukkan
pesonanya. Sungguh membuat pikiran tenang.
Namun, disaat itu sebuah pengalaman tak terlupakan akan membekas diingatan turis itu. Dua turis perempuan itu
terbangun dari lelap tidurnya lantaran mendengar suara tembakan di mana-mana.
Suara itu semakin menguat dengan rentetan tembakan yang semakin gencar disusul jeritan dan tangisan yang sangat
kacau. Lalu tidak berapa lama kemudian terdengar dengung sejumlah pesawat seperti menjatuhkan bom ke arah
musuh. Tembakan mortir dan tembakan alat berat lainnya dari segala arah. Belum hilang kepanikan dua turis itu, para
turis juga mendengar suara teriakan.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa bisa menjadi kacau begini? Kedua turis itu memilih untuk tak beranjak keluar.
Dalam hati mereka berharap bantuan segera datang. Merasa terancam, kedua turis lantas tiarap di salah satu sudut
kamar.
Badan keduanya bergetar lantaran ketakutan hebat yang entah bagaimana keduanya mengungkapkannya dengan
kata-kata. Ledakan itu semakin nyaring terdengar, bahkan ada pula suara-suara perintah khas militer dalam bahasa
Inggris dan Jerman, diselingi dengan jeritan kesakitan, dan isak tangis.
Selama kurang lebih tiga jam mereka mendengar jelas semua suara pertempuran di luar sana. Sampai akhirnya suara-
suara mengerikan itu semakin samar dan hilang. Debur gelombang menghantam karang sayup kembali terdengar. Hari
mulai pagi.
Setelah keduanya memastikan situasi aman, kedua turis itu memilih untuk keluar rumah. Mereka mengintip keluar
jendela. Pemandangan di luar sana normal. Tak ada bekas pertempuran baru sama sekali. Aneh.
Keduanya kemudian bertanya-tanya kepada beberapa orang yang berada di dekat sana, apakah mereka mendengar
suara pertempuran barusan? Semua hanya menggeleng dengan wajah bingung. Tak ada kegaduhan apapun, apalagi
suara tembakan dan ledakan bom.
Seorang penduduk lokal yang agak tua mengatakan tak ada pertempuran baru di Normandia setelah D-Day
“Operation Overlord” (1945) dan “Operation Jubilee” (1942). Kemudian sang kakek menjelaskan bahwa Pelabuhan
Dieppe, Puys and Pourville merupakan titik pendaratan pasukan gabungan Sekutu (Inggris, Kanada, AS dan Polandia)
dalam Operation Jubille 19 Agustus 1942.
Lantas, apakah yang sebenarnya sudah terjadi? Kedua turis Inggris itu tetap tak mengerti. Mereka sangat yakin bahwa
apa yang mereka dengar adalah sebuah pertempuran yang bahkan seolah bisa mereka lihat. Dalam kebingungan,
mereka kemudian membuat laporan ke otoritas setempat mengenai fenomena tersebut. Mulanya laporan itu
diabaikan, namun akhirnya sebuah lembaga khusus di Inggris tertarik akan hal tersebut.
Kedutan Waktu, Misteri Tak Terpecahkan
British Society of Psychical Research  kemudian melakukan riset dan penelitian terhadap fenomena tersebut. Mereka
sangat yakin bahwa apa yang dialami dua turis perempuan Inggris itu adalah bagian dari misteri alam yang tidak
terpecahkan. Namun mereka punya asumsi, kemungkinan keduanya telah terjebak dalam kedutan waktu. Suatu
fenomena terbukanya semacam portal energi di suatu tempat yang memungkinkan orang bisa merasakan apa yang
telah terjadi di masa lalu. Tapi Benarkah?
Mungkin saja benar. Karena penelitian terhadap laporan perempuan itu memang menunjukkan kesamaan peristiwa
dengan kejadian nyata di Puys dalam gelar Operation Jubilee, yaitu operasi tempur pendaratan Sekutu di Normandia
untuk memukul Jerman yang bercokol di Prancis pada 19 Agustus 1942.
Puys sendiri adalah sebuah desa tepi pantai dekat pelabuhan Dieppe di Normandy, Prancis menjadi lokasi wisata
alternatif dengan pemandangan pantai bening, dan tebing karang. Romantis untuk sebagian orang yang suka laut. Hal
ini yang mendorong dua turis perempuan itu memilih Puys sebagai tempat liburan musim gugur.
Beberapa Peristiwa Menembus Ruang dan Waktu
1. Pesawat Hilang dari Radar
Awal tahun 1994, sebuah pesawat sipil italia yang berpenumpang 315 orang terbang melintasi pantai Afrika. Pesawat
mendarat dengan selamat pada bandara di salah satu wilayah di Italia. Namun dalam penerbangannya pesawat
tersebut sempat menimbulkan kepanikan dan kecemasan para petugas bandara. Pasalnya, ketika terbang, layar radar
di ruang kontrol sempat kehilangan sinyal keberadaan pesawat. Ketika berhasil mendarat dan dikonfirmasi mengenai
insiden tersebut, anenya tidak seorang pun di dalam pesawat menyadarinya. Perjalanan mereka normal, tidak ada hal-
hal aneh. Tidak ada kerusakan di mesin pesawat, dan tidak ada gangguan apa pun. Para awak dan penumpang baru
menyadari memang benar ada kaganjilan, ketika sadar mereka melewatkan waktu selama 20 menit. Jam setiap
penumpang dan awak kapal terlambat 20 menit.
2. Cincin dan Jam Ditemukan di Era Dinasti Ming
Di lokasi pemakaman di Kota Shangsi, Tiongkok, ditemukan cincin berbentuk jam swiss. Cincin itu ditemukan oleh
sekelompok tim yang terdiri dari para arkeolog dan jurnalis yang tengah membuat film dokumenter. Ketika itu,
mereka tengah memindahkan tanah yang menutupi peti mati pada sebuah makam. Kompleks makam tersebut berasal
dari sebuah Dinasti Ming yang diperkirakan telah berusia 400 tahun. Pertanyaannya bagaimana cincin jam swiss itu
bisa terkubur di makam yang berusia 400 tahun dan tak tersentuh manusia? Lebih anehnya lagi, di belakang jam
tersebut tertulis kata Swiss.
3. Terjebak di Zaman Pra Sejarah
Pada 1982, seorang pilot NATO dalam suatu latihan penerbangan mengalami peristiwa ganjil. Ketika terbang, tiba-tiba
dia melihat ratusan ekor dinosaurus dalam sejurus pandangan mata dalam beberapa waktu.
4. Korban Titanic Selamat Dievakusi di Tahun 1990
Pada 24 september 1990 dan 9 Agustus 1991, dua orang korban kecelakaan kapal berhasil ditemukan dalam keadaan
selamat. Dua orang itu adalah Kapten Smith dan seorang penumpang kapal bernama Wenny Kathe. Kapten Smith
ditemukan dalam keadaan mengapung di lautan. Sementara Kathe diselamatkan di atas gumpalan es 363 kilometer
barat daya Islandia. Melalui identifikasi sidik jari dalam catatan pelayaran laut tidak diragukan lagi Smith adalah kapten
di kapal nahas itu. Begitu pula dengan Kathe yang identitasnya dibenarkan kantor pelayaran sebagai penumpang kapal
itu. Tidak ada yang mengherankan dari penyelamatan ini jika saja mereka bukan penumpang kapal Titanic yang
berlayar pada 15 April 1912. Saat diselamatkan kondisi fisik mereka tidak berubah, persis seperti semula ketika
kecelakaan puluhan tahun silam terjadi.

