1
Diterbitkan oleh penerbit Mizan, Bandung, 2009.
2
Daftar Isi
Pengantar Penulis
1. Burung Gagak dan Kedua Anak Adam
2. Unta Saleh
3. Biri-biri dan Ismail a.s.
4. Serigala dan Tujuh Sapi
5. Ikan Paus dan Yunus a.s.
6. Ular, Katak, Belalang, dan Kutu
7. Manna, Salwa, dan Anak Sapi Samiri
8. Sapi Bani Israil
9. Ikan, Musa, dan Khidir a.s.
10. Keledai Bul‘am
11. Semut, Burung Hud Hud, dan Nabi Sulaiman
12. Keledai Nabi ‗Uzair
13. Binatang Ashabul Ukhdud
14. Gajah Abrahah
15. Anjing Ashabul Kahfi
3
PENGANTAR PENULIS
Segala puji milik Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Kami
memuji-Nya sebagai orang-orang yang bersyukur. Kami bersyukur pada-Nya sebagai
orang-orang yang memuji. Tuhanku, pada-Mu kami bertawakal, dan pada-Mu kami
kembali. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad hamba-Nya dan Rasul-Nya. Ya Allah, salawat, salam, dan keberkahan
semoga selalu bersama Nabi, keluarga, dan para sahabatnya semua.
Al-Quran Al-Karim kitab Allah. Allah menurunkannya sebagai petunjuk bagi
seluruh alam. Al-Quran berisi petunjuk dan pelajaran. Banyak pelajaran terdapat dalam
kisah-kisah dan peristiwa-peristiwa yang telah diceritakan Al-Quran. Sungguh indah
bahwa beberapa petunjuk dan pelajaran disampaikan melalui lisan binatang dan burung.
Kadang kita berkhayal bahwa mereka tidak mengerti sesuatu, namun kita heran saat
menemukan bahwa beberapa binatang dan burung mengerti pengajaran Tuhannya lebih
baik daripada sebagian Bani Adam.
Inilah hal yang akan tergambar dalam beberapa kisah dalam buku ini, di mana
beberapa karakter burung dan binatang telah tertulis dalam Al-Quran Al-Karim; agar
kita bisa mengambil pelajaran dan petunjuk dari kisah-kisah ini.
4
terus berputar, hamillah Hawa. Ini merupakan kehamilan pertama di muka bumi. Adam
merasa senang dan sangat bahagia. Tibalah saat melahirkan setelah sempurna sembilan
bulan usia kandungan yang disertai kelemahan dan kepayahan yang dirasakan Hawa
selama mengandung tersebut. Saat itu merupakan masa yang sulit dan mencemaskan.
Bau kematian muncul berkali-kali pada saat itu, seakan-akan Hawa melihat dengan
mata kepalanya sendiri.
Namun jeritan kedua bayi menghilangkan kesakitan dan kepayahannya. Senyum
pun kembali menghampiri Adam dan Hawa. Allah telah menganugerahi keduanya dua
anak kembar: laki-laki dan perempuan. Adam memberi nama Qabil untuk anak laki-
lakinya, dan menamai anak perempuannya: Iqlima. Iqlima memiliki paras yang sangat
cantik, sehingga orang tidak akan berpaling jika memandang wajahnya.
Tidak berlangsung lama, setelah melewati beberapa bulan, Hawa hamil lagi. Di
perutnya terdapat dua janin bayi lagi yang baru. Dalam masa hamil tersebut Hawa
merasakan kebahagiaan dan juga kesakitan, sehingga ia merasa mendekati kematian
sebelum anak kembarnya itu lahir. Sembilan bulan pun tiba. Lahirlah anak kembar itu:
laki-laki dan perempuan. Laki-laki bernama Habil dan perempuan bernama Lubuda.
Adam pun memuji Allah Swt. atas karunia anak tersebut.
****
Setiap orang akan percaya bahwa pendidikan bagi empat anak yang dilahirkan
dalam waktu berdekatan sangat penting sekaligus sangat sulit, apalagi pada zaman tidak
ada seorang pun di muka bumi ini kecuali sosok Ibu dan Ayah yang memiliki empat
anak. Tidak ada penolong yang lain dalam kesulitan mendidik anak-anak tersebut.
Namun Allah Swt. memberkati Adam dalam merawat kedua anak laki-laki dan
kedua anak perempuannya. Mereka tumbuh dewasa dalam pengawasan ayah mereka,
Adam, dan kasih sayang Ibu mereka, Hawa. Dan Iqlima mampu menyejukkan bagi
mereka yang memandangnya, karena dipenuhi kecantikan dan feminim, sedangkan
Lubuda tidak secantik Iqlima. Hal tersebut tidak meresahkan Adam dan Hawa,
keduanya mencintai Iqlima dan Lubuda sama besarnya.
Qabil dan Habil bekerja membantu Adam a.s. Qabil memilih menjadi petani,
mencangkul, dan bercocok tanam, serta memanennya untuk kebutuhan makan
keluarganya dan untuk memberi makan binatang ternak yang dipelihara oleh Habil.
Habil mengembala ternaknya di ladang yang hijau, agar kualitas peliharaannya baik,
sehingga semua anggota keluarganya bisa meminum susunya dan memakan dagingnya.
Sementara itu Iqlima dan Lubuda membantu Hawa di rumah. Keduanya
menjaga hasil kebun, memasak, dan membuat pakaian dan penutup kepala dari bulu
unta dan bulu kambing. Keduanya juga membuat beragam alat untuk beristirahat bagi
ketiga laki-laki di rumah itu, yang dengan sekuat tenaga menyiapkan segala kebutuhan
keluarga kecil mereka.
Tidak ada hal yang merusak kebahagiaan hidup keluarga sederhana itu. Hingga
tibalah masanya anak-anak untuk menikah. Di bumi ini tidak ada yang lain kecuali
anak-anak Adam. Allah membolehkan seorang saudara laki-laki menikah dengan
saudara perempuannya. Namun dengan satu syarat!! Seorang saudara laki-laki tidak
boleh menikah dengan saudara perempuannya yang dilahirkan pada kehamilan yang
sama. Namun ia menikah dengan saudara perempuan adiknya. Dengan demikian Qabil
menikah dengan Lubuda, dan Habil menikah dengan si cantik Iqlima.
Syariat itu diharamkan kemudian. Manusia bertambah banyak dan berbeda-beda
di banyak bangsa. Syariatpun berubah atas perintah Allah. Tidak diperbolehkan seorang
laki-laki menikah dengan saudara perempuannya. Selamanya.
6
sehingga ia berbisik pada dirinya sendiri: ―Aku akan menikahi Iqlima dengan cara apa
pun!!‖
Akhirnya Qabil pulang ke rumah dan melihat ayahnya yang sedang menunggu
kedatangannya. Kesedihan menyelimuti wajah Adam karena takut rayuan setan telah
menguasai anaknya, padahal ia tak sedikitpun membedakan anak-anaknya. Adam
berkata:
―Perhatikanlah anakku. Qabil, berkurbanlah kepada Allah dengan sesuatu dari
hasil kebunmu dan sampaikanlah kurban itu hanya kepada Allah. Demikian pula Habil
menyerahkan kurbannya kepada Allah.‖
―Siapa di antara kalian berdua yang diterima kurbannya, dialah suami Iqlima
yang cantik jelita.‖
Qabil dan Habil menerima tawaran tersebut. Keduanya pun bersiap-siap untuk
berkurban kepada Allah.
***
Pada zaman dahulu terdapat banyak keajaiban. Di antara keajaiban itu adalah
bahwa ketika seorang hamba berkurban, maka ia meletakkan kurbannya di atas puncak
gunung. Jika Allah menerima kurbannya, maka api putih turun dari langit
menyambarnya. Namun jika Allah menolaknya, maka kurban itu akan tetap ada, tidak
ada yang mendekatinya, baik itu manusia maupun burung, bukti bahwa Allah tidak
meridai hamba itu dan kurbannya.
Habil yang baik, pergi ke gunung membawa binatang peliharannya yang paling
baik, yaitu yang paling gemuk dan paling kuat, untuk diberikannya kepada Tuhan
sebagai kurban. Habil cinta pada Allah, dan pecinta memberi kekasihnya sesuatu yang
paling berharga. Sedangkan Qabil, ia telah memilih untuk menikahi Iqlima. Terjadilah
apa yang seharusnya terjadi. Ia tidak bersusah payah menyiapkan kurban yang baik,
bahkan ia berkurban dengan buah dan sayur yang buruk, sebagai kurban untuk
Tuhannya.
Dua bersaudara itu berkumpul di tempat yang sama. Keduanya mendaki gunung
hingga mencapai puncaknya untuk meletakkan kurban mereka masing-masing. Habil
dan Qabil menunggu waktu untuk mengetahui hasilnya. Waktu berlalu terasa sangat
lambat. Habil merasa senang dan gembira, karena rida terhadap keputusan (qadha) yang
akan diterimanya dari Allah. Qabil berharap pada dirinya sendiri, bahwa kurbannya
akan diterima. Jiwanya dipenuhi dengki terhadap saudaranya.
Tibalah saat yang ditunggu-tunggu, api putih yang besar meluncur seperti panah,
menyambar kurban Habil dalam sekejap mata. Sedangkan kurban Qabil masih utuh.
Allah menghendaki Iqlima untuk Habil. Ia pun bersujud sebagai tanda syukur kepada
Allah.
Setan tidak berhenti merayu Qabil, seperti anak kecil bermain sepak bola. Ia
selalu menghadirkan rupa si cantik Iqlima dalam pikiran Qabil. Setan membisikinya
bahwa Adam mendoakan Habil, dan tidak mendoakannya. Ia berbisik:
―Kerjakanlah sesuatu sebelum kau kehilangan pujaan hatimu.‖
―Aku akan membunuhmu, Habil,‖ katanya pada Habil.
Habil menjawab dengan tenang, ―Allah menerima amal orang-orang yang
bertakwa.‖
Habil lebih kuat dibanding Qabil, namun iman mencegahnya untuk melukai dan
menjauhi permusuhan. Ia berkata:
8
Pelajaran Berharga:
1. Setan merupakan musuh yang nyata bagi manusia, maka seyogyanya tidak
taat padanya.
2. Taat terhadap perintah Allah dan menjalankan apa yang diwajibkan-Nya
pada kita.
3. Kebencian, kedengkian, dan ketamakan merupakan kunci-kunci setan.
4. Menafkahkan di jalan Allah harta yang terbaik.
10
2. UNTA SALEH
―Berkumpullah bersama kami pada hari raya. Kami akan meminta bukti dari
tuhan kami, dan engkau akan minta bukti pada Tuhanmu.‖
Tibalah hari raya itu. Kaum Saleh berkumpul dengan membawa patung-patung
mereka. Mereka sepakat bahwa Saleh berdoa pada Tuhannya agar menunjukkan sebuah
bukti kerasulan, sedangkan mereka berdoa pada tuhan mereka agar tidak mengabulkan
doa Saleh.
Seorang laki-laki kaum Tsamud yang bernama Jundu‘ bin Amr berkata: ―Saleh,
keluarkanlah dari batu besar ini seekor sapi betina, yang tidak seperti biasanya. Jika
engkau mampu kami akan beriman.‖ Saleh berdoa pada Tuhannya.
Mereka berdoa pada tuhan mereka. Tidak henti-hentinya mereka menertawakan
Saleh yang sedang berdoa pada Tuhannya. Tiba-tiba…batu itu pecah dan keluarlah
seekor sapi betina yang sedang hamil tua. Ketika semua orang menyaksikannya, sapi itu
melahirkan anaknya. Jundu‘ dan sebagian kaum Saleh, beriman padanya, sedangkan
yang lainnya tetap dalam kekufuran.
Saleh berkata: ―Unta ini akan minum dalam satu hari, dan kalian minum di hari
berikutnya.‖
Kaum Tsamud menyaksikan keajaiban sapi ini dan anaknya, yaitu meminum air
sumur hingga habis. Lalu mereka meminum air susu sapi ini hingga kenyang.
Pada hari berikutnya giliran mereka yang minum air. Kemudian, esoknya sapi
itu kembali menghampiri sumur, air pun naik, lalu sapi meminumnya sampai habis.
Sapi itu pun kembali ke asalnya. Demikianlah, seharusnya Tsamud beriman dengan
adanya bukti-bukti tersebut. Namun mereka tetap dalam kekufuran dan
pembangkangannya.
***
Shunaim bin Harawan menikah dengan seorang perempuan kaya raya bernama
Shaduq. Saat ia telah beriman, ia mendermakan hartanya untuk Saleh dan orang-orang
mukmin. Namun Shaduq mencelanya karena ia seorang kafir.
Shaduq membawa anak-anaknya dan menyembunyikan mereka di rumah anak-
anak pamannya. ―Kembalikan anak-anakku,‖ kata Shunaim.
Shaduq menolak permintaan suaminya. Maka keduanya meminta pendapat
anak-anak paman Shaduq, sedangkan mereka adalah orang-orang mukmin, sehingga
mereka mengembalikan anak-anak itu pada Shunaim.
Kebencian Shaduq semakin bertambah terhadap Saleh a.s. karena suaminya
mendermakan harta padanya, beriman, dan memisahkan dirinya dengan anak-anaknya.
Ia memiliki seorang teman, ‗Unaizah bint Ghanam, seorang kafir. Ia mempunyai
seekor kambing yang sedang hamil tua. Ketika kambing itu melihat sapi Saleh, maka ia
berlari mendahuluinya, namun ia tidak mendapatkan air untuk diminum. ‗Unaizah pun
marah.
Keduanya sama marah terhadap terhadap Saleh dan orang-orang mukmin, dan
sepakat untuk membunuh sapi itu, sehingga Saleh marah karenanya.
Saat keduanya memberikan sejumlah uang pada seorang laki-laki untuk
membunuh sapi, ia menolaknya. Ia berfikir hal itu perbuatan keji. Sapi itu bukan
sembarang sapi; sapi itu bukti yang datang dari sisi Allah.
Namun seorang laki-laki bernama Mushadda‘ bin Mahraj mencintai Shaduq dan
ingin memilikinya. Ia setuju untuk membunuh sapi. Ia mencari orang-orang untuk
membantunya melaksanakan perbuatan dosa ini. Quddar bin Salaf, temannya, setuju
terhadap rencana jahat itu; ia merupakan orang yang terpandang di kaumnya.
12
2. Tidak boleh takabur dengan kekuatan yang Allah telah berikan pada seorang
hamba, karena kekuatan Allah amat luas. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
3. Bersyukur atas segala nikmat Allah, dan tidak mengingkarinya.
4. Kemaksiatan akan mengakibatkan siksa yang besar.
14
Tidak ada yang beriman pada Ibrahim, kecuali Sarah anak perempuan
pamannya, dan menjadi istrinya, dan anak laki-laki saudaranya, Luth. Setelah keluar
dari Babil, Irak, Ibrahim sampai di Syam. Allah memberinya wahyu:
―Aku menjadikan tanah ini bagimu dan keturunanmu‖.
Ibrahim tinggal di Syam, hingga akhirnya tibalah masa kemarau yang panjang.
Ibrahim dan Sarah pergi ke Mesir. Raja Mesir saat itu punya kebiasaan buruk,
bahwa saat ia melihat wanita cantik, maka ia akan menjadikannya miliknya. Para
pengawal menemui raja dan mengatakan bahwa wanita cantik itu bernama Sarah,
datang bersama suaminya. ―Bawalah wanita itu ke hadapanku,‖ perintah Raja. Ibrahim
takut raja menyakiti Sarah jika ia tahu bahwa ia adalah istrinya.
Maka ia berkata pada Sarah, ―Di dunia ini, selain aku dan engkau tidak ada yang
muslim. Jika engkau ditanya, katakanlah bahwa engkau adalah saudaraku.‖
Sarah setuju terhadap saran Ibrahim, dan berdoa kepada Allah Swt.: ―Ya Allah,
jika engkau mengetahui bahwa aku beriman padamu, kepada utusanmu, dan aku
menjaga kemaluanku kecuali pada suamiku, maka jangan biarkan orang kafir
menguasaiku.‖ Raja bermaksud menyentuhnya, saat ia sudah hamper dekat, tiba-tiba
tangannya lumpuh. ―Apa yang terjadi?‖, Tanya Raja.
―Ini perbuatan Tuhanku,‖ jawab Sarah.
―Berdoalah pada Tuhanmu, aku tidak akan melukaimu.‖
Sarah mendoakannya, namun Raja kembali melakukan perbuatannya.
Tangannya lumpuh lagi. Sarah kembali berdoa, setelah ia berjanji tidak akan
menyentuhnya lagi. Namun Raja mengulanginya lagi untuk ketiga kalinya. Sarah
kembali mendoakannya. ―Ini adalah kebenaran. Demi Allah, aku tidak akan pernah
melukaimu,‖ kata Raja.
Raja berkata kepada para pengawalnya, ―Apakah engkau membawa kepadaku
seorang perempuan atau setan?‖
Raja mengembalikan Sarah pada Ibrahim, dan memberinya uang dan hadiah,
kambing dan sapi, dan memberinya seorang budak perempuan, Hajar.
Sarah kembali menemui Ibrahim, dan melihatnya sedang salat. ―Allah telah
melindungiku dari orang zalim. Raja memberiku Hajar,‖ kata Sarah.
Ibrahim kembali ke Syam bersama Sarah. Istrinya yang cantik itu mempunyai
segala hal yang didambakan oleh setiap lelaki, kecuali satu hal, bahwa ia belum bisa
melahirkan seorang anak, sedangkan ia kini telah menjadi seorang nenek dan Ibrahim
seorang kakek.
