Anda di halaman 1dari 25

REVIEW KARYA ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Biaya

Disusun oleh:
Kelompok 3 (2D)
Padillah Ahmad Zidane (2010631030111)
Syahbathie Sabariah (2010631030132)
Tri Wahyuni (2010631030136)
Vincent Orlando Patrick (2010631030138)
Widia Sandra Utari (2010631030141)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2021
KARYA ILMIAH 1
Judul skipsi : Alokasi Biaya Overhead Departemen Pendukung dan Departemen Produksi
untuk Menghitung Harga Pokok Produksi pada PT. Arbe Chemindo
Nama Penulis : TIUR MARIA BR. SITIO
NPM :200612077
Nama Universitas : STIE Indonesia Banking School
Tahun Penulisan : Jakarta, 07 Oktober 2011

A. Teori tentang Alokasi Biaya dan Pengalokasian Biaya Overhead ke Departemen


Pendukung

Alokasi Biaya merupakan sebuah proses pengalokasian biaya indirect cost kepada objek
biaya dengan tujuan memberikan informasi bagi penggunanya sebagai pengambilan keputusan
dan membuat strategi dalam mengembangkan perusahaan.
Berikut ini adalah tujuan pengalokasi biaya kepada objek biaya menurut Horngren (2011),
sebagai berikut :
1) Menyediakan informasi untuk keputusan ekonomi : membantu manajemen dalam
membuat keputusan dalam menentukan berapa harga jual yang dibebenkan kepada.
2) Untuk memotivasi para manajer dan karyawan : agar mendorong pegawai lebih kreatif
dalam perancangan produk baru yang efektif dan efisien.
3) Untuk membenarkan atau menghitung jumlah biaya penggantian : yaitu menghitung
4) harga pokok produksi yang wajar dan menghemat biaya karena dapat mengganti atau
menghapus biaya-biaya yang tidak perlu.
5) Untuk menghitung pendapatan dan assets : yaitu menghitung harga pokok produksi yang
mana akan dilanjutkan untuk pembuatan laporan keuangan yang akan digunakan oleh
pihak eksternal.

Pengalokasian Biaya Overhead ke Departemen Pendukung


Umumnya terdapat 2 kategori departemen yaitu departemen operasi dan pendukung. Yang
setiap departemen mempunyai peran yang berbeda- beda. Departemen operasi (atau yang
disebut juga departemen produksi) merupakan departemen yang secara langsung memberikan
nilai tambah kepada produk atau jasa, dan bertanggung jawab pada pembuatan produk atau jasa
yang dijual ke pelanggan.
Departemen pendukung merupakan departemen yang memberikan jasa yang membantu
departemen internal lainnya, departemen ini yang secara tidak langsung ikut berperan dalam
proses produksi barang dan jasa dengan cara menyediakan pelayanan pendukung yang
diperlukan oleh produksi.
Dalam pengalokasian biaya, biaya-biaya yang terjadi dalam departemen pendukung harus
dialokasikan ke departemen produksi karena biaya overhead pabrik yang terjadi di departemen
pendukung dikeluarkan untuk mendukung kegiatan produksi di departemen produksi.
Tujuan pengalokasian biaya departemen pendukung ke departemen produksi menurut
Mulyadi (2007), yaitu sebagai berikut :
• Penentuan Harga pokok produksi yang teliti dan akurat, karena penentuan tarif
pembebanan BOP pada masing-masing departemen didasarkan pada dasar pembebanan
yang relevan dengan departemen yang bersangkutan
• Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik dan akurat, dengan cara
membuat biaya tersebut menjadi tanggungjawab dari setiap manajer departemen.
Ada pun berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengalokasian BOP per departemen
Menurut Mulyadi (2007) adalah sebagai berikut:
1) Membagi perusahaan ke dalam departemen-departemen.
2) Mengklasikasikan tiap departemen sebagaidepartemen pendukung atau
departemen produksi.
3) Menelusuri semua biaya overhead perusahaan di departemen pendukung atau departemen
produksi.
4) Mengalokasikan biaya departemen pendukung atau departemen produksi.
5) Menghitung tarif overhead yang ditentukan terlebih dahulu untuk departemen produksi.
6) Mengalokasikan biaya overhead ke tiap unit produk melalui tarif overhead yang ditentukan
terlebih dahulu.

