Anda di halaman 1dari 9

ASET TAK BERWUJUD

A. Pengertian dan Karaktaristik Aset Tak Berwujud.

Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti
pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aset tidak berwujud
mungkin timbul dari:

a. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
b. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
c. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.

Secara umum, akutansi untuk Aset tak berujud adalah sejalan dengan akutansi untuk Aset tetap.
Seperti halnya Aset tetap, Aset berujud juga dicatat atas harga dasar harga perolehan dan harga
perolehan ini dihapus secara rasuonal dan sistematis selama masa manfaat Aset tak berujud
tersebut. Jika pada suatu saat dihentikan, maka nilai buku Aset tak berujud dihapuskan dari
pembukuan dan dicatat pula laba atau rugi penghentian (jika ada).

Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akutansi Aset tak berujud bila
dibandingkan dengan akutansi Aset tetap. Pertama, istilah yang digunakan untuk menghapus
Aset tak berujud adalah amortisasi (bukan depresiasi). Untuk mencatat amortisasi Aset tak
berujud maka rekening Biaya Amortosasi didebet dan rekening Aset tak berujud yang
bersangkutan dikredit. Alternatif lain, bisa juga dikredit rekening Akumulasi Amortisasi, seperti
halnya akumulasi depresiasi pada Aset tetap. Namun sebagian besar perusahaan memilih cara
yang sederhana, yaitu dengan langsung mengkredit rekening Aset tak berujud. Perbedaan kedua
ialah bahwa periode amortisasi suatu Aset tak berujud tidak boleh melebihi 40 tahun. Sebagai
contoh, jika masa manfaat suatu Aset tak berujud adalah 60 tahun, maka amortisasinya harus
dilakukan 40 tahun. Akan tetapi jika masa menfaat Aset tak berujud kurang dari 4 tahun, maka
masa manfaat itulah yang akan digunakan. Aturan tesebut dimaksudkan untuk menjaga agar
semua Aset tak berujud, terutama yang tidak ketentuan masa manfaatnya, dihapus dalam periode
waktu yang wajar.

Berbeda dengan Aset tetap, amortisasi Aset tak berujud hanya mengenal satu metoda, yaitu
metoda garis lurus. Oleh karena itu, perlakuan akutansi Aset tak berujud pada berbagai
perusahaan relatif mudah diperbandingkan.
B. Karakteristik Aset tidak Berwujud

Aset tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu :

a. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti Aset berwujud seperti property, pabrik,
dan peralatan, Aset tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau
privilege yang diberikan pada perusahaan yang menggunakannya.
b. Bukan merupakan instrument keuangan, Aset seperti deposito bank, piutang usaha, dan
investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik,
tetapi tidak diklasifikasikan sebagai Aset tak berwujud. Aset ini merupakan instrument
keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen kas
di masa depan.
c. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aset tak berwujud
menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam Aset ini biasanya
dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodik.

Akuntansi untuk Aset tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi Aset
jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk jumlah setelah
akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ), dan akuntansi untuk jumlah jika nilainya
turun secara substansial serta terus-menerus.

C. Klasifikasi dan Prisip Akuntansi Dasar Aset Tak Berwujud

a. Cara akuisisi ( manner of acquisition ). Aset tak berwujud dapat diperoleh dengan cara
membelinya dari entitas lain. Seperti membeli wiralaba atau paten dari orang lain. Cara
lain untuk memperoleh Aset tak berwujud adalah dengan cara membuatnya sendiri
melalui operasi, contohnya adalah paten dan merek dagang.
b. Dapat diidentifikasi ( identifiability ). Beberapa kativa tak berwujud dapat
diidentifikasi secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen, merek
dagang , dan wiralaba. Aset tak berwujud lainya tidak dapat dipisahkan tetapi nilainya
dapat diturunkan dari nilai Aset yang berhubungan denganya. Contohnya adalah
goodwill, yang nilainya dibedakan atas beberapa factor seperti loyalitas konsumen atas
kualitas produk, dan bukan dari kepemilikan khusus.
c. Dapat dipertukarkan ( exchangeability ). Beberapa Aset tak berwujud dapat
diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau dengan kata lain dapat dipertukarkan.
Contohnya termasuk paten, merek dagang dan wiralaba. Aktiv atak berwujud lainya,
yang dapat depertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu juga . Contohnya
dalah biaya organisasi. Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya organisasi ini
secara terpisah ( terlepas dari perusahaanya ). Goodwill adalah contoh Aset tak
berwujud yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan. Goodwill
hanya hanya akan memepunyai nilai jika dikombinasikan atau dihubungkan denan
Aset lainya dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi Aset lainya secara
simultan.
d. Periode manfaat yang diharapkan ( period of expected benefit ). Beberapa Aset tak
berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan manfaat kepada
perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh paten memeiliki
umur hokum selama 17 tahun, dan periode manfaat leasehold yang dicantumkan dalam
kontrak lease.

D. Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aset tak berwujud

Akuntansi untuk Aset tak berwujud melibatkan prinsip dan prosedur akuntansi serupa yang
diaplikasikan untuk Aset tak berwujud lainya, seperti properti, pabrik dan peralatan yaitu :

a. Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya.


b. Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan.
c. Pada disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui
atas pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.

E. Pencatatan dan penilaian aset tidak berwujud tersebut

Sesuai dengan prinsip biaya, Aset tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi dengan biaya
ekuivalen kas saat ini. Biaya ini termasuk harga beli, biaya transfer dan hukum, dan setiap
pengeluaran lainya yang berkaitan dengan akuisisi. Biaya akuisisi merupakan biaya pasar saat ini
dari semua penukar yang diserahkan atau dari Aset yang diterima, mana yang lebih dapat
ditentukan.

Perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis aset tak berwujud

Cara Akuisisi
Jenis Pembelian Dibuat secara internal
 Aset tak Berwujud  Di kapaitalisasikan  Dibebankan atau
yang dapat pada biaya akuisisi. dikapitalisasi tergantung
diidentifikasi secara  Diamortisasi selama pada Aset tak berwujud
terpisah (hak paten, umur hukum atau tertentu.
merek dagang, dan estimasi masa  Jika dikapitalisasi, akan
biaya organisasi) manfaat mana yang di amortisasi sebagai
lebih singkat dengan Aset tak berwujud yang
umur maksimum 40 dibeli.
tahun

 Aset tak berwujud  Dibebankan pada saat


yang tidak dapat
diidentifikasi secara terjadinya.
terpisah (goodwill )  Tidak tersedia pilihan
untuk
pengkapitalisasian,
sehingga tidak akan ada
amortisasi

Mencatat Biaya Aset Tak Berwujud yang Dibuat secara Internal.

Kadang kala perusahaan membuat sendiri Aset tak berwujud, seperti paten. Hanya biaya yang
secara spesifik dapat diidentifikasi dari penciptaan Aset tak berwujud tersebut hanya akan
diidentifikasi. Jadi, walaupun perusahaan telah mengeluarkan biaya penelitian yang sangat besar
untuk membentuk hal yang dipatenkan, namun hanya biaya untuk mendapatkan paten tersebut
yang dikapitalisasi sebagai Aset. Karena kendala ini, biaya yang dikapitalisasi untuk Aset tak
berwujud yang dibuat secara internal mungkin tidak mencerminkan nilainya, sedangkan biaya
yang dikapitalisasi untuk Aset tak berwujud yang dibeli melalui transaksi yang wajar
diasumsikan mencermikan nilainya

Beberapa fakor yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi umur Aset tak berwujud :

a. Ketentuan hukum, peraturan, atau kontraktual yang dapat membatasi umur manfaat
maksimum.
b. Ketentuan untuk pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan ( extension ) yang dpat
mengubah batas umur masa manfaat Aset tersebut.
c. Pengaruh keusangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya yang dapat mengurangi
umur manfaat.
d. Perkiraan umur pelayanan ( service life ) dari seorang atau kelompok pegawai.
e. Tindakan yang diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya yang dapat membatasi
keunggulan kompetitif yang sudah ada.
f. Umur manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak dapat diproyeksikan
dengan layak.
g. Apakah Aset tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor individual dengan umur
manfaat efektif yang bervariasi.

Menurut sifatnya itu, maka Aset tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya Aset tak
berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditentukan atau umur hukum tidak
terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya.

a. Penurunan Nilai Aset Tak Berwujud


Jika jumlah yang tidak didiskontokan atas arus kas masuk yang diharapkan dari
penggunaan Aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi lebih kecil dari nilai buku yang
belum diamortisasikan, maka Aset tak berwujud disesuaikan ke nilai wajarnya. Kerugian
penurunan ini langsung diakui sebesar perbedaan antara nilai buku dan nilai wajar. Nilai
buku Aset yang telah direvisi akan diamortisasi selama sisa umur manfaat Aset tersebut,
tetapi periode amortisasi tidak lebih dari 40 tahun

b. Pelepasan Aset Tak Berwujud


Ketika sebuah Aset tak berwujud dijual, dipertukarkan, atau dilepaskan, biaya yang
belum diamortisasi harus dihilangkan dari akun keuntungan atau kerugian pelepasan
diakui dan dicatat. Keuntungan atau kerugian adalah sama dengan perbedaan antara hasil
bersih dari pelepasan dan biaya yang belum diamortisasi.

F. Aset Tidak Berwujud Yang Dapat Dipertukarkan

Aset Tak Berwujud yang dapat dipertukarkan adalah adalah Aset tak berwujud yang dapat
diidentifikasi sebagian dari Aset lainya dan dapat dijual secara terpisah. Contohnya :
mencangkup hak paten, hak cipta, merek dagang, dan waralaba, biaya organisasi.

1. Hak Paten

Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memberikan
kewenangan kepada pemegang hak untuk memproduksi, menjual dan mengawasi penemuannya
dalam jangka waktu tertentu sejak hal tersebut diberikan. Suatu hak paten biasanya tidak dapat
diperbaharui, jangka waktunya bisa diperpanjang dengan memberikan hak paten yang baru,
apabila terdapat perbaikan atau perubahan pada rancangan dasar penemuan yang lama.

Harga perolehan suatu Aset-Aset tak berujud adalah kas (atau ekulivalensinya) yang dibayarkan
untuk mendapatkan hak paten. Hak paten seolah-olah diberi oleh pemerintah. Dengan adanya
hak ini, pemegang hak paten menjadi terlindung dari kemungkinan adanya pelanggaran oleh
pesaing. Perlindungan dari pesaing sangat berguna bagi perusahaan dalam mengamankan upaya
memperoleh laba melalui penjualan barang atau jasa. Itulah sebabnya perusahaan yang berhasil
menemukan suatu produk baru, tidak segan-segan untuk mengeluarkan sejumlah uang demi
memperoleh hak paten dari pemerintah, agar pohak lain (pesaing) tidak dibenarkan untuk
memproduksi danmenjual temuan baru tersebut. Pengeluaran untu memperoleh hak paten dicatat
dalam rekening Hak Paten (atau sering disingkat Paten) dan diamortisasi selama masa tertentu.

Harga perolehan hak paten harus diamortisasi selama masa berlaku hak tersebut atau selama
masa manfaatnya, tergantung mana yang lebih pendek. Dalam menentukan masa manfaat,
perusahaan harus mempertimbangkan kapan penemuan diperkirakan akan mulai ketinggalan
jaman, atau tidak memadai lagi dan faktor-faktor lainnya yang menyebabkan hak paten menjadi
tidak ekonomis lagi sebelum akhir masa berlaku hak tersebut. Untuk memberikan gambaran
mengenai perhitungan biaya paten, misalnya PT Erwin Megah membeli hak paten dengan harga
perolehan Rp. 60.000.000,00. Masa manfaat hak tersebut diperkirakan 8 tahun. Dengan demikian
amortisasi pertahun adalah Rp. 7.500.000,0 (Rp. 60.000.000,0 : 8). Jurnal untuk mencatat
amortisasi tahunan adalah sebagai berikut.