Sarah merasakan apa yang ada dalam pikiran Ibrahim, maka ia memberikan
Hajar pada suaminya untuk dinikahi. Allah memberinya seorang keturunan yang saleh
yang kelak akan memakmurkan bumi setelah Ibrahim. Ibrahim menikah dengan Hajar
yang berkebangsaan Mesir.
Setelah sembilan bulan mengandung, ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang
tampan untuk Ibrahim.
Setelah hamil sembilan bulan Hajar melahirkan seorang bayi laki-laki yang
tampan, Ismail.
Kehadiran Ismail menjadikan suasana rumah yang berbeda, ada keriangan dan
keceriaan di sana. Karenanya, hati Sarah terusik. Ia menduga bahwa sekarang Hajar
akan melebihi dirinya; ia berharap seandainya Allah memberinya seorang anak seperti
halnya Hajar.
15
Ibrahim memiliki sifat yang mulia, sehingga disebut ―Bapak Dua Tamu‖, bahwa
jika tidak ada tamu yang mengunjunginya, ia akan mencarinya. Pada saat ia sedang
duduk di depan rumahnya, datanglah para lelaki yang berpakaian serba putih.
―Assalamu‘alaikum‖.
―Semoga keselamatan juga menyertai orang-orang yang kami tidak kenal,‖
jawab Ibrahim.
Ia menemui keluarganya, lalu menghidangkan daging anak sapi jantan yang
gemuk, dan mempersilahkan para tamu untuk menyantapnya.
―Kalian tidak makan,‖ Tanya Ibrahim heran.
Namun mereka tetap tidak menyentuh makanan tersebut. ―Sebenarnya siapa
kalian. Sungguh kami sangat takut pada kalian‖.
―Jangan takut. Kami adalah malaikat Allah yang diutus bagi kaum Luth‖.
Sarah memerhatikan kejadian tersebut dari dekat, sehingga ia tertawa melihat
ketakutan suaminya, karena sesungguhnya ia tahu bahwa mereka adalah para malaikat.
Malaikat berkata pada Sarah, ―Kami membawa kabar gembira dengan kehadiran
seorang anak yang cerdas.‖
Sarah terperanjat: seorang nenek-nenek yang mandul bisa melahirkan, dan
suaminya seorang kakek-kakek; ini merupakan sesuatu yang ajaib.
―Aku sudah tua, bagaimana kau bisa menyampaikan kabar gembira ini,‖ Tanya
Ibrahim.
―Kami tidak main-main, janganlah termasuk orang-orang yang berputus asa,‖
para Malaikat meyakinkan.
―Orang yang berputus asa dari rahmat Allah adalah orang yang tersesat,‖ timpal
Ibrahim.
Sarah hamil, lalu melahirkan Ishaq; Ibrahim bahagia karenanya:
―Segala puji milik Allah yang telah memberikan Ismail dan Ishaq pada masa
tuaku. Sesungguhnya Allah Mahamendengar doa‖.
Sarah merasa kurang nyaman dengan kehadiran Hajar, maka ia meminta Ibrahim
membawanya jauh darinya.
Allah mewahyukan pada Ibrahim untuk mengabulkan permohonan Sarah; pergi
bersama Hajar dan Ismail. Allah akan memberkati dan menjadikan keturunannya penuh
berkah.
Ibrahim berjalan hingga sampai ke negeri Paran—sekarang Jabal Makkah. Hajar
masih punya setengah roti dan sekantung air. Ibrahim meninggalkannya bersama
anaknya.
―Kau meninggalkan kami di sini tanpa air dan makanan, serta tak ada seorang
pun,‖ tanya Hajar.
Ibrahim tak menjawab. Ia tetap diam.
―Apakah Allah memerintahkanmu untuk melakukan hal ini?‖
―Ya‖.
―Allah tidak akan menyia-nyiakan kami‖.
Kemudian Ibrahim pergi menuju Syam. Ia berdoa pada Allah: ―Tuhan kami, aku
menempatkan keturunanku di lembah yang tidak ada tanaman di rumah-Mu tanah
haram. Tuhan kami, jadikanlah hati manusia mencintai mereka, dan berilah mereka
rezeki dari buah-buahan, semoga mereka bersyukur.‖
Allah mencukupi segala kebutuhan Hajar dan bayinya, Ismail, yang hidup di
gurun pasir yang luas.
16
Air dan roti telah habis. Hajar dan Ismail kehausan, namun tidak ada air. Ia
berjalan sampai jauh dari Ismail, hingga ia tidak bisa melihat anaknya menangis
kehausan. Hajar naik gunung Shafa; itulah tempat yang paling dekat, ia berharap bisa
menemukan air.
Lalu ia berlari-lari kecil—karena merasa lelah, hingga sampai ke gunung
Marwah, namun ia tidak menemukan air, dan tidak melihat seorang pun.
Ia kembali dan mengira bahwa anaknya telah mati.
Namun sungguh ajaib, di bawah kedua kaki Ismail terdapat air. Allah telah
memancarkannya. Hajar berseru, ―zum…zum‖; ia khawatir air itu akan segera habis.
Lalu ia minum, dan member minum anaknya dari sumur zam-zam.
Rombongan pedagang yang sedang lewat melihat seekor burung terbang
mengitari gurun—pertanda ada air, maka mereka menghampiri tempat itu untuk
mengetahui apa yang terjadi.
Mereka melihat air, Hajar, dan Ismail. Mereka minta izin tinggal di tempat ini.
―Kalian boleh tinggal di sini…namun kalian tidak berhak atas air ini,‖ kata Hajar.
Akhirnya, Hajar dan Ismail tinggal bersama kabilah Jurhum, setelah mereka
membawa seluruh keluarga mereka.
Ismail hidup di tengah-tengah mereka, dan belajar bahasa Arab. Mereka kagum
terhadap kejujuran, ketekunan salat, dan kenabiannya. Mereka menikahkannya dengan
salah satu perempuan mereka, sehingga Ismail memberikan keturunan dari mereka. Dan
terpenuhilah janji Allah terhadap Ibrahim.
Ibrahim rindu pada anaknya, Ismail. Ia menyiapkan perbekalan untuk perjalanan
dari Syam ke Makkah.
Saat Ibrahim bermaksud minum di sumur zam-zam, ia melihat seorang pemuda
di bawah pohon yang sedang meraut anak panah di dekat sumur. Saat Ismail
melihatnya, ia mengenalinya, maka ia bangkit menghampirinya untuk berbincang
dengan ayahnya, kekasih Allah (khalîlullâh) yang tidak pernah dilihatnya dalam masa
yang lama.
Kemudian Ismail mengajak Ibrahim ke rumahnya. Saat Ibrahim tidur ia
bermimpi menyembelih anaknya—mimpi para nabi merupakan wahyu dari Allah.
Ibrahim memanggil anaknya, Ismail.
―Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, „Wahai ayahku!
Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan
mendapatiku termasuk orang yang sabar,‘‖ (QS Al-Shaffât [37]: 102).
Ibrahim membawa tali dan pisau. Iblis menemui keduanya dengan menyamar
sebagai seorang laki-laki.
―Kau hendak ke mana, pak tua?‖
―Kami mau ke bukit‖.
―Mungkin saja setan menemuimu dalam mimpi dan menyuruhmu menyembelih
anakmu‖.
Ibrahim mengenali Iblis. ―Menjauhlah dariku, wahai musuh Allah‖. Lalu setan
menemui Ismail. ―Ayahmu akan membunuhmu, Ismail‖.
―Lakukanlah apa yang Allah perintahkan…karena patuh dan taat pada Allah,‖
kata Ismail.
Ibrahim dan Ismail sampai di bukit. Rasa kebapakan Ibrahim muncul; ia adalah
seorang ayah disamping sebagai nabi. Ia akan menyembelih anaknya yang baru saja
bertemu dengannya setelah bertahun-tahun berpisah. Ibrahim berkata pada ayahnya,
17
―Ayah, jika akan menyembelihku, perkuatlah ikatannya, tutuplah mukaku, sehingga kau
tidak melihat wajahku—yang bisa menyebabkan kau melanggar perintah Allah,
copotlah bajuku untuk mengkafaniku.‖
―Anakku, engkau sebaik-baik penolong dalam menjalankan perintah Allah‖.
Ibrahim mengasah pisau yang akan memotong urat leher buah hatinya. Ismail
berbaring dan menyerahkan segalanya pada Allah.
Tiba-tiba ada suara memanggil:
―Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh,
demikianlah kami member balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata,‖ (QS Al-Shaffât [37]: 104-106).
Ibrahim menoleh, ia melihat biri-biri putih tua, sebagai tebusan bagi Ismail.
Ibrahim senang tiada tara.
Air matanya berlinang membasahi janggutnya yang putih, dipeluknya Ismail:
―Anakku, hari ini kau diserahkan padaku‖.
***
Tempat Ka‘bah al-bait al-haram telah hilang menjadi sebuah bukit rendah yang
merah.
Allah mewahyukan pada Ibrahim, ―Bangunlah sebuah rumah untukku di sini.‖
Ibrahim menemui Ismail.
―Allah menyuruh kita menyucikan rumah-Nya untuk orang-orang tawaf, iktikaf,
rukuk, dan sujud‖.
Lalu keduanya menuju tempat rumah itu, dan bersiap-siap untuk membangunnya
sambil berdoa:
―Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi baitullah bersama Ismail,
(seraya berdoa), „Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah
Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang
yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri
kepada-Mu dan tunjukanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji), dan
terimalah taubat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima taubat, Maha
Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan
mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan
Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang
Mahaperkasa, Mahabijaksana,‖ (QS Al-Baqarah [2]: 127-129)
Ibrahim membuat tanda sebagai petunjuk bagi manusia untuk memulai dan
mengakhiri tawaf.
―Anakku, carilah sebuah batu yang paling bagus untuk kujadikan tanda di sini‖.
Ismail datang terlambat. Saat ia datang, Allah telah menurunkan batu hitam (hajar
aswad) dari langit pada Ibrahim.
―Ya Allah, kami telah selesai membangun rumah-Mu‖.
―Perintahkan orang-orang untuk melaksanakan haji‖.
―Bagaimana caranya, sedangkan suaraku lemah‖.
―Kewajibanmu adalah menyeru; Aku yang akan menyampaikannya. Katakanlah:
‗hai manusia, diwajibkan bagimu berhaji ke rumah tua, Ka‘bah. Maka kalian telah
memenuhi kewajiban pada Tuhan.‘‖
Ibrahim berdiri di dataran tinggi menyeru manusia. Manusia berdatangan dari
segala penjuru yang jauh.
18
Pelajaran Berharga:
1. Tidak putus asa dari rahmat Allah.
2. Tawakal pada Allah, dan selalu berdoa pada-Nya.
3. Allah tidak akan melupakan hamba-hamba-Nya yang mengesakan-Nya.
4. Taat pada Allah.
19
Ya‘kub mempunyai 12 orang anak, dua yang terakhir adalah Yusuf dan adiknya
Bunyamin. Ibunya meninggal saat keduanya masih kecil. Ya‘kub sangat menyayangi
keduanya yang masih kecil.
Janji Allah pada Ya‘kub adalah bahwa akan keluar seorang nabi dari tulang
belakangnya, seperti halnya Ibrahim sebelumnya.
Pada suatu hari Yusuf menemui ayahnya untuk menceritakan mimpi anehnya.
Yusuf kecil melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan, sujud padanya. Yusuf bangun
dari tidurnya ketakutan, dan menceritakannya pada ayahnya.
Ya‘kub sebagai nabi yakin bahwa anak ini akan memperoleh kedudukan yang
mulia, dan akan terjadi sesuatu padanya.
Ia menasihati anaknya agar menyembunyikan mimpinya:
―Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-
saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan
itu musuh yang jelas bagi manusia,‖ (QS Yusuf [12]: 5) 31.
Ya‘kub tahu bahwa saudara-saudara Yusuf membencinya. Bagaimana
seandainya mereka tahu tentang mimpi ini. Setan akan merayu mereka, agar
permusuhan mereka semakin bertambah.
Namun Yusuf mengatakannya sehingga mereka tahu kisah mimpinya.
Saudara-saudara Yusuf berkumpul di tempat menggembala kambing mereka,
salah seorang dari mereka berkata:
―Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada
kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam
kekeliruan yang nyata,‖ (QS Yusuf [12]: 8) 32.
Yang lain berkata:
―Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah
tertumpah kepadamu, dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik,‖ (QS Yusuf [12]:
9).
Yang tertua berkata, ―Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukkan saja
dia ke dasar sumur agar dia dipungut oleh sebagian musafir, jika kamu hendak
berbuat,‖ (QS Yusuf [12]: 10).
Jika ia berada di dalam sumur, maka ia akan ditemukan oleh orang-orang yang
sedang lewat, dan akan menjualnya.
Akhirnya mereka sepakat untuk membuang Yusuf ke sumur. Setelah mereka
menaruhnya di dalam sumur, beberapa pedagang lewat, menawannya, dan menjualnya.
Allah tidak akan membiarkan mereka membunuh Yusuf.
Mereka datang menemui Ya‘kub:
―Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia bersenang-senang
dan bermain-main, dan kami pasti menjaganya,‖ (QS Yusuf [12]: 12).
Ya‘kub berkata: ―Aku takut kalian pergi untuk bermain-main sehingga
meninggalkan Yusuf sendirian, dan serigala memangsanya; Yusuf masih kecil sehingga
tidak akan mampu melindungi dirinya sendiri.‖
―Jumlah kami sepuluh, bagaimana mungkin serigala memangsanya; tidak akan
mampu serigala melewati kami‖.
Ya‘kub merasa tenang dengan janji anak-anaknya, ia berpesan pada mereka agar
memberi Yusuf makan dan minum.
20
Mereka membawa Yusuf di atas bahu mereka. Setelah mereka tak terlihat lagi
oleh Ya‘kub, mereka melemparkannya ke tanah.
Mereka sangat terkejut dengan apa yang dikatakan Yusuf.
Yusuf mengatakan apa yang akan dilakukan mereka terhadapnya, bahwa mereka
akan melemparkannya ke dalam sumur. Kesesatan mereka makin bertambah dan
menginginkan membunuhnya. Mereka melucuti baju Yusuf dan melemparkannya ke
sumur.
Mereka telah menyembelih seekor kambing kecil, dan melumurkan darahnya ke
baju Yusuf.
Lalu mereka kembali ke Ya‘kub seraya menangis:
―Wahai ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan
Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala;…,‖ (QS Yusuf [12]: 17)
33
Demi Allah Yusuf tidak dimakan oleh serigala. Ia telah dianiaya dalam
kebohongan yang telah mereka perbuat, dan kesepakatan jahat yang telah mereka
rencanakan.
Mereka menunjukkan baju Yusuf pada ayahnya, namun ia tidak menemukan
satu pun sobekan; sepertinya serigala telah mengoyak baju Yusuf, memakannya, namun
tidak meninggalkan bekas taring di bajunya.
Ya‘kub berkata:
―Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk
itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja
memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan,‖ (QS Yusuf [12]: 18).
Ia tidak memiliki apa pun sekarang kecuali sabar atas ketentuan (qadhâ‟) Allah.
***
Si kecil Yusuf menangis di dalam sumur. Tiba-tiba ia melihat timba kecil yang
diikat tali turun ke sumur.
Maka Yusuf bergantung pada tali, dan keluar bersamanya. Laki-laki yang
sedang menimba berteriak:
―Oh, senangnya, ini adalah seorang anak muda!” (QS Yusuf [12]: 19).
Laki-laki itu bermaksud mengambil air untuk rombongan pedagang.
Namun ia mendapat seorang anak yang tampan. Ia akan menjualnya di Mesir.
Tidak ragu lagi bahwa ia akan mendapatkan keuntungan uang yang banyak.
Yusuf yang mulia anak orang yang mulia ditawan untuk dijual, dengan
penjualan yang rendah di Mesir. Ia dibeli oleh seorang perdana menteri Mesir.
Ia meminta istrinya untuk memelihara Yusuf kecil, pintar, dan tampan, sehingga
ia tidak kehilangan masa kecilnya.
Sang istri merawat Yusuf, dan menyaksikannya tumbuh dewasa di hadapan
matanya, sehingga ia mencintainya dan merindukannya.
Ia meliburkan para pembantunya, dan mengunci seluruh pintu.
Ia hendak berbuat jahat terhadap Yusuf, namun Yusuf lari di depannya dan ia
mengejarnya di belakang, sehingga baju belakangnya robek. Pintu terbuka dan di depan
pintu ada perdana menteri dan anak paman istrinya. Istrinya segera berdusta: ―Yusuf
bermaksud jahat padaku.‖
Anak pamannya berkata, ―Kita lihat baju Yusuf. Jika sobeknya di depan maka
engkau yang benar, namun jika sobeknya di belakang maka engkau dusta, dan Yusuf
yang benar.‖
21
Pelajaran Berharga:
1. Perbuatan maksiat tidak akan bermanfaat bagi hamba.
2. Dampak kebohongan itu sangat besar.
3. Allah akan menolong hamba-hamba-Nya yang mengesakan-Nya dari
kehancuran, memberi mereka nikmat, menjadikan mereka para pemimpin,
dan menjadikan mereka para pewaris.
4. Tidak putus asa dari rahmat Allah. Kebahagiaan setelah penderitaan itu
selalu dekat.
5. Memaafkan orang yang bersalah merupakan sifat para nabi dan orang-orang
saleh.
6. Rendah hati (tawadhu‟) pada Allah atas segala nikmat dan bersyukur pada-
Nya.
25
Pada masa lalu di Irak terdapat kota Mushol, kota besar yang terdiri dari banyak
wilayah, dan wilayah yang paling besar adalah wilayah Nainawa.
