Disusun Oleh:
DRS. EC. H. SYAFRIONT BY., MS.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB IV : PIUTANG
Pengertian Piutang, Klasifikasi Piutang, Penilaian Piutang
Dagang, Penentuan Besarnya Piutang Dagang yang Tidak
Tertagih, Metode yang Digunakan untuk Mencatat Kerugian
Piutang, Penerimaan Piutang Dagang yang Sudah Dihapus,
Metode yang Digunakan untuk Menentukan Besarnya Kerugian
Piutang, Penggunaan Piutang Dagang sebagai Sumber Uang
Tunai, Piutang Bersaldo Kredit, Piutang Wesel, Pengertian Wesel,
Jenis-Jenis Wesel, Penilaian Piutang Wesel, Akuntansi Piutang
Wesel, Saat terjadinya Piutang Wesel, Saat Jatuh Tempo, Piutang
Wesel yang Didiskontokan, Penyajian Piutang Wesel, Contoh
Pembahasan Soal.
BAB V : PERSEDIAAN - 1
Pengertian Persediaan, Klasifikasi Persediaan, Tujuan Akuntansi
Persediaan, Pentingnya Persediaan, Barang-Barang yang
Termasuk Persediaan, Peranan Persediaan dalam Penetapan
Pendapatan, Sistem Pencatatan Persediaan, Unsur Harga Pokok
Persediaan, Cara-Cara Penetapan Agar Pokok Persediaan,
Pemilihan Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan, Pengaruh
Kesalahan atas Pencatatan Persediaan, Contoh Pembahasan Soal.
BAB VI : PERSEDIAAN - 2
Metode Harga Pokok, Metode Taksiran, Metode Laba Kotor,
Penggunaan Metode Laba Kotor untuk Menaksir Nilai Persediaan
Karena Adanya Bencana, Metode Harga Eceran, Penilaian
Persediaan Berdasarkan yang Terendah Antara Harga Pokok dan
Harga Pasar, Penetapan Penilaian Persediaan Berdasarkan
Metode LCOM, Pencatatan Metode LCOM, Penilaian Persediaan
Berdasarkan Harga Jual, Kerugian pada Kontrak Pembelian
Penilaian Persediaan yang Diperoleh dari Tukar Tambahan dan
Penarikan Kembali, Penilaian Persediaan dalam Kontrak Jangka
Panjang, Metode Kontrak Selesai, Metode Prosentasi
Penyelesaian, Penyajian Persediaan di Neraca, Contoh
Pembahasan Soal.
BAB VII : AKTIVA TETAP BERWUJUD - 1
Pengertian Aktiva Tetap Berwujud, Klasifikasi Aktiva Tetap
Berwujud, Penilaian Aktiva Tetap Berwujud, Akuntansi atas
Aktiva Tetap Berwujud, Perolehan Aktiva Tetap, Pembelian
Tunai Pembelian Angsuran, Ditukar dengan Surat Berharga,
Ditukar dengan Aktiva Lain yang Tidak Sejenis, Ditukar dengan
Aktiva Tetap yang Lain yang Sejenis, Aktiva Tetap yang
Dibangun Sendiri, Aktiva Tetap yang Diperoleh dari Hadiah,
Harga Perolehan Aktiva Tetap Berwujud, Perlakuan Biaya yang
Terjadi Selama Pemakaian Aktiva Tetap, Pengeluaran
Penghasilan, Pengeluaran Modal, Biaya Reparasi, Biaya
Perbaikan, Biaya Penggantian, Penembahan, Penataan Kembali,
Contoh Pembahasan Soal.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
LAPORAN KEUANGAN
Lampiran 2
Biaya penjualan
Gaji salesman xx
Depresiasi alat angkutan xx
Advertensi xx
Biaya penjualan lainnya xx
Total xx
Lampiran 3
Biaya administrasi dan umum
Gaji pimpinan & karyawan kantor xx
Depresiasi gedung kantor xx
Kerugian piutang xx
Biaya administrasi & umum lainnya xx
Total xx
Laporan Laba Ditahan Jika Laporan Rugi Laba All Inclusive
PT. Ratna
Laporan Laba Ditahan
Periode yang Berakhir 31 Desember 2007
Laba yang ditahan 1 Januari 2007 xx
Laba netto xx +
xx
Deviden yang diumumkan tahun 2007 xx
Laba yang ditahan 31 Desember 2007 xx
Modal sendiri xx
4. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
PT. Resiko
Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Periode yang berakhir 31 Desember 2007
Sumber modal kerja:
Dari operasi perusahaan
- Laba bersih setelah pajak xx
- Biaya dioperasi (non-modal kerja) xx
Total modal kerja dari operasi perusahaan xx
Emisi saham xx +
Total modal kerja xx
Penggunaan modal kerja
- Pembayaran modal kerja xx
Kenaikan modal kerja xx
BAB II
KAS DAN BANK
PENDAHULUAN
Dewasa ini akuntansi terhadap kas dan bank menjadi masalah yang sangat
penting bagi suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena kas dan bank
merupakan aktiva yang paling likuid, paling berharga dibandingkan dengan aktiva
lainnya dan juga hampir semua transaksi yang dilakukan perusahaan selalu
berhubungan atau berakhir pada kas dan bank.
