Lukman Hakim
Pendahuluan
Tulisan ini merupakan bagian buku yaitu CARA CEPAT MENCAPAI SHALAT KHUSYUK DENGAN
METODE 3 T (TUMANINAH, TAFAKKUR, TADABBUR) yang telah beredar di toko-toko buku diseluruh
Indonesia. Cara Cepat dalam judul buku itu menjelaskan bahwa khusyuk bisa diperoleh secara cepat.
Setiap orang mudah mencapai khusyuk, hanya dalam waktu 20 menit khusyuk dapat dicapai untuk satu ayat
dalam surat Al-Faatihah. Dengan demikian mencapai khusyuk saat membaca surat Al-Faatihah yang terdiri
dari 7 ayat hanya memerlukan waktu 7 X 20 menit = 140 menit. Tetapi ketika saya tanyakan kepada setiap
orang Apakah mencapai khusyuk dalam shalat itu mudah atau sulit?. Hampir setiap orang menjawab
sulit, bahkan ketika ditanyakan kepada seorang yang berusia diatas 65 tahun, dimana orang tersebut
telah melaksanakan shalat 60 tahun lamanya, menjawab hal yang sama. Padahal bacaan yang wajib
dibaca dalam shalat adalah Al-Faatihah, bila mengikuti metode 3T (Tumaninah, Tafakkur, Tadabbur) dalam
membaca surat Al-Faatihah hanya memerlukan waktu 140 menit saja untuk khusyuk, tidak perlu puluhan
tahun.
Selain itu Cara Cepat yang saya maksud adalah waktu yang diperlukan untuk menjelaskan kepada
jamaah atau peserta seminar, hanya memerlukan waktu 2 hari saja, sedangkan saya mempelajari dan
mencari rumusannya yang tepat, perlu waktu hampir 40 tahun.
Berkaitan dengan tema tulisan ini Shalat Khusyuk dan Pikiran akan diuraikan bahwa khusyuk
sangat erat kaitannya dengan kegiatan pikiran, bahkan faktor utama mencapai khusyuk adalah pikiran.
Faktor pikiran ini menjadi kunci mencapai khusyuk. Kesimpulan ini diperoleh dari fakta bila seseorang
ditanya Bagaimana rasanya tidak khusyuk ? , kebanyakan orang akan menjawab Pada saat shalat,
pikiran kemana-mana . Demikian juga yang saya rasakan selama puluhan tahun melaksanakan shalat.
Pemilihan tema ini terinspirasi dari pengalaman hidup saya mencari makna khusyuk sejak usia muda.
Ketika saya berusia 18 tahun saya merasa hambar dalam melaksanakan shalat, pikiran saya kemanamana. Keadaan ini membuat saya frustasi karena saya merasa berbohong dalam shalat. Berbohong kepada
diri sendiri dan kepada Allah. Kata ustaz, shalat itu berdialog dengan Allah Tuhan Pencipta alam, tetapi
saya tidak merasakannya. Bahkan dalam shalat saya tidak menghiraukan keberadaan Allah yang Maha
Besar, Maha Mulia, Maha Agung. Saya merasa berdosa bila saya berbohong terus menerus seperti ini.
Saya berpikir lebih baik keluar dari islam kemudian menjadi seorang ateis (tidak ber-Tuhan) dari pada terus
berbohong pada diri sendiri.
Alhamdulillah dengan pertolongan Allah, keadaan ini tidak berlangsung lama, akhirnya saya kembali
mengimani ajaran islam. Anehnya saya merasakan kebenaran islam itu pada saat menjadi seorang ateis.
Perjalanan saya menjadi seorang ateis tidak perlu ditiru, cukuplah hanya saya sendiri yang mengalaminya.
Mungkin ini cara Allah membimbing saya untuk lebih meyakini bahwa islam adalah satu-satunya agama
yang benar. Kebenaran islam yang saya rasakan itu disebabkan ketika saya menjadi seorang ateis, hidup
saya terasa gelap gulita, saya cenderung melakukan maksiat dan kejahatan karena tidak ada yang ditakuti
lagi. Saya merasakan perbedaan yang jelas antara hidup seorang ateis dan seorang muslim. Ketika saya
menjadi seorang muslim hidup saya terasa lebih tenteram, damai, karena setiap hari mencurahkan isi hati
kepada Allah dan berwudhu yang membuat diri saya lebih segar.