Di wilayah ini terdapat banyak sekali nikmat Allah. Kebun-kebun yang hijau
berbuah lebat, air sungai terpancar di sekitarnya untuk diminum dan untuk bercocok
tanam. Demikian juga binatang ternak—sapi dan kambing—minum air sungai, dan
perutnya kenyang dengan makanan yang cukup tersedia, sehingga mereka menghasilkan
susu dan daging. Kebaikan sangat banyak terdapat di Nainawa.
Sayang, penduduk Ninawi tidak pandai mensyukuri nikmat-nikmat Allah
tersebut.
Mereka kafir terhadap Allah, menyembah patung, bintang, dan tetap dalam
pembangkangan dan kekufuran.
Allah memilih seorang laki-laki saleh dari mereka. Ia menyembah Allah dan
tidak kafir pada-Nya.
Laki-laki saleh itu adalah Yunus bin Matta. Mereka mengenal kejujuran,
kemuliaan, dan kebaikan akhlaknya di tengah-tengah masyarakat.
Yunus menyeru penduduk Ninawi untuk hanya menyembah Allah, tidak
menyekutukan-Nya, dan tidak kafir pada-Nya; meninggalkan ibadah pada bintang dan
patung.
Penduduk Ninawi berjumlah 120.000 laki-laki dan perempuan.
Yunus hanya sendirian, tidak ada seorang pun penduduk Ninawi yang beriman.
Yunus mengingatkan mereka tentang nikmat-nikmat Allah yang diberikan pada
mereka, yaitu tanah yang subur menghasilkan buah-buahan, sungai-sungai yang
mengalir di atasnya, hewan-hewan yang menghasilkan susu untuk diminum anak-anak,
dan daging untuk dimakan orang-orang dewasa.
Allah telah member mereka semua kenikmatan di atas, namun mengapa mereka
tidak menyembahnya? Bintang hanyalah ciptaan Allah, maka sembahlah Yang
menciptakannya, patung adalah hasil rekaan tidak bermanfaat dan tidak mencelakakan,
tidak mendengar dan tidak mampu bicara.
Akal mana yang menerima ibadah terhadap patung-patung yang tidak memberi
manfaat dan tidak mampu mencelakai.
Namun kaumnya tetap dalam pembangkangan dan kekafiran. Kekafirannya
semakin bertambah, mereka mengejek Yunus a.s. Maka ia menasihati mereka agar takut
pada siksa Allah dan pada kemarahan-Nya pada mereka.
Saat Yunus sering menakuti mereka dengan siksa, mereka tidak
mempercayainya, dan malah mengejeknya.
Allah mewahyukan pada Yunus untuk mengingatkan mereka dan menakuti
mereka dengan siksa. Yunus melaksanakannya, mengingatkan mereka pada kemarahan
Allah, dan menjanjikan mereka bahwa siksa akan turun tiga hari lagi.
Namun kaumnya tidak juga mau beriman, sehingga Yunus putus asa terhadap
keimanan kaumnya. Jiwanya merasa sangat sedih.
Ia tidak menunggu wahyu Allah turun padanya. Ia meninggalkan Ninawi dan
kaumnya setelah merasa putus asa atas keimanan kaumnnya.
Satu hari berlalu dari waktu yang dijanjikan Yunus tentang turunnya kemarahan
Allah pada kaumnya.
Hari kedua lewat, dan pada hari ketiga, penduduk Ninawi menyadari hilangnya
Yunus, maka mereka mencarinya, namun tidak menemukannya.
26
Pada hari ketiga mereka melihat tanda siksa yang dijanjikan Yunus pada mereka,
berupa mega hitam yang mengitari kepala-kepala mereka. Ini pasti siksa dan kemarahan
Allah.
Namun di manakah gerangan Yunus sekarang, mereka ingin beriman padanya?
Ia telah meninggalkan mereka dan negeri mereka.
Mereka semua keluar rumah berharap Yunus bersama mereka berdoa kepada
Allah agar mengangkat siksa. Mereka menyebar ke setiap jalan sambil berteriak,
memohon pada Allah, dan menyatakan taubat.
Ibu-ibu menangis keras, laki-laki berteriak, anak-anak menangis, bahkan
binatang-binatang—sapi dan kambing—merasa sedih, sepertinya mereka menangis saat
melihat siksa.
Penduduk Ninawi telah benar-benar taubat, maka Allah mengangkat siksa dari
mereka. Mereka semua beriman pada Allah. Mereka mohon ampun atas segala dosa
yang telah mereka perbuat, dan memohon agar mengembalikan Yunus yang saleh, yang
telah meninggalkan mereka.
Yunus telah meninggalkan Ninawi, ia putus asa terhadap keimanan kaumnya.
Yunus, seorang nabi, seharusnya ia tidak melakukan hal itu kecuali atas izin Allah.
Namun ia telah meninggalkannya tanpa petunjuk dan perintah dari Allah.
Yunus berdiri di pinggir pantai. Ia melihat sebuah perahu siap berlayar, ia
menemui pemiliknya agar ia bisa berlayar bersama mereka. Orang-orang sepakat
membawanya.
Para penumpang melihat Yunus salat dan banyak menyebut nama Allah.
Mereka tahu bahwa ia adalah nabi Allah, maka mereka sangat mencintainya
sehingga tidak membebaninya dengan suatu pekerjaan. Mereka melayani Yunus.
Di tengah laut ombak semakin meninggi datang silih berganti.
Ombak menghantam perahu. Mereka melemparkan banyak barang-barang
bawaan mereka karena perahu sangat berat.
Sepertinya isi perahu masih terasa berat, namun sudah tidak ada barang lagi,
sehingga mereka harus melemparkan salah satu penumpang agar mereka semua tidak
tenggelam.
Pimpinan perahu meminta diadakan undian. Mereka juga memasukkan nama
Yunus a.s. dalam undian ini.
Nama Yunus keluar pada undian pertama, namun mereka tidak mau
melemparkan nabi Allah ke laut. Mereka mencoba mengundi lagi. Keluarlah nama
Yunus untuk kedua kalinya, namun bagaimana mungkin mereka tega melemparkan
laki-laki saleh ini ke tengah laut.
Mereka mengundi lagi untuk ketiga kalinya. Hasilnya tetap pada Yunus a.s.
Semua merasa sedih atas hasil ini. Mereka mulai membuka baju Yunus. Ia
menjatuhkan dirinya sendiri ke laut. Semua yakin akan kematiannya. Perahu meluncur
jauh meninggalkannya.
Yunus mengucapkan sahadat, sesungguhnya tidak ada tuhan kecuali Allah, saat
hendak terjun ke laut. Ia yakin tentang kematiannya. Dia berenang di dasar laut
menunggu saat kematiannya.
Ikan paus besar datang melahap Yunus a.s. Ia berada di dalam kegelapan perut
ikan ini, dan kegelapan laut.
Yunus menyangka dirinya telah mati. Ia menggerakan tangannya dan berhasil,
maka ia tahu bahwa dirinya masih hidup. Ia pun bersujud pada Allah di dalam perut
ikan paus.
27
―Ya Allah, aku sujud padamu di tempat yang tidak pernah seorang pun sujud‖.
Ikan paus berenang ―bersama‖ Yunus di laut, sementara ia berenang dalam
kegelapannya.
Yunus mendengar batu kecil dan dua ikan paus kecil bertasbih pada Allah.
Ia menyadari bahwa ia telah membuat Tuhannya marah karena meninggalkan
Ninawi tanpa perintah dari-Nya, maka air matanya mengalir. Lalu ia berdoa pada Allah
Swt.
―Tidak ada tuhan kecuali Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang zalim,‖ kata Yunus.
Yunus memanggil Tuhannya dalam kegelapan: kegelapan laut, kegelapan perut
ikan paus, dan kegelapan malam.
Di langit, malaikat mendengar tasbih Yunus di dalam perut ikan paus, bahwa ia
menyucikan Tuhannya dan mengingat-Nya. Ia mengucapkan kalimat ini terus-menerus:
―Lâ ilâha illa anta subhânaka innî kuntu minadz-dzâlimîn‖. Maka malaikat berkata pada
Allah Swt.:
―Tuhan kami, kami mendengar suara yang lemah di satu tempat yang langka‖.
―Itu suara Yunus. Ia telah durhaka padaku, maka Aku menahannya di dalam
perut ikan paus di tengah lautan,‖ kata Allah.
―Yunus…hamba yang saleh, yang mengerjakan amal saleh siang dan malam,‖
malaikat heran.
―Ya‖.
Malaikat memohon pada Allah agar membebaskan Yunus. Allah
mengabulkannya.
Allah menyuruh ikan paus itu agar mengeluarkan Yunus dari perutnya, dan
mengantarkannya di daratan.
Ikan paus itu meletakkan Yunus di daratan. Ia dalam keadaan telanjang tanpa
sehelai benang pun, maka Allah menciptakan untuknya pohon labu air. Ia dalam
keadaan sakit, badannya lemah, seperti anak kecil tanpa pakaian.
Yunus memakan buah labu dan duduk berteduh di bawah pohon itu. Ia
bersyukur pada Allah karena telah menyelamatkannya dari kedukaan dan kesusahan
yang telah dialaminya.
Ketika kesehatan dan kekuatannya sudah pulih, Allah menyuruhnya kembali ke
Ninawi. Ia kembali ke sana, maka 120.000 orang beriman padanya. Allah telah
menerima taubatnya.
Pelajaran Berharga:
1. Tidak melakukan maksiat pada Allah Swt. Jika terjadi kemaksiatan maka
harus segera bertaubat.
2. Tidak putus asa terhadap rahmat Allah, walaupun kematian siap
menjemputmu.
3. Allah Swt. sangat menyayangi hamba-hamba-Nya.
28
Ibrahim masuk Mesir ditemani oleh istrinya Sarah a.s. Disebutkan bahwa Raja
Mesir memberi istrinya seorang budak perempuan, Hajar—baca kisah Biri-biri Ismail
a.s. Di Mesir, Allah menyampaikan kabar gembira pada Ibrahim, bahwa salah satu
keturunannya akan mengalahkan Raja Firaun. Ibrahim meriwayatkan kisah ini, sehingga
orang-orang Mesir akan menyebarkannya setelah kematiannya. Mereka percaya
kebenaran kisah ini.
Bani Israil masuk ke Mesir bersama paman mereka, Ya‘kub. Ia sendiri
keturunan Israil. Garis keturunan mereka sampai pada Ya‘kub. Mereka membicarakan
kabar baik ini hingga sampai pada mata-mata hakim, menteri, dan petinggi Mesir. Maka
mereka menyampaikan kisah itu pada Raja Mesir saat itu, Firaun.
Firaun khawatir dengan nasib kerajaannya yang luas. Apalagi, kekayaan dan
tanah-tanah Mesir ada dalam kepemilikan Bani Israil—setelah mereka memiliki harta
yang banyak, mereka juga menguasai bidang industri, sehingga mereka lebih kaya dari
orang-orang Mesir.
Dengan demikian, Firaun menetapkan untuk menguasai kekayaan, rumah-
rumah, dan tanah-tanah milik Bani Israil. Ia mengembalikan keadaan mereka tidak
memiliki apa pun seperti saat kedatangan pertama mereka ke Mesir. Lebih dari itu, ia
menjadikan mereka pembantu bagi orang-orang Mesir. Ia memaksa mereka untuk
membangun kota-kota, menggali tanah-tanah, dan menyerahkan pada mereka
pekerjaan-pekerjaan sulit yang membutuhkan kesungguhan dan kepayahan yang berat.
Saat ini Bani Israil merindukan kehadiran anak itu yang berasal dari keturunan
Ibrahim, yang akan membebaskan mereka dari Firaun dan tentara-tentaranya. Kisah ini
pun diyakini kebenarannya oleh Firaun, maka ia membuat perintah baru. Ia
memerintahkan untuk menyembelih setiap bayi laki-laki yang lahir, dan membiarkan
bayi perempuan dari Bani Israil, sehingga ia membunuh anak yang akan menjadi
penghancur kerajaannya. Ia, si pendosa lupa bahwa Allah mampu melakukan apa pun
sesuai kehendaknya; dan ia sendiri adalah hamba Allah Swt.
Saat jumlah laki-laki Bani Israil sedikit, penduduk Mesir berkata, ―Anak laki-
laki disembelih, orang tua meninggal dunia, maka Bani Israil akan lenyap, dan kami
tidak akan menemukan orang yang akan membantu kami.‖
Firaun memutuskan untuk membunuh seluruh anak-anak dalam satu tahun, dan
membiarkan mereka dalam tahun berikutnya. Demikian kebijakan itu berlaku. Para
dukun anak berkeliling menemui perempuan-perempuan Bani Israil untuk
mengumpulkan nama-nama mereka yang sedang hamil, dan mendatangi mereka pada
saat kelahiran. Jika bayi itu laki-laki maka mereka menyembelihnya dengan pisau, dan
membiarkannya jika perempuan dalam satu tahun; dan pada tahun berikutnya bayi-bayi
itu tidak disembelih. Berapa banyak bayi laki-laki disembelih di samping ibunya?!
***
Di rumah Imran—salah seorang yang saleh dari Bani Israil, istrinya hamil pada
tahun tidak ada penyembelihan. Ia berharap pada Allah agar anak yang ada dalam
kandungannya adalah laki-laki hingga tidak disembelih. Allah memberinya seorang
anak laki-laki yang diberinya nama Harun. Pada tahun berikutnya istri Imran hamil lagi,
ia berharap pada Allah agar anaknya bukan laki-laki sehingga tidak dibunuh. Namun
Allah menetapkan apa yang ada dalam rahim sesuai kehendak-Nya. Ia memberikan bayi
laki-laki pada siapa yang dikehendaki-Nya, dan memberikan bayi perempuan pada siapa
yang dikehendaki-Nya.
29
Tidak ada tanda-tanda kehamilan pada istri Imran, sehingga para dukun bayi
tidak melihat kehamilannya. Saat tiba waktu kelahiran, saat-saat yang menyulitkan,
lahirlah bayi itu. Terjadilah apa yang ia takutkan: ia telah melahirkan seorang bayi laki-
laki!!
Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan? Para penyembelih sedang menantinya
dengan membawa pisau-pisau mereka. Seandainya mereka mendengar suaranya,
mereka akan mendatanginya untuk menyembelihnya. Tidak ada seorang pun yang
mampu menyembunyikan tangisan bayi, yang akan menangis saat lapar, haus, atau
terbangun dari tidurnya. Ia tidak bisa berbicara pada bayinya, atau bayi itu berbicara
padanya. Ia sungguh bingung, dan menyangka bayi itu akan disembelih. Tiba-tiba ada
suara datang dalam hatinya agar ia menyusuinya, saat ia telah merasa lega, taruhlah
anak ini di sungai Nil. Jangan takut dan khawatir. Kami akan mengembalikannya
padamu, dan menjadikannya salah seorang utusan.
Ia yakin bahwa ini datang dari Allah, bukan dari setan. Maka ia membawa
sebuah peti dari kayu, dan memasukan bayinya di dalamnya setelah ia menyusuinya.
Lalu ia menaruhnya di sungai Nil, dan menyerahkan urusannya pada Allah.
***
Di istana Firaun, para budak wanita melihat peti terbawa air mendekati serambi
istana, maka mereka berteriak memanggil. Datanglah para pengawal, mengambil peti
itu. Saat mereka membuka peti itu mereka menemukan seorang bayi laki-laki tampan
dan baunya wangi. Allah meletakkan kecintaan pada wajahnya, sehingga orang yang
melihatnya akan mencintainya. Istri Firaun datang, Asiyah bint Mazahim. Saat ia
melihat bayi kecil itu ia menyukainya. Sedangkan Firaun telah menyuruh para
penyembelih untuk memotong leher bayi kecil tersebut. Istrinya berusaha mencegahnya.
―Ia adalah pujaan hati bagiku dan bagimu. Jangan kau bunuh dia. Mudah-
mudahan ia berguna bagi kita atau kita mengangkatnya sebagai anak‖.
Asiyah belum punya anak laki-laki, maka Firaun mengabulkannya. Ia tidak
membunuh bayi itu, dan menyerahkannya pada istrinya yang berkata: ―Kami
memberinya nama Musa. Kami menemukannya antara air dan pohon. Mû dalam bahasa
orang-orang Mesir artinya air, Syî atau Sya adalah pohon, maka namanya Musa.
Masalahnya adalah bayi ini tidak mau minum susu dari siapa pun. Semua orang
bingung menghadapi masalah ini, maka diumumkanlah tentang pembayaran bagi siapa
saja yang bisa menyusui Musa.
Ibu Musa hampir gila saat kehilangan bayinya dalam waktu yang lama, sehingga
ia hampir berteriak mengatakan, ―Aku menaruh anakku di Sungai Nil.‖
Bila saja Allah tidak menetapkan iman padanya. Ia meminta anak
perempuannya—saudara Musa—untuk mengikuti peti itu agar tahu apa yang terjadi
dengan saudaranya? Ia pun terus berjalan hingga sampai di istana. Berita itu tersebar di
setiap sudut istana bahwa bayi itu tidak mau disusui.
Saudara bayi itu mendengar berita tersebut, maka ia menemui istri Firaun.
―Apakah aku boleh menunjukkan pada kalian ahli bait yang akan menyusui, merawat,
dan menjaganya; mereka juga akan menasihatinya?‖
Asiyah menitipkan Musa pada perempuan itu, karena bayi itu harus segera
disusui dank arena kecintaannya pada Musa.