Kisah Spiritual, Permainan Dimensi Ruang, dan Waktu

13 Agustus 2013   08:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:22  3827  3 5


Spiritual dan science. Bagaimana mendekatkan pemahaman spiritual melalui science, nampaknya itulah yang ingin
diusung Ki Ageng. Pemahaman yang terus saja membombardir Mas Thole di sepanjang romadhon kemarin ini. Hampir
setiap hari ada berpuluh-puluh SMS dikirimkannya, sebuah perjuangan yang luar biasa sekali. Bagi yang memiliki
pengetahuan tentang fisika terbarukan mungkin akan sedikit membantu, namun bagi yang tidak memiliki
pengetahuan itu, bisa jadi, mungkin sama saja keadaannya. Dirinya tidak memiliki referensi yang cukup untuk
menangkap esensi dimensi, ruang dan waktu, yaitu dimensi yang tengah diajarkannya.
Begitu sulitnya manusia melepaskan diri dari hijab raga mereka. Melepaskan semua ego atas harta, kuasa , dan
wanita. Kuasa atas ilmu, kuasa atas jabatan, kuasa atas segala yang dia punya, dan kemudian mengakui dihadapan
Tuhannya, terserah kepada Tuhannya mau dijadikan apa. Dan saatnya dirinya, memasuki relung hatinya yang
terdalam, bersama dengan ‘Sang Pembeda’. Diam disana, dalam pegakuan, ‘La syarika lahu wa bidzalika umirtu wa
ana minal muslimin’. Ya, hati mengakui, menyadari, menerima, dalam totalitas, sesungguhnya dirinya adalah orang
yang berserah. Sesungguhnya keadaannya, akan sukarela atau terpaksa dirinya memang harus berserah. Semua
terjadi atas skenario dan kehendak Tuhan.
Belajar dari Sang Maha Tahu, belajar bagaimana sikap seorang murid yang sedang diajari. Menjadi persoalan
tersendiri, rahsa diri yang sudah  tahu kadang menolak pengajaran yang datang. Bahkan kemudian malahan balik ingin
mengajari. “Sesungguhnya dalam pergantian malam dan siang, dan dalam diri manusia terdapat tanda-tanda
kebesaran Tuhan.” Maka ketika ditunjukan kebesaran-Nya pada diri kita sendiri, kita malahan mengaku-aku bahwa
kebesaran itu milik kita. Kita kemudian berbalik mengajari Sang Maha Tahu.
Betapa sulitnya mengeja kata ‘b-e-r-s-e-r-a-h’. Terserah bagaimana kehendak-Nya dan mau-Nya Allah dalam
mengajari kita. Sebab pengajaran bisa melalui apa saja. Namun sungguhkah kita bisa ?.  Tidak..!, sulit sekali kita
memiliki sikap yang begitu. Kita tidak memiliki etika sebagai ‘murid’. Kita selalu ingin mengajari Maha Guru kita, yaitu
bagaimana seharusnya Maha Guru  mengajari diri kita. Ego akal kita akan selalu begitu. Kita maunya sang gurulah yang
mengikuti kemauan kita.  Rahsa diajari benar-benar akan tidak enak, bagi orang yang tidak tahu manfaat pengajaran
itu. Maka perlu sekali sikap ‘penerimaan’.
Mas Thole dan Ki Ageng sedang diajari oleh Allah melalui seorang anak umur 12 tahun, tentang makrifat. Tidak
tanggung-tanggung pengajaran ini sudah menyentuh esensi filsafat dan science tingkat tinggi. Teori Realitivitas
Eintstein, Fisika Kuantum, pemahaman ruang dan waktu, dikunyahnya dengan mudah, diberikan permisal yang sangat
sederhana sekali. Makanan yang seharusnya hanya cocok untuk orang sekelas doktoral, dengan mudahnya
disajikannya. Mas Thole sendiri perlu waktu tahunan untuk mencerna. Belum lagi Ki Ageng yang memang bidangnya
adalah Fisika. Maka tak heran jika hanya tasbir dan tasmid saja yang mampu didawamkan. Ya, Ki Ageng sedang diajari
oleh anaknya sendiri, yang kemudian di share kepada Mas Thole.
Sayang sekali banyak SMS yang tidak mungkin disajikan disini. Biarlah Mas Thole menjadi saksi atas yang dia saksikan.
Semua menguak tentang misteri ruang dan waktu. Bagaimana para malaikat turun ke bumi yaitu saat pada malam
seribu bulan (Lailatul Qodar). Bagaimana langit disusun tanpa tiang dan bagaimana pada setiap dimensinya ada
kehidupan yang sempurna dengan makhluk-makhluk cerdas disana. Mereka bisa disebut apa saja, Al qur an
membahasakan dalam pemahaman malaikat dan juga bidadari. Bidadari dan malaikat sungguh-sungguh mampu turn
ke bumi. Setiap malaikat dalam urusannya mereka bertingkat-tingkat. Maka dalam kesadaran manusia kadang disebut
sebagai Dewa.
Bagaimana pemahaman ini mampu dikuasai seorang anak 12 tahun, bukankah akan menjadi fitnah jika tidak dijaga ?.
Untuk itulah Mas Thole tidak berani menyajikan seluruh isi SMS dari Ki Ageng. Pemahaman ini akan berbenturan
dengan kesadaran kolektif yang belum siap menerima kebenaran. Kebenaran science dan spiritual (agama) yang
nyatanya saling menyaksikan. Cerita ini masih bellum usai, bagaimanakah mereka berdua diajak ‘journey’ ke alam
dimensi ke 4, walau hanya dalam kesadaran saja. Dimana alam disana dlaah alam yang senantiasa terliputi ‘kasih
sayang’ Nya. Maka para bidadari di kisahkan akan penuh ‘kasih sayang’. Sungguh alam yang akan terus memanggil kita
semua kesana. Disana hanya ada saling mengasihi dan saling menyayangi.
Marilah kita bedah saja sedikit contohnya saja, yaitu manakala rosululloh isro’ dan  mi’roj,  apakah berita-berita yang
dibawa olehnya ?. Rosululloh membawa berita perihal surga dan neraka. Dikisahkan dalam hadist yang shohih
Rosululloh dibawa oleh Jibril untuk melihat-lihat ke dalam isi surga dan neraka. Banyak sekali manusia-manusia disana
dengan segala hasil perbuatan mereka (silahkan buka hadist perihal ini). Beliau bertanya banyak sekali tentang orang-
orang yang ada disana. Tidakkah kita terlintas, mengapakah surga dan neraka sudah ada di jaman Rosululloh ?.
Padahal pada ayat-ayat Al qur an diberitakan, manusia akan dibangkitkan setelah dunia ini kiamat. Bagaimana ini ?.
Jika kita pahami dengan dimensi dan ruang waktu bumi maka kisah ini seperti kontradiksi. Seperti mimpi saja,
sehingga sulit bagi kita menerima kebenaran berita ini. Maka pada saat itu banyak sekali kaumnya yang kemudian
berpaling. Saat Rosululloh menyampaikan berita bahwa dirinya diperjalankan. Tuduhan keji kemudian banyak
dilontarkan kepada Beliau. Kesadaran kolektif saat itu belum mampu menerima adanya hukum ruang dan waktu.
Bahkan dijaman sekarang ini saat mana para ilmuwan sudah mulai menguak hukum relativitas, hukum ruang dan
waktupun masih sulit dipahami. Sehingga banyak orang yang mencemooh menganggap bahwa hukum itu hanya teori
belaka. Maka keberadaan surga dan neraka kembali diperdebatkan.
Sesungguhnya, apa yang dikhabarkan Rosululloh jika kita  pemahami dengan menggunakan konsep ruang dan waktu,
maka keadaannya menjadi sangat sederhana dan simple sekali. Konsepsi relativitas waktu, konsepsi fisika kuantum,
konsepsi dimensi, ruang dan waktu, mampu menjelaskan dengan sangat mudah sekali keberadaan dunia akherat ini.
Kunci untuk memahami semua itu ada pada ‘kesadaran’ pengamat. Ketika kesadaran pengamat terus meluas maka,
kita akan mampu mengamati keadaan ruang dan waktu yang lebih luas lagi.
Permisalnya adalah, kereta api. Setiap golongan manusia berada pada gerbongnya masing-masing. Ketika kita berada
pada gerbong yang sama, maka kita akan bersama-sama menyaksikan realitas yang sama. Bagi kita keadaan bumi dan
alam sekitarnya adalah apa yang kita saksikan di dalam gerbong tersebut. Mari kita sebut saja gerbong kita A.
Bagaimana dengan orang yang berada di gerbong B. Mereka yang berada di gerbong B juga mengalami hal yang sama,
realitas kehidupan mereka adalah apa-apa yang ada di gerbo9ng B. Bagaimanakah jika mereka dipertemukan ?.
Hasilnya dapat kita lihat, mereka akan bersitegang mempertahankan pendapat mereka sendiri. Karena masing-masing
dalam kebenaran yang mereka yakini.   Baiklah kita perjelas, misalkan di gerbong A kondisinya tertutup rapat sekali dia
tidak mendengar apa-apa. Di gerbong B kondisinya bisa melihat keluar namun yang disaksikan disampingnya adalah
sebuah kereta yang sama. Orang yang berada di gerbong A akan merasa bahwa kereta tidak bergerak, orang yang di
gerbong B merasa bahwa gerbong keretanya yang bergerak. Siapakah yang benar ?.
Permisal masih belum selesai, dari luar masuklah C. Oleh C semua disalahkan sebab C menyaksikan dari luar ruang
kedua gerbong A dan B yang bergerak ternyata kereta yang satunya. Pertanyaannya apakah A dan B akan begitu saja
percaya kabar yang dibawa C ?. Kebenaran C ternyata juga diragukan oleh A dan B. Sebab mereka menyaksikan
dnegan seluruh instrumen ketubuhan mereka. Perhatikanlah hijab pada gerbong A adalah tertutupnya semua tirai dan
ruangan yang kedap suara. Hijab gerbong B adalah pandangan matanya, kesadarannya masih berada di ruang dan
waktu gerbong B. Sedangkan kaeran C mampu keluar dari dimensi ruang dan waktu gerbong A dan B, maka dirinya
mampu melihat realitas yang sebenarnya.
Nah, permainan dimensi ruang dan waktu adalah semacam itu. Setiap dimensi memiliki hijabnya. Maka dapat
dipahamai mengapakah setiap orang akan mati-matian mempertahankan kebenaran golongannya. Hijab ini semisal
lubang yang tak tembus. Kecuali dirinya menggunakan kesadarannya yang berupa cahaya. Meluaskan kesadaran
hatinya, sebab hanya cahayalah yang mampu menembus hijab ini. Hijab ini memang diperlukan agar ada pemisah
yang jelas antar dimensi. Hijab ini untuk mempertahankan realitas alam itu sendiri. Jika tidak ada hijab maka ruang
gerbong dan seisinya  tadi akan hancur terbakar matahari. Begitulah permisalannya. Maka sesungguhnya manusia
adalah sebagaimana seekor ‘katak di dalam tempurung’. Masing-masingnya dalam ‘tempurung’ yang dibuat oleh
prasangkanya sendiri.
Pada setiap dimensi terdapat kecepatan waktu cahayanya sendiri-sendiri yang diistilahkan dnegan zona waktu cahaya.
Sebagaimana di Indonesia ada zona waktu Indonesia Bagian Barat, Timur dan Tengah. Kecepatan cahaya dalam
memasuki lintas dimensi, dalam hal  ini seperti permisal saat cahaya memasuki ke air, atau benda padat lainnya,
dimana kecepatan cahaya melambat, dan biasnya mendekati garis normal materi tersebut. Zona waktu cahaya inilah
yang membedakan perputaran waktu di setiap dimensi maka di khabarkan bahwa perbandingan waktu di dimensi 4
dan 3, yaitu dimensi akherat dan bumi adalah 1 : 50.000. Bisa dibayangkan jika ada makhluk dari dimensi 4 masuk ke
bumi maka umur makhluk tersebut bisa jutaan tahun waktu bumi.
Jika kita permisalkan lagi bahwa saat sekarang kita berada di dimensi akherat,  maka kala itu keadaan  bumi sudah
hancur karena kiamat. Ingat waktu disana lebih cepat jutaan tahun waktu bumi. Namun anehnya, disana kita masih
bisa melihat keadaan bumi sebagaimana kita menonton film saja. Apakah aneh saat kita menontot film Benyamin S,
bukankah beliau sudah meninggal ?. Hanya saja bedanya jika Allah menghendaki kita bisa masuk kembali ke film yang
kita lihat, yaitu ke bumi. Begitu kita dikirimkan lagi ke waktu bumi..Blam..!. Memori kita hilang, kita tidak ingat apa-
apa. Cahaya ketika memasuki materi akan melambat, akan menjadi materi kembali, maka informasi yang dibawanya
banyak sekali yang hilang. hanya materi bawaan dari DNA saja yang akan diturunkan.
Manusia yang tetap dalam kesadarannya ketika dikembalikan ke bumi hanyalah Rosululloh. Satu-satunya manusia
utusan Allah yang diberikan kesempatan menjadi saksi keberadaan dimensi surga dan neraka. Menjadi saksi
keberadaan Allah SWT, tiada Tuhan selain Dia. Maka karena itu, Rosululloh dapat memberikan khabar dengan  sangat
akurat, sebab melihat dengan mata kepala sendiri. Dari berita Rosul itulah kita dengar tentang bagaimana  keadaan
orang-orang dineraka dan juga di surga. Bukan tidak mungkin jika yang dilihat dilihat Rosul adalah.  Ups..!.
Apa yang disampaikan oleh Al qur an adalah menyoal dimensi ruang dan waktu. Yaitu mengkisahkan masa depan dan
masa lalu yang terjadi di waktu sekarang ini. Itulah keadaan dimensi akherat. Oleh karena itu dalam konsepsi ini,
dimensi waktu sesungguhnya berimpit, masa lalu, masa depan, terjadi bersamaan di dimensi sekarang ini, hanya
berbeda dimensi ruangnya saja. Itulah peranan dimensi ruang dan waktu yang diistilahkan paralel. Oleh karenanya kita
manusia seharusnya mampu mi’roj melalui sholat. Sebab sarana inilah yang diperkenalkan Rosul untuk sampai kesana.
Sholat adlaah kendaraan mi’roj kita. Agar kita meyakini dunia akherat yaitu tempat darimana kita semua manusia
berasal.
Sekali lagi ingin disampaikan bahwa alam semesta ini dibangun dengan 7 lapisan dimensi (langit) dengan 6 zona waktu
cahaya. Maka manakala kita melihat dari sudut ini, semuanya menjadi sangat rasional sekali, apalagi jika kita  mampu
memahami teori tentang gelombang, cahaya, materi, ruang, waktu dan juga dimensi.  Pada setiap dimensi kecepatan
cahaya tidaklah sama. Setiap lapisan dimensi ada lubang yang tak tembus, namun cahaya mampu melewatinya.
Seperti manakala cahaya masuk ke air. Ada daya tegang air yang menahan laju cahaya. Kecepatan cahaya disana inilah
yang menyebabkan kehidupan di setiap dimensi berbeda-beda.
Maka waktu di bumi ini menjadi sangat lambat dibandingkan dengan waktu di  dimensi yang lebih tinggi. Maka saat
mana mereka memasuki bumi, umur mereka bisa menjadi sangat lama sekali sebab mereka adalah makhluk diluar
dimensi bumi. Saat ini bumi dan susunan galaksinya berada pada dimensi ke 3. Sementara makhluk lainnya semisal,
makhluk cerdas, malaikat dan lain-lainnya berada pada dimensi 4. Begitulah yang disampaikan Ki Ageng. Dan manusia
memiliki entitas di dalam dirinya yang berasal dari dimensi ke 4 ini. Dimensi ke 4 adalah dimensi dengan spirit ‘kasih
sayang’. Maka tidakkah kita manusia dilebihkan atas makhluk lainnya, sebab kita berasal dari dimensi akherat, yang
memiliki kemapuan melintasi dimensi lainnya. Wolohualam bisawab.
Mas Thole menjadi semakin bertambah keyakinannya dari keyakinan yang sudah ada. Berdasarkan konsepsi tersebut
maka dapat dipastkan surga dan neraka saat sekarang ini sudah ada dalam dimensi disana. Siapa-siapa saja yang
masuk neraka dan siapa-siapa yang masuk surga sudah jelas keadaannya. Maka tidak usahlah kita  risau, jalanilah
kehidupan ini sebagai anugrah yang Maha Kuasa.
Salam
Ruang dan Waktu Bukan Dimensi Terpisah, Melainkan Sebuah Kesatuan
Penemuan gelombang gravitasi membuka bab baru pengamatan alam semesta. Tapi bagaimana gelombang ajaib
tersebut terbentuk dan kenapa penemuan ini menandai lompatan besar dalam dunia sains? Simak jawabannya
berikut ini:

Kerutan Ruang Waktu

Gelombang gravitasi diprediksi Albert Einstein seabad silam. Intinya, setiap gerakan obyek bermassa akan
menimbulkan kerutan pada ruang waktu atau juga disebut gelombang gravitasi. Fenomena ini diamati oleh ilmuwan
untuk pertamakali ketika dua lubang hitam bermassa 50 matahari saling berbenturan di jarak 1,3 milyar tahun cahaya
dari Bumi.

Mata Kedua

Ada dua cara buat mengamati alam semesta. Pertama, melalui gelombang elektromagnetik yang mencakup sinar
gamma, sinar x, cahaya atau gelombang radio. Kedua, melalui gelombang gravitasi. Karena lubang hitam tidak
memancarkan radiasi elektromagnetik, raksasa langit itu cuma bisa diamati lewat gelombang gravitasi. Menemukan
gelombang ajaib itu berarti membuka jendela baru pengamatan luar angkasa
Jala Angkasa

Einstein mengatakan, ruang dan waktu bukan dimensi terpisah, melainkan sebuah kesatuan. Ia membayangkannya
seperti sebuah jala multidimensi yang bersifat plastis, dapat melengkung atau mengerut bergantung pada massa
benda yang ada di dalamnya. Semakin berat benda itu, semakin tajam pula lengkungannya. Ketika sebuah benda
berakselerasi, ia akan menimbulkan gelombang seperti riak di permukaan air

Rahasia Gravitasi

Gravitasi tidak cuma memiliki gaya tarik, tetapi juga menyebabkan gangguan pada ruang waktu atau mengubah arah
rambatan cahaya. Pada gambar ini misalnya gaya gravitasi yang dipancarkan sebuah lubang hitam mampu
membelokkan cahaya yang dipancarkan galaksi di belakangnya. Lubang hitam juga menghentikan waktu dan dalam
dimensi raksasa mampu memicu kerutan pada jala ruang waktu yang dapat dideteksi

Cahaya Murni

Untuk membuktikannya, ilmuwan mengembangkan interferometer yang bisa mendeteksi perubahan terkecil
sekalipun. Alat tersebut berupa sinar laser yang dibagi dua sepanjang empat kilometer. Teorinya karena gelombang
gravitasi menyebabkan kerutan pada ruang waktu, panjang sinar laser semestinya juga akan berubah, kendati
perubahannya cuma berukuran seperseribu diameter sebuah inti atom.
Lubang Hitam
Berbekal penemuan tersebut, ilmuwan kini dapat mengamati fenomena lubang hitam di alam semesta dengan lebih
akurat. Astronom malah membandingkan penemuan gelombang gravitasi dengan saat ketika Galileo pertama kali
menggunakan teleskopnya. Energi yang dipancarkan benturan dua lubang hitam lewat radiasi gravitasi misalnya,
tercatat lebih besar ketimbang semua energi yang diproduksi di jagad raya.

Semesta yang Hilang

Pengetahuan mengenai gravitasi dapat membantu ilmuwan mengungkap misteri terbesar alam semesta, yakni
partikel gelap. Partikel kasat mata ini bisa diamati dari gaya gravitasinya yang mempengaruhi pergerakan bintang di
wilayah terluar galaksi. Diperkirakan 84,5% dari materi di alam semesta berupa materi gelap.
Studi: Ini Sebabnya Jin atau Alien Tidak Gampang Dilihat Manusia
Spektrum kasat mata adalah bagian dari spektrum elektro dari spektrum optik. Mata normal manusia akan dapat
menerima panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm, meskipun beberapa orang dapat menerima panjang
gelombang dari 380 sampai 780 nm (atau dalam frekuensi 790-400 terahertz).

Mata yang telah beradaptasi dengan cahaya biasanya memiliki sensitivitas maksimum di sekitar 555 nm, di wilayah
hijau dari spektrum optik. Warna pencampuran seperti pink atau ungu, tidak terdapat dalam spektrum ini karena
warna-warna tersebut hanya akan didapatkan dengan mencampurkan beberapa panjang gelombang.

Panjang gelombang yang kasat mata didefinisikan oleh jangkauan spektral jendela optik, wilayah spektrum
elektromagnetik yang melewati atmosfer Bumi hampir tanpa mengalami pengurangan intensitas atau sangat sedikit
sekali, meskipun cahaya biru dipencarkan lebih banyak dari cahaya merah, salah satu alasan: mengapa langit
berwarna biru.

Radiasi elektromagnetik di luar jangkauan panjang gelombang optik, atau jendela transmisi lainnya, hampir seluruhnya
diserap oleh atmosfer. Dikatakan jendela optik karena manusia tidak bisa menjangkau wilayah di luar spektrum optik.
Inframerah terletak dekat di luar jendela optik, namun tidak dapat dilihat oleh mata manusia.

Banyak spesies yang dapat melihat panjang gelombang di luar jendela optik. Lebah dan serangga lainnya dapat
melihat cahaya ultraviolet, yang membantu mereka mencari nektar di bunga.

Spesies tanaman bergantung pada penyerbukan yang dilakukan oleh serangga sehingga yang berkontribusi besar pada
keberhasilan reproduksi mereka adalah keberadaan cahaya ultraviolet, bukan warna yang bunga perlihatkan kepada
manusia. Burung juga dapat melihat ultraviolet (300-400 nm).

Keterbatasan Pengelihatan dan Pendengaran Manusia

Indera pengelihatan manusia misalnya, hanya dapat melihat pada gelombang atau spektrum dari warna merah sampai
warna ungu, di bawah warna merah atau dikenal sebagai “infra red” mata manusia sudah tak lagi dapat melihatnya.
Begitu pula di atas ungu yang dikenal sebagai “ultra violet”, mata manusia juga sudah tak lagi dapat melihatnya, mirip
infra red.
Kedua spektrum itu hanya dapat dilihat melalui bantuan alat yang hanya dapat mendetaksi infra red dan ultra violet.
Diatas atau dibawah itu seperti sinar alpha beta, gamma dan sejenisnya manusia juga tak mampu melihatnya.

Untuk membuktikannya anda dapat melakukan percobaan sederhana. Anda hanya perlu menyiapkan dua alat bantu
saja dan keduanya pasti anda miliki, yaitu sebuah remote control TV atau AC atau remote control apapun. Dan alat
kedua adalah kamera digital, bisa juga anda pakai kamera yang ada diponsel anda.

