rangka memperoleh aktiva tetap, meningkatkan efisiensi operasional dan kapasitas produktif
aktiva tetap, serta memperpanjang masa manfaat aktiva tetap. Biaya-biaya ini biasanya
dikeluarkan dalam jumlah yang cukup besar (material), namun tidak sering terjadi.
Contoh dari pengeluaran modal adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membeli
tambahan komponen aktiva tetap dan atau untuk mengganti komponen aktiva tetap yang ada,
dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi, kapasitas, dan atau memperpanjang masa manfaat
dari aktiva tetap terkait. Dengan kata lain pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran
yang tidak dibebankan langsung sebagai beban dalam laporan laba rugi, melainkan dikapitalisasi
terlebih dahulu sebagai aktiva tetap di neraca, karena pengeluaran-pengeluaran ini akan
memberikan manfaat bagi perusahaan di masa mendatang. pengeluaran-pengeluaran dalam
kategori ini akan dicatat dengan cara mendebet akun aktiva tetap terkait.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah
biaya-biaya yang hanya akan memberi manfaat dalam periode berjalan, sehingga biaya-biaya yang
dikeluarkan ini tidak akan dikapitalisasi sebagai aktiva tetap di neraca, melainkan akan langsung
dibebankan sebagai beban dalam laporan laba rugi periode berjalan di mana biaya tersebut terjadi
(dikeluarkan). Contoh dari pengeluaran ini adalah beban untuk pemeliharaan dan perbaikan aktiva
tetap.
Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva tetap agar selalu
berada dalam kondisi operasional yang baik dikenai sebagai beban pemeliharaan, contohnya adalah
pengeluaran untuk pengecatan dinding bangunan, penggantian pelumas mesin dan sebagainya.
Pengeluaran untuk beban pemeliharaan ini adalah hal yang biasa, terjadi berulang biasanya
dalam jumlah yang kecil (tidak rnaterial), tlan tidak akan meningkatkan efisiensi, kapasitas,
atau memperpanjang masa manfaat dari aktiva tetap terkait, oleh karena itu akan segera
dicatat sebagai beban ketika terjadi. Sedangkan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk
mengembalikan aktiva tetap ke kondisi operasional yang baik setelah adanya kerusakan dan atau
untuk mengganti komponen aktiva tetap yang rusak, dikenal sebagai beban perbaikan. Pengeluaran
untuk beban perbaikan ini juga adalah hal yang biasa, bisa terjadi berulang biasanya dalam jumlah
yang kecil (tidak material), dan tidak akan meningkatkan efisiensi, kapasitas, atau memperpanjang
masa manfaat dari aktiva tetap terkait, oleh karena itu juga akan segera dicatat sebagai beban
ketika terjadi.
Pada dasarnya, biaya-biaya yang dikeluarkan atas aktiva tetap dapat diklasifikasikan
menjadi empat tahap, yaitu tahap pendahuluan sebelum perolehan -perolehan atau konstruksi, dan
pemakaian.
Tahap pendahuluan terjadi sebelum pihak perusahaan yakin atas kemungkinan dilakukannya
pembelian aktiva tetap. Selama tahap ini, perusahaan biasanya akan melakukan studi kelayakan
dan analisis keuangan untuk menentukan kemungkinan diperolehnya aktiva tetap. Biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam tahap pendahuluan ini tidaklah dapat dikaitkan dengan aktiva tetap tertentu,
sehingga harus diperlakukan sebagai pengeluaran pendapatan.
Pada tahap pra - perolehan keputusan untuk membeli aktiva tetap telah menjadi mungkin,
namun belum terjadi. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam tahap ini, seperti biaya survei, sudah
dapat dikaitkan dengan aktiva tetap tertentu yang akan dibeli sehingga harus diperlakukan sebagai
pengeluaran modal.
Dalam tahap perolehan atau konstruksi, pembelian aktiva tetap terjadi atau konstruksi
telah dimulai, namun aktiva tetap tersebut belum siap untuk digunakan. Biaya-biaya yang terkait
langsung dengan aktiva tetap yang dibeli ini harus dikapitalisasi dalam akun aktiva tetap tersebut.
Contohnya adalah harga beli mesin, pajak, ongkos angkut, biaya asuransi selama dalam perjalanan,
ongkos pemasangan dan biaya uji coba sampai mesin tersebut benar-bcnar dapat dioperasikan akan
dicatat dalam akun mesin. Demikian juga, untuk bangunan yang dibangun sendiri, biaya-biaya yang
terkait langsung dengan pembangunan gedung baru tersebut akan dikapitalisasi sebagai akun
pekerjaan dalam penyelesaian (construction in progress). Ketika bangunan tersebut telah selesai
dibangun dan siap untuk dimanfaatkan, maka biaya yang telah dikapitalisasi sebagai akun pekerjaan
dalam penyelesaian akan dihansfer ke dalam akun aktiva tetap terkait, yaitu akun bangunan.
Contohnya adalah biaya arsitek, biaya untuk membeli bahan-bahan bangunan, biaya upah pekerja,
biaya sewa peralatan untuk membangun, bahkan termasuk bunga atas dana yang dipinjam untuk
membiayai pembangunan gedung baru tersebut.
Dalam tahap pemakaian, aktiva tetap telah siap digunakan. Sepanjang tahap ini, aktiva
tetap seharusnya disusutkan. Selama tahap ini, segala aktivitas perbaikan dan pemeliharaan atas
aktiva tetap yang sifatnya normal serta berulang harus dicatat langsung ke dalam akun beban untuk
periode bersangkutan. Sedangkan biaya yang terjadi untuk memperoleh tambahan komponen aktiva
tetap atau mengganti komponen yang sudah ada haruslah dikapitalisasi, sepanjang biaya-biaya ini
dapat meningkatkan efisiensi operasional dan kapasitas produktif aktiva tetap atau memperpanjang
masa manfaat aktiva tetap bersangkutan.
Dalam praktik, suatu pengeluaran atas aktiva tetap akan dikategorikan sebagai pengeluaran
modal atau pengeluaran pendapatan sangat tergantung sekali pada kebijakan manajemen mengenai
batas ambang tingkat materialitas dalam mengkapitalisasi suatu pengeluaran. Kalau kita berbicara
mengenai tingkat materialitas, sudah tentu bahwa setiap perusahaan memiliki ukuran yang
berbeda-beda, sehingga sangatlah mungkin bahwa sebuah pengeluaran yang sama namun akan
diperlakukan secara berbeda di masing-masing perusahaan. Sebagai contoh, misalkan di perusahaan
A memiliki kebijakan bahwa setiap pembelian barang (selain barang dagangan) senilai Rp. 150.000,ke atas akan dikapitalisasi sebagai pengeluaran modal, sedangkan di perusahaan B, setiap
pembelian barang (selain barang dagangan) senilai Rp. 275.000,- ke atas. baru akan dikapitalisasi
sebagai pengeluaran modal. Jadi, jika seandainya perusahaan A dan perusahaan B meskipun samasama melakukan pembelian sebuah tirai penutup jendela (yang diperkirakan memiliki masa manfaat
lebih dari satu tahun dan akan dipakai) seharga Rp. 180.000,- namun masing-masing pengeluaran ini
akan diperlakukan secara berberda pada masing-masing perusahaan. Di perusahaan A, pembelian
tirai penutup jendela akan dicatat sebagai aktiva tetap (pengeluaran modal), sedangkan di
perusahaan B akan langsung dicatat sebagai beban (pengeluaran pendapatan) dalam laporan laba
rugi periode berjalan di mana pembelian tersebut dilakukan.
Pengeluaran modal atau yang juga dikenal dengan istilah capex (capital expenditure)
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap, menambah kapasitas output
aktiva tetap, menambah tingkat keefisienan aktiva tetap, juga memperpanjang umur
ekonomis suatu aktiva tetap (manfaat ekonomisnya lebih dari satu tahun buku).
Apabilia dilihat dari tingkat material, biasanya, biaya biaya ini dikeluarkan dalam nominal
yang cukup material.
Selain itu tingkat keseringan pengeluaran modal ini jarang terjadi.
Contohnya:
Biaya yang dikeluarkan dalam pembelian aktiva tetap
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pembelian salah satu atau lebih komponen aktiva tetap
Maupun biaya penggantian komponen-komponen aktiva yang perlu diganti
Biaya yang dikeluarkan dengan tujuan mendapatkan manfaat ekonomis dimasa yang akan
datang, meningkatkan kapasitas produksi maupun tingkat efisiensi dan juga bisa
memperpanjang umur ekonomis atau masa manfaat atas aset tetap.
Misalnya, pembelian mesin produksi, pembelian komponen mesin produksi, meng-upgrade
kapasitas mesin produksi, yang umumnya jumlah yang dikeluarkan untuk itu sangat material.
Jadi, pengeluaran modal merupakan pengeluaran yang tidak dibebankan pada saat periode
pengeluaran itu terjadi melainkan di KAPITALISASI sebagai aset tetap dalam Neraca.
Karena pengeluaran pengeluaran ini diharapkan memberikan manfaat untuk perusahaan di
masa yang akan datang !
Kemudian, secara periodik, aset tetap ini dialokasikan sebagai beban penyusutan pada
periode mendatang.
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran yang terkait aktiva tetap namu jumlahnya tidak meterial untuk di akui sebagai aktiva. transaksi yang terjadi untuk
pengeluaran ini pun sering di lakukan dan berulang-ulang.
selain itu pengeluaran jenis ini pun tidak memenuhi kriteria poin (a) yaitu manfaat
ekonomi atas aktiva tidak akan bertambah akibat ada-nya pengeluaran ini seperti
bertambahnya umur ekonomis aktiva yang semula-nya tersisa 5 tahun akan menjadi
lebih dari 5 tahun tersebut, atau dengan ada-nya pengeluaran ini tidak akan
membuat mesin produksi berproduksi lebih dari yang di harapkan, pengeluaran jenis
ini hanya akan membuat suatu aktiva kembali pada kapasitas normal-nya
sebagai contoh sebuah mobil box yang telah di beli setahun lalu yang dapat
mengangkut 100 dus obat-obatan, mobil ini memerlukan biaya untuk mengganti dua
ban mobil depan karena sudah sering pecah. biaya yang di keluarkan untuk
mengganti kedua ban ini berjumlah Rp400.000
untuk ukuran material sendiri tergantung pada pandangan perusahaan (mengingat
materailitas mengandung unsur subjektifitas yang tinggi)
sebesar Rp400.000 tersebut merupakan jumlah yang material atau tidak, namun
terlepas dari itu, biaya pemeliharaan yang di keluarkan tidak akan membuat mobil
dapat berjalan lebih cepat dari yang semestinya (bertambah efisien), atau biaya
tersebut tidak akan membuat mobil box yang awal-nya hanya dapat mengangkut
100 dus abat-obatan akan dapat mengangkut lebih dari itu, dengan kata lain tidak
akan membuat mobil box bertambah kapasitas-nya dan hanya membuat mobil box
kembali pada kondisi sebagaimana mestinya (normal)
dengan demikian maka pengeluaran tersebut hanya akan di jurnal sebagai berikut
biaya perawatan aktiva
xxx
kas/hutang
xxx
(mengakui ada-nya biaya yang di keluarkan untuk perawatan aktiva)
pengeluaran jenis ini meliputi penggantian ban mobil, pengisiaan BBM untuk
kendaraan dan mesin prosuksi (yang menggunakan BBM), penggantian pelumas
kendaraan,
atas kendaraan (poin a), penggantian genteng sebuah gedung yang tidak bersifat
menyeluruh sehingga tidak menimbulkan adanya biaya yang meterial, dan masih
banyak lain-nya
pertanyaan-nya : kenapa kejadian (transaksi) yang berulang-ulang atas aktiva tidak
di akui sebagai aset,?
Karena Jumlah yang biasanya terjadi berulang-ulang atas aset tidak bersifat
material, sedangkan kriteria sebuah aktiva harus-lah material (mempunyai nilai yang
tinggi) agar dapat di susutkan setiap periode-nya, selain itu pengeluaran jenis ini
juga hanya bersifat periodik yang akan habis dalam satu periode (baik bulan
maupun tahun) misal-nya pelumas kendaraan yang harus di ganti setiap bulan-nya,
atau pengisian BBM yang harus di lakukan hampir setiap harinya, dan lain-lain.
Selain itu, kalau setiap transaksi yang terjadi berulang-ulang lalu di akui sebagai
bagian dari aktiva/aset maka revisi atas nilai aktiva akan terus di lakukan setiap hari,
minggu, bulan dan tahun. Hal ini akan membuat biaya penyusunan laporan
keuangan akan menjadi lebih besar dari pada informasi dari laporan keuangan itu
sendiri, padahal biaya pembuatan laporan keuangan tidak semestinya melebihi dari
manfaat laporan keuangan itu sendiri.
Saya rasa cukup untuk pengeluaran pendapatan, sekarang kita masuk pada
pengeluaran modal
2. Pengeluran Modal (Capital Expenditure)
Pengeluaran modal adalah semua pengeluaran terkait aktiva yang dapat membuat
aktiva berada pada kondisi yang luar biasa, yaitu membuat aktiva lebih efisien, lebih
produktif, lebih berumur ekonomis panjang sehingga memberikan manfaat lebih
pada perusahaan, transaksi yang terjadi atas pengeluaran ini jarang terjadi dan
biaya yang di keluarkan untuk pengeluaran jenis ini sangat signifikan (material)
jumlah-nya bagi penyajian aset di laporan keuangan, sehingga sangat penting untuk
di akui sebagai aktiva.
Ada
dua
kondisi
dimana
pengeluaran
modal
(capital
expenditure)
dapat
15.000.000
15.000.000
mobil box di gunakan untuk mengangkut barang dagangan. Karena di rasa terlalu
kecil, toko sekawan memutuskan untuk mengganti box mobil yang di rasa kecil
dengan yang lebih besar. Biaya yang di keluarkan untuk mencabut box lama hingga
membuat dan memasang box baru berjumlah Rp20.000.000
Perlakuan dan pencatatan
Ingat bahwa biaya aktiva tetap meliputi semua biaya yang di keluarkan hingga siap
di gunakan, dengan demikian maka nilai aktiva meliputi biaya yang di keluarkan
untuk mencabut box lama, membuat box baru hingga memasang box baru tersebut
yang berjumlah Rp20.000.000, harus di akui sebagai penambah nilai aktiva, dan
jurnal yang akan terlihat sebagai berikut.
Aktiva tetap_Mobil box
Kas/hutang
20.000.000
20.000.000
aktiva,?
Seperti yang saya katakan bahwa pengeluaran modal (capital expenditure) pada
umum-nya memiliki nilai yang signifikan (material) berpengruh bagi nilai aktiva (nilai
buku/harga perolehan), sedangkan untuk kondisi perbaikan luar biasa ini, akan
berpengaruh pada umur ekonomik aktiva yang dapat di gunakan.
Perbaikan
luar
biasa
ini
akan
menurunkan
akumulasi
penyusutan
aktiva
bersangkutan, sebesar nilai perbaikan luar biasa yang di lakukan. Dan akan
menyebabkan peningkatan pada nilai buku aktiva, dengan kata lain, untuk mencatat
adanya pengeluaran ini maka akan di catat sebagai berikut
Akumulasi penyusutan
Kas/hutang
xxx
xxx
Sebagai contoh
Sebuah kendaraan bermotor di beli dengan harga 23.000.000 dengan nilai residu
sebesar 3.000.000. dan memiliki umur ekonomis selama 8 tahun. Maka untuk
menghitung penyusutan setiap tahun selama 8 tahun sebagai berikut.
23.000.000 - 3.000.000
= 2.500.000
8
Berikut daftar penyusutan kendaraan bermotor tersebut (sebelum penyesuain)
Tabel 1
tahun
Dasar penyusutan
penyusutan
Akumulasi penyusutan
Nilai buku
20.000.000
2.500.000
2.500.000
17.500.000
20.000.000
2.500.000
5.000.000
15.000.000
20.000.000
2.500.000
7.500.000
12.500.000
20.000.000
2.500.000
10.000.000
10.000.000
20.000.000
2.500.000
12.500.000
7.500.000
6
7
8
20.000.000
20.000.000
20.000.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
15.000.000
17.500.000
20.000.000
5.000.000
2.500.000
0
6.000.000
6.000.000
Dasar penyusutan
penyusutan
Akumulasi penyusutan
n
1
20.000.000
2.500.000
2.500.000
17.500.000
20.000.000
2.500.000
5.000.000
15.000.000
20.000.000
2.500.000
7.500.000
12.500.000
20.000.000
2.500.000
10.000.000
10.000.000
20.000.000
2.500.000
12.500.000
7.500.000
6
7
8
9
10
20.000.000
20.000.000
20.000.000
20.000.000
20.000.000
2.750.000
2.750.000
2.750.000
2.750.000
2.750.000
9.000.000
11.750.000
14.500.000
17.250.000
20.000.000
11.000.000
8.250.000
5.500.000
2.750.000
0
Penjelasan
Perbaikan terjadi pada tahun ke-6, maka yang di maksud dengan bertambah-nya 4
tahun akan membuat aktiva dapat di gunakan hingga tahun ke 10, namun
perubahan atas beban penyusutan, akumulasi penyusutan, dan nilai buku aktiva di
mulai pada tahun ke-6 hingga tahun ke 10 ( sehingga terlihat bahwa perubahan
terjadi sebanyak 5 tahun, namun yang bertambah hanyalah 4 tahun, maka yang
menjadi pembagi dari 11.000.000 untuk menentukan penyusutan setiap tahun
adalah 4 tahun bukan 5 tahun)
Perbedaan antara peningkatan nilai aktiva dan pengeluaran luar biasa
Perbedaan antara pengeluaran modal untuk meningkatkan nilai aktiva dan
pengeluaran modal untuk perbaikan luar biasa terletak pada perubahan atas umur
ekonomik aktiva.
Pengeluaran untuk meningkatkan nilai aktiva mengasumsikan bahwa dengan adanya pengeluaran ini akan meningkatkan harga perolehan aktiva dari yang tercatat
sebelum-nya namun tanpa merubah umur ekonomis (masa manfaat) dari aktiva
tersebut.
Berbeda dengan pengeluaran untuk meningkatkan nilai aktiva, pengeluaran untuk
perbaikan luar biasa mengasumsikan bahwa dengan adanya pengeluaran jenis ini
akan dapat membuat aktiva dapat di gunakan lebih lama dari estimasi awal,
perhatikan tabel 2 di atas, penurunan akumulasi penyusutan dari awal-nya sebesar
15.000.000 menjadi 9.000.000 dan meningkatnya nilai buku dari yang awal-nya
sebesar 5.000.000 menjadi 11.000.000 ternyata tidak merubah dasar penyusutan
dari aktiva tersebut. dengan kata lain, seberapa besar pun perubahan yang terjadi
pada akumulasi penyusutan, nilai buku dan masa manfaat aktiva tidak akan
merubah kenyataan bahwa aktiva hanya akan di susutkan sebesar dasar
penyusutan, yaitu 20.000.000
Pengaruh salah klasifikasi pengeluaran
Dalam akuntansi sendiri telah di tetapkan bagaimana langkah-langkah yang harus di
lakukan dalam pengakuan suatu transaksi. klasifikasi menjadi salah satu langkah
yang penting dan krusial mengingat kesalahan dalam pengklasifikasian akan
menyebabkan kesalahan yang berunjung pada pengakuan akun yang tidak sesuai
bagi transaksi yang terjadi, klasifikasi menjadi hal yang mudah bilah karakteristikkarakteristik dari masing-masing akun transaksi telah di kuasai.
aktiva (aset) di akui terlalu rendah dan beban di akui terlalu tinggi dari
semesti-nya : pengeluaran seharus-nya di akui sebagai aktiva dan di
bebankan secara bertahap setiap periode-nya melalui beban penyusutan
namun kesalahan akan menyebabkan pengakuan beban secara serentak
dalam satu periode dan menyebabkan tinggi-nya beban yang di akui.
Laba bersih dan laba di tahan yang terlalu rendah di akui : akibat dari
pengakuan beban yang tinggi dalam satu periode menyebabkan laba bersih
terlihat terlalu rendah dari semestinya, dan akan berunjung pada pengakuan
laba di tahan yang juga terlalu rendah di akui.
Jika kesalahan terjadi pada transaksi untuk meningkatkan nilai aktiva, maka
aktiva tersebut akan di laporkan dengan harga perolehan yang terlalu kecil
Jika kesalahan terjadi pada transaksi untuk pengeluaran luar biasa. Maka
akumulasi penyusutan akan menjadi terlalu tinggi di akui dan nilai buku aktiva
yang terlalu rendah di akui, sehingga menyebabkan aktiva terlalu cepat di
susutkan dari umur aktiva yang seharus-nya. Hal ini menyebabkan aktiva
yang sudah bernilai buku nol namun masi bisa di gunakan (menyebabkan
laporan keuangan menjadi tidak sesuai dengan kenyataan)
Hal tersebut bisa di lihat dalam contoh perhitungan untuk pengeluaran luar biasa di
atas. Jika biaya sebesar 6.000.000 tersebut di akui sebagai beban dan bukan-nya
sebagai penurunan akumulasi penyusutan, maka pada tahun ke 8 nilai buku aktiva
sudah menjadi nol (lihat tabel 1) artinya aktiva sudah tidak dapat di gunakan karena
sudah kehabisan umur dan nilai buku. Padahal, dengan penggantian mesin lama
menjadi baru telah menyebabkan aktiva tersebut dapat di gunakan lebih dari 8
tahun
dengan demikian maka biaya tersebut harus di akui sebagai penurunan nilai
akumulasi penyusutan dan peningkatan nilai buku aktiva. Sehingga nilai buku akan
menjadi nol saat di mana aktiva sudah tidak dapat di gunakan (dalam contoh kasus
ini yaitu 10 tahun)
Sebagai orang yang menekuni bidang akuntansi, entah itu di dunia kerja maupun di dunia
pendidikan pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya aktiva tetap. Ada sebagian
akuntan yang berpendapat bahwa untuk membahas tentang aktiva tetap dibutuhkan buku
yang membahas sendiri mengenai aktiva tetap dengan rinci, dikarenakan pembahasan yang
sangat kompleks.
Aktiva tetap sendiri merupakan kekayaan perusahaan yang menjadi bagian signifikan dari
jumlah aset perusahaan tersebut. dalam PSAK No. 16 paragraf 06 menyatakan bahwa aktiva
atau aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
Karakteristik aktiva tetap
1. Jangka waktu pemakaiannya lama (lebih dari 1 tahun)
2. Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan
3. Nilainya cukup tinggi
4. Penurunan manfaat (penurunan dari nilai aktiva tetap) secara periodic disebut depreciation
expense (penyusutan)
5. Memiliki umur ekonomis dan nilai residu
Penjelasan
1. Suatu aktiva akan di katakan aktiva tetep apabila penggunaannya (umur ekonomis) lebih dari
satu tahun
2.
aktiva yang dimiliki haruslah digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan dalam
menunjang laba. Seperti menghasilkan produk ataupun jasa, sehingga tidak ada maksud
maupun niat untuk menjual aktiva tersebut, walaupun di tengah perjalanan perusahaan akan
menjuan aktiva tersebut.
3.
Banyak aktiva yang kemudian memiliki masa kegunaan lebih dari satu tahun dan tidak
dimaksudkan untuk dijual, namun tidak memiliki nilai yang tinggi atau material, maka aktiva
tersebut bukan lah aktiva tetap
4.
Suatu aktiva juga harus menjadi objek penyusutan, di karenakan penggunaan dari aktiva
tersebut setiap periodenya. Sehingga aktiva yang di susutkan haruslah memiliki nilai yang
cukup tinggi untuk di susutkan
Rp12.500.000
Mesin tersebut di beli dengan harga Rp12.000.000 namun biaya angkut harus di akui sebagai
bagian dari harga perolehan aktiva tersebut sehingga harus di tambahkan dengan Rp500.000
= Rp12.500.000(harga perolehan aktiva)
Penyusutan
Selain aktiva tetap yang biasa di ketahui, ada juga yang tidak kala pentingnya, yaitu
penyusutan.
Seperti yang telah di maksudkan dalam karakteristik aktiva tetap di atas, bahwa suatu aktiva
dapat di golongkan sebagai aktiva tetap apabila menjadi objek penyusutan, dan dalam rangka
menyusutkan aktiva tersebut maka sebagaimana telah di maksud dalam poin ke 3 bahwa
suatu aktiva harus lah memiliki nilai yang material agar dapat disusutkan.
Dalam menyusutkan suatu aktiva tetap terdapat beberapa faktor, diantaranya adalah (a) biaya
awal aset tetap, (b) masa kegunaan yang di harapkan, (c) estimasi nilai pada akhir masa
kegunaan. 2 itulah mengapa karakteristik yang terakhir yaitu memiliki umur ekonomis dan
nilai residu, karena dalam menyusutkan aktiva tetap haruslah mempunyai umur ekonomis dan
estimasi dari nilai residu
Terdapat beberapa metode penyusutan, namun yang sering di bahas dalam buku hanya
meliputi 3 metode, yaitu metode garis lurus (straight line method), metode unit produksi
(units-of-production method), dan metode saldo menurun ganda (double-declining-balance
method),
Pertanyaan-nya metode mana yang kira-kira paling tepat di gunakan untuk asset yang
dimiliki.?
Trend penggunaan metode penyusutan di amerika sana, menunjukan data bahwa dari ketiga
metode tersebut, penggunaan metode garis lurus mendominasi, kurang lebih mencapai 80%
(pengantar akuntansi ;adaptasi Indonesia), namun demikian mari kita lihat kemungkinankemungkinan penggunaan metode-metode tersebut.
Garis Lurus
Metode garis lurus paling tepat di gunakan untuk suatu aktiva yang penggunaannya tidak
dapat di estimasi dengan andal, maka alokasi untuk besarnya penyusutan di alokasikan secara
merata pada setiap periode yang menikmati manfaat ekonomi dari asset tersebut,
sebagai contoh, sebuah gedung lebih tepat menggunakan metode garis lurus, karena suatu
gedung sebenarnya tidak dapat di ukur seberapa banyak penggunaan gedung tersebut untuk
beroperasi, mengapa saya katakan demikian,?
Misal-nya saja suatu gedung di gunakan mulai jam 8 pagi sampai jam 6 sore/ hari-nya,
asumsi itu di gunakan karena gedung dipakai saat jam kantor, tetapi apakah setelah jam
kantor selesai, gedung tersebut akan istirahat beroperasi (berdiri),? Ternyata tidak,
walaupun gedung sudah tidak digunakan beroperasi namun gedung tersebut masi tetap
berdiri, ukuran untuk gedung yang masih dapat di gunakan atau tidak, terletak pada apakah
gedung tersebut masih dapat berdiri kokoh atau tidak, dengan demikian maka ukuran untuk
gedung tersebut di gunakan terletak pada berdiri atau tidak-nya bangunan itu. Atau mungkin
teman-teman pernah melihat bangunan yang istirahat (berhenti berdiri) saat selesai jam
kantor,? Hahahaha
Tentu-nya tidak bukan, itulah alasan kenapa suatu gedung lebih tepat menggunakan metode
garis lurus, karena akan menghasilkan jumlah penyusutan yang sama dengan pengukuran
penggunaan gedung tersebut yang tidak bisa di andalkan.
Unit Produksi
Metode unit produksi di anjurkan untuk di gunakan pada asset yang penggunaan-nya
cenderung berubah-ubah setiap periode-nya, namun demikian perubahan tersebut
harus
dapat di ukur, dan masa kegunaan aset dinyatakan dalam satuan kegiatan, seperti jam atau
mil.
Contoh-nya mesin-mesin yang di gunakan dalam proses prosuksi, saat produksi berkurang
maka penggunaan aktiva (mesin) berkurang, sebaliknya, apabila produksi bertambah maka
penggunaan aset (mesin) akan bertambah, dengan demikian maka metode garis lurus tidak
tepat untuk di gunakan, karena akan memberikan alokasi beban penyusutan yang tidak sesuai
dengan kenyataan bahwa mesin digunakan tidak sama setiap periode-nya, sehingga metode
unit prosuksi menjadi metode yang sesuai untuk menggambarkan besar-nya beban yang
terjadi akibat penggunaan manfaat ekonomis aktiva (mesin) yang bersangkutan.
Untuk metode yang satu ini menghasilkan beban penyusutan yang lebih tinggi di awal
periode (masa kegunaan asset) yang kemudian akan menurun pada setiap periode-nya, beban
penyusutan pada periode-periode awal yang di hasilkan oleh metode ini mencapai 100% dari
persentase penyusutan metode garis lurus. sebagai contoh, apabila metode garis lurus
menghasilkan presentase penyusatan sebesar 20% maka persentase untuk metode menurun
ganda mencapai 40% (20% x 2) angka tersebut sama dengan 100% dari 20%.
Objek dari metode ini sama dengan objek dari metode unit produksi (menurut saya) contohnya yaitu mesin produksi dan kendaraan, yang dalam metode unit produksi di isyaratkan
dengan satuan jam dan mil.
Metode ini mengasumsikan bahwa pada awal periode penggunaan dari aktiva (mesin dan
kendaraan) memberikan manfaat yang besar sehingga beban yang di hasilkan harus-lah besar
pula, dan akan menurun pada setiap periode-nya karena penurunan manfaat ekonomis aktiva
setiap periode-nya. Metode ini sangat sesuai untuk aktiva yang pada periode-periode awalnya produktiv namun peroduktivitas-nya akan sangat menurun pada periode-periode akhir.
Metode saldo menurun ganda menunjukan bahwa perbaikan cenderung meningkat pada
setipa periode-nya, terutama pada periode-periode akhir pemanfaatan aktiva, oleh karena itu
penurunan beban penyusutan pada tahun-tahun berikut-nya akan di imbangi dengan
meningkat-nya biaya perbaikan yang kemungkinan akan di akui sebagai beban pada laporan
L/R sebagai penambah beban dan pengurang pendapatan, atau akan di akui sebagai
penambahan nilai aktiva (kapitalisasi) di laporan neraca, yang sekaligus akan menambah nilai
penyusutan pada laporan L/R dan akan mengurangi pendapatan
Ilustrasi penjelas 1
tahun 1
tahun 3
Pendapatan
Beban penyusutan
8.000.000
8.000.000
7.000.000
(6.250.000)
(3.125.000)
(1.562.500)
(1.000.000)
(1.500.000)
3.875.000
3.937.500
Beban perbaikan
Laba
0
1.750.000
Ilustrasi penjelas 2
Tahun Aktiva tetap
tarif penyusutan
penyusutan
12.500.000
50%
6.250.000
6.250.000
7.250.000
50%
3.625.000
3.625.000
5.125.000
50%
2.562.500
2.562.500
Dari perhitungan di atas (Ilustrasi penjelas 2) bisa dilihat bahwa pada tahun kedua terjadi
kenaikan nilai aktiva dari yang semestinya 6.250.000 menjadi 7.250.000 yang di sebabkan
oleh biaya perbaikan yang di kapitalisasi sebesar 1.000.000, begitu juga dengan tahun 3,
terjadi kenaikan nilai aktiva dari yang semestinya 3.625.000 menjadi 5.125.000 yang di
sebabkan karena adanya biaya perbaikan yang di kapitalisasi sebesar 1.500.000. kenaikan
nilai aktiva menyebabkan kenaikan pada nilai penyusutan
Dengan demikian maka nilai penyusutan yang harus-nya menurun lebih rendah menjadi
tinggi kembali akibat ada-nya kapitalisasi, sehingga nilai penyusutan tersebut akan
mengurangi pendapatan tahun berjalan pada laporan L/R.
Dengan demikian laporan L/R untuk Ilustrasi penjelas 2 akan nampak sebagai berikut
tahun 1
Pendapatan
Beban penyusutan
Laba
tahun 2
tahun 3
8.000.000
8.000.000
7.000.000
(6.250.000)
(3.625.000)
(2.562.500)
1.750.000
3.375.000
2.937.500
Perbadaan antara beban penysutan (Ilustrasi penjelas 2) dengan beban penyusutan di tambah
beban perbaikan (Ilustrasi penjelas 1) akibat dari perkalian tarif penyusutan
Jelas bukan, penjelasan atas metode menurun ganda,? Kalau belum jelas di baca pelan-pelan
pasti mengerti. Kalau tidak mengeri mengenai kapitalisasi, akan saya bahas pada postingan
berikutnya
xxx
xxx
xxx
Kemudian
44. Nilai buku yang belum di susutkan
xxx
xxx
xxx
77. Beban penyusutan setelah di revisi(poin 6/umur ekonomis yang di revisi) xxx
(angka dari poin 3 di pindahkan pada poin 4, yang telah di beri tanda warna biru)
Sebagai contoh
Aset tetap di beli dengan harga 140.000.000, pada awalnya di perkirakan berumur ekonomis
5 tahun dan nilai residu 10.000.000. aset telah di susutkan selama dua tahun menggunakan
metode garis lurus dan menghasilkan penyusutan sebesar 26.000.000/tahun, pada akhir tahun
kedua, nilai buku yang belum di susutkan 88.000.000 ditentukan sebagai berikut
140.000.000
52.000.000
88.000.000
Pada tahun ke 3, di perkirakan sisa masa kegunaan aset adalah 8 tahun (bukan 3 tahun) dan
nilai residu sebesar 8.000.000 (bukan 10.000.000) dan penyusutan per tahun selema 8 tahun
(sisa kegunaan aset) sebesar 10.000.000, di tentukan sebagai berikut
Kemudian
Nilai buku yang belum di susutkan
(Dikurangi) estimasi nilai residu yang belum di revisi
Biaya yang dapat di susutkan (hasil revisi)
Beban penyusutan tahunan yang di revisi (80.000.000 / 8 tahun)
88.000.000
8.000.000
80.000.000
10.000.000
Dari perhitungan di atas menunjukan bahwa pada awal tahun ke 3, aset memiliki nilai sebesar
88.000.000 dan setiap tahun-nya akan di susutkan 10.000.000 (menggunakan metode garis
lurus) selama 8 tahun (sisa umur aset), namun penyusutan tersebut tidak perlu lebih rendah
dari nilai residu aset sebesar 8.000.000
Sekian dari saya, semoga dapat membantu teman-teman mahasiswa