Des 31 Biaya Paten ………… Rp. 7.500.000

Hak Paten ……………Rp. 7.500.000

( untuk mencatat amortisasi hak paten )

Biaya paten dikelompokan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya operasi.

2. Hak Cipta

Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak istimewa kepada
pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu karya seni atau karya tulis. Harga
perolehan suatu hak cipta terdiri dari pengeluaran untuk mendapatkan dan mempertahankan hak
tersebut.

Maka manfaat suatu hak cipta biasanya lebih pendek daripada masa berlakunya. Mengingat
sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak cipta, maka hak cipta biasanya diamortisasi dalam
periode waktu yang relatif pendek.

3. Merek Dagang atau Nama Dagang

Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkain kata, logo, atau simbol yang
membedakan atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu atau produk tertentu. Apabila kita
mendengar nama dagang seperti Lux, Pepsodent, Indomie, atau Coca Cola, dengan cepat
terbayang dalam pikiran kita produk apa yang dimaksud dan tidak akan salah mengartikannya
pada produk lain. Nama dagang mempunyai manfaat yang sangat besar bagi perusahaan dan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemasarannya. Penemu atau pemakai pertama dapat
memperoleh hak istimewa untuk menggunakan merek dagang atau nama dagang atau
mendaftarkannya pada pemerintah.

Apabila merek dagang atau nama dagang dibeli, maka harga perolehan hak tersebut adalah harga
belinya.Apabila dikembangkan sendiri oleh perusahaan, maka hara perolehan meliputi biaya
hukum, biaya pendaftaran, biaya perancangan dan pengeluaran-pengeluaran lain yang langsung
berhubungan dengan perolehan hak tersebut.

Seperti halnya Aset tak berujud lainnya, hak merek harus diamortasikan selama masa manfaat
atau masa berlakunya, tergantung mana yang yang lebih pendek. Mengingat sulitnya
penentuanmasa manfaat suatu hak merek, biasanya dtetapkan jangka waktu yang relatif pendek.
4. Franchise (Waralaba) dan License (Perijinan)

Bila Kita makan di Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken, Mac Donald, atau Pizza
Huts, maka disitu kita menemukan franchise. Franchise adalah Adalah hak yang diperoleh untuk
melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha,
cara pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki
oleh perusahaan yang memberikan hak franchise.

Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah maupun
pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-ijin
perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin tersebut
harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas tertentu atas
terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari
satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai Aset tetap tak berwujud.

Franchise dan lisensi bisa diberikan untuk waktu terbatas, atau terbatas dengan kemungkinan
perpanjangan waktu, atau tidak terbatas. Harga perolehan suatu hak franchise dan lisensi adalah
semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan hak tersebut. Bila jangka waktunya
terbatas, maka harga perolehan suatu hak franchise dan lisensi adalah semua pengeluaran yang
diperlukan untuk mendapatkan hak tersebut. Bila jangka waktunya terbatas, maka harga
perolehan franchise (atau lisensi) harus diamortasi sebagai biaya operasi selama jangka waktu
ijin pengeoprasianhak tersebut. Namun apabila jangka waktunya tidak terbatas, maka amortisasi
dilakuakn selama jangka waktu ijin pengoprasian hak tersebut. Namun apabila jangka waktunya
tidak terbatas, maka amortisasi dilakukan selama jangka waktu yang ditentukan dengan taksiran
yang wajar. Jika dalam jangka perjanjian franchise tesebut pihak pemegang hak diwajibkan
membayar secara tahunan, maka pembayaran tersebut diperlakukan sebagai biaya operasi pada
periode dilakukan pembayaran.

5. Lease hold (Hak sewa)

Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa Aset tertentu (sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa
mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte
(notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai Aset tetap (tak berwujud) karena dua alasan :

Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas sumber daya
(dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat kembali (berpotensi
menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.Manfaat yang akan diterima oleh
perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu
lebih dari satu tahun buku.

6. Perijinan (Permit & Licences)


Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah maupun
pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-ijin
perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin tersebut
harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas tertentu atas
terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari
satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai Aset tetap tak berwujud.

7. Hak Penggandaan (Copyright)

Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya ilmiah, puisi,
novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film tertentu. Copyright
meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.

8. Biaya Organisasi

Biaya yang timbul dalam bentukan suatu organisasi perusahaan tersebut biaya organisasi. Biaya
tersebut meliputi pengeluaran untuk biaya jasa yang dibayarkan kepada underwriters untuk
pengurusan saham dan obligasi, biaya pengurusan ijin dan akte pendirian dan biaya promosi
untuk pengenalan kepada organisasi kepada masyarakat. Biaya-biaya tersebut dikapitalisasi
sebagau Aset tak berujud dengan nama Biaya Organisasi. Sebenarnya biaya organisasi akan
bermanfaat selama hidup perusahaan, tetapi dalam praktik perusahaan menetapkan masa manfaat
dengan taksiran tertentu yang dianggap wajar. Seperti halnya Aset tak berujud lainnya, biaya
organisasi juga diamortisasi selama jangka waktu tertentu.

9. Goodwill

Goodwill adalah kelebihana-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh perusahaan,


yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa
karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk
unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain.Goodwill hanya diakui
(dibuatkan perkiraan) jika terjadi suatu transaksi, yang mana dalam transaksi tersebut perusahaan
dinilai lebih oleh pihak lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa : penjualan perusaahaan,
bergabung/ berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger atau akuisisi.

10. Biaya Research Dan Pengembangan

Biaya research dan pengembangan bukan Aset tak berujud, tetapi karena pengeluaran-
pengeluaran ini berhubungan dengan hak paten dan hak cipta maka pengeluaran tersebut akan
dibahas pada makalah ini. Banyak perusahaan melakukan pengeluaran yang cukup besar
jumlahnya untuk keperluan research dan pengembangan dalam rangka mendapatan produk baru
atau proses yang lebih baik. Pada perusahan-perusahaan raksasa seperti IBM, Toyota, atau
Mitsubishi, pengeluaran untuk keperluan ini mungkin melebihi anggaran belanja sebuah negara
sedang berkembang.
Research dan pengembangan memiliki sejumlah masalah akuntansi: (1) kadang-kadang sulit
untuk mengaitkan pengeluaran pada proyek tertentu, dan (2) seringkali terdapat ketidakpastian
mengenai manfaat dari pengeluaran tersebut, baikbesarnya maupun kapan manfaat tersebut akan
diperoleh. Oleh karena itu pengeluaran untuk research dan pengembangan biasanya dicatat
sebagai biaya pada waktu terjadi pengeluaran. Pengeluaran seperti ini tidak memperhatikan
apakah pengeluaran akan berhasil atau tidak berhasil:

Sebagai contoh, misalnya PT Ardi Perkasa melakukan pengeluaran sebesar Rp. 30.000.000,00
untuk biaya research dan pengembangan. Research dan pengembangan ini telah menghasilkan
dua penemuan yang sangan berhasil dan telah memperoleh dua hak paten. Walaupun demikin,
pengeluaran untuk research dan pengembangan tidak dapat dimasukkan dalam harga perolehan
hak paten, melainkan tetap harus diperlakukan sebagai biaya pada periode dikeluarkannya biaya
tersebut.

Banyak ahli tidak menyetujui pendekatan akuntansi ini. Mereka berpendapat bahwa dengan
memperlakukan pengeluaran research dan pengembangan sebagai biaya, akan menyebabkan
Aset dan laba bersih menjadi terlalu rendah. Namun pihak lain berpendapat, bahwa dengan
mengkapitalisasi pengeluaran ini hanya akan menimbulkan Aset yang sifatnya sangat spekulatif
dalam neraca

Anda mungkin juga menyukai