Caranya, tekan tombol apapun di remote control dan pada saat yang sama lihatlah LED IR (Iinfra red) pada remote
yang berada pada diujungnya. LED IR harusnya menyala, namun mata anda tak mampu untuk melihat sinar inra red
tersebut.

Kini ambillah kamera digital anda, gunakan mode kamera lalu sorot ke LED IR pada remote control yang sedang anda
tekan tombolnya. Maka sinar infra red pada lampu LED akan terlihat oleh mata anda dengan bantuan kamera digital
anda tersebut.

Mengapa kamera ponsel dapat mampu mendeteksi sinar infra red tersebut? Karena dalam ilmu fotografi ada istilah
yang disebut frame per second (FPS) atau gambar per gambar dalam setiap detiknya.

FPS, yaitu sebuah satuan kecepatan kamera video dalam mengambil sukma atau objek berdasarkan gambar per
gambar, atau penangkapan objek dengan wujud berupa frame atau seperti gambar atau foto.

Tapi karena sangat cepat pergantiannya, maka mata kita tak dapat melihat pergantian gambar per gambar atau foto
per foto tersebut, kecuali dengan suatu alat bantu.

Sedangkan mata manusia azas kerjanya tak sama seperti video kamera. Pada mata manusia pengelihatannya adalah
konstan dan terus menerus, bukan berdasarkan frame per frame.

Itu baru contoh dan pembuktian kecil, bahwa mata kita hanya dapat melihat pada spektrum terbatas dari tak
terbatasnya frekuensi di jagad raya.

Sama seperti penglihatan, pendengaran manusia juga sangat terbatas, hanya sekitar 20-22 Hertz hingga 20-22 kilo
Hertz, dibawah dan diatas itu disebut infra sonic dan ultra sonic.

Nyaris dibatas atas pada dunia audio mirip suara treble, dan nyaris pada batas bawahnya mirip dentuman bass.

Di luar kedua batas atas dan batas bawah frekuensi suara itu, manusia mulai tak dapat lagi mendengarnya melalui
panca indera yang dimilikinya, telinga.

Berbeda dengan hewan, beberapa hewan dapat melihat spektrum cahaya dan dapat mendengar spektrum frekuensi
suara diluar kemampuan manusia. Oleh karenanya banyak jenis hewan yang dapat mengetahui akan terjadi gempa
bumi atau bahkan dapat melihat makhluk astral alias makhluk ghaib.

Lalu mengapa ada jin yang bisa melakukan penampakan berwujud manusia? Mereka yang “menjelma” seperti wujud
manusia itu adalah jenis jin yang kini oleh kalangan sains disebut juga sebagai alien.
 
Jin atau Alien "hidup berdampingan" dengan dunia manusia tetapi dalam dimensi yang berbeda.

Dimensi mereka para jin alias alien, tak terpengaruh oleh tempat dan waktu dimensi kita karena berada di dimensi lain
(bukan pada dimensi ketiga seperti manusia). Secara "wireless" mereka dapat terkoneksi pada benda dan makhluk
berdimensi berbeda, menyusup ke dunia manusia.
 
Apakah dengan kemajuan manusia dalam penguasaan sains dan teknologi akhirnya jin/alien akan berinteraksi dengan
manusia, bersaing bertarung seperti dalam film fiksi?
 
"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah,
kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan." (QS Ar Rahman 33)
Alien Bisa Berbicara Bahasa Manusia dan Kita akan Bisa Memecahkan Kode Mereka
Stephen Hawking pernah mengatakan bahwa alien yang super cerdas bisa menaklukkan dan menjajah planet
Bumi. 

“Jika alien mengunjungi kita, hasilnya bisa jauh seperti ketika Colombus mendarat di Amerika, yang bukan sebuah
berita baik bagi penduduk (asli) Amerika,” ujar Hawking kepada El Pais.

Dia menambahkan bahwa alien yang canggih, kemungkinan akan menjadi nomaden; ia akan menaklukkan dan
mengkolonisasi planet apa pun yang mereka singgahi. Termasuk Bumi.

Hawking menyatakan bahwa keberadaan alien tidak bisa diragukan lagi. “Untuk otak matematika saya, angka-angka
telah membuat saya berpikir bahwa alien itu rasional. Tantangan paling nyata adalah menyusun, sebenarnya alien itu
seperti apa,” paparnya.

Siap siaga, suatu saat Anda mungkin diperlukan untuk membantu memecahkan kode pesan cerdas dari alien.

"Para ahli bahasa, matematikawan, dan ilmuwan profesional "mungkin tidak akan cukup" untuk mengungkap misteri
kosmik," kata Sheri Wells-Jensen, ahli bahasa di Bowling Green University-Ohio.

"Kami akan membutuhkan semua orang, dan kami akan perlu menghasilkan beberapa set makna untuk pesan yang
kami dapatkan," lanjutnya sebagaimana dilansir di Live Science.

Percobaan yang dilakukan oleh Wells-Jensen menunjukkan mengapa kita mungkin memerlukan kekuatan pikiran
manusia.

Dia mempresentasikan mahasiswa dengan beberapa teka-teki yang telah dikodekan dengan cara Lincos, bahasa yang
dirancang untuk dipahami oleh makhluk luar angkasa yang cerdas.

Para mahasiswa menemukan hal-hal sederhana, seperti fungsi matematika dasar, tetapi hal-hal menjadi tidak pasti
ketika konsep menjadi lebih rumit.

Tidak diragukan lagi akan jauh lebih sulit untuk memecahkan kode yang dirancang oleh alien.

"Jadi, kita mungkin perlu mengumpulkan kearifan kolektif dunia, dalam proyek sains warga yang sangat besar," kata
Wells-Jensen.

Ahli bahasa terkenal Noam Chomsky sering mengatakan bahwa jika seorang makhluk angkasa luar mengunjungi Bumi,
akan berpikir kita semua berbicara dengan dialek bahasa yang sama.

Karena semua bahasa terestrial berbagi struktur dasar yang sama.

Chomsky menyatakan optimisme tentang kemiripan bahasa manusia dan alien.

Wells-Jensen mengatakan dia lebih skeptis, mengutip kurangnya pengetahuan kita tentang asal-usul bahasa manusia
dan kesulitan ekstrapolasi dari ukuran sampel satu.

Namun, bahasa ikan paus mungkin cukup kompleks untuk meningkatkan sampel planet kita menjadi dua, tambahnya.

"Saya kira kita tidak tahu, tapi ini hipotesis yang bagus untuk dimainkan," katanya tentang ide bahasa universalitas.
 
Ada Banyak Alam Semesta Selain Alam Semesta yang Kita Huni
Tuhan Maha Pencipta tak terhingga, mencipta tanpa batas sejak zaman tak bermula hingga zaman tak berakhir.
Benarkah ada alam semesta selain yang kita diami? Teori fisika modern membenarkannya. 
 
Berdasarkan teori itu, semesta tak cuma satu, dunia adalah dunia yang multiverse. Semesta tempat kita hidup berada
dalam sebuah gelembung di mana ada semesta lain yang terdapat di dalamnya. 
 
Tabrakan antarsemesta adalah hal yang mungkin terjadi. Fisikawan dari University College London (UCL) kini
mengembangkan cara untuk mendeteksi jejak tabrakan itu. 
 
Mereka membuat simulasi langit dengan atau tanpa tabrakan dan mengembangkan algoritma dasar untuk
menentukan citra yang sesuai dengan data radiasi gelombang mikro kosmos dari Wilkinson Microwave Aniostropy
Probe (WMAP) milik NASA. 
 
Metode yang dikembangkan para ilmuwan itu dipublikasikan di jurnal Physics Review Letters dan Physical Review D. 
 
Algoritma yang dikembangkan memiliki keampuhan sebab bisa menyelesaikan masalah yang sering dihadapi saat ini
dalam mendeteksi jejak tabrakan antarsemesta. 
 
"Semua pola-pola yang didapatkan dalam data acak terlalu mudah untuk diinterpretasikan lebih. Jadi kami berhati-hati
dalam melihat data, seberapa mungkin tanda tabrakan ini cuma kebetulan," kata Daniel Mortlock, ilmuwan UCL yang
terlibat penelitian ini. 
 
Mortlock mengatakan, dengan mengembangkan metode untuk mendeteksi tabrakan, teori bahwa dunia terdiri atas
banyak semesta bisa dibuktikan atau dibantah. 
 
Selama ini, beberapa klaim penemuan jejak tabrakan antarsemesta ada, tapi belum bisa dipastikan bahwa jejak yang
dimaksud adalah hasil tabrakan atau hanya noise dalam data. 
 
Seperti dikutip Physorg, Stephen Feeney, yang terlibat penelitian itu mengungkapkan, "Penelitian ini memberikan
kesempatan untuk membuktikan teori yang benar-benar mengejutkan, bahwa kita ada dalam dunia yang multiverse,
di mana semesta lain juga eksis di dalamnya."
 
Apakah kita bisa berpindah dari satu dunia ke dunia yang lain? 

 SAINSTEK
 
 01 FEBRUARI 2020
Kata Einstein: Kenyataan Adalah Ilusi Meskipun Berlangsung Terus Menerus
Kita sudah mengetahui segala materi termasuk jasad kita tersusun dari atom-atom, dan 99,9 persen unsur atom
adalah ruang kosong berisi energi. Perkembangan mutakhir, kesimpulan para ahli Fisika Kuantum antara lain:
Segala yang ada di dunia ini berasal dari ruang hampa yang berupa energi bergetar tak nampak. Segala yang terlihat
bukanlah seperti yang terlihat.

Seluruh dunia fisik di mana kita berada termasuk diri kita sendiri adalah terdiri dari bukan apa-apa kecuali energi yang
bergetar. Fenomena ini menciptakan sebuah illusi yang membuat persepsi yang seolah-olah benda padat itu
merupakan kenyataan, padahal sebenarnya bukan.

Para ilmuwan menemukan bahwa realitas obyektif (kenyataan) sesungguhnya tidak lebih hanyalah ilusi. Alam semesta
ini hanyalah vibrasi energi.

"Apa yang kita sebut kenyataan sebenarnya adalah ilusi, meskipun berlangsung terus menerus," kata Albert
Einstein.
 
Mekanika kuantum, termasuk teori medan kuantum, adalah cabang dasar fisika yang menggantikan mekanika klasik
pada tataran sistem atom dan subatom. Sistem yang mengikuti mekanika kuantum ini dapat berada dalam superposisi
kuantum pada keadaan yang berbeda, tidak seperti pada fisika klasik. 
 
Ilmu ini memberikan kerangka matematika untuk berbagai cabang fisika dan kimia, termasuk fisika atom, fisika
molekular, kimia komputasi, kimia kuantum, fisika partikel, dan fisika nuklir. Mekanika kuantum adalah bagian dari
teori medan kuantum dan fisika kuantum umumnya, yang, bersama relativitas umum, merupakan salah satu pilar
fisika modern. 
 
Dasar dari mekanika kuantum adalah bahwa energi itu tidak kontinyu, tetapi diskrit—berupa 'paket' atau 'kuanta'.
Konsep ini cukup revolusioner, karena bertentangan dengan fisika klasik yang berasumsi bahwa energi itu
berkesinambungan.

Teori ini dirumuskan dalam berbagai rumus matematika yang dikembangkan. Salah satunya, sebuah fungsi
matematika yaitu fungsi gelombang, memberikan informasi mengenai amplitudo probabilitas dari posisi, momentum,
dan properti fisik lainnya dari sebuah partikel.

Aplikasi penting yang dihasilkan dari dari teori kuantum diantaranya adalah magnet superkonduktor, diode pancaran
cahaya (LED), laser, transistor dan semikonduktor seperti prosesor mikro, pencitraan penelitian dan medis seperti
magnetic resonance imaging dan mikroskop elektron.
 
Pada kecepatan cahaya, masa lalu, masa kini, dan masa depan semua bisa ada secara bersamaan. 

Dalam satu alam semesta, apa yang dinamakan jasad bisa mati. Namun di dimensi yang lain kesadarannya tetap
hidup, kemudian bermigrasi ke alam semesta ini melakoni garis nasibnya yang lain. 

Ketika seorang manusia mencapai tingkatan spiritual kesadaran kuantum maka dalam diri manusia tersebut berlaku
hukum fisika kuantum. Kesadaran kuantum adalah teori kesadaran yang mendasari keterhubungan manusia dengan
segala sesuatu, didasarkan pada fakta bahwa medan kuantum dapat menjangkau segala sesuatu bahkan yang terjauh
dan multi dimensi.

Dalam hukum fisika kuantum tidak ada lagi jarak dan waktu. Ilmuwan telah membuktikan dalam “teori kuantum
superposisi”, bahwa suatu benda bisa berada di dua dimensi yang berbeda pada waktu yang sama.

Dengan kesadaran kuantum, manusia bergerak menuju suatu tingkatan kesadaran yang semakin tinggi dan pada
akhirnya berada dalam posisi selaras dengan sumber kehidupan. 
 
“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, ...” (QS. Al-An’am:32)
Tuhan Mencipta Alam Sejak Zaman Tak Bermula Hingga Zaman Tak Berakhir
Sudah sejak berabad silam, filsuf muslim Ibnu Rusyd memaparkan: Makna Qadim adalah bukan terciptakan dan
menjadi satu dengan hakikat Allah. Jadi, Tuhan Qadim berarti Tuhan tidak diciptakan, tetapi adalah Pencipta, dan
alam Qadim berarti berbagai alam yang tak terbatas diciptakan dalam keadaan terus menerus dari zaman tak
bermula hingga zaman tak berakhir. 

Dengan demikian sungguhpun alam Qadim, alam bukan Tuhan, tetapi adalah ciptaan Tuhan, Bahwa alam yang terus
menerus dalam keadaan diciptakan tetap ada. Tidak terbatas.

Salah satu model teori yang baru-baru ini diungkapkan ilmuwan, bahwa alam semesta mungkin telah ada selamanya
tanpa Big Bang. Teori ini didasarkan menurut model yang berlaku dalam koreksi kuantum untuk melengkapi teori
relativitas Einstein. Teori ini menjelaskan materi gelap dan energi gelap, bahkan menurut ilmuwan akan
menyelesaikan beberapa masalah sekaligus tentang misteri alam semesta.

Model ini menghindari singularitas karena perbedaan utama antara Geodesics klasik dan lintasan Bohmian. Geodesics
klasik umumnya berpengaruh saling silang, dan titik pertemuannya adalah singularitas. Sebaliknya, lintasan Bohmian
tak pernah saling silang sehingga singularitas tidak muncul dalam persamaan. Para ilmuwan menuliskan hasil analisa
ini dalam sebuah makalah, diterbitkan dalam jurnal Physics Letters B, mereka menjelaskan singularitas Big Bang dapat
diatasi dengan model hipotesis baru dimana alam semesta tidak memiliki awal dan akhir.

Alam Semesta Tanpa Awal Dan Akhir

Sejak kapan alam semesta tercipta? Secara luas telah diperkirakan melalui model relativitas umum berkisar 13,8 miliar
tahun. Pada awalnya, segala sesuatu diperkirakan berasal dari satu titik padat tak terhingga atau singularitas. Dan titik
ini mulai berkembang atau disebut Big Bang yang kemudian berkembang menjadi alam semesta.