Musa kembali lagi ke pelukan ibunya yang hampir hilang akalnya, dan
jantungnya berhenti berdetak, kalau saja Allah tidak menguatkannya. Ia berteriak:
―Alhamdulillah. Anakku telah kembali padaku‖. Ia menyusui bayi itu yang
diberi nama oleh Asiyah dengan Musa. Musa telah menjadi anak-anak, maka ibunya
30
Musa telah sampai di Madyan, sebuah kampong yang bukan wilayak kekuasaan
Firaun, dekat Syam.
Di depan sumur itu—tempat penduduk Madyan mengambil air minum—orang-
orang berkumpul untuk minum dan memberi minum kambing-kambing mereka, kecuali
dua orang perempuan duduk di tempat yang jauh. Musa melihatnya.
Musa bertanya, ―Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?‖
Keduanya menjawab, ―Kami tidak dapat memberi minum (ternak kami),
sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya),sedang ayah kami
adalah orang tua yang telah lanjut usianya,‖ (QS Al-Qashash [28]: 23); ―Kami
mengembala kambing, menggantikannya‖.
Musa melihat para pengembala menutup sumur dengan batu besar; tidak akan
mampu mengangkatnya kecuali sepuluh orang laki-laki. Ia mendekati sumur, lalu
mengangkat batu itu, dan mengambil air untuk kedua perempuan itu.
Ia mengembalikan batu itu seperti semula. Keduanya kagum pada Musa.
Musa kembali berteduh di bawah pohon.
Ia berkata, ―Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu
kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku,‖ (QS Al-Qashash [28]: 24).
Saat ini ia sangat lapar, yang ada di depan mata hanya daun hijau, namun ia
tetap bersyukur pada Allah Swt.
Tiba-tiba ia melihat salah seorang perempuan tadi berjalan menghampirinya
malu-malu. Dia berkata, ―Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk member balasan
atas (kebaikan)-mu member minum (ternak) kami,‖ (QS Al-Qashash [28]: 25).
Musa berjalan di depannya. ―Tunjukkan padaku jalannya, jika aku salah‖.
Musa sampai di rumahnya, bertemu dengan seorang tua yang saleh, ayah kedua
wanita tadi. Ia melihatnya sebagai orang saleh, maka Musa menceritakan kisahnya.
Orang tua saleh itu berkata, ―Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat
dari orang-orang yang zalim itu,‖ (QS Al-Qashash [28]: 25).
Salah seorang putrinya berkata, ―Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja
(pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja
(pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya,‖ (QS Al-Qashash [28]: 26).
Ayahnya berkata, ―Kamu tidak mengenal siapa Musa.‖
―Ia berjalan di depanku hingga sampai di sini. Ia sama sekali tidak melihatku.
Orang semacam ini tidak akan berkhianat‖.
―Musa, aku akan menikahkanmu dengan salah seorang putriku ini. Sebagai
syaratnya kau bekerja padaku selama depalan tahun, jika kau menyempurnakannya
sepuluh tahun, itu pilihanmu sendiri. Aku tidak bermaksud menyusahkanmu. Kau akan
mendapatiku termasuk orang-orang saleh‖.
Musa memilih menikah dengan yang paling kecil, dan bekerja pada ayahnya. Ia
berkata:
―Allah sebagai wakil apa yang telah kita ucapkan‖.
Sepuluh tahun berlalu begitu cepat. Musa rindu pulang ke Mesir untuk melihat
Ibu dan saudaranya.
Musa menentukan hari perjalanan. Ini merupakan malam yang gelap dan dingin
saat Musa dan keluarganya sampai di sebelah kanan gunung Thur.
Musa mencoba mencari arah jalan namun tidak menemukannya. Lalu ia
berusaha mencari api sebagai penerang atau penghangat keluarganya. Ia melihat api di
samping gunung Thur.
32
Musa a.s. memukul laut dengan tongkatnya. Laut pun terbelah, setiap bagian
laut itu seperti gunung yang tinggi. Lalu Bani Israil menyebrangi laut hingga sampai di
tepi laut.
Firaun melihat pemandangan laut itu, maka ia mengejar Bani Israil. Namun laut
itu kembali menyatu seperti semula, sehingga Firaun dan tentaranya tenggelam. Allah
menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari Firaun dan kekejamannya, yaitu
menyembelih bayi laki-laki dan membiarkan bayi perempuan, serta menyiksa mereka
dengan siksa yang keras.
Musa meminta Bani Israil untuk bersujud sebagai rasa syukur pada Allah.
―Kami lelah, Musa. Kami tidak mau sujud sekarang.‖
Demikianlah, orang-orang Yahudi itu melupakan keutamaan yang Allah berikan
pada mereka. Itulah tabiat mereka; selalu seperti itu. Musa dan kaumnya—Bani Israil—
berjalan di gurun pasir Sina yang luas, melewati kaum yang menyembah patung.
―Musa, buatkanlah sebuah patung untuk kami; kami akan menyembahnya
seperti patung orang-orang itu‖.
―Kalian adalah kaum yang bodoh. Kalian keluar dari Mesir karena beriman pada
Allah. Sekarang kalian mau kafir. Apa sebab keluarnya kalian dari Mesir; Firaun
menyiksa kalian di sana?!‖ Musa meminta mereka bertaubat dan mohon ampun.
Allah mewahyukan Musa agar menyuruh Bani Israil memasuki tanah suci di
Palestina.
―Kaumku masuklah ke tanah suci yang telah Allah wajibkan pada kalian. Kalian
jangan kembali ke belakang, maka kalian akan kembali tersesat‖.
Saat itu, Palestina didiami oleh kaum yang kuat, ‗Amaliqah, maka Bani Israil
merasa takut.
―Musa, di sana ada kaum yang sangat kuat. Kami tidak akan memasukinya
hingga mereka keluar dari sana‖.
Bani Israil lupa Allah menyelamatkan mereka dari Firaun, yang lebih kuat dari
‗Amaliqah. Dua orang laki-laki dari mereka—semoga Allah memberikan nikmat pada
keduanya—berkata:
―Masuklah ke Palestina, kalian akan menang. Kepada Allah kalian bertawakal,
jika kalian orang-orang mukmin‖.
Kemenangan telah ditetapkan untuk Bani Israil atas musuh-musuh mereka, jika
mereka taat dan tawakal pada Allah.
Bani Israil tetap dalam kekafiran mereka.
―Musa, kami tidak akan memasukinya selama mereka masih di sana, selamanya.
Pergilah kau dan Tuhanmu. Berperanglah kalian berdua. Kami duduk di sini
menunggu.‖
Musa marah mendengar perkataan mereka seperti itu, maka ia berdoa:
―Tuhan, aku tidak memiliki siapa pun kecuali diriku dan saudaraku, Harun.
Pisahkanlah kami berdua dengan orang-orang fasik ini‖.
Siksa itu sangatlah pedih. Allah melarang Bani Israil masuk rumah suci dan
Palestina selama 40 tahun, dan menyesatkan mereka di gurun Sina yang kering, tanpa
air.
Gurun Sina menjadi gurun tersesat. Seorang lelaki Bani Israil mencoba keluar
dengan berjalan kaki dalam waktu lama, namun saat tiba sore hari ia menemukan
36
dirinya di tempat yang sama saat pertama berjalan; sebagai siksa atas kedurhakaan
mereka. Siksa itu berlangsung selama 40 tahun di Gurun Tih (tersesat).
Sina, negeri gurun pasir, tidak ada tumbuhan dan air di sana kecuali sedikit.
Orang Israil berputar dalam satu lingkaran tanpa henti sepanjang hari, dan dalam satu
daerah, tidak mampu keluar darinya.
Bani Israil kelaparan dan kehausan. Pertama, mereka mengeluh kehausan pada
Musa, maka Musa berdoa pada Tuhannya agar member mereka minum. Allah
mewahyukan Musa:
―Pukullah batu itu dengan tongkatmu‖. Saat Musa memukul batu itu dengan
tongkatnya, maka keluarlah 12 mata air persis seperti jumlah golongan Bani Israil.
Mereka pun minum hingga hilang rasa haus mereka. Kedua, mereka mengeluh
kelaparan, maka Musa berdoa pada Allah. Allah menurunkan Manna dan Salwa untuk
mereka.
Manna adalah minuman manis terbuat dari madu yang jatuh dari pohon.
Barangsiapa yang meminumnya akan kenyang, dan hilanglah rasa haus mereka. Manna
turun seperti salju. Jika salah seorang dari mereka menyimpannya, maka Manna itu
akan hancur, kecuali hari Jumat. Mereka menyimpannya pada hari itu untuk hari sabtu,
yang merupakan hari ibadah mereka; orang-orang Yahudi tidak bekerja pada hari itu.
Sedangkan Salwa adalah burung puyuh gemuk turun sudah terpanggang dari
langit, sebagai makanan yang penuh berkah. Allah berfirman pada mereka:
―Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami berikan‖.
Mereka makan, dan merasa kenyang. Namun tabiat Bani Israil yang
memisahkan mereka—dengan Manna dan Salwa. Yaitu banyak permintaan terhadap
para nabi. ―Musa, kami bosan dengan makanan ini—Manna dan salwa, berdoalah pada
Allah agar mengeluarkan untuk kami biji-bijian dari tanah, seperti kacang, bawang
merah, bawang putih, mentimun, dan kacang adas‖.
Musa, nabi Allah, heran dengan sikap kaum yang telah Allah beri Manna dan
Salwa, meminta sesuatu yang berbau busuk, kacang adas, kacang, dan bawang.
―Apakah kalian akan mengganti sesuatu yang baik dengan yang lebih rendah.
Pergilah ke Mesir. Di sana terdapat apa yang kalian minta‖.
Mereka malu terhadap diri mereka sendiri, namun mereka kembali untuk kedua
kalinya mengeluh pada Musa panasnya sinar matahari; bukannya mereka bekerja,
membuat sesuatu yang dengannya mereka berteduh. Musa berdoa, maka Allah
memberikan mereka awan putih yang meneduhi mereka, sedangkan di tempat yang lain
cahaya matahari merata.
Di malam hari cahaya bulan merata. Allah memberikan mereka nikmat yang
besar. Dalam beberapa malam, yang tidak ada cahaya bulan, Allah menjadikan buat
mereka tiang-tiang dari cahaya, yang dengan terangnya mereka berjalan di malam hari.
Mereka keluar dari Mesir, tanpa membawa pakaian, maka mereka mengeluh
tentang baju-baju usang mereka pada nabi Allah, Musa. Musa berdoa, maka Allah
memberikan nikmat yang lebih besar. Allah membuat pakaian yang selalu bersih.
Pakaian-pakaian itu membesar sesuai pemiliknya saat usianya bertambah. Namun
mereka tidak memelihara nikmat-nikmat tersebut.
***
Allah mewahyukan Musa a.s. untuk pergi ke puncak gunung Thur. Allah akan
menurunkan syariat-Nya pada Musa dan mengajarkannya Taurat. Di dalamnya petunjuk
bagi Bani Israil.
37
Musa bersiap-siap untuk bertemu Allah, dan berpesan pada saudaranya Harun,
seorang nabi dan wakil, agar menjaga Bani Israil selama kepergiannya; agar Harun
mengurus urusan-urusan mereka, mengajari mereka apa yang belum mereka ketahui
dari syariat Allah. Musa menjelaskan bahwa masa kepergiannya adalah 30 hari.
Musa pergi menemui Tuhannya, menaiki gunung Thur. Di sana syariat Allah
turun padanya. Musa puasa selama 30 hari. Ia merasa bau mulutnya telah berubah, maka
ia menggunakan siwak—sikat dari akar pohon—untuk membersihkan gigi-giginya.
Allah bertanya:
―Mengapa kau melakukannya‖.
―Tuhanku, bau mulutku telah berubah‖.
―Musa, bau mulut orang puasa bagiku lebih wangi dibanding bau minyak
wangi‖.
Allah menyuruhnya puasa 10 hari lagi. Maka Musa tinggal (mîqât) bersama
Allah genap 40 malam. Allah memberinya lembaran-lembaran berisi Taurat dan
pengajarannya.
Pelajaran Taurat meliputi: jangan mencuri, jangan berzina, jangan bersumpah
palsu pada temanmu, sembahlah Allah; tiada sekutu bagi-Nya, jangan membunuh,
turutilah ayah dan ibumu sampai usiamu tua, jangan memerhatikan terlalu lama rumah
temanmu, jangan mengharapkan istrinya dan hamba sahayanya, yaitu iri padanya.
Musa bahagia menerima Taurat. Ia ingin segera menyampaikannya pada
kaumnya. Namun Allah menyampaikan berita yang membuatnya sedih. Berita apakah
gerangan?!
Sebelum meninggalkan Mesir, orang-orang Yahudi minta orang-orang Mesir
agar meminjami mereka emas dan perhiasan agar mereka bisa memakainya pada hari
raya, dan berjanji akan mengembalikannya.
Namun niat orang-orang Yahudi adalah mencuri perhiasan wanita yang terbuat
dari emas itu, yaitu cincin, anting, gelang kaki, dan sebagainya.
Karena Bani Israil bebal, salah seorang dari mereka, Samiri, mencuri emas
mereka dengan tipu daya setan.
Orang kafir ini mengumpulkan emas-emas itu. Ia membakarnya dan membuat
anak sapi jantan, dengan dua lubang di perutnya.
Jika udara masuk ke dalam perutnya, maka keluar suara seolah-olah suara sapi.
Orang-orang Yahudi menyangka bahwa sapi ini adalah tuhan. Samiri berkata pada
mereka, ―Inilah tuhan kalian dan tuhan Musa.‖
Ia memanfaatkan ketiadaan Musa pada sepuluh hari terakhir.
―Musa telah mati. Inilah tuhan kalian dan tuhannya. Sembahlah anak sapi ini‖.
Mereka menurutinya dan menyembahnya, kecuali Harun dan beberapa orang
mukmin yang menolak sujud pada patung emas yang disembah Yahudi, hamba harta
dan emas.
Saat Musa hendak kembali pada kaumnya, Allah mengabarkan bahwa kaumnya
menyembah patung sapi, maka ia sangat sedih.
Ia segera kembali. Di sana ia melihat sapi, dan mengira bahwa Harun telah
menyembah sapi bersama mereka. Ia mencekiknya.
―Mengapa kau biarkan mereka menyembah sapi? Apakah kau menyetujuinya?‖
―Musa, anak ibuku, jangan lakukan ini padaku. Demi Allah, aku telah
menasihati mereka, dan mencegahnya. Namun mereka tetap menyembahnya. Aku
menunggumu, hingga kau kembali dengan perintah Allah dalam masalah ini‖.
Harun menghadirkan Samiri pada Musa.
38
―Allah marah padamu, Samiri. Pergilah. Siksa Allah akan menimpamu, berupa
penyakit; saat tanganmu menyentuh tubuhmu, kulitmu akan terkelupas hingga kau akan
berkata, ‗Jangan sentuh aku.‘‖
Musa membakar sapi itu, dan melemparkannya ke laut. Bani Israil menangis
karena sedih terhadap sapi itu. Lalu mereka meminum air laut, tempat leburnya emas
itu. Sungguh suatu kebodohan!!
Allah membuka aib orang-orang itu. Warna mulut mereka berubah kuning.
―Wahai kaumku, kalian telah berbuat aniaya terhadap diri kalian sendiri, dengan
menjadikan sapi sebagai tuhan selain Allah. Siksa kalian adalah kalian akan membunuh
diri kalian sendiri, hingga Allah mengampuni kalian‖.
Musa memerintahkan orang-orang yang menyembah sapi agar memasuki desa
yang gelap. Lalu mengikat diri mereka, hingga datang orang yang tidak menyembah
sapi. Mereka akan membunuh Bani Israil itu dengan pedang. Sedangkan tanda Allah
menerima taubat mereka adalah datangnya kegelapan, lalu kegelapan itu hilang. Saat
kegelapan itu hilang, artinya taubat diterima, sehingga mereka terbebas dari
pembunuhan.
Orang yang tidak menyembah sapi mulai membunuh para penyembah sapi
hingga anak-anak menjeriti ayah-ayah mereka, para wanita menangis, Musa
mengangkat tangannya berdoa pada Allah.
Allah mengabulkan doa Musa, dan menerima taubat mereka. Kegelapan itu
hilang. Allah mengampuni orang-orang yang tersisa, dan menyayangi orang-orang yang
mati.
***
Allah menyuruh Musa memilih 70 laki-laki Bani Israil untuk pergi ke gunung
Thur. Mereka mohon ampun pada Allah atas penyembahan kaumnya terhadap sapi.
Musa memilih 70 laki-laki. Lalu Musa naik bersama mereka ke gunung Thur. Saat
Allah berbicara, Musa masuk ke dalam awan dari cahaya; cahaya ini meliputi gunung—
seluruhnya bahkan lebih. Bani Israil mendengar perkataan Allah pada Musa.
―Musa, kami tidak akan beriman padamu hingga kami melihat Allah secara
langsung‖.
Pertanyaan mereka ini karena ragu terhadap Allah Swt., maka Allah
mengirimkan petir dari langit pada mereka. Mereka semua mati. Musa menangis.
―Wahai Tuhanku, jika Kau mau, Kau bisa menghancurkan mereka saat mereka
menyembah sapi. Tuhanku, akal mereka lemah. Jangan hancurkan kami karena
perbuatan orang-orang bodoh. Tuhanku, hidupkanlah mereka. Engkau pelindung kami,
maka ampunilah kami. Sayangilah kami. Engkau sebaik-baik orang yang mengampuni.
Tulislah untuk kami kebaikan di dunia ini. Kami bertaubat padamu. Kami telah kembali
dari maksiat‖.
Allah menghidupkan dan mengampuni mereka. Mereka kembali ke rumah-
rumah mereka bersama Musa a.s. Namun mereka kembali pada kemaksiatan, dan tidak
pernah meninggalkannya.