Setelah kembali mengimani agama islam, saya mulai lagi mencari bagaimana cara mencapai khusyuk
yang benar karena menurut Al Quran khusyuk adalah wajib [QS. Al Baqarah ( 2 ) : 238] dan yang berpahala
adalah yang khusyuk dalam sahalatnya [QS. Al Mukminuun ( 23 ) : 1 2 ]. Bermacam-macam pelajaran
khusyuk saya terima dari para guru, ustaz dan buku-buku, termasuk mengikuti aliran tarikat dan latihan-
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
latihan meditasi selama puluhan tahun. Sekalipun demikian saya masih belum puas dan saya terus berusaha
dan berdoa agar Allah memberikan bimbingan kepada saya untuk mencapai khusyuk yang sebenarnya.
Dalam perjalanan saya mencari khusyuk dalam shalat ini saya menemukan bermacam-macam pandangan,
diantaranya ada orang yang hanya berteori membahas ayat Al-Quran dan Hadis tentang khusyuk tetapi
tidak bisa mempraktekkannya.
Perjalanan mencari khusyuk dalam shalat adalah perjalanan panjang yang melelahkan, bila saat itu
saya menemukan seseorang yang mampu mengajarkan khusyuk dengan benar, menyeluruh dan terprogram
dengan baik tentu akan jauh lebih mudah dan tidak terjerumus menjadi seorang ateis. Perjalanan panjang
dan melelahkan ini memberikan pelajaran kepada saya, ternyata ilmu tentang khusyuk yang benar adalah
ilmu yang sangat berharga dan mahal karena harus dibayar dengan waktu belajar yang panjang dan
melelahkan, dana yang besar, latihan bertahun-tahun. Tetapi sayangnya ada sebagian orang yang
belum memahami, kurang bisa menghargai dan menganggap remeh ilmu ini sehingga tidak sungguhsungguh mempelajarinya. Ada faktor lain yang menghambat seseorang untuk belajar khusyuk dengan
sungguh-sungguh, diantaranya karena ingin belajar instan, tergesa-gesa, ingin cepat, merasa khusyuk
tidak penting karena shalat gerakan dan ucapan lidah sudah banyak pahalanya, merasa sudah lama
melaksanakan shalat sehingga tinggal sedikit lagi belajarnya yaitu tentang khusyuknya saja. Faktorfaktor penghambat inilah yang menyebabkan seseorang semakin sulit mencapai khusyuk, faktor
penghambat lainnya akan diuraikan pada bagian berikutnya.
Sebelumnya saya kurang menyadari pentingnya khusyuk dalam shalat karena pelajaran yang saya
terima selama ini tentang shalat adalah hanya gerakan badan dan ucapan lidah, bila keduanya dilakukan
maka shalatnya sah dan mendapat banyak pahala. Dari pelajaran yang saya terima selama ini seolaholah penilaian Allah atas shalat yang kita lakukan hanya sebatas gerakan badan dan ucapan lidah saja,
tetapi yang sebenarnya Allah akan menilai isi hati, pikiran, perasaan dan jiwa kita saat melaksanakan
shalat.
Bila diibaratkan makanan bergizi yang terbungkus kemasan yang bagus maka shalat berupa gerakan
badan dan ucapan lidah adalah bungkusnya atau kemasannya, sedangkan isi makanan yang bergizi
sesungguhnya adalah khusyuknya yang berada dalam pikiran, perasaan dan jiwa. Karena itu bila kita
melaksanakan shalat hanya sebatas gerakan badan dan ucapan lidah secara fisik sedangkan pikirannya,
perasaannya, jiwanya tidak shalat maka kita hanya memperoleh bungkusnya saja sedangkan isi makanannya
yang bergizi tidak ada. Karena itulah betapa pentingnya khusyuk dalam shalat, khusyuk adalah kegiatan
jiwa yang dinilai oleh Allah dan khusyuk inilah yang akan membentuk akhlak mulia, diantaranya mampu
mencegah perbuatan keji dan munkar. Perintah melaksanakan shalat khusyuk adalah cara untuk
membimbing, melatih dan mendidik pikiran, perasaan dan jiwa yang akhirnya membentuk akhlak
mulia.
Pelajaran lain yang saya lakukan adalah memperhatikan orang-orang arab yang melakukan shalat di
Masjidil Haram, karena saya beranggapan bahwa yang paling khusyuk shalatnya adalah orang-orang arab
karena mereka paling memahami bahasa arab.
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
Pertanyaan yang perlu kita jawab adalah, apakah orang arab atau
orang yang fasih berbahasa arab otomatis khusyuk shalatnya ?
Pertanyaan ini tidak bisa dijawab hanya dengan kata-kata, atau hanya dengan penjelasan seorang ustaz
atau membaca buku-buku, tetapi harus dijawab dengan kenyataan dan fakta-fakta. Bila anda pernah
melaksanakan ibadah haji, coba anda perhatikan bagaimana orang-orang arab melaksanakan shalat,
apakah semuanya tertib ?. Saya sengaja memperhatikan orang-orang arab yang sedang melaksanakan
shalat di Masjidil Haram, ternyata tidak semua orang arab melaksanakan shalat dengan khidmat dan tertib,
bahkan ada yang matanya melirik ke kiri, ke kanan, ada juga shalatnya cepat sekali dan lain-lain.
