Anda di halaman 1dari 12

1

DEPARTEMENISASI - BOP

Pada perusahaan yang pengolahan produk melalui beberapa tahap dan pengendalilan biaya
dihubungkan dengan bagian atau departemen di dalam pabrik, maka pada perusahaan tersebut
perlu mengadakan departemenisasi khususnya untuk elemen biaya overhead pabrik.
Departemenisasi biaya overhead pabrik semakin penting pada pabrik yang mengolah produk
atau pesanan yang tidak selalu melalui proses yang sama atau produk yang dihasilkan
perusahaan memungkinkan untuk dijual sebelum diolah melalui semua tahapan pengolahan.
Misalnya pada pabrik tekstil yang dapat menjual benang dan kain mori yang belum
disempurnakan (mori gray).
Departemenisasi biaya overhead pabrik adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-
bagian yang disebut departemen atau pusat biaya (cost center) dimana biaya overhead pabrik
akan dibebankan. Departemen di dalam pabrik dapat dikelompokkan menjadi dua
departemen yaitu:
1. Departemen Produksi (Producing Department)
Departemen produksi adalah bagian di dalam pabrik yang melakukan pengolahan bahan
baku menjadi produk selesai atau pengolahan dari suatu bagian produk selesai, yang
dihasilkan baik dengan tangan (manual) maupun dengan mesin.

2. Departemen Jasa atau Departemen Pembantu (Services Department)


Departemen pembantu adalah bagian di dalam pabrik yang tidak melakukan pengolahan
bahan baku menjadi produk selesai atau pengolahan dari suatu bagian produk selesai,
akan tetapi bagian tersebut menghasilkan jasa yang dinikmati oleh bagian lain, baik
departemen produksi maupun depertemen pembantu yang lain.
Untuk tujuan pembebanan biaya overhead pabrik pada produk, tarip biaya overhead pabrik
akan dihitung untuk setiap departemen produksi, sehingga produk akan dibebani dengan
biaya overhead pabrik sesuai dengan departemen produksi yang dilaluinya, dan selisih biaya
overhead pabrik akan dianalisa untuk setiap departemen produksi.

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya


2

A. Tujuan Departemenisasi Biaya Overhead Pabrik


Tujuan utama departemenisasi biaya overhead pabarik adalah sebagai berikut:
1. Untuk pembebanan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti.
Produk akan dibebani biaya overhead pabrik sesuai dengan depertemen produksi yang
dilalui yaitu sebesar tarip biaya overhead pabrik depertemen yang dilalui dikalikan
kapasitas pembebanan yang diserap oleh suatu produk pada departemen produksi yang
bersangkutan.
2. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik.
Departemenisasi diharapkan dapat dipakai sebagai dasar untuk meletakan tanggungjawab
atas terjadinya biaya pada departemen tertentu, selisih biaya overhead pabrik yang terjadi
akan dianalisa untuk depertemen tertentu.
3. Untuk pembuatan keputusan oleh manajemen

Syarat atau kondisi-kondisi yang diperlukan supaya tujuan utama departemenisasi biaya
overhead pabrik dapat dicapai adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan dalam menentukan jumlah departemen produksi dan depertemen pembantu.
Depertemen yang dibentuk terlalu sedikit dapat mengakibatkan pembebanan yang kurang
adil dan teliti, dari segi pengendalian menjadi kurang teliti pula. Departemen yang terlalu
banyak akan menaikkan jumlah biaya dan waktu yang dikorbankan yang mungkin tidak
sesuai dengan manfaatnya.
2. Pembagian departemen hendaknya selaras dengan pembagian struktur organisasi di dalam
pabrik.
3. Dapat dipilih dasar distribusi, alokasi, maupun pembebanan yang tepat.
4. Penentuan dasar kapasitas dan besarnya kapasitas dengan tepat yang sesuai dengan
variabilitas biaya overhead pabrik.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menentukan departemen-departemen di
dalam pabrik adalah sebagai berikut:
1. Pembagian tanggungjawab atas pengolahan produk yang dihasilkan di dalam pabrik, serta
atas biaya yang terjadi.
2. Sifat operasional dari setiap tahapan pengolahan produk dihubungkan dengan gerakan-
gerakan yang dilalui produk di dalam pabrik.
3. Lokasi dari operasi, proses pengolahan, dan mesin.
4. Jumlah departemen atau pusat biaya yang tepat.
5. Penyesuaian mesin dan proses di setiap departemen atau pusat biaya.

