Anda di halaman 1dari 9

Pendidikan Toilet Training Bagi

Anak Usia Dini


by humas2019-07-26

Oleh: Nuril Khasyi’in*

          Menjadi orang tua di era modern seperti saat ini mempunyai tantangan
tersendiri. Kehidupan yang serba instan dan praktis tidak serta merta
berdampak positif bagi tumbuh kembang seorang anak. Tingkat
penggunaan diapers atau yang disebut dengan pampers cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Penggunaan diapers dalam jangka panjang
memiliki efek yang berbahaya dan akan menghambat perkembangan anak
tersebut baik secara fisik maupun psikologis. Kulit anak akan mengalami
iritasi dan biasanya cara berjalannya berbeda dengan anak pada umumnya
(ngangkang). Selain itu, anak juga akan mengalami kesulitan untuk
mengontrol keinginan untuk buang air kecil dan buang air besar, sehingga
bisa mengompol di mana saja dan kapan saja. Oleh karena itulah, penting
bagi orang tua mengajarkan kepada anak toilet training sejak dini.

Toilet training adalah usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol


keinginan untuk buang air kecil dan buang air besar dengan benar dan
teratur. Proses ini membutuhkan  pendampingan yang intensif terutama orang
tua. Kebiasaan yang salah dalam mengontrol BAK (Buang Air Kecil) dan BAB
(Buang Air Besar) akan berpengaruh terhadap kepribadian anak, yaitu:
mengakibatkan anak tidak disiplin, manja, dan mengalami gangguan
psikologis. Toilet training dapat diterapkan pada anak yang telah berusia 1-3
tahun. Hal ini dapat kita lihat dari kesiapan anak secara fisik dengan
mengenali perasaannya yang menyatakan bahwa ia ingin BAK atau BAB.
Anak akan menunjukkan perasaan ketidaknyamanannya dengan perilaku
yang terlihat risih, cerewet, dan merasa kotor atau biasanya mengatakan
“mama… sudah…” mama…basah…”. Sedangkan kesiapan anak secara
emosi ditunjukkan dengan ketertarikannya atau memiliki rasa ingin tahu untuk
menggunakan pispot atau toilet. Ia cenderung memahami kegunaan toilet
atau mengkomunikasikan dengan orang tuanya menggunakan bahasa isyarat
untuk menggunakan toilet tersebut.

Toilet training di dalam Islam erat kaitannya dengan bab thaharah atau bab


bersuci. Tentunya hal ini tidak lepas dari yang namanya hadats kecil dan
hadats besar. BAK dan BAB termasuk golongan hadats kecil, sehingga wajib
bagi kita untuk membersihkannya sebelum melakukan ibadah kepada Allah
SWT. Sesuai dengan kaidah fikih;

‫ما ال يتم الواجب إال به فهو واجب‬

Artinya: Apa yang tidak sempurna kecuali dengannya maka hukumnya wajib.

Sehingga membersihkan diri setelah BAK dan BAB hukumnya wajib sebelum
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.

Beberapa tata cara toilet training menurut ajaran Islam sebagai berikut:


1. Mengajarkan kepada anak untuk BAK dan BAB pada tempat yang tertutup atau jauh
dari pandangan orang dan menghindari tempat yang dilarang.Orang tua hendaknya
membiasakan anaknya untuk BAK dan BAB di tempat yang tidak kelihatan khalayak
ramai atau di tempat tertutup. Selain itu, orang tua juga memberitahukan kepada anak
tempat-tempat yang dilarang seperti tempat berteduh, di saluran air yang biasa
digunakan untuk minum, di tengah keramaian dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk
menanamkan rasa malu pada diri anak. Suatu hari Rasulullah SAW melewati kuburan
dan bersabda “dua pemilik kuburan ini sedang diazab dan bukan karena dosa besar.
Orang pertama kalau buang air kecil tidak berhati-hati. Orang kedua adalah namnam
atau tukang adu domba.”
2. Mengajarkan kepada anak untuk tidak membawa barang yang berlafazkan nama
Allah ke dalam toilet. Sikap ini bertujuan untuk melatih anak agar mengagungkan Allah
SWT. Toilet adalah tempat yang kotor, sehingga kita dilarang untuk membawa barang
atau sesuatu yang di dalamnya terdapat nama Allah.
3. Membimbing anak agar membaca doa sebelum masuk dan keluar dari toilet.
Sebelum masuk toilet kita hendaknya mengajarkan anak membaca doa sebagai
berikut.