Metode Alokasi Biaya


Menurut Horngren, Datar dan Foster (2011) terdapat tiga macam alokasi biaya, yaitu
sebagai berikut :
1) Metode alokasi langsung (Direct allocation method)
Merupakan metode yang paling sederhana dan sering digunakan. Pada metode ini, biaya
yang terjadi di departemen pendukung dialokasikan secara langsung ke departemen
produksi tanpa memperhatikan jasa yang diberikan ke departemen jasa lainnya. Dengan
demikian, tidak ada interaksi antara departemen pendukung yang diakui. Kelebihannya
adlah kemudahan dalam penggunaan karna tidak perlu memprediksi seberapa besar
penggunaan sumber daya dari departemen pendukung yang satu dengan yang lainnya.
Kelemahannya adalah tidak diperhitungkannya hubungan timbal balik antar departemen
pendukung.
2) Metode alokasi bertahap / berurutan (Step allocation method)
Metode alokasi bertahap mengakui adanya interaksi antar departemen pendukung. Akan
tetapi metode ini tidak sepenuhnya mengakui interaksi antar departemen pendukung.
Maksudnya adalah salah satu departemen jasa akan dipilih untuk dialokasikan seluruh
biayanya ke departemen jasa yang lain dan ke departemen operasi
3) Metode alokasi timbal balik (Reciprocal allocation method)
Metode timbal balik ini mempertimbangkan hubungan timbal balik jasa yang diberikan
antara satu departemen jasa dengan departen jasa lainnya. Dalam metode ini, semua
departemen jasa akan saling menerima biaya dari departemen jasa lainnya tergantung dari
jasa yang diterimanya.
Pengalokasian Overhead ke Produk
Dalam pembebanan biaya overhead pabrik departemen produksi dibutuhkan overhead rate
sebagai dasar untuk menghitung jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada satu
unit produk jadi. Menurut Mulyadi (2007) terdapat dua macam tarif dalam membebankan biaya
overhead pabrik, yaitu :
• Single rate, merupakan suatu perusahaan menggunakan satu tarif yang berlaku untuk
seluruh pabrik tersebut.
• Multiple rate, yaitu masing-masing departemen mempunyai tarif yang berlainan
berdasarkan unsur-unsur overhead rate dan alokasi yang berbeda sesuai dengan keadaan
pada masing-masing departemen yang bersangkutan.

Dasar Alokasi Tarif Overhead


Berikut ini adalah dasar yang digunakan untuk menghitung tarif overhead
dalampembebanannya ke produk menurut Mulyadi (2007), yaitu :

1) Satuan Produk, digunakan dalam perusahaan yang memproduksi satu macam produk.
Sehingga metode ini langsung membebankan biaya overhead pabrik kepada produk.
2) Biaya Bahan Baku, dipakai jika unsur biaya overhead pabrik relatif besar yang
berhubungan erat dengan nilai bahan baku.
3) Biaya Tenaga Kerja, dipakai jika unsur biaya overhead pabrik relatif besar yang
berhubungan erat dengan upah tenaga kerja langsung.
4) Biaya Tenaga Kerja Langsung , dipakai jika unsur biaya overhead pabrik mempunyai
hubungan yang erat dengan waktu yang membuat produk tersebut.
5) Jam mesin, dipakai bila biaya erat hubungannya dengan mesin. Misalnya biaya bahan baku
untuk menjalankan mesin.
B. Pengaplikasian dan Perhitungan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Departemen Pendukung ke Departemen Produksi pada PT. Abre Chemindo
Pada skipsi ini menggunakan data primer dan data sekunder, yaitu dengan melalui
wawancara dan menelaah atas catatan laporan-laporan yang dimiliki perusahaan. Teknik
pengumpulan data berupa penelitian kepustakaan, penelitian lapangan (seperti observasi,
interview). Dalam proses produksinya, perusahaan membagi dua departemen produksi yaitu :
1) Departemen Technical
2) Departemen Purified
Selain itu, pada PT. Arbe Chemindo memiliki tiga departemen pendukung yang
mempunyai tugas dan wewenang tersendiri terhadap departemen produksi, yaitu :
1) Departemen Listrik
2) Departemen Repair dan Maintenance
3) Departemen Gudang

Dalam mengalokasi biaya overhead pabrik ,dibutuhkan beberapa macam proses yaitu :
1. Pengumpulan Biaya , didalam proses ini semua biaya ditelusuri baik di departemen
pendukung maupun departemen produksi selama tahun berjalan. Berikut merupakan data
semua biaya overhead pabrik Pt.Arbe Chemindo yang terjadi di departemen pendukung
dan produksi selama tahun 2009
Tabel 4.9
PT. Arbe Chemindo
Alokasi BOP Departemen Pendukung Tahun
2009(Dalam Jutaan Rupiah)