Pelajaran Berharga:
1. Bani Israil, yaitu orang-orang Yahudi merupakan kaum yang buruk yang
menentang Allah dan rasulnya, dan mengingkari janji merupakan sifat utama
mereka.
2. Bersyukur pada Allah atas segala nikmat, bukan membantah dan
mengkufurinya.
39
Lalu kembalilah Musa dan Yusya ke tempat batu besar berada, untuk
menemukan keajaiban Allah Swt. di sana.
***
Khidir a.s. adalah seorang hamba Allah yang saleh, yang telah diajari oleh Allah
sebuah ilmu yang tidak dimiliki oleh siapa pun. Khidir telah meminum mata air yang
disebut Ainul Hayat, yaitu mata air yang jika diminum oleh seseorang maka ia akan
memiliki umur panjang.
Khidir telah hidup sampai ia memeluk agama Islam bersama Rasulullah Saw.
dan setelah itu ia wafat.
Ia berkeliling negeri untuk melaksanakan perintah Allah, mengajak para hamba
untuk beribadah kepada-Nya.
Di pertemuan dua laut, di bawah batu besar, Khidir melakukan salat dengan
berbaju merah. Lalu Musa mengucapkan salam kepadanya:
―Assalalmu‟alaikum warahmatullâh wabarakâtuh‖.
―Wa‟alaika salam. Siapakah engkau?‖
―Musa, nabi dari Bani Israil, Siapa namamu, wahai hamba yang saleh?‖
―Aku Khidir. Apa maksud kedatanganmu ke sini?‖
―Aku ingin mengikutimu hingga engkau mau mengajariku ilmu yang telah Allah
ajarkan kepadamu‖.
―Wahai Musa, sesungguhnya aku memiliki ilmu yang tidak Allah ajarkan
kepadamu dan engkau pun memiliki ilmu yang tidak Allah ajarkan kepadaku.
Sesungguhnya engkau tidak akan bisa sabar terhadap apa yang engkau lihat. Bagaimana
mungkin engkau bisa sabar dengan ilmu yang belum engkau ketahui sedikit pun.‖
―Insya Allah aku akan menjadi orang yang sabar dan tidak akan melanggar apa
yang engkau perintahkan.‖
―Jika engkau mengikutiku maka janganlah engkau menanyakan sesuatu apapun
sebelum aku menjelaskannya‖.
Inilah syarat yang diterima Musa untuk mengikuti perjalanan Khidir, agar bisa
melihat dan mendengar tanpa harus berbicara, sebelum Khidir menjelaskan dan
menyebutkan rahasia-rahasia pengetahuan tersebut di akhir. Maka tibalah saatnya
perjalanan seorang hamba yang saleh dengan seorang nabi. Ini merupakan salah satu
proses pembelajaran yang menjadikan para nabi sebagai murid dari sebagian hamba
yang saleh.
Adakah perjalanan yang lebih indah daripada perjalanan seorang nabi yang
menjadi murid dari seorang hamba yang saleh? Jelaslah ini merupakan perjalanan yang
menakjubkan!!
***
Musa dan Khidir pergi hingga sampai ke pinggir lautan. Lalu keduanya
meminum mata air Ainul Hayat.
Tak lama kemudian, sebuah perahu lewat di hadapan mereka. Khidir memanggil
para penumpang yang berada di atasnya dan mereka pun ternyata mengenal Khidir.
Khidir dan Musa menaiki perahu bersama mereka.
Para pemilik perahu sudah mengenal Khidir, sehingga mereka menerima dan
mengajaknya naik tanpa harus membayar ongkos. Musa senantiasa menunggu apa yang
akan ia ketahui dari hamba saleh itu. Ia pun berdiri di sampingnya, di ujung perahu.
Lalu datanglah seekor burung kecil hinggap di tepi perahu. Burung itu menjulurkan
paruhnya ke laut dan meminum setetes air. Asinnya air laut tidak membuat burung itu
kaget, setelah itu ia terbang jauh. Khidir berkata terhadap Musa:
44
Musa berkata penuh malu dengan apa yang telah ia lakukan. ―Jika aku bertanya
kepadamu tentang hal yang lain, engkau berhak untuk meninggalkanku. Engkau telah
banyak memaafkanku‖.
Sebenarnya Musa masih berharap untuk tetap menyertainya. Ia menunggu
keajaiban-keajaiban lain dalam perjalanannya. Tetapi ia menetapkan sebuah syarat
dengan apa yang dikatakannya itu. Dia mengira tidak akan lupa untuk kesekian kalinya.
Tetapi Adam pun dulu pernah lupa, maka wajarlah kalau keturunannya memiliki sifat
pelupa. Manusia sungguh berada dalam duka cita.
***
Kemudian Musa dan Khidir melanjutkan perjalanannya yang asing dan penuh
keajaiban, hingga mereka sampai ke sebuah desa dalam keadaan sangat lapar.
Mereka pun mencari makanan dari penduduk desa itu. Apalagi Musa belum
sempat makan sejak hilangnya ikan yang ia bawa. Sedangkan penduduk desa tersebut
merupakan orang-orang kikir, mereka tidak mau menjamu keduanya. Musa tetap
bersabar hingga ia bersama Khidir menemui sebuah tembok tua yang hampir roboh.
Khidir berkata pada Musa: ―Bantulah aku menegakkan dinding ini.‖
Rasa lapar yang dirasakan Musa sudah begitu kuat, namun ia tetap diam
sehingga tidak adanya perpisahan dalam perjalanannya menemani orang saleh tersebut.
Lalu dia membantunya menegakkan dinding itu. Ketika keduanya selesai mendirikan
kembali dinding itu, Musa berkata:
―Kita telah meminta makanan dan jamuan dari penduduk desa ini, tapi mereka
tidak mau menjamu kita. Andaikan engkau mau, engkau bisa meminta upah atas
pekerjaan ini‖.
Khidir pun berkata, ―Inilah akhir dari perjalan kita.‖
Musa sepertinya menyesali apa yang ia katakan. Ia masih berharap perjalanan itu
bisa lebih lama lagi.
Lalu Khidir berkata lagi, ―Akan aku jelaskan takwil tentang apa yang ingin
segera engkau ketahui.‖
―Adapun perahu, itu adalah milik orang-orang miskin dan fakir yang bekerja di
laut. Sementara di belakang mereka terdapat seorang raja zalim yaitu Hudad bin Budar
yang akan merampas setiap perahu untuk dimilikinya. Jika ia melihat cacat dalam
perahu, ia akan meninggalkannya dan tidak akan mengambilnya.‖
―Setelah kita semua turun dari perahu itu, ia datang dan mendapati perahu telah
terkoyak lalu ia pun meninggalkannya. Mengoyak perahu adalah sebagai sebab
selamatnya para pemilik perahu itu, bukan untuk menenggelamkan mereka.‖
Musa merasa takjub. Ia tidak mengetahui tentang hal-hal yang gaib dan yang
memperdayakan akal manusia. Ia tidak mengetahui hikmah Allah dalam segala
perbuatan, walaupun dalam beberapa hal ia merasa lelah mengikutinya.
―Sedangkan Anak yang dibunuh—namanya Jaisur—kedua orang tuanya adalah
orang mukmin. Jika ia dibiarkan hidup, ia akan menjadi orang kafir. Allah akan
mengganti dengan anak berikutnya yang lebih baik darinya, yaitu anak yang akan
menjadi seorang mukmin yang tidak akan menyusahkan kedua orang tuanya.‖
Kematian yang mendadak mendatangkan kesedihan yang mendalam bagi kedua
orang tuanya, namun kecintaan Allah terhadap hamba-Nya melebihi kecintaan seorang
ibu terhadap anaknya.
―Mengenai tembok, adalah milik dua orang anak yatim di Madinah. Bapaknya
adalah seorang mukmin. Di bawah dinding itu terdapat kekayaan yang disimpan
bapaknya untuk bekal kedua anaknya itu.‖
46
―Bapak kedua anak itu telah berdoa kepada Allah agar kedua anaknya bisa
mendapati hartanya itu, maka Allah mengabulkan doanya dan menyuruhku untuk pergi
ke sana, menegakkan kembali dinding itu sebelum benar-benar runtuh. Jika keduanya
menginjak dewasa, maka mereka akan mendapatkan harta simpanan itu. Inilah takwil
tentang apa yang ingin segera engkau ketahui.‖
Khidir dan Musa berpisah. Setelah melakukan perjalanannya mencari ilmu baru
tersebut, Musa kembali ke Bani Israil. Kebaikan yang sangat bernilai; sebuah perahu
yang dicopot papannya, anak yang dibunuh, dan tembok yang dibangun kembali.
Setelah melewati masa yang lama, Rasulullah Saw. bersabda. ―Kita
menyayangkan, andaikan Musa Sabar, kita akan melihat keajaiban. Kita semua
menyayangkan hal itu.‖
Pelajaran Berharga:
1. Allah Swt. Maha Mengetahui, dan ilmu-Nya tidak terbatas.
2. Memuliakan ilmu dan ulama serta mau menanggung kesusahan dalam mencari
ilmu.
3. Perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa dalam mencapai apa yang diharapkan.
4. Takdir Allah seluruhnya baik untuk manusia; karena Dia mencintai semua
hamba-Nya.
47
Maka sadarlah mereka bahwa dalam memerangi Bani Israil mesti menggunakan
tipudaya. Salah seorang di antara mereka berkata:
―Kita harus pergi menemui Bul‘am, meminta agar dia berdoa kepada Allah
untuk membinasakan mereka. Dia itu doanya mustajab. Setiap hujan terhenti, kami
selalu pergi menemuinya dan dia berdoa kepada Allah, maka hujan pun turun. Untuk itu
kita harus pergi kepadanya agar dia berdoa kepada Allah.‖
―Ide yang bagus, kita temui dia,‖ kata sang gubernur. Maka semuanya pergi
untuk menemui Bul‘am di tempat peribadatannya.
***
Setelah Allah mengangkat siksa-Nya, tentara Bani Israil senantiasa berada di
padang pasir.
Mereka baru bisa keluar dari padang yang luas dan menyesatkan setelah berada
di dalamnya selama empat puluh tahun penuh, di mana mereka berada dalam satu
kumpulan dan menetap di dalamnya, tanpa bisa keluar. Sekarang mereka sudah bisa
keluar. Mereka bahagia dan menyadari bahwa ini merupakan pertolongan dari Allah.
Suatu ketika, Yusya berkhutbah di hadapan kaumnya:
―Wahai Bani Israil ingatlah nikmat yang telah Allah berikan kepadamu, ketika
Allah menyelamatkanmu dari Fir‘aun. Ia telah membunuh setiap anak laki-lakimu,
mempermalukan istri-istrimu dan menghinakanmu dengan menjadi seorang hamba di
tanah dan istananya. Andaikan kamu semua tidak beriman kepada Allah berkat petunjuk
nabi-Nya, Musa, niscaya kamu akan tetap berada di tangan Firaun yang zalim yang
telah Allah tenggelamkan ke dalam lautan. Allah telah menyelamatkanmu dan
memilihmu sebagai orang-orang yang beriman kepada-Nya.
Dia telah menaungimu dengan awan dan menurunkan kepadamu manna (sejenis
madu) dan salŵ (sejenis burung puyuh).
Dan Dia telah menjadikan di antara kamu orang-orang yang merdeka
(mempunyai hak kepemilikan). Diantaranya ada yang memiliki rumah dan pelayan serta
Allah menurunkan rezeki kepadanya dari langit.
Janganlah kamu semua menjadi seperti orang-orang yang berkata kepada Musa:
‗Pergilah engkau dan Tuhanmu untuk berperang, sungguh kami akan tetap di sini.‘
Akan tetapi berperanglah kalian semua di jalan Allah, menghadapi musuh-
musuh-Nya hingga kamu bisa masuk ke tanah Muqaddas, nikmat dan berkah terus-
menerus turun kepadamu serta tidak ada kemarahan dan laknat di antara kamu.
Ketahuilah bahwa kita tidak bisa menang dengan alat-alat perang, dan tidak juga dengan
jumlah yang banyak, tapi kita dapat menang atas musuh-musuh kita hanya dengan
senjata iman kepada Allah, dan percaya atas pertolongan-Nya. Andaikan kita maksiat
kepada Allah, maka kita akan menjadi orang-orang yang hina dan musuh akan
membinasakan kita. Untuk itu, maka tetaplah pergi ke tanah Muqaddas.‖
Seorang tentara berkata, ―Wahai Nabi Allah, kenapa kita harus ke tanah
Muqaddas? Kenapa kita tidak berperang di tempat yang lain?‖
―Karena Muqaddas merupakan tanah kakekmu, Ibrahim dan bapakmu, Yakub.
Baitulmaqdis adalah milik setiap mukmin. Oleh karena itu Allah menyuruhmu untuk
membersihkannya dari kalangan al-Amalik yang menyembah berhala.‖
Yang lain berkata, ―Baitulmaqdis akan menjadi milik kita selamanya.‖
―Baitulmaqdis akan menjadi milik orang-orang mukmin saja. Jika kamu inkar
kepada Allah dan maksiat kepada-Nya niscaya Allah akan melepaskannnya darimu dan
kamu tidak akan bisa menjadi penduduk dan pemiliknya. Baitul Muqadas hanyalah
49
milik orang-orang beriman yang tidak durhaka terhadap apa yang Allah perintahkan dan
tidak merubah Firman Allah, melainkan taat kepada-Nya.‖
Keberanian telah menyelimuti seluruh jiwa tentara Bani Israil. Mereka berjalan
untuk menemui musush-musuh mereka dari kalangan al-Amalik. Kekuatan mereka
membuat mereka tidak takut menghadapi jumlah musuh mereka yang banyak.
Bahkan, iman merupakan ikrar sumpah mereka, kebenaran merupakan tujuan
mereka dan mati syahid adalah cita-cita mereka, sehingga akhirnya mereka bisa
memerdekakan tanah Muqaddas dari tangan orang-orang kafir penyembah berhala.
***
Di pihak lain, gubernur al-Amalik dan para panglimanya telah sampai ke gereja
Bul‘am dan Bul‘am pun menyambut mereka. Mereka berkata, ―Keperluan kami datang
kepadamu adalah agar engkau berdoa untuk kehancuran tentara Bani Israil.‖
―Bagaimana mungkin? Pemimpin mereka adalah nabi. Seorang nabi mempunyai
urusan dengan Allah, sedangkan aku tidak memiliki kekuasaan untuk mendoakan
kebinasaan mereka‖.
―Jika engkau berdoa untuk mereka, nanti kami akan memberikan harta yang
banyak dan engkau akan menjadi pemegang urusan kami. Kami akan mendengar kata-
katamu dan mengikuti pendapatmu. Kami tidak akan memutuskan suatu perkara tanpa
persetujuanmu. Engkau akan menjadi orang pertama di negeri kami‖.
Bul‘am memandang mereka, dan setan pun telah membisiki hatinya. Apa yang
mereka katakan telah menggugah hatinya. Ia menjadi tamak terhadap kehidupan dunia
dan lupa terhadap apa yang ia tunggu-tunggu dari Allah, yaitu surga dan nikmat-nikmat
yang tidak akan hilang selama taat kepada Allah. Ia juga telah berkhianat kepada
kaumnya.
Setan telah mengalahkannya. Ia menjadi sesat dan menyesatkan. Ia telah
menjual akhirat dan membeli dunia dengan menyepakati apa yang mereka pinta. Lalu ia
menunggangi keledainya menuju tempat berkumpulnya tentara Bani Israil untuk berdoa
demi kebinasaan mereka. Tetapi tiba-tiba keledainya tidak mau berjalan, bahkan
terdiam di tempat.
Ia memukulnya dengan tongkat agar keledai itu bisa berdiri dan berjalan, tetapi
keledai itu hanya melangkah sedikit lalu kembali diam di tempat, bahkan keledai itu
malah tertidur di tanah. Bul‘am memukulnya lagi dengan pukulan yang lebih keras, dan
keledai itu tiba-tiba berucap, ―Hai Bul‘am, mau pergi ke mana engkau? Sesungguhnya
malaikat berada di depanku menolak dan mengembalikanku serta tidak mengijinkanku
berjalan. Apakah engkau akan pergi ke nabi Allah, dan engkau akan berdoa demi
kebinasaan kaumnya yang beriman? Ini tidak akan terjadi bagimu selamanya.‖
Tetapi Bul‘am sudah buta dari tanda-tanda kekuasaan Allah termasuk keadaan
keledai yang bisa berbicara. Ia tetap memukulnya dengan pukulan yang lebih keras.
Benar-benar harta itu telah menghasudnya. Ia menginginkan martabat yang tinggi di
kalangan kaumnya.
Akhirnya ia sampai ke sebuah gunung yang disebut Husban. Ia melihat markas
tentara Bani Israil dan Yusya bin Nun. Lalu ia berdoa untuk mereka tetapi sekarang
lidahnya tidak mau mentaatinya. Ketika dia berdoa untuk Yusya dan Bani Israil
lidahnya terbalik sehingga dia berdoa untuk kebinasaan kaum dan dirinya sendiri.
Kaum Bul‘am memandangnya dengan heran, mengapa dia bisa melakukan
seperti itu? Lalu ia mencoba untuk kedua kalinya, namun tetap lidahnya berdoa untuk
diri dan kaumnya. Ketika mencoba yang ketiga kalinya lidahnya terkulai ke atas
dadanya. Maka tahulah ia bahwa Allah menjaga orang yang beriman. Dia tidak akan
50
menolong orang yang durhaka untuk mengalahkan orang yang taat dan tidak juga orang
menolong orang kafir untuk mengalahkan orang mukmin.