ِ ‫ ِا ِّن ْي أَ ُع ْو ُذ ِب َك مِنَ ا ْل ُخ ُب‬ ‫اَللّ ُه َّم‬.


‫ث َوا ْل َخ َبائث‬

Artinya : “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari


segala kejahatan dan kotoran”.

Dan ketika keluar toilet hendaknya membaca:

‫َب َع ِّنى ْاألَ َذاى َو َعا َفان ِْي‬ ْ ‫اَ ْل َح ْم ُد هّلِلا ِ الَّذ‬.
َ ‫ِي أَ ْذه‬

Artinya:  “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kotoranku dan
membuatku sehat”.

1. Mengajarkan anak untuk masuk toilet menggunakan kaki kiri dan keluar
menggunakan kaki kanan. Hal ini bertujuan untuk membiasakan kepada anak bahwa
untuk memasuki tempat yang baik menggunakan kaki kanan, sedangkan ketika
memasuki tempat yang kotor hendaknya menggunakan kaki kiri terlebih dahulu.
2. Mengajarkan anak untuk melepas atau menaikkan pakaiannya ketika mendekati toilet
atau di dalam toilet. Hal ini bertujuan untuk melindungi aurat anak dari khalayak ramai
dan menumbuhkan rasa malu dalam diri anak.
3. Mengajarkan anak posisi yang baik ketika dalam toilet. Orang tua hendaknya
memberitahukan kepada anak bahwa ketika BAK dan BAB sebaiknya jangan berdiri,
tetapi dengan posisi jongkok.
4. Melarang anak untuk tidak berbicara. Tidak berbicara disini yaitu anak dilarang untuk
berdzikir, membaca Quran, bernyanyi, bersiul, bahkan berbicara dengan orang lain
kecuali dalam keadaan darurat.
5. Mengajarkan dan membimbing anak untuk membersihkan sisa kotoran.
 Tidak menyentuh kemaluan dengan tangan kanan

Dari Abu Qatadah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda:

‫َوإِ َذا أَ َتى ْال َخاَل َء َفاَل َيمَسَّ َذ َك َرهُ ِب َيمِي ِن ِه َواَل َي َت َمسَّحْ ِب َيمِينِه‬

“Apabila kalian masuk toilet, janganlah menyentuh kemaluannya dengan


tangan kanannya, dan jangan cebok dengan tangan kanannya.” (HR. Bukhari
194 dan Muslim 393).

 Tidak berlebihan dalam menggunakan air atau tissue sekalipun.


1. Tidak berlama-lama di dalam toilet. Orang tua hendaknya mengajarkan kepada anak
agar tidak berlama-lama di dalam toilet, karena toilet adalah tempat yang sangat
disukai syetan, sehingga kita hendaknya bergegas keluar ketika telah selesai.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya toilet ini dihadiri syetan” (H.R. Ahmad dan
Abu Dawud).

Orang tua diharapkan dapat menerapkan beberapa hal di atas dalam


membimbing anaknya selama proses toilet training. Hal ini memang
membutuhkan waktu karena harus terus diulang hingga anak terbiasa dan
mandiri untuk melakukan BAK dan BAB. Selain itu, hal ini juga membutuhkan
kesabaran bagi para orang tua untuk terus mendampingi anak.
Keberhasilan toilet training pada anak usia dini, akan berdampak pada sikap
kemandirian, menumbuhkan sikap percaya diri, dan terbiasa untuk
berperilaku bersih dan teratur.

