Anda di halaman 1dari 39

PEMERIKSAAN ASET TAK

BERWUJUD

REFERENSI:
Sukrisno Agus, 2012. Auditing buku 2: Petunjuk
Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik, Ed.4. Jakarta: Salemba Empat

Disampaikan oleh:
I Putu Nuratama, S.E., M.Si., Ak
PENGERTIAN DAN SIFAT ASETTIDAK
BERWUJUD MENURUT
 Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang
dapat dildentifikasi dan tidak mempunyai wujud
fisik. Suatu aset dapat diidentifikasikan jika:
1. Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk
menjadi terpisah atau terbagi dari perusahaan dan
dijual, dialihkan, dillsensikan, disewakan atau
ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau
liabilitas secara individual atau secara bersama;
atau
2. Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum
lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dapat dipisahkan dari perusahaan
atau dari hak dan kewajiban lainnya.
PENGERTIAN DAN SIFAT ASETTIDAK
BERWUJUD MENURUT-2
 Aset tidak berwujud tidak termasuk:
1. Efek (surat berharga), atau

2. Hak atas mineral dan cadangan mineral,


misalnya minyak, gas alam dan sumber daya
yang tidak dapat diperbarui lainnya..
 Aset tidak berwujud diakui jika:

1. Kemungkinan perusahaan akan memperoleh


manfaat ekonomi masa depan dari aset
tersebut; dan
2. Biaya perolehan aset atau nilai aset tersebut
dapat diukur dengan andal.
PENGERTIAN DAN SIFAT ASETTIDAK
BERWUJUD MENURUT-3
 Pengeluaran berikut ini harus diakui sebagai beban dan
bukan sebagai aset tidak berwujud.
1. Merek, logo, judul publikasi, daftar konsumen yang
dihasilkan secara internal dan hal lain yang secara
substansi serupa.
2. Aktivitas perintisan (biaya perintisan), termasuk biaya
legal dan kesekretariatan dalam rangka mendirikan
entitas hukum, pengeluaran dalam rangka membuka
usaha atau fasilitas baru (biaya prapembukaan) atau
pengeluaran untuk memulai operasi baru atau
meluncurkan produk atau proses baru (biaya praoperasi).
3. Aktivitas pelatihan.
4. Aktivitas periklanan dan promosi.
5. Relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh entitas.
PENGERTIAN DAN SIFAT ASETTIDAK
BERWUJUD MENURUT-4
 Menurut Sukrisno Agoes (hal 4 buku2), sifat aset
takberwujud adalah:
1. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun;
2. Tidak mempunyai bentuk, sehingga tidak bisa
dipegang atau diraba atau dilihat;
3. Diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah uang
tertentu yang jumlahnya cukup material.
CONTOH

 Goodwill
 Hak Paten
 Hak Cipta (copy right)
 Franchise
TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT
OBJECTIVES)ASET TAKBERWUJUD
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang
cukup baik atas aset takberwujud.
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan
penghapusan aset takberwujud, didukung oleh bukti-bukti
yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
3. Untuk memeriksa apakah aset takberwujud yang dimiiiki
perusahaan masih mempunyai kegunaan di masa yang akan
datang (manfaatnya lebih dari satu tahun).
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset takberwujud
dilakukan sesuai dengan standarakuntansi keuangan
ETAP/PSAK/IFRS.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh
dari aset takberwujud sudah dicatat dan diterima oleh
perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset takberwujud
dalam laporan keuangan sudah dilakukan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
AUDIT PROSEDUR ATAS ASET
TAKBERWUJUD
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset
takberwujud.
2. Minta perincian aset takberwujud per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) yang antara lain
menunjukkan:
a) Saldo awal, penambahan, amortisasi dan penghapusan
serta saldo akhir.
3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar,
lalu check footing dan cross footing.
4. Periksa penambahan aset takherwujud:
a) Apakah diotorisasi pejabat entitas yang berwenang.
b) Periksa notulen rapat direksi/pemegang saham, untuk
mengetahui apakah otorisasi tersebut diberikan melalui
rapat tersebut.
c) Periksa keabsahan dan kelengkapan bukti-bukti
pendukungnya.
AUDIT PROSEDUR ATAS ASET
TAKBERWUJUD-2
5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada) aset
takberwujud.
 Periksa apakah amortisasi dilakukan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS dan
perhitungannya akurat.
 Jika ada aset takberwujud yang dihapuskan, misalnya
goodwill, karena tidak lagi mempunyai kegunaan, maka
harus diperiksa otorisasi dari pejabat entitas yang berwenang.
6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat entitas dengan
pihak ketiga yang ingin menggunakan hak paten, hak
cipta, dan franchise yang dimiliki perusahaan. Periksa
apakah pendapatan dari perjanjian tersebut (dalam
bentuk royalty fee) sudah dicatat danditerima oleh
perusahan
7. Periksa apakah penyajian aset takberwujud dalam
laporan keuangan sudah sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS.
PEMERIKSAAN HUTANG JANGKA
PENDEK

REFERENSI:
Sukrisno Agus, 2012. Auditing buku 1 dan 2:
Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh
Akuntan Publik, Ed.4. Jakarta: Salemba Empat

Disampaikan oleh:
I Putu Nuratama, S.E., M.Si., Ak
SIFAT DAN CONTOH LIABILITAS JANGKA
PENDEK

 Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:172)


 Liabilitas (obligation) kini entitas yang timbul
dari peristiwa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
 Penyelesaian liabilitas masa kini biasanya
melibatkan pembayaran kas, penyerahan aset
lain, pemberian jasa, penggantian liabilitas
tersebut dengan liabilitas lain, atau konversi
liabilitas menjadi ekuitas. Liabilitas juga dapat
dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur
membebaskan atau membatalkan haknya.
SIFAT DAN CONTOH LIABILITAS JANGKA
PENDEK-2

 Menurut PSAK (IAI, 2009:1.8)


 Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas
jangka pendek, jika:
1. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka
waktu siklus normal operasi perusahaan; atau
2. jatuh tempo dalam jangka waktu dua betas bulan
dari tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
 Menurut Sukrisno Agoes:
 Liabilitas jangka pendek adalah liabilitas perusahaan
kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo atau harus
dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu
tahun, atau dalam satu siklus operasi normal
perusahaan, biasanya dengan menggunakan aset
lancar (current assets) perusahaan.
SIFAT DAN CONTOH LIABILITAS JANGKA
PENDEK-3
 Beberapa contoh liabilitas jangka pendek adalah sebagai berikut.
1. Utang Usaha (Accounts Payable)
2. Pinjaman dari Bank (Short Term Loan)
3. Bagian dari Kredit Jangka Panjang yang Jatuh Tempo
dalam Waktu Kurang atau Sama dengan Satu Tahun
(Current Portion of Long Term Loan)
4. Utang Pajak (Taxes Payable)
5. Biaya yang Masih Harus Dibayar (Accrued Expenses)
6. Voucher Payable (dalam hal digunakan voucher system)
7. Utang Dividen (Dividend Payable)
8. Pendapatan yang Diterima di Muka (Unearned Revenue)
9. Uang Muka Penjualan
10. Utang Pemegang Saham
11. Utang Leasing (Kewajiban Sewa) yang Jatuh Tempo Satu
Tahun yang Akan Datang
12. Utang Bunga
13. Utang Perusahaan Afiliasi (Utang dalam Rangka Hubungan
Khusus)
SIFAT DAN CONTOH LIABILITAS JANGKA
PENDEK-4

 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memeriksa


liabilitas jangka pendek, adalah sebagai berikut.
1. Kecenderungan perusahaan untuk mencatat liabilitasnya
lebih rendah dari yang sebenarnya (understatement of
liabilities) dengan tujuan untuk melaporkan laba lebih besar
dari jumlah yang sebenarnya.
 Misalnya dengan tidak mencatat sebaglan biaya dan pembelian
barang dagangan/bahan baku yang belum dibayar.
 Untuk itu auditor harus melakukan prosedur yang disebut
"searching of unrecorded liabilities", dengan cara memeriksa
pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
2. Perbedaan antara accounts payable dan accrued expenses.
 Accounts payable angkanya lebih pasti karena perusahaan
mencatat kewajibannya berdasarkan invoice yang diterimanya dari
supplier.
 Accrued expenses angkanya didasarkan pada estimasi, sehingga
jumlahnya kurang pasti dibandingkan accounts payable.
TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT
OBJECTIVES) LIABILITAS JANGKA
PENDEK
 Untuk memeriksa apakah:
1. Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka
pendek;
2. Liabilitas jangka pendek yang tercantum di laporan
posisi keuangan (neraca) didukung oleh bukti-bukti yang
lengkap dan berasal dari transaksi yang betul-betul
terjadi;
3. Semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah
tercatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca);
4. Accrued expenses jumlahnya reasonable (masuk
akal/wajar) atau tidak, dalam arti tidak terlalu besar dan
tidak terlalu kecil. Karena kalau jumlahnya terlalu besar
berarti laba akan dilaporkan terlalu izecil (understated)
dan kalau accrued expenses terlalu kecil berarti laba akan
dilaporkan terlalu besar (overstated);
5. Kewajiban sewa (leasing), jika ada, sudah dicatat sesuai
dengan standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK no.
30 revisi 2007 tentang sewa);
TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT
OBJECTIVES) LIABILITAS JANGKA
PENDEK-2
6. Seandainya ada liabilitas jangka pendek dalam mata uang
asing per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sudah
dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs
tengah bank indonesia per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) dan selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan;
7. Biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka
pendek telah dicatat per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca);
8. Biaya bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada
tanggal laporan posisi keuangan (neraca) betul telah terjadi,
dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan;
9. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti
oleh perusahaan sehingga tidak terjadi "bank default';
10. Penyajian liabilitas jangka pendek di dalam laporan posisi
keuangan (neraca) dan catatan atas laporan keuangan
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
ETAP/ SAK/I FRS.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
LIABILITAS JANGKA PENDEK
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka
pendek.
2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, utang usaha
maupun liabilitas lainnya, kemudian periksa penjumlahannya
(footing) serta cocokkan saldonya dengan saldo utang
(kewajiban) di buku besar (controlling account).
3. Untuk utang usaha cocokkan saldo masing-masing supplier
dengan saldo menurut subsidiary ledger utang usaha (jika
jumlah suppliemya banyak, tidak usah 100%).
4. Secara test basis (sampling), periksa bukti pendukung dari saldo
utang kepada beberapa supplier, perhatikan apakah angkanya
cocok dengan purchase requisition, purchase order, receiving
report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan
mathematis (mathematical accuracy) dari dokumen-dokumen
tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier,
maka harus dilakukan rekonsiliasi antara saldo utang menurut
statement of account tersebut dengan saldo subsidiary ledger
utang.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
LIABILITAS JANGKA PENDEK-2
6. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik
yang saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun
sebelumnya. , -
7. Periksa pembayaran sesudah tangg—arlaparan posisi keuangan (neraca)
(subsequent payment) untuk mengetahui apakah ada liabilitas yang belum
dicatat (unrecorded liabilities) per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) dan untuk meyakinkan diri mengenai kewajaran saldo liabilitas
per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
8. Seandainya ada utang kepada bank dalam bentuk kredit modal kerja,
kredit investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank,
periksa surat perjanjian kreditnya dan buatkan excerpt dari perjanjian
kredit tersebut, dan periksa otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit
bank tersebut.
9. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari
perusahaan afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang
akan datang, harus dikirim konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan
periksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
10. Seandainya ada utang leasing (sewa), periksa apakah pencatatannya
sudah sesuai dengan standar akuntansi sewa (PSAK No. 30 Revisi 2007
tentang Sewa) dan apakah bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu
tahun yang akan datang sudah dicatat (direklasifikasi) sebagai liabilitas
jangka pendek.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
LIABILITAS JANGKA PENDEK-3
11. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan
secara akurat dan tie-up jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah
yang tercantum pada laporan laba rugi. Perhatikan juga aspek pajaknya.
12. Seandainya ada saldo debit dari utang usaha maka harus ditelusuri
apakah ini merupakan uang muka pembelian atau karena adanya
pengembalian barang yang dibeli tetapi sudahdilunasi sebelumnya.
Kalau jumiahnya besar (material) harus direklasifikasi sebagai piutang.
13. Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca), periksa bukti pendukungnya dan periksa apakah
saldo tersebut sudah diselesaikan di periode berikutnya (subsequent
clearance) misalnya dengan mengirimkan barang yang dipesan oleh
pembeli.
14. Seandainya ada kredit jangka panjang, harus diperiksa apakah bagian
yang jatuh tempo
satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasi sebagai liabilitas
jangka pendek.
15. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo
tersebut per tanggal laporan pcsisi keuangan (neraca) telah
dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), dan selisih kurs
yang terjadi dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
LIABILITAS JANGKA PENDEK-4
16. Untuk utang PPh 21 dan PPN periksa apakah utang tersebut
sudah dilunasi pada periode berikutnya. Seharusnya utang PPh 21
dan PPN per 31 Desember dilunasi di bulan Januari tahun
berikutnya.
Sedangkan untuk PPh Badan harus diperiksa apakah pada waktu
mengisi dan memasukkan SPT PPh Badan, perusahaan telah
membayar PPh 29 (setoran akhir).
17. Periksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat oleh
perusahaan, apakah reasonable dan konsisten dengan dasar
perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu harus diperiksa
pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
18. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-
perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, untuk
mengetahui apakah semua kewajiban yang tercantum dalam
notulen dan_ perjanjian tersebut sudah dicatat per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca).
19. Kirirn konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
20. Periksa apakah penyajian liabilitas jangka pendek di laporan posisi
keuangan (neraca) dan catatan atas laporan keuangan sudah
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
PEMERIKSAAN KEWAJIBAN
JANGKA PANJANG

REFERENSI:
Sukrisno Agus, 2012. Auditing buku 2: Petunjuk
Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik, Ed.4. Jakarta: Salemba Empat

Disampaikan oleh:
I Putu Nuratama, S.E., M.Si., Ak
SIFAT DAN CONTOH LIABILITAS
JANGKA PANJANG
 Menurut PSAK (IAI, 2009:1.8)
 Kewajiban berbunga jangka panjang tetap
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang,
walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo
dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal
laporan posisi keuangan, apabila:
a) Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk
jangka Waktu lebih dari dua belas bulan;
b) Perusahaan bermaksud membiayai kembali
kewajibannya dengan pendanaan jangka panjang;
dan
c) c) Maksud tersebut pada huruf (b) didukung dengan
perjanjian pembiayaan kembali atau penjadwalan
kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum
laporan keuangan disetujui.
SIFAT DAN CONTOH LIABILITAS
JANGKA PANJANG-2
 Menurut Sukrisno Agoes
 Liabilitas jangka panjang adalah kewajiban
perusahaan kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo
atau harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu
tahun.
1. Kredit Investasi (Long Term Loan)
2. Utang Obligasi (Bond Payable)
3. Wesel Bayar (Promissory Notes/Pronotes)
4. Utang kepada Pemegang Saham atau Perusahaan
Induk
5. Utang Subordinasi (Subordinated Loan)*
6. Bridging Loan*
7. Utang Leasing
TUJUAN PEMERIKSAAN

 Tujuan pemeriksaan liabilitas jangka panjang adalah untuk


menentukan apakah:
1. Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka
panjang;
2. Liabilitas jangka panjang yang menjadi kewajiban
perusahaan sudah dicatat seluruhnya per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) dan diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang;
3. Liabilitas jangka panjang yang tercantum di laporan posisi
keuangan (neraca) betul-betul merupakan kewajiban
perusahaan;
4. Liabilitas jangka panjang yang berasal dari legal claim atau
aset yang dijaminkan sudah diidentifikasi;
5. Liabilitas jangka panjang dalam valuta asing per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) sudah dikonversikan ke
dalam rupiah dengan kurs tengah bank indonesia per
tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih kurs
yang terjadi sudah dibebankan/ dikreditkan pada laba rugi
tahun berjalan;
TUJUAN PEMERIKSAAN-2

6. Biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka


panjang serta amortisasi dari premium/discount obligasi
telah dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca);
7. Biaya bunga liabilitas jangka panjang yang tercatat pada
tanggal laporan posisi keuangan (neraca) betul telah terjadi,
dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan;
8. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti
oleh perusahaan sehingga tidak terjadi bank "default";
9. Bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo
dalam satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasi
sebagai kewajiban lancar;
10. Liabilitas jangka panjang berikut discount, premium, dan
bunga yang timbul sudah dicatat dengan akurat dan
diklasifikasikan serta diungkapkan dalam laporan
keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, sesuai
dengan Standar A.kuntansi Keuangan ETAP/ PSAK/IFRS.
AUDIT PROSEDUR

 Audit prosedur yang disarankan adaiah sebagai berikut.


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka
panjang.
2. Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan liabilitas
jangka panjang berikut discount, premium, dan bunga
selama periode yang diperiksa.
3. Kirim konfirmasi kepada bank yang antara lain
menanyakan mengenai: plafon kredit, saldo per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca), tingkat bunga, jangka
waktu pinjaman dan jaminan kredit.
4. Minta salinan (copy) perjanjian kredit untuk permanent file,
lalu perhatikan apakah data yang terdapat dalam
perjanjian kredit tersebut sesuai dengan data yang
tercantum dalam kertas kerja pemeriksaan liabilitas jangka
panjang.
5. Periksa apakah perolehan/penambahan liabilitas jangka
panjang sudah mendapat persetujuan tertulis dari
direksi/dewan komisaris/pemegang saham, yang biasanya
diberikan melalui notulen rapat.
AUDIT PROSEDUR-2
6. Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan amortisasi
discount/premium dari obligasi. Tie-up jumlah beban bunga dan
amortisasi discount/ premium obligasi dengan jumlah yang tercantum
pada laporan laba rugi. Discount/premium yang belum diamortisasi
harus dilaporkan sebagai pengurangan/penambahan dari nilai nominal
obligasi.
7. Periksa apakah ada liabilitas jangka panjang atau wesel bayar yang
diperpanjang (di- renewed) setelah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), untuk mengetahui apakah utang tersebut harus tetap
disajikan sebagai liabilitas jangka panjang atau sebagai utang lancar.
Selain itu harus diperhatikan juga apakah ada liabilitas jangka
panjang atau wesel bayar yang (benar-benar teiah) dilunasi setelah
tanggal laporan posisi keuangan (neraca), walaupun belum jatuh
tempo. Maksudnya untuk mengetahui apakah iiabilitas jangka panjang
troobut hams direkiasifikasi sebagai liabifitas jangka pendek atau
tidak.
8. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau
ciari perusahaan afiliasi, harus dikii im konfirmasi dan diperiksa
apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
9. Seandainya ada utang leasing, periksa apakah pencatatannya dan
penyajiannya di laporan posisi keuangan (neraca) sudah sesuai dengan
standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang
Sawa).
AUDIT PROSEDUR-3

10. Periksa apakah ada bagian dari liabilitas jangka panjang


yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan
datang, sehingga harus direklasifikasi sebagai liabilitas
jangka pendek.
11. Seandainya ada liabilitas jangka panjang yang harus
dibayar kembali dalam mata uang asing. periksa apakah per
tanggal laporan posisi keuangan (neraca) sudah
dikonversikan kedatam rupiah dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) dan selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
12. Lakukan penelaahan analitis (analytical review procedures)
terhadap liabilitas jangka panjang dan biaya bunganya,
untuk melihat kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pencatatan biaya bunga.
13. Tarik kesimpulan apakah penyajian liabilitas jangka
panjang di laporan posisi keuangan (neraca) dan catatan
atas laporan keuangan dilakukan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan ETAP/PSAKJIFRS.
PEMERIKSAAN EKUITAS

REFERENSI:
Sukrisno Agus, 2012. Auditing buku 2: Petunjuk
Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik, Ed.4. Jakarta: Salemba Empat

Disampaikan oleh:
I Putu Nuratama, S.E., M.Si., Ak
SIFAT DAN CONTOH EKUITAS

 Dan segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan


kepada pemilik perusahaan. Sedangkan dari segi pemilik
perusahaan, modal adalah bagian hak pemilik atas kekayaan bersih
perusahaan (harta dikurangi kewajiban).
 Dalam suatu perusahaan perorangan modal terdiri atas modal
pemilik tunggal; laba yang diperoleh dalam suatu periode dan
tambahan setoran modal akan menambah saldo modal, kerugian
yang diderita dalam suatu periode dan pengambilan prive akan
mengurangi saldo modal.
 Dalam suatu firma (partnership) modal terdiri atas modal lebih dari
satu partner.
 Modal masing-masing partner akan bertambah dengan adanya
pembagian laba atau tambahan setoran modal dan akan berkurang
dengan adanya pembagian kerugian atau pengambilan prive.
 Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal pokoknya
adalah simpanan pokok anggota yang tak dapat dipindahtangankan
dan dapat diambil kembali pada saat seorang anggota
mengundurkan diri. Kekayaan bersih koperasi adalah simpanan
pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha
termasuk cadangan.
MODAL PT

1. Modal menurut akta pendirian yang telah disahkan Menteri


Kehakiman:
a) modal dasar (authorized capital)
b) modal ditempatkan (issued capital)
c) modal disetor (paid-up/paid-in capital).
Modal yang berasal dari sumbangan (donated capital) bisa dilaporkan
sebagai bagian dari tambahan modal disetor.
2. Treasury stock (saham perusahaan, yang sudah beredar lalu
dibeli kembali doh perusahaan).
3. Premium (agio) atau discount (disagio) dan penjualan saham
baik saham biasa (common stock) maupun saham preferen
(preferred stock).
4. Selisih kurs atas modal disetor.
5. Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap, untuk perusahaan
yang melakukan revaluasi aset tetap berdasarkan
peraturan pamerintah.
6. Retained earnings (saldo laba/sisa laba tahun lalu) atau
deficit/accumulated losses (sisa rugi tahun laiu).
TUJUAN PEMERIKSAAN

 Tujuan pemeriksaan ekuitas adalah sebagai berikut.


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas
permodalan, termasuk internal control alas transaksi jual beli
saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham.
2. Untuk memeriksa apakah struktur permodalan yang tercantum di
laporan posisi keuangan (neraca) sudah sesuai dengan apa yang
tercantum di akta pendirian perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari
pemerintah yang menyangkut ekuitas (misalkan dari
KemHumKam, BKPM, BKPMD. BAPEPAM-LK, KPP dan SK
Presiden RI) telah dimiliki oleh perusahaan.
4. Untuk memeriksa apakah perubahan terhadap ekuitas telah
mendapat otorisasi baik dari pejabat perusahaan yang berwenang
(direksi, dewan komisaris), Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
maupun dari instansi pemerintah.
5. Untuk memeriksa apakah setiap perubahan pada retained earnings
atau accumulated losses didukung oleh bukti-bukti yang sah.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di laporan posisi
keuangan (neraca) sesuai dengan SAK dan hal-hal yang penting
sudah diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
AUDIT PROSEDUR

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas permodalan dan


transaksi jual beli saham, pembagian dan pembayaran dividen dan
sertifikat saham.
2. Minta salinan (copy) dari akta pendirian, SK Pengesahan Menteri
Hukum dan HAM, SK BKPM/BKPMD, SK Bapepam-LK, SK
Presiden, untuk disimpan dalam permanent file.
3. Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan
modal yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) dan
penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang
mempunyar tambahan setoran modal dalam periode yang
diperiksa. periksalah bukti setoran dan bukti pembukuan lainnya
serta otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang dan
instansi pemerintah.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan:
a) berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium
dan discount dari penjualan saham:
b) jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah common stock dan
preferred stock, dalam jumlah lembar maupun nilai nominalnya;
c) rincian pemegang saham.
AUDIT PROSEDUR-2

6. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam


perkiraan retained earnings/ deficit, untuk mengetahui apakah
perubahan tersebut sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang dan apakah adjustment ke retained
earnings/deficitmemang reasonable dan jumlahnya cukup material.
7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa apakah:
a) dividen dibagikan dalarn bentuk cash dividend, stock dividend atau
property dividend;
b) pencatatannya sudah benar (pada waktu deklarasi dividen maupun
pada saat pembayaran dividen);
c) sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang (melalui
notulen rapat direksi dan rapat umum pemegang saham);
d) aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku.
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated
losses/deficit) sudah mencapai 75% dari modal disetor, kalau ini
terjadi harus ada penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham
atau Biro Administrasi Efek (Stock Transfer Agent).
AUDIT PROSEDUR-3

10. Seandainya ada treasury stock


a) Periksa bukti pembelian dan otorisasinya.
b) Periksa bukti penjualannya dan otorisasinya (jika
treasury stock dijual kembali)
c) Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury
stock (apakah untuk memperbaiki harga pasar saham
perusahaan atau untuk dibagikan sebagai saham bonus)
d) Perhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas
pembagian dividen.
11. Periksa apakah penyajian permodalan di laporan
posisi keuangan (neraca) dan catatan atas laporan
keuangan sudah sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan ETAP/PSAK/ IFRS.
12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.

Anda mungkin juga menyukai