Anda di halaman 1dari 33

1.

PPh pasal 21
a. Definisi :
PPh pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

b. Tarif
Tarif PPh pasal 21 adalah tarif pajak pasal 17 UU PPh. Bagi wajib pajak yang
tidak dapat menunjukkan NPWP, tarif pajak diterapkan 20 % lebih tinggi dibandingkan
dengan wajib pajak yang memilki NPWP.

c. Pemotong pajak
Pemotong pajak PPh pasal 21 adalah pihak yang membayarkan penghasilan antara
lain :
1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah dan honorarium.
2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah dan honorarium.
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran
lainnya.
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar ‘honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehuppbungan dengan
jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak
dalam negeri atau dengan status subjek pajak luar negeri maupun honorarium atau
imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan magang.
5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran.

d. Wajib pajak PPh pasal 21 :


Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah orang pribadi dengan
status sebagai subjek pajak dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan
dengan nama dan dalam bentuk apapun dari pemotong PPh pasal 21 yaitu :
1. Pegawai
Penerima uang pesangon, pensiun atau manfaat uang pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
2. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan antara lain meliputi :
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri atas pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara,kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.
c. Olahragawan
3. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh,dan moderator
4. Pengarang, peneliti, penerjemah
5. Pemberi kerja dalam segala bidang, termasuk teknik, komputer dan system
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan social serta pemberi
jasa suatu kepentingan.
6. Agen iklan
7. Pengawas atau pengelola proyek
8. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara.
9. Petugas penjaja barang dagangan
10. Petugas dinas luar asuransi
11. Distributor perusahaan multilevel marketing
12. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan antara lain :
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan dan kunjungan kerja.
c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitian sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu.
d. Peserta pendidikan, pelatihan dan magang.
e. Peserta kegiatan lainnya.

e. Objek PPh Pasal 21 :


1. Penghasilan pegawai tetap yang bersifat teratur, yaitu penghasilan bagi pegawai
tetap berupa gaji, upah, segala macam tunjangan, dan imbalan dengan nama apapun
yang diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi
kerja, termasuk uang lembur.
2. Penghasilan pegawai tetap yang bersifat tidak teratur, yaitu penghasilan diterima
secara tidak teratur : bonus, tunjangan hari raya, jasa produk bersifat teratur, yang
diterima sekali dalam satu tahun atau periode lain berupa bonus, tunjangan hari tua.
3. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
4. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pensiun,
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua dan pembayaran
lain sejenis.
5. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
6. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan.
7. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
8. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang diberikan oleh :
a. Bukan wajib pajak
b. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final atau
c. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus.
 Cara menghitung PPh pasal 21 :
1. Unsur-unsur penghasilan bruto bagi karyawan tetap :
a. Penghasilan gaji
b. Tunjangan jabatan
c. Tunjangan kemahalan
d. Tunjangan pajak
e. Tunjangan lain-lain
f. Uang pengganti natura
g. Jaminan kec. kerja dan jaminan kematian
(ditanggung oleh pemberi kerja)
2. Biaya yang diperhitungkan atas :
1. Karyawan tetap
a. Biaya jabatan : 5 % dari penghasilan bruto
Maksimal 1 bulan Rp 108.000 (UU no. 17 th. 2000)
Maksimal 1 bulan Rp 500.000 (UU no. 36 th. 2008)
Contoh :
Penghasilan bruto I bulan Rp 12.000.000;
Biaya jab. 5 % x Rp 12.000.000 = Rp 600.000;
Diperkenankan (Rp 500.000;)
Penghasilan netto Rp 11.500.000;
b. Iuran pensiun
c. JHT
d. PTKP
2. Penerima pensiun
a. Biaya pensiun : 5 % dari uang pensiun
Maksimal 1 bulan Rp 36.000
Maksimal 1 bulan Rp 432.000,00
b. PTKP

(i) Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) berkisar antara 0.24% - 1.74% sesuai
kelompok jenis usaha seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun
2007. Di OnlinePajak, tarif iuran JPP yang diterapkan adalah tarif JKK yang paling
umum dipakai perusahaan-perusahaan yaitu 0.24%.
Jaminan Kematian (JK) : 0,30 % dari gaji pokok
Jaminan Hari Tua (JHT) : 2% dari gaji pokok (ditanggung oleh karyawan)
Jaminan Pensiun (JP) : 1% dari gaji pokok

(ii) Biaya Jabatan sebesar 5% dari Penghasilan Bruto, setinggi-tingginya Rp 500.000,-


sebulan, atau Rp 6.000.000,- setahun

(iii) Jaminan atau Iuran Pensiun ditentukan oleh lembaga keuangan yang pendiriannya
disahkan dalam Peraturan Menteri Keuangan dan ditunjuk oleh perusahaan. Jumlah
persentase yang diterapkan di sini adalah 1%.

(iv) Penghasilan Neto: Jika pegawai merupakan pegawai lama (lebih dari satu tahun) atau
pegawai baru yang mulai bekerja pada bulan Januari tahun itu, maka penghasilan neto
dikalikan 12 untuk memperoleh nilai penghasilan neto setahun, namun jika pegawai
merupakan pegawai baru yang mulai bekerja pada bulan Mei misalkan, maka
penghasilan neto setahun dikalikan 8 (diperoleh dari penghitungan bulan dalam setahun:
Mei-Desember = 8 bulan). Pada contoh ini diasumsikan pegawai merupakan pegawai
baru yang mulai bekerja pada bulan Januari.
(v) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berfungsi untuk mengurangi penghasilan bruto,
agar diperoleh nilai Penghasilan Kena Pajak yang akan dihitung sebagai objek pajak
penghasilan milik wajib pajak.

Pada contoh ini WP sudah menikah dan memiliki 3 tanggungan anak, namun karena
suami WP menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP WP Sita adalah
PTKP untuk dirinya sendiri (TK/0).

(vi) Penghasilan Kena Pajak harus dibulatkan ke bawah hingga nominal ribuan penuh, atau
3 angka di belakang (ratusan rupiah) adalah 0. Contoh: 56.901.200,00 menjadi
56.901.000,00.

A. Ketentuan perhitungan PPh pasal 21 atas karyawan tetap :


Penghasilan bruto 1 bulan Rp X
Dipotong :
Biaya jabatan : 5 % x penghasilan bruto = Rp x
Iuran pensiun = Rp x
JHT = Rp x
(RpX)
Penghasilan netto 1 bulan Rp X

Penghasilan netto 1 tahun = penghasilan netto `1 bulan x 12 = Rp X


PTKP: (RpX)
Ph. K P Rp X
PPh terutang 1 tahun = Ph.KP x tarif umum (tarif pasal 17) = Rp X
PPh terutang 1 bulan = PPh terutang 1 tahun : 12 = Rp X

Contoh :

1. Perhitungan PPh pasal 21 atas karyawan tetap


Perhitungan PPh pasal 21 pada awal tahun pajak :
Sita Rianti adalah karyawati pada perusahaan PT. Onix Komunika dengan status menikah
dan mempunyai tiga anak. Suami Sita merupakan pegawai negeri sipil di Kementrian
Komunikasi & Informatika. Sita menerima gaji Rp 6.000.000,- per bulan.
PT. Onix Komunika mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan
membayarkan iuran pensiun dari BPJS sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni sebesar Rp
30.000,- per bulan. Di samping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT)
karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Sita membayar iuran Jaminan
Hari Tua setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan
Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar
1,00% dan 0,30% dari gaji.

Pada bulan Juli 2016 di samping menerima pembayaran gaji, Sita juga menerima uang
lembur (overtime) sebesar Rp 2.000.000,-.