*Profil Penulis

Penulis adalah dosen Fakultas Syariah UIN Antasari – Banjarmasin (2013-


2019). Dilahirkan pada hari jum’at, tanggal 25 Februari 1983 dari pasangan H.
Ardiansyah S.Ag (Alm) dan Hj. Nurhani S.Pd di Barabai Kabupaten Hulu
Sungai Tengah (HST) Kalimantan Selatan. Pada tahun 1999 penulis
memberanikan diri untuk meninggalkan kampung halaman, merantau ke
Martapura kota Serambi Mekkah. Di kota inilah penulis banyak mendapatkan
pelajaran berharga, dari pendidikan formal dan  non formal. Formal penulis
dapatkan di Islamic Boarding School for Special Program (MAKN) selama 3
tahun (1999-2002) dan non-formal di pengajian KH. Zaini bin Abd Ghani Al
Banjary dan guru-guru mengaji duduk lainnya.

Setelah lulus sekolah, penulis melanjutkan ke pondok pesantren Darus Salam


Martapura kurang lebih satu tahun (2003) dan kemudian memberanikan diri
untuk kuliah di negeri seribu menara – Mesir, lalu selesai memperoleh gelar
Sarjana (S1) pada tahun 2009 di Universitas Al Azhar – Kairo Jurusan Aqidah
Filsafat. Setelah itu, penulis pulang ke Indonesia melanjutkan kuliah Magister
di Universitas Gadjah Mada (UGM) Fakultas FISIPOL jurusan Internasional
Relation selama dua tahun (2010-2012) For Special Program of Peace Study.
Pada bulan Januari 2019 tadi, penulis berhasil menyelesaikan program doktor
(S3) di UIN Antasari jurusan Pendidikan Agama Islam.

Berdasarkan pengalaman yang saya lakukan pada anak didik di


sekolah,  kebetulan juga saya guru kelas bawah yaitu kelas 1 di
Sekolah Dasar. Dan saya juga seorang ibu dengan tiga orang anak,
yang juga masih kecil dari yang SD,TK dan masih balita. Jadi, saya
terapkan juga pada anak saya di rumah. Ada tips agar anak sukses
pada toilet training ini. Adapun tahapannya sebagai berikut:

1. Berikan pemahaman pada anak, tentang kebiasaan untuk


selalu BAB atau BAK di toilet melalui cerita yang mereka
sukai. Contohnya seperti melalui cerita binatang atau tokoh kartun.
Berikan contoh konkret bayi yang belum bisa bicara dan berjalan.
Dede bayi tentunya belum bisa bilang kalau pengen "pup" atau pipis,
sehingga kita bisa bilang, "Nak, kalau BAB atau BAK di celana,
berarti dede bayi doong…!" Si anak pun akan paham dengan
sendirinya, dan akan malu bila terjadi pada dirinya.

2. Berikan pemahaman setiap kali fungsi tubuhnya ingin BAB


atau BAK. Bila mereka merasakan tanda-tandanya, agar lekas
bilang pada orang dewasa di sekitarnya bahwa dia ingin ke toilet.
Dan jangan sampai dia menahannya karena bisa membuat sakit.
Jangan pula pernah takut untuk meminta izin.

3. Sering mengingatkan anak untuk selalu disiplin ke toilet. Di


usia dini, si anak sering  menahan karena malas.

4. Mendampingi  anak saat ke toilet. Pada awal masuk sekolah,


anak biasanya masih beradaptasi pada tempat baru atau masih takut
ke toilet sendiri.

5. Ciptakan suasana toilet menyenangkan. Bisa dengan cahaya


yang terang, aroma wangi dan bersih, sehingga membuat anak mau
datang ke toilet.

6. Mendampingi dan mengarahkan anak saat membersihkan diri


di toilet dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

7. Memberikan pujian jika anak disiplin ke toilet. Jangan pernah


mencela jika anak belum berhasil pada toilet trainingnya ini. 

8. Jangan pernah bosan untuk terus memberikan motivasi


tentang toilet training ini. Sesungguhnya, “anak itu bagaimana
orang dewasa di sekitarnya.” Artinya, kita sebagai orangtua mampu
mengarahkan dan membimbing anak kita menjadi anak yang
berdisiplin dan bertanggung jawab, pada apa yang sudah mereka
lakukan.

Alhamdulillah, setelah saya terapkan pada siswa saya di sekolah dan


anak saya di rumah, sekarang mereka sudah mampu mengurus
dirinya sendiri. Mereka juga sudah tahu bagaimana mengontrol
fungsi tubuhnya dengan baik. Semoga bermanfaat!

Kapan waktu yang tepat untuk mengajari anak toilet training?


Sebenarnya orangtua tidak perlu buru-buru melakukannya, kalau
anak memang terlihat belum siap. Wolipop pernah menuliskan di sini,
hal-hal apa saja yang perlu diketahui orangtua untuk melihat
kesiapan anak.

Jika dari pengamatan Anda anak sudah siap melakukan toilet


training, hindari beberapa kesalahan yang umum dilakukan orangtua
berikut ini, seperti dipaparkan Baby Center:

1. Terlalu Dini
Sebaiknya jangan mengajari si kecil melakukan toilet training jika
memang dia belum siap. Kalau anak diajari terlalu dini, kemungkinan
proses belajar itu akan selesai lebih lama. Seperti sudah dijelaskan
di atas, tidak ada yang tahu di usia berapa tepatnya anak mulai
diajari BAB dan BAK di toilet, semuanya tergantung dari
perkembangan anak. Namun sebagian besar balita memiliki
kemampuan untuk mempelajari hal tersebut di usia 18 dan 24 bulan.
Ada juga beberapa balita yang belum siap sampai usianya tiga atau
empat tahun. Jadi sebenarnya orangtualah yang tahu kapan waktu
paling tepat mengajari anak toilet training dengan mengamati
perkembangan fisik, kognitif dan perilakunya.

Ketika proses belajar toilet training ini sudah dimulai biasanya butuh
waktu tiga bulan atau lebih lama. Oleh karena itu Anda harus banyak
bersabar dan tetap mendukung anak melaluinya. Kalau ternyata
proses belajar ini tidak sukses setelah beberapa minggu dijalankan,
bisa jadi anak memang belum siap. Tunggu beberapa minggu dan
coba lagi dari awal.

2. Memulai di Waktu yang Salah


Bukan ide yang baik jika Anda mulai mengajari anak untuk toilet
training ketika ternyata dia akan memiliki adik dalam waktu dekat.
Waktu lainnya yang tidak tepat misalnya ketika anak berganti
pengasuh atau masa-masa peralihan lain dalam hidupnya.

Yang Anda harus selalu ingat, balita sangat perlu rutinitas agar dia
bisa memahami apa yang sedang diajarkan padanya. Sehingga
perubahan apapun yang tidak sejalan dengan kesehariannya atau
rutinitasnya itu bisa jadi kemunduran untuknya. Jadi sebaiknya
tunggu hingga situasi memungkinkan, misalnya ketika si bungsu
sudah lahir atau baby sitter baru sudah datang, baru mulai
mengajarinya toilet training.

3. Membuatnya Menjadi Beban


Ketika anak sudah menunjukkan ketertarikannya untuk buang air
kecil atau besar di kamar mandi, itu tentu sangat baik. Namun
sebaiknya Anda jangan terlalu mendorong atau menekannya untuk
terus melakukan langkah tersebut. Hindari juga memaksa anak untuk
belajar dengan cepat. Kalau anak tertekan, dia bisa jadi sulit BAB
atau mengalami masalah lainnya.

Berikan anak waktu dan biarkan dia menjalani proses belajar


tersebut sesuai kemampuannya. Anak akan belajar setahap demi
setahap, misalnya awalnya dia sudah mau menunjukkan ekspresi
berbeda ketika ingin BAB atau BAK, tahap berikutnya, anak
mengungkapkan keinginannya, tahap lanjutan si kecil mengajak
Anda ke kamar mandi, dan seterusnya.

4. Mengikuti Aturan Orang Lain


Melatih anak untuk BAB atau BAK di toilet butuh kesabaran dan
waktu. Setiap minggunya juga bisa semakin sulit apalagi jika Anda
mendengarkan omongan orang lain seperti ibu Anda, mertua, atau
orang lain yang lebih senior dan merasa lebih tahu. Ketika mereka
menasihati Anda agar mempercepat proses belajar toilet training
atau memberitahukan agar anak segera diajari BAB atau BAK di
kamar mandi, sebaiknya jangan terpengaruh. Seperti sudah
dikatakan sebelumnya, jika ternyata anak belum siap, proses toilet
training ini malah bisa berlangsung lebih lama.

5. Menghukum Anak
Menghukum atau marah pada anak ketika dia tidak benar-benar mau
toilet training justru tak akan menyelesaikan masalah dan bisa
membuatnya belajar. Pahamilah kalau penolakan anak ini wajar dan
jika Anda memberi hukuman hanya akan membuatnya semakin
malas belajar BAB atau BAK di toilet. Anak malah akan takut jika dia
berbuat kesalahan itu akan membuat Anda marah. Berikan respon
dengan bijak dan tenang ketika anak misalnya lupa ke kamar mandi
untuk BAK.
Dino anak usia 4 tahun pada hari Kamis, 24 September 2015 tidak mau bergerak dari
kursinya. Bu Laila. meminta dia mengambil lem untuk kelompoknya, Dino hanya
diamitu juga, Roni berkata sambil menutup hidungnya, “Bu ! ada bau tai". Bu
Lailapun bertanya kepada murid – murid,”Siiapa yang buang air besar?”. Tak seorang
menjawab di kelas itu. Ibu gurupun menelusuri darimana asal bau tai tersebut, dengan
keliling mri asal bau tersebut. Saat di dekat Dino bau mnyengatpun tercium, lalu bu
Laila meminta Dino berdiri tetapi ia tidak mau dan hanya diam di tempat sambil
menatap wajah ibu gurunya dengan tatapan penuh arti, kecurigaanpin semakin kuat,
ibu mengangkat badan Dino dan ternyata benar.

Permasalahan buang air kecil (mengompol) atau enuresis adalah kemampuan


menahan dan melepaskan buang air kecil. Setelah anak berusia 18 bulan, anak dapat
menahan air seni dalam jangka waktu 2 jam. Dan anak usia prasekolah sudah dapat
melakukan latihan membuang air kecil pada tempatnya. Setelah anak berusia 2 tahun
dan 3 tahun anak mulai latihan buang air besar dengan teratur pada tempatnya.
Namun demikian apabila anak usia dini tidak dilatih toilet training, anak sering
mengompol di celana atau di lantai ini disebut encopresis.

Penanganan sementara ketika terjadi anak buang air kecil atau buang air besar di
tempat duduknya inilah yang dapat guru lakukan:

 Menuntun anak ke kamar mandi


 Dengan sikap tenang mendudukan anak di kloset
 Katakan dengan lembut bahwa di toilet ada tempat untuk membuang air kecil
dan air besar
 Usahakan supaya anak tidak duduk lrbih dari 5 menit
 Beri pujian apabila anak telah melakukannya
 Ajari anak untuk meminta ijin kepada guru apabila anak ingin membuang air
kecil ata air besar
 Hindari mengejek anak didik

Seringkali ejekan yang diterima oleh anak dari teman – temannya atau bahkan dari
gurunya membuat anak tidak percaya diri karena ejekan itu sangat tidak diinginkan
anak. Untuk menghindari ejekan dari temannya, anak ini besoknya tidak masuk
sekolah.
Lakukan latihan buang air besar pada tempat yang telah disediakan dan pada waktu
yang telah di tetapkan. Tahap awal yang dilakukan guru adalah memperhatikan waktu
anak membuang air besar ataua air kecil. Apabila tanda – tanda sudah dikenali guru,
dekati anak dan ajak ke kamar mandi bersama – sama. Yakinkan pada anak jila ibu
guru akan menemaninya di kamar mandi. Hal ini perlu disampaikan sebab kondisi
kamar mandi turut menentukan keberanian ke kamar mandi. Walaupun kamarmandi
memenuhi syarat, gurupun harus tetap mengawasi anak ke kamar mandi.

Artikel ini mengingatkan kepada seluruh orangtua untuk mengajarkan toilet


training kepada anak – anaknya. Selain menguntungkan orangtua juga medidik anak
untuk belajar mandiri sejak dini. Bayangkan saja apabila semua guru TK/RA
mengajarkan toilet training pada peserta didiknya, sehingga koordinasi antara
keluarga dan pihak sekolahpun bisa terjalin dengan baik demi menjunjung tinggi
pendidikan karakter yang mandiri dan kebersihan. Seperti halnya kita mengetahui
bahwa penduduk Indonesia saat ini sedang krisis moral.

Anda mungkin juga menyukai