Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
APRIL 2019
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi……………………………………………………………………………... i
Departementalisasi……………………..……………………………………………..1
Survei Parbrik…………………………….……………………………………...4
Daftar Pustaka……………………………………………………………………… 11
i
ii
PEMBAHASAN
1. Departementalisasi
Departementalisasi biaya overhead pabrik adalah membagi pabrik ke dalam
departemen – departemen atau pusat biaya untuk pembebanan biaya overhead pabrik.
Manfaat departementalisasi biaya overhead pabrik adalah :
1. Penentuan harga pokok produk lebih teliti
2. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat dipertanggung jawabkan.
Penentuan harga pokok produk lebih teliti karena penentuan tarif pembebanan
biaya overhead pabrik masing-masing departemen didasarkan pada dasar
pembebanan yang relevan dengan departemen yang bersangkutan. Ini berarti antara
departemen yang satu dengan yang lain dapat digunakan tarif pembebanan biaya
overhead pabrik yang berbeda-beda.
Pengendalian biaya overhead pabrik dapat dipertanggung jawabkan, karena
dengan departementalisasi maka biaya- biaya suatu departemen secara langsung dan
lengkap dapat didefinisikan dengan mandor atau pengawasan yang harus bertanggung
jawab di departemen yang bersangkutan.
1
- dll - dll
2.1 Pemilihan Departemen Produksi
Sistem informasi biaya di desain untuk mencerminkan departementalisasi.
Sistem tersebut mengakumulasi biaya produksi per departemen, tanpa
memperhatikan apakah operasinya merupakan jenis pesanan atau jenis proses
yang kontinu. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jenis
departemen yang diperlukan untuk menetapkan tarif overhad departemental yang
akurat adalah sebagai berikut:
1. Kesamaan operasi dan mesin disetiap departemen
2. Lokasi dari operasi dan mesin
3. Tanggungjawab atas produksi dan biaya
4. Hubungan operasi terhadap aliran produk
5. Jumlah departemen
Jumlah departemen produksi yang digunakan bergantung pada penekanan
yang diberikan oleh sistem biaya terhadap pengendalian biaya dan
pengembangan tarif overhead. Jika penekanannya adalah pada pengendalian
biaya, maka manager pabrik dan masing-masing penyelia diberikan departemen
tersendiri. Ketika pengembangan tarif overhead departemental menekankan
pada perhitungan biaya produk, bisa saja lebih sedikit atau justru lebih banyak
departemen yang digunakan.
2
3. Biaya Langsung Departemental
Biaya langsung departemental adalah biaya overhead pabrik yang dapat
ditelusuri secara langsung ke departemen tertentu. Mayoritas dari biaya overhead
langsung departemental dapat dibagi ke dalam kategori-kategori berikut: (1)
supervisi, tenaga kerja tidak langsung, dan lembur, (2) tunjangan tenaga kerja, (3)
bahan baku tidak langsung dan perlengkapan, (4) perbaikan dan pemeliharaan, serta
(5) penyusutan dan sewa peralatan. Kategori-kategori ini pada umumnya dapat
diidentifikasikan langsung dengan departemen asalnya, tanpa memperdulikan apakah
departemen tersebut adalah departemen produksi atau departemen jasa.
3
2. Buat suatu survei (dengan ukuran dari semua dasar alokasi) dengan tujuan
untuk mendistribusikan biaya overhead departemental tidak langsung dan
biaya departemen jasa
3. Estimasikan total overhead departemental tidak langsung (seperti: listrik,
bahan bakar, air, penyusutan gedung, pajak properti dan asuransi
kebakaran) pada tingkat aktivitas yang dipilih dan dialokasikan biaya - biaya
tersebut ke departemen - departemen
4. Distribusikan biaya departemen jasa ke departemen yang memperoleh
manfaat dari jasa tersebut
5. Hitung tarif overhead departemental
4
berbeda dengan hasil metode distribusi lainnya. Metode ini mengabaikan,
dan tidak membebankan biaya apapun ke jasa yang diberikan oleh suatu
deparemen jasa ke departemen jasa lain.
Sebagai ilustrasi, metode langsung dan metode lain didasarkan pada
data berikut ini untuk Zakee Company
2. Metode Bertingkat
Disebut juga metode sekuensial yaitu mendistribusikan biaya dari
departemen jasa dalam suatu urutan langkah, yaitu dalam urutan yang
disarankan oleh departemen atau biaya yang didistribusikan dari departemen
jasa dalam suatu urutan yang telah ditentukan sebelumnya. Sekali biaya telah
didistribusikan dari suatu departemen jasa, tidak ada biaya dari departemen
jasa lain yang dibebankan kembali ke departemen tersebut dalam langkah
berikutnya.
5
Biaya departemen jasa biasanya didistribusikan dalam suatu urutan
yang didasarkan pada jumlah jasa yang diterima. Salah satu pendekatan
adalah memulai dari departemen yang melayani departemen lain dalam
jumlah terbesar dan hanya menerima jasa dari departemen jasa lain dalam
jumlah paling kecil.
Departemen Produksi Departemen Jasa
Total A B Y Z
Overhead Pabrik Sebelum
196.300 60.000 80.000 36.300 20.000
Distribusi Departemen Jasa
Distribusi dari
Departemen Y 14.520 14.520 (36.300) 7.260
Departemen Z 7.789 19.471 (27.260)
Total Overhead 193.600 82.309 113.991 0 0
Oleh karena departemen jasa memberikan jasa satu sama lain, maka
urutan distribusi didasarkan pada jumlah biaya departemen jasa. Distribusi
dimulai dengan Departemen Y karena departemen tersebut memberikan jasa
senilai 7.260 ke departemen Z (20% x 36.300), sementara departemen Z
hanya memberikan jasa senilai 6.000 ke departemen Y (30% x 20.000). Jika
departemen Z didistribusikan terlebih dahulu, maka hasil yang berbeda akan
diperoleh. Semakin banyak jumlah departemen jasa, semakin banyak urutan
berbeda yang mungkin, serta semakin banyak juga hasil berbeda yang dapat
diperoleh).
3. Metode Simultan
Metode simultan, juga disebut dengan metode aljabar,
mempertimbangkan secara lengkap hubungan timbal balik antarsemua
departemen jasa. Sebagai ilustrasi data Zakee Company dinyatakan dalam
model matematika sebagai berikut:
Y = 36.300 + 0.30 Z ..........(1)
Z = 20.000 + 0.20 Y ..........(2)
6
Persamaan pertama menyatakan bahwa total biaya departemen Y tidak
terbatas hanya pada biaya departemen Y yang dilaporkan , yaitu sebesar
36.300, melainkan juga termasuk 30% total biaya departemen Z, karena
departemen Y menggunakan jasa Departemen Z sebanyak 30%. Demikian
pula, karena departemen Z menggunakan jasa departemen Y sebanyak 20%,
persamaan kedua menyatakan bahwa total biaya dari departemen Z
merupakan penjumlahan dari biaya departemen Z yang dilaporkan, yaitu
sebesar 20.000, dengan 20% total biaya departemen Y.