Perhitungan adalah sebagai berikut:


Gaji Pokok 6.000.000,00

Tunjangan Lainnya (jika ada) 2.000.000,00

JKK 0.24% 14.400,00

JK 0.3% 18.000,00

Penghasilan bruto (kotor) 8.032.400,00

Pengurangan

1. Biaya Jabatan: 5% x 8.032.400,00 = 401.620,00 401.620,00

2. Iuran JHT (Jaminan Hari Tua), 2% dari gaji pokok 120.000,00

3. JP (Jaminan Pensiun), 1% dari gaji pokok, jika ada 60.000,00

(581.620,00)

Penghasilan neto (bersih) sebulan 7.450.780,00

Penghasilan neto setahun 12 x 7.450.780,00 89.409.360,00

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Wajib pajak (54.000.000,00)

Penghasilan Kena Pajak Setahun 35.409.360,00

Pembulatan ke bawah 35.409.000,00


PPh Terutang
5% x 35.409.000,00 1.770.450,00

PPh Pasal 21 Bulan Juli = 1.770.450,00 : 12 147.538,00

*Berlaku bagi WP dengan NPWP, tanpa NPWP maka perlu dikalikan 120% : Rp 147.538,00
x 120% = Rp 177.046,00
Tuan Toni sebagai karyawan tetap di sebuah perusahaan dengan menerima gaji tiap
bulan Rp 5.000.000,00 Perusahaan masuk program jamsostek, premi asuransi
kecelakaan dan premi asuransi kematian masing-masing Rp 100.000,00 dan Rp
50.000,00 ditanggung oleh perusahaan. Disamping itu ia juga mendapatkan fasilitas
kesehatan tiap bulan senilai Rp 200.000,00 dan tiap bulan ia membayar iuran
pensiun Rp 75.000,00 Simpanan koperasi Rp 50.000,00. Maka PPh pasal 21 yang
dipotong oleh pemberi kerja tiap bulan Tahun2016 sebesar:
Perhitungan :
Penghasilan gaji 1 bulan Rp 5.000.000,00
Premi jaminan kecelakaan kerja 1 % Rp 100.000,00
Premi jaminan kematian 0,30 % Rp 50.000,00 (+)
Rp 150.000,00
(+)
Penghasilan bruto 1 bulan Rp 5.150.000,00
Dipotong :
Biaya jabatan = 5 % x Rp 5.150.000,00 = Rp 257.500,00
Iuran pensiun Rp 75.000,00
(Rp 332.500,00)
Penghasilan netto 1 bulan Rp 4.817.500,00
Penghasilan netto 1 tahun = 12 x Rp 4.817.500,00 = Rp 57.810.000,00
PTKP : Wajib pajak (Rp 54.000.000,00)
Ph.KP Rp 3.810.000,00
PPh yang terutang 1 tahun = 5% x Rp 3.810.000,00 = Rp 190.500,00
PPh pasal 21 yang dipotong oleh pemberi kerja =
Rp 190.500,00 : 12 = Rp 15.875;

2. Perhitungan PPh pasal 21 bagi Pegawai tetap yang baru memiliki NPWP pada
tahun berjalan
Narto, status belum menikah dan tidak memiliki keluarga, bekerja pada PT ABC
dengan memperoleh gaji dan tunjangan setiap bulan sebesar Rp 5.500.000; dan yang
bersangkutan membayar iuran pensiun kepada perusahaan Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan setiap bulan sebesar Rp
200.000; Ia baru memilki NPWP pada Juni 2016 dan menyerahkan fotocopy kartu
NPWP kepada perusahaan untuk digunakan sebagai dasar pemotongan PPH Pasal
21 bulan Juni.
Pembahasan :
Perhitungan PPh pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan untuk Januari-Mei 2016
sbb. :
Gaji dan tunjangan sebulan Rp 5.500.000;
Pengurangan
1. B. Jabatan: 5 % x Rp 5.500.000 Rp 275.000;
2. Iuran pensiun Rp 200.000; (+) (Rp 475.000;)
Penghasilan netto sebulan Rp 5.025.000;
Penghasilan netto 1 tahun : 12 x Rp 5.025.000 = Rp 60.300.000;
PTKP : Wajip pajak (Rp 54.000.000;)
Ph.KP Rp 5.700.000
PPh pasal 21 penghasilan setahun 5 % x Rp 5.700.000; = Rp 285.000
PPh pasal 21 atas gaji sebulan Rp 285.000; : 12 = Rp 23.750;
20 % x Rp 23.750; Rp 4.750 atau;
PPh pasal 21 yang harus dipotong karena tidak ber NPWP :
120 % X Rp 23.750; = Rp 28.500;
PPh yang dibayar Th.2016
Jan- Mei = 5 x Rp 28.500 = Rp 142.500;
Juni – Des = 7 x Rp 23.750 = Rp 166.250;
= Rp 308.750;

3. Perhitungan PPh pasal 21 bagi pegawai yang mulai bekerja dalam tahun
berjalan.
Andi bekerja pada PT Gemilang sebagai karyawan tetap sejak tanggal 1 Agustus
2016. Gaji sebulan Rp 12.000.000,00 dan membayar iuran pensiun Rp 100.000,00
setiap bulan . Maka PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan :
Perhitungan :
Penghasilan gaji tiap bulan Rp 12.000.000,00
Dipotong :
Biaya jabatan= 5 % x Rp 12.000.000,00 = Rp 600.000,00
Diperkenankan Rp 500.000,00
Iuran pensiun Rp 100.000,00 (+)
(Rp 600.000,00)
Penghasilan netto 1 bulan Rp 11.400.000,00
Penghasilan netto 1 tahun = 5 bln x Rp 11.400.000,00 = Rp 57.000.000,00
PTKP = Wajib pajak (Rp 54.000.000,00)
Ph.KP Rp 3.000.000,00
PPh yang terutang = 5 % x Rp 3.000.000,00 = Rp 150.000
PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan =
Rp 150.000 : 5 = Rp 30.000,00

4. Perhitungan PPh pasal 21 atas rapel


Langkah menghitung :
a. Menghitung PPh sebelum adanya kenaikan gaji
b. Menghitung PPh setelah adanya kenaikkan gaji
c. Menghitung PPh atas rapel yaitu selisih antara PPh yang sebenarnya dipotong
dengan PPh yang telah dipotong
Contoh :
Tuan Mario dengan status K/0 bekerja pada PT Gede dengan gaji sebulan Rp
6.300.000,00 PT Gede masuk program Jamsostek : premi asuransi kecelakaan dan
premi asuransi kematian masing-masing Rp 150.000,00 dan Rp 100.000,00
ditanggung oleh perusahaan. Selain itu Tuan Mario membayar iuran pensiun dan JHT
masing-masing Rp 50.000,00 dan Rp 80.000,00 Pada bulan Juni 2016 perusahan
menaikkan gaji karyawan, termasuk gaji Tuan Mario menjadi Rp 6.700.000,00 yang
berlaku surut sejak bulan Januari 2016. Maka PPh pasal 21 atas uang rapel yang
diterima Tuan Mario :

1. Perhitungan PPh sebelum kenaikkan gaji :


Penghasilan gaji 1 bulan Rp 6.300.000,00
Premi asuransi kecelakaan = Rp 150.000,00
Premi asuransi kematian = Rp 100.000,00 (+)
Rp 250.000,00 (+)
Penghasilan bruto 1 bulan Rp 6.550.000,00
Dipotong :
Biaya jabatan = 5 % x Rp 6.550.000,00 = Rp 327.500;
Iuran pensiun Rp 50.000;
THT Rp 80.000; (+)
(Rp 457.500,00)
Penghasilan netto 1 bulan Rp 5.092.500,00
Penghasilan netto 1 tahun= 12 x Rp 5.092.500,00 = Rp 61.110.000,00
PTKP :
Wajib pajak Rp 54.000.000,00
Status kawin Rp 4.500.000,00 (+)
(Rp58.500.000,00)
Ph.KP Rp 2.610.000,00
PPh yang terutang 1 tahun = 5 % x Rp 2.610.000,00 = Rp 130.500,00
PPh yang terutang 1 bulan = Rp 130.500,00 : 12 = Rp 10.875;

2. Perhitungan PPh setelah kenaikkan gaji :


Penghasilan gaji 1 bulan Rp 6.700.000,00
Premi As. Kecelakaan Rp 150.000,00
Premi As. Kematian Rp 100.000,00 (+)
Rp 250.000,00
(+)
Penghasilan bruto 1 bulan Rp 5.997.500,00
Dipotong :
Biaya jabatan = 5 % x Rp 5.997.500,00 Rp 299.875,00
Iuran pensiun Rp 50.000,00
THT Rp 80.000,00(+)
(Rp
429.875,00)
Penghasilan netto 1 bulan Rp
5.567.625,00
Penghasilan netto 1 tahun = 12 x Rp 5.567.625,00 = Rp 66.811.500,00
PTKP : (Rp 58.500.000,00)
Ph.K P Rp 8.311.500,00
PPh terutang 1 tahun = 5 % x Rp 8.311.500,00 = Rp 415.575,00
PPh terutang 1 bulan = Rp 415.575,00 : 12 = Rp 34.631,25,00
PPh pasal 21 yang seharusnya = 5 x Rp 34.631,25 = Rp 173.156
PPh pasal 21 yang telah dipotong = 5 x Rp10.875 = (Rp 54.375)
PPh pasal 21 atas rapel = Rp 118.781,0
Uang rapel = 5 x Rp 400.000 = Rp 2.000.000,00
PPh pasal 21 atas rapel = (Rp 118.781,00)
Uang rapel setelah dipotong PPh = Rp 1.881.219,00

