Anda di halaman 1dari 4

Nama : Krisna Aji Wijaya

Nim : 2003101065
Kelas : Akuntansi 6D
Mata Kuliah : Pengauditan ll (Resume BAB 15)

PEMERIKSAAN ASET TAKBERWUJUD


SIFAT DAN CONTOH

Pengertian dan sifat asset tidak berwujud menurut SAK ETAP(IAI,2009:76)

Aset tidak berwujud adalah asset nonmoneter yang dapat diidentifikasikan dan tidak
mempunyai wujud fisik. Suatu asset dapat diidentifikasikan jika:
1. Dapat dipisahkan,yaitu kemampuanya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari
perusahaan dan dijual,dialihkan,diisensikan,disewakan atau ditukarkan melalui suatu
kontrak terkait asset atau liabilitas secara individual atau secara bersama.
2. Muncul dari hak kontraktual atau hukum lainya,terlepas apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dipisahkan dari perusahaan atau dari hak dan kewajiban lainya.
Aset tidak berwujud tidak termasuk:
1. Efek(surat berharga)
2. Hak atas mineral dan cadangan mineral,misalnya minyak,gas alam sumber daya
yang tidak dapat diperbarui lainya.
Aset tidak berwujud diakui jika:
1. Kemungkinan perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari asset
tersebut,dan
2. Biaya perolehan asset atau nilai asset tersebut dapat diukur dengan andal.
Biaya perolehan asset tidak berwujud yang diperoleh secara terpisah terdiri atas:
1. Harga beli,termasuk bea impor dan pajak yang sifatnya tidak dapat dikreditkan.
2. Biaya biaya yang dapat distribusikan secara langsung dalam mempersiapkan asset.
Pengeluaran berikut ini harus diakui sebagai beban dan bukan sebagai asset tidak
berwujud,
1. Merek,logo,judul publikasi,daftar konsumen yang dihasilkan secara internal dan hal
lain yang secara subtansi serupa.
2. Aktivitas perintisan,termasuk biaya legal dan kesekretariatan dalam fasilitas baru.
3. Aktivitas pelatihan.
4. Aktivitas periklanan dan promosi.
5. Rekolasi atau reorganisasi sebagaian atau seluruh entitas.
Pengertian dan sifat asset takberwujud menurut PSAK No. 19 (Revisi 2015) 19.2 & 19.3
Aset tak berwujud adalah asset nonmeter teridentifikasi tanpa wujud fisik. Biaya perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dapat dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang
diserahkan untuk memperoleh asset pada saat perolehan atau konstruksi. Amortisasi adalah
alokasi sistematis jumlah tersusutkan asset tak berwujud selama umur manfaatnya. Jumlah
tersusutkan adalah biaya perolehan asset,atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya
perolehan,dikurangi nilai residunya. Jumlah tercatat asset adalah jumlah asset yang diakui
dalam laoran posisi keuangan setelah dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi
rugi penurunan nilai.
Umur manfaat adalah:
1. Periode suatu asset yang diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan atau,
2. Jumlah produkasi atau unit serupa yang diharapkan atau di peroleh dari suatu asset oleh
perusahaan.
Persyaratan ini diterapkan atas biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau
mengembangkan secara internal aset takberwujud dan biaya yang terjadi kemudian untuk
menambah, mengganti sebagian, atau memperbaiki aset tersebut.
Menurut penulis, sifat aset takberwujud adalah:
1. mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun;
2. tidak mempunyai bentuk, sehingga tidak bisa dipegang atau diraba atau dilihat;
3. diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah uang tertentu yang jumlahnya cukup
material.
Contoh:
1. Goodwill-timbul pada suatu perusahaan pada waktu membeli suatu perusahaan lain di
atas harga yang berlaku untuk aset netonya setelah dikurangi biaya-biaya, karena
perusahaan yang dibeli mempunyai keunggulan tertentu.
2. Hak Paten-jika suatu perusahaan atau seseorang menemukan suatu produk baru
setelah melakukan riset selama beberapa waktu dengan mengeluarkan biaya yang
cukup besar.
3. Hak Cipta (copy right) yang diberikan kepada seseorang yang mencipta lagu atau
mengarang buku.
4. Franchise-misalnya Kentucky Fried Chicken, Mc Donald, Es Teller '77. Jika
seseorang ingin menjual makanan atau minuman dengan rasa, bentuk, cara penyajian,
dan dekorasi yang sama, terlebih dahulu harus membeli hak franchise.
TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) ASET TAKBERWUJUD
Tujuan pemeriksaan aset takberwujud adalah sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat Internal control yang cukup baik atas aset takberwujud.
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aset takberwujud,
didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwenang.
3. Untuk memeriksa apakah aset takberwujud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai
kegunaan di masa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun).
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset takberwujud dilakukan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset takberwujud sudah
dicatat dan diterima oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFAS.
Menurut SAK ETAP (INI, 2009) 80
Entitas harus mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari aset tidak berwujud
secara sistematis selama umur manfaatnya Beban amortisasi untuk setiap periode harus
diakui sebagai beban. Amortisasi dimulai ketika aset siap digunakan, yaitu aset tersebut
berada di alokasi dan kondisi yang dibutuhkan untuk mampu beroperasi sesuai dengan
keinginan manajemen. Amortisasi dihentikan ketika aset dihentikan-pengakuannya. Entitas
harus mengukur aset tidak berwujud pada biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi
dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Menurut PSAK No.19 (Revisi 2015) 19.5, 19.6 & 19.19
Aset tak berwujud diakui jika, dan hanya jika:
a. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset
tersebut ; dan
b. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009) 81
Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap kelompok aset tidak berwujud:
(a) Umur manfaat atau tarif amortisasi yang digunakan.
(b) Metode amortisasi yang digunakan.
(c) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi pada awal dan akhir periode
(d) Unsur pada laporan laba rugi yang di dalamnya terdapat amortisasi aset tidak berwujud.
(e) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
penambahan. pelepasan, amortisasi, dan perubahan lainnya secara terpisah.
Menurut PSAK No.19 (Revisi 2015) 19.20
1. Entitas mengungkapkan hal berikut untuk semua kelas aset tak berwujud, dipisahkan
antara aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset tak berwujud lain.
2. Suatu kelompok aset tak berwujud adalah pengelompokan aset yang memiliki sifat dan
digunakan yang serupa dalam kegiatan operasi entitas.

AUDIT PROSEDUR ATAS ASET TAKBERWUJUD


1. Pelajari dan evaluasi internal contrl atas aset takberwujud
2. Minta perincian aset takberwujud per tangal laporan posisi keuangan (neraca)
3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu check footing dan cross footing
4. Periksa penambahan aset takberwujud :
5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada ) aset takberwujud
6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat entitas denga pihak ketiga yang ingin
menggunakan hak paten, hak cipta dan franchise yang dimiliki perusahaan.
7. Periksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan
standar akuntansi keunagan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS

Penjelasan atas audit prosedur aset takberwujud


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset takberwujud.
2. Meminta rincian aset takberwujud per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu check footing dan cross footing
4. Periksa penambahan aset takberwujud :
5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada ) aset takberwujud
6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dbuat perusahaan dengan pihak ketiga dan periksa
apakah pendapatan dari perjanjian tersebut sudah dicatat dan diterima perusahaan
7. Periksa apakah perjanjian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS.

Anda mungkin juga menyukai