Contoh lain adalah, ada bebarapa kawan saya yang puluhan tahun belajar di Arab Saudi dan Kairo
- Mesir menyelesaikan sekolahnya di bidang agama, diantaranya ada yang bergelar doktor dan profesor,
bahasa arab mereka lebih fasih dari bahasa Indonesia, mereka berterus terang kapada saya bahwa mereka
mengalami kesulitan besar untuk mencapai khusyuk dalam shalat.
Kenyataan ini menjadi pelajaran bagi saya bahwa bahasa arab yang fasih tidak menjamin kekhusyukan
dalam shalat. Boleh jadi bahasa arabnya sangat fasih tetapi kesadaran, keinsyafan dan keyakinannya
kepada Allah sangat lemah. Mungkin juga hawa nafsu duniawi sangat kuat menguasai dirinya pada saat
shalat, sehingga pikiran kebendaan dan keduniaan sangat menguasai pikirannya, atau keimanan dan
penghayatannya masih kurang mantap.
Khusyuk bukan sekedar memahami arti dalam bahasa arab tetapi memerlukan pembelajaran lainnya
yang ada di dalam diri manusia. Contoh lainnya adalah banyak sekali orang Indonesia yang fasih, mengerti
dan memahami bacaan surat Al Faatihah tetapi shalatnya tetap tidak khusyuk.
Contoh-contoh tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa khusyuk bukanlah kegiatan gerakan
fisik shalat atau ucapan lidahnya yang fasih yang bisa dilihat dan didengar saja tetapi lebih kepada kegiatan
pikiran, perasaan, hati dan jiwa yang ada didalam diri seseorang, hanya dirinya dan Allah yang mengetahui
secara pasti. Karena itu shalat khusyuk membimbing kita untuk belajar mempraktekkan sifat jujur pada diri
sendiri, karena khusyuk bersifat rahasia dan tersembunyi.
Oleh karena itulah saya ingin berbagi pengalaman kepada Bapak, Ibu dan Saudara-saudara yang
membutuhkan dengan harapan dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya serta mempermudah jalan
memperoleh khusyuk yang sebenarnya dalam shalat.
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
kepada Allah. Bagaimana mungkin saya bisa fokus kepada Allah sedangkan Allah tidak bisa dilihat atau
dibayangkan. Fokus kepada benda sangat mudah tetapi fokus kepada Allah bagaimana?.
5. Saya diajarkan meditasi, ada yang menyebut meditasi tingkat tinggi, belajar tentang cakra-cakra,
menghentikan kegiatan pikiran dan sebagainya sambil menyebut Allah dalam hati. Setelah saya
melakukannya bertahun-tahun, memang ada ketenangan tetapi tidak ada hubungannya dengan
bacaan shalat, tidak ada hubungannya dengan makna-makna yang diajarkan dalam shalat. Yang ada
adalah hubungannya dengan pelajaran meditasi itu sendiri. Ini tidak sesuai dengan yang diajarkan nabi
Muhammad SAW.
6. Pada usia 22 tahun, atau 35 tahun yang lalu saya diajari zikir sekaligus bermeditasi. Saya melakukannya
beberapa jam sampai terlihat adanya cahaya, itulah Allah, Allah adalah cahaya sesuai Al-Quran surat
An-Nur (24) : 35 yang artinya Allah itu cahaya langit dan bumi. Bila kita berzikir dengan memejamkan
mata maka kemudian akan terlihat cahaya kuning, putih, dipelupuk mata itulah Allah. Setelah saya
memahami lebih jauh bisa jadi ini perbuatan syirik karena mempersamakan Allah dengan benda, tetapi
mengambil dalil Al-Quran. Saya juga merasakan keluarnya sesuatu dari dalam tubuh saya. Katanya
yang keluar itu adalah ruh atau korin, saya melihat diri saya sendiri tetapi orang lain tidak melihatnya.
Kata guru saya inilah khusyuk yang sebenarnya sesuai ajaran islam. Banyak orang yang berzikir mencari
keadaan seperti ini, bahkan ada yang memaksakan diri agar ruhnya keluar dari tubuhnya. Banyak orang
yang merasa bangga dengan keadaan seperti ini. Setelah saya pelajari lebih jauh ternyata keadaan ini
bukan khusyuk karena hal ini bisa dialami oleh orang musyrik atau orang kafir sekalipun. Mereka bisa
mencapai keadaan ini dengan cara berlatih meditasi dalam waktu yang lama. Ini gejala alami biasa,
bahwa setiap orang bisa melakukan ini termasuk yang ateis, musyrik, munafik dan kafir. Khusyuk itu
hanya dapat dirasakan oleh orang beriman saja. Sedangkan orang kafir, musyrik tidak mungkin bisa
khusyuk dalam shalatnya, karena khusyuk menyangkut keyakinan yang paling dalam pada diri manusia.
7. Saya diajari menyebut nama Allah didalam hati dengan memaksakan diri untuk menundukkan jiwa
dan badan, katanya nanti Allah akan membimbing kita secara langsung. Sayapun melakukannya tetapi
saya merasa hampa karena memaksa-maksa diri untuk tunduk, saya tidak memahami tunduk seperti
apa?, tunduk bagaimana?, tunduk kepada siapa?. Padahal Allah tidak bisa dilihat, kesadaran tidak
ada, keyakinan tidak ada. Ada banyak kejadian yang kurang baik akibat hal ini, banyak kawan saya
yang mengalami sakit jiwa karena memaksakan diri, dia merasa sudah memiliki ilmu yang tinggi dan
mencapai puncaknya, mikrajul mukminin, dia selalu mendengar bisikan-bisikan halus dalam dirinya. Dia
sulit dinasehati karena dia merasa bisikan ini adalah bisikan dari Allah. Dia terus berhalusinasi, dia tidak
menyadari bahwa dia telah terkena penyakit jiwa.
8. Saya diajari untuk menyebut Allah dalam hati kemudian bermeditasi, kemudian timbul getaran halus
dalam diri, kulit bergetar. Setelah itu saya disuruh merasakan ada gerakan kecil, kemudian badan,
tangan, kaki bisa bergerak sendiri dan terus diikuti. Katanya ini gerakan dari Allah. Suatu saat ada kawan
saya mengeluh karena badannya sering bergerak sendiri diluar kontrol, dan akhirnya dia kebingungan
dan bertanya apakah gerakan ini dari Allah atau dari syaitan. Diapun bingung bagaimana membedakan
gerakan dari Allah dan dari syaitan.
9. Saya diajari membayangkan huruf Allah supaya khusyuk, sayapun melakukannya. Tetapi akhirnya saya
menyadari saya sedang menyembah bayangan huruf, boleh jadi ini juga perbuatan musyrik.
10. Saya diajari untuk membayangkan bahwa Allah itu tinggi diatas langit, bersemayam diatas arsy. Ajaran
ini berpedoman kepada Al-Quran surat Al-Maarij (70) : 3 4 dan surat Al-Ala (87) : 1. Setelah lama
saya berfikir, kalau demikian adanya, maka Allah itu terlalu jauh sedangkan Allah memahami isi hati, ini
bagaimana?.
11. Saya diajari untuk menghadirkan Allah dalam hati, seolah-olah Allah itu sebelumnya tidak hadir,
sekarang dihadirkan. Padahal Allah selalu hadir yang mengurus diri kita dan alam semesta selamalamanya. Sayapun bertanya, hadirnya seperti apa?.
12. Saya diminta untuk menyebut Allah dalam hati terus menerus sambil menundukkan kepala, ketika saya
tanya mengapa menundukkan kepala?, dijawab karena khusyuk artinya ketundukan. Saat melakukannya
dan saya tidak merasakan apa-apa. Tetapi katanya sudah tersambung dengan Allah sambil dirasarasakan sudah connect atau ada hubungan. Rasanya seperti apa, saat itu saya menduga bahwa saya
diajari untuk berhalusinasi seolah-olah merasakan hubungan dengan Allah. Padahal tak ada satu
manusiapun bisa merasakan hubungan dengan Allah, karena Allah Maha Esa tidak bisa dirasakan.
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
Peranan dan sifat Allah inilah yang kita ingat saat mendirikan shalat, melalui bacaan shalat yang sudah
ditentukan. Misalnya kata Allahu Akbar, Sami Allah, Surat Al-Faatihah dan sebagainya. Melalui bacaan
ayat-ayat inilah kita mengingat peran Allah dengan khusyuk. Semua bacaan shalat harus dimengerti dan
difahami, inilah yang disebut Tafakkur. Perintah untuk Tafakkur ini dijelaskan dalam banyak ayat dalam AlQuran diantaranya QS. Ar-Rum (30) : 21. Orang yang tidak mengerti apa yang diucapkannya dalam shalat
oleh Al-Quran disebut mabuk shalatnya [QS. An-Nisa (4) : 43].
