Anda di halaman 1dari 9

AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)

1. Pengertian aktiva tetap tak berwujud


Aktiva tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti
pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aktiva tidak
berujud mungkin timbul dari:
1. Pemerintah seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
2. Perusahaan lain misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Penjualan tertentu seperti franchise dan lease.
Karakteristik Aktiva Tetap Tak Berwujud
1. Didapat / dibeli dari pihak lain atau dikembangkan oleh perusahaan sendiri
2. Memberikan hak-hak istimewa kepada perusahaan
3. Memberikan manfaat dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan
4. Mempunyai masa kegunaan relatif permanen atau lebih dari satu periode akuntansi
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi
aktiva jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk jumlah
setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ), dan akuntansi untuk jumlah jika
nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.
Klasifikasi Aktiva Tak Berwujud
1. Cara akuisisi ( manner of acquisition ). Aktiva tak berwujud dapat diperoleh dengan cara
membelinya dari entitas lain. Seperti membeli wiralaba atau paten dari orang lain. Cara
lain untuk memperoleh aktiva tak berwujud adalah dengan cara membuatnya sendiri
melalui operasi, contohnya adalah paten dan merek dagang.
2. Dapat diidentifikasi ( identifiability ). Beberapa kativa tak berwujud dapat diidentifikasi
secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen, merek dagang , dan
wiralaba. Aktiva tak berwujud lainya tidak dapat dipisahkan tetapi nilainya dapat
diturunkan dari nilai aktiva yang berhubungan denganya. Contohnya adalah goodwill,
yang nilainya dibedakan atas beberapa factor seperti loyalitas konsumen atas kualitas
produk, dan bukan dari kepemilikan khusus.
3. Dapat dipertukarkan ( exchangeability ). Beberapa aktiva tak berwujud dapat
diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau dengan kata lain dapat dipertukarkan.
Contohnya termasuk paten, merek dagang dan wiralaba. Aktiva tak berwujud lainya,
yang dapat depertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu juga . Contohnya dalah
biaya organisasi. Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya organisasi ini secara
terpisah ( terlepas dari perusahaanya ). Goodwill adalah contoh aktiva tak berwujud yang
tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan. Goodwill hanya hanya akan
memepunyai nilai jika dikombinasikan atau dihubungkan denan aktiva lainya dan tidak
dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi aktiva lainya secara simultan.
4. Periode manfaat yang diharapkan ( period of expected benefit ). Beberapa aktiva tak
berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan manfaat kepada
perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh paten memeiliki
umur hokum selama 17 tahun, dan periode manfaat leasehold yang dicantumkan dalam
kontrak lease.

Cara Memperoleh Aset Tak Berujud


Kriteria pengakuan aset tak berwujud pada dasarnya sama dengan kriteria pengakuan aset
tetap. Aset tak berwujud diakui sebagai aset jika :

Memenuhi definisi aset tak berwujud


Memenuhi kriteria pengakuan, yaitu (a) kemungkinan besar entitas akan
memperoleh manfaat ekonomis masa depan aset tersebut, dan (b) biaya perolehan
aset tersebut dapat diukur secara andal.

Jika kriteria pengakuan tidak dipenuhi, maka biaya yang dikeluarkan harus diakui sebagai beban.
Cara memperoleh aset tak berujud adalah sebai berikut :
1. Perolehan Terpisah
Untuk aset tak berujud yang diperoleh secara terpisah maka pengukuran biaya
perolehannya terdiri atas : harga pembelian termasuk bea impor dan pajak yang tidak
dapat dikembalikan dikurangi diskon dan rabat, biaya yang secara langsung dapat
diatribusikan yang terjadi dalam menyiapkan aset tersebut hingga siap untuk digunakan
sesuai tujuan penggunaannya.
2. Akuisisi Sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis
Biaya perolehan aset tak berujud yang diakuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis
(PSAK 22) adalah nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Aset tak berujud yang timbul dari
kombinasi bisnis harus diakui terpisah dari good will. Kecuali jika biaya perolehan aset
tak berujud yang diakuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis tidak dapat diukur
secara andal, maka aset tersebut tidak diakui secara terpisah tetapi dimasukkan sebagai
goodwill.
3. Akuisisi dengan Hibah Pemerintah
Aset tak berujud juga dapat diperoleha dengan hibah pemerintah. Pemerintah dapat
memindahkan atau mengalokasikan asset tak berujud, seperti hak untuk medarat di
bandara udara, hak beroperasi pada stasiun televisi atau radio.
4. Pertukaran Aset
Cara lain memperoleh aset tak berujud adalah melalui pertukaran aset moneter dan non
moneter atau sekelompok aset moneter, atau kombinasi dari aset moneter dan non
moneter.
5. Aset Tak Berujud yang Dihasilkan secara Internal
Goodwill hanya boleh diakui sebagai akibat dari kombinasi bisinis. Goodwill yang timbul
secara internal tidak diakui sebagai aset tak berujud karena tidak memenuhi kriteria
pengakuan sebagai berikut :
Dasar pengukuran biaya perolehan yang andal
Identifikasi terpisah dari sumber daya yang lain
Kendali oleh perusahaan
Untuk mementukan apakah aset tak berujud yang dihasilkan secara internal (selain
goodwill) dapat diakui sebagai aset tak berujud, maka perlu dibedakan antara tahap penelitian
dan tahap pengembangan.