Meskipun singularitas Big Bang muncul secara langsung dan tak terhindarkan dari matematika relativitas umum,
beberapa ilmuwan menganggapnya bermasalah, karena matematika hanya menjelaskan apa yang terjadi setelah atau
sebelum singularitas. Menurut Ahmed Farag Ali, ilmuwan dari Benha University - Zewail City of Science and
Technology, singularitas Big Bang merupakan masalah yang paling serius dalam menyikapi relativitas umum. Karena
hukum fisika muncul untuk mengungkap fakta yang terjadi ketika awal itu berlangsung.

Dalam hal ini, fisikawan menekankan istilah koreksi kuantum tidak menerapkan 'Ad Hoc' yang secara khusus bisa
menghilangkan singularitas Big Bang. Analisis ini didasarkan pada ide fisikawan teoritis, David Bohm, sosok yang
dikenal berkontribusi dalama filosofi fisika. Bohm sudah memulai karirnya sejak tahun 1950-an dimana dia mengganti
Geodesics Klasik dengan lintasan kuantum, jalur terpendek antara dua titik pada permukaan melengkung.

Meskipun bukan teori gravitasi kuantum, model teori ini tidak mengandung unsur-unsur dari kedua teori kuantum dan
relativitas umum. Para ilmuwan mengharapkan hasil analisa bisa digunakan seterusnya, bahkan jika teori gravitasi
kuantum telah dirumuskan. Selain itu, hipotesis ini tidak memprediksi singularitas Big Bang, tidak memprediksi krisis
besar dalam singularitas. Dalam relativitas umum, salah satu kemungkinan bahwa alam semesta mulai menyusut
sampai runtuh sendiri dalam krisis besar dan kembali menjadi titik padat tak terhingga.

Penjelasan teori ini secara kosmologis, bahwa koreksi kuantum dianggap sebagai istilah kosmologis konstan dan
radiasi, tanpa perlu energi gelap. Istilah ini menetapkan ukuran terbatas alam semesta dan memberikan usia yang tak
terbatas. Istilah ini menghasilkan prediksi yang mendukung pengamatan konstanta kosmologi dan kepadatan alam
semesta.

Model ini menggambarkan alam semesta berisi cairan kuantum, menurut ilmuwan bahwa cairan ini mungkin terdiri
dari Graviton, hipotetis partikel tak bermassa yang berfungsi sebagai mediasi gaya gravitasi. Jika graviton benar-benar
ada, maka cairan ini berperan penting dalam teori gravitasi kuantum. Graviton dapat membentuk kondensat Bose-
Einstein pada suhu yang dihasilkan alam semesta sepanjang periode.

Ilmuwan menerapkan lintasan Bohmian untuk persamaan yang dikembangkan pada tahun 1950 oleh fisikawan Amal
Kumar Raychaudhuri dari Presidency University-India. Dengan menggunakan persamaan kuantum yang telah dikoreksi
Raychaudhuri, Ali dan Saurya Das menggunakan persamaan kuantum Friedmann. Analisa ini menggambarkan ekspansi
dan evolusi alam semesta dalam konteks relativitas umum, termasuk Big Bang.

Para fisikawan berencana untuk terus menganalisis model materi gelap dan energi gelap di masa depan, termasuk
mengulangi studi ini dengan memperhatikan gangguan pada homogen dan anisotropik, tetapi berharap gangguan
kecil ini akan mempengaruhi hasil.
Kata Einstein: Kenyataan Adalah Ilusi Meskipun Berlangsung Terus Menerus
Kita sudah mengetahui segala materi termasuk jasad kita tersusun dari atom-atom, dan 99,9 persen unsur atom
adalah ruang kosong berisi energi. Perkembangan mutakhir, kesimpulan para ahli Fisika Kuantum antara lain:
Segala yang ada di dunia ini berasal dari ruang hampa yang berupa energi bergetar tak nampak. Segala yang terlihat
bukanlah seperti yang terlihat.

Seluruh dunia fisik di mana kita berada termasuk diri kita sendiri adalah terdiri dari bukan apa-apa kecuali energi yang
bergetar. Fenomena ini menciptakan sebuah illusi yang membuat persepsi yang seolah-olah benda padat itu
merupakan kenyataan, padahal sebenarnya bukan.

Para ilmuwan menemukan bahwa realitas obyektif (kenyataan) sesungguhnya tidak lebih hanyalah ilusi. Alam semesta
ini hanyalah vibrasi energi.

"Apa yang kita sebut kenyataan sebenarnya adalah ilusi, meskipun berlangsung terus menerus," kata Albert
Einstein.
 
Mekanika kuantum, termasuk teori medan kuantum, adalah cabang dasar fisika yang menggantikan mekanika klasik
pada tataran sistem atom dan subatom. Sistem yang mengikuti mekanika kuantum ini dapat berada dalam superposisi
kuantum pada keadaan yang berbeda, tidak seperti pada fisika klasik. 
 
Ilmu ini memberikan kerangka matematika untuk berbagai cabang fisika dan kimia, termasuk fisika atom, fisika
molekular, kimia komputasi, kimia kuantum, fisika partikel, dan fisika nuklir. Mekanika kuantum adalah bagian dari
teori medan kuantum dan fisika kuantum umumnya, yang, bersama relativitas umum, merupakan salah satu pilar
fisika modern. 
 
Dasar dari mekanika kuantum adalah bahwa energi itu tidak kontinyu, tetapi diskrit—berupa 'paket' atau 'kuanta'.
Konsep ini cukup revolusioner, karena bertentangan dengan fisika klasik yang berasumsi bahwa energi itu
berkesinambungan.
Teori ini dirumuskan dalam berbagai rumus matematika yang dikembangkan. Salah satunya, sebuah fungsi
matematika yaitu fungsi gelombang, memberikan informasi mengenai amplitudo probabilitas dari posisi, momentum,
dan properti fisik lainnya dari sebuah partikel.

Aplikasi penting yang dihasilkan dari dari teori kuantum diantaranya adalah magnet superkonduktor, diode pancaran
cahaya (LED), laser, transistor dan semikonduktor seperti prosesor mikro, pencitraan penelitian dan medis seperti
magnetic resonance imaging dan mikroskop elektron.
 
Pada kecepatan cahaya, masa lalu, masa kini, dan masa depan semua bisa ada secara bersamaan. 

Dalam satu alam semesta, apa yang dinamakan jasad bisa mati. Namun di dimensi yang lain kesadarannya tetap
hidup, kemudian bermigrasi ke alam semesta ini melakoni garis nasibnya yang lain. 

Ketika seorang manusia mencapai tingkatan spiritual kesadaran kuantum maka dalam diri manusia tersebut berlaku
hukum fisika kuantum. Kesadaran kuantum adalah teori kesadaran yang mendasari keterhubungan manusia dengan
segala sesuatu, didasarkan pada fakta bahwa medan kuantum dapat menjangkau segala sesuatu bahkan yang terjauh
dan multi dimensi.

Dalam hukum fisika kuantum tidak ada lagi jarak dan waktu. Ilmuwan telah membuktikan dalam “teori kuantum
superposisi”, bahwa suatu benda bisa berada di dua dimensi yang berbeda pada waktu yang sama.

Dengan kesadaran kuantum, manusia bergerak menuju suatu tingkatan kesadaran yang semakin tinggi dan pada
akhirnya berada dalam posisi selaras dengan sumber kehidupan. 
 
“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, ...” (QS. Al-An’am:32)
 
Bila Fusi Nuklir Matahari Berhenti Maka Bumi pun Kiamat
Bintang dan planet di jagat raya juga mengikuti siklus hukum alam: yaitu lahir, hidup dan mati. Dilahirkan di nebula,
tumbuh dewasa di galaksi dan berakhir jadi supernova yang menciptakan lubang hitam atau bintang neutron.

Nebula Tempat Bintang Lahir

Kelompok masif bintang muda yang diberi nama R136 ini berlokasi di 30 Doradus Nebula di Large Magellanic Cloud,
umurnya rata-rata baru beberapa juta tahun. Usia bayi bagi bintang-bintang yang bisa mencapai umur milyaran tahun.
Citra tempat bintang lahir ini direkam Wide Field Camera teleskop Hubble dalam spektrum ultra violet.

Awan Gas Terbesar

Nebula berdiameter 2 juta tahun cahaya yang berlokasi di seputar quasar UM287 ini merupakan awan gas terbesar di
jagat raya yang berhasil dipantau W.M.Keck Observatory. Bintang tercipta dari molekul gas dan debu kosmik yang
bergabung dan berpusar menjadi obyek langit yang kompak. Ukuran bintang saat dilahirkan menentukan nasibnya di
masa depan jika bintang ini mengalami kematian.
Bintang Aktif

Pada usia aktifnya bintang diibaratkan memasuki umur dewasa. Pada inti bintang lazimnya terjadi fusi nuklir, dimana
unsur hidrogen diubah menjadi unsur lebih berat seperti helium, karbon dan oksigen. Proses ini menimbulkan panas
dan energi. Matahari yang tergolong bintang berukuran sedang, saat ini umurnya 6 milyar tahun dan akan terus
melakukan fusi nuklir hingga semua bahan bakarnya habis.

Bintang Masif

Cluster bintang NGC 6093 di galaksi Bima Sakti ini mengandung ratusan ribu bintang masif yang terhimpun oleh gaya
gravitasinya. Umur bintang di cluster ini seragam sekitar 15 milyar tahun, tapi memiliki ukuran dan massa berbeda-
beda. Bintang yang massa dan ukurannya jauh lebih besar dari matahari, berubah menjadi bintang merah raksasa,
yang menandakan saat-saat akhir hidup bintang.

Supernova

Jika sudah kehabisan bahan bakar nuklirnya bintang mendekati saat kematian. Bintang yang massanya cukup besar
akan meledak menjadi supernova. Kecemerlangannya ribuan kali lipat matahari, seperti Supernova 1987-A ini yang
citranya direkam teleskop ruang angkasa Hubble milik NASA di kawasan rasi awan Magellan.

Lubang Hitam

Jika massanya masih cukup besar, sisa bintang akan runtuh tertarik gaya gravitasinya sendiri. Jika gravitasi amat kuat
juga cahaya akan tersedot ke intinya. Julukan Lubang Hitam diberikan karena cahaya sekalipun tak lolos gaya gravitasi
obyek langit ini. Gambar ini gabungan citra yang direkam wahana riset antariksa Chandra X-Rays Obsevatory dan
teleskop di bumi.

Bintang Neutron

Yakni bintang yang amat masif dan berat jenisnya amat tinggi. Sebuah bintang neutron berdiameter 20 km bisa
memiliki massa 1,5 hingga 3 kali massa matahari. Terdapat bintang neutron yang memancarkan medan magnet amat
kuat yang disebut magnetar, yang tercipta dari sisa bintang yang massa dan ukurannya sekitar 40 kali matahari.

Debu Kosmik

Material ledakan sebuah bintang atau supernova berupa debu kosmik biasanya disebarkan ke seluruh jagat raya.
Seperti pada Supernova SN 2006gy yang diamati tim dari Universitas California di Berkeley ini, yang menyemburkan
debu kosmik dengan kecepatan 13 juta km per jam. Ini akan menjadi material awal dari pembentukan bintang-bintang
berikutmya. Begitulah siklus kosmis berputar.
 
Akankah Bumi Selamat Ketika Galaksi Bima Sakti Melebur dengan Andromeda?
Takdir galaksi Bima Sakti yang akan melebur dengan Andromeda menempatkan nasib manusia di ujung tanduk.
Apakah Bumi akan selamat ketika kedua galaksi saling melebur?

Kelahiran Milkomeda

Perkawinan dua galaksi adalah salah satu peristiwa kosmik paling akbar di alam semesta. Nasib yang sama akan
dialami Bima Sakti yang menjadi rumah buat Bumi. Dalam waktu 4,5 miliar tahun, galaksi kita akan bertabrakan
dengan Andromeda dan kelak membentuk galaksi elipitis atau galaksi spiral yang kelak akan dinamakan Milkomeda
atau Milkdromeda.

Raksasa yang Lapar

Kedua galaksi saat ini saling mendekat dengan kecepatan 500.000 km per jam. Nasa mengungkap, Bima Sakti bukan
korban pertama Andromeda. Galaksi yang berdiameter 220.000 tahun cahaya ini sebelumya sudah lebih dulu melebur
dengan galaksi lain. Hal ini terbukti dari usia sepertiga bintang di bagian terluar Andromeda yang lebih muda
ketimbang usia rata-rata bintang di Bima Sakti.

Jarak Tentukan Takdir

Apakah perkawinan kedua galaksi akan membunuh kehidupan di Bumi? Ketika Andromeda menampung 1 triliun
bintang dan Bima Sakti hanya 300 miliar bintang, kemungkinan adanya dua bintang akan saling bertabrakan satu sama
lain tergolong kecil lantaran jarak yang luar biasa besar di ruang antarbintang.
Skenario Terburuk bagi Matahari

Namun simulasi yang dibuat ilmuwan mencetuskan kemungkinan lain. Matahari akan tertarik ke jantung galaksi dan
mengorbit dekat lubang hitam sebelum terlempar ke luar galaksi baru. Alternatif lain menyebut matahari akan
mengorbit terlalu dekat ke lubang hitam dan hancur oleh gaya gravitasinya.

Perkawinan Tanpa Akhir

Skenario lain yang disimulasikan ilmuwan menyebut Matahari akan tertarik oleh gaya gravitasi Andromeda dan
menjauh dari Bima Sakti ketika kedua galaksi mulai melakukan tarian maut menjelang perkawinan. Namun proses
peleburan berlangsung sangat lambat. Diperkirakan kedua galaksi membutuhkan waktu hingga 3 milyar tahun untuk
melebur sejak tabrakan pertama.

Monster Baru di Alam Semesta

Salah satu peristiwa paling mendebarkan dalam proses perkawinan ini adalah meleburnya dua lubang hitam raksasa di
jantung kedua galaksi. Selama tarian maut, kedua lubang hitam akan menyedot gas dalam jumlah besar dan perlahan
menjelma menjadi quasar yang mampu memproduksi energi 100 juta kali ledakan Supernova.
 
Apakah Kita adalah Pusat Alam Semesta? Apakah Kita Satu-satunya Makhluk Cerdas di Jagad Raya?
Alam semesta itu memuai. Jarak antar galaksi semakin besar atau yang sering kita sebut galaksi-galaksi itu menjauh
dari kita. Apa itu artinya kita adalah pusat alam semesta? Tidak juga.
 
Jadi, dalam skala besar, isi alam semesta akan tampak sama dimanapun dan di segala arah. Pada skala besar ini, benda
terkecil adalah galaksi-glaksi yang ada di alam semesta.
Mengapa demikian? Menurut prinsip kosmologi, alam semesta itu homogen dan isotropi serta pengamat tidak berada
pada posisi yang istimewa di alam semesta. Homogen memberi arti dimanapun pengamat berada di alam semesta ia
akan mengamati hal yang sama. Sedangkan isotropi artinya ke arah manapun pengamat memandang ia akan melihat
hal yang sama. Dengan demikian tidak ada tempat istimewa di alam semesta.