Selanjutnya menghayati secara mendalam maknanya yang lebih luas yang disebut Tadabbur. Perintah
Tadabbur ini ada dalam Al-Quran diantarnya QS. Muhammad (47) : 24. Khusyuk artinya ketundukan,
maknanya adalah kita menyadari, menginsyafi dan meyakini, yang disebabkan karena memahami (Tafakkur),
menghayati (Tadabbur) siapa Allah Yang Maha Besar itu dan siapa diri kita yang laahaula walaa quwwata
illa billah, tak punya daya dihadapan-Nya (bukan dalam arti berhadap-hadapan) tetapi memahami keadaan
makhluk manusia tidak ada apa-apanya karena memahami siapa Allah Yang Maha Besar.
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
khusyuk dalam shalat adalah pada saat shalat pikiran kemana-mana, dengan jawaban ini kita dapat
menyimpulkan bahwa tidak khusyuk itu sumbernya adalah pikiran kemana-mana. Sekarang pertanyaan yang
harus dijawab adalah Seperti apa rasanya khusyuk ?. Bila mengacu kepada pertanyaan sebelumnya
tentang rasa tidak khusyuk, maka jawaban tentang rasa khusyuk adalah pada saat shalat, pikiran tidak
kemana-mana atau fokus.
Pertanyaan berikutnya adalah fokusnya kepada apa, atau kemana ?, kebanyakan orang menjawab
fokusnya kepada Allah. Pertanyaan berikutnya adalah fokus kepada Allah seperti apa ? , inilah jawaban
yang perlu dicari. Bila fokus kepada benda, pekerjaan, atau sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dirasakan,
dibayangkan sangat mudah dipahami, tetapi fokus kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa yang keberadaanNya tidak bisa dilihat, didengar, dirasakan, dibayangkan, dibandingkan, disamakan, tak terbatas dan tak
terhingga, tentu tidak mudah. Karena itulah untuk fokus kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa perlu belajar
dengan sungguh-sungguh melalui proses pembelajaran yang benar, teratur dan terprogram dengan baik.
Bila hal ini tidak dilakukan maka selamanya kita akan mengalami kesulitan untuk mencapai khusyuk yang
sebenarnya.
Proses pencarian khusyuk inilah yang saya lakukan sehingga memerlukan waktu yang cukup lama.
Sesungguhnya belajar untuk mencapai khusyuk yang benar ini tidak memerlukan waktu yang lama,
namun karena saya belum menemukan cara dan metode yang benar dan tepat sehingga saya harus mencari
khusyuk dalam waktu yang lama. Saya harus mempelajarinya dengan berguru kepada orang lain, para
ulama, mengikuti berbagai macam pelatihan, berbagai buku agama, mempelajari dan mengikuti pelatihan
yang berkaitan dengan jiwa, pikiran, otak manusia serta pelajaran-pelajaran meditasi dan sebagainya. Saya
juga harus belajar berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan masalah khusyuk serta harus mempraktekkan
selama puluhan tahun. Perjalanan ini sangat melelahkan karena saya belajar secara parsial, tidak teratur
dan tidak terprogram dengan baik.
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
sebagian) hanya sebatas arti katanya saja, tetapi harus dipahami secara utuh dan menyeluruh. Misalnya kata
rumah, kata ini memiliki makna menyeluruh karena rumah terdiri dari bermacam-macam hal atau komponen
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Rumah terdiri dari dinding; pintu; jendela; atap; ruangan-ruangan
dsb. Bila jendela kita letakkan tersendiri dilapangan yang luas terpisah dari rumah maka apakah jendela
bisa dikatakan rumah?. Tentunya jendela tidak bisa disebut rumah. Demikian juga dengan arti kata khusyuk,
tidak bisa hanya disebut dengan konsentrasi atau fokus saja karena khusyuk terdiri dari beberapa hal atau
komponen yang harus ada dan dirasakan dalam diri kita, diantaranya kita merasakan adanya kesadaran,
keinsyafan, keyakinan, bahwa Allah benar-benar Tuhan yang memiliki peran di alam semesta dan pada diri
kita, bahwa Allah benar-benar memahami pikiran, perasaan dan hati kita, kita merasa Allah menyaksikan diri
kita sedang memuja dan mengagungkan Allah serta memohon kepada-Nya.
Didalam keadaan khusyuk, kita benar-benar memahami makna, hakikat dan tujuan shalat, memahami
arti masing-masing bacaan shalat, adanya penghayatan yang dilakukan dalam shalat diantaranya
menghayati bacaan shalat, fokus pada semua hal itu dan konsentrasi melakukannya, dsb. Didalam khusyuk
itu ada pemahaman dan penghayatan tentang peran Allah, ke Maha-Besaran Allah, tahu siapa Allah yang
sebenarnya, tahu diri dihadapan Allah. Karena itu khusyuk tidak bisa hanya diartikan sebagai fokus atau
konsentrasi saja.