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya


3

B. Langkah-langkah Penetuan dan Penggunaan Departmenisasi Tarip BOP


1. Penentuan Tarip BOP Untuk Setiap Departemen
Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penentuan tarip BOP untuk setiap departemen
produksi adalah sebagai berikut:
a. Menyusun anggaran setiap elemen biaya overhead pabarik
Pada awal periode disusun anggaran setiap elemen biaya overhead pabrik yang
digolongkan ke dalam elemen biaya tetap dan variabel.
Contoh 1: penyusunan anggaran biaya overhead pabrik
PT PRATAMA
Anggaran BOP
Tahun 2010
Elemen Biaya Biaya Variabel Biaya Tetap Jumlah Biaya
(Rp) (Rp) (Rp)
Bahan penolong 80.000 - 80.000
Biaya tng. kerja tidak langsung 120.000 60.000 180.000
Penyusutan mesin - 100.000 100.000
Reparasi dan pemeliharaan mesin 50.000 - 50.000
Penyusutan bangunan - 30.000 30.000
Reparasi dan pemeliharaan bangunan 25.000 - 25.000
Bahan bakar 25.000 25.000
Asuransi mesin - 10.000 10.000
Jumlah 300.000 200.000 500.000

b. Penelitian awal periode


Penelitian pabrik awal periode dilakukan setelah disusun anggaran BOP. Penelitian
dilakukan sesuai dengan dasar distribusi, dasar alokasi, dan dasar pembebanan terhadap
biaya overhead pabrik yang dianggarkan.
Contoh 2: seperti pada contoh di atas, PT PRATAMA memiliki departemen di dalam
pabrik meliputi Departemen Produksi I, Departemen Produksi II, Departemen Pembantu
A, dan Departemen Pembantu B. Penelitian pabrik pada awal periode tahun 2010 adalah
sebagai berikut:
PT PRATAMA
Penelitian Pabrik
Awal Tahun 2010
Luas Lantai Jumlah Jam Jam Kerja Jam
Departemen (m2) Karyawan Tenaga Langsung Mesin
(orang) Listrik
Produksi I 300 45 5.000 20.000 15.000
Produksi II 500 45 3.000 30.000 10.000
Pembantu A 100 20 2.000 - -
Pembantu B 100 10 2.500 - -
Jumlah 1.000 120 12.500 50.000 25.000

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya


4

c. Distribusi elemen biaya overhead pabrik


Distribusi biaya overhead pabrik adalah pembagian setiap elemen biaya overhead pabrik
ke setiap departemen yang ada di dalam pabrik, sesuai dengan terjadinya suatu biaya yang
dinikmati oleh depertemen tertentu di dalam pabrik.
Untuk kepentingan distribusi biaya overhead pabrik elemen BOP dikelompokkan
menjadi:
(1) Biaya overhead pabrik langsung departemen
Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah elemen biaya overhead pabrik
yang terjadinya dapat langsung diikuti jejaknya pada departemen tertentu di dalam
pabrik. Jenis biaya ini dapat langsung dikumpulkan untuk setiap departemen di dalam
pabrik.
(2) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen
Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah elemen biaya overhead
pabrik yang terjadinya tidak dapat langsung diikuti jejaknya pada departemen tertentu
di dalam pabrik. Untuk mendistribusikan biaya ini pada setiap departemen diperlukan
dasar distribusi yang sesuai dengan manfaat biaya yang bersangkutan. Penelitian
pabrik awal periode memberikan informasi untuk distribusi biaya overhead pabrik
tidak langsung tersebut.
Untuk distribusi biaya overhead pabrik tidak langsung departemen, berikut ini
diberikan contoh dasar distribusi dan biaya tidak langsung yang didistribusikan:

Dasar distribusi BOP tidak langsung departemen


Luas lantai Biaya penyusutan bangunan
Reparasi dan pemeliharaan bangunan
Asuransi bangunan
Pajak atas bangungan
Jumlah karyawan Gaji staf pabrik
Jaminan makan dan kesehatan karyawan
Jam tenaga listrik Listrik PLN
Nilai investasi aktiva tetap Asuransi yang tidak dapat didistribusikan langsung
Jam tenaga kuda Tenaga (power)

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya


5

Contoh 3: seperti pada contoh di atas, distribusi elemen anggaran biaya overhead pabrik PT PRATAMA adalah sebagai berikut:

PT PRATAMA
Distribusi Anggaran BOP
Tahun 2010
Elemen biaya Variabel / Jumlah Biaya Departemen Produksi Departemen Pembantu
Tetap (Rp) I II B A
Biaya Langsung Departemen
Bahan penolong V 80.000 30.000 50.000 - -
Tenaga kerja tidak langsung V 120.000 12.500 18.000 84.500 5.000
Penyusutan mesin T 100.000 33.500 39.500 - 27.000
Reparasi dan pemeliharaan mesin V 50.000 19.000 12.500 - 18.500
Bahan bakar V 25.000 - - - 25.000
Asuransi mesin T 10.000 5.000 3.000 - 3.000
Jumlah biaya langsung departemen 385.000 100.000 123.000 84.500 77.500

Biaya Tidak Langsung Departemen


Tenaga kerja tidak langsung T 60.000 22.500 22.500 10.000 5.000
Penyusutan bangunan T 30.000 9.000 15.000 3.000 3.000
Reparasi dan pemeliharaan bangunan V 25.000 7.500 12.500 2.500 2.500
Jumlah biaya tidak langsung departemen 115.000 39.000 50.000 15.500 10.500
Jumlah biaya dianggarkan 500.000 139.000 173.000 100.000 88.000

Jumlah biaya tetap 200.000 70.000 80.000 13.000 37.000


Jumlah biaya variabel 300.000 69.000 93.000 87.000 51.000

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya


6

a. Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi


Masalah-masalah yang dihadapi dalam mengalokasikan biaya overehaead pabrik
departemen pembantu tertentu departemen produksi dan ke departemen pembantu
lainnya adalah sebagai berikut:
(1) Memilih dasar alokasi BOP departemen pembantu yang adil dan teliti
Dasar alokasi BOP yang dipilih haruslah dapat menggambarkan jasa yang
dihasilkan oleh departemen pembentu tertentu yang biaya overhead pabriknya
akan dialokasikan pada departemen produksi dan departemen pembantu
lainnya. Selain itu, dasar alokasi BOP yang dipakai hendaknya praktis. Berikut
ini diberikan beberapa contoh pedoman yang sifatnya umum, untuk dasar
alokasi BOP departemen pembantu:
Departemen Pembantu Dasar Alokasi BOP
Pembantu listrik Jam tenaga listrik
Pembangkit uap (boiler) Ton tenaga uap
Pengelolaan bahan (material handling) Pemakaian bahan atau Biaya bahan
Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap Jam reparasi dan pemeliharaan, kecuali suku
cadang dan supplies dialokasikan secara
langsung
Cafeteria (karyawan makan gratis) Jumlah karyawan
Air Liter air dikonsumsi
Poliklinik Jumlaj karyawan
Air Conditioning (AC) Luas lantai, Jam pemakaian
Umum pabrik Jumlah karyawan