5. Perhitungan PPh pasal 21 atas Bonus


Langkah perhitungan :
1. Menghitung seluruh pajak penghasilan terutang1 tahun ( atas gaji dan bonus)
2. Menghitung pajak penghasilan atas gaji 1 tahun
3. Menghitung pajak penghasilan atas bonus (selisih antara no. 1 dengan no. 2)
Contoh :
Tuan Akhmad dengan status K/- bekerja pada PT Sejahtera dengan gaji pokok Rp
5.000.000,00 /bulan. Perusahaan masuk program Jamsostek, tiap bulan membayar premi
asuransi kecelakaan dan premi asuransi kematian masing-masing Rp 130.000,00 dan Rp
150.000,00 dengan mendapat uang lauk pauk Rp 125.000,00 tiap anggota keluarga.
Selain itu perusahaan juga masuk program dana pensiun yang pendiriannya disahkan
oleh Menteri Keuangan. Perusahaan menanggung iuran pensiun 1 % dari gaji pokok,
sedangkan pegawai membayar 1,5 % dari gaji pokok, karena penjualan melebihi target
maka pada akhir Tahun 2016 Tuan Akhmad mendapatkan bonus Rp 25.000.000,00.

 Maka PPh pasal 21 yang harus dibayar bulan Desember oleh Tuan Akhmad
sebesar :
Perhitungan :
Penghasilan gaji 1 bulan Rp 5.000.000,00
Premi as. Kematian = Rp 130.000,00
Premi as. Kecelakaan = Rp 150.000,00
Uang plauk pauk 2xRp125.000,00 = Rp 250.000,00 (+)
Rp 530.000,00
(+)
Penghasilan bruto 1 bulan Rp 5.530.000,00
Dipotong :
Biaya jabatan = 5 % x Rp 5.530.000,00 = Rp 276.500,00
Iuran pensiun = 1,5 % x Rp 5.000.000; = Rp 75.000,00 (+)
(Rp 351.500,00)
Gaji netto 1 bulan Rp 5.178.500,00
Gaji I tahun = 12 x Rp 5.178.500,00 = Rp 62.142.000,00
Bonus = Rp 25.000.000,00 (+)
Penghasilan netto 1 tahun = Rp 87.142.000,00

PTKP:
W.p = Rp 54.000.000
St Kw= Rp 4.500.000 (Rp 58.500.000,00)
Ph. K P Rp 28. 642.000,00
PPh terutang seluruhnya 1 tahun=
5 % x Rp 28.642.000,00 = Rp 1.432.100;

PPh terutang 1 bulan = Rp 1.432.100,00 : 12 = Rp 119.341,67


Penghasilan gaji netto 1 tahun = Rp 62.142.000,00
PTKP ( Rp 58.500.000,00)
Ph K P Rp 3.642.000,00
PPh terutang 1 tahun atas gaji =
5 % x Rp 3.642.000,00 = (Rp 182.100;)
PPh atas bonus = Rp 1.250.000;
PPh atas gaji 1 bulan = Rp 182.100; : 12 = Rp 15.175;
PPh pasal 21 yang terutang pada akhir tahun sebesar :
PPh terutang atas gaji 1 bulan Rp 15.175;
PPh atas bonus Rp 1.250.000;, (+)
Rp 1.265.175;
6. Perhitungan PPh pasal 21 atas penerima pensiun bulanan
Langkah menghitung :
a. Menghitung PPh pasal 21 atas gaji bulan-bulan sebelum bulan pensiun.
b. Menghitung kembali potongan PPh karena pensiun.
c. Menghitung PPh pasal 21 atas uang pensiun untuk bulan-bulan setelah pensiun
pada tahun pajak yang sama.(Dihitung dari gaji netto dan uang pensiun dalam 1
tahun)
d. Menghitung PPh pasal 21 atas bulan-bulan setelah pensiun tahun pajak
berikutnya.

Contoh :
Tuan Iskandar dengan status K/0, bekerja pada PT Nusantara dengan gaji tiap bulan Rp
8.000.000,00. Tiap bulan ia membayar iuran pensiun Rp 100.000,00 kepada Dana
pensiun yang pendiriannya disahkan Menteri Keuangan. Mulai awal bulan September
2016 ia dipensiun, maka mulai awal bulan September 2016 setiap bulan ia menerima
uang pensiun Rp 6.500.000,00
Maka perhitungan PPh pasal 21 sebesar :

Perhitungan :
1. PPh pasal 21 atas gaji
a. Penghasilan gaji 1 bulan Rp 8.000.000,00
Dipotong :
Biaya jabatan = 5 % x Rp 8.000.000,00= Rp 400.000,00
Iuran pensiun Rp 100.000,00 (+)
(Rp 500.000,00)
Penghasilan netto 1 bulan Rp7.500.000,00
Penghasilan netto 1 tahun = 12 x Rp 7.500.000,00 =Rp
90.000.000,00
PTKP : Wajib pajak = Rp 54.000.000,00
Status kawin = Rp 4.500,000,00 (+)
(Rp
58500.000,00)
Ph.KP Rp
31.500.000,00
PPh terutang 1 tahun = 5 % x Rp 31.500.000,00 = Rp 1.575.000;

PPh terutang 1 bulan = Rp 1.575.000,00 : 12 = Rp 131,250;


PPh terutang 8 bulan = 8 x Rp 131.250,00 = Rp 1.050.000,00

b. Menghitung kembali potongan PPh pasal 21 karena pensiun


Penghasilan gaji netto Januari s/d Agustus :
Penghasilan netto : 8 x Rp 7.500.000,00 Rp 60.000.000,00
PTKP (Rp
58.500.000,00)
Ph. K P Rp
1.500.000,00
PPhyang seharusnya terutang : 5 % xRp 1.500.000; = Rp 75.000 ,00
PPh yang telah dipotong 8xRp 131.250,00 Rp1.050.000,00
Kelebihan Rp 975.000,00

c. Uang pensiun 1 bulan Rp 6.500.000,00


Dipotong :
Biaya pensiun : 5 % x Rp 6.500.000,00 = ( Rp
325.000,00)
Uang pensiun netto 1 bulan Rp 6.175.000,00
Uang pensiun netto bl. Sept. s/d Des.
4 x Rp 6.175.000,00 = Rp 24.700.000
Gaji netto bl. Jan s/d Agst. = Rp 60.000.000 (+)
Penghasilan netto 1 tahun = Rp 84.700.000
PTKP =(Rp58.500.000)
Ph. K P = Rp26.200.000
PPh terutang :
5 % x Rp 26.200.000,00 Rp 1.310.000,00
PPh atas gaji (Rp 75.000,00)
PPh atas uang pension Rp 1.235.000,00
PPh atas uang pensiun 1 bulan
Rp 1.235.000,00 : 4 = Rp 308.750,00

d. Uang pensiun netto 1 bulan Rp 6.175.000


Uang pensiun netto 1 tahun = 12 x Rp 6.175.000,00= Rp 74.100.000
PTKP (Rp 58.500.000)
Ph.KP ` Rp 15.600.000
PPh terutang 1 tahun = 5 % x Rp 15.600.000,00 = Rp 780.000,00
PPh terutang atas uang pensiun 1bulan = Rp 780.000 = Rp 65.000;
12
7. PPh pasal 21 atas tunjangan pajak

a. Fahri bekerja pada PT. Kartika Kawashima yang berstatus belum menikah dan tidak
mempunyai tanggungan dengan memperoleh gaji bersih sebesar Rp 5.500.000,- sebulan.
Perusahaan tempatnya bekerja memberikan tunjangan pajak penuh kepada Fahri sebesar Rp
35.167,-. Iuran pensiun yang dibayar oleh Fahri adalah sebesar Rp 55.000,- sebulan.
Hasil penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bulan Agustus 2016 bagi Fahri yang tidak
menerima penghasilan lain dari PT. Kartika Kawashima selain gaji adalah:
Gaji Pokok 5.500.000,00
Tunjangan Pajak 35.167,00
Penghasilan bruto (kotor) sebulan 5.464.833,00
Pengurangan
1. Biaya Jabatan: 5% x 5.464.833,00 = 276.758,00 276.758,00
2. Iuran/Jaminan Pensiun, 1% dari gaji pokok 55.000,00