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
berisi shalat khusyuk secara keseluruhan inilah yang akan dimasukkan ke dalam sel-sel otak kita.
Demikian juga dengan bacaan dan gerakan shalat yang harus dipelajari dan dilatih. Memori gerakan
shalat dan bacaannya dalam bahasa arab sudah mahir dilakukan karena sudah dilatih sejak kecil, tetapi
khusus untuk memahami, menghayati makna bacaan shalat masih banyak yang belum tahu. Ada sebagian
yang sudah tahu terjemahnya tetapi tidak dipakai dalam shalat, ada juga yang sudah mampu menghayatinya
tetapi belum tentu dipakai dalam shalat. Karena itulah khusyuk sulit dicapai pada saat shalat.
Untuk mencapai khusyuk dalam shalat diperlukan memori arti, penghayatan makna yang lebih luas
tentang bacaan shalat, melatihnya hingga lancar serta memakainya pada setiap melaksanakan shalat. Bila
tidak dilatih dan dipakai, maka memori arti dan penghayatan makna tersebut lama kelamaan akan sulit
diakses dan kemudian hilang dengan sendirinya.
Seseorang yang tidak khusyuk dalam shalatnya, dia merasakan saat shalat pikirannya kemana-mana
atau tidak sejalan dengan pelaksanaan shalat dan bacaan yang diucapkannya saat shalat. Oleh karenanya
usaha untuk khusyuk adalah mengusahakan agar pikiran sejalan dengan shalat dan bacaannya.
Khusyuk artinya ketundukkan, berendah diri dan khidmat kepada Allah dalam shalat. Pengertian
Khusyuk telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Untuk memperoleh khusyuk perlu dibangun jalan pikiran
tentang ke Maha-Besaran Allah, yang berarti kita perlu merenungkan peran Allah di alam semesta, peran
Allah pada diri dan akhirnya kita memahami bahwa semua makhluk di alam semeta ini dan diri kita memiliki
status tak bardaya dihadapan Allah (laa haula walaa quwwata illa billah).
Inilah jalan pikiran yang harus dibentuk secara bertahap dan terus menerus sepanjang hidup terutama
saat akan melaksanakan shalat yang terbimbing oleh azan.
Alur jalan pikiran yang perlu diulang untuk meraih kembali rasa khusyuk adalah :
1. Membangun kesadaran, keinsyafan dan keyakinan.
2. Menghayati kembali peran Allah di alam semesta.
3. Menghayati kembali peran Allah pada diri.
4. Menghayati kembali bahwa diri kita adalah makhluk yang tak berdaya dihadapan Allah.
5. Menghayati kembali posisi kita dihadapan Allah sebagai hamba-Nya.
6. Jiwa kita sujud berendah diri dihadapan Allah yang Maha Besar (bukan membayangkan Allah, tetapi
memahami posisi diri dihadapan Allah).
7. Memahami dan menghayati makna-makna bacaan shalat.
8. Menjadikan khusyuk sebagai sebuah cara untuk membimbing, melatih dan mendidik pikiran yang
terbimbing dengan bacaan shalat.
10
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
11
Tafakkur :
Tafakkur artinya berpikir, menggunakan pikiran untuk memahami. Tafakkur merupakan perintah Allah
dalam Al Quran. Kita diwajibkan mengerti apa yang kita ucapkan dan lakukan. Bila tidak mengerti yang
kita lakukan maka kita akan mudah terjerumus pada hal-hal yang merugikan diri kita. Sebaliknya bila kita
mengerti, memahami, mengetahui ilmunya maka setiap perbuatan kita akan memberi manfaat yang semakin
besar bagi diri kita. Khususnya dalam shalat, banyak hal yang harus dipahami diantaranya makna dan
hakikat shalat, serta makna dan hakikat khusyuk. Demikian juga perlu memahami bacaan-bacaan shalat
untuk dimengerti dan dipahami dengan menggunakan pikiran.
Tadabbur :
Tadabbur artinya menghayati lebih dalam dan lebih luas hingga meresap kedalam jiwa. Tadabbur
adalah perintah Allah dalam Al Quran, salah satu manfaatnya adalah untuk membentuk akhlak yang baik.
Cara melakukan tadabbur adalah dengan merenungkan, menghayati lebih dalam tentang bacaan-bacaan
shalat. Tadabbur bisa juga dilakukan dengan cara membuat pertanyaan dan mencari jawabannya atas
masing-masing bacaan shalat. Misalnya Allahu Akbar artinya Allah Maha Besar, pertanyaannya adalah
Maha Besar-Nya seperti apa ?; ruang lingkup Maha Besar-Nya seperti apa ?; Maha Besar dalam bidang
apa saja ?; jangkauan Maha Besar Kekuasaan-Nya seperti apa ?; Maha Besar Kasih Sayang-Nya seperti
apa ?, dan sebagainya.
