Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN MATERI

ALOKASI ANGGARAN BOP

MATA KULIAH: Akuntansi Biaya I


KELOMPOK 3:
- Yitran Tola (A031221102)
- Putri Dwi Rahma (A031221109)
- Maximilian Anting Kalolu (A031221122)
DOSEN PENGAMPUH: Dr. Asri Usman, SE. M.Si., AK., CA

Pengertian Departementalisasi

Departementalisasi adalah pembagian perusahaan ke dalam unit-unit yang disebut


departemen atau pusat biaya (cost center) yang dibebani dengan biaya overhead pabrik.

Dalam departementalisasi biaya overhead pabrik, tarif biaya overhead dihitung untuk setiap
departemen produksi dengan dasar pembebanan yang mungkin berbeda diantara departemen-
departemen produksi yang ada. Oleh karena itu departementalisasi biaya overhead pabrik
memerlukan pembagian perusahaan ke dalam departemen-departemen untuk memudahkan
pengumpulan biaya overhead pabrik yang terjadi. Departemen-departemen inilah yang
merupakan pusat-pusat biaya yang merupakan tempat ditandingkannya biaya dengan prestasi
yang dihasilkan oleh departemen tersebut.

Manfaat Departementalisasi

Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian biaya dan


ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat lebih
mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya sehingga dengan
demikian akan memperjelas tanggungjawab setiap biaya yang terjadi dalam departemen tertentu.
Dengan digunakannya tarif-tarif biaya overhead pabrik yang berbeda-beda untuk tiap
departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemen produksi akan dibebani
dengan biaya overhead pabrik sesuai tarif dari departemen yang besangkutan. Hal ini
mempunyai akibat terhadap ketelitian terhadap penentuan harga pokok produk.

Tujuan Departementalisasi

Adapun tujuan utama departemenisasi biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:

1. Untuk pembebanan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti.


2. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik.
3. Untuk pembuatan keputusan oleh manajemen.

Syarat atau Kondisi

Agar supaya ketiga tujuan tersebut diatas dapat di capai, dalam depertemenisasi
diperlukan syarat atau kondisi-kondisi sebagai berikut:

1. Ketepatan dalam menentukan jumlah departemen produksi maupun pembantu.


Departemen yang dibentuk terlalu sedikit dapat mengakibatkan pembebanan yang kurang
adil dan teliti, dari segi pengendalian menjadi kurang teliti pula. Departemen yang terlalu
banyak akan menaikkan jumlah biaya dan waktu yang dikorbankan yang mungkin tidak
sesuai dengan manfaatnya.
2. Pembagian departemen hendaknya selaras dengan dengan pembagian struktur organisasi
di dalam pabrik.
3. Dapat dipilih dasar distribusi,alokasi, maupun pembebanan yang tepaat. 4. Penetuan
dasar kapasitas dan besarnya kapasitas dengan tepat yang sesuai pula dengan variabilitas
biaya overhed pabrik.

Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan


Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menentukan atau memilih
departemen- departemen didalam pabrik adalah sebagai berikut:

1. Pembagian tanggungjawab atas pengolahan produk dan jasa yang di hasilkan di dalam
pabrik, serta atas biaya yang terjadi.
2. Sifat operasional dari setiap tahapan pengolahan produk dihubungkan dengan gerakan-
gerakan yang dilalui produk di dalam pabrik.
3. Lokasi dari operasi, proses pengolahan, dan mesin.
4. Jumlah departemen atau pusat biaya yang tepat.
5. Penyesuaian mesin, proses, atau operasi di dalam setiap departemen atau pusat biaya.

Biaya Langsung dan Tidak Langsung Departemen

Biaya langsung departemen adalah semua biaya yang dapat ditelusur ke departemen
tertentu dan dibebankan pada departemen tersebut tanpa melalui proses alokasi. Contoh
depresiasi mesin dan biaya sewa gedung yang digunakan hanya oleh Departemen Perakitan
merupakan biaya langsung departemen tersebut.

Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang tidak dapat ditelusur ke departemen
tertentu dan dibebankan kepada departemen tersebut melalui proses alokasi. Contoh: depresiasi
mesin dan biaya sewa gedung yang digunakan oleh beberapa departemen, tidak dapat ditelusur
pemakaiannya secara langsung merupakan biaya tidak langsung departemen. Biaya ini
dibebankan kepada departemen pemakai melalui proses alokasi.

Menyusun Anggaran BOP Departemen Produksi dan Anggaran Biaya

Departemen Jasa.

Anggaran BOP departemen produksi dan biaya departemen jasa terdiri atas anggaran
biaya langsung dan biaya tidak langsung, baik yang bersifat variabel maupun tetap. Contoh biaya
langsung adalah supervisor, bahan penolong, pemeliharaan, bahan bakar dan telepon, karena
pemakalannya dapat ditelusuri langsung melalui alat pengukur. Contoh biaya tidak langsung
adalah depresiasi gedung yang dipakai bersama-sama oleh beberapa departemen. Depresiasi
gedung tersebut dialokasikan pada setiap departemen berdasarkan luas lantai

Contoh: biaya depresiasi gedung Rp70.600. Data luas lantai masing-masing departemen sebagai
berikut:

Departemen Luas Lantai (m2)

Departemen A 150

Departemen B 100

Departemen 1 63

Departemen 2 40

Jumlah 353

Alokasi biaya depresiasi gedung untuk setiap departemen sebagai berikut:

Departemen A = (150/353) x Rp70.600 = Rp30.000

Departemen B (100/353) x Rp70.600 = Rp20.000

Departemen 1 = (63/353) x Rp70.600 =Rp12.000

Departemen 2 = (40/353) x Rp70.600 =Rp8.000


Mengalokasikan Biaya Departemen Jasa pada Departemen Produksi

Biaya departemen produksi yang digunakan untuk menghitung tarif meliputi biaya yang
terjadi di departemen tersebut ditambah dengan biaya alokasi dari departemen jasa. Biaya
departemen jasa dapat dialokasikan dengan menggunakan metode langsung, bertahap dan
aljabar.

1. Metode Alokasi Langsung (Direct Allocation Method)

Pada metode ini biaya departemen jasa hanya dialokasikan ke departemen produksi.
Metode ini dapat diterapkan jika selisih hasil perhitungan biaya produk dibandingkan dengan
metode lain tidak material atau suatu departemen jasa tidak menggunakan jasa departemen jasa
lainnya.

Contoh:

KET Departemen produksi Departemen jasa


A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp120.000 Rp160.000 Rp72.600 Rp40.000
biaya departemen jasa
Departemen 1 40 40 20
(jumlah karyawan )
Departemen 2 200 500 300
(jumlah karyawan)
*(40/80)xRp72.600 ke Dept A dan B

**(200/700)xRp40.000 ke Dept A, (500/700)xRp40.000 ke Dept B

2. Metode Alokasi Bertahap (Step Method)

Pada metode ini biaya departemen jasa dialokasikan secara bertahap ke departemen jasa
lainnya dan departemen produksi yang telah menerima jasa. dimulai dari biaya departemen jasa
yang terbesar. Setelah alokasi biaya departemen jasa pertama dilakukan, departemen tersebut
mendapatkan alokasi dari departemen jasa lain.

Contoh:

*(40/100)xRp72.600 ke Dept A dan B, (20/100)xRp72.600 ke Dept 2

**(200/700)xRp54.520 ke Dept A, (500/700)xRp54.520 ke Dept B

Metode ini dapat diterapkan jika antar departemen jasa saling memberikan jasa. Pada
metode ini biaya departemen jasa dialokasikan secara simultan dengan menggunakan teknik
aljabar. Metode ini mengalokasikan biaya ke departemen produksi dan antar departemen jasa.
Contoh:

Misalkan biaya departemen 1 setelah alokasi adalah Y dan biaya departemen 2 setelah alokasi
adalah Z, maka persamaan aljabar dirumuskan sebagai berikut:

Y = 72.600 +0,30Z

Z=40.000 + 0,20Y

penyelesaian persamaan diatas:

Y = 72.6 + 0 ,30(40.000+0,20Y)

= 72.6 + 12 + 0 ,06Y

0.94Y = 84.6

Y = 90

Z = 40 + (0, 20 * 90)

Z = 58

*(40/100)XRp90.000 ke Dept A dan Dept B, (20/100)xRp90.000 ke Dept 2

**(200/1000)xRp58.000 ke Dep A, (500/1000)xRp58.000 ke Dept B,

(300/1000)xRp58.000 ke Dept 1

Anda mungkin juga menyukai