Galaksi-galaksi yang ada di alam semesta bisa kita sebut juga merupakan gugus bintang super raksasa. Di dalamnya
terdapat milyaran bintang yang bergerak mengitari pusat galaksi. Dari sekitar 2 triliun galaksi, ada Bima Sakti, galaksi
dimana Matahari berada. Bima Sakti itu terdiri dari ratusan milyar bintang. Besarnya Bima Sakti diketahui 100 000
tahun cahaya.

Di sekeliling Bima Sakti, terdapat galaksi-galaksi besar dan kecil lainnya. Jaraknya tidak dekat, tapi karena massa
galaksi itu sangat besar maka gaya gravitasinya juga besar. Karena itu Bima Sakti beserta galaksi-galaksi dekat lainnya
saling berinteraksi dan membentuk sebuah kelompok yang sama -sama mengitari pusat massa mereka. Kelompok ini
kita sebut Grup Lokal dan terdiri dari sekitar 54 galaksi. Kelompok galaksi seperti ini juga terbentuk pada galaksi-
galaksi lain di luar Grup Lokal.

Nah, Matahari yang jadi sumber cahaya bagi Bumi adalah satu diantara milyaran bintang di Bima Sakti. Setiap bintang
bisa memiliki planet yang mengitari dirinya. Planet-planet ini terbentuk dari sisa gas dan debu yang membentuk
bintang.

Seandainya setiap bintang punya satu planet saja maka itu artinya ada ratusan milyar planet yang juga menghuni Bima
Sakti dan ada lebih banyak lagi di galaksi-galaksi lainnya. Memang, tidak semua bintang punya planet. Tapi, ada
banyak bintang yang memiliki lebih dari satu planet, seperti di Tata Surya.

Seperti namanya, Tata Surya, merupakan sistem keplanetan yang “berpusat” pada Matahari. Planet-planet ini
terbentuk dari sisa gas dan debu yang membentuk Matahari. Tata Surya terdiri planet, planet katai, asteroid, komet,
satelit yang semuanya beredar mengelilingi titik pusat massa yang berada super dekat dengan Matahari. Atau dengan
kata lain semua benda ini bergerak mengelilingi Matahari.

Di antara planet-planet itu, ada Bumi, planet yang jadi rumah bagi manusia. Planet yang satu ini unik karena memiliki
kehidupan. Sampai saat ini, para astronom belum menemukan planet lain yang punya kehidupan seperti di Bumi.
Planet yang juga dikenal sebagai planet biru ini bisa memiliki kehidupan karena ada air yang berwujud cair.
 
Lokasi Bumi pada zona laik huni Matahari memang ideal. Temperatur yang hangat memberi kesempatan pada air
tetap berwujud cair dan evolusi kehidupan bisa berjalan baik. Dan meskipun Bumi itu besar bagi ukuran kita, manusia,
di alam semesta Bumi bahkan tidak tampak sama sekali, karena galaksi pun hanya tampak seperti noktah yang
bertebaran mengisi ruang dan waktu alam semesta kita yang sedang memuai.
Einstein: Waktu, Adalah Dimensi Keempat
Posted on Oktober 3, 2014by spedaonthel

Einstein: Waktu, Adalah Dimensi Keempat

Ketika kita menjelaskan ukuran sebuah objek atau ruangan, kita menggunakan tiga bilangan yaitu panjang, lebar dan
tinggi yang berbeda antara satu objek dengan objek lainnya. Ini adalah salah satu cara untuk melihat bahwa ruangan
adalah Tiga Dimensi.
Contoh lain adalah kita memerlukan tiga bilangan untuk mengetahui dengan tepat posisi suatu benda di permukaan
Bumi yaitu longitude, latitude dan ketinggian dari permukaan laut. Ini adalah argumen lain untuk menyatakan bahwa
ruang adalah tiga dimensi seperti yang kita lihat.
Ketika ahli matematika atau fisika membicarakan tentang dimensi, maksudnya adalah beberapa koordinat independen
yang dibutuhkan untuk mengetahui suatu titik dalam ruang.

Dimensi waktu menuju arah radial dalam geometri abstrak kita, dan tegak lurus terhadap dimensi spasial.
Biasanya untuk diberikan label (x,y,z), dengan z biasanya menunjukkan arah ketinggian.
Salah satu penemuan terbesar pada awal fisika klasik adalah kemiripan antara gaya gravitasi dengan elektrostatis.
Gaya gravitasi antara 2 benda dan gaya elektrostatis antara 2 muatan telah diketahui berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara 2 benda atau muatan tersebut.
Jadi, jika r adalah jarak suatu benda di permukaan bumi dengan pusat Bumi maka gaya gravitasi Bumi yang bekerja
pada benda akan bervariasi sebanding dengan r-2.
Jumlah koordinat pada persamaan matematika mudah berkembang di atas kertas. Ketika persamaan gravitasi dan
elektrostatis diselesaikan dengan ruang sebanyak D dimensi (secara matematis), maka gaya akan bervariasi terhadap
jarak yaitu r1-D.
Perhitungan ini memberikan jawaban yang tepat ketika D=3 (yang menyatakan ruang tiga dimensi). Hal ini merupakan
cara yang menarik bagi ahli fisika untuk melakukan pengukuran jumlah dimensi ruang. Mereka dapat melihat pada
gaya gravitasi dan meletakkan batasan-batasan kuatitatif pada sifat-sifat aneh yang mungkin dapat muncul dari
dimensi lain.
Jika ruang tiga dimensi konsisten dengan fisika gravitasi dan interior ruangan, lalu mengapa kelihatan lebih dekat
dengan hukum gaya? Jawabannya adalah karena ada beberapa cara dimensi ruang lain dapat tak tedeteksi atau
sangat sulit sekali dideteksi di dunia kita.

Mengapa waktu adalah sebuah dimensi?


Menurut Newton, waktu adalah universal untuk semua objek, tidak tergantung dari geraknya relatif dengan yang lain.
Pernyataan ini tetap bertahan sampai Einstein menyatakan lain karena tidak konsisten dengan perambatan cahaya
sebagai radiasi elektromagnetik.
Teori relativitas khusus Einstein memperlakukan waktu sebagai koordinat dalam kesatuan geometri ruang dan waktu.
Jika waktu adalah koordinat maka bukan tiga koordinat untuk menyatakan sebuah titik dalam ruang melainkan empat
koordinat untuk menyatakan sebuah peristiwa dalam ruang.
Oleh karena itu dapat dikatakan ruang dan waktu memiliki 4 dimensi yang biasanya dinyatakan dengan (t,x,y,z).
Relativitas khusus adalah sebuah teori perkiraan yang cukup tepat ketika mengabaikan gaya gravitasi dan percepatan
pengamat dalam sebuah sistem.
Teori lengkap Einstein tentang ruang dan waktu disebut teori relativitas umum
yang menyatakan konsep empat dimensi ruang waktu dan dikembangkan menjadi ruang waktu yang melengkung
ketika berada disekitar massa dan energi.
Dari pandangan matematika, teori relativitas khusus dan umum dapat dengan mudah dikembangkan menjadi dimensi
ruang yang lebih tinggi.
Ketika kita memiliki sebanyak D dimensi ruang dan 1 dimensi waktu maka dapat dikatakan ada d=D+1 dimensi ruang
dan waktu. Persamaan-persamaan gerak dapat diselesaikan dan diklasifikasikan dalam d dimensi hanya seperti empat
dimensi ruang dan waktu. Kenapa ada dimensi lain?
Sebenarnya tidaklah sulit untuk untuk membuat dimensi yang lebih tinggi dengan menggunakan persamaan Einstein.
Namun pertanyaannya adalah, mengapa jadi susah?
Karena ahli fisika memimpikan sebuah teori tunggal sebuah kerangka persamaan matematis yang meliputi seluruh
gaya-gaya fundamental dan satuan materi dapat dijelaskan bersama dalam sebuah sifat dan konsisten dengan
pengamatan sekarang dan di masa depan. Memiliki dimensi ruang lain membuat hal tersebut mungkin dalam
menyusun teori semacam itu.
Dimensi lain pada “String Theory”
Teori Superstring memungkinkan untuk menyatukan seluruh gaya-gaya fundamental namun teori ini memerlukan 10
dimensi ruang dan waktu atau keadaan kuantum jelek yang disebut hantu yaitu probabilitas negatif (tidak memiliki
arti fisis) muncul sebagai bagian dari spektrum.
Sekarang yang menjadi permasalahan pada teori string 10 dimensi ini adalah bagaimana untuk memperoleh dunia 4
dimensi seperti yang kita ketahui diluar dari teori ini?
Sejauh ini ada dua usulan:
Mengabaikan dimensi lain menjadi sesuatu yang sangat kecil namun tidak mempengaruhi ruangnya sendiri. Hal ini
disebut penyusutan Kaluza Klein.
Membuat dimensi lain sangat besar tapi memaksa seluruh materi dan gravitasi untuk menyebar ke dalam tiga dimensi
sub ruang yang disebut tiga Brane. Sebagai analogi, layar komputer dapat dikatakan dua Brane dari ruang tiga dimensi.
Tipe teori ini disebut Braneworlds.

Beberapa penganut Teori String memiliki ide lebih lanjut dalam menjelaskan misteri
gravitasi yang telah membingungkan ahli fisika yaitu mengapa gravitasi sangat lemah bila dibandingkan dengan gaya-
gaya fundamental lainnya.
Apakah partikel pembawanya, graviton, benar-benar ada? Lalu dimana?.
Idenya adalah kita tidak merasakan efek gravitasi total dalam kehidupan sehari-hari. Gravitasi muncul lemah karena
gayanya dibagi dengan dimensi-dimensi lain. Untuk menentukan apakah ide ini hanya imajinasi belaka atau
merupakan lompatan pemahaman maka diperlukan bukti-bukti eksperimen. Namun bagaimana melakukannya?
Eksperimen energi tinggi dapat membuka dimensi yang tidak terlihat sehingga cukup untuk memperbolehkan partikel
berpindah antara ruang 3 dimesi biasa ke dimensi lainnya.
Hal in dapat menjadi petunjuk mengapa sebuah partikel hilang tiba-tiba ke sebuah dimensi tersembunyi atau
kemunculan yang tak terduga sebuah partikel dalam sebuah
eksperimen. (Sumber:  superstringtheory.com/  sciencegraphic.com  / unitytheory.info  / nonpartisaneducation.org)

Artikel Lainnya:

Tentang Hidup yang Juga Mati dan Mati yang Juga Hidup
Dalam dunia sub-atomik, hukum fisika tidak lagi merupakan suatu kepastian, tetapi gerak partikel diatur oleh
konsep probabilitas. Dimulainya periode fisika kuantum adalah ketika fisika klasik tidak bisa menjelaskan gejala-
gejala fisika yang bersifat mikroskopis dan bergerak dengan kecepatan cahaya. Oleh karena itu, diperlukan cara
pandang yang berbeda dengan sebelumnya.

Partikel dasar adalah partikel yang partikel lainnya yang lebih besar terbentuk. Contohnya, atom terbentuk dari
partikel yang lebih kecil dikenal sebagai elektron, proton, dan netron. Proton dan netron terbentuk dari partikel yang
lebih dasar dikenal sebagai quark. Salah satu masalah dasar dalam fisika partikel adalah menemukan elemen paling
dasar atau yang disebut partikel dasar, yang membentuk partikel lainnya yang ditemukan dalam alam, dan tidak lagi
terbentuk atas partikel yang lebih kecil.

Dalam fisika kuantum, radiasi adalah zarah (partikel sub atom, partikel terkecil dan terhalus). Zarah yang bisa
menempati suatu titik secara bersama-sama, disebut boson. Zarah yang individualis, tidak mau bersama-sama, disebut
fermion. Tapi, gabungan fermion berjumlah genap jadi boson, sedangkan gabungan boson tetap boson. Aneh bin
rumit memang.

Fisikawan abad ke-20 merasa takjub ketika dasar-dasar pandangan dunia mereka terguncang oleh pengalaman baru
dari realitas atom, dan mereka menggambarkan pengalaman ini dalam istilah-istilah yang sangat mirip dengan yang
digunakan oleh para Sufi. Heisenberg menulis: “… perkembangan terakhir di fisika modern hanya dapat dimengerti
ketika seseorang menyadari bahwa di sini dasar-dasar fisika sudah mulai bergerak; dan bahwa gerakan ini telah
menyebabkan perasaan bahwa ini telah memotong dasar dari ilmu pengetahuan.” Penemuan fisika modern
mengharuskan perubahan mendasar dari konsep-konsep seperti ruang, waktu, materi, objek, sebab dan akibat, dll.

Dalam teori Kuantum setiap keadaan partikel (posisi, momentum, energi dst.) dihubungkan berdasarkan suatu
eksperimen. Ketika formulasi telah dirumuskan maka perilaku partikel dapat diprediksi. Schrödinger menunjukkan
bahwa perilaku partikel dapat ditunjukkan oleh sebuah persamaan matematis gelombang. Namun persamaan ini tidak
memberi informasi apa-pun tentang keadaan partikel sebelum suatu eksperimen benar-benar dilakukan, dengan
perkataan lain persamaan tersebut meramalkan dua hasil kemungkinan secara sepadan.

Dalam percobaan celah ganda, tampak bahwa hasil pengamatan tergantung kepada cara eksperimen dilakukan.
Partikel tersebut tidak punya sifat “asli”.

Oleh para Fisikawan konsekuensi indeterminisme ini biasanya dilukiskan secara dramatis dalam sebuah “eksperimen”
yang dikenal dengan kucing Schrodinger (Dewitt, 1970). Bisa dalam dua keadaan skizofrenik sekaligus: yaitu “hidup
yang juga mati, mati yang juga hidup”. Jelas sekali bahasa metafora yang digunakan disini, dari ketidakmampuan
fisikawan untuk menerangkan keadaan “yang sesungguhnya” terjadi. Namun hal tersebut seperti keadaan partikel
yang bisa sekaligus gelombang merupakan konsekuensi pengembangan teori Kuantum.

Albert Einstein sendiri sangat tidak nyaman dengan konsekuensi terakhir ini. Meskipun pada masa mudanya Einstein
turut serta dalam membangun teori Kuantum (pada kasus efek fotolistrik) namun Einstein tua justru merupakan
seorang penentang konsekuensi filosofis teori Kuantum, sampai-sampai dia berucap “Tuhan tidak bermain dadu”.
Dalam debat melawan Bohr dan kawan-kawan, argumentasi Einstein tentang determinisme selalu dapat dipatahkan.
Sehingga sampai saat ini teori Kuantum yang meskipun “agak edan” tetapi terbukti merupakan teori yang dapat
menerangkan dunia mikroskopis dan mempunyai manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Ibnu Arabi dalam Fushush al-Hikam menyatakan: "Kosmos berdiri di antara alam dan al Haqq, dan antara wujud dan
non eksisteni. Ia bukan murni wujud dan bukan murni non-eksistensi. Maka dari itu kosmos sepenuhnya tipuan, dan
kalian membayangkan bahwa ini al Haqq, namun sebetulnya bukan al Haqq. Dan kalian membayangkan bahwa ini
makhluk, namun ini bukan makhluk". Bahasa Rumi “Tempatku tanpa tempat, jejakku tanpa jejak” atau ungkapan Ibnu
Arabi tersebut sangat memiliki kemiripan dengan Mekanika Kuantum yang juga mengungkapkan tentang “hidup yang
juga mati, mati yang juga hidup”. Jelas sekali bahasa metafora yang digunakan disini.

Selanjutnya dalam kerangka teori relativitas juga dimungkinkan dibuat suatu kerucut ruang-waktu: masa lalu, masa
sekarang dan masa mendatang. Dalam hal ini –secara matematik– ada bagian yang berada di luar kerucut ruang waktu
ini, sehingga dapat dikatakan di luar dunia fisik ini yang kita tempati ini masih ada kemungkinan “dunia lain”. Hal ini
juga didukung oleh teori Kuantum yang menawarkan many worlds interpretation atau interpretasi banyak dunia yang
diungkapkan oleh Everett pada tahun 1957. Artinya alam semesta yang kita tempati ini bukan satu-satunya. Hal ini
serupa dengan yang dikatakan oleh Rumi tentang kalbu yang bisa menuju “Pintu-pintu ke dunia lain.”

Para ahli astrofisika modern telah menghitung bahwa setidaknya ada 15 triliun galaksi yang teramati, dan galaksi-
galaksi tersebut dalam kosmos mengikuti suatu siklus seperti yang dijelaskan oleh sufi yaitu kelahiran, pertumbuhan,
kematian dan pembangkitan kembali. Bintang-bintang, seperti manusia, tidak pernah sebenarnya mati, namun
beberapa bahan dasar seperti besi, karbon, oksigen dan nitrogen secara terus-menerus didaur-ulang dalam ruang
sebagai debu kosmis, bintang baru, tanaman dan kehidupan. Semua dalam alam semesta yang berekspansi terdiri dari
energi, dan energi secara sederhana berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain untuk selanjutnya naik menuju
(cosmic ascent) Yang Maha Pencipta.

Pencarian padanan antara fisika modern dan metafisika dapat terus dilakukan terutama dalam masalah yang
berkaitan dengan semesta lain, dunia ghaib, pengkerutan waktu, ketidakpastian, “hidup tetapi mati”, kesadaran dapat
memengaruhi materi, “ada tetapi tidak ada”, siklus kehidupan dan asal usul semesta.

Beberapa hal dapat dengan mudah dapat dicerna, namun lebih banyak lagi yang merupakan bahasa metafora karena
susahnya menuliskan realitas yang sesungguhnya. Mungkinkah kesulitan ini karena keterbatasan bahasa manusia atau
keterbatasan kemampuan logis manusia?

Kita biarkan pertanyaan ini menjadi pertanyaan yang tidak terjawab, namun mengikuti “semangat teori Kuantum”
yang maju terus memberikan kontribusi penting pada peradaban manusiai.

Misalnya, energi metafisika untuk melakukan teleportasi memang dimungkinkan dalam teori Kuantum; bahwa
kesadaran dapat mempengaruhi materi.
 
 Teori Kuantum tentang Siklus Kelahiran dan Kematian
 Kata Albert Einstein: Kenyataan Adalah Ilusi Meskipun Berlangsung Terus Menerus
 Allah Ada Dalam Seluruh Sistem Saraf Saya Ketika Saya Berzikir

Teori Kuantum tentang Siklus Kelahiran dan Kematian


Kita, manusia, dan segala makhluk hidup maupun tetumbuhan yang ada di muka bumi, secara jasadi sebagian besar
unsurnya adalah zat cair bersifat air.
 
Air, walaupun dapat melarutkan berbagai zat lain, akan tetapi air tidak melekat ke dalam zat. Air yang kita minum
sudah berada di planet Bumi ini sejak jutaan tahun silam.  Air tersebut sudah mengalami siklus perjalanan yang sangat
panjang. Pernah menjadi air buah, air kencing, air hujan, air bah, bahkan pernah menjadi air bangkai. Dan lain
sebagainya.
 
Matahari akan menguapkan air di siang hari, memisahkannya dengan berbagai zat yang melarut di dalamnya, lalu
menjadi air hujan dan kembali terserap ke dalam tanah menjadi mata air. Begitulah alam telah mengatur kemurnian
air untuk kehidupan mahluk di Bumi.
Para ahli astrofisika modern telah mengamati bahwa triliunan galaksi dalam kosmos mengikuti suatu siklus seperti
yang dijelaskan oleh sufi: yaitu kelahiran, pertumbuhan, kematian dan kebangkitan kembali. 

Bintang-bintang, seperti halnya manusia, tidak pernah sebenarnya mati, namun beberapa bahan dasar seperti besi,
karbon, oksigen dan nitrogen secara terus-menerus didaur-ulang dalam ruang sebagai debu kosmis, bintang baru,
tanaman dan kehidupan. 

Semua dalam alam semesta berekspansi sebagai energi, dan energi secara sederhana berubah dari suatu keadaan ke
keadaan lain untuk selanjutnya naik menuju inti kosmis, untuk berproses menjalani siklus kehidupan baru.

Dalam dunia sub-atomik, hukum fisika tidak lagi merupakan suatu kepastian, tetapi gerak partikel diatur oleh konsep
probabilitas. Pandangan terakhir ini yang menyangkut indeterminisme menimbulkan kontroversi.

Partikel dasar adalah partikel yang; partikel lainnya yang lebih besar terbentuk. Contohnya, atom terbentuk dari
partikel yang lebih kecil dikenal sebagai elektron, proton, dan netron. Proton dan netron terbentuk dari partikel yang
dasar atau yang disebut partikel dasar, yang membentuk partikel lainnya yang ditemukan dalam alam, dan tidak lagi
terbentuk atas partikel yang lebih kecil.

Dalam fisika kuantum, radiasi adalah zarah (partikel sub atom, partikel terkecil dan terhalus). Zarah yang bisa
menempati suatu titik secara bersama-sama, disebut boson. Zarah yang individualis, tidak mau bersama-sama, disebut
fermion. Tapi, gabungan fermion berjumlah genap jadi boson, sedangkan gabungan boson tetap boson. Aneh bin
rumit memang.

Fisikawan abad ke-20 merasa takjub ketika dasar-dasar pandangan sains mereka terguncang oleh pengalaman baru
dari realitas atom, dan mereka menggambarkan pengalaman ini dalam istilah-istilah yang sangat mirip dengan yang
digunakan oleh para Sufi. Heisenberg menulis: “… perkembangan terakhir di fisika modern hanya dapat dimengerti
ketika seseorang menyadari bahwa di sini dasar-dasar fisika sudah mulai bergerak; dan bahwa gerakan ini telah
menyebabkan perasaan bahwa ini telah memotong dasar dari ilmu pengetahuan.” 

Penemuan fisika modern mengharuskan perubahan mendasar dari konsep-konsep seperti ruang, waktu, materi,
objek, sebab dan akibat, dll.

Dalam teori Kuantum setiap keadaan partikel (posisi, momentum, energi dst) ketika formulasi telah dirumuskan maka
perilaku partikel dapat diprediksi. Schrödinger menunjukkan bahwa perilaku partikel dapat ditunjukkan oleh sebuah
persamaan matematis gelombang. Namun persamaan tersebut meramalkan dua hasil kemungkinan secara sepadan. 

Oleh para Fisikawan konsekuensi indeterminisme ini biasanya dilukiskan secara dramatis dalam sebuah “eksperimen”
yang dikenal dengan kucing Schrodinger (Dewitt, 1970). Bisa dalam dua keadaan skizofrenik sekaligus: yaitu “hidup
yang juga mati, dan mati yang juga hidup”. Jelas sekali bahasa metafora yang digunakan, dari ketidakmampuan
fisikawan untuk menerangkan keadaan “yang sesungguhnya” terjadi. Namun hal tersebut merupakan konsekuensi
pengembangan teori Kuantum.

Albert Einstein sangat tidak nyaman dengan konsekuensi terakhir ini. Meskipun pada masa mudanya Einstein turut
serta dalam membangun teori Kuantum (pada kasus efek fotolistrik) namun Einstein tua justru merupakan seorang
penentang konsekuensi filosofis teori Kuantum, sampai-sampai dia berucap “Tuhan tidak bermain dadu”. Dalam debat
melawan Bohr dan kawan-kawan, argumentasi Einstein tentang determinisme selalu dapat dipatahkan. Sehingga
sampai saat ini teori Kuantum yang meskipun “agak edan” tetapi terbukti merupakan teori yang dapat menerangkan
dunia mikroskopis.

Selanjutnya dalam kerangka teori relativitas juga dimungkinkan dibuat suatu kerucut ruang-waktu: masa lalu, masa
sekarang dan masa mendatang. Dalam hal ini –secara matematik– ada bagian yang berada di luar kerucut ruang waktu
ini, sehingga dapat dikatakan di luar dunia fisik yang kita tempati ini masih ada kemungkinan “dunia lain”. 

Hal ini juga didukung oleh teori Kuantum yang menawarkan many worlds interpretation atau interpretasi banyak
dunia yang diungkapkan oleh Everett. Artinya alam semesta yang kita tempati ini bukan satu-satunya. 
Dalam satu alam semesta, apa yang dinamakan jasad bisa mati. Namun di dimensi yang lain kesadarannya tetap
hidup, kemudian bermigrasi melakoni garis nasibnya yang lain. 

Ketika seorang manusia mencapai tingkatan spiritual kesadaran kuantum maka dalam diri manusia tersebut berlaku
hukum fisika kuantum. Kesadaran kuantum adalah teori kesadaran yang mendasari keterhubungan manusia dengan
segala sesuatu, didasarkan pada fakta bahwa medan kuantum dapat menjangkau segala sesuatu bahkan yang terjauh
dan multi dimensi.

Dalam hukum fisika kuantum tidak ada lagi jarak dan waktu. Ilmuwan telah membuktikan dalam “teori kuantum
superposisi”, bahwa suatu benda bisa berada di dua dimensi yang berbeda pada waktu yang sama.

Dengan kesadaran kuantum, manusia bergerak menuju suatu tingkatan kesadaran yang semakin tinggi dan pada
akhirnya berada dalam posisi selaras dengan sumber kehidupan. 
 
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau sambil duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau ..." (QS Ali Imran 190-191)

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?” (Q.S. Al-Anbiya 30)
"Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Maka nikmat
Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS Ar Rahman 29-32)
 
“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, ...” (QS. Al-An’am:32)
 
Dokumen super rahasia yang ditulis oleh Albert Einstein dan Robert Oppenheimer mengakui keberadaan UFO dan
kemungkinan alien yang mengunjungi Bumi.
Dokumen tersebut berjudul Relationships With Inhabitants of Celestial Bodies, yang menunjukkan bahwa dua individu
yang disebut-sebut sebagai yang terjenius di bumi itu memang mengakui keberadaan UFO dan alien.
Albert Einstein (lahir di Ulm, Kerajaan Württemberg, Kerajaan Jerman, 14 Maret 1879 – meninggal di Princeton, New
Jersey, Amerika Serikat, 18 April 1955 pada umur 76 tahun) adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang
luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20.

Albert Einstein, 1905 (wikipedia)


Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika
statistika, dan kosmologi.
Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotolistrik dan
“pengabdiannya bagi Fisika Teoretis”.
Setelah teori relativitas umum dirumuskan, Einstein menjadi terkenal ke seluruh dunia, pencapaian yang tidak biasa
bagi seorang ilmuwan.
Di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuwan dalam sejarah, dan dalam budaya populer,
kata Einstein dianggap bersinonim dengan kecerdasan atau bahkan genius. Wajahnya merupakan salah satu yang
paling dikenal di seluruh dunia.
Selama ini Albert Einstein memang diketahui mengakui adanya UFO, namun hal tersebut terungkap hanya dari
beberapa catatan dan kutipan ucapannya saja.
Mereka menyebut UFO sebagai astroplanes, kemudian menyimpulkan bahwa kehadiran UFO tersebut di langit bumi
mungkin saja adalah bentuk tanggapan dari makhluk angkasa luar akan tindakan gegabah pengujian senjata atom
yang dilakukan manusia di bumi.
Keterangan gambar bawah : Enam halaman dokumen  Relationships “With Inhabitants of Celestial Bodies”  yang
ditulis oleh  Albert Einstein dan Robert Oppenheimer yang mengakui keberadaan UFO dan kemungkinan adanya alien
yang mengunjungi Bumi

 
 
Menurut mereka, bagaimanapun kehadiran UFO di langit Bumi sudah diakui oleh militer. Dokumen ini juga diketahui
ditulis pada Juni 1947, dan insiden jatuhnya UFO paling terkenal adalah ‘Insiden Roswell’ yang terjadi pada satu bulan
setelahnya. (baca: Memo FBI Ungkit Kembali Misteri Jatuhnya UFO Berisi Alien di Roswell)
Perlu diketahui juga bahwa Julius Robert Oppenheimer (1904-1967) dikenal sebagai ahli fisika dari Amerika Serikat.
Robert juga merupakan salah satu tokoh Proyek Manhattan selama Perang Dunia II yang bertugas untuk memproduksi
bom atom pertama.

J. Robert Oppenheimer, c. 1944 (wikipedia)


Dilahirkan di New York, New York dan belajar di Harvard, Cambridge, dan Goettingen. Ia menerima gelar Ph.D. pada
1927 dibimbing Max Born di Gottingen yang saat itu merupakan pusat pengembangan mekanika kuantum.
Dua tahun kemudian membangun sekolah fisika teoretis di Institut Teknologi California dan di Berkeley secara bergilir.
Selama tahun 1930 Oppenheimer banyak menyumbangkan pikiran dalam fisika atom dan nuklir, termasuk pikiran
mula mengenai bintang neutron dan lubang hitam yang sudah diabaikan astronom dalam jangka waktu yang lama.
Selama PD II Oppenheimer memimpin program bom atom Amerika Serikat di Los Alamos, New Mexico, dan pada 1947
menjadi direktur Institute of Advanced Study di Princeton, New Jersey.
Dokumen yang disusun bersama Albert Einstein itu seolah-olah akan diberikan kepada Presiden AS saat itu, Harry S.
Truman.
Namun menurut bagian terakhir dari dokumen tersebut, keduanya diketahui tidak pernah mendapat kesempatan
untuk memberikannya. (wikipedia/  inilah.com/ berbagai sumber)
Einstein & Oppenheimer

Ini Dia! Temuan Teori Einstein yang Belum Pernah Dipublikasikan


Posted on Februari 27, 2014by spedaonthel

Ini Dia! Temuan Teori Einstein yang Belum Pernah Dipublikasikan

Ilmuwan mengungkap “manuskrip Albert Einstein” yang tidak pernah disadari keberadaannya. Manuskrip itu
mengungkap teori Einstein yang yang tak pernah dipublikasikan sebelumnya!
Manuskrip yang ditulis pada tahun 1931 itu mengungkap gagasan Einstein tentang awal mula alam semesta. Einstein
berpandangan bahwa alam semesta tak serta-merta tercipta lewat satu peristiwa Dentuman Besar atau “Big-Bang”.