(2) Memilih metode alokasi BOP departemen pembantu


Penggunaan metode alokasi BOP yang berbeda akan mengakibatkan
perbedaan tarip BOP departemen produksi, oleh karena itu perlu di pilih salah
satu dari beberapa metode alokasi BOP yang dapat digunakan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor: (a)keadilan dan ketelitian tarip BOP;
(b)tarip BOP yang ditentukan dapat dipakai sebagai alat untuk pengendalian
biaya; (c) kepraktisan metode alokasi BOP yang digunakan dalam suatu
perusahaan.
Beberapa metode alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi
dan departemen pembantu lainnya adalah sebagai berikut:
1. Metode alokasi langsung
Pada metode alokasi langsung, BOP departemen pembantu tertentu
langsung dialokasikan ke departemen produksi tanpa melalui depertemen
pembantu lainnya, meskipun departemen pembantu lainnya juga
menikmati jasa dari departemen pembantu yang BOPnya dialokasikan.

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya


7

Contoh 4: anggaran biaya overhead pabrik departemen pembantu PT PRATAMA


(contoh 3) akan dialokasikan dengan menggunakan metode alokasi langsung.
Berdasarkan penelitian pabrik awal tahun 2010, maka ditentukan dasar alokasi
untuk Departemen Pembantu A berdasar jumlah karyawan dan Departemen
Pembantu B berdasar jam tenaga listrik.
PT PRATAMA
Alokasi Anggaran BOP
Tahun 2010
(Metode Alokasi Langsung)
Keterangan Jumlah Dpaertemen Produksi Departemen Pembantu
biaya (Rp) I II A B
Anggaran BOP sebelum alokasi 500.000 139.000 173.000 100.000 88.000
Alokasi Departemen B
(berdasar jam tenaga listrik) 55.000 33.000 - (88.000)
Alokasi Departemen A
(berdasar jumlah karyawan) 50.000 50.000 (100.000) -
Jumlah alokasi 105.000 83.000
Anggaran BOP setelah alokasi 500.000 244.000 256.000

2. Metode alokasi bertahap tidak bertimbal balik


Pada metode bertahap tidak bertimbal balik digunakan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a) BOP departemen pembantu disamping dialokasikan pada departemen
produksi, juga dialokasikan pada depertemen pembantu lainnya yang
menikmati jasa dari depertemen pembantu yang BOPnya dialokasikan.
b) Harus ditentukan urutan atau tahapan alokasi BOP departemen pembantu.
Penentuan urutan alokasi dapat dipakai pedoman besarnya jasa suatu
departemen pembantu yang dinikmati departemen pembantu lainnya.
Pedoman lainnya dapat dipakai perbandingan besarnya BOP departemen
pembantu sebelum alokasi dari departemen pembantu lainnya.
c) Dalam menyusun table alokasi BOP departemen pembantu, ketentuannya
adalah departemen produksi diletakkan sebelah kiri dan departemen pembantu
diletakkan sebelah kanan. Departemen pembantu yang dialokasikan pertama
diletakkan pada kolom paling kanan demikian seterunya urutan kedua di
kirinya.

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya


8

Contoh 5: anggaran biaya overhead pabrik departemen pembantu PT PRATAMA


(contoh 3) akan dialokasikan dengan menggunakan metode alokasi bertahap tidak
bertimbal balik. Berdasarkan penelitian pabrik awal tahun 2010, maka ditentukan
dasar alokasi untuk Departemen Pembantu A berdasar jumlah karyawan dan
Departemen Pembantu B berdasar jam tenaga listrik.
PT PRATAMA
Alokasi Anggaran BOP
Tahun 2010
(Metode Bertahap, Tidak Bertimbal Balik)
Keterangan Jumlah Dpaertemen Produksi Departemen Pembantu
biaya (Rp) I II A B
Anggaran BOP sebelum alokasi 500.000 139.000 173.000 100.000 88.000
Alokasi Departemen B
(berdasar jam tenaga listrik) 44.000 26.400 17.600 (88.000)
Alokasi Departemen A
(berdasar jumlah karyawan) 58.800 58.800 (117.600) -
Jumlah alokasi 102.800 85.200
Anggaran BOP setelah alokasi 500.000 241.800 258.200