12
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
Cara melakukan latihan 3 T (Tumaninah, Tafakkur dan Tadabbur) dilakukan bersamaan dalam latihan
diluar shalat. Praktek pelatihan dapat anda baca dalam buku dan audio yang telah disediakan, atau
mengikuti pelatihan secara langsung, atau mengakses pada website www.shalatkhusyuk3t.com.
Metode ini sangat sajalan dengan arti khusyuk yaitu ketundukan, berendah diri dan khidmat. Dengan
tumaninah, kita mengkondisikan diri dalam keadaan tentram, tenang dan damai sehingga kita dapat dengan
mudah membuat rekaman memori dalam sel-sel otak dan memudahkan kita untuk mengendalikan dan
mengarahkan jiwa dan pikiran kita kepada Allah. Sedangkan tafakkur dan tadabbur adalah cara memahami
dan menghayati makna shalat dan bacaannya sehingga jiwa kita benar-benar merasa tunduk, berendah diri
dan berkhidmat dihadapan Allah sebagai seorang hamba yang tak berdaya dihadapan Tuhannya.
1. Tingkat burung beo yaitu seseorang yang hanya menghafalkan bunyi bacaan shalat yang diajarkan,
misalnya Allahu Akbar, bila kata Allahu Akbar ini diajarkan kepada burung beo, maka burung tersebut
mampu melakukannya.
2. Tingkat anak usia 5 tahun yaitu seseorang yang hanya mengerti arti bacaan shalat, misalnya
bismillaahirrohmaanirrohiim, artinya dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang bila
artinya ini diajarkan kepada anak usia 5 tahun maka anak ini mampu mengerti artinya.
3. Tingkat dewasa yaitu seseorang yang mengerti artinya dan mampu menjabarkan maknanya yang lebih
luas dan mendalam misalnya bismillaahirrohmaanirrohiim artinya dengan nama Allah Yang Maha
Pengasih dan Penyayang kemudian mampu menjelaskan kasih sayang seperti apa?, kepada siapa
saja?, apa buktinya kasih sayang Allah itu, sejauh mana kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya?, dan
lain-lain.
4. Tingkat dewasa terlatih yaitu seseorang yang sedang berusaha melatih dirinya agar antara ucapan, arti
dan makna bacaan shalat berjalan seiring.
5. Tingkat dewasa mahir yaitu seseorang yang telah lancar mengucapkan, mengerti artinya, memahami
makna bacaan shalat dan berjalan otomatis antara lidah dan pikirannya dalam keadaan apapun. Dalam
hal ini jalan pikiran telah terbentuk dan bergerak otomatis.
Selain untuk mencapai shalat khusyuk, metode 3 T ini juga bermanfaat untuk mempercepat proses
kesembuhan dan menyelesaikan permasalahan hidup. Penjelasan selengkapnya dapat anda baca dalam
buku Terapi Qurani untuk Kesembuhan dan Rizki Tak Terduga .
Metode 3 T (Tumaninah, Tafakkur dan Tadabbur) adalah sebuah cara untuk mempercepat proses
kesembuhan. Dengan latihan 3 T membuat pikiran menjadi lebih tenang, tentram dan damai. Pikiran yang
tenang ini dinamakan Tumaninah. Orang yang sedang sakit memerlukan ketenangan pikiran yang lebih
baik agar kesembuhannya lebih cepat. Pasien perlu beristirahat lebih banyak agar recovery sel-sel tubuh
lebih cepat dan sel-sel imun (sel-sel kekebalan tubuh) berkerja lebih baik. Keadaan pikiran yang tenang
ini sangat dianjurkan oleh para dokter untuk mempercepat proses kesembuhan. Sebaliknya pikiran yang
tegang, tidak tenang, beban-beban pikiran yang bertambah akan memperberat penyakit pasien.
Disamping memperoleh ketenangan dan keadamaian, akan lebih baik lagi bila pasien yang sakit
diberikan bimbingan pemahaman dan penghayatan (Tafakkur dan Tadabbur) rasa syukur, rasa ikhlas, rasa
tawakkal, rasa taubat, rasa ihsan dan memohon perlindungan kepada Allah. Cara ini kami namakan Terapi
Qurani yang terdiri dari Terapi Taubat, Terapi, Ikhlas, Terapi Tawakkal, Terapi Syukur, Terapi Perlindungan
dan Terapi Ihsan. Terapi Qurani ini adalah sebuah cara pengobatan yang kami namakan Religi Terapi
yaitu terapi yang berbasis keimanan dan keyakinan. Sedangkan proses bimbingan untuk memahami dan
14
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
memantapkan jiwa dilakukan dengan memberikan pencerahan untuk memperbaiki jalan pikiran agar dapat
berpikir poisif, cara ini kami namakan Persepsi Terapi. Religi Terapi dan Persepsi Terapi ini dilakukan
secara intensif dan berulang-ulang dalam sebuah latihan yang teratur. Selain untuk mempercepat proses
kesembuhan, terapi-terapi ini sangat bermanfaat bagi yang sedang mencari solusi dalam menghadapi
permasalahan hidup.