Ia berkata kepada kaumnya: ―Akhirat telah hilang dariku, yang tinggal hanyalah
urusan dunia. Aku telah inkar kepada Allah ketika aku berdoa untuk nabi dan kaumnya
sehingga Allah mengambil keberkahan ismu al-a‟zham dariku.
Maka doaku untuk mereka gagal sehingga aku tidak mendapatkan harta darimu,
yang ada hanyalah tipu daya dan kemakaran.‖
Mereka berkata, ‖Apa yang dapat kami lakukan?‖
―Sesungguhnya Allah akan mengazab suatu kaum jika mereka buta terhadap hal
yang keji dan melakukan dosa. Jika engkau menginginkan agar Allah murka terhadap
Yusa dan kaumnya, engkau hanya bisa melakukannya dengan cara mempercantik para
wanita dari kaummu dan mengirimkan mereka sebagai wanita penjual diri kepada
tentara Yahudi Bani Israil. Maka di saat ada salah seorang dari Bani Israil melakukan
kekejian, Allah akan mengirimkan azabnya terhadap mereka.‖ Pendapat ini pun
disepakati mereka.
Tak lama kemudian, lewatlah seorang perempuan dari kalangan mereka
kehadapan salah seorang tentara Bani Israil. Tentara itu pun tergoda dan melakukan
kekejian bersama perempuan tersebut. Lalu Allah menurunkan tha‟un (sebuah penyakit
yang mematikan) terhadap pelaku tersebut dan menular ke seluruh tentara Bani Israil.
Maka sejumlah besar tentara mati, sebagai balasan atas kekejian mereka.
Suatu saat, seorang mukmin datang membawa tombak dan masuk ke dalam
kemah yang di dalamnya terdapat pasangan yang sedang berzina. Lalu ia menikam
keduanya dan membawa keduanya yang masih tertikam itu ke tengah-tengah lapangan
sambil berkata:
―Ya Allah sesungguhnya aku telah membunuh orang yang maksiat terhadap-Mu
dan melakukan kekejian, maka hilangkanlah penyakit tha‘un. Allah pun menghilangkan
penyakit tha‘un tersebut dari Bani Israil. Sekarang mereka tinggal berhadapan dengan
kaum al-Amalik.
***
Semua tipu daya kaum al-Amalik untuk mengalahkan Bani Israil gagal. Jalan
lain hanyalah berperang antara dua kaum tersebut.
Adapun Bul‘am, ia telah dilaknat oleh Allah ketika ia lebih memilih bumi dan
dunia serta melupakan langit dan akhirat. Ia menjadi seperti anjing. Jika engkau
meninggalkannya, ia akan menjulurkan lidahnya dan menyalak, atau jika engkau
memukulnya ia pun akan menjulurkan lidahnya dan menyalak. Di dunia ia dilaknat
sementara di akhirat diazab.
Yusya bin Nun menyiapkan tentaranya untuk membebaskan Baitulmaqdis dari
orang-orang kafir. Setelah ia menyebrang sungai Ardan, lalu sampailah ia ke kota
Arihan dan ia mengalahkan para penjaga di sana.
Pengepungannya terhadap kota tersebut dilakukan selama enam bulan penuh.
Kota ini memiliki tembok pertahanan yang kokoh dan tinggi serta merupakan kota
kaum al-Amalik yang paling banyak penduduknya. Dengan pertolongan Allah, ia dapat
mengalahkan kaum al-Amalik di kota ini. Setelah penaklukannya, ia pun dapat
menaklukkan negeri demi negeri, kota demi kota, dan mengalahkan para panglima al-
Amalik.
Namun setelah itu semua, dia belum bisa sampai ke Baitulmaqdis. Kaum al-
Amalik menyadari bahwa jatuhnya Baitulmaqdis merupakan kehinaan yang sangat
besar.
51
Pelajaran Berharga:
1. Bersyukur pada Allah Swt. atas nikmat-Nya yang banyak
2. Takut hanya kepada Allah Swt.
3. Menjauhkan diri dari segala yang bathil dan merendahkan diri karena Allah
Azza wa Jalla.
4. Baitulmaqdis adalah amanah bagi setiap orang mukmin
54
menyenangkan. Raja zalim telah terbunuh, maka Bilqis mengambil alih singgasana
kerajaan untuk mengembalikan keamanan, ketenangan, dan keadilan.
Diumumkanlah tentang kedudukan ratu Bilqis sebagai pemerintah negeri
tersebut dan yang menduduki singgasana agung yang telah ia hias menjadi sebuah
singgasana yang sangat indah dan mempesona.
***
Di tempat lain, Nabi Sulaiman sedang berdoa kepada Tuhannya, ―Wahai
Tuhanku ampunilah aku dan berilah aku kerajaan yang tidak patut dimiliki seorang pun
setelah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.‖
Allah mengabulkan doanya itu. Maka Dia memberi Sulaiman angin yang
mampu membawanya dari suatu tempat ke tempat lain dengan sekejap mata. Angin itu
selalu mentaatinya jika diperintah.
Ketika jin dan setan semuanya melayani Sulaiman, di antara mereka ada yang
menyelam kedalam lautan dan kembali membawa harta simpanan, yang lainnya
membangun istana dan tempat-tempat salat dan ada juga yang membangun sebuah
tempat yang dilengkapi dengan kuali besar untuk memasak makan bagi para tentara dan
orang-orang kafir.
Di samping itu, Allah mengajarkan kepada Sulaiman bahasa burung, hewan-
hewan dan binatang kecil. Ia dapat berbicara dengan mereka dan mereka pun dapat
berbicara dengannya. Ketika ia merasakan nikmat Allah tersebut ia mensyukuri-Nya,
tidak mendurhakai-Nya, dan mempersembahkan nikmat-nikmat tersebut dalam
kebaikan.
Keluarlah tentara Sulaiman dalam jumlah yang banyak, yang terdiri dari burung,
binatang liar, manusia dan jin serta udara, yang semuanya diperintahkan oleh Sulaiman.
Debu pun bertebaran ke atas langit, suara kaki terdengar keras dan Sulaiman berada di
bagian depan tentaranya yang besar itu. Di tengah-tengah suara gemuruh ini nabi
Sulaiman memberikan isyarat kepada tentaranya untuk diam dan berhenti. Nabi
Sulaiman mendengarkan suara yang pelan dari seekor semut kecil yang sedang berdiri
di permukaan lembah semut, memberikan perhatian kepada umatnya atas kedatangan
tentara tersebut. Ia berkata, ―Wahai semut-semut masuklah ke dalam sarangmu agar
kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya. Mereka tidak merasakannya.‖
Semut tersebut merasa khawatir terhadap saudara-saudaranya yang akan
terbunuh dan hancur terinjak kaki-kaki tentara Sulaiman yang banyak. Namun semut
tersebut telah mengetahui adilnya nabi Sulaiman. Sesungguhnya dia dan tentaranya
tidak akan membunuh semut atau yang lainnya kecuali jika mereka tidak merasakannya
atau tanpa sengaja.
Seketika itu, Sulaiman tersenyum gembira karena mendengar perkataan semut
yang menggambarkan jiwa tentara yang ikhlas dalam berbuat, memperingatkan
kaumnya dan memutuskan segala urusan kaumnya dengan adil dan penuh kasih sayang.
Kemudian ia bersyukur atas nikmat Allah tersebut dengan berdoa:
―Wahai tuhanku jadikanlah aku sebagai orang yang mensyukuri nikmat-Mu
yang telah engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku
mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke
dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.‖
Tentara itu terdiam sampai semut dan saudara-saudaranya masuk. Kemudian
Sulaiman menyuruh tentaranya untuk melanjutkan perjalanan.
Tentara Sulaiman merasakan kelelahan. Ia melihat sebidang tanah putih dan
indah seolah-olah merupakan tanah yang megah yang dipenuhi dengan sayuran. Ia
56
”Wahai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam perkaraku ini. Aku
tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majlisku,” (QS Al-
Naml [27]: 32).
Salah seorang di antara mereka menjawab, “Kita memiliki kekuatan dan
keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada di tanganmu;
maka pertimbangkanlah apa yang engkau perintahkan,” (QS Al-Naml [27]: 33).
Pendapat untuk berperang tidak mengagumkan Bilqis, sebab di dalam perang
akan terjadi kebinasaan, kerugian, pertumpahan darah, dan pembunuhan.
“Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukan suatu negeri, mereka tentu
membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian
yang akan mereka perbuat. Sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan
membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para
utusan itu,” (QS Al-Naml [27]: 34-35).
Bilqis meminta dipanggilkan salah seorang pembesar yang paling mulia di
kerajaan Saba. Ia telah mengumpulkan barang-barang berharga, harta benda baru dan
hadiah yang pantas untuk raja Sulaiman yang nampak dari suratnya bahwa ia
mempunyai kekuatan, kemewahan dan kemajuan. Kemudian ia menyuruhnya pergi ke
tempat Sulaiman untuk menyerahkan hadiah kepadanya dan kembali dengan membawa
balasan. Pembesar itu bersiap-siap untuk pergi menuju Sulaiman, ia tidak mengetahui
bahwa Hud Hud berada di tempat yang dekat untuk menyaksikan kejadian-kejadian
yang akan ia sampaikan secara keseluruhan kepada nabi Sulaiman. Bahkan ia
mendahului sang menteri pembesar terbang menuju nabi Sulaiman di Syam.
Ini merupakan yang ke empat kalinya perjalan Hud Hud dalam waktu sehari
semalam. Ia telah melakukan perjalanannya menuju Saba, pulang pergi sebanyak dua
kali. Kali ini ia datang membawa berita yang diperintahkan, untuk didengar Sulaiman.
Ia menyampaikan kejadian dan perbincangan antara Bilqis dan para menterinya. Ia
memberitahu nabi Sulaiman bahwa akan datang seorang laki-laki dari para pembesar
Saba yang paling mulia dengan membawa hadiah. Jika ia menerimanya maka mereka
akan tahu bahwa Sulaiman hanyalah seorang raja dan jika ia menolaknya berarti ia
adalah seorang nabi yang ingin mengislamkan mereka karena Allah Swt. Nabi Sulaiman
menyuruhya untuk berpaling dan menunggu kedatangan utusan dari ratu Saba beserta
hadiahnya. Ketika utusan itu tiba, nabi Sulaiman mengizinkannya untuk masuk. Dan
pada saat masuk inilah, tubuhnya mendadak gemetar dan takut. Tapi manis muka
Sulaiman dan senyumannya menjadikan ia kembai tenang.
Laki-laki itu melihat ke sekitarnya dengan penuh kekaguman. Harumnya minyak
kesturi telah memenuhi ruangan istana. Terlihat olehnya tentara dari jenis burung,
hewan, dan binatang buas sedang bercakap-cakap. Ada juga yang membawa barang-
barang dengan suara-suaranya yang terdengar namun tidak dapat dilihat yang
memegangnya, yaitu jin, dan barang-barang berharga serta mutiara. Di samping itu,
keajaiban lautan terlihat memenuhi tempat itu. Demikian juga bangunan-bangunan yang
tinggi yang tak bisa dicapai oleh manusia semuanya terdapat di sini. Seketika itu juga ia
menyadari bahwa hadiah yang ia bawa dari ratu Saba tidak ada harganya. Namun ia
tetap mengeluarkannya untuk dipersembahkan kepada Sulaiman sekedar melaksanakan
tugas dari ratunya.
Ketika nabi Sulaiman melihatnya, ia pun berkata, “Apakah kamu akan
memberikan harta kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada
apa yang Allah berikan kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu,”
(QS Al-Naml [27]: 36).
59
Pelajaran Berharga:
1. Allah Swt. Mahakuasa terhadap segala sesuatu, menundukkan angin, manusia,
jin burung dan binatang buas untuk nabi-Nya.
2. Mensyukuri nikmat karena Allah Swt. sebagai pengganti dari maksiat kepada-
Nya.
3. Iman kepada Allah satu-satu-Nya tidak ada sekutu bagi-Nya. Selain Allah,
semua makhluk tidak bisa memberi manfaat dan bahaya.
4. Tidak ada yang mengetahui hal-hal yang gaib kecuali Allah.
5. Mengajak kepada agama Allah di setiap waktu seperti yang dilakukan oleh
burung Hud Hud.
6. Mengerahkan segenap kesungguhan dan jiwa demi tegaknya agama Allah.
61
Setelah nabi Musa a.s. wafat, orang-orang Yahudi banyak melakukan kerusakan
di muka bumi. Sebelumnya, Allah telah mengutus para nabi untuk mereka. Nabi demi
nabi datang silih berganti. Namun orang-orang Yahudi tersebut malah membunuh dan
mendustakannya. Mereka menyembah berhala dan ingkar terhadap Allah. Maka Allah
mengutus seorang raja dari Persia yaitu Bukhtanashar yang berhasil membunuh seribu
orang Bani Israil. Dan di antara mereka yang masih hidup dijadikannya sebagai pelayan
dan hamba sahaya bagi dirinya dan bagi kaumnya. Ini merupakan akibat dari kekufuran
mereka terhadap Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar.
Tangan-tangan jahat pun meluas sampai ke Baitulmaqdis, sehingga
Bukhtanashar dan tentaranya membinasakannya. Mereka menjadikan Baitulmaqdis
sebagai tempat yang tidak berguna lagi, seolah-olah tidak ada kemewahan sebelumnya.
Negeri itu menjadi negeri yang kosong dari penduduk. Tidak ada bekas-bekas
kehidupan dan juga bangunan. Di dalamnya, tidak terdengar lagi suara penduduk. Yang
ada hanyalah sisa-sisa keruntuhan dan kehancuran. Atap-atap rumah berjatuhan
menimpa dinding-dinding yang roboh dan perabot rumah serta perhiasan tampak
berserakan. Padahal, sebelumnya negeri tersebut penuh dengan kehidupan dan
kesenangan. Orang yang melihatnya hanya bisa merasakan sedih atas kehancurannya.
Bani Israil yang telah mengundang azab dan kehancuran dengan dosa-dosanya, telah
dilaknat oleh Allah Swt. karena telah membuat-Nya murka. Tulang-belulang lapuk yang
berserakan dari sisa-sisa bangkai Bani Israil yang terbunuh adalah sebagai bukti nyata
atas perbuatannya itu.
Di Baitulmaqdis—setelah mengalami kehancuran dan keruntuhan serta menjadi
negeri mati—terdapat seorang hamba yang saleh yaitu Uzair. Dengan menunggangi
keledainya, ia keluar untuk mencari rezeki. Ketika ia melihat bukti keruntuhan dan
kehancuran itu, hatinya merasa sedih dan menangisi kaumnya. Ia adalah seorang
mukmin yang hafal Taurat. Telah lama ia mengingatkan mereka dengan siksa akibat
adanya kekufuran dan pembunuhan terhadap para nabi. Tetapi mereka tidak mengikuti
petunjuk dan nasihatnya. Sehingga mereka ditimpa azab yang pedih. Negeri mereka,
Baitulmaqdis pun hancur, bagaikan pengantin perempuan yang mereka bunuh di hari
kepergiannya ke rumah pengantin pria.
Uzair mengeluarkan tempat makanannya. Ia hendak menyantap makanannya
itu. Namun kehancuran Baitulmaqdis telah membuatnya khawatir. Ia bergumam,
―Bagaimana Allah menghidupkan negeri ini setelah hancur?‖
Laki-laki itu melihat bukti kehancuran dan keruntuhan. Ia heran dan bertanya-
tanya bagaimana A llah Swt. mengembalikan kehidupan di negeri tersebut setelah
matinya segala macam kehidupan. Rumah-rumah sudah tidak berguna, hancur
berantakan dan para penduduk telah memindahkannya. Mustahil kehidupan akan
kembali di negeri seperti ini. Namun Allah Swt. mendengarnya. Dia berkehendak untuk
memperlihatkan bagaimana Dia menghidupkan yang telah mati, dan bagaimana
mengembalikan kehidupan berikutnya pada tulang-belulang yang sudah lapuk, dan
bangkai yang sudah menjadi tanah, yang dijadikan tempat bagi ulat-ulat untuk meyantap
makanan serta berjalan-jalan di atasnya.
Tidak lama kemudian, Uzair tertidur dan tidak tahu bahwa tidurnya akan lama
hingga seratus tahun atau satu abad.
62
***
Di Baitulmaqdis kehidupan telah kembali lagi setelah Allah menghilangkan
azab-Nya terhadap mereka. Bukhtanashar pun telah meninggal dan pemerintahan telah
di pegang oleh orang-orang yang adil. Kehidupan dan kesenangan di Baitulmaqdis
kembali seperti semula, kecuali satu hal yang hilang dari hati dan tidak pernah kembali,
yaitu keimanan yang telah ditinggalkan Bani Israil. Mereka lupa terhadap Taurat yang
telah diturunkan kepada nabi Musa a.s. Mereka mengganti, merubah dan menulisnya
kembali dengan tangan-tangan mereka yang merajut kebohongan dan kepalsuan
terhadap Allah dan rasul-Nya.
Selama Uzair mati tak seorang pun yang menoleh dan membangunkannya.
Keledai yang pernah ia tunggangi tinggal tulang-belulang yang lapuk seperti tulang-
belulang yang ia lihat sebelum ia mati. Adapun makanannya, selama seratus tahun,
masih tetap seperti semula, tidak berubah. Makanan itu dijaga oleh Allah Swt. Uzair
sendiri tinggal tulang-belulang lapuk yang berserakan. Kemudian Allah memerintahkan
tulang-belulang Uzair itu untuk bersatu kembali. Maka tulang-belulang itu pun
menyatu. Allah meniupkan ruh ke dalam akal, hati dan mata Uzair agar bisa melihat
proses penciptaan-Nya. Tulang-belulangnya tersusun dan bersatu kembali dengan
kehendak Allah sehingga Allah membalutnya dengan daging. Uzair pun kembali hidup.