Albert Einstein pada tahun 1921


Gagasan Einstein itu sama dengan gagasan astronom Inggris, Fred Hoyle, yang kini tumbang.
Fred Hoyle, lahir pada tanggal 24 Juni 1915 – meninggal 20 Agustus 2001 pada umur 86 tahun, adalah seorang
astronom Inggris terkenal, terutama untuk kontribusinya pada teori nukleosintesis bintang dan pendapat
kontroversialnya mengenai hal-hal kosmologi dan ilmiah lainnya secara khusus terutama penolakannya terhadap teori
“Big Bang”, sebuah istilah yang awalnya diciptakannya sebagai gurauan, yang mungkin sedikit meremehkan, atas
suatu teori yang merupakan saingan utama dari teori miliknya sendiri.
Selain pekerjaannya sebagai seorang astronom, Hoyle adalah seorang penulis fiksi ilmiah, termasuk sejumlah buku
yang ditulisnya bersama putranya Geoffrey Hoyle.
Hoyle menghabiskan sebagian besar hidup bekerja di Institut Astronomi di Universitas Cambridge, dan menjabat
sebagai direkturnya selama beberapa tahun. Ia meninggal di Bournemouth, Inggris, setelah mengalami serangkaian
stroke.
Sir Fred Hoyle
Pada akhir tahun 40-an, Hoyle mengungkapkan bahwa semesta tidak tercipta lewat satu peristiwa Dentuman Besar.
Menurut Hoyle, semesta berkembang. Semesta berada dalam keadaan steady state, memiliki kemampatan yang sama
meskipun terus mengambang.
Hal itu mungkin terjadi karena materi atau partikel baru terus-menerus tercipta. Hoyle mengutarakan, partikel-
partikel kemudian akan bergabung membentuk bintang, galaksi, dan lainnya sehingga menyisakan ruang.
Hal tersebut terjadi pada kecepatan yang pas sehingga bisa mengambil ruang yang ada seiring alam semesta
mengembang.
Fakta bahwa Einstein memiliki gagasan yang sama, kata Cormac O’Raifeartaigh, fisikawan dari Waterford Institute of
Technology di Irlandia yang menemukan manuskrip itu, menunjukkan bahwa gagasan semesta yang steady state telah
muncul sejak sebelum Hoyle.

Tak seperti saat ini, teori Dentuman Besar pada masa lalu masih diperdebatkan. Teori Dentuman Besar sendiri mulai
berkembang dari hasil observasi Edwin Hubble yang menemukan bahwa galaksi terus bergerak menjauh yang bisa jadi
indikasi bahwa semesta dulu lebih mampat.
Manuskrip Einstein itu sebenarnya telah tersimpan lama di Albert Einstein Archives di Yerusalem dan bisa diakses
secara bebas di situs web organisasi itu. Namun, manuskrip itu awalnya dikira bagian dari manuskrip lain.
Albert Einstein
O’Raifeartaigh yang menemukan manuskrip itu mengaku sangat kaget. Dikutip dari Nature, Senin (24/2/2014), ia
mengaku bahwa ia “hampir jatuh dari kursi ketika menyadari isi manuskrip tersebut”.
O’Raifeartaigh dan rekannya kemudian mengirim temuannya sekaligus terjemahannya dalam bahasa Inggris (dari
naskah asli yang semula berbahasa Jerman) ke server publikasi ilmiah arXiv.
Saat ini, naskah temuan sudah masuk ke jurnal European Physical Journal.
Kosmolog James Peebles dari Princeton University di New Jersey mengungkapkan, manuskrip itu mungkin “naskah
kasar yang dimulai dari kegembiraan karena memiliki ide lalu segera ditinggalkan karena penulisnya akhirnya
menyadari bahwa ia telah membodohi dirinya sendiri.”

Tampak ribuan galaksi di alam semesta yang terus mengembang..


Namun, fakta bahwa Einstein masih berkutat dengan idenya membuktikan bahwa ia saat itu masih resistan dengan
gagasan tentang ‘Dentuman Besar’.
Einstein menganggap, teori itu “keji”, walaupun ilmuwan lain menunjukkan bahwa itu konsekuensi umum dari teori
releativitas umum yang dikembangkannya sendiri.
Helge Kragh, sejarawan ilmu pengetahuan dari Aarhus University, mengatakan, “Apa yang yang ditunjukkan oleh
manuskrip itu adalah, walaupun pada akhirnya menerima Dentuman Besar, Einstein tak begitu senang dengan fakta
bahwa semesta berubah.” (Nature/ arXiv/ Yunanto Wiji Utomo,  Kompas.com)

Ini Dia! 8 Bukti Teori Relativitas Einstein Dalam Kehidupan Nyata!


Posted on April 22, 2015by spedaonthel

8 Bukti Teori Relativitas Einstein Dalam Kehidupan Nyata


Relativitas adalah salah satu teori ilmiah paling terkenal yang dicetuskan oleh Albert Einstein  sejak abad ke-20.
Namun, hanya sedikit dari kita yang memahami dan menyadari bahwa penjelasannya terpampang nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk itu, kami akan menjabarkannya secara mudah dan sederhana agar dapat dicerna oleh para pembaca walau
tidak mengetahui ilmu alam, namun sangat menyukai ilmu pengetahuan. Dijamin artikel ini sangat menarik seperti
semua artikel yang ada di IndoCropCircles sebelumnya. Nah, mari kita mulai.
Teori Relativitas adalah buah pikiran manusia cerdas, ilmuwan fisika teoretis jenius, Albert Einstein yang
dikemukakannya pada tahun 1905. Pada prinsipnya merupakan gagasan bahwa hukum fisika dimana pun adalah
sama. Artinya, hukum fisika yang berlaku di Bumi, berlaku juga di seluruh jagat raya.
Pemahaman Teori Relativitas

Albert Einstein
Teori tersebut juga menjelaskan perilaku objek di dalam ruang dan waktu, yang juga bisa digunakan untuk
memprediksi banyak hal, mulai dari eksistensi lubang hitam (black hole), melengkungnya cahaya oleh pengaruh
gravitasi, hingga sifat planet Merkurius pada orbitnya.
IndoCropCircles akan membantu anda, dan membuat teori tersebut bisa dipahami secara sederhana. Meski sejatinya
sangat rumit dan bikin mumet. Untuk itu mari kita awali untuk mengetahui tiga pemahaman tentang Teori Relativitas:
• Pemahaman Pertama, bahwa tidak ada kerangka acuan ‘mutlak’. Setiap saat ketika kita mengukur kecepatan,
momentum atau pengalaman terhadap waktu pada sebuah objek, semua itu selalu dalam kaitannya dengan sesuatu
yang lain.
• Pemahaman Kedua, cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa ke segala arah adalah sama untuk semua
pengamat, tidak tergantung pada gerak sumber cahaya maupun pengamat.
• Pemahaman Ketiga, bahwa tak ada yang melampaui kecepatan cahaya.
Implikasi dari teori tersebut sangat besar. Jika kecepatan cahaya selalu sama, yaitu 300.000.000 m/detik, maka artinya
pesawat yang membawa astronot bergerak sangat cepat relatif terhadap Bumi.
Sedangkan dari sudut pandang pengamat di Bumi, waktu astronot lebih melambat. Efek itu adalah sebuah fenomena
yang disebut ‘dilatasi waktu‘.
Selain fenomena yang disebut ‘dilatasi waktu‘, juga akan terjadi ‘kontraksi panjang‘ di mana pesawat yang membawa
para penjelajah angkasa terlihat seperti memanjang bagi para pengamat di Bumi. Sementara, bagi astronot yang ada
di dalamnya, semua berjalan normal dan tak ada yang berbeda.
Jadi, tak perlu jauh-jauh ke luar orbit Bumi atau membuat pesawat yang bisa melaju dengan kecepatan nyaris
menyamai kecepatan cahaya untuk melihat efek relativitas.
Nyatanya sejumlah instrumen yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, telah membuktikan bahwa teori
Einstein si genius adalah benar adanya. Berikut ini adalah 8 bukti Teori Relativitas Einstein yang ada dalam kehidupan
nyata:

1. Global Positioning System (GPS)

Agar navigasi GPS dalam mobil berfungsi secara akurat, satelit yang menjadi pusat informasinya, harus menggunakan
relativitas dalam cara kerjanya. Sebab, meski tak bergerak secepat kecepatan cahaya, namun satelit bergerak sangat
cepat.
Satelit juga mengirimkan sinyal ke stasiun Bumi. Stasiun-stasiun tersebut, juga GPS dalam mobil Anda, akan
mengalami percepatan yang lebih tinggi akibat pengaruh gravitasi dari satelit yang berada di orbit.
Agar akurat, maka satelit menggunakan jam dengan akurasi hingga beberapa miliar detik (nanodetik). Karena satelit
mengorbit pada ketinggian 12.600 mil atau 20.300 km di atas Bumi dan bergerak dengan kecepatan 6.000 mil/jam
atau 10 ribu km/jam, maka akan terjadi “dilatasi waktu relatif” sekitar 4 mikrodetik per hari. Ditambah efek gravitasi,
dilatasi bisa bertambah sekitar 7 mikrodetik atau 7000 nanodetik.
Meski terlihat sepele, perbedaannya sangat nyata. Seandainya tak ada efek relativistik, maka informasi GPS yang
menyebut jarak ke SPBU atau tempat pengisian BBM adalah 0,8 km dari tempat anda. Namun pada hari berikutnya, di
titik yang sama, GPS akan menyebut jaraknya menjadi 5 mil atau 8 km!

2.  Elektromagnet

Magnet adalah “efek relativistik”. Dan kerja generator yang menghasilkan listrik adalah bukti nyata dari Teori
Relativitas.
Kumparan kawat yang bergerak pada medan magnet bisa menghasilkan arus listrik. Partikel bermuatan dalam kawat
dipengaruhi perubahan medan magnet yang memaksanya bergerak, dan menghasilkan arus listrik.
Namun, tahukah anda bahwa pada saat kawat diam pada medan magnet, ternyata arus listrik masih timbul, bukan
sebaliknya. Itu membuktikan tak ada kerangka acuan yang ‘mutlak’.
Thomas Moore, dosen Fisika dari Pomona College di Claremont, California menggunakan prinsip relativitas untuk
mendemonstrasikan Hukum Faraday, yang menyebut bahwa medan magnet yang berubah menimbulkan arus listrik,
adalah benar.
“Karena itu adalah prinsip dasar trafo dan generator listrik, siapapun yang menggunakan listrik akan mengalami efek
relativitas,” kata dia.

3. Warna Kuning Emas


Tahukah anda, bahwa kebanyakan logam mengkilap karena elektron-elektron pada atomnya melompat dari tingkat
energi atau ‘orbital’ yang berbeda? Sejumlah partikel cahaya atau foton yang mengenai logam akan terserap, dan
sisanya akan dipancarkan kembali dengan gelombang yang lebih panjang.
Emas memiliki atom yang berat. Jadi, elektronnya bergerak cukup cepat dan membuat peningkatan massa relativistik
yang signifikan. Sehingga, elektron berputar di sekitar inti atom atau nukleus dengan jalur yang lebih pendek, namun
dengan momentum yang lebih besar.
Maka, elektron dalam orbital akan membawa energi yang lebih dekat dengan energi elektron terluar, dan beda
panjang gelombang yang bisa diserap lebih pendek jika dibandingkan dengan yang dipantulkan akan lebih panjang.
Panjang gelombang cahaya yang lebih panjang artinya adalah: bahwa sejumlah cahaya yang terlihat – yang biasanya
hanya terefleksi – juga terserap diujung spektrum biru.
Kita semua tahu bahwa cahaya putih adalah percampuran semua warna pembentuk pelangi. Namun dalam kasus
emas, saat cahaya terserap, maka akan terpancar kembali dengan gelombang cahaya yang biasanya lebih panjang.
Itu berarti percampuran cahaya yang kita lihat memiliki warna biru dan ungu sangat kurang. Maka hal itulah yang
membuat emas berwarna kuning, sebab warna kuning, oranye dan merah memiliki gelombang lebih panjang dari
warna biru.

4. Emas tak mudah berkarat

Tahukah anda, mengapa emas tak berkarat? Hal itu terjadi karena adanya efek relativistik pada elektron emas sebagai
salah satu alasan mengapa logam itu tak berkarat dan tidak gampang bereaksi terhadap segala sesuatu.
Semua itu disebabkan karena emas hanya memiliki 1 elektron di kulit terluarnya,  namun tak sereaktif kalsium atau
lithium.  Dan sebaliknya, elektron pada emas lebih ‘berat’ dari yang seharusnya, dan lebih dekat pula dengan inti
atomnya.

5. Merkuri atau ‘Air Raksa’ berbentuk cair

Meski ‘air raksa” di dalam ilmu kimia berstatus sebagai ‘logam’, namun merkuri atau ‘air raksa’ terlihat bentuknya
adalah cairan. Unsur kimia yang memiliki simbol Hg itu juga punya atom yang berat seperti halnya emas dengan
elektron yang berada dekat inti atau nucleus, karena penambahan kecepatan dan massa.
Namun pada merkuri atau air raksa, ternyata ikatan antar atomnya sangat lemah, sehingga zat tersebut gampang
meleleh pada temperatur yang lebih rendah. Oleh sebab itu, maka kita akan melihat merkuri atau air raksa sebagai
cairan, dan bukan logam.

6. Televisi Tabung
Beberapa tahun lalu, kebanyakan televisi dan monitor memiliki layar tabung sinar katoda yang bekerja dengan cara
menempatkan elektron pada permukaan fosfor dengan magnet besar.
Masing-masing elektron menyalakan pixel saat mengenai belakang layar dan memunculkan gambar bergerak hingga
30 persen dari kecepatan cahaya. Dalam kasus tersebut, efek relativistik terlihat jelas adanya.

7. Cahaya

Jika teori Isaac Newton benar, maka niscaya penjelasan tentang cahaya yang kita miliki akan berbeda sama sekali.
Thomas Moore, dosen Fisika dari Pomona College di Claremont, California juga mengemukakan, “Tak hanya magnetik,
cahaya pun tak akan ada. Sementara relativitas mengharuskan adanya perubahan medan elektromagnetis pada
kecepatan yang terbatas, bukan seketika.”
Jika persyaratan itu tak ada, maka perubahan pada medan listrik akan terjadi seketika, dan bukan melalui gelombang
elektromagnetik di mana magnetik dan cahaya tak akan diperlukan.

8. Pembangkit Tenaga Nuklir dan Supernova

Relativitas adalah salah satu alasan dimana massa dan energi bisa dikonversi menjadi satu sama lain yang menjelaskan
bagaimana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) beroperasi, juga mengapa Matahari menyinari siang. Efek lain
yang tak kalah penting adalah ledakan supernova, yaitu: sinyal kematian sebuah bintang.
“Supernova ada karena efek relativistik melampaui efek kuantum dalam inti bintang yang besar, dan memungkinkan
bintang itu meledak secara tiba-tiba lalu menjadi bintang neutron yang jauh lebih kecil dan lebih keras,” kata Thomas
Moore, dosen Fisika dari Pomona College di Claremont, California.