Manfaat yang akan dirasakan bila melakukan Religi Terapi dan Persepsi Terapi ini adalah sebagai
berikut :
1. Merasakan kesegaran dan kebugaran, jiwa dan raga akan lebih sehat dari sebelumnya.
2. Penyakit-penyakit yang ada dalam tubuh berangsur-angsur akan berkurang.
3. Memulihkan keseimbangan dan keselarasan sistem kerja sel-sel tubuh.
4. Menurunkan aktifitas emosi negatif dalam diri.
5. Membantu menyelesaikan masalah-masalah hidup yang dialami seperti : gelisah, resah, galau, cemas,
khawatir, kecewa, stress, penyakit lahiriah, gangguan jin, teluh, santet, masalah keluarga, usaha, bisnis,
karir dan sebagainya.
6. Membantu meningkatkan kepercayaan diri, inner beauty, akhlak mulia, gairah hidup, memperlambat
proses penuaan (awet muda), dll.
7. Membantu meraih sukses dalam segala hal, lahir-bathin, dunia-akhirat.
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM
SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
15
10
1. Saya sangat yakin ada kekuatan yang Maha Besar yang menciptakan, mengurus, memelihara, berperan,
menguasai penuh alam semesta ini.
2. Saya sangat yakin ada kekuatan yang Maha Besar yang menciptakan, mengurus, memelihara, berperan
dan menguasai penuh diri saya.
3. Saya sangat yakin Dia Maha Esa : tidak bisa dilihat, didengar, dirasakan, dibayangkan, diserupakan,
dibandingkan dengan apapun, tak terhingga, tak terbatas.
4. Saya sangat yakin Dia hidup, menyayangi, terus menerus mengurus makhluk-Nya siang dan malam, tidak
pernah mengantuk dan tidak tidur.
5. Saya sangat yakin Dia Maha Besar yang dapat dipelajari dan dipahami lebih dalam dengan Asmaul Husna.
6. Saya sangat yakin semua makhluk-Nya bergantung penuh kepada-Nya, berada dalam genggaman-Nya
secara mutlak termasuk diri saya (laahaula walaa quwwata illa billah).
7. Saat saya shalat, saya sangat yakin sedang disaksikan oleh Penguasa alam, Dia memahami isi hati,
perasaan, pikiran dan keadaan saya. Dia melihat dan menyaksikan saya. Tidak ada yang tersembunyi
bagi-Nya.
8. Saat saya shalat, saya sedang mengingat peranan dan sifat-sifat-Nya bukan Zat-Nya, dengan
pemahaman menyeluruh, holistik tentang Dia, memuja, memuliakan, memuji dan mengagungkan-Nya,
memohon ampunan dan pertolongan kepada-Nya dengan berendah diri sebagai makhluk yang tak berdaya
kepada Yang Maha Besar Keperkasaan-Nya, Kemulyaan-Nya, Keagungan-Nya.
9. Saya berusaha sekuat tenaga menyesuaikan diri dengan shalat Nabi Muhammad S.A.W dan para shalihin
yang khusyuk dalam shalatnya dengan cara mengerti, memahami, menghayati setiap bacaan shalat
sehingga sesuai antara yang diucapkan, dipikirkan, dirasakan dan diyakini dalam shalat.
10. Setelah shalat, saya mengabdikan diri sebagai hamba kepada-Nya dan berusaha sekuat tenaga
menyesuaikan diri dengan kehendak-Nya yaitu mengikuti semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Hal-hal tersebut diatas merupakan penerapan beberapa ayat berikut dibawah ini: QS. Thaha (20): 14;
Al-Baqarah (2): 255; Al-Hasyr (59): 22 24; Al-Ikhlash (112): 1- 3; Al-Faatihah (1): 1 7; Al-Baqarah (2):
45 46; Qaaf (50): 16.
Penjelasan selengkapnya dapat ada baca dalam buku berjudul Cara Cepat Mencapai Shalat
Khusyuk dengan Metode 3 T ( Tumaninah, Tafakkur, Tadabbur ) oleh Drs. H. Lukman Hakim dan
ikuti Pelatihannya serta kunjungi website www.shalatkhusytuk3t atau HIMAPA di google.
Bekasi, 12 Agustus 2014
Drs. H. Lukman Hakim