Departemen Produksi Departemen Pendukung Jumlah


Listrik Repair &
Purified Technical & Air Maintenance Gudang

BOP Langsung Departemen

Factory/Plant Supplies 4,288 2,859 2,859 2,859 1,429 14,294


Indirect Labour 844 633 211 211 211 2,109
Depreciation – Mesin 1,613 1,075 538 1,075 1,075 5,377
Asuransi 74 62 37 50 25 248
Repair & Maintenance 544 544 544 815 272 2,718
Jumlah BOP Langsung
Departemen 7,363 5,173 4,188 5,010 3,012 24,747
BOP Tidak Langsung
Departemen
Biaya penyusutan bangunan 377 335 92 96 168 1,068
Repair and maintenance
Bangunan 226 201 55 58 101 641
Other Overhead 151 134 37 39 67 427
Jumlah BOP Tidak
Langsung Departemen 753 671 183 193 335 2,135
Jumlah Biaya yang
dianggarkan 8,116 5,843 4,372 5,203 3,348 26,882

2. Menentukan Dasar Alokasi


Dalam menentukan dasar alokasi departemen produksi tentu membutuhkan jasa dari
departemen pendukung dalam melakukan kegiatannya. Oleh karena itu,biaya yang terjadi
di departemen pendukung dihasilkan dari aktivitas departemen produksi. Berikut
merupakan dasar alokasi yang digunakan oleh Pt Arbe Chemindo dalam mengalokasikan
biaya overhead departemen pendukung ke departemen produksi
Tabel 4.10

Dasar Alokasi Departemen Pendukung

Dasar alokasi biaya ke departemen


lainnya
Departemen Pembantu
Departemen Repair and Maintenance Jam kerja reparasi dan pemeliharaan
Departemen Electricity Jumlah pemakaian tenaga listrik (kwh)
Departemen Gudang Jumlah berat barang yang disimpan

3. Mengalokasi Biaya Overhead Pabrik departemen pendukung ke departemen produksi


Berikut merupakan data alokasi biaya overhead pabrik departemen pendukung pada Pt
Arbe Chemindo
Tabel 4.11
PT. Arbe Chemindo
Data Alokasi Departemen Pendukung Tahun 2009

Departemen
Produksi Departemen Pembantu Jumlah
Listrik Repair &
Purified Technical & Air Maintenance Gudang

BOP Sebelum Alokasi Per


departemen 8,116.36 5,843.38 4,371.56 5,203.02 3,347.73 26,882
Alokasi Departemen Support
Listrik&Air
Kwh-hours 6000000 4500000 - 3000000 1500000 15000000
Percentage 40% 30% - 20% 10% 100%
Repair & Maintenance
labor-hours 9000 9000 6000 - 6000 30000
Percentage 30% 30% 20% - 20% 100%
Gudang
Satuan Berat Total (Ton) 2800 2100 1400 700 - 7000
Percentage 40% 30% 20% 10% - 100%

Dalam Mengalokasi Biaya departemen pendukung ke departemen produksi terdapat 3 metode


yaitu :
1. Metode alokasi langsung (Direct Allocation Method)
Dalam metode ini,tidak terdapat alokasi biaya dari departemen pendukung lainnya tetapi
langsung dialokasikan ke departemen produksi.
Berikut merupakan alokasi Bop Departemen pendukung Pt.Arbe Chemindo dengan
menggunakan metode langsung
Tabel 4.12
PT. Arbe Chemindo
Alokasi BOP Departemen Pendukung Tahun 2009
Metode Alokasi Langsung (Direct Allocation
Method)(Dalam Jutaan Rupiah)

Departemen Produksi Departemen Pendukung Jumlah


Repair & Listrik
Purified Technical Maintenance & Air Gudang

BOP Sebelum Alokasi Per


departemen 8,116 5,843 5,203 4,372 3,348 26,882
Allocation Repair &
Maintenance 2,602 2,602 -5,203 - - -
Allocation Listrik & Air 2,623 1,749 - -4,372 - -
Allocation Gudang 2,009 1,339 - - -3,348 -
Jumlah 15,349 11,533 0 0 0 26,882

2. Metode Alokasi Bertahap/Berurutan (Step-down allocation method)

Metode bertahap ini biaya yang terjadi pada suatu departemen pendukung dialokasikan
secara menurun, mengikuti prosedur ranking yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Rangking ditentukan dari departemen yang memberikan pelayanan terbanyak hingga yang
paling sedikit. Berikut merupakan data biaya overhead pabrik departemen pendukung Pt.
Arbe Chemindo dengan menggunakan metode ini
Tabel 4.13
PT. Arbe Chemindo
Alokasi BOP Departemen Pendukung Tahun 2009
Step-Down Allocation Method
(Dalam Jutaan Rupiah)

Departemen Produksi Departemen Pendukung


Repair & Listrik
Purified Technical Maintenance & Air Gudang Jumlah
BOP Sebelum Alokasi
Per departemen 8,116 5,843 5,203 4,372 3,348 26,882
Allocation Repair &
Maintenance 1,561 1,561 -5,203 1,041 1,041 -
Jumlah 5,412 - -
Allocation Listrik&Air 2,706 2,030 - -5,412 677 -
Jumlah - - 5,065 -
Allocation Gudang 2,894 2,171 - - -5,065 -
Jumlah 15,278 11,604 0 0 0 26,882

3. Metode Alokasi Timbal Balik


Metode timbal balik ini mengakui semua interaksi antar departemen pendukung.
Berikut merupakan data BOP departemen pendukung Pt Arbe Chemindo dengan
menggunakan metode ini
Tabel 4.14
PT. Arbe Chemindo
Alokasi BOP Departemen Pendukung Tahun 2009
Reciprocal Allocation Method
(Dalam Jutaan Rupiah)

Departemen Produksi Departemen Pendukung


Repair & Listrik
Purified Technical Maintenance & Air Gudang Jumlah
BOP Sebelum Alokasi Per
departemen 8,116 5,843 5,203 4,372 3,348 26,882
Alokasi Departemen
Support
Repair & Maintenance 2,278 2,278 -7,593 1,519 1,519 -
Listrik & Air 2,577 1,932 1,288 -6,441 644 -
Gudang 2,204 1,653 1,102 551 -5,511 -
Total BOP Departemen
Produksi 15,175 11,707 0 0 0 46,427

Kesimpulan Review

Dalam mengalokasi biaya overhead pabrik terdapat beberapa metode yaitu metode alokasi
langsung, metode alokasi bertahap atau berurutan dan metode alokasi timbal balik. Pada penelitian
ini PT Arbe Chemindo memilih menggunakan metode alokasi langsung, yaitu semua biaya
overhead pabrik departemen pendukung secara langsung dialokasikan ke departemen produksi.
Dengan metode ini, mereka akan lebih mudah, efisien dan cepat karena metode ini mengabaikan
dan tidak membebankan biaya apapun ke jasa yang diberikan oleh suatu departemen pendukung
ke departemen pendukung yang lain. Dan mungkin alasan tersebutlah yang membuat PT Arbe
Chemindo memilih menggunakan metode ini dibanding 2 metode lain. Padahal metode alokasi
bertahap dan metode alokasi timbal balik lebih memberikan data-data perhitungan terperinci dan
juga teliti karena melibatkan semua interaksi antar departemen pendukung.
KARYA ILMIAH 2
Judul Jurnal : Analisis Alokasi Biaya Bersama Pada PT Sandimas Katusa Keramika
Industries Periode Bulan Januari 2018
Nama Penulis :- Farida Hanifah
- Dheny Biantara
- Sri Handayani
Nama Universitas : Universitas Agung Podomoro
Tahun Penulisan : 2018

 Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi terdiri dari biaya bahan
baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi ini
disebut juga biaya produk yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk,
dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan.
 Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai.
 Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengonversi
bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.
 Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung
tetapi membantu dalam mengubah bahan menjadi produk selesai.
 Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong) adalah bahan yang digunakan
dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak
dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.
 Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan
produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai.
 Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja
tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat
ditelusuri langsung kepada produk selesai.
 Penentuan Harga Pokok Produksi
Mulyadi (2015) metode penentuan harga pokok produk adalah menghitung semua unsur biaya
kerja dalam harga pokok produksi. Dalam menghitung unsur-unsur biaya pada harga pokok
produksi terdapat dua pendekatan yaitu metode full costing dan metode variabel costing.
Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang menghitung
semua unsusr biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhaed baik yang
berperilaku variabel maupun tetap. Sementara metode variable costing merupakan metode
penentuan harga pokok produksi yang hanya menghitung biaya produksi yang berperilaku
variabel kedalam harga pokok produksinya. Metode variabel costing terdiri dari unsur-unsur
biaya produksi.
 Biaya Bersama
Menurut Mulyadi (2015) Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint
overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang
kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan
secara massal.

 Metode Alokasi Biaya Bersama


Metode alokasi biaya bersama terdiri dari metode nilai jual relatif, metode satuan fisik, metode
rata-rata biaya per satuan, dan metode nilai realisasi bersih (net realized value).
 Metode Nilai Jual Relatif
Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk
bersama. Dasar pemikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan
perwujudan biaya biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut. Jika salah
satu produk terjual lebih tinggi dari pada produk lain, hal ini karena biaya yang
dikeluarkan untuk produk tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan produk yang
lain.
 Metode Satuan Fisik
Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan kepada produk atas dasar koefisiesn
fisik, yaitu kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk.
Koefisisen ini dinyatakan dalam satuan berat, volume atau satuan lainnya. Dengan
demikian metode ini menghendaki produk bersama yang dihasilkan dapat diukur denga
satuan ukuran produk yang sama. Jika produk bersama mempunyai satuan ukuran yang
berbeda, harus ditentukan koefisien ekuivalensi yang digunakan untuk mengubah
berbagai satuan tersebut menjadi satuan ukuran yang sama.
 Metode Rata-rata Biaya per satuan
Jalan pikiran yang mendasari pemakaian metode ini adalah karena semua produk yang
dihasilkan dari proses yang sama, maka tidak mungkin biaya untuk memproduksi satu
satuan berbeda satu sama lain.

 Metode Nilai Realisasi Bersih


Metode NRV mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan berdasarkan NRV
relatif – nilai jual akhir dikurangi dengan biaya yang dapat dipisahkan – total gabungan
yang dibuat selama periode akuntansi.

 Analisa dan Pembahasan


PT. Sandimas Katusa Keramika Industries merupakan perusahaan swasta yang bergerak di
bidang Sanitary. PT. Sandimas Katusa Keramika Industries Sebagai sebagai salah satu unit
perusahaan dari group Sandimas Indonesia, yang secara khusus memproduksi kelompok
produk Toilet Keramik, yaitu Produk Sanitary, Wastafel dan sanitary lainnya. Awal mula
memproduksi, PT. Sandimas Katusa Keramika Industries tidak memiliki mesin untuk
mencetak tangki, namun dengan seiringan berjalannya waktu, pada tahun 2018 ini PT.
Sandimas Katusa Keramika Industries telah memiliki mesin pencetak tangki. Hal ini lebih
efesien di banding menggunakan mesin cetak yang terbuat dari gypsum. Mesin tangka ini
bernama mesin HPT.
Sampai saat ini karyawan yang bekerja pada PT. Sandimas Katusa Keramika Industries kurang
lebih berjumlah 180 orang dan akan terus bertambah. Dari 180 orang terbagi dalam beberapa
kategori, seperti pekerja bulanan, pekerja harian, pekerja borongan dan pekerja freelance. PT
Sandimas Katusa Keramika Industries memproduksi berbagai jenis produk sanitary, seperti
closet dengan berbagai macam tipe, Tangki juga dengan berbagai macam tipe serta Westafel
dengan beberapa jenis tipe. PT. Sandimas Katusa Keramika Industries mempunyai beberapa
tahapan proses produksi. Pada PT. Sandiamas Katusa Keramika Industries, biaya bersama
terdapat pada department casting, department glaze, dan department fired. Dimulai dengan
proses produksi bahan baku, lanjut dengan proses Proses produk Bahan pendukung serta proses
produksi bahan tambahan. Bahan Baku itu sendiri mempunyai tingkat kesulitan sebesar 20%
sedangkan proses pendukung mempunyai tingkat kesulitan sebesar 75% serta proses produksi
bahan tambaan mempunyai tingkat kesulitas hanya sebesar 5%.
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan closet adalah Clay, Water Glass, dan air.
Clay tersebut terdiri dari berbagai jenis, diantaranya Black Clay, White Clay dan Mixer Clay.
Clay di PT. Sandimas Katusa Keramika Industries pun di impor langsung dari China sehingga
saat sampai ke Indonesia hanya tinggal diolahdengan water glass dan air. Bahan penolong yang
di gunakan dalam proses produksi yaitu, bahan pembuat cetakan atas dan cetakan bawah.
Bahan tambahan yang digunakan pada proses produksi yaitu; Glaze, Box, Seatcover, Seal
gasket, dll

Data Produksi

Tabel 1
Laporan Produksi produk grade A dan B bulan Januari 2018

Sumber: Olahan laporan biaya produksi PT. Sandimas Katusa Keramika Industries bulan Januari
2018

Data tabel 1 di atas merupakan data untuk perhitungan alokasi metode yang di dapat dari laporan
biaya produksi PT. Sandimas Katusa Keramika Industries bulan januari 2018 untuk produk grade
A dan B. Dari data diatas dapat disimpulkan, produksi grade A sebanyak 5.123 pcs closet, tangki
sebanyak 5.738 pcs dan westafel sebanyak 805 pcs. Sedangkan untuk grade B adalah sebanyak
2.789 pcs closet, tangki sebanyak 2.515 pcs dan westafel sebanyak 505 pcs.
Total biaya bersama yang dibutuhkan untuk raw material produksi bulan Januari 2018 adalah
sebesar Rp. 774.310.927. Total penjualan bulan Januari 2018 untuk produk grade A adalah
sebanyak 4.007 pcs untuk closet, 2.847 pcs untuk produk tangki, dan 805 pcs untuk produk
westafel. Sedangkan untuk produk grade B adalah sebanyak 2.601 pcs untuk closet, 294 pcs untuk
produk tangki, dan 505 pcs untuk produk westafel.
Total harga penjualan untuk bulan Januari 2018 produk grade A adalah sebesar Rp. 700.000 untuk
produk closet tipe 420 dan sebesar Rp.

4.3 Alokasi Biaya bersama Metode Harga

Tabel 3

Metode Sales value at splitoff bulan Januari 2018

Sumber : Olahan laporan Biaya Produksi PT. Sandimas Katusa Keramika Industries bulan
Januari 2018

Tabel 3 diatas adalah tabel metode alokasi biaya bersama menggunakan metode harga pasar atau
nilai jual relatif untuk produk grade A dan B. Dari data diatas menunjukan bahwa nilai jual dari
total produksi produk grade A dan B saat titik pemisah adalah sebesar Rp. 9.189.333.000. angka
ini di dapat dari rumus sebagai berikut:
Sehingga didapatkan niali jual relatif dengan cara membagi dengan total Sales value of total
production at splitoff point. Setelah itu untuk mendapatkan alokasi biaya bersama menggunakan
metode ini dapat dilihat dari rumus sebagai berikut:
Alokasi biaya bersama = nilai jual relatif x biaya bersama
Alokasi biaya bersama Sales at split off point
menggunakan metode sales at
splitoff point bulan Januari
2018 PRODUK
C420 2.349.752.460
C633 616.560.229
T420 502.333.307
T633 882.165.045
W211A 47.946.174
W288 1.009.613
W240 73.834.045
TOTAL 4.473.600.873
Sumber : Olahan Laporan Biaya Produksi PT. Sandimas Katusa Keramika Industries bulan
Januari 2018

Panel B adalah panel untuk melihat gross margin dari produksi biaya bersama selama bulan
Januari 2018 dengan menggunakan metode alokais nilai jual atau harga pasar. Dari panel B tabel
8 diatas, dapat dilihat total pendapatan bulan Januari 2018 untuk produk grade A dan B adalah
sebesar Rp. 5.374.267.000
Dengan perhitungan rumus sebagai berikut:
Pendapatan = total produk yang di jual x harga jual per pcs
Biaya produksi pada bulan januari untuk produk grade A dan B adalah sebesar Rp. 4.473.600.873
dengan perincian sebagai berikut:
DM = Rp. 2.782.784.061

DL = Rp. 811.830.603
FOH = Rp. 878.986.209.
DL = Rp. 811.830.603
FOH = Rp. 878.986.209.
ending inventory bulan January 2018 untuk produk grade A dan B adalah sebesar Rp. 492.805.027.
sehingga di dapatkan COGS pada bulan Januari 2018 dengan menggunakan metode ini adalah
sebesar Rp. 3.980.795.847 sehingga menghasilkan gross margin ebesar Rp. 1.753.471.157 atau
sebesar 30,6%.