(331.758,00)
Penghasilan neto (bersih) sebulan 5.203.408,00
Penghasilan neto setahun 12 x 5.203.408,00 62.440.900,00
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Wajib pajak (54.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Setahun 8.440.900,00
PPh Terutang
5% x 8.440.000,00 422.000,00

PPh Pasal 21 Bulan September = 422.000,00 : 12 35.167,00

*Berlaku bagi WP dengan NPWP, tanpa NPWP maka perlu dikalikan 120% : Rp 35.167,00 x
120% = Rp 42.200,00

b. Nona Irma bekerja di sebuah perusahaan Th. 2016 dengan gaji tiap bulan Rp 6.500.000,00
dengan mendapatkan tunjangan pajak Rp 50.000,00 uang pengganti lauk pauk Rp
200.000,00 Tiap bulan ia membayar biaya transport ke kantor Rp 300.000,00.Maka PPh
pasal 21 yang harus ia tanggung sebesar :
Perhitungan :
Penghasilan gaji 1 bulan Rp 6.500.000,00
Tunjangan pajak Rp 50.000,00
Uang pengganti lauk pauk Rp 200.000,00
(+)
Penghasilan bruto 1 bulan Rp 6.750.000,00
Dipotong :
Biaya jabatan : 5 % x Rp 6.750.000,00 = (Rp 337.500,00)
Penghasilan netto 1 bulan Rp 6.412.500,00
Penghasilan netto 1 tahun : 12 x Rp 6.412.500,00 = Rp 76.950.000,00
PTKP : Wajib pajak (Rp 54.000.000,00)
Ph.KP Rp 22.950.000,00
PPh terhutang 1 tahun = 5 % x Rp 22.950.000,00 = Rp 1.147.500,00
PPh terhutang 1 bulan = Rp 1.147.500,00 : 12 = Rp 95.625,00
Tunjangan pajak (Rp 50.000,00)
PPh pasal 21 yang ditanggung Nona Irma = Rp 45.625,00

Kerjakan dengan benar dan teliti

2. Tuan Rahmad dengan status K/1 sebagai karyawan tetap di sebuah perusahaan dengan
gaji tiap bulan Rp 5.800.000; mendapat tunjangan pajak Rp 50.000; Peusahaan masuk
program jamsostek, premi asuransi kec. Dan kematian masing-masing Rp 200.000; Rp
150.000; ditanggung perusahaan .disamping itu ia juga mendapatkan uang pengganti
lauk pauk Rp 400.000; Tiap bulan ia membayar biaya transport ke kantor Rp 500.000;
iuran pensiun Rp 150.000; dan iuran koperasi Rp 100.000;Hitung : PPh pasal 21 yang
ditanggung Tuan Rahmad !
3. Tuan Sanusi dengan status K/1 sebagai karyawan tetap sebuah perusahaan dengan gaji
tiap bulan Rp 7.600.000,00 perusahaan masuk program jamsostek, premi kecelakaan
kerja dan premi kecelakaan mati masing-masing Rp 200.000,00 dan Rp 250.000,00
ditanggung perusahaan. Disamping itu ia juga mendapat tunjangan jabatan Rp
500.000,00 dan fasilitas perumahan dinas dalam 1 tahun senilai Rp 15.000.000,00. Tiap
bulan ia membayar biaya pendidikan anaknya Rp 750.000,00 JHT 2 % dari gaji
pokok.Pada akhir tahun ia mendapat bonus sebesar Rp 40.000.000;
Hitung PPh pasal 21 yang dipotong pada akhir bulan desember oleh perusahaan !
4. Tuan Ridwan dengan status TK/1, bekerja pada PT Nusantara dengan gaji tiap bulan Rp
8.000.000,00.mendapat tunjangan jabatan Rp 500.000; Tiap bulan ia membayar iuran
pensiun Rp 100.000,00 kepada Dana pensiun yang pendiriannya disahkan Menteri
Keuangan dan iuran koperasi Rp 250.000; Mulai awal bulan Agustus 2016 ia dipensiun,
maka mulai awal bulan Agustus 2016 setiap bulan ia menerima uang pensiun Rp
6.500.000,00
Maka perhitungan PPh pasal 21 sebesar
5. Ny Made dengan status K/0 bekerja pada PT Cipta dengan gaji sebulan Rp 7.300.000,00
PT Cipta masuk program Jamsostek : premi asuransi kecelakaan dan premi asuransi
kematian masing-masing Rp 250.000,00 dan Rp 100.000,00 ditanggung oleh perusahaan.
Selain itu Ny Made membayar iuran pensiun Rp 250.000;Biaya transport ke kantor
selama sebulan Rp 600.000; dan JHT 2 % dari gaji pokok. Pada bulan Mei 2016
perusahan menaikkan gaji karyawan, termasuk gaji Ny Made menjadi Rp 7.700.000,00
yang berlaku surut sejak bulan Januari 2016. Maka PPh pasal 21 atas uang rapel yang
diterima Ny Made

DIKUMPULKAN PALING LAMBAT TGL 20 MARET 2018

B. Perhitungan PPh pasal 21 atas karyawan lepas :


Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan bila bekerja, menurut
jumlah hari bekerja, menurut jumlah unit hasil pekerjaan, dan menurut penyelesaian suatu
pekerjaan. Penghasilan pegawai tidak tetap berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan,
upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan. Berikut merupakan pengertian dari
jenis pegawai tidak tetap:

1. Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara harian.
2. Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara mingguan.
3. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.
4. Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.

Ketentuan perhitungan PPh pasal 21 :


Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya tidak dibayar secara bulanan
atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp 4.500.000,-,
maka berlaku ketentuan berikut ini:
1. Tidak dilakukan pemotongan PPh pasal 21, jika penghasilan sehari belum melebihi
Rp 300.000;
2. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan sehari sebesar atau melebihi
Rp 450.000,- tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto;
3. Bila pegawai tidak tetap memperoleh penghasilan kumulatif dalamp 1 (satu) bulan
kalender melebihi Rp 4.500.000,- maka jumlah tersebut dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto
4. Rata-rata penghasikan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan, atau upah
borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan
5. PTKP sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.
6. PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar
PTKP per tahun Rp 54.000.000,- dibagi 360 hari.
7.
8. Bila pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas tersebut mengikuti program jaminan
atau tunjangan hari tua, maka iuran yang dibayar sendiri dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 102/ PMK.010/2016 tentang Penetapan


Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta
Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan:
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tentang PTKP 2016, PPh 21 pegawai tidak tetap
atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya kurang dari Rp 450.000 per hari tidak dikenakan
pemotongan penghasilan.
1. Penghasilan yang kurang dari 450.000,- per hari tidak dikenakan pemotongan pajak
penghasilan.
2. Ketentuan penghasilan tidak kena pajak itu tidak berlaku dalam hal:
1. Penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi Rp 4.500.000,- sebulan; atau
2. Penghasilan dimaksud dibayar secara bulanan
Ketentuan pada pasal 1 dan 2 tersebut tidak berlaku atas:
3. Penghasilan berupa honorarium
4. Komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar asuransi.

Lebih lanjut berikut ini formula penghitungan PPh 21 bagi pegawai tidak tetap yang
menerima upah secara harian/mingguan/satuan ataupun borongan :
Contoh Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) Pegawai Tidak Tetap/ Tenaga
Kerja Lepas Penerima Upah Harian

Contoh 1
Jarwo dengan status belum menikah pada bulan Januari 20xx bekerja sebagai buruh harian
PT Gubel. la bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp200.000,00.
Hitung PPh 21!

Pembahasan
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang:
Upah sehari Rp 200.000,00
Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan pemotongan
(Rp450.000,00)
PPh
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp 0,00
PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari Rp 0,00

Sampai dengan hari ke-22, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi
Rp4.500.000,00 maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong. Pada hari ke-23 jumlah
kumulatif upah yang diterima melebihi Rp4.500.000,00, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung
berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.

Upah s.d hari ke-23 (Rp200.000,00 x 23) Rp 4.600.000,00


PTKP sebenarnya 23 x (Rp54.000.000,00/ 360) ((Rp3.450.000,00)
Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-23 Rp 1.150.000,00
PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-23 = 5% x Rp1.150.000,00 Rp 57.500,00
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-22 Rp 0,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-23 Rp 57.500,00

Sehingga pada hari ke-23, upah bersih yang diterima Jarwo sebesar: Rp200.000,00 -
Rp57.500,00= Rp142.500,00
Misalkan Jarwo bekerja selama 24 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus
dipotong pada hari ke-24 adalah sebagai berikut :
Pada hari kerja ke-24, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:

Upah sehari Rp 200.000,00


PTKP sehari
- untuk WP sendiri (Rp 54.000.000,00:
(Rp 150.000,00)
360)
Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000,00

PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp50.000,00 =Rp 2.500,00


Sehingga pada hari ke-12, Jarwo menerima upah bersih sebesar: Rp200.000,00 - Rp2.500,00
= Rp197.500,00

Contoh 2
Jufon (belum menikah) pada bulan Maret 20xx bekerja pada perusahaan PT Gudel, menerima
upah sebesar Rp500.000,00 per hari. Hitung PPh 21 !
Pembahasan
Penghitungan PPh Pasal 21
Rp500.000,
Upah sehari 00

Upah sehari di atas Rp450.000,00


Rp 50.000,00
PPh Pasal 21 5%xRp 50.000,00 = Rp.2.500,00

Pada hari ke-10 dalam bulan kalender yang bersangkutan, Jufon telah menerima penghasilan
sebesar Rp5.000.000,00, sehingga telah melebihi Rp4.500.000,00. Dengan demikian PPh
Pasal 21 atas penghasilan Jufon pada bulan Maret 20xx dihitung sebagai berikut:

Upah 10 hari kerja (10 x Rp 500.000,00) = Rp 5.000.000,00

PTKP : 10 x (54.000.000,00/360) = Rp 1.500.000,00

Ph.KP = Rp 3.500.000,00

PPh pasal 21 = 5 % x Rp 3.500.000,00 = Rp 175.000,00

PPh pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke 9= 9 x Rp 2.500,00 = Rp 22.500,00

PPh pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke 10 = Rp 152.500,00

Jumlah sebesar Rp152.500,00 ini dipotongkan dari upah harian sebesar Rp500.000,00
sehingga upah yang diterima Jufon pada hari kerja ke-10 adalah:
Rp500.000,00 - Rp152.500,00 = Rp347.500,00
Pada hari kerja ke-11 dan seterusnya dalam bulan kalender yang bersangkutan, jumlah PPh
Pasal 21 per hari yang dipotong adalah:
Upah sehari Rp 500.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri (Rp54.000.000,00 : 360) Rp 150.00,00(-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 350.000,00

PPh Pasal 21 terutang adalah 5% x Rp350.000,00 = Rp17.500,00


Upah yang diterimakan pada hari ke-11 sebesar Rp500.000,00 - Rp17.500,00 =
Rp482.500,00

Contoh Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) Pegawai Tidak Tetap/
Tenaga Kerja Lepas Penerima Upah Satuan.
Juril (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV pada suatu
perusahaan elektronika. Upah yang dibayar berdasarkan atas jumlah unit/satuan yang
diselesaikan yaitu Rp150.000,00 per buah TV dan dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1
minggu (6 hari kerja) dihasilkan sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp3.600.000,00.
Hitung PPh 21!

Pembahasan
Penghitungan PPh Pasal 21 :
Upah sehari adalah Rp3.600.000,00 : 6 Rp 600.000,00
Upah diatas Rp450.000,00 sehari( Rp600.000,00-
Rp450.000,00) Rp 150.000,00
Upah seminggu terutang pajak 6 x Rp150.000,00
Rp 900.000,00

PPh Pasal 21 5% x Rp900.000,00= Rp45.000,00(Mingguan)


Sehingga upah yang diterimakan sebesar Rp3.600.000,00 - Rp45.000,00 = Rp3.555.000,00

Contoh Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) Pegawai Tidak


Tetap/ Tenaga Kerja Lepas Penerima Upah Borongan

Contoh
Jayus mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar
Rp2.000.000,00, pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari. Hitung PPh 21!
Pembahasan
Upah borongan sehari : Rp2.000.000,00 : 2 Rp1.000.000,00
Upah sehari diatas Rp450.000,00
Rp1.000.000,00 — Rp450.000,00 Rp 550.000,00

Upah borongan terutang pajak: 2 x


Rp550.000,00 Rp1.100.000,00

PPh Pasal 21 = 5% x Rp1.100.000,00 = Rp 55.000,00


Upah yang diterimakan sebesar Rp2.000.000,00 - Rp55.000,00 =
Rp1.945.000,00
Contoh Menghitung Pajak Penghasilan pasal 21 (PPh 21) untuk Pegawai Tidak Tetap/
Tenaga Kerja Lepas dengan upah Harian/ Satuan/ Borongan yang dibayar bulanan
Contoh
Jokiyo bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang dibayarkan
bulanan. Dalam bulan Januari 20xx Jukiyo hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari
adalah Rp300.000,00. Jukiyo menikah tetapi belum memiliki anak. Hitung PPh 21!

Pembahasan
Penghitungan PPh Pasal 21

Upah Januari 20xx = 20 x Rp300.000,00 Rp Rp 6.000.000,00


Penghasilan neto setahun = 12 x Rp6.000.000,00 Rp 72.000.000,00

PTKP (K/-) adalah sebesar


- Untuk WP sendiri Rp54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00(+)
(Rp 58.500.000,00) -
Penghasilan Kena Pajak Rp 13.500.000,00

PPh Pasal 21 setahun adalah sebesar: 5% x Rp13.500.000,00 = Rp675.000,00


PPh Pasal 21 sebulan adalah sebesar: Rp675.000,00 : 12 = Rp56.250,00

SOAL :
1. Tuan Didi pekerja sebagai pegawai tidak tetap pada toko mebel. Beliau menerima gaji
secara borongan setiap minggunya sebesar Rp 1.200.000,00. Setiap satu minggu beliau
masuk kerja sebanyak 2 hari. Status Tuan Didi saat ini telah menikah namun belum
memiliki tanggungan. Berapakah PPh pasal 21 yang dibebankan kepada Tuan Didi
2. Winda menerima pekerjaan dekorasi gedung dari PT Wahana Jaya dengan imbalan Rp
10.000.000; Winda menggunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah
harian masing-masing sebesar Rp 250.000;. Dekorasi gedung berhasil dikerjakan selama 5
hari. Selain itu Winda membeli material/bahan yang dipakai untuk dekorasi sebesar Rp
1.000.000; Hitunglah PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya atas penghasilan
yang diterima Winda

3. Tuan Rinto sebagai seorang pemborong yang mengerjakan sebuah bangunan dengan upah
secara borongan sebesar Rp 45.000.000,00 atas pekerjaannya ia dibantu 8 tenaga kerja
dengan upah yang dibayarkan secara harian sebesar Rp 550.000.00 perhari dan pekerjaan
itu selesai dikerjakan selama satu minggu.
Diminta : a. hitung PPh pasal 21 atas pemborong
b.hitung PPh pasal 21 atas masing-masing tenaga kerja
Soal formatif XII AK : kerjakan 4 soal dari 6 soal, soal no. 6 wajib dikerjakan
1. Tuan Rizal pekerja sebagai pegawai tidak tetap pada toko mebel. Beliau menerima
upah secara borongan setiap minggunya sebesar Rp 1.200.000,00. Setiap satu minggu
beliau masuk kerja sebanyak 2 hari. Status Tuan Rizal saat ini telah menikah namun
belum memiliki tanggungan. Berapakah PPh pasal 21 yang dibebankan kepada Tuan
Rizal?
2. Jokiyo bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang dibayarkan
bulanan. Dalam bulan Januari 20xx Jukiyo hanya bekerja 20 hari kerja dan upah
sehari adalah Rp300.000,00. Jukiyo menikah tetapi belum memiliki anak. Hitung PPh
21!
3. Juni (belum menikah) adalah seorang karyawanyang bekerja sebagai perakit TV pada
suatu perusahaan selektronik. Upah yang dibayarkan atas jumlah unit;satuan yang
diselesaikan yaitu Rp 280.000,00 per buah TV dan dibayarkan tiapDalam waktu 1
minggu dihasilkan sebanyak 24 unit TV . Hitung PPh pasal 21 !
4. Burhan dengan status belum menikah pada bulan Januari 2016 bekerja sebagai buruh
harian PT Cita Indonesia. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar
Rp 450.000. Berapa PPh 21 yang dikenakan?
5. Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2016 bekerja selama 8 hari
pada perusahaan PT Tani Jaya, menerima upah sebesar Rp 650.000 per hari. Berapa
PPh 21 nya?
6. Nani dengan status belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan bekerja pada PT
Rasa dengan memperoleh gaji sebesar Rp 8.500.000; sebulan. Kepada Nani diberikan
tunjangan pajak sebesar Rp 25.000; iuran pensiun yang dibayar sebesar Rp 25.000;
sebulan.Hitung PPh pasal 21 !

Soal formatif XII AK : kerjakan 4 soal dari 6 soal, soal no. 6 wajib dikerjakan
1. Tuan Rizal pekerja sebagai pegawai tidak tetap pada toko mebel. Beliau menerima
upah secara borongan setiap minggunya sebesar Rp 1.200.000,00. Setiap satu minggu
beliau masuk kerja sebanyak 2 hari. Status Tuan Rizal saat ini telah menikah namun
belum memiliki tanggungan. Berapakah PPh pasal 21 yang dibebankan kepada Tuan
Rizal?
2. Jokiyo bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang dibayarkan
bulanan. Dalam bulan Januari 20xx Jukiyo hanya bekerja 20 hari kerja dan upah
sehari adalah Rp300.000,00. Jukiyo menikah tetapi belum memiliki anak. Hitung PPh
21!
3. Juni (belum menikah) adalah seorang karyawanyang bekerja sebagai perakit TV pada
suatu perusahaan selektronik. Upah yang dibayarkan atas jumlah unit;satuan yang
diselesaikan yaitu Rp 280.000,00 per buah TV dan dibayarkan tiapDalam waktu 1
minggu dihasilkan sebanyak 24 unit TV . Hitung PPh pasal 21 !
4. Burhan dengan status belum menikah pada bulan Januari 2016 bekerja sebagai buruh
harian PT Cita Indonesia. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar
Rp 450.000. Berapa PPh 21 yang dikenakan?
5. Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2016 bekerja selama 8 hari
pada perusahaan PT Tani Jaya, menerima upah sebesar Rp 650.000 per hari. Berapa
PPh 21 nya?
6. Nani dengan status belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan bekerja pada PT
Rasa dengan memperoleh gaji sebesar Rp 8.500.000; sebulan. Kepada Nani diberikan
tunjangan pajak sebesar Rp 25.000; iuran pensiun yang dibayar sebesar Rp 25.000;
sebulan.Hitung PPh pasal 21 !

4. Burhan dengan status belum menikah pada bulan Januari 2016


bekerja sebagai buruh harian PT Cita Indonesia. Ia bekerja selama
10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 450.000. Berapa PPh
21 yang dikenakan?
Jawab:
Upah Sehari: Rp 450.000
Batas upah harian yg tidak dikenakan pajak: (Rp 450.000)

Penghasilan Kena Pajak Sehari = 0


Hari ke-10:
Karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp 4.500.000,
maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong.
Hari ke-11:
Karena jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 4.500.000,
maka perhitungan PPh 21 Nurcahyo adalah:
Upah s/d hari ke-11: 11 x Rp 450.000 = Rp 4.950.000
PTKP sebenarnya: 11 x (Rp 54.000.000 / 360) = (Rp 1.650.000)

PKP s/d hari ke-11 = Rp 3.300.000


PPh 21 terutang: 5% x RP 3.300.000 = Rp 165.000
PPh 21 yang dipotong s/d hari ke-10: (0)
PPh 21 yang dipotong hari ke-11 = Rp 165.000
Sehingga pada hari ke-11, Nurcahyo menerima upah bersih sebesar:
Rp 450.000 – Rp 165.000 = Rp 285.000

Hari ke-12:
Jika Nurcahyo bekerja sampai hari ke-12, maka perhitungan PPh 21 nya
adalah:

Upah sehari: Rp 450.000


PTKP sebenarnya: Rp 54.000.000 / 360 = (Rp 150.000)
PKP = Rp 300.000
PPh 21 terutang: 5% x Rp 300.000 = Rp 15.000
Sehingga pada hari ke-12, Nurcahyo menerima upah bersih sebesar:
Rp 450.000 – Rp 15.000 = Rp 435.000

Contoh lainnya adalah:


6. Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2016 bekerja
pada perusahaan PT Tani Jaya, menerima upah sebesar Rp 650.000 per
hari. Berapa PPh 21 nya?
Jawab:
Upah sehari > Rp 450.000: Rp 650.000 – Rp 450.000 = Rp 200.000
PPh 21 harian: 5% x Rp 200.000 = Rp 10.000
Pada hari ke-7, Nanang telah menerima penghasilan sebesar Rp
4.550.000 sehingga sudah lebih dari Rp 4.500.000, maka PPh 21 pada
bulan Maret:
Upah s/d hari ke 7: 7 x Rp 650.000 = Rp 4.550.000
PTKP sebenernya: 7 x (Rp 54.000.000 / 360) = (Rp 1.050.000)

PKP = Rp 3.500.000
PPh 21 terutang: 5% x Rp 3.500.000 = Rp 175.000
PPh 21 yang dipotong s/d hari ke 6: 6 x Rp 10.000 = (Rp 60.000)

PPh 21 yang dipotong hari ke-7: Rp 115.000


Sehingga pada hari ke 7, Nanang menerima upah bersih sebesar:
Rp 650.000 – Rp 115.000 = Rp 535.000
Maka jumlah PPh 21 per hari Nanang Hermawan yang dipotong sejak hari
ke-8 dan seterusnya adalah sebesar:

Upah sehari: Rp 650.000


PTKP sebenarnya: Rp 54.000.000 / 360 = (Rp 150.000)
PKP = Rp 500.000
PPh 21 terutang: 5% x Rp 500.000 = Rp 25.000
Upah Satuan – Upah Mingguan
Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja
sebagai perakit TV pada suatu perusahaan elektronika. Perolehan upah
Rizal Fahmi dihitung berdasarkan jumlah unit pekerjaan yang dapat
diselesaikan yaitu sebesar Rp 125.000 per TV dan dibayarkan setiap
minggu. Dalam 1 minggu (6 hari kerja), Rizal Fahmi dapat menyelesaikan
pekerjaan sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp 3.000.000. Berapa PPh
21nya?
Jawab:
Upah sehari: Rp 3.000.000 / 6 = Rp 500.000
Upah di atas Rp 450.000: Rp 500.000 – Rp 450.000 = (Rp 50.000)
PPh 21 terutang: 6 x (5% x Rp 50.000) = Rp 15.000
Upah Borongan
Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan
sebesar Rp 950.000, pekerjaan yang diselesaikan dalam 2 hari. Berapa
PPh 21nya?
Jawab:
Upah borongan sehari: Rp 950.000 / 2 = Rp 475.000

di atas Rp 450.000: Rp 475.000 – Rp 450.000 = (Rp 25.000)

5. Untuk memberikan contoh cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) bagi
Pegawai Tetap yang menerima tunjangan pajak, berikut ini diberikan satu ilustrasi. Misalnya,
Jemu (status belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan) bekerja pada PT Rakus
dengan memperoleh gaji sebesar Rp8.500.000,00 sebulan. Kepada Jemu diberikan
tunjangan pajak sebesar Rp25.000,00. luran pensiun yang dibayar oleh Jemu adalah sebesar
Rp25.000,00 sebulan. Pertanyaannya adalah berapa PPh 21 untuk Jemu misalnya untuk
bulan September?

PPh Pasal 21 bulan September 20xx dalam hal Jemu tidak menerima penghasilan dari PT
Rakus selain gaji adalah dihitung dengan perhitungan sebagaimana ditunjukkan dalam
penghitungan berikut ini::

Gaji sebulan Rp 8.500.000,00


Tunjangan pajak Rp 25.000,00(+)
Penghasilan bruto sebulan Rp 8.525.000,00

Pengurang
1. Biaya Jabatan 5% x Rp8.525.000,00 Rp 426.250,00
2. luran pensiun Rp 25.000,00(+)
Rp 451.250,00(-)
Penghasilan neto sebulan Rp 8.073.750,00

Penghasilan neto setahun 12 x Rp8.073.750,00 Rp 96.885.000,00

PTKP (TK/0)* PMK No 101 th 2016


-untuk WP Sendiri Rp 54.000.000,00(-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 42.885.000,00

