Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“Pengertian, Penilaian, Pencatatan, dan Jurnal Aktiva Tetap Tidak


Berwujud”

Disusun oleh :
1. Nisa permata Sari 22030100304
2. Adam Trista Zuhri 22030100045
3. Ahmad Zedri Rifai 22030100230
4. M Riski Askha 22030100064
5. Lintang Winutan 22030100080
6. Akbar Syahrur Ramadhan 22030100292

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, akuntansi adalah seni untuk mencatat, meringkas,
menganalisis, dan melaporkan data yang berkaitan dengan transaksi keuangan
dalam bisnis atau perusahaan. Di dalam akuntansi kita mengenal proses penyusunan
laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun
yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai
dengan bukti transaksi, jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar,
neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi,
neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal penutup,neraca saldo setelah pentupan,
dan jurnal balik.
Laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar,aktiva tetap, kewajiban
dan modal. Dan pada kali ini yang akan kita bahas adalah aktiva tetap tidak
berwujud.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian Aktiva Tetap tidak berwujud
2. Karakteristik Aset Tetap tidak berwujud
3. Penilaian Aktiva Tetap tidak berwujud
4. Pencatatan Aktiva Tetap tidak berwujud
5. Jurnal Aktiva Tetap tidak berwujud
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jurnal Aktiva Tetap Tidak Berwujud


Pengertian dari aktiva tak berwujud (intangible asset) ini menunjuk pada aset
dari perusahaan yang tidak berbentuk fisik dan memiliki sifat aset jangka panjang.
Artinya, aktiva tidak berwujud milik perusahaan ini tidak ditujukan untuk dijual
suatu hari nanti. Seluruh aktiva tidak berwujud akan dikelola untuk menghasilkan
keuntungan untuk operasional perusahaan.
Aktiva tetap tidak berwujud adalah aset yang tidak memiliki bentuk fisik,
melainkan berbentuk hak-hak khusus yang diharapkan dapat memberikan
tambahan laba pada perusahaan. Aset tetap tidak berwujud bisa juga dalam
bentuk hak yang melekat pada produk intelektual dimana fasilitasnya
digunakan oleh pihak lain. Sama seperti aset tetap lainnya, aset tetap tidak
berwujud mempunyai harga perolehan, amortisasi atau penyusutan, umur
ekonomis, dan juga nilai residu atau nilai sisa.
B. Karakteristik Aset Tetap Tidak Berwujud
Pada dasarnya aset tetap tidak berwujud memiliki tiga karakteristik
utama, yaitu:
1. Kurang memiliki eksistensi fisik, akan tetapi mendapatkan nilai dari hak
dan keistimewaan yang diberikan kepada perusahaan yang
menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrumen keuangan. Aset tetap tidak berwujud
menghasilkan nilainya dari hak atau klaim untuk menerima kas atau
ekuivalen kas di masa mendatang.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, menyediakan jasa
dalam kurun waktu bertahun-tahun.

C. Penilaian Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Asset) dalam Perusahaan


1. Peniaian hak paten, Hak paten juga dinilai melalui dua aspek yaitu biaya
awal dan amortisasi. Biaya awal dari hak paten yang dibeli adalah biaya
imbalan jasa hukum dari perusahaan yang memilikinya sebelumnya. Atau
biaya awal juga bisa dihitung dari biaya yang dihabiskan selama masa
penemuan melalui riset. Lalu terkait amortisasi adalah penilaian nilai aset
yang diestimasi berdasarkan masa kegunaan hak paten dikurang dari sisa
masa hak paten secara hukum.
2. Penilaian hak cipta, Terkait penilaian dari aktiva tidak berwujud berupa hak
cipta, maka juga dinilai melalui dua aspek, yaitu biaya awal dan
amortisasinya. Biaya awal dari satu hak cipta dihitung dari biaya saat
menciptakan karya tersebut, biaya administrasi publikasinya, hingga biaya
hukum untuk mendapatkan hak cipta yang dimaksud. Bisa juga dihitung
melalui nilai beli, jika anda membeli hak cipta dari perusahaan atau individu
lain. Lalu terkait dengan biaya amortisasi, sama seperti sebelumnya dihitung
melalui estimasi waktu kegunaannya.
3. Penilaian Merek dagang, Merek dagang juga bisa dinilai asetnya
berdasarkan biaya hukum yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mendaftarkan nama tersebut menjadi merek dagangnya. Selain biaya
hukum, tentunya ada biaya administrasi dan biaya lainnya yang membuat
merek dagang ini sangat berharga. Jika merek dagang dibeli dari perusahaan
lain yang mengalami penggabungan, maka nilai beli itu pun termasuk
menjadi biaya awalnya. Sedangkan terkait penilaian dari amortisasinya,
juga sama seberapa lama merek dagang ini diestimasikan untuk digunakan.
4. Penilaian goodwill, Penilaian dari aset tak berwujud
seperti goodwill dihitung melalui transaksi pembeliannya dari perusahaan
lain. Nilai beli ini adalah nilai beli perusahaan secara bersih mencakup aset
dan kewajiban dalam perusahaan tersebut. Lalu terkait dengan nilai
amortisasinya, goodwill di Indonesia diakui masa kegunaannya hingga
tidak lebih dari 5 tahun. Namun ada kemungkinan untuk memperpanjangan
amortisasi hingga tidak lebih dari 20 tahun dengan alasan yang dapat
diterima.