Pada metode nilai jual atau harga pasar persentase gross margin selalu sama antara satu produk
dengan produk lainnya, walaupun produk yang diproduksi jumlahnya berbeda. Ini merupakan
salah satu keuntungan untuk perusahaan apabila menggunakan metode alokasi ini.

4.4 Alokasi Biaya Bersama Metode Fisik

Tabel 5
Metode fisik bulan Januari 2018

Sumber: Olahan laporan costing PT. Sandimas Katusa Keramika Industries bulan Januari 2018

Tabel 5 diatas adalah tabel metode alokasi biaya bersama menggunakan metode satuan fisik untuk
produk grade A dan B bulan Januari 2018. Dari data diatas menunjukan jumlah produksi produk
grade A dan B sebanyak 22.798. Biaya bersama pada bulan januari adalah sebesar Rp.
774.310.927. Alokasi biaya bersama pada metode ini di rumuskan sebagai berikut:
Weighting = Total produksi per produk / total produksi keseluruhan
Alokasi biaya bersama = weighting per produk x biaya bersama
Tabel 6
Alokasi biaya bersama PHYSICAL
menggunakan metode
fisik bulan Januari
Panel B adalah panel untuk melihat gross
2018 PRODUK
margin dari produksi biaya bersama selama
C420 204.361.297
bulan Januari 2018 dengan menggunakan
C633 127.908.367
metode alokasi pengukuran satuan fisik.
T420 135.482.336
Dari panel B tabel 14 diatas, dapat dilihat
T633 262.066.107
pendapatan bulan Januari 2018 adalah sebesar
W211A 21.906.770
Rp. 5.734.267.000. Biaya produksi pada bulan
W288 407.568
januari untuk produk grade A dan B adalah
W240 22.178.482
sebesar Rp. 4.473.600.873 dengan perincian
TOTAL 774.310.927
sebagai berikut :
DM = Rp. 2.782.784.061
DL = Rp. 811.830.603
FOH = Rp. 878.986.209.

Ending inventory bulan January 2018 untuk produk grade A dan B adalah sebesar Rp.
524.014.607. sehingga di dapatkan COGS untuk bulan January 2018 menggunakan mtode fisik
adalah sebesar Rp. 3.949.586.266 dan di hasilkan gross margin pada bulan Januari 2018 untuk
produksi produk grade A dan B sebesar Rp. 1.784.680.734 atau sebanyak 31.1%
Dapat dilihat apabila menggunakan metode satuan biaya produksi bersama semua sama antara satu
produk dengan produk lainnya, walaupun produk yang diproduksiEnding inventory bulan January
2018 untuk produk grade A dan B adalah sebesar Rp. 524.014.607. sehingga di dapatkan COGS
untuk bulan January 2018 menggunakan mtode fisik adalah sebesar Rp. 3.949.586.266 dan di
hasilkan gross margin pada bulan Januari 2018 untuk produksi produk grade A dan B sebesar Rp.
1.784.680.734 atau sebanyak 31.1%
Dapat dilihat apabila menggunakan metode satuan biaya produksi bersama semua sama antara satu
produk dengan produk lainnya, walaupun produk yang diproduksi jumlahnya berbeda. Ini
merupakan salah satu keuntungan untuk perusahaan apabila menggunakan metode alokasi ini.
Namun untuk persentase gross margin semua berbeda secara otomatis keuntungan 1 produk
dengan produk lainnya berbeda.
4.5 Alokasi biaya bersama Metode NRV

Tabel 7
Metode NRV bulan Januari 2018

Sumber: Olahan laporan costing PT. Sandimas Katusa Keramika Industries bulan Januari 2018
Tabel 7 diatas adalah tabel metode alokasi biaya bersama menggunakan metode NRV untuk
produk grade A dan B. Dari data diatas menunjukan bahwa nilai jual dari total produksi produk
grade A dan B selama periode accounting adalah sebesar Rp. 9.189.333.0000. Data diatas
merupakan hasil perkalian dari data produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual produk
per pcs untuk masing masing produk. Atau bila di rumuskan adalah sebagai berikut:

Pada
metode ini terdapat biaya pemisah, berikut ini tabel seperable cost per produk untuk bulan Januari
2018.

Tabel 8
Seperable cost bulan Januari 2018

Produk seperable
cost
C420 1.237.178.2
74
C633 680.034.250
T420 784.670.249
T633 799.859.092
W211A 89.210.309
W288 16.935.104
W240 91.402.667
Sumber: Olahan laporan costing PT. Sandimas Katusa Keramika Industries bulan Januari 2018
Total nilai realisasi pada bulan Januari 2018 adalah sebesar Rp. 5.490.043.053. sehingga di
dapatkan bobot per masing masing produk untuk di kalikan dengan biaya bersama atau dengan
rumus sebagai berikut:
Weighting = NRV at splitoff point / total NRV at splitoff point
Alokasi biaya bersama = Weighting x biaya bersama
Tabel 9
Alokasi biaya bersama menggunakan metode NRV bulan Januari 2018

PRODUK NRV
C420 401.840.486
C633 148.562.269
T420 71.756.869
T633 141.839.943
W211A 5.886.084
W288 (2.149.169)
W240 6.574.445
Sumber : Olahan laporan costing PT. Sandimas Katusa Keramika Industries bulan Januari 2018

Dari panel B tabel 9 diatas, dapat dilihat pendapatan bulan Januari 2018 adalah sebesar Rp.
5.734.267.000. Biaya produksi pada bulan januari untuk produk grade A dan B adalah sebesar Rp.
4.473.600.873 dengan perincian sebagai berikut :

DM = Rp. 2.782.784.061
DL = Rp. 811.830.603
FOH = Rp. 878.986.209.
Ending inventory bulan January 2018 untuk produk grade A dan B adalah sebesar Rp.
2.541.089.228. sehingga di dapatkan COGS untuk bulan January 2018 menggunakan mtode fisik
adalah sebesar Rp. 1.932.511.645 dan di hasilkan gross margin pada bulan Januari 2018 untuk
produksi produk grade A dan B sebesar Rp. 2.088.257.798 atau sebanyak 36.4%
Dapat dilihat apabila menggunakan metode dapat terlihat secara rinci biaya untuk masing masing
per produk yang akan dijual. Ini merupakan salah satu keuntungan untuk perusahaan apabila
menggunakan metode alokasi ini.

Kesimpulan Review

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode yang efektif digunakan oleh
perusahaan pada periode Januari 2018 adalah metode NRV. Karena metode ini dapat membuat
gross margin percentage perusahaan pada bulan Januari mencapai 36.4%. Hal ini dikarenakan
harga jual produk-produk yang signifikan jumlah penjualannya memiliki harga jual yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan secara signifikan gross margin percentage perusahaan. Dasar
pemikiran metode ini bahwa estimasi harga jual dalam keadaan bisnis normal dikurangi dengan
estimasi biaya penyelesaian dan penjualan yang dapat di prediksi secara layak. Dari tiga metode
ini termasuk metode paling detail sehingga keuntungan masing-masing produk dapat dilihat.
PERBANDINGAN
KARYA ILMIAH 1 KARYA ILMIAH 2
1. Pada Karya Ilmiah ini penghitungan 1. Dalam Karya Ilmiah ini metode perhitungan
alokasi biaya overhead pabrik pada PT. PT Sandimas Katusa Keramika Industries
Arbe Chemindo menggunakan metode dalam pengimplementasiannya adalah
langsung, yang mana pada metode ini metode NRV yang mana estimasi harga jual
mengabaikan dan tidak membebankan dalam keadaan bisnis normal dikurangi
biaya apapun ke jasa yang diberikan oleh dengan estimasi biaya penyelesaian dan
suatu departemen pendukung ke penjualan yang dapat di prediksi secara
departemen pendukung yang lain dan juga layak. Selain itu juga metode ini termaksuk
metode ini lebih praktis dan juga tidak metode yang paling detail diantara ketiga
membutuhkan waktu yang lama. metode-metode lainnya. Sehingga setiap
2. Pada PT. Arbe Chemindo perusahaan produk dapat dilihat masing - masing
tersebut hanya membagi 2 departemen keuntungannya.
produksi yaitu departemen technical dan 2. Pada PT Sandimas Katusa Keramika
departemen purified. Sedangkan PT. Arbe Industries dalam membagi departemen
Chemindo juga memiliki 3 departemen dibagi menjadi department casting,
pendukung yaitu : Departemen listrik, department glaze, dan department fire.
departemen repair dan maintance, serta 3. Dan dalam hasil akhir perhitugannya didapat
departemen gudang. hasil yang terperinci dan jelas.
3. Dalam hasil akhir perhitungan karya
ilmiah ini didapat hasil yang tidak begitu
terperinci.

Anda mungkin juga menyukai