Kemudian dari kedua persamaan tadi dilakukan subtitusi salah satu
persamaan ke persamaan lainnya:
Y = 36.300 + 0.30 (20.000 + 0.20Y) Z = 20.000 + 0.20
(45.000)
Y = 36.300 + 0.06Y + 6.000 Z = 20.000 + 9.000
Y – 0.06Y = 42.300 Z = 29.000
0.94Y = 42.300
Y = 45.000
Departemen Produksi Departemen Jasa
Total A B Y Z
Overhead Pabrik Sebelum
196.300 60.000 80.000 36.300 20.000
Distribusi Departemen Jasa
Distribusi dari
Departemen Y 18.000 18.000 (45.000) 9.000
Departemen Z 5.800 14.500 8.700 (29.000)
Total Overhead 193.600 83.800 112.500 0 0
Perhatikan bahwa biaya departemental yang dihitung kembali sebesar
45.000 dan 29.000 digunakan dalam distribusi. Jumlah tersebut melampaui
biaya yang dilaporkan di kedua departemen, sehingga seolah-olah biaya
departemen yang dilaporkan dialokasikan terlalu tinggi. Tetapi, alokasi yang
terlalu tinggi tersebut kemudian ditiadakan, ketika setiap departemen
kemudian dibebankan dengan jumlah tambahan yang mencerminkan bagian
7
departemen tersebut atas pelayanan departemen jasa lain. Jumlah tambahan
ini adalah sebesar 9.000 dan 8.700
8
dikumpulkan dalam kertas kerja analisis departemental yang berfungsi sebagai buku
pembantu overhead.
9
berkaitan dengan bahan baku dalam jumlah yang lebih besar, dan variasi lainnya
menghasilkan overhead yang berkaitan dengan mesin dalam jumlah yang lebih besar.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka overhead harus dibagi dalam dua kategori atau
lebih atau yang disebut dengan penampungan biaya (Cost Poll) dan menghitung
untuk setiap tempat.
Suatu kartu biaya pesanan di pabrik yang tidak terdepartementalisasi masih
memiiki tiga bagian biaya produksi. Namun, bagian untuk overhead pabrik
dibebankan menunjukkan dua atau lebih perhitungan dengan dasar tariff berbeda
yang telah ditentukan sebelumnya.
10. Departementalisasi Biaya Overhead dalam Bisinis Nonmanufaktur dan
Organisasi Nirlaba
1. Segmen Nonmanufaktur dari Perusahaan Manufaktur
Beberapa departemen yang tergolong segmen nonmanufaktur dalam perusahaan
manufaktur diantaranya adalah departemen pemasaran dan administrasi.
2. Toko Ritel
Toko ritel besar menerapkan departementalisasi dengan mengelompokkan
aktivitasnya ke dalam kategori administrasi, penggunaan tempat, promosi
penjualan dan iklan, pembelian, penjualan, dan pengiriman.
3. Bank dan Institusi Keuangan Lain
Institusi keuangan mendepartementalisasikan organisasinya guna mengendalikan
beban dan menetapkan tingkat profitabilitas untuk masing-masing aktivitas.
Jumlah departemen ditentukan oleh ukuran institusi dan jenis jasa yang
ditawarkan.
4. Perusahaan Asuransi
Pada perusahaan asuransi, karyawan difasilitasi dengan pembagian pekerjaan ke
dalam beberapa departeman yaitu aktuaria, penagihan premi, asuransi kelompok,
pelayanan pemegang polis, register, medis, dan informs hukum.
5. Institusi Pendidikan dan Organisasi Jasa (Hotel, Rumah Sakit, Motel,
Rumah Perawatan, Firma Hukum, Firma Akuntansi, Praktik Medis dan
Gigi, serta Agen Rumah)
10
Organisasi jasa dan institusi pendidikan berpendapat bahwa penganggaran biaya
per departemen semakin diperlukan untuk mengendalikan biaya dan untuk
menghitung biaya yang memadai untuk jasa yang diberikan.
6. Pemerintah Federal, Pemerintah Negara Bagian, dan Pemerintah Lokal
Beserta Badan-Badannya
Beberapa pelayanan dan departemen yang umum seperti pembersihan jalan,
perbaikan jalan dan pembuatan trotoar, proyek pekerjaan publik, polisi dan
pemadam kebakaran, rumah sakit kota, tempat pembuangan sampah, dan
pengumpulan sampah.
DAFTAR PUSTAKA
11