Tahap Penelitian
Penelitian adalah penelitian orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan
memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu baru. Seluruh
biaya penelitian harus dibebankan pada periode yang bersangkutan.

Tahap Pengembangan
Pengembangan adalah penerapan temuan penelitian atau pengetahuan lainnya pada
suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau
jasa yang sifatnya baru atau yang mengalami perbaikan substansial, sebelum
dimulainya produksi komersial atau pemakaian. Biaya dalam tahap pengembangan
dapat dikapitalisasi jika manfaat ekonomi masa depan kemungkinan besar akan
diterima oleh entitas yang bersangkutan.

AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD


YANG DAPAT DIIDENTIFIKASIKAN SECARA SPESIFIK
HAK PATEN
Adalah hak yang diberikan oleh pemerintah (instansi yang berwenang) kepada pemegangnya
untuk menggunakan atau mengawasi dan mengkomersilkan hasil temuannya.
Hak Paten diberikan untuk jangka waktu 17 tahun.
Apabila Hak Paten diperoleh dengan cara membeli, maka Hak Paten dicatat sebesar Harga
Perolehannya, yaitu sebesar jumlah uang yang dibayarkan kepada pihak penjual atau seharga
aktiva yang diserahkan dalam transaksi pertukaran.
Apabila Hak Paten diperoleh melalui riset dan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan
sendiri, maka Harga Perolehan Hak Paten terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan untuk
penelitian tersebut, biaya pendaftaran dan honor pengacara.
Hak Paten harus diamortisasi selama masa kegunaannya, dengan batas waktu maksimum 17
tahun.
Apabila karena sesuatu hal Paten tersebut sudah tidak lagi memberikan manfaat atau sudah
kehilangan nilai komersialnya (tidak laku lagi), maka nilai buku hak paten harus dihapuskan
HAK CIPTA (COPYRIGHT)
Adalah hak yang diberikan oleh pemerintah (instansi yang berwenang) kepada pengarang,
pencipta lagu, musik, barang barang seni dan lainnya untuk mempublikasikan ,
menerbitkan, mengawasi, dan mengkomersialkan hasil ciptaannya.
Hal cipta diberikan untuk jangka waktu 28 tahun, dengan ditambah kemungkinan
perpanjangan Hak Cipta selama 28 tahun kedua.
Komponen Harga Perolehan Hak Cipta dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti
halnya Hal Paten
Harga Perolehan Hak Cipta harus diamortisasi selama hak cipta tersebut memberikan
manfaat, dan harus dihapuskan pada saat Hak Cipta sudah tidak lagi bermanfaat.
Amortisasi Hak Cipta dilakukan dengan mendebet rekening biaya dan mengkredit rekening
Hak Cipta.
FRANCHISES dan LICENSE
Adalah hak monopoli yang diberilan oleh instansi pemerintah untuk menggunakan fasilitas
umum yang manfaatnya akan dinikmati oleh masyarakat.
Franchises bisa diberikan untuk waktu yang terbatas atau untuk waktu yang tidak terbatas.
Franchises yang diberikan untuk waktu yang terbatas harus diamortisasi selama jangka waktu
tersebut.
CAP DAN MERK DAGANG
Adalah suatu tanda yang dipakai untuk mengidentifikasikan suatu produk atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan tertentu
Apabila Cap & Merk Dagang diperoleh dengan cara membeli, maka Harga Perolehannya
diukur dengan jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan biaya registrasi dan biaya lain
dalam usaha untuk mendapatkan cap dan merk dagang tersebut.
Apabila Cap dan Merk Dagang dibuat sendiri oleh perusahaan, maka Harga Perolehan adalah
semua biaya yang dikeluarkan sampai dengan Cap & Merk Dagang tersebut bisa digunakan.