3. Metode alokasi kontinyu


Pada metode alokasi kontinyu, BOP departemen pembantu dialokasikan berurutan
dan dilakukan terus menerus secara timbal-balik sampai jumlah BOP departemen
pembantu habis atau jumlahnya menjadi relatif kecil. Departemen pembantu yang
BOPnya sudah habis dialokasikan akan memperoleh alokasi kembali dari
departemen pembantu lainnya.
Tahap-tahap alokasi BOP departemen pembantu adalah sebagai berikut:
a) Menentukan dasar alokasi dan urutan alokasi BOP departemen pembantu.
b) Dilakukan alokasi BOP departemen pembantu putaran ke-satu, sesuai dengan
urutan alokasi yang sudah ditentukan dan sifatnya timbal-balik.
c) Apabila alokasi putaran ke-satu selesai, maka dilanjutkan putaran ke-dua
dengan cara yang sama, dan seterunya pada putaran berikutnya.
d) Apabila BOP departemen pembantu sudah habis atau jumlahnya menjadi
relatif kecil, maka proses alokasi diberhentikan. Kemudian, sisa BOP langsung
dialokasikan ke departemen produksi.

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya


9

Contoh 6: anggaran biaya overhead pabrik departemen pembantu PT PRATAMA


(contoh 3) akan dialokasikan dengan menggunakan metode alokasi kontinyu.
Berdasarkan penelitian pabrik awal tahun 2010, maka ditentukan dasar alokasi
untuk Departemen Pembantu A berdasar jumlah karyawan dan Departemen
Pembantu B berdasar jam tenaga listrik.
PT PRATAMA
Alokasi Anggaran BOP
Tahun 2010
(Metode Bertahap Kontinyu)
*) Jumlah Dpaertemen Produksi Departemen Pembantu
Keterangan
biaya (Rp) I II A B
Anggaran BOP sebelum alokasi 500.000 139.000 173.000 100.000 88.000
Alokasi Departemen B
(berdasar jam tenaga listrik) 44.000 26.400 17.600 (88.000)
Jumlah 117.600 0
Alokasi Departemen A
(berdasar jumlah karyawan) 52.920 52.920 (117.600) 11.760
jumlah 0 11.760
Alokasi putaran ke-2
Alokasi Departemen B 5.880 3.528 2.352 (11.760)
(berdasar jam tenaga listrik)
Jumlah 2.352 0
Alokasi Departemen A 1.058 1.058 (2.352) 236
(berdasar jumlah karyawan)
jumlah 0 236
Alokasi putaran ke-3
Alokasi Departemen B 118 71 47 (236)
(berdasar jam tenaga listrik)
Jumlah 47 0
Alokasi Departemen A 21 21 (47) 5
(berdasar jumlah karyawan)
jumlah 0 5
Alokasi putaran ke-4 (alokasi terakhir)
Alokasi Departemen B 3 2 - (5)
(berdasar jam tenaga listrik)
Jumlah alokasi 104.000 84.000
Anggaran BOP setelah alokasi 500.000 243.000 257.000
Keterangan:
*) = angka alokasi dibulatkan dalam angka rupiah penuh
b. Perhitungan tarip BOP
Dari tahap alokasi anggaran BOP departemen pembentu ke departemen produksi akhirnya
diketahui besarnya anggaran BOP setiap departemen produksi. Langkah berikutnya
adalah mengitung tarip BOP depertemen produksi dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Tarip BOP dihitung untuk setiap departemen produksi.
(2) Dipilih dasar pembebanan BOP yang paling tepat untuk setiap departemen produksi.

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya


10

(3) Tarip BOP dipisahkan ke dalam tarip BOP tetap dan tarip BOP variabel.
(4) Bagi departemen produksi, semua biaya yang diterima dari alokasi BOP departemen
pembantu diperlakukan sebagai biaya variabel.
Dalam penentuan tarip BOP setiap depertemen produksi, perusahaan harus memilih salah
satu dari beberapa metode alokasi yang ada. Berikut ini contoh perhitunganan tarip BOP:
a) Metode alokasi langsung
Contoh 7: PT PRATAMA (contoh 4) menggunakan perhitungan tarip BOP untuk
Departemen I berdasar jam kerja langsung (JKL) dengan kapasitas normal 20.000 jam
setiap tahun, dan Departemen II berdasar jam mesin (JM) dengan kapasitas normal
10.000 jam setiap tahun.
PT PRATAMA
Perhitungan Tarip BOP
Tahun 2010
(Metode Alokasi Langsung)
Departemen
Keterangan Produksi I Produksi II
(Rp) (Rp)
Anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi 244.000 256.000
Anggaran BOP tetap departemen produksi sebelum alokasi 70.000 80.000
Anggaran BOP variabel Departemen Produksi:
Sebelum alokasi (lihat contoh 3) 69.000 93.000
Alokasi dari departemen pembantu (semua dianggap BOP variabel) 105.000 83.000
Jumlah anggaran BOP variabel departemen produksi 174.000 176.000
Kapasitas Normal 20.000 JKL 10.000 JM
Tarip Total (Anggaran BOP departemen Produksi / Kapasitas Normal) 12,2 per JKL 25,6 per JM
Tarip Tetap (Anggaran BOP tetap departemen Produksi / Kapasitas Normal) 3,5 per JKL 8,0 per JM
Tarip Variabel (Anggaran BOP variabel departemen Produksi / Kapasitas Normal) 8,7 per JKL 17,6 per JM

b) Metode alokasi bertahap tidak bertimbal balik


Contoh 8: PT PRATAMA (contoh 5) menggunakan perhitungan tarip BOP untuk
Departemen I berdasar jam kerja langsung (JKL) dengan kapasitas normal 20.000 jam
setiap tahun, dan Departemen II berdasar jam mesin (JM) dengan kapasitas normal
10.000 jam setiap tahun.
PT PRATAMA
Perhitungan Tarip BOP
Tahun 2010
(Metode Alokasi bertahap tidak bertimbal balik )
Departemen
Keterangan Produksi I Produksi II
(Rp) (Rp)
Anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi 241.000 258.200
Anggaran BOP tetap departemen produksi sebelum alokasi 70.000 80.000
Anggaran BOP variabel Departemen Produksi:
Sebelum alokasi (lihat contoh 3) 69.000 93.000
Alokasi dari departemen pembantu (semua dianggap BOP variabel) 102.800 85.200
Jumlah anggaran BOP variabel departemen produksi 171.800 178.200

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya


11

Kapasitas Normal 20.000 JKL 10.000 JM


Tarip Total (Anggaran BOP departemen Produksi / Kapasitas Normal) 12,09 per JKL 25,82 per JM
Tarip Tetap (Anggaran BOP tetap departemen Produksi / Kapasitas Normal) 3,50 per JKL 8,0 per JM
Tarip Variabel (Anggaran BOP variabel departemen Produksi / Kapasitas Normal) 8,59 per JKL 17,82 per JM

c) Metode alokasi kontinyu


Contoh 9: PT PRATAMA (contoh 6) menggunakan perhitungan tarip BOP untuk
Departemen I berdasar jam kerja langsung (JKL) dengan kapasitas normal 20.000 jam
setiap tahun, dan Departemen II berdasar jam mesin (JM) dengan kapasitas normal
10.000 jam setiap tahun.
PT PRATAMA
Perhitungan Tarip BOP
Tahun 2010
(Metode Alokasi kontinyu)
Departemen
Keterangan Produksi I Produksi II
(Rp) (Rp)
Anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi 243.000 257.000
Anggaran BOP tetap departemen produksi sebelum alokasi 70.000 80.000
Anggaran BOP variabel Departemen Produksi:
Sebelum alokasi (lihat contoh 3) 69.000 93.000
Alokasi dari departemen pembantu (semua dianggap BOP variabel) 104.000 84.000
Jumlah anggaran BOP variabel departemen produksi 173.000 177.000
Kapasitas Normal 20.000 JKL 10.000 JM
Tarip Total (Anggaran BOP departemen Produksi / Kapasitas Normal) 12,15 per JKL 25,7 per JM
Tarip Tetap (Anggaran BOP tetap departemen Produksi / Kapasitas Normal) 3,50 per JKL 8,0 per JM
Tarip Variabel (Anggaran BOP variabel departemen Produksi / Kapasitas Normal) 8,65 per JKL 17,7 per JM

2. Pembebanan BOP Pada Produk Pada Setiap Departemen Produksi


Dengan diperhitungkannya tarip BOP setiap departemen produksi, maka produk yang diolah
akan dibebani BOP sesuai dengan departemen produksi yang dilalui produk tersebut dan
besarnya kapasitas sesungguhnya yang dinikmati depertemen produksi yang bersangkutan.

3. Pengumpulan BOP Sesungguhnya


Dalam pengumpulan BOP sesungguhnya, dilakukan tahap-tahap yang sama dengan
penyusunan anggaran BOP. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan dan pembuatan bukti transaksi untuk mencatat setiap elemen BOP
sesungguhnya ke dalam buku jurnal dan mem-posting ke dalam buku besar dan buku
pembantu, dan menggolongkan setiap elem BOP sesungguhnya ke dalam: (1)biaya
langsung departemen; (2)biaya tidak langsung departemen.
b. Mengadakan penelitian pabrik akhir periode (tahun) untuk kepentingan distribusi biaya
tidak langsung departemen dan alokasi BOP sesungguhnya departemen pembantu.

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya


12

c. Mendistribusikan elemen BOP langsung dan BOP tidak langsung setiap departemen, baik
departemen produksi maupun departemen pembantu.
d. Mengalokasikan BOP sesungguhnya setiap departemen pembantu ke depertemen
produksi dan departemen pembantu lainnya.
Dari tahap-tahap tersebut akan diketahui jumlah BOP sesungguhnya untuk setiap departemen
produksi.

4. Perhitungan, Analisa dan Perlakuan Selisih BOP


a. Perhitungan selisih biaya overhead pabrik
Dari alokasi BOP sesungguhnya diketahui besarnya BOP sesungguhnya setiap
departemen produksi. Selisih BOP dihitung dan dianalisa dengan cara membandingkan
BOP sesungguhnya dengan BOP dibebankan pada setiap departemen produksi.
b. Analisis selisih biaya overhead pabrik
Selisih BOP yang timbul, dianalisa ke dalam selisih anggaran dan selisih kapasitas untuk
setiap departemen produksi. Selisih anggaran dihitung dari perbedaan BOP variabel
sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran BOP variabel pada kapasitas
sesungguhnya. Selisih kapasitas dihitung dari perbedaan BOP tetap pada kapasitas
sesungguhnya dibanding dengan BOP tetap pada kapasitas yang dipakai untuk
menghitung tarip (biasanya kapasitas normal).
c. Perlakuan selisih biaya overhead pabrik
Perlakuan selisih biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
1) Selisih BOP yang timbul karena ketidak-tepatan penentuan tarip BOP, dialokasikan
ke persediaan produk dalam proses, persediaan produk selesai, dan harga pokok
penjualan atas dasar biaya overhead pabrik yang telah dibebankan pada produk.
2) Selisih BOP yang timbul karena faktor efisiensi, maka selisih biaya overhead pabrik
dialokasikan langung ke laporan laba-rugi.

Endang Sri Utami Akuntansi Biaya

Anda mungkin juga menyukai