PSAK 19 memberikan definisi aset tak berwujud adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa
wujud fisik dan aset nonmoneter adalah aset yang dimiliki secara tunai dan diterima secara
tunai, yang jumlahnya konstan atau dapat ditentukan. Contoh aset tidak berwujud yang
mematuhi PSAK 19: perangkat lunak komputer, paten, hak cipta, film, daftar pelanggan, hak
garansi, lisensi penangkapan ikan, kuota impor, konsesi, hubungan pemasok atau pelanggan,
retensi pelanggan, stok pasar, dan hak pemasaran.
Keteridentifikasi
PSAK 19 mengungkapkan bahwa suatu asset terdentifikasi menjadi aset tidak berwujud jika:
Pengendalian
PSAK 19 menjelaskan bahwa pengendalian aset tak berwujud adalah sebagai berikut:
a. Entitas mengendalikan aset jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat
ekonomik masa depan yang timbul dari aset.
b. Manfaat ekonomik masa depan dapat timbul dari pengetahuan atas pasar atau
pengetahuan teknis.
c. Entitas belum tentu dapat mengendalikan manfaat ekonomik masa depan yang timbul dari
karyawan yang terampil.
d. Entitas tidak memiliki pengendalian atas manfaat ekonomik yang dapat diperoleh dari
hubungan dengan pelanggan atau loyalitas pelanggan.
PSAK 19 menjelaskan bahwa manfaat ekonomik masa depan yang timbul dari aset tak
berwujud dapat mencakup hal-hal berikut:
PSAK 19 menjelaskan bahwa kriteria pengakuan asset tak berwujud merupakan sebagai
berikut:
a. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset
tersebut.
b. Biaya perolehan asset tersebut dapat diukur secara andal.
PSAK 19 menjelaskan dua hal yang juga merupakan kriteria pengakuan dalam menilai
b. Entitas yang dipertimbangkan oleh bukti yang berada pada saat pengakuan asset tak
berwujud.
Pengeluaran yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui sebagai beban. PSAK 19 (2018)
menambahkan bahwa dalam asset tak berwujud dapat diakui dengan biaya perolehan. Maka
dari PSAK 19 menjelaskan bahwa asset tidak berwujud dapat diperoleh dari:
1. Perolehan Terpisah
probabilitas dengan manfaat ekonomi masa yang akan datang dengan asset yang
diperoleh entitas.
Sesuai dengan PSAK 22: Kombinasi Bisnis, jika aset takberwujud diperoleh dalam
kombinasi bisnis, maka biaya perolehan aset takberwujud adalah nilai wajar aset pada
tanggal akuisisi.
hak kontraktual atau hak hukum lain, maka tersedia informasi yang memadai untuk
4. Pengeluaran Selanjutnya atas Proyek Penelitian dan Pengembangan yang Sedang Dalam
Proses.
a. Terkait dengan proyek penelitian dan pengembangan yang sedang dalam proses yang
diperoleh secara terpisah atau dalam kombinasi bisnis dan diakui sebagai aset
takberwujud; dan
Berdasarkan PSAK 19 menjelaskan bahwa aset tak berwujud dapat diperoleh secara cuma
6. Pertukaran Aset
Berdasarkan PSAK 19 menjelaskan bahwa biaya perolehan tersebut asset tak berwujud
b. Nilai wajar aset yang diterima dan asset yang diserahkan tidak dapat diukur secara
andal.
Dalam PSAK 19 menjelaskan bahwa goodwill yang dihasilkan secara internal tidak
diakui sebagai asset karena goodwill yang tersebut buka merupakan suatu number daya
terindentifikasi (tidak dapat dipisahkan dan tidak timbul dari hak kontraktual atau hak
hukum lain) yang dikendalikan oleh entitas dan dapat diukur secara andal biaya
perolehannya.
8. Aset Tak Berwujud yang dihasilkan secara internal
Dalam PSAK 19 menjelaskan bahwa dalam menentukan apakah suatu aset tak berwujud
yang dihasilkan secara internal dalam memenuhi syarat untuk diakui, entitas
Entitas tidak mengakui aset takberwujud yang timbul dari penelitian (atau dari tahap
penelitian pada proyek internal). Pengeluaran untuk penelitian (atau tahap penelitian
b. Tahap pengembangan
Aşet takberwujud yang timbul dari pengembangan (atau dari tahap pengembangan
pada proyek internal) diakui jika, dan hanya jika, entitas dapat menunjukkan seluruh
menjual.
e. Ketersediaannya sumber daya teknis, keuangan dan sumber days lainnya yang
Pengakuan Beban
Pengeluaran atas asset tak berwujud diakui sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali:
a. Pengeluaran itu merupakan bagian dari biaya perolehan aset takberwujud yang memenuhi
kriteria pengakuan.
b. Sesuatu yang takberwujud tersebut diperoleh melalui suatu kombinasi bisnis dan tidak
dapat diakui sebagai aset takberwujud.
Dalam PSAK 19 menjelaskan bahwa suatu entitas dapat memilih modelnya sebagai kebijakan
akuntansi.
a. Model Biaya
Setelah pengakuan yang awal, asset tak berwujud dapat dicatat dengan biaya perolehan
b. Model Revaluasi
Setelah pengakuan awal, asset tak berwujud dapat dicatat dengan jumlah revaluasi, yaitu
nilai wajar pada tanggal revaluasi yang dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi
Umur Manfaat
Entitas menilai apakah umur manfaat aset tak berwujud terbatas atau tidak terbatas dan, jika
terbatas, jangka waktu atau jumlah produksi atau jumlah unit serupa yang dihasilkan selama
umur manfaat. Aset tak berwujud dianggap oleh entitas memiliki umur manfaat tidak terbatas
jika, berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan, tidak ada batas yang terlihat pada saat
ini atas periode aset diperkirakan menghasilkan arus kas neto untuk entitas.
Faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan umur manfaat aset tak berwujud, termasuk:
a. Penggunaan yang diperkirakan dari aset untuk entitas dan apakah aset dapat dikelola
b. Daur hidup umum dari aset dan informasi umum mengenai estimasi umur manfaat
d. Stabilitas industri di mana aset beroperasi dan perubahan permintaan pasar atas
ekonomik masa depan aset serta kemampuan dan intensi entitas untuk mencapai
tingkat tersebut;
g. Periode pengendalian aset dan batasan hukum atau batasan serupa dalam pemanfaatan
h. Apakah umur manfaat aset bergantung pada umur manfaat aset lain entitas.
Dalam PSAK 19 menyatakan bahwa menjelaskan bahwa jumlah bentuk asset tak berwujud
dengan umur manfaat ekonomis dibatasi dan dialokasikan secara sistematis selama umur
manfaat. Amortisasi dapat dilakukan saat asset tersedia untuk digunakan. Metode yang dipilih
berdasarkan pola konsumsi manfaat ekonois masa depan yang diprediksi dan dilakukan
secara konsisten dari periode ke periode. PSAK 19 menyatakan bahwa amortisasi biasanya
diakui dalam laba rugi. PSAK 19 menjelaskan bahwa nilai residu dari suatu asset tidak
berwujud dengan masa manfaat yang terbatas diasumsikan nol. Jumlah yang dapat
dikurangkan dari suatu asset dalam masa manfaat yang spesifik setelah dikurangkan nilai
residu. Nilai residu selain nol menyiratkan bahwa entitas mengharapkan untuk melepaskan
Dalam PSAK 19 menyatakan bahwa asset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas
sehingga tidak dapat diamortisasi. Entitas harus menguji asset tak berwujud dengan umur
masa manfaat tak terukur dengan penurunan nilai dengan mengandalkan jumlah terpulihnya
dengan jumlah tercatatnya setiap periode dan kapan saja dapat terindikasi bahwa asset tak
PSAK 19 menjelaskan bahwa entitas harus mengungkapkan beberapa hal yang dipisahkan
antara aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset tak berwujud lain, yaitu
umur manfaat tidak terbatas atau terbatas, metode amortisasi, jumlah bruto yang tercatat serta
akumulasi amortisasi awal dan akhir periode, pos dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, serta rekonsiliasi atas jumlah yang tercatat pada awal dan akhir periode.
Selain hal yang disebutkan tersebut, suatu entitas juga harus mengungkapkan:
a. Tak berwujud yang diprediksi akan memiliki masa manfaat, jumlah tercatat aset yang
tidak terbatas, serta penjelasan yang mendukung penilaian masa manfaat tidak terbatas.
b. Deskripsi, jumlah yang tercatat dan sisa periode amortisasi dari setiap aset tak berwujud
c. Aset tak berwujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan pada awalnya diakui
d. Keberadaan dan jumlah tercatat aset tak berwujud yang kepemilikannya dibatasi dan
https://mobile-api.iaiglobal.or.id/Portal/pdf_view2/QWkxbXpNSTkwdUVnYXgvUFh
3M0tsZz09
Mustapa, F. D., Widianingrum, H., & dkk. (2022). Aset Tidak Berwujud Berdasarkan PSAK