D. Pencatatan Aktiva Tetap Tidak Berwujud


Pencatatan aktiva tetap tidak berwujud merujuk pada aset tetap yang tidak
memiliki bentuk fisik, seperti hak cipta, paten, merek dagang, lisensi, dan
goodwill. Pencatatan aktiva tetap tidak berwujud dilakukan dengan cara
mengalokasikan biaya awal yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap
tersebut ke dalam akun aktiva tetap tidak berwujud.
Alokasi biaya ini biasanya dilakukan dengan menggunakan metode
amortisasi, di mana biaya aset tersebut dibagi dengan estimasi umur
ekonomisnya. Setiap tahun, sebagian dari biaya aset tersebut diambil sebagai
pengeluaran untuk mengurangi nilai aset tersebut dalam laporan keuangan.
Pada umumnya, perusahaan mencatat aktiva tetap tidak berwujud di neraca
sebagai bagian dari aktiva tetap. Nilai aset di neraca harus selalu diperbarui
untuk memastikan bahwa nilai aktual dari aset dicerminkan. Ketika aset tidak
lagi memiliki nilai ekonomi, maka perusahaan harus menyesuaikan nilai aset
tersebut dan mencatat kerugian atas penurunan nilai.
Contoh pencatatan aktiva tetap tidak berwujud adalah jika sebuah
perusahaan membeli hak cipta untuk lagu dengan biaya 10 juta rupiah dan
memperkirakan hak cipta tersebut akan berumur 10 tahun, maka perusahaan
dapat mengalokasikan biaya tersebut dengan cara memasukkan 1 juta rupiah ke
dalam akun aktiva tetap tidak berwujud setiap tahun selama 10 tahun. Dengan
demikian, setiap tahun, 1 juta rupiah akan diambil sebagai pengeluaran dan
dikurangkan dari nilai aset tetap tidak berwujud dalam laporan keuangan.

E. Jurnal Aktiva Tetap Tidak Berwujud


Jurnal aktiva tetap tidak berwujud merupakan catatan akuntansi yang
dibuat oleh perusahaan untuk mencatat transaksi terkait dengan aset tetap yang
tidak berwujud, seperti hak cipta, paten, merek dagang, lisensi, dan perangkat
lunak. Aset tetap tidak berwujud adalah jenis aset yang tidak memiliki bentuk
fisik atau wujud konkret, namun memiliki nilai ekonomi yang dapat
memberikan manfaat jangka panjang bagi perusahaan.
Dalam jurnal aktiva tetap tidak berwujud, perusahaan mencatat
pembelian, penyusutan, perbaikan atau penggantian, penjualan, dan
penghapusan aset tetap tidak berwujud tersebut. Jurnal ini membantu
perusahaan dalam melacak nilai dan kondisi dari aset tetap tidak berwujud dan
memastikan bahwa penggunaannya sesuai dengan tujuan perusahaan dan
regulasi yang berlaku.

Berikut ini adalah contoh jurnal aktiva tetap tidak berwujud:


Pembelian hak cipta senilai Rp 50.000.000 dengan uang tunai:
• Aktiva tetap tidak berwujud (Hak Cipta) Rp 50.000.000
• Kas Rp 50.000.000
Pada contoh di atas, ketika perusahaan membeli hak cipta, maka jurnal aktiva
tetap tidak berwujud dicatat sebagai peningkatan dalam aset tetap dan
pengurangan dalam kas.
Penyusutan hak cipta sebesar Rp 5.000.000 dengan metode garis lurus,
dan periode penyusutan selama 10 tahun:
• Beban penyusutan hak cipta Rp 5.000.000
• Akumulasi penyusutan hak cipta Rp 5.000.000
Dalam contoh di atas, selama masa pakai hak cipta, perusahaan akan
mengalami penyusutan pada aktiva tetap tidak berwujud tersebut. Beban
penyusutan hak cipta akan dicatat dalam jurnal aktiva tetap tidak berwujud,
sementara akumulasi penyusutan hak cipta akan dicatat dalam neraca sebagai
pengurangan pada nilai aktiva tetap tidak berwujud.

Penjualan hak cipta senilai Rp 30.000.000 dengan metode angsuran


selama 5 tahun:
• Piutang (Hak cipta) Rp 30.000.000
• Pendapatan penjualan angsuran Rp 30.000.000
Akhirnya, ketika perusahaan menjual hak cipta secara angsuran, maka
jurnal aktiva tetap tidak berwujud dicatat sebagai peningkatan dalam piutang
dan pendapatan.

Jurnal aktiva tetap tidak berwujud memungkinkan perusahaan untuk


melacak nilai dan kondisi dari aset tetap tidak berwujud dan memastikan bahwa
penggunaannya sesuai dengan tujuan perusahaan dan regulasi yang berlaku.
KESIMPULAN
Aset tetap tidak berwujud merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Jika
suatu perusahaan tidak memiliki aset tetap tidak berwujud, hal itu akan berpengaruh
ke seluruh perusahaan. Tingkat kepentingannya hampir sama dengan aset
berwujud. Ketika ada perusahaan yang akan dijual, maka untuk nilai perusahaan
tidak hanya ditentukan berdasarkan modal saja, tetapi juga perlu dihitung jumlah
dari aset tetap tidak berwujudnya. Bahkan kadang nilai aset tetap tidak berwujud
ini bisa lebih besar daripada modal perusahaan itu sendiri. Itulah mengapa aset tetap
tidak berwujud ini juga berpengaruh terhadap laporan keuangan suatu perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai