Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN 1

RINGKASAN MATERI ASET YAK BERWUJUD

OLEH :

NAMA : LIDYA OCTAVIA NAHAK

NPM : 1933121303

KELAS : D8

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

TAHUN 2020
A. Definisi Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu.
Bukti pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aset
tidak berwujud mungkin timbul dari:
1. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama
dagang.
2. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.
Berdasarkan PSAK 19 paragraf 8 (revisi 2009) aset tidak berwujud adalah aset non-
moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik.
Aset ini dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau
jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. Aset tetap tidak
berwujud diakui jika dan hanya jika:
1. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan
dari Aset tersebut, dan
2. Biaya perolehan aset tersebut dapat dikur secara andal.
Secara umum, akutansi untuk Aset tak berujud adalah sejalan dengan akutansi untuk Aset
tetap. Seperti halnya Aset tetap, Aset berujud juga dicatat atas harga dasar harga
perolehan dan harga perolehan ini dihapus secara rasuonal dan sistematis selama masa
manfaat Aset tak berujud tersebut. Jika pada suatu saat dihentikan, maka nilai buku Aset
tak berujud dihapuskan dari pembukuan dan dicatat pula laba atau rugi penghentian (jika
ada).
Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akutansi Aset tak berujud bila
dibandingkan dengan akutansi Aset tetap. Pertama, istilah yang digunakan untuk
menghapus Aset tak berujud adalah amortisasi (bukan depresiasi). Untuk mencatat
amortisasi Aset tak berujud maka rekening Biaya Amortosasi didebet dan rekening Aset
tak berujud yang bersangkutan dikredit. Alternatif lain, bisa juga dikredit rekening
Akumulasi Amortisasi, seperti halnya akumulasi depresiasi pada Aset tetap. Namun
sebagian besar perusahaan memilih cara yang sederhana, yaitu dengan langsung
mengkredit rekening Aset tak berujud. Perbedaan kedua ialah bahwa periode amortisasi
suatu Aset tak berujud tidak boleh melebihi 40 tahun. Sebagai contoh, jika masa manfaat
suatu Aset tak berujud adalah 60 tahun, maka amortisasinya harus dilakukan 40 tahun.
Akan tetapi jika masa menfaat Aset tak berujud kurang dari 4 tahun, maka masa manfaat
itulah yang akan digunakan. Aturan tesebut dimaksudkan untuk menjaga agar semua Aset
tak berujud, terutama yang tidak ketentuan masa manfaatnya, dihapus dalam periode
waktu yang wajar.
Berbeda dengan Aset tetap, amortisasi Aset tak berujud hanya mengenal satu metoda,
yaitu metoda garis lurus. Oleh karena itu, perlakuan akutansi Aset tak berujud pada
berbagai perusahaan relatif mudah diperbandingkan.

B. Pengakuan (Recognition)
IAS 38 menetapkan suatu entitas untuk mengakui suatu aset tidak berwujud, apakah
dibeli atau diciptakan sendiri (menurut biaya perolehannya), apabila:

 Dimungkinkan bahwa manfaat ekonomis di masa datang yang dapat diatribusikan


kepada aset yang akan mengalir kedalam entitas; dan
 Biaya perolehan aset yang dapat diukur secara andal.

(Probabilitas harapan manfaat ekonomis masa depan dinilai dengan menggunakan asumsi
yang masuk diakal dan mendukung yang mewakili estimasi terbaik manajemen mengenai
kondisi yang ada selama masa manfaat aset tersebut).

Persyaratan pengakuan yang diterapkan apakah suatu aset tidak berwujud dibeli secara
eksternal atau dihasilkan secara internal. Standar menetapkan secara khusus kriteria
pengakuan tambahan untuk aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal. Apabila
suatu aset tidak berwujud tidak memenuhi kedua definisi di atas dan kriteria pengakuan
sebagai suatu aset tidak berwujud, maka selanjutnya pengeluaran atas aset tersebut harus
diakui sebagai suatu beban (expense) bilamana hal itu terjadi.
Probabilitas harapan manfaat ekonomis masa depan dinilai dengan menggunakan asumsi
yang masuk diakal dan mendukung yang mewakili estimasi terbaik manajemen mengenai
kondisi yang ada selama masa manfaat aset tersebut.

Goodwill, merek, kepala surat kabar, judul penerbitan, daftar pelanggan dan pos yang
sejenis dalam substansi yang secara internal dihasilkan tidak boleh diakui sebagai aset
tidak berwujud menurut standar ini.

Pos-pos berikut yang harus dibebankan sebagai beban bilamana terjadinya:

- Biaya awal, pra-pembukuan dan pra-operasi.


- Biaya pelatihan
- Biaya iklan dan promosi (termasuk pengeluaran atas pengiriman katalog pesanan
melalui pos)
- Biaya relokasi dan biaya reorganisasi sebagian atau seluruhnya dari suatu entitas.

Ada suatu preasumsi yang dapat dibantah bahwa nilai wajar (dan oleh karena itu biaya
perolehan) dari suatu aset tidak berwujud yang diperoleh dari suatu kombinasi bisnis
dapat diukur secara andal. Suatu pengeluaran (termasuk di dalam biaya perolehan
akuisisi) atas suatu pos tidak berwujud yang tidak memenuhi kedua definisi tersebut, dan
kriteria pengakuan untuk suatu aset tidak berwujud yang membentuk bagian dari jumlah
yang diatribusikan kepada goodwill yang diakui pada tanggal akuisisi.

C. Pengukuran (Measurement)
Aset tidak berwujud awalnya diukur atas dasar biaya perolehan.

Pengukuran Setelah Akuisisi


Suatu entitas harus memilih model biaya perolehan atau model revaluasi untuk setiap
kelompok aset tidak berwujud.
Model biaya perolehan. Setelah pengakuan awal, aset tidak berwujud harus dicatat alas
dasar biaya perolehan dikurang dengan amortisasi dan rugi karena penurunan nilai.
Model Reualuasi. Aset tidak berwujud dicatat alas dasar suatu jumlah yang direvaluasi
(nilai wajar) dikurang dengan amortisasi dan rugi karena penurunan nilai, hanya bila nilai
wajar dapat ditentukan melalui referensi suatu pasar yang aktif. Pasar yang aktif
semacam itu diharapkan tidak umum untuk aset tidak berwujud.
Revaluasi harus dilakukan dengan aturan tersebut yang pada akhir periode pelaporan nilai
tercatat dari aset tersebut tidak berbeda seeara material dengan nilai wajarnya.

Menurut model revaluasi, kenaikan revaluasi secara langsung dikreditkan pada surplus
revaluasi didalam ekuitas kecuali hingga sebatas bahwa kenaikan menjurnalbalikan suatu
penurunan revaluasi yang sebelumnya diakui di dalam laporan laba rugi komprehensif.

Aset tak berwujud diklasfikasikan sebagai :

- Masa manfaat terbatas. Suaru periode manfaat yang terbatas bagi entitas.
- Masa manfaat tidak terbatas. Tidak ada batasan yang dapat diprediksi pada periode
selama aset yang diharapkan menghasilkan arus kas masuk neto untuk entitas.

Aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas

Biaya perolehan dikurang dengan nilai residu dari suatu aset tidak berwujud dengan masa
hidup terbatas harus diamortisasi atas dasar sistematis selama masa hidupnya.

- Metode amortisasi harus mencerminkan pola manfaat.


- Apabila pola secara andal tidak dapat ditentukan, maka aset harus diamortisasikan
dengan menggunakan metode garis lurus.
- Beban amortisasi diakui di dalam laporan laba rugi komprehensif, kecuali IFRS
lainnya mengharuskan bahwa hal tersebut termasuk biaya perolehan aset lainnya.
- Periode amortisasi harus dikaji ulang paling tidak setiap tahunnya.
Aset juga harus dinilai untuk potensi penurunan nilainya sesuai dengan IAS 36 mengenai
Penurunan Nilai Aset (Impairment of Assets).
Jika aset tidak berwujud yang dinilai memiliki umur terbatas dan, oleh karena itu sedang
diamortisasi, jumlah yang direvaluasi diamortisasi.
Aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas
Suatu aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas tidak boleh diamortisasi.
Masa manfaamya harus dikaji ulang setiap periode pelaporan guna menetapkan apakah
peristiwa dan kondisi terus mendukung penilaian masa hidupnya yang tidak terbatas
untuk aset tersebut. Apabila tidak, maka perubahan penilaian masa manfaat dari tidak
terbatas menjadi terbatas harus diperhitungkan sebagai perubahan estimasi akuntansi.
Aset juga harus dinilai atas potensi penurunan nilainya sesuai dengan IAS 36 mengenai
Penurunan Nilai Aset (Impairment of Assets).

D. Contoh dari Aset Tak Berwujud


Beberapa perusahaan terkadang tidak menyadari adanya aset tetap tidak berwujud,
padahal aset ini sangat bermanfaat sekali untuk perusahaan. Oleh sebab itu kita bisa
melihat contoh aset tidak berwujud yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.

1. Lisensi dan Franchise


Ketika membeli software maka kamu akan mendapatkan lisensi. Lisensi merupakan
pemberian izin pada suatu perusahaan untuk memproduksi atau membuat suatu produk
atau jasa. Lisensi juga sering diartikan sebagai pemberian izin kepada perusahaan atau
orang lain untuk menggunakan hak atas kekayaan intelektual. Pemberi lisensi
memberikan izin kepada pembeli menggunakan produknya supaya pembeli bisa
melakukan kegiatan produksi atau bisnis dengan menggunakan produk dari pemberi
lisensi.

Franchise juga bisa disebut dengan waralaba. Franchise adalah hubungan kerja sama
antara franchisor dengan franchisee. Franchisee merupakan orang yang telah membeli
hak sehingga diberikan hak oleh franchisor untuk menggunakan hak dari kekayaan
intelektual (HAKI). Perjanjian bisnis franchise telah disepakati kedua belah pihak. Dalam
perjanjian tersebut, pihak yang memberikan franchise akan mendapatkan imbalan sesuai
dengan perjanjian yang telah ditetapkan atas bisnis yang dijalankan oleh orang yang
franchisee.
2. Hak Cipta
Hak cipta adalah hak yang dimiliki oleh seseorang atau perusahaan yang menciptakan
suatu hal. Hal tersebut diberikan kepada pencipta untuk menjual atau menerbitkan hasil
karyanya dan mengawasi karyawannya yang telah atau sedang di jual. Pemilik karya bisa
menjual hak cipta kepada orang lain dengan perjanjian khusus yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak. Untuk memperoleh hak cipta, kamu harus mempersiapkan budget
dalam penyusunan, mengurus izin hak cipta dan sampai memperoleh sertifikat hak cipta.

Contoh nyata hak cipta yang sering ada dalam kehidupan sehari-hari adalah hak cipta
mengenai sebuah lagu atau desain produk. Jika melihat acara televisi sering muncul
berita mengenai perebutan hak cipta atas suatu lagu.

3. Hak Paten
Hak paten diberikan kepada orang atau sekelompok orang yang telah melakukan
penelitian dan menemukan hal yang baru dalam penelitian tersebut. Hal yang baru itu
akan diproduksi, dijual dan diawasi dalam periode waktu tertentu. Cara untuk
memperoleh hak paten hampir sama dengan hak cipta yaitu mengeluarkan biaya untuk
penelitian, pengembangan, percobaan, pembuatan gambar dan biaya untuk mengurus hak
paten sampai sertifikat hak paten kamu terima.

4. Hak Merek Dagang


Ketika mempromosikan, menjual dan mendistribusikan suatu produk atau layanan maka
harus memiliki nama dan logo. Oleh sebab itu diperlukan hak merek dagang. Hak merek
dagang adalah hak cipta dan hak untuk menggunakan suatu simbol pada suatu produk.
REFERENSI

Masalembow, Adi. 2019. Makalah Aset Tak Berwujud.


https://aina1327.blogspot.com/2019/02/makalah-aset-tak-berwujud.html (diakses pada
tanggal 26 November 2020)
Pedj430eaN6. 2012. Pengakuan IAS 38 Terhadap Aset Tidak Berwujud.
http://keuanganlsm.com/pengakuan-ias-38-terhadap-aset-tidak-berwujud/ (diakses pada
tanggal 26 November 2020)
Pedj430eaN6. 2012. Pengukuran Aset tidak Berwujud menurut IAS 38.
http://keuanganlsm.com/pengukuran-aset-tidak-berwujud-menurut-ias-38/ (diakses pada
tanggal 26 November 2020)
Dewi, Tungga, Rezi, Syah. 2020. Apa Itu Aset Tidak Berwujud.
https://www.linovhr.com/aset-tidak-berwujud/ (diakses pada tanggal 26 November 2020)

Anda mungkin juga menyukai