Lease hold (Hak sewa)

Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa
gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat
pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua
alasan
Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas
sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat kembali
(berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.
Biaya Organisasi
Biaya yang timbul dalam bentukan suatu organisasi perusahaan tersebut biaya organisasi.
Biaya tersebut meliputi pengeluaran untuk biaya jasa yang dibayarkan kepada underwriters
untuk pengurusan saham dan obligasi, biaya pengurusan ijin dan akte pendirian dan biaya
promosi untuk pengenalan kepada organisasi kepada masyarakat. Biaya-biaya tersebut
dikapitalisasi sebagau aktiva tak berujud dengan nama Biaya Organisasi. Sebenarnya biaya
organisasi akan bermanfaat selama hidup perusahaan, tetapi dalam praktik perusahaan
menetapkan masa manfaat dengan taksiran tertentu yang dianggap wajar. Seperti halnya aktiva
tak berujud lainnya, biaya organisasi juga diamortisasi selama jangka waktu tertentu.

AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD


YANG TIDAK DAPAT DIIDENTIFIKASIKAN SECARA SPESIFIK
Goodwill merupakan contoh dari aktiva tetap tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi secara
spesifik. Dari segi akuntansi, goodwill adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba di atas laba normal dari lain-lain perusahaan yang sejenis (dalam industri yang sama).
Goodwill berhubungan dengan atau timbul dari berbagai macam faktor yang sulit diukur secara
kuantitatif, seperti :
-

Hubungan yang baik / memuaskan antara perusahaan dengan konsumen


Lokasi perusahaan yang strategis
Efisiensi dalam aktifitas produksi
Hubungan baik antar karyawan dalam perusahaan
Kedudukan dalam persaingan yang menguntungkan
Dll

Perhitungan Goodwill
Goodwill dihitung sebagai selisih antara harga beli dengan harga pasar aktiva bersih yang
diperoleh. Dengan demikian goodwill pada contoh di atas akan menjadi Rp. 8.500.000,00
dengan perhitungan sebagai berikut:
Harga beli ( harga perolehan ) Rp. 61.000.000,00
Kurangi : Harga pasar aktiva bersih .
52.000.000,00
Goodwill Rp. 8.500.000,00

Pencatatan transaksi pembelian perusahaan dilakukan dengan mencatat aktiva bersih sebesar
nilai pasarnya, goodwill sebesar harga perolehannya dan kas dikredit sebesar harga belinya.
Selanjutnya goodwill dihapus selama jangka waktu tertentu yang ditaksir secara wajar.
Amortisasi goodwill dicatat dengan mendebet Biaya Amortisasi Goodwill dan mengkredit
rekening Goodwill. Dalam neraca, goodwill dilaporkan sebagai aktiva tak berujud.

Penentuan Harga Perolehan Goodwill


Goodwill yang boleh dicatat hanyalah apabila perusahaan membeli kekayaan bersih dari
perusahaan lain yang sudah berjalan, dengan pembayaran di atas harga pasar dari seluruh aktiva
yang secara spesifik dapat diidentifikasikan dikurangi dengan seluruh hutang-hutangnya.
Sehingga dengan demikian, maka Harga Perolehan Goodwill adalah sebesar selisih lebih dari
harga yang dibayar untuk perusahaan secara keseluruhan di atas harga pasar kekayaan bersih
yang dapat diidentifikasikan, di dalam transaksi pembelian atau penggabungan badan usaha.
Contoh :
Laba bersih setiap tahun selama lima tahun terakhir (setelah eliminasi terhadap elemenelemen yang bersifat ekstra ordiner & berasal dari kegiatan di luar usaha pokok perusahaan) :
Tahun

1996

Rp

900.000,-

1997

950.000,-

1998

1.000.000,-

1999

1.050.000,-

2000

1.100.000,-

Laba bersih rata-rata per tahun sebesar Rp 1.000.000,- diperkirakan akan tetap dapat
dipertahankan untuk masa-masa mendatang.
Kekayaan bersih riil sesuai dengan penilaian yang dilakukan pada awal tahun 2001
berjumlah Rp 5.000.000,Berdasarkan informasi tersebut, maka besarnya goodwill dapat dihitung dengan menggunakan
metode-metode sebagai berikut :
1. Harga Beli dari Jumlah Laba diatas Laba Normal
Misalnya besarnya goodwill yang disepakati adalah sama dengan laba di atas 10 % dari
kekayaan bersih riil selama tiga tahun terakhir, maka besarnya goodwill dihitung dengan cara
sbb :
Tahun

Laba Bersih

Tk Laba Normal Jml Laba di atas


(10% )
Laba Normal

1998

Rp
1.000.000,-

Rp 500.000,-

Rp 500.000,-

1999

1.050.000,-

500.000,-

550.000,-

2000

1.100.000,-

500.000,-

600.000,-

Jumlah yang dibayar untuk Goodwill

Rp 1.650.000,-

2. Harga Beli dari Rata-Rata Jumlah Laba di Atas Laba Normal


Misalnya besarnya goodwil yang disepakati di dalam transaksi dihitung berdasar rata-rata
jumlah laba di atas 10 % dari kekayaan bersih riil untuk jangka waktu tiga tahun terakhir,
maka besarnya goodwill dihitung dengan cara sbb :

Jumlah laba rata-rata selama 5 tahun terakhir


Tk Laba normal yang diharapkan 10 % per tahun

Rp 1.000.000,500.000,----------------- -

Rata-rata jumlah laba di atas laba normal


Rp 500.000,Dikalikan : Jangka waktu yang disetujui

3
----------------- x

Jumlah goodwill yang harus dibayar

Rp 1.500.000,-

3. Kapitalisasi Laba Rata-rata dengan Tingkat Laba Normal yang Diharapkan


Apabila misalnya dalam transaksi disepakati bahwa tingkat laba normal yang diharapkan
adalah 10 % dan tingkat laba tersebut dipakai sebagai dasar untuk mengkapitalisasikan laba
bersih rata-rata selama 5 tahun terakhir, maka besarnya goodwill yang harus dibayar oleh
pembeli dihitung sbb :

Total Investasi yang seharusnya (kapitalisasi laba bersih)


100
rata-rata {------ x Rp 1.000.000,-}

Rp 10.000.000,-

10
Dikurangi :Nilai kekayaan bersih riil di luar goodwill

5.000.000,-------------------- -

Jumlah goodwill yang harus dibayar

Rp 5.000.000,-

4. Kapitalisasi Jumlah Laba di atas Laba Normal yang Diharapkan


Misalnya di dalam transaksi pembelian perusahaan disepakati hal-hal sbb :
Tingkat kapitalisasi laba yang diharapkan dari kekayaan bersih riil adalah 10 %
Tingkat kapitalisasi laba selebihnya sebesar 20 %
Maka besarnya goodwill dihitung sbb :
Laba rata-rata dalam 5 tahun terakhir
Laba diharapkan dari kekayaan bersih riil
(10% x Rp 5.000..000,-)

Rp 1.000.000,-

Sisa laba yang merupakan indikasi goodwill

Rp 500.000,----------------- : 20%

Goodwill yang harus dibayar


(Rp 500.000,- : 20%)

Rp 2.500.000,-

500.000,------------------ -

5. Nilai Tunai (Present Value) dari jumlah laba di atas laba normal yang diharapkan akan
dapat direalisasikan di masa yang akan datang
Pada cara ini goodwill ditentukan dengan menilai-tunaikan jumlah laba di atas laba normal
yang diharapkan akan dapat direalisasikan di masa yang akan datang, atas dasar discount
factor (tingkat bunga / rate of return) tertentu.
Contoh :
Rata rata jumlah laba di atas laba normal

Rp 500.000,-

Jangka waktu laba tersebut direalisasikan

5 tahun

Tingkat laba normal per tahun

10%

Maka goodwill dihitung sebagai berikut :


Goodwill = 500.000 x (1 + 0,1)-1 + 500.000 x (1 + 0,1)-2 + . . . + 500.000 x (1 +
0,1)-5
= 500.000 x [(1 + 0,1)-1 + (1 + 0,1)-2 + . . . + (1 + 0,1)-5]
1
1 - -------------(1 + 0,1)-5
= 500.000 x ------------------------0,1
= 500.000 x 3,791
= Rp 1.895.500,-

AMORTISASI GOODWILL
Harga Perolehan Goodwill yang umurnya terbatas harus diamortisasi dan dibebankan
pada rugi laba selama jangka waktu kegunaannya. Tetapi bila ternyata kemudian jangka waktu
kegunaan yang diperkirakan kemudian berbeda dari jangka waktu yang sesungguhnya, maka
diperkenankan untuk mengadakan koreksi terhadap program amortisasinya.
Amortisasi goodwill biasanya menggunakan metode garis lurus. Akan tetapi metode lain,
seperti present value method, yang akan berakibat besarnya amortisasi semakin bertambah setiap
tahun, juga dapat diterapkan.
Contoh :
Amortisasi goodwill dengan metode garis lurus
Rp 1.895.500,Amortisasi per tahun

= -------------------5 tahun
=

Rp 379.100,-

Amortisasi goodwill dengan metode present value


Amortisasi per tahun = Rp 500.000 ( N B Goodwill awal tahun x 0,1)
Goodwill yang usianya tidak terbatas harus tetap dinyatakan sebesar harga perolehannya
sampai ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya kerugian atau keterbatasan umurnya. Harga
perolehan goodwill harus dihapuskan sekaligus (write-off), bila terbukti tidak ada manfaatnya
lagi, dan membebankannya pada rugi-laba.
BIAYA RESEARCH DAN PENGEMBANGAN
Biaya Riset dan Pengembangan
Biaya Riset dan pengembangan seringkali dirasakan perusahaan pada waktu yang akan datang,
yang kemungkinan memerlukan tenggang waktu yang cukup lama dari saat terjadinya
pengeluaran biaya.
Keadaan yang ideal terhadap pengeluaran biaya riset dan pengembangan adalah :
Biaya Riset dan Pengembangan yang memberikan manfaat di masa yang akan datang
diperlakukan sebagai Beban/Biaya yang Ditangguhkan, dan diamortisasi pada periodeperiode yang menikmatinya.

Sedangkan Biaya riset dan pengembangan yang tidak memberikan manfaat di masa yang
akan datang diperlakukan sebagai Biaya pada periode terjadinya.
Berhubung adanya keadaan di atas, maka ada dua alternatif perlakuan akuntansi terhadap Biaya
Riset dan Pengembangan, yaitu :
1. Memperlakukan Biaya tersebut sebagai Biaya/beban yang Ditangguhkan, sampai hasilnya
diketahui secara pasti. Biaya yang ternyata memberikan manfaat di masa yang akan datang,
harus diamortisasikan kepada periode-periode yang menikmatinya. Sedang biaya yang
ternyata tidak memberikan manfaat harus dihapuskan dan dibebankan sebagai biaya
sekaligus.
2. Memperlakukan biaya tersebut sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Apabila perlakuan ini dipilih, biasanya didasarkan atas alasan bahwa kegiatan riset dan
pengembangan merupakan kegiatan yang harus dan secara rutin dilakukan.
Sebagai contoh, misalnya PT Ardi Perkasa melakukan pengeluaran sebesar Rp.
30.000.000,00 untuk biaya research dan pengembangan. Research dan pengembangan ini telah
menghasilkan dua penemuan yang sangan berhasil dan telah memperoleh dua hak paten.
Walaupun demikin, pengeluaran untuk research dan pengembangan tidak dapat dimasukkan
dalam harga perolehan hak paten, melainkan tetap harus diperlakukan sebagai biaya pada periode
dikeluarkannya biaya tersebut.
Banyak ahli tidak menyetujui pendekatan akuntansi ini. Mereka berpendapat bahwa dengan
memperlakukan pengeluaran research dan pengembangan sebagai biaya, akan menyebabkan
aktiva dan laba bersih menjadi terlalu rendah. Namun pihak lain berpendapat, bahwa dengan
mengkapitalisasi pengeluaran ini hanya akan menimbulkan aktiva yang sifatnya sangat spekulatif
dalam neraca. Pendapat mana yang benar sangat sulit untuk ditentukan. Perbedaan pendapat ini
menunjukan betapa sulitnya menetapkan suatu acuan yang tepat dalam pelaporan keuangan.

PENYAJIAN DALAM LAPORAN KEUANGAN


Pada umumnya aktiva tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi aktiva
tidak berujud dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap. Pelaporan harus cukup jelas dan bila
mana perlu diberi catatan tambahan, baik dalam laporan itu sendiri ataupun dalam catatan atas
laporan keuangan. Selain itu, metoda depresiasi atau amortisasi yang digunakan juga harus
dijelaskan dan jumlah depresiasi atau amortisasi untuk tahun yang bersangkutan juga disebutkan.
Contoh penyajian aktiva tetap, sumber alam dan aktiva tak berujud dalam neraca adalah sebagai
berikut:
PT. ARDI PERKASA
Neraca sebagian
Aktiva Tetap
Tambang batu bara, atas dasar
Harga perolehan, dikurangi deplesi
Rp 95.400.000
Gedung dan peralatan, atas
Dasar harga perolehan .. Rp 2.207.100.000
Kurangi: Akumulasi depresiasi
1.229.000.000
987.100.000
Jumlah aktiva tetap .
Rp 1.073.500.000
Aktiva tak berujud
Hak Paten
410.000.000
Jumlah ..
Rp 1.483.500.000

Amortisasi Biaya Aktiva Tak Berwujud


Beberapa fakor yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi umur aktiva tak berwujud :
1. Ketentuan hukum, peraturan, atau kontraktual yang dapat membatasi umur manfaat
maksimum.
2. Ketentuan untuk pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan ( extension ) yang dpat
mengubah batas umur masa manfaat aktiva tersebut.
3. Pengaruh keusangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya yang dapat mengurangi
umur manfaat.
4. Perkiraan umur pelayanan ( service life ) dari seorang atau kelompok pegawai.
5. Tindakan yang diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya yang dapat membatasi
keunggulan kompetitif yang sudah ada.
6. Umur manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak dapat diproyeksikan
dengan layak.
7. Apakah aktiva tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor individual dengan umur
manfaat efektif yang bervariasi.
Menurut sifatnya itu, maka aktiva tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya
aktiva tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditentukan atau umur
hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya.
Penurunan Nilai Aktiva Tak Berwujud
Jika jumlah yang tidak didiskontokan atas arus kas masuk yang diharapkan dari
penggunaan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi lebih kecil dari nilai buku yang belum
diamortisasikan, maka aktiva tak berwujud disesuaikan ke nilai wajarnya. Kerugian penurunan
ini langsung diakui sebesar perbedaan antara nilai buku dan nilai wajar. Nilai buku aktiva yang
telah direvisi akan diamortisasi selama sisa umur manfaat aktiva tersebut, tetapi periode
amortisasi tidak lebih dari 40 tahun.
Pelepasan Aktiva Tak Berwujud
Ketika sebuah aktiva tak berwujud dijual, dipertukarkan, atau dilepaskan, biaya yang
belum diamortisasi harus dihilangkan dari akun keuntungan atau kerugian pelepasan diakui dan
dicatat. Keuntungan atau kerugian adalah sama dengan perbedaan antara hasil bersih dari
pelepasan dan biaya yang belum diamortisasi.
Penyusutan Untuk Aset Tetap Tak Berwujud
Aset tak berujud dapat dikelompokkan menjadi aset tak berujud dengan umur terbatas
dan tidak terbatas. Apabila aset tak berujud memiliki umur terbatas, maka perusahaan harus
mengalokasikan biaya perolehan aset tak berujud ke periode-periode selama umur aset tersebut
dengan proses yang sama seperti halnya depresiasi. Proses untuk mengalokasikan biaya
perolehan aset tetap tak berujud disebut amortisasi. Untuk mencatat amortisasi suatu aset tak
berujud, perusahaan mendebet beban amortisasi, dan mengkredit aset tak berujud yang
bersangkutan.
Pada umumnya, aset tak berujud diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus.
Sebagai contoh, masa berlaku sesuai dengan peraturan yang berlaku di banyak negara untuk hak
paten adalah 20 tahun.
Contoh : PT. A memperoleh hak paten untuk suatu produk dengan harga perolehan Rp
60.000.000,00. Hak paten tersebut berlaku untuk 8 tahun. Dengan demikian amortisasi hak paten
per tahun adalah Rp 7.500.000,00 ( Rp 60.000.000,00 : 8 ). PT. A mencatat amortisasi hak paten
dengan jurnal sebagai berikut :

Perusahaan menggolongkan beban amortisasi dalam laporan laba-rugi sebagai beban operasi.

Anda mungkin juga menyukai