Saat terjadi supernova, lapisan luar bintang merangsek masuk ke inti bintang dan memicu ledakan raksasa yang
menciptakan elemen yang lebih berat dari besi.
Jika tak ada relativitas, bintang-bintang raksasa yang menua tak akan meledak dan akan menjadi bintang “katai putih”
atau biasa disebut sebagai “white dwarf”.
Katai putih dianggap sebagai titik akhir dari evolusi suatu bintang dan merupakan inti bintang di mana reaksi fusi
berlangsung. Atau dengan kata lain, bentuk akhir bintang setelah terbakar habis alias mati.
Nah itulah kedelapan bukti bahwa ada kaitan dan kebenaran, bahwa Teori Relativitas Einstein di dalam kehidupan
nyata kita. Hebat ya!?
Padahal masih banyak yang menganggap bahwa teori ini belum bisa dibuktikan, namun beberapa diantaranya justru
ada di depan mata dan di dalam kehidupan kita.
Oleh sebabnya, jangan lupa untuk berbagai ilmu pengetahuan ini kepada kerabat anda agar mengetahuiya. Sampai
jumpa lagi pada artikel-artikel berkelas selanjutnya. Salam. ^_^
Menakjubkan, Misteri Gelombang Gravitasi Terkuak!
dalam "Misteri Planet"

[Dunia Gaib Ada] "Partikel Tuhan" Pintu Gerbang Sains Kenali "Alam Gaib"
dalam "Ilmu & Teknologi"
Pos ini dipublikasikan di Ilmu & Teknologi, Yang Paling dan tag einsyein, kecepatan cahaya, teori eintein nyata, teori
entein nyata. Tandai permalink.
← Teori Radikal Tentang Waktu: Ada Alam Semesta Kembaran yang Berjalan Mundur
Terungkap, Bahwa Bumi Pernah Kiamat Enam Kali! →
MEMAHAMI RAHASIA RUANG & WAKTU (4) ~
March 22, 2012 at 4:19 PM
‘BARU DIAWALI, SEKALIGUS SUDAH DIAKHIRI’
 
Perpaduan antara teori klasik Einsteinian dan teori holografik cukup bermanfaat untuk menjelaskan berbagai
fenomena alam semesta yang selama ini dianggap rumit. Termasuk untuk menjelaskan konsep Takdir yang masih
membingungkan sejumlah kalangan.
 
Dalam sudut pandang Einsteinian, ruang dan waktu adalah dimensi kontinum yang eksistensinya sudah ada secara
bersamaan. Ketika kita menyebut variable ruang: disana-disini-disitu, maka dalam konteks yang senada kita pun bisa
mengatakan: dulu-sekarang-nanti. Ya, sebagaimana dimensi ruang yang memuat ‘disana-disini-disitu’ secara
bersamaan, dimensi waktu pun memuat ‘dulu-sekarang-nanti’ dalam satu paket.
 
Dengan kata lain, seluruh peristiwa yang terjadi di masa lalu, di waktu sekarang, dan di masa yang akan datang,
sebenarnya terjadi secara berbarengan di dalam kontinum ruang-waktu. Atau bisa dikatakan: sebuah peristiwa sedang
dimulai, sedang berlangsung, dan sedang diakhiri, terjadi bersamaan..! Pemahaman seperti ini, memang agak
membingungkan sejumlah kalangan. Terutama yang ‘terjebak’ pemahaman lama, dimana waktu ‘terkesan’ terjadi
secara berurutan: dulu, sekarang, dan nanti.
 
Bagi mereka yang memahami teori ruang-waktu Einsteinian agaknya bisa mengerti keberadaan dimensi ruang-waktu
yang tak terpisahkan itu. Memang, jauh lebih mudah membayangkan dimensi ruang ‘disana-disini-disitu’ secara
bersamaan, daripada membayangkan waktu ‘dulu-sekarang-nanti’ yang eksis sepaket. Dalam dimensi ruang, ketika
Anda berdiri ‘disini’, maka Anda langsung bisa mengerti jika dikatakan ‘disana’ dan ‘disitu’ terjadi bersamaan. Bahkan
Anda bisa menunjuk dengan jari telunjuk Anda posisi yang berbeda itu. Ini berbeda dengan dimensi waktu yang jauh
lebih abstrak.
 
Tapi begitulah, karena perubahan dimensi ruang yang sedang mengembang ini terikat pada pertambahan dimensi
waktu, maka konsekuensinya dimensi waktu pun sebenarnya telah eksis di alam semesta sebagai bentuk kontinum
dari T = nol sampai T = tak berhingga. Dan akibatnya, seluruh peristiwa yang terjadi di dalam dimensi ruang-waktu itu
pun sudah terjadi secara bersamaan ‘disini-disitu-disana’ dalam waktu ‘dulu-sekarang-nanti’ yang juga serentak.
 
Saya ingin memberikan analogi yang lebih mudah. Marilah kembali kepada grafik tiga dimensi berbentuk globe yang
sudah saya jelaskan dalam note-note sebelumnya. Jika alam semesta dianalogikan dengan globe itu, maka alam
semesta ini memang sudah mewujud. Wujudnya apa? Ya globe itu. Karena globe itu memang terbentuk dari dimensi
waktu dan dimensi ruang secara simultan. Garis bujurnya membentuk dimensi waktu, sedangkan garis lintangnya
membentuk dimensi ruang.
 
Jadi, ketika ruang & waktu belum berubah, globe itu belum terbentuk. Atau dalam realitas alam semesta, ketika ruang
dan waktu itu belum bergerak, maka alam semesta ini belum eksis. Padahal alam semesta ini ternyata sudah eksis.
Berarti, ruang dan waktu pun sudah eksis. Waktu T = nol, dan volume V = nol, berada di kutub utara globe. Yakni saat,
alam semesta berada di awal penciptaan. Sedangkan waktu T = tak berhingga, dan volume V = nol ada di kutub selatan
globe, yakni ketika alam semesta mengalami keruntuhan. Volume terbesarnya berada di perut globe, di lingkaran
katulistiwa, yakni saat alam semesta bergerak berbalik arah dari mengembang ke mengerut.
 
Jika Anda ingin berada di dalam ruang yang lebih besar atau berpindah dari ‘sini’ menuju ‘kesana’, maka Anda harus
bergerak di dalam waktu yang ‘menua’, yakni bergerak dari kutub utara globe ke kutub selatannya. Tidak bisa tidak.
Karena, waktu hanya bergerak searah ke masa depan. Begitu Anda bergerak – ke arah manapun – ke barat, timur,
selatan, utara, maka Anda berarti bergeser menuju katulistiwa. Alias menuju ruang alam semesta yang semakin
membesar, dimana waktu bergerak menua. Dan jika Anda teruskan lagi, maka Anda akan ‘terseret’ oleh pergerakan
waktu menuju ke kutub selatan, dimana volume alam semesta akan mengecil kembali.
 
Jadi ringkas kata, realitas alam semesta ini ibarat sebuah ‘kanvas peristiwa’, yang terbuat dari dimensi ruang dan
waktu. Dimana sang kanvas tidak berhenti alias statis, melainkan dinamis seiring terjadinya peristiwa itu sendiri. Dan
terbentuk oleh waktu yang bergerak ke masa depan, seiring volume semesta yang mengembang, dan kemudian
mengerut kembali.
 
Maka, globe sudah terhampar dengan koordinat ruang-waktu dalam bentuk garis-garis lintang dan garis bujurnya.
Peristiwa yang akan kita temui pun sudah terhampar di permukaan globe itu. Tinggal, Anda sebagai ‘pengamat
sekaligus pelaku’ akan bergerak kemana untuk ‘membentuk sejarah’ Anda masing-masing. Semua bergantung
‘kehendak’ dan keinginan Anda untuk menciptakan sejarah Anda sendiri, di dalam ruang dan waktu yang sebenarnya
sudah terhampar beserta segala peristiwanya.
 
Setiap peristiwa sedang dimulai, dijalani, dan diakhiri oleh setiap orang yang menempuh sejarahnya masing-masing.
Tetapi, karena setiap orang harus melewati dimensi waktu secara berurutan, semua peristiwa itu tampak ‘seakan-akan
serial’. Padahal semua peristiwa itu sudah eksis di alam semesta ‘secara paralel’.
 
Di dalam buku MEMBONGKAR TIGA RAHASIA saya menganalogikan sejarah setiap orang itu terbentuk oleh
perjalanannya sendiri di ruang angkasa. Bayangkanlah, setiap orang memiliki sebuah sepeda motor luar angkasa yang
sangat canggih. Cara menjalankan sepeda motor itu cukup dengan kehendak. Setiap Anda berkehendak maju, maka
spontan kendaraan angkasa itu akan maju. Dan kalau Anda berkehendak berhenti, maka seketika itu pula ia akan
berhenti. Anda bisa bergerak tiga dimensi di dalam ruang.
 
Rute perjalanan Anda adalah ke angkasa luar, menjelajah ruang dan waktu. Di ruang angkasa itu terdapat ‘stasiun-
stasiun peristiwa’ yang jumlahnya tidak berhingga. Dimana Anda akan membentuk ‘sejarah perjalanan’ Anda sendiri
dengan cara mampir ke stasiun-stasiun itu. Maka, ada miliaran manusia yang melesat ke luar angkasa dalam misi
perjalanannya.
 
Lintasan yang Anda tempuh adalah dimensi ruang, dimana Anda boleh menentukan sebebas-bebasnya untuk
mengunjungi stasiun peristiwa yang mana pun Anda ingini. Ada yang memulai kunjungannya dari stasiun nomer 1, dan
berurutan ke stasiun-stasiun berikutnya sebanyak yang dia bisa capai. Ada pula yang mengunjungi stasiun-stasiun
peristiwa itu secara acak, dimulai dari stasiun nomer 100, lantas 20, dilanjutkan ke 75, dst. Atau, ada yang terbengong-
bengong belaka.
 
Tetapi, ingat, setiap pengembara diberi waktu terbatas berdasar bahan bakar yang diisikan ke dalam sepeda
motornya. Maka, saat stop watch dipencet bergeraklah seluruh pengendara sepeda motor itu dengan agenda masing-
masing untuk mengunjungi stasiun-stasiun peristiwa yang akan membentuk sejarahnya. Setiap orang pasti berbeda
sejarah, meskipun ada juga sebagian yang sama. Apalagi, di setiap stasiun itu ternyata pertunjukan yang disajikan
terus berganti-ganti. Sehingga setiap orang yang mampir ke stasiun itu berpeluang untuk memperoleh suguhan
peristiwa yang berbeda. Sejarah yang berbeda.
 
Analogi diatas barangkali tidak persis dengan mekanisme sejarah kehidupan yang kita lalui. Tetapi intinya adalah,
setiap orang memiliki peluang untuk membangun sejarah masing-masing secara berbeda di dalam ruang dan waktu
yang sudah ada. Faktor utama pada setiap orang berada pada kehendak bebasnya. Tetapi, harus diingat, ia hanya bisa
berjalan diantara stasiun-stasiun peristiwa yang sudah ada di dalam dimensi ruang-waktu. Sejarah setiap orang
‘hanyalah soal urutan’ mengalami peristiwa yang dia pilih, dari alternative peristiwa berjumlah tak berhingga yang
terhampar di kanvas alam semesta.
 
Lantas bagaimana hubungannya dengan Tuhan Sang Penguasa segala peristiwa? Teori holografik, saya kira, bisa
membantu menjelaskannya. Bahwa seluruh peristiwa di alam semesta ini sebenarnya adalah pancaran holografik dari
eksistensi Tuhan. Bukan hanya pada variable materi sebagai pembentuk sosok, dan variable energi sebagai penggerak
peristiwa. Melainkan, ‘kanvas’ ruang dan waktu pun adalah proyeksi dari eksistensi-Nya. Demikian juga variable
informasi yang memicu terjadinya peristiwa. Semua itu adalah proyeksi diri-Nya.
 
Allah menggambarkan, bahwa seluruh peristiwa memang sudah tersedia dalam bentuk file di kitab induk yang disebut
sebagai Lauh Mahfuzh. Tak ada satu peristiwa pun yang tidak termaktub di pusat data alam semesta itu. Dimana data-
data inilah yang kemudian diproyeksikan secara holografik ke kanvas ruang-waktu untuk menjadi peristiwa. Data-data
di Lauh Mahfuzh itu sendiri merupakan ‘proyeksi’ yang mewakili sifat-sifat dan eksistensi-Nya.
 
QS. Al An’aam (6): 59
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib. Tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan. Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya.
Dan tidak jatuh sebutir biji pun di dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
 
Jadi, kitab induk data alam semesta inilah yang menjadi ‘master film’ hologram yang di putar di layar ruang dan waktu.
Bahkan, sebenarnya ruang-waktu itu sendiri pun merupakan hasil proyeksi holografik. Dengan kata lain, semua
realitas ini semu belaka. Bagaikan bayang-bayang tiga dimensi dari foto hologram yang sebenarnya merupakan efek
holografik yang ditembakkan di lembaran kertas foto yang dua dimensi. Ya, efek tiga dimensi yang terjadi pada
lembaran kertas foto itu semu belaka.
 
Sama dengan realitas kehidupan ini, dimana kanvas alam semesta yang kosong ‘ditembak’ dengan pancaran ‘sinar
ilahiah’ melewati ‘master film’ holografik berupa kitab peristiwa Lauh Mahfuzh. Hasilnya adalah efek hologram di
kanvas ‘ketiadaan’ yang menghasilkan variable ruang-waktu-materi-energi-informasi. Kombinasi simultan dari
berbagai variable itulah yang membentuk berbagai peristiwa sebagai sejarah personal maupun kolektif.
 
Semua itu tampak nyata, karena Allah menciptakan perangkat ‘kamera dan monitor’ yang sangat canggih berupa
panca indera dan otak. Sistem saraf yang dikomandoi otak inilah sebenarnya yang membuat segala efek hologram itu
menjadi tampak nyata. Bisa dipahami secara berurutan di dalam ruang dan waktu, serta terlihat berinteraksi secara
material dan energial.
 
Lantas, apa substansi dasar dari eksistensi manusia ini? Jawabnya adalah: ruh. Dengan ruh itulah seseorang
‘berkehendak’ untuk melewati sejarah kehidupannya. Melintasi berbagai peristiwa yang sudah terhampar di alam
semesta, untuk membentuk urutan unik secara personal maupun kolektif. Dan menariknya, saya kira Anda pun sudah
tahu, bahwa ruh itu ternyata juga hasil ‘proyeksi holografik’ dari sifat-sifat Ilahiah dalam skala makhluk. Saat DIA
menghembuskan sebagian ruh-Nya, manusia lantas memperoleh sifat-sifat-Nya, diantaranya adalah ‘berkehendak’.
 
Maka, kalau kemudian ada yang bertanya: kehendak saya ini bebas ataukah terikat pada kehendak Allah? Saya kira
sekarang Anda sudah bisa menjawab sendiri, bahwa segala kehendak ini tak lain hanyalah kehendak Dzat Penguasa
Jagat Semesta, Yang Maha Berkehendak dan Maha Bijaksana. Sedangkan kehendak manusia, hanyalah proyeksi
holografik dari kehendak Allah yang derajatnya sangat parsial bergantung pada sudut pandang kita dalam melihatnya.
Persis gambar-gambar semu hologram yang bisa berubah-ubah ketika dilihat dari sisi yang berbeda..!
 
QS. Al Maa-idah (5): 17
… Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
 
QS. Al Baqarah (2): 117
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka Dia hanya mengatakan
kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia.
 
QS. Al Hajj (22): 70
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?
Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat
mudah bagi Allah.
 
Wallahu a’lam bishshawab
 
~ Salam Merenungi ‘Eksistensi Semu’ Segala Ciptaan-Nya ~

Anda mungkin juga menyukai