Untuk satu kilogram madu, lebah pekerja harus mengumpulkan nektar dari
jutaan kuntum bunga yang bisa berarti seluas beberapa hektar tanaman
bunga.
Nektar dan serbuk sari yang telah dikumpulkan akan diolah menjadi madu
dengan teknik regurgitasi oleh lebah. Nektar yang encer akan ditelan oleh
lebah untuk dimuntahkan kembali, hal ini membuat nektar bercampur
dengan serbuk sari dan berbagai enzim dalam sistem pencernaan lebah.
Mirip seperti sapi yang mengunyah kembali makanan dari perutnya, hanya
saja lebah melakukannya berkali-kali sampai nektar tersebut cukup pekat
dan dapat disimpan dalam kolom penyimpanan madu.
Pada lebah madu yang bersengat, madu yang masih “muda” ini ditempatkan
pada wadah terbuka yang memungkinkan untuk terjadinya penguapan air
dalam madu. Beberapa lebah pekerja yang bertugas kemudian mengepakkan
sayapnya di dalam sarang menghasilkan bunyi dengung yang khas dan angin
segar untuk dihembuskan ke wadah madu tersebut. Disinilah terjadi
pemekatan lanjutan cairan madu ini ketahap selanjutnya.
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Hymenoptera
Famili: Apidae
Bangsa: Apini
Genus: Apis
Apis andreniformis
Apis cerana, atau lebah madu timur
Apis dorsata, atau lebah madu raksasa
Apis florea, atau lebah madu kerdil
Apis koschevnikovi, atau lebah asal Kalimantan
Apis mellifera, atau lebah madu barat
Apis nigrocincta, atau lebah madu asli Sulawesi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Caudata
Famili : Plethodontidae
Genus : Plethodon
Spesies : Plethodon cinereus (salamander punggung merah)
2.3 Anatomi
A. Sistem Digestorium
Sistem digestorium pada salamander meliputi saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Makanan salamander berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara
berturut-turut saluran pencernaan pada salamander adalah sebagai berikut :
a. Rongga mulut terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah
untuk menangkap mangsa,
b. Esofagus berupa saluran pendek,
c. Ventrikulus (lambung) berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar.
Lambung salamander dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tempat masuknya esofagus
dan lubang keluar menuju usus,
d. Intestinum (usus) dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus
meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
e. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaka, dan
f. Kloaka merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi dan urine.
B. Sistem Respiratorium
Pada salamander, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan
paru-paru. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis
dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan
rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara
berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, salamander bernapas pula dengan
kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung
banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat
kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk
diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa
ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru
(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dapat terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit,
salamnder bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik
paru-paru mamalia.
Salamander mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung
tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya
bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru
dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru
terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup.
Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga
mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme
inspirasi adalah sebagai berikut: Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga
mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup
dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat
celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang
berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan
ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut: Otot-otot perut dan
sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan
masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka.
Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan
berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya
rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.
C. Sistem Nervosum
Sistem syaraf amphibia sama seperti pada ikan, pusat kegiatan otak berada ada
pada bagian dorsal otak tengah.
D. Sistem Reproduksi
Reproduksi salamander dapat berupa ovipar dan ovovivipar. Salamander
berkembang biak secara internal, di mana umumnya jantan menghasilkan sel sperma
yang mengandung spermatofor yang nantinya akan di tampung oleh hewan betina di
dalam kloaka. Kloaka salamander merupakan muara dari saluran urine, genital, dan
pencernaan (urogenital). Setelah sel telur betina dibuahi, sel sperma akan terbentuk
menjadi telur. Telur tersebut diletakkan di air atau di darat. Karena salamander,
seperti semua amfibi, bertelur di air, telur mereka tidak memiliki shell pelindung
seperti, misalnya, telur ayam. Hal ini membuat telur salamander rentan terhadap
polutan kimia, radiasi ultraviolet, dan faktor lain yang mengganggu pembelahan sel
pada tahap awal embrio. Akibatnya, embrio tidak dapat berkembang dengan baik, dan
itu akan mati.
2.4 Habitat
Seperti yang telah di sebutkan, salamander adalah hewan vertebrata yang
hidup di dua alam (amphibi) yang tergolong ke dalam kelas amphibi yang berekor dan
berkaki (Caudata/Urodela). Terdapat tiga jenis habitat salamander yaitu :
a) Air
Salamander air, hidup di air sepanjang umur mereka.
b) Semi air (daerah lembab/ setengah basah)
Salamander yang hidup pada daerah ini lebih memilih untuk hidup di darat.
Mereka tinggal di air selama musim dingin untuk hibernate. Juga pada awal musim
kawin mereka, mereka mulai hidup di air.
c) Terestrial
Salamander yang hidup di daerah terestrial hidup di darat sepanjang hidup
mereka. Mereka tidak masuk ke dalam air, tetapi lebih suka hidup dekat dengan badan
air atau lahan basah.
2.5 Siklus Hidup
Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang
disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan perubahan waktu dan
tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang merubah
bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya
memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya insang luar,
hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi dewasanya. Paedomorphosis
merupakan karakteristik pada beberapa Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada
family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic
tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial.