Disusun Oleh :
Nama :
Kelas :
Try Zuliyanti
135020301111081
Nurul Khoiriyah
135020301111087
135020301111092
7133220056
Auditing CD
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FEBRUARI
2016
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh aset pada saat
perolehan atau konstruksi sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.
Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset takberwujud
selama umur manfaatnya.
Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset tau jumlah lain yang
merupakan pengganti biaya perolehan dikurangi nilai residunya.
Jumlah tercatat aset adalah jumlah aset yang diakui dalam laporan posisi
keuangan setalah dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi
penurunan nilai.
Nilai residu dari aset takberwujud adalah jumlah estimasian yang dapat
diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset setalah dikurangi estimasi biaya
pelepasan aset, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan
pada akhir umur manfaatnya.
Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah
tercatat suatu aset atas jumlah terpulihkannya.
Umur manfaat adalah :
a. Periode suatu aset yang diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan.
b. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari suatu
aset oleh perusahaan.
Menurut penulis, sifat aset takberwujud adalah :
a. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
b. Tidak mempunyai bentuk, sehingga tidak bisa dipegang atau diraba atau
dilihat.
c. Diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah uang tertentu yang jumlahnya
cukup material.
Contoh :
a. Goodwill, timbul pada suatu perusahaan pada waktu membeli suatu
perusahaan lain di atas harga yang berlaku untuk aset netonya setelah
dikurangi biaya-biaya, karena perusahaan yang dibeli mempunyai
keunggulan tertentu.
b. Hak Paten, jika perusahaan atau seseorang menemukan suatu produk baru
setlah melakukan riset selama beberapa waktu dengan mengeluarkan biaya
yang cukup besar.
c. Hak Cipta (Copy right), yang diberikan kepada seseorang yang
menciptakab lagu atau mengarang buku.
d. Franchise, misalnya Ketuncky Fried Chicken, Mc Donald, Es Teller 77.
Jika seseorang ingin menjual makanan atau minuman dengan rasa, bentuk,
cara penyajian dan dekorasi yang sama, terlebih dahulu harus membeli hak
franchise
2.1 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Aset TakBerwujud
Aset tersebut diukur setelah pengakuan awal dengan model biaya atau
model revaluasi.
d. Keberadaan dan jumlah tercatat aset tak berwujud yang kepemilikannya
diibatasi dan jumlah tercatat aset tak berwujud yang menjadi jaminan untuk
liabilitas.
e. Nilai komitmen kontaktual untuk akuisis aset tak berwujud.
4. Entitas mengungkapkan nilai agregat dari pengeluaran penelitian dan
pengembangan yang diakui sebagai beban selama periode.
5. Pengeluaran penelitian dan pengembangan terdiri dari seluruh pengeluaran
yang dapat diatribusikan secara langsung pada kegiatan penelitian dan
pengembangan.
6. Entitas dianjurkan, namun tidak diharuskan, untuk mengungkapkan informasi :
a. Penjelasan mengenai aset tak berwujud yang telah diamortisasi seluruhnya
tetapi masih digunakan; dan
b. Penjelasan mengenai aset tak berwujud signifikan yang dikendalikan oleh
Entitas namun diakui sebagai aset karena tidak memenuhi kriteria
pengakuan dalam pernyataan ini atau karena aset tersebut diperoleh atau
dihasilkan sebelum PSAK 19 (revisi 2000); Aset Tidak Berwujud Efektif
Diberlakukan.
3.1 AUDIT PRSEDUR ATAS ASET TAK BERWUJUD
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tak berwujud.
Biasanya dilakukan dengan menggunakan internal control questionnaires,
seperti gambar berikut.
3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu check footing
dan cross footing.
4. Periksa penambahan aset tak berwujud:
a. Apakah diotorisasi pejabat entitas yang berwenang.
b. Periksa notulen rapat direksi/pemegang saham, untuk mengetahui apakah
otorisasi tersebut diberikan melalui rapat tersebut.
c. Periksa keabsahan dan kelengkapan bukti-bukti pendukungnya.
5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada) aset tak berwujud.
Periksa apakah amortisasi dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS dan perhitungannya akurat. Jika ada aset tak
berwujud yang dihapuskan, misalnya goodwill, karena tidak lagi mempunyai
kegunaan, maka harus diperiksa otorisasi dari pejabat entitas yang berwenang.
6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat entitas dengan pihak ketiga
yang ingin menggunakan hak paten, hak cipta, dan franchise yang
dimiliki perusahaan. Periksa apakah pendapatan dari perjanjian tersebut
(dalam bentuk royalty fee) sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
Perjanjian untuk menjual/menyewakan hak paten, hak cipta, dan franchise
milik perusahaan kepada pihak ketiga, biasanya dilakukan di hadapan notaris,
karena itu auditor harus meminta copy perjanjian tersebut untuk permanent file.
Untuk royalti yang diperoleh harus diperiksa apakah sudah dikenakan PPh 23
sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.
Selain itu auditor harus memeriksa buku penerimaan kas (bank) untuk
mengetahui apakah pendapatan dari penjualan/penyewaan tersebut sudah
diterima oleh perusahaan dan dicatat di buku perusahaan.
7. Periksa apakah penyajian aset tak berwujud dalam laporan keuangan
sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
ETAP/PSAK/IFRS.
Dalam hal ini entitas harus mencatat perolehan/penambahan aset takberwujud
sebesar harga perolehannya. Di laporan posisi keuangan (neraca) aset
takberwujud disajikan sebesar nilai netonya, setelah diamortisasi. Sedangkan di
catatan atas laporan keuangan harus dijelaskan al: saldo aset takberwujud
terdiri dari apa saja, dengan mencantumkan nilai neto dari masing-masingjenis
aset tak berwujud, dan metode serta periode amortisasinya.
Di kertas kerja pemeriksaan aset takberwujud auditor harus mencantumkan
kesimpulan pemeriksaannya mengenai kewajaran saldo perkiraan aset
taakberwujud.