PPh Pasal 21 setahun adalah: 5% x Rp42.885.000,00 = Rp2.144.250,00


PPh Pasal 21 bulan September adalah: Rp2.144.250,00 : 12 = Rp178.687,50
C. Perhitungan PPh pasal 21 atas honorarium
Dihitung berdasarkan tarif pasal 17 (tarif umum) atas penghasilan bruto.
Contoh :
1. Dr.Evi seorang penceramah yang memberi ceramah pada suatu lokakarya sehari
dengan menerima honorarium yang dibayarkan sebesar Rp 4.200.000,00. Maka PPh
pasal 21 yang terutang sebesar
Perhitungan :
PPh pasal 21 yang terutang = 5 % x Rp 4.200.000,00 = Rp 210.000,00
2. Anggi Wijaya seorang petenis professional yang bertempat tinggal di Indonesia, ia
menjuarai turnamen tenis Indonesia open dan memperoleh hadiah Rp 65.000.000,00.
Maka PPh pasal 21 yang terutang
Perhitungan :
PPh pasal 21 yang terutang :
5 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15 % x Rp 15.000.000,00 = Rp 2.250.000,00 (+)
Rp 4.750.000,00
D. Perhitungan PPh pasal 21 atas tenaga ahli
Dihitung berdasarkan norma perhitungan atas penghasilan bruto dikalikan tarif 15 %
Contoh :
 Ir. Arif adalah seorang arsitek(50%), pada bulan Agustus 2010 menerima honorarium
sebesar Rp 60.000.000,00 sebagai imbalan jasa teknik yang dilakukannya. Maka PPh
pasal 21 yang terutang sebesar :
Perhitungan :
15 % (50 % x Rp 60.000.000,00) = Rp 4.500.000;

E. Perhitungan PPh pasal 21 atas tebusan pensiun, pesangon, dan THT Sekaligus
Perhitungan pengenaan pajak dihitung dengan ketentuan sbb :

0 % x Ph.KP s/d Rp 50.000.000,00


5 % x Ph.KP diatas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 250.000.000,00
15 % x Ph.KP diatas Rp 250.000.000,00 s/d 500.000.000,00
25 % x Ph.KP diatas Rp 500.000.000,00

Contoh :
1. Agus bekerja pada PT “Selamat” selama 8 tahun. Pada bulan Juni 2016 ia berhenti
bekerja karena adanya pengurangan pegawai, ia menerima pesangon sebesar Rp
98.000.000,00.
Maka PPh pasal 21 yang terhutang :
0 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 0
5 % x Rp 48.000.000,00 = Rp 2.400.000,00
Rp 2.400.000,00

2. Rinto pada tanggal 1 September 2016 telah memasukki masa pensiun, menerima
uang tebusan pensiun dari Dana Pensiun sebesar Rp 88.000.000,00. Maka PPh
pasal 21 yang terhutang :
0 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 0
5 % x Rp 38.000.000,00 = Rp 1.900.000,00
Rp 1.900.000,00

3. Ruly yang memasukki masa pensiun menerima uang THT pada tanggal 1
November 2016 sebesar Rp 120.000.000,00. Maka PPh pasal 21 yang terhutang :
0 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 0
5 % x Rp 70.000.000,00 = Rp 3.500.000,00
= Rp 3.500.000,00
SOAL :
1. Andi adalah seorang komisaris di PT Wahana Sejahtera, yang bukan pegawai tetap.
Dalam tahun 2016, yaitu bulan Desember 2016 menerima honorarium sebesar Rp
60.000.000; Hitunglah PPh Pasal 21 yang terutang !

2. Chris John adalah seorang petinju professional yang bertempat tinggal di Indonesia. Ia
menjuarai gelar tinju WBA dan memperoleh hadiah Rp 200.000.000;. Berapakah PPh
pasal 21 yangterutang atas hadiah Gelar Tinju WBA tersebut !
Jawaban: 1
Upah Seminggu Rp 1.200.000,00
Upah Sebulan Rp 1.200.000,00 x 4 = Rp 4.800.000,00
PTKP Sebulan Rp 4.875.000,00
Dapat dilihat bahwa upah sebulan lebih kecil dibandingkan dengan PTKP sehari, maka
perhitungan pajaknya menggunakan PTKP sehari sebesar Rp 450.000,00
Upah Sehari Rp 1.200.000,00 : 2 hari = Rp 600.000,00
PTKP Sehari Rp 450.000,00 -
Ph.KP Rp 150.000,00
Pajak PPh Pasal 21 Sehari:
5% x Rp 150.000,00 = Rp 7.500,00
Pajak PPh Pasal 21 Seminggu:
Rp 7.500,00 x 2 hari = Rp 15.000,00

Jadi pajak pasal 21 sehari yang dibebankan kepada tuan Didi sebesar Rp 15.000,00.

1. Upah pemborong Rp 45.000.000;


Upah tenaga kerja 8x6x550.000 Rp 26.400.000;
Upah pemborong Rp 18.600.000;
PTKP harian sesungguhnya
54.000.000 x6 Rp 900.000;
360
PPh terutang
5 % x Rp 17.700.000; = Rp 885.000;

c. Upah tenaga kerja RP550.000;


Upah satu hari diatas Rp 450.000;
PPh terutang 5 % x 6 x Rp 100.000;Rp 30.000;
Latihan Soal
I. Pilih salah satu jawaban yang paling benar
1. Di bawah ini adalah pemotong PPh pasal 21 :
a. Wajib pajak d. Karyawan
b. Dirjen Bea dan cukai e. Dana pensiun
c. Pemberi kerja
2. Upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau
dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan disebut :
a. Upah harian d. Upah satuan
b. Upah mingguan e. Upah borongan
c. Upah bulanan

3. Biaya jabatan yang diperhitungkan atas karyawan tetap dihitung :


a. 5 % dari penghasilan bruto
b. 5 % dari penghasilan netto
c. 5 % dari penghasilan bruto maksimal Rp 108.000; sebulan
d. 5 % dari penghasilan bruto maksimal Rp 500.000; sebulan
e. 5 % dari penghasilan netto maksimal Rp 500.000; sebulan
4. Untuk pegawai harian akan dikenakan PPh pasal 21 apabila upah seharinya lebih dari
:
a. Rp 108.000; d. Rp 450.000;
b. Rp 125.000; e. Rp 500.000;
c. Rp 150.000;
5. Seorang pengusaha berpenghasilan bersih setiap tahun Rp 154.340.000;. Bila
pengusaha tersebut telah beristri dan mempunyai dua orang anak, maka besarnya
PTKP adalah :
a. Rp 26.325.000; d. Rp 32.650.000;
b. Rp 28.350.000; e. Rp 34.675.000;
c. Rp 30.375.000;

II. Kerjakan dengan benar


1. Tuan Takur pegawai tetap pada perusahaan PT Opera Van LPP, menikah tanpa
anak, memperoleh gaji seminggu Rp.6.500.000,00. PT Opera Van LPP mengikuti
program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan mati
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari
gaji. PT Opera Van LPP menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
3,70% dari gaji sedangkan Tuan Takur bin membayar iuran Jaminan Hari Tua
sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Opera Van LPP juga
mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Opera Van LPP membayar
iuran pensiun untuk Tuan Takur bin ke dana pensiun, yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp. 300.000,00, sedangkan
Tuan Takur bin membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000,00. Pertanyaan :
Hitunglah PPH Pasal 21 Tahun 2016, pada minggu ke-2 bulan April !

2. Winda menerima pekerjaan dekorasi gedung dari PT Wahana Jaya dengan imbalan
Rp 10.000.000; Winda menggunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan
upah harian masing-masing sebesar Rp 250.000;. DekorASI GEDUNG BERHAsil
dikerjakan selama 5 hari. Selain itu Winda membeli material/bahan yang dipakai
untuk dekorasi sebesar Rp 1.000.000; . Hitunglah PPh Pasal 21 yang harus
dipotong PT Wahana Jaya atas penghasilan yang diterima Winda !

3. Andi adalah seorang komisaris di PT Wahana Sejahtera, yang bukan pegawai tetap.
Dalam tahun 2016, yaitu bulan Desember 2016 menerima honorarium sebesar Rp
60.000.000; Hitunglah PPh Pasal 21 yang terutang !

4. Chris John adalah seorang petinju professional yang bertempat tinggal di


Indonesia. Ia menjuarai gelar tinju WBA dan memperoleh hadiah Rp 200.000.000;.
Berapakah PPh pasal 21 yangterutang atas hadiah Gelar Tinju WBA tersebut !

5. Nona Beti bekerja di PT ABC menerima gaji mingguan sebesar Rp 750.000;


Hitunglah PPh pasal 21 sebulan apabila Nona Bti belum mempunyai NPWP !

6. Hajar adalah seorang marketing di PT Sentosa yang bukan karyawan tetap, pada
bulan Juni 2011 Hajar menerima komisi atas penjualannya sebesar Rp 80.000.000;
Berapakah PPh pasal 21 atas komisi tersebut apabila Hajar belum mempunyai
NPWP

7. Tuan Anton dengan status K/0 bekerja pada sebuah perusahaan dengan gaji tiap
bulan Rp 8.600.000,00 Setiap bulan ia membayar iuran pensiun Rp 100.000,00
kepada dana pensiun, premi asuransi untuk anaknya yang dibayarkan setiap
triwulan sebesar Rp 350.000,00. Mulai awal bulan September 2016 ia dipensiun,
maka mulai awal bulan September ia akan menerima uang pensiun Rp
6.800.000,00 dari dana pensiun. Diminta : hitung PPh pasal 21 atas uang pensiun !
8. Tuan Sanusi dengan status K/1 sebagai karyawan tetap sebuah perusahaan dengan
gaji tiap bulan Rp 7.600.000,00 perusahaan masuk program jamsostek, premi
kecelakaan kerja dan premi kecelakaan mati masing-masing Rp 100.000,00 dan
Rp 150.000,00 ditanggung perusahaan. Disamping itu ia juga mendapat tunjangan
jabatan Rp 500.000,00 dan fasilitas perumahan dinas dalam 1 tahun senilai Rp
15.000.000,00. Tiap bulan ia membayar biaya pendidikan anaknya Rp 750.000,00
JHT Rp 200.000,00.
Hitung PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan oleh perusahaan !

1. Tuan Rinto sebagai seorang pemborong yang mengerjakan sebuah bangunan dengan
upah secara borongan sebesar Rp 45.000.000,00 atas pekerjaannya ia dibantu 8 tenaga
kerja dengan upah yang dibayarkan secara harian sebesar Rp 550.000.00 perhari dan
pekerjaan itu selesai dikerjakan selama satu minggu.
Diminta : a. hitung PPh pasal 21 atas pemborong
b.hitung PPh pasal 21 atas masing-masing tenaga kerja

2. Tuan Andre sebagai karywan tetap di sebuah perusahaan dengan menerima gaji tiap
bulan Rp 8.400.000; dan mendapat fasilitas perumahan dinas tiap tahun nilai Rp
20.000.000; Perusahaan masuk jamsostek : premi asuransi kecelakaan kerja dan
kematian ditanggung perusahaan sebesar 1 % dan 1,5% dari gaji pokoktiap bulan ia
membayar iuran pensiun Rp 250.000; iuran koperasi kantor Rp 100.000; Pada bulan
Mei adanya kenaikan gaji menjadi Rp 8750.000; yang berlaku mulai bulan Januari.
Hitung PPh pasal 21 atas kenaikan gaji

3. Nyonya Ratna seorang single perent mempunyai seorang anak masih duduk di bangku
SD, sebagai karyawan tetap sebuah perusahaan dengan gaji tiap bulan Rp 5.400.000;
ia juga mendapat tunjangan jabatan sebesar Rp 350.000; sebulan Perusahaan masuk
program jamsostek, premi asuransi kecelakaan dan premi asuransi kematian masing-
msing Rp 200.000; dan Rp 150.000; ditanggung oleh perusahaan. Tiap bulan Nyonya
Ratna membayar iuran pensiun 1 % dari gaji pokok dan THT 1,5% dari gaji pokok,
iuaran koperasi kantor Rp 50.000;
Hitung : PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan oleh perusahaan !

4. Tuan Bambang sebagai Direktur Pemasaran di PT Podomoro Group, memperoleh gaji


tiap bulan Rp 7.800.000; Tunjangan jabatan Rp 1.200.000; Tunjangan keluarga Rp
500.000; Tiap bulan ia membayar THT Rp 200.000; Biaya untuk transport ke kantor
Rp 1.200.000; dan iuran pensiun Rp 100.000; Tuan Bambang memiliki seorang istri
sebagai ibu rumah tangga dan memunyai 2 anak yang masih balita. Hitung PPh pasal
21 yang dipotong tiap bulan oleh perusahaan !
5. Pak Rojali sebagai karyawan lepas di sebuah perusahaan dengan menerima upah
yang dibayarkan secara harian, dalam 1 hari diberikan upah Rp 275.000; Pada bulan
Mei ia bekerja selama 20 hari. Hitung : PPh pasal 21 yang terutang atas Pak Rojali !

6. Tuan Amir dengan K/4 sebagai karyawan tetap di sebuah perusahaan dengan gaji tiap
Rp 5.000.000; Perusahaan masuk program jamsostek , premi asuransi kecelakaan Rp
200.000; Premi asuransi kematian Rp 150.000; Mendapatkan tunjangan jabatan Rp
500.000; mendapat fasilatas kendaraan dinas tiap bul;an senilai Rp 400.000; Tiap
bulan ia membayar iuran pension Rp 200.000; jaminan hari tua 2 % dari gaji pokok
sedang perusahaan membayar jaminan hari tua untuk karyawan 1,5% dari gaji pokok
Diminta : Hitung PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan !
II. Kerjakan dengan benar
1. Tuan Takur pegawai tetap pada perusahaan PT Opera Van LPP, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji seminggu Rp.6.500.000,00. PT Opera Van LPP mengikuti program
Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan mati dibayar oleh
pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Opera
Van LPP menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
sedangkan Tuan Takur bin membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji
setiap bulan. Disamping itu PT Opera Van LPP juga mengikuti program pensiun
untuk pegawainya. PT Opera Van LPP membayar iuran pensiun untuk Tuan Takur
bin ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap
bulan sebesar Rp. 300.000,00, sedangkan Tuan Takur bin membayar iuran pensiun
sebesar Rp. 200.000,00. Pertanyaan : Hitunglah PPH Pasal 21 Tahun 2016, pada
minggu ke-2 bulan April !

2. Nona Beti bekerja di PT ABC menerima gaji mingguan sebesar Rp 1.750.000;


Hitunglah PPh pasal 21 sebulan apabila Nona Bti belum mempunyai NPWP !

3. Tuan Sanusi dengan status K/1 sebagai karyawan tetap sebuah perusahaan dengan gaji
tiap bulan Rp 7.600.000,00 perusahaan masuk program jamsostek, premi kecelakaan
kerja dan premi kecelakaan mati masing-masing Rp 100.000,00 dan Rp 150.000,00
ditanggung perusahaan. Disamping itu ia juga mendapat tunjangan jabatan Rp
500.000,00 dan fasilitas perumahan dinas dalam 1 tahun senilai Rp 15.000.000,00.
Tiap bulan ia membayar biaya pendidikan anaknya Rp 750.000,00 JHT Rp
200.000,00.
Hitung PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan oleh perusahaan !
4. Nyonya Ratna seorang single perent mempunyai seorang anak masih duduk di bangku
SD, sebagai karyawan tetap sebuah perusahaan dengan gaji tiap bulan Rp 5.400.000;
ia juga mendapat tunjangan jabatan sebesar Rp 350.000; sebulan Perusahaan masuk
program jamsostek, premi asuransi kecelakaan dan premi asuransi kematian masing-
msing Rp 200.000; dan Rp 150.000; ditanggung oleh perusahaan. Tiap bulan Nyonya
Ratna membayar iuran pensiun 1 % dari gaji pokok dan THT 1,5% dari gaji pokok,
iuaran koperasi kantor Rp 50.000;
Hitung : PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan oleh perusahaan !
5. Tuan Bambang sebagai Direktur Pemasaran di PT Podomoro Group, memperoleh gaji
tiap bulan Rp 9.800.000; Tunjangan jabatan Rp 1.200.000; Tunjangan keluarga Rp
500.000; Tiap bulan ia membayar THT Rp 200.000; Biaya untuk transport ke kantor
Rp 1.200.000; dan iuran pensiun Rp 100.000; Tuan Bambang memiliki seorang istri
sebagai ibu rumah tangga dan memunyai 2 anak yang masih balita. Hitung PPh pasal
21 yang dipotong tiap bulan oleh perusahaan !
6. Pak Rojali sebagai karyawan lepas di sebuah perusahaan dengan menerima upah
yang dibayarkan secara harian, dalam 1 hari diberikan upah Rp 275.000; Pada bulan
Mei ia bekerja selama 20 hari. Hitung : PPh pasal 21 yang terutang atas Pak Rojali
7. Tuan Rahmad dengan status K/1 sebagai karyawan tetap di sebuah perusahaan dengan
gaji tiap bulan Rp 4.500.000; mendapat tunjangan pajak Rp 50.000; Peusahaan masuk
program jamsostek, premi asuransi kec. Dan kematian masing-masing Rp 100.000;
Rp 150.000; ditanggung perusahaan .disamping itu ia juga mendapatkan uang
pengganti lauk pauk Rp 200.000; Tiap bulan ia membayar biaya transport ke kantor
Rp 500.000; dan iuran koperasi Rp 100.000; Hitung : PPh pasal 21 yang
ditanggung Tuan Rahmad !

Anda mungkin juga menyukai