Oleh: Nuril Khasyi’in*
Menjadi orang tua di era modern seperti saat ini mempunyai tantangan
tersendiri. Kehidupan yang serba instan dan praktis tidak serta merta
berdampak positif bagi tumbuh kembang seorang anak. Tingkat
penggunaan diapers atau yang disebut dengan pampers cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Penggunaan diapers dalam jangka panjang
memiliki efek yang berbahaya dan akan menghambat perkembangan anak
tersebut baik secara fisik maupun psikologis. Kulit anak akan mengalami
iritasi dan biasanya cara berjalannya berbeda dengan anak pada umumnya
(ngangkang). Selain itu, anak juga akan mengalami kesulitan untuk
mengontrol keinginan untuk buang air kecil dan buang air besar, sehingga
bisa mengompol di mana saja dan kapan saja. Oleh karena itulah, penting
bagi orang tua mengajarkan kepada anak toilet training sejak dini.
Artinya: Apa yang tidak sempurna kecuali dengannya maka hukumnya wajib.
Sehingga membersihkan diri setelah BAK dan BAB hukumnya wajib sebelum
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.
َب َع ِّنى ْاألَ َذاى َو َعا َفان ِْي ْ اَ ْل َح ْم ُد هّلِلا ِ الَّذ.
َ ِي أَ ْذه
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kotoranku dan
membuatku sehat”.
1. Mengajarkan anak untuk masuk toilet menggunakan kaki kiri dan keluar
menggunakan kaki kanan. Hal ini bertujuan untuk membiasakan kepada anak bahwa
untuk memasuki tempat yang baik menggunakan kaki kanan, sedangkan ketika
memasuki tempat yang kotor hendaknya menggunakan kaki kiri terlebih dahulu.
2. Mengajarkan anak untuk melepas atau menaikkan pakaiannya ketika mendekati toilet
atau di dalam toilet. Hal ini bertujuan untuk melindungi aurat anak dari khalayak ramai
dan menumbuhkan rasa malu dalam diri anak.
3. Mengajarkan anak posisi yang baik ketika dalam toilet. Orang tua hendaknya
memberitahukan kepada anak bahwa ketika BAK dan BAB sebaiknya jangan berdiri,
tetapi dengan posisi jongkok.
4. Melarang anak untuk tidak berbicara. Tidak berbicara disini yaitu anak dilarang untuk
berdzikir, membaca Quran, bernyanyi, bersiul, bahkan berbicara dengan orang lain
kecuali dalam keadaan darurat.
5. Mengajarkan dan membimbing anak untuk membersihkan sisa kotoran.
Tidak menyentuh kemaluan dengan tangan kanan
َوإِ َذا أَ َتى ْال َخاَل َء َفاَل َيمَسَّ َذ َك َرهُ ِب َيمِي ِن ِه َواَل َي َت َمسَّحْ ِب َيمِينِه
*Profil Penulis
1. Terlalu Dini
Sebaiknya jangan mengajari si kecil melakukan toilet training jika
memang dia belum siap. Kalau anak diajari terlalu dini, kemungkinan
proses belajar itu akan selesai lebih lama. Seperti sudah dijelaskan
di atas, tidak ada yang tahu di usia berapa tepatnya anak mulai
diajari BAB dan BAK di toilet, semuanya tergantung dari
perkembangan anak. Namun sebagian besar balita memiliki
kemampuan untuk mempelajari hal tersebut di usia 18 dan 24 bulan.
Ada juga beberapa balita yang belum siap sampai usianya tiga atau
empat tahun. Jadi sebenarnya orangtualah yang tahu kapan waktu
paling tepat mengajari anak toilet training dengan mengamati
perkembangan fisik, kognitif dan perilakunya.
Ketika proses belajar toilet training ini sudah dimulai biasanya butuh
waktu tiga bulan atau lebih lama. Oleh karena itu Anda harus banyak
bersabar dan tetap mendukung anak melaluinya. Kalau ternyata
proses belajar ini tidak sukses setelah beberapa minggu dijalankan,
bisa jadi anak memang belum siap. Tunggu beberapa minggu dan
coba lagi dari awal.
Yang Anda harus selalu ingat, balita sangat perlu rutinitas agar dia
bisa memahami apa yang sedang diajarkan padanya. Sehingga
perubahan apapun yang tidak sejalan dengan kesehariannya atau
rutinitasnya itu bisa jadi kemunduran untuknya. Jadi sebaiknya
tunggu hingga situasi memungkinkan, misalnya ketika si bungsu
sudah lahir atau baby sitter baru sudah datang, baru mulai
mengajarinya toilet training.
5. Menghukum Anak
Menghukum atau marah pada anak ketika dia tidak benar-benar mau
toilet training justru tak akan menyelesaikan masalah dan bisa
membuatnya belajar. Pahamilah kalau penolakan anak ini wajar dan
jika Anda memberi hukuman hanya akan membuatnya semakin
malas belajar BAB atau BAK di toilet. Anak malah akan takut jika dia
berbuat kesalahan itu akan membuat Anda marah. Berikan respon
dengan bijak dan tenang ketika anak misalnya lupa ke kamar mandi
untuk BAK.
Dino anak usia 4 tahun pada hari Kamis, 24 September 2015 tidak mau bergerak dari
kursinya. Bu Laila. meminta dia mengambil lem untuk kelompoknya, Dino hanya
diamitu juga, Roni berkata sambil menutup hidungnya, “Bu ! ada bau tai". Bu
Lailapun bertanya kepada murid – murid,”Siiapa yang buang air besar?”. Tak seorang
menjawab di kelas itu. Ibu gurupun menelusuri darimana asal bau tai tersebut, dengan
keliling mri asal bau tersebut. Saat di dekat Dino bau mnyengatpun tercium, lalu bu
Laila meminta Dino berdiri tetapi ia tidak mau dan hanya diam di tempat sambil
menatap wajah ibu gurunya dengan tatapan penuh arti, kecurigaanpin semakin kuat,
ibu mengangkat badan Dino dan ternyata benar.
Penanganan sementara ketika terjadi anak buang air kecil atau buang air besar di
tempat duduknya inilah yang dapat guru lakukan:
Seringkali ejekan yang diterima oleh anak dari teman – temannya atau bahkan dari
gurunya membuat anak tidak percaya diri karena ejekan itu sangat tidak diinginkan
anak. Untuk menghindari ejekan dari temannya, anak ini besoknya tidak masuk
sekolah.
Lakukan latihan buang air besar pada tempat yang telah disediakan dan pada waktu
yang telah di tetapkan. Tahap awal yang dilakukan guru adalah memperhatikan waktu
anak membuang air besar ataua air kecil. Apabila tanda – tanda sudah dikenali guru,
dekati anak dan ajak ke kamar mandi bersama – sama. Yakinkan pada anak jila ibu
guru akan menemaninya di kamar mandi. Hal ini perlu disampaikan sebab kondisi
kamar mandi turut menentukan keberanian ke kamar mandi. Walaupun kamarmandi
memenuhi syarat, gurupun harus tetap mengawasi anak ke kamar mandi.