Ia duduk bersila dengan stabil. Di depannya sudah berada seorang malaikat yang
bertanya:
“Berapa lama engkau tinggal di sini?”
Adapun ketika Uzair mulai tidur, sinar matahari dalam keadaan terik, berarti
sudah masuk waktu zuhur. Dan Allah membangkitkannya sore hari sebelum matahari
terbenam. Maka ia mengira bahwa ia tidur hanya beberapa jam atau sehari penuh.
“Aku tinggal di sini hanya sehari atau setengah hari,” jawabnya.
Malaikat berkata lagi, ―Engkau telah tinggal seratus tahun.‖
Uzair merasa aneh dan heran. Manusia tidak mungkin bisa tidur satu abad
penuh!! Ini tiada lain karena kehendak Allah.
Ketika malaikat melihat ia merasa heran dan aneh, ia berkata kepadanya:
―Lihatlah makananmu belum berubah.”
Lalu Uzair melihat makanannya, dan makanan itu pun benar belum berubah. Ia
semakin heran.
Malaikat berkata lagi, “Lihatlah keledaimu, Kami bermaksud menjadikanmu
sebagai tanda kekuasaan Kami (Allah) bagi manusia.”
Uzair menoleh, mencari keledainya. Ia tidak menemukannya, kecuali tulang-
belulang lapuk yang berserakan, terpisah-pisah di setiap tempat. Lalu malaikat
memanggil tulang-belulang itu dan terkumpullah tulang-belulang itu. Malaikat itu
memanggilnya dengan kehendak Allah, dengan tujuan agar tersusunnya tulang-belulang
itu dapat dilihat oleh Uzair sehingga ia mengetahui jawaban dari pertanyaanya:
“Bagaimana Allah menghidupkan negeri ini setelah hancur?”
Kemudian tulang-belulang keledai itu tersusun. Allah membalutnya dengan kulit
dan bulu hingga menjadi seekor bangkai. Lalu Allah meniupkan ruh kepadanya, maka
keledai itu pun mengeluarkan suara.
“Lihatlah tulang-belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kemudian
kami membalutnya dengan daging,” kata malaikat.
Di sinilah segala keraguan Uzair hilang. Ia mengetahui bahwa Tuhannya
Mahakuasa terhadap segala sesuatu. Dan ia yakin bahwa dirinya telah mati selama
seratus tahun yang kemudian Allah membangkitkannya. Ia berkata:
63
Uzair pergi untuk menulis kembali Taurat yang benar setelah orang-orang
merubahnya. Ia mengeluarkan Taurat lama dari sebuah tempat dimana ia dan bapaknya
memendamnya. Ia segera menulis ulang Taurat itu. Kemudian setelah itu ia meninggal
dunia. Demikian juga keledainya. Kali ini merupakan kematian terakhir yang akan
dibangkitkan kembali di hari kiamat. Setelah keduanya dijadikan sebagai tanda
kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali orang mati dan membangkitkan mereka
dari dalam kubur pada pase berikutnya, orang Yahudi memaknainya lain. Mereka
mengatakan: ―Uzair adalah anak Tuhan. Ia tidak mempunyai anak. Ia maha esa. Yang
tidak beranak dan tidak diperanakan. Tidak ada sekutu baginya.
Allah Swt. berfirman: “Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang
(bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia
berkata: „Bagaimana Allah menghidupkan negeri ini setelah hancur?‟ Lalu Allah
mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya
(menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya, „Berapa lama engkau tinggal di
sini?‟ Dia (orang itu) menjawab, „Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari.‟ Allah
berfirman, „Tidak! Engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan
minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-
belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia.
Lihatlah tulang-belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian
Kami membalutnya dengan daging.‟ Maka ketika telah nyata baginya, dia pun berkata,
„Saya mengetahui bahwa allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah [2]:
259).
Pelajaran Berharga:
1. Kekuasaan Allah dalam mengembalikan makhluk dan kehidupan dari tulang-
belulang yang sudah lapuk.
2. Allah Swt. Mahahidup lagi tidak akan mati. Sedangkan manusia, jin dan semua
yang hidup selain Allah akan mati.
3. Iman kepada hari kiamat, kebangkitan dan tempat kembali.
65
)
Ashabul Ukhdud: Para pembuat parit
66
***
Abdullah tidak begitu mementingkan lagi urusan sihir yang ia pelajari. Ia tahu
bahwa si penyihir yang mengajarinya adalah seorang pembohong. Dan ia tahu bahwa
kabathilan akan segera terungkap di hadapan manusia walaupun mereka orang-orang
kecil dan fakir seperti dirinya.
Yang lebih diperhatikan oleh Abdullah dalam hidupnya—sejak beriman kepada
Allah—adalah pergi ke gua tempat pendeta berada, mendengarkan tasybih-tasybih dan
senandungnya serta belajar darinya tentang cara menyenandungkannya untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Akibatnya, Abdullah banyak terlambat dalam
aktivitasnya.
Jika ia datang ke penyihir, maka si penyihir itu memukulnya karena ia terlambat.
Dan jika kembali ke rumahnya, keluarganya pun memukulnya karena ia juga terlambat
datang ke rumah. Ia mengalami dua urusan yang tidak menyenangkan. Lalu ia
menceritakan permasalahannya itu kepada pendeta. Sang pendeta menyarankan: ―Jika si
penyihir menanyakan, ‗mengapa kamu terlambat?‘ katakan kepadanya: ‗aku ditahan
keluargaku‘. Dan jika keluargamu menanyakanmu, jawablah: ‗Aku ditahan si
penyihir.‘‖
Karena jalan yang cukup jauh, maka si penyihir mempercayai apa yang
Abdullah katakan dengan tidak bertanya lagi pada keluarganya. Demikian juga
keluarganya tidak bisa bertanya kepada si penyihir. Akhirnya Abdullah selamat dari
amukan penyihir dan hukuman keluarganya.
Suatu hari Abdullah berjalan menelusuri jalan yang biasa ia lalui. Tiba-tiba ia
melihat adanya kemacetan di jalan itu. Ia segera mendekatinya. Ternyata, di sana ada
seekor binatang yang besar telah menghalangi jalan, sehingga tidak ada seorang pun
yang bisa menyebrang atau lewat. Kebetulan, Abdullah menemukan sebuah tongkat
tergeletak di atas tanah. Ia bergumam: ―Sekarang aku akan mengetahui mana yang lebih
dicintai Allah, urusan pendeta atau urusan penyihir.‖ Lalu ia berdoa: ―Ya Allah jika
urusan pendeta lebih Engkau cintai daripada urusan penyihir, maka jauhkanlah binatang
ini dari jalan.‖
Tidak lama kemudian ia melemparkan tongkatnya, dan binatang itu pun
menjauh. Abdulah melanjutkan perjalanannya menuju pendeta. Sementara imannya
semakin bertambah (karena kejadian tersebut). Sesampainya di tempat pendeta, ia
langsung menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Sang pendeta memuji
Abdullah sekaligus memperigatkannya:
―Wahai anakku, sungguh sekarang engkau lebih baik dariku. Tapi ingat, Allah
akan mengujimu. Jika engkau diuji, maka janganlah engkau menunjukannya kepadaku.‖
Lalu keduanya melakukan salat dalam waktu yang lama, berdoa, dan memohon kepada
Allah.
Di istana, sang raja yang mengaku dirinya tuhan mempunyai saudara sepupu
yang mengalami kebutaan sejak kecil. Ia merasa sedih dengan keadaannya yang seperti
itu. Ia berusaha mencari tabib yang bisa mengembalikan penglihatannya agar dapat
melihat normal seperti orang lain.
Namun para tabib tidak ada yang mampu mengembalikan penglihatannya.
Walaupun kekayaan yang dimiliki si buta terpaksa dikerahkan, namun harta itu pun
tidak bisa membahagiakan dan mengembalikan penglihatannya.
Datanglah seseorang membawa kabar gembira, bahwa di negeri itu ada seorang
tabib yang sering didatangi banyak orang dan setiap orang yang memiliki penyakit atau
cacat dapat sembuh kembali. Orang-orang mengira bahwa ia mempunyai kekuasaan
68
untuk menyembuhkan. Maka sepupu raja yang buta itu bergegas mempersiapkan hadiah
dan hartanya. Lalu ia pergi untuk menghadap sang tabib yang pandai, yang bisa
melakukan hal-hal di luar kesanggupan tabib-tabib lainnya.
Sampailah si buta ke rumah sang tabib bersama orang yang mengantarnya.
Mereka melihat antrian panjang orang sakit sedang berdiri di hadapan pintu. Kemudian
mereka mohon izin masuk. Namun tiba-tiba mereka dikejutkan dengan hal yang tak
disangka-sangka, ternyata tabib itu adalah Abdullah bin Tamir si penyihir raja. Hanya
sekarang ia sudah lebih terkenal dari semua orang, bahkan dari raja sendiri.
Si buta itu memperlihatkan harta dan hadiah kepadanya agar bisa
mengembalikan penglihatannya. Abdullah berkata:
―Aku tidak membutuhkan imbalan. Aku tidak butuh harta. Yang aku butuhkan
hanyalah engkau beriman kepada Allah satu-satu-Nya.‖
―Siapakah Allah itu?‖ tanya si buta.
Ia menjawab, ―Allah adalah yang akan menyembuhkan penyakitmu jika aku
berdoa kepada-Nya untuk kesembuhanmu.‖
―Raja itu? Bukankah ia Tuhan?‖ Tanya si buta lagi.
Abdullah balik bertanya, ‖Apakah raja itu menyembuhkanmu? Ia adalah seorang
hamba, saya hamba, dan engkau juga seorang hamba. Kita semua adalah hamba Allah.‖
Lalu Abdullah berdoa untuk si buta agar Allah menyembuhkannya. Maka Allah
menyembuhkannya dan penglihatannya kembali normal. Si buta pun berteriak:
―Aku beriman kepada Allah…Tidak ada Tuhan selain Allah.‖
Kemudian Abdullah, si tabib kecil berpesan, ―Janganlah engkau memberitahu
raja, nanti ia bisa membunuhku dan juga membunuhmu.‖
Keluarlah si buta dengan penglihatannya yang normal. Ia telah beriman kepada
Allah setelah sebelumnya kufur. Dan ia juga menyembunyikan keimanannya walaupun
terhadap anak dan istrinya.
Suatu saat, seorang pengawal datang ke istana sepupu raja yang telah Allah
kembalikan penglihatannya itu. Ia berkata:
―Tuan raja ingin bertemu denganmu.‖
Maka ia pergi bersama pengawal tersebut dengan tanpa membutuhkan penuntun
dalam perjalanannya. Ketika masuk menemui raja, sang raja merasa takjub dengan
keadaannya dan berkata:
―Selamat buat sepupu kami yang telah kembali melihat.‖
―Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang telah menjadikan ini semua.‖
Mendengar jawaban seperti itu, raja langsung marah sambil membentak, ―Allah,
apakah engkau memuji Allah di dalam kerajaanku dan istanaku? Apakah engkau
beriman kepada Allah?‖
―Ya, aku beriman kepada Yang telah menyembuhkanku dan mengembalikan
penglihatanku wahai raja‖.
―Tuhan selain diriku disembah dalam kerajaanku?‖
―Tetapi semua orang adalah hamba dalam kerajaan Allah wahai raja,‖ jawab
sepupu raja dengan penuh keberanian.
Maka bangkitlah sang raja memanggil para pengawal, lalu mereka menyiksanya
hingga akhirnya mau menunjukkan Abdullah yang telah mengajarinya. Lalu mereka
mendatangkan Abdullah dan juga menyiksanya hingga Abdullah pun mau menunjukkan
pendetanya. Maka hadirlah ketiganya di hadapan sang raja yang zalim.
Kemudian raja mengikat mereka dengan tali yang terbuat dari besi, lalu berkata:
―Ingkarilah Allah, atau kalian semua aku bunuh!‖
69
Sepupu sang raja menjawab, ―Aku tidak menyembah kecuali kepada Allah dan
aku tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.‖
Maka tentara raja langsung membunuhnya dengan cara membelah tubuhnya
dengan gergaji hingga menjadi dua bagian.
Raja berkata kepada pendeta, ―Jadilah engkau orang kafir. Kalau tidak, kami
akan bertindak kepadamu seperti yang kami lakukannya kepada sepupu kami.‖
Pendeta itu tetap teguh pada keimanannya, lalu ia pun dibelah tubuhnya dengan
gergaji hingga menjadi dua bagian.
Tibalah giliran Abdullah, si anak kecil. Mereka berkata kepadanya, ‖Ingkarilah
Allah. Jika tidak, engkau akan seperti mereka.‖
Abdullah menjawab, ―Allah adalah Tuhanku. Aku tidak akan mempersekutukan-
Nya dengan sesuatu apa pun.‖
Dengan demikian Abdullah terancam hukuman mati. Mereka meletakkan gergaji
di atas kepalanya. Hampir saja mereka membunuhnya. Namun aneh, gergaji itu tidak
bisa digerakkan sama sekali. Mereka mencoba menggunakan pedang, tetap tidak bisa
membunuhnya. Lalu mereka mencoba menggunakan tombak, panah dan pisau, namun
mereka pun tetap tidak berhasil.
***
Raja terdiam heran melihat keadaan anak kecil ini. Dia tidak tahu apa yang harus
dilakukannya.
―Ya Allah cukupkanlah bagiku siksaan dan kejahatan mereka dan jauhkanlah
mereka dariku sesuai kehendak-Mu.‖
Inilah doa anak kecil tersebut ketika berada di puncak sebuah gunung. Ia disertai
dua orang pengawal raja yang akan melemparkannya dari atas gunung agar ia mati—
setelah berbagai macam cara dan tipu daya untuk membunuhnya telah dilakukan.
Allah mengabulkan doa anak kecil tersebut. Maka gunung pun berguncang dan
para pengawal itu mati berjatuhan kecuali Abdullah, dia tetap hidup.
Abdullah kembali menemui raja untuk yang kesekian kalinya. Ia mengajaknya
beriman kepada Allah. Raja semakin bertambah marah. Sehingga akhirnya ia menyuruh
tentaranya untuk meletakan anak kecil itu di atas perahu kecil dan membawanya ke
tengah lautan. Lalu mereka membiarkannya di sana agar mati tenggelam. Di tengah-
tengah ombak yang ganas, suara anak itu terdengar keras berdoa kepada Allah:
―Ya Allah cukupkanlah bagiku siksaan dan kejahatan mereka dan jauhkanlah
mereka dariku sesuai kehendak-Mu.‖
Sampan itu pun berbalik dan Abdullah selamat dari amukan ombak, lalu ia
kembali lagi menemui sang raja dan berkata kepadanya:
―Sesungguhnya engkau tidak akan bisa membunuhku kecuali engkau melakukan
apa yang aku perintahkan.‖
―Apa yang ingin engkau perintahkan?‖ tanya sang raja
Ia menjawab, ‖Kumpulkan orang-orang pada sebuah dataran tinggi, lalu ikat aku
pada batang pohon. Ambillah anak panah milikku dari wadahnya dan letakkan pada
busurnya, lalu ucapkan: ‗Bismillahi Rabbil gulam‟ (Aku berlindung atas nama Tuhan
anak ini). Jika engkau melepaskan panah itu, engkau dapat membunuhku.‖
Raja pun menyetujui apa yang Abdullah katakan, agar ia terbebas darinya.
Berkumpullah penduduk kerajaan di sebuah dataran yang tinggi. Mereka melihat
Abdullah terikat pada sebuah pohon. Tiba-tiba raja memegang wadah anak panah
Abdullah, lalu dikeluarkanlah anak panah dari wadah tersebut. Orang-orang pun
terdiam. Dengan suara yang nyaring raja mengucapkan:
70
“Bismillahi Rabbil gulam (Aku berlindung atas nama Tuhan anak ini).‖
Raja melepaskan anak panah itu tepat mengenai hidung Abdullah dan Abdullah
pun mati sebagai syahid. Para penduduk kerajaan mulai menyadari bahwa raja mereka
tidak mampu membunuh seorang anak kecil keculai setelah mengucapkan: “Bismillahi
Rabbil gulam (Aku berlindung dengan nama Tuhan anak ini).‖ Lalu mereka berteriak,
―Kami beriman kepada Tuhan anak ini.‖
Jasad Abdullah telah tiada, namun dakwahnya tetap hidup. Demikian juga
imannya. Raja merasa heran semua penduduknya telah menjadi penyembah Allah.
Mereka tidak lagi menyembahnya seperti semula. Akhirnya, sang raja zalim
memerintahkan untuk menggali parit besar.
Raja menyuruh para tentara pengawalnya untuk membuat parit dan menyalakan
api yang bersar di sepanjang parit tersebut. Mereka membawa orang-orang mukmin satu
per satu. Para tentara menyeru:
―Mau memilih kafir terhadap Allah atau dilemparkan ke dalam parit yang
berapi?‖
Orang-orang mukmin itu tidak seorang pun yang tersisa. Semuanya dibakar di
dalam parit, kecuali seorang wanita yang sedang menyusui anaknya. Dan tentara itu pun
merebut anaknya sambil berkata:
―Apakah engkau akan tetap beriman kepada Allah? Jika engkau tidak
melepaskan imanmu, maka kami akan membakar anakmu.‖
Wanita tersebut memandang anaknya dan hampir saja mengucapkan kalimat
kufur. Namun Allah menghendaki agar ia tidak menjadi orang kafir. Maka anaknya
tiba-tiba bisa berbicara. Ia mengatakan:
―Wahai ibuku, bersabarlah sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran yang
nyata.‖
Wanita itu pun menolak kekufurannya. Hatinya tidak merelakannya kecuali
dengan iman. Akhirnya, anaknya dilemparkan ke dalam parit, dan ia pun menyusul
berikutnya. Tinggallah raja dengan tentaranya, menunggu azab yang sangat pedih di
hari kiamat.
“Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di
Yaman). Yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar. Ketika mereka duduk di
sekitarnya. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-
orang mukmin. Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-
orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa, Yang Maha Terpuji.
Yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Sungguh orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa)
kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka
mereka kan mendapat azab Jahannam dan mereka akan mendapat adzab (neraka) yang
membakar,” (QS Al-Buruj [85]: 4-10).
Pelajaran Berharga:
1. Mewariskan kebaikan sebagi ganti dari kejahatan.
2. Adalah bohong setiap orang yang mengaku tuhan selain Allah Swt.
3. Kesabaran seorang mukmin terhadap takdir Tuhannya, walaupun menyakitkan.
4. Orang-orang mukmin berada dalam kemenangan. Walaupun manusia
menyangkanya kalah, tetapi bagi mereka surga di sisi Tuhannya.
5. Mengerahkan jiwa dan jihad di jalan Allah.
71
memalingkannya ke arah Yaman, ternyata gajah pun bangun dan berlari. Mereka
mencoba lagi menghadapkan gajah ke arah Ka‘bah. Gajah itu kembali diam dan tidur di
tanah. Akhirnya para pelatih membawa kapak dan memukulkannya. Sejengkal pun,
gajah itu tetap tak mau bergerak. Mereka mencoba menghadapkannya ke arah Syam.
Gajah kembali berdiri dan lari. Mereka menghadapkannya lagi ke arah Ka‘bah dan
Ketiga kalinya gajah terdiam serta tidur di tanah.
Abrahah dan tentaranya tidak tahu bahwa gajah tetap taat pada perintah Allah
walaupun ia hewan tak berakal dan tak berhati. Ia tak bisa dijadikan sebab bagi
hancurnya Ka‘bah.
Mereka merasa kebingungan dengan kejadian tersebut. Segala macam cara telah
mereka lakukan, namun gajah tetap membantah demi mentaati perintah Allah.
Abrahah dan tentaranya pasti akan meresakan akibat (azab) dari perbuatannya
yang berusaha menghancurkan Ka‘bah dan menentang Allah. Dan Allah telah
menetapkannya pada saat mereka berfikir untuk menghancurkan Ka‘bah. Azab itu
menunggu mereka untuk kemudian datang menimpa secara tiba-tiba. Allah menjadikan
mereka sebagai pelajaran bagi umat terdahulu dan yang akan datang. Jika Abdul
Muthalib sebagai manusia lemah telah menjaga untanya, maka Allah akan menjaga
rumah-Nya. Karena beberapa tahun kemudian, Mekah akan menjadi saksi atas
diutusnya Rasulullah Saw. dan umatnya yang masuk Islam.
Ketika semuanya kebingungan dengan keadaan gajah yang tertahan oleh
perintah Allah. Tiba-tiba datang burung-burung yang aneh menutupi langit. Burung-
burung itu datang dengan berbondong-bondong. Pada masing-masing paruh dan kedua
kakinya terdapat batu yang berasal dari Sijj ̂l, yaitu sebuah tanah yang terletak di neraka.
Masing-masing batu seukuran dengan kacang kedelai. Kemudian batu-batu tersebut
dilemparkan ke tubuh para tentara Abrahah. Mereka pun berjatuhan terbanting dan
tewas. Jasadnya terpecah-pecah bagaikan dedaunan yang kering dan jatuh seperti telah
dimakan ulat.
Allah memusnahkan mereka semua, kecuali hanya sedikit yang selamat
termasuk Abrahah. Allah belum menghendaki ia mati agar bisa merasakan sakit dan
azab yang Allah berikan akibat dari perbuatannya. Pulang kembali ke negerinya
merupakan cara terburuk yang ia rasakan sepanjang hidupnya. Anggota tubuhnya
berjatuhan satu demi satu. Darah dan nanah terus bercucuran hingga ia sampai ke
Yaman. Tubuhnya berubah seperti anak burung yang baru dilahirkan, belum berbulu
dan belum bertulang. Itulah balasan yang setimpal. Allah membiarkan ia hidup sejenak
untuk merasakan pelajaran yang menyakitkan bagi dirinya dan bagi setiap orang yang
mencoba menghancurkan Ka‘bah atau bermaksud jahat terhadapnya. Kemudian ia mati
tanpa ada orang yang merasa belas kasihan kepadanya, demikian juga tentaranya.
Allah telah menolak reka perdaya pasukan bergajah dan menyelamatkan serta
memelihara rumah-Nya. Orang-orang Arab menamai tahun ini sebagai tahun gajah.
Lalu mereka kembali ke rumahnya masing-masing.
Beberapa bulan setelah kejadian itu, Abdul Muthallib memberi kabar gembira
tentang lahirnya seorang anak dari putranya, Abdullah. Anak itu adalah Muhammad bin
Abdillah Rasulullah Saw. yang dilahirkan untuk menyebarkan ―cahaya‖ ke seluruh
Jazirah Arab, bahkan seluruh alam.
Pelajaran Berharga:
1. Ka‘bah adalah Baitullah yang dijaga oleh Allah dari orang-orang yang
bermaksud melakukan tipu daya dan menghancurkannya.
75
2. Tentara Allah sangat besar dan banyak, diantaranya adalah burung kecil yang
membawa batu kecil tetapi mampu membinasakan Abrahah dan tentaranya.
3. Permusuhan kaum salib terhadap orang-orang muslim dan terhadap agama
Ibrahim berlangsung hingga sebelum kebangkitan Nabi Muhammad Saw.
4. Semua yang ada di alam raya taat kepada Allah Swt. dan bertasybih kepada-Nya
walaupun tidak bisa berbicara.
76
Matahari terbit di ufuk timur. Siang datang menggantikan malam. Dan pagi hari
pun tiba. Sinar mentari terpancar menerangi kegelapan alam, tak terkecuali Kota Ufsus.
Semua yang ada di alam raya bangun dari tidurnya yang lelap. Burung-burung
beterbangan di angkasa luas dengan bentuknya yang indah. Suaranya bagaikan
nyanyian yang sangat merdu. Tampaklah bumi dengan hijaunya. Pepohonan bergoyang
dengan buahnya yang ranum. Ketika memasuki malam hari, semua yang ada bertasybih
kepada Allah dan menyembah-Nya, kecuali manusia.
Kota Ufsus adalah kota yang penuh dengan nikmat Allah dan kebaikan-Nya.
Penduduknya diberi akal sehingga menjadi penduduk yang beradab dan maju. Namun,
hati dan akal mereka buta dari ibadah kepada Sang Pemberi nikmat, yang telah
menciptakan langit dan bumi dan menjadikan mereka sebagai manusia yang paling
unggul pada zaman itu. Mereka menyembah berhala—baik yang terbuat dari batu
maupun dari kayu atau barang tambang—dan bersujud kepadanya. Manusia
menciptakan tuhannya dari batu yang tidak bisa berbicara, tidak bisa memberi manfaat
dan juga tidak bisa membahayakan. Lalu ia menyembahnya dan bersujud kepadanya!!
Sungguh ia bagaikan makhluk yang tak berakal dan tak berhati.
Pada hari raya, mereka keluar menuju tempat peribadatannya menyembah
berhala. Penduduk Ufsus ini bersujud terhadap berhala, menyembelih qurban dan
menghidangkan makanan dan minuman untuknya. Namun, ada enam orang pemuda
yang secara terpisah masing-masing memikirkan hal-hal yang dilakukan oleh keluarga
dan kaumnya itu. Mengapa kaumnya bersujud kepada batu, kayu atau barang tambang
yang mereka buat dengan sepengetahuan mereka dan dilihat oleh mata mereka sendiri?
Berhala itu, jika dikencingi anjing tak akan bisa menolaknya. Dan jika salah
satunya pecah tak akan bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jelas, kaum mereka berada
dalam kesalahan. Mesti segala yang ada di alam ini memiliki Tuhan yang
menciptakannya dan yang menciptakan manusia semua. Dia adalah yang berhak
disembah dan Yang Mahasuci. Tidak ada Tuhan selain Dia.
Di antara pemuda yang enam itu tak ada yang menyembah berhala atau
menyembelih qurban untuknya seperti yang dilakukan oleh penduduk negrinya.
Bahkan, setelah Allah menancapkan Iman di hatinya, mereka tidak lagi beribadah di
tempat penyembahan berhala. Sehingga mereka menjadi pemuda yang meriman kepada
Tuhannya dan Allah menambahkan petunjuk kepada mereka.
Allah menyatukan hati dan jiwa mereka. Sehingga mereka saling bertemu antara
satu dengan yang lainnya dan mereka saling mengenal. Ketika mereka bersatu, salah
seorang di antara mereka berkata:
“Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru Tuhan selain
Dia. Sungguh kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan
yang sangat jauh dari kebenaran,” (QS al-Kahfi [18] : 14).
Yang lainnya menambahkan:
“Mereka itu kaum kita yang telah menjadikan (tuhan-tuhan) untuk disembah
selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang
kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-
ada kebohongan terhadap Allah,” (QS al-Kahfi [18] : 15).
Di sini, salah satu dari mereka mengajukan pendapat untuk menjauhi orang-
orang kafir tersebut agar mereka tidak terjebak melakukan hal serupa. Dia mengatakan:
77
“Apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain
Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan
melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna
bagimu dalam urusanmu,” (QS al-Kahfi [18] : 16).
Dia mengusulkan agar mereka berenam mau berlindung di dalam gua. Gua
tersebut adalah berupa sebuah lubang yang berada di bawah gunung. Lalu gua itu dia
pilih, walaupun sempit, gelap dan tidak mungkin bisa hidup seperti di dalam rumah
besar dan mencapai kemajuan. Sesungguhnya hidup di rumah besar yang disertai
kekufuran akan lebih sempit daripada hidup di dalam gua. Gua yang di penuhi
keimanan akan lebih bercahaya dan lebih bersinar dari pada rumah besar atau istana.
Jika mereka melakukannya, maka Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka.
Dan Allah akan memberikan pertolongan yang mereka butuhkan untuk kehidupan
mereka berupa makmanan yang bisa menghilngkan rasa lapar.
***
Mereka sepakat untuk memisahkan diri dari tempat orang-orang kafir. Dan
menjadikan gua sebagai tempat untuk keimanan dan untuk orang-orang yang beriman.
Mereka berenam berangkat menuju gua yang mereka inginkan, hingga akhirnya
bertemu dengan seorang penggembala yang diikuti oleh anjingnya. Tiba-tiba si
penggembala itu beriman kepada Allah seperti mereka. Ia pun menginginkan untuk
bergabung bersama mereka. Demikian juga anjingnya, tetap ikut bersama mereka
kemanapun mereka pergi. Anjing tersebut sangat setia terhadap majikannya. Jika anjing
itu dipukul ia tetap kembali kepadanya. Dan jika diusir, ia malah mendekatinya. Orang-
orang menyebutnya sebagai contoh kesetiaan.
Salah seorang di antara pemuda yang tujuh itu memiliki uang yang berukirkan
nama raja yang zalim dan gambarnya. Lalu mereka memasuki gua, sementara anjing
tetap di luar karena ia merupakan binatang yang najis. Jika mulutnya menyentuh baju
atau bejana, maka harus dicuci sebanyak tujuh kali yang salah satunya menggunakan
debu. Malaikat tidak akan memasuki sebuah rumah jika di dalamnya terdapat anjing
atau gambarnya. Anjing hanya diperbolehkan bagi penggembala, orang yang takut
kecurian, atau orang yang sedang berburu mencari anjing. Adapun di luar itu semua
anjing tidak boleh dipelihara. Orang yang menghabiskan waktunya untuk memelihara
anjing tanpa adanya alasan-alasan tersebut, maka Allah akan mengurangi pahalanya
setiap hari satu qirath, yaitu seukuran gunung Uhud.
Anjing itu memilih untuk duduk di depan pintu gua agar bisa menjaga sahabat-
sahabatnya, menggonggong jika melihat orang musyrik Ufsus yang melewati mereka
dan mengusir ular atau binatang buas yang akan membahayakan terhadap keamanan
gua. Hal ini dikarenakan kesetiaan yang sangat mendalam dari anjing tersebut.
Adapun para pemuda mukmin, mereka telah masuk ke dalam gua. Di dalamnya
mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami,” (QS al-Kahfi [18]
: 10).
Karena perjalanan dari Ufsus sangat jauh, para pemuda itu pun merasa lelah,
mereka langsung terlempar ke tanah. Lalu mereka merebahkan tubuhnya untuk
beristirahat dan akhirnya tertidur pulas.
***
Allah menjadikan tidur sebagai istirahat bagi tubuh manusia setelah lelahnya
mengarungi siang. Di kala tidur, kedua mata terpejam, lisan terdiam, telinga berhenti
78
mendengar dan tubuh terbentang untuk menjalani istirahat agar bisa melanjutkan
aktifitas hidup di hari berikutnya.
Jika ada orang yang tidurnya lama, maka dia biasanya dianggap sebagai
nawŵmun (orang yang banyak tidur). Lalu, apa sebutan bagi orang yang tidurnya lama
sampai dengan tigaratus sembilan tahun!! Jangka waktu yang lama seperti ini telah
Allah tetapkan untuk tidurnya ashhabul kahfi (para penghuni gua), yaitu para pemuda
mukmin dan anjingnya, agar menjadi tanda dan petunjuk atas kekuasaan Allah dalam
membangkitkan jasad-jasad yang telah mati. Maka beriman terhadap hari kiamat
merupakan suatu kebenaran dan wajib dimiliki.
Di sekitar gua terjadi keajaiban-keajaiban. Pintu gua yang mereka huni terdapat
di sebelah utara. Sedangkan bagian dalamnya menghadap ke arah kiblat. Sebagaimana
dimaklumi, yang dimaksud dengan arah kiblat di sini adalah tenggara. Posisi ini sangat
baik dan mengandung kemaslahatan. Ketika matahari terbit dan sinarnya menguat,
condong dari gua mereka ke arah kanan. Artinya matahari terbit di sebelah barat dan
keluar sedikit demi sedikit. Lalu, ketika terbenam, meninggalkan mereka sebentar dan
masuk ke arah timur. Makna dari ini semua adalah bahwa sinar matahari itu masuk ke
dalam gua, membunuh akar-akaran dan mikroba, merubah udara sehingga tidak
membahayakan dan matahari yang tertuju pada mereka tidak mengakibatkan tubuh dan
baju mereka terbakar. Tetapi hanya mereka saja yang dapat memanfaatkan panasnya
sinar matahari dalam keadaan tidur. Dan panasnya sinar matahari tersebut tidak
membahayakan mereka. Hal ini terjadi semata-mata karena ketentuan Allah.
Para pemuda itu tidur tanpa makan dan minum dalam jangka waktu yang lama,
namun seorang pun tiak ada yang mati. Dan tidak ada yang merasa lapar maupun haus.
Hal ini juga terjadi semata-mata karena kekuasaan Allah.
Mereka tidur dengan kedua mata terbuka. Sebab jika mata mereka terpejam
selama tiga abad sembilan tahun pasti mata mereka akan rusak.
Selama mereka tertidur dalam jangka waktu tersebut, Allah membuat mereka
membolak-balikkan tubuhnya di atas tanah. Tidak ada seorang pun yang tidur hanya
pada sebelah badan, sehingga bagian badan tersebut dan bajunya tidak rusak. Adapun
anjing, tetap berada di depan pintu gua sambil menjulurkan kaki depannya dan duduk di
atas kaki belakangnya. Posisi duduk seperti ini disebut al-iq‟̂. Keadaan seperti ini
sungguh menakutkan. Dan ashabul kahfi itu hidup tapi tidak sadar, tidur tapi tidak
bangun. Mahasuci Allah yang telah memberikan kekuasaan kepada mereka untuk
menjadi seperti itu. Andaikan ada seseorang di antara kita melihat keadaan tersebut
pasti akan merasa takut dan berpaling lari.
***
Setelah melewati masa tigaratus sembilan tahun, segala sesuatu yang ada di
dunia mengalami perubahan. Kehidupan tidak berjalan tetap dan demikian juga negara-
negara, semuanya berubah. Selama tiga abad banyak orang yang mati, banyak orang
yang lahir, kekuasaan-kekuasaan jatuh diganti dengan yang lain, dan para raja pun
meninggal dunia diganti dengan raja-raja berikutnya. Ini adalah sunnatullâh pada
makhluk-Nya.
Kecuali ada satu hal yang tidak berubah yaitu pemuda kahfi dan anjingnya.
Mereka senantiasa tertidur di dalam gua hingga datang ketentuan Allah setelah jangka
waktu tersebut. Mereka terbangun dari tidurnya, karena Allah menghilangkan
penghalang dari telinga mereka. Telinga adalah indra pertama yang berfungsi ketika
seorang manusia tertidur. Sebelumnya Allah telah menutup telinga mereka selama tiga
abad. Ketika mereka bangun salah seorang di antara mereka bertanya:
79
Pelajaran Berharga:
1. Iman kepada Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.
2. Tidak menjadikan kuburan sebagai masjid atau salat di dalam masjid yang
disertai kuburan.
3. Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu, dan kekuasaan-Nya membangkitkan
manusia setelah mati merupakan hal yang benar.