CONTOH SOAL 1
Transaksi PT. Bersatu yang berhubungan dengan kas kecil nampak sebagai
berikut:
1-10-2007 : Pembentukan dana kas kecil Rp. 180.000,00
3-10-2007 : Pembelian perangko dan materai Rp. 7.500,00
5-10-2007 : Pembayaran rekening listrik Rp. 25.000,00
7-10-2007 : Pembayaran rekening telepon Rp. 30.000,00
8-10-2007 : Pembayaran rekening koran dan majalah Rp. 45.000,00
9-10-2007 : Pengisian kembali kas kecil
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas jika PT Bersatu menggunakan
Imprest System
Pembahasan
1-10-2007 : Kas kecil Rp. 180.000,00
Kas Rp. 180.000,00
(untuk mencatat pembentukan dana kas kecil)
3-10-2007 : tidak ada jurnal
5-10-2007 : tidak ada jurnal
7-10-2007 : tidak ada jurnal
8-10-2007 : tidak ada jurnal
9-10-2007 : perangko dan materai Rp. 7.500,00
biaya listrik Rp. 25.000,00
biaya telepon Rp. 30.000,00
biaya koran & majalah Rp. 45.000,00
Kas Rp. 107.500,00
(untuk mencatat pengisian kembali dana kas kecil)
Pada akhir tahun apabila telah terjadi pengeluaran, tetapi masih belum
waktunya pengisian kembali, maka untuk keperluan penyusunan laporan
keuangan perlu dibuat jurnal adjustment, yaitu dengan mengkredit rekening kas
kecil sebesar pengeluaran yang telah terjadi. Tujuan jurnal adjustment ini adalah
agar rekening kas kecil menunjukkan saldo yang sebenarnya.
Pada awal tahun buku berikutnya, perlu dibuat jurnal re-adjustment dengan
maksud agar rekening kas kecil kembali seperti semula dan pengisian kembali
dapat dicatat dengan cara yang sama seperti jurnal pengisian kembali sebelumnya.
CONTOH SOAL 2
PT. Rosalinda mulai 25 Desember 2007 menggunakan Imprest System dalam
mengelola dana kas kecil. Dana kas kecil ditentukan sebesar Rp. 100.000,00 yang
diisi tiap dua minggu sekali. Berikut ini data pengeluaran kas kecil sampai 31
Desember 2007:
Jenis Pengeluaran Total
- Biaya listrik Rp. 20.000,00
- Biaya telepon Rp. 10.000,00
- Biaya koran Rp. 7.500,00
- Biaya lain-lain Rp. 22.500,00
Adapun dana pengeluaran kas kecil sampai 9 januari 2009 adalah sebagai berikut:
- Biaya cetakan Rp. 15.000,00
- Biaya angkut Rp. 20.000,00
Bersamaan dengan pengisian kembali dana kas kecil pada 9 Januari 2008,
direncanakan untuk menambah dana kas kecil menjadi Rp. 150.000,00
Diminta
1. Jurnal pembentukan dana kas kecil 25 Desember 2007
2. Jurnal Adjusment 31 Desember 2007
3. Jurnal re-adjustment 2 Januari 2008
4. Jurnal pengisian kembali dana kas kecil dan penambahan kas kecil 9 Januari
2008
Pembahasan
1. 25-12-2007 Kas kecil Rp. 100.000,00
Kas Rp. 100.000,00
(untuk mencatat pembentukan dana kas kecil)
2. 31-12-2007 Biaya listrik Rp. 20.000,00
Biaya telepon Rp. 10.000,00
Biaya koran Rp. 7.500,00
Biaya lain-lain Rp. 22.500,00
Kas kecil Rp. 60.000,00
(untuk menyesuaikan rekening kas kecil)
3. 01-01-2008 Kas kecil Rp. 60.000,00
Biaya listrik Rp. 20.000,00
Biaya telepon Rp. 10.000,00
Biaya koran Rp. 7.500,00
Biaya lain-lain Rp. 22.500,00
(menyesuaikan kembali rekening kas kecil)
4. 09-01-2008 Biaya listrik Rp. 20.000,00
Biaya telepon Rp. 10.000,00
Biaya koran Rp. 7.500,00
Biaya lain-lain Rp. 22.500,00
Biaya cetakan Rp. 15.000,00
Biaya angkut Rp. 20.000,00
Kas Rp. 95.000,00
(untuk mencatat pengisian kembali dana kas kecil)
Kas kecil Rp. 50.000,00
Kas Rp. 50.000,00
CONTOH SOAL 1
Berdasarkan PT ABC per 31 Desember 2007, saldo uang perusahaan sebesar Rp.
608.000,00 sedangkan dari rekening koran yang diterima dari Bank Niaga
diketahui bersaldo Rp. 594.000,00. Penyebab perbedaan adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran utang kepada supplier sebesar Rp. 365.000,00 telah dicatat oleh
karyawan bagian pembukuan sebesar Rp. 635.000,00
2. Setoran uang ke bank sebesar Rp. 293.000,00 baru dibukukan oleh bank
tanggal 2 Januari 2008, padahal penyetoran dilakukan pada 28 Desember 2008
3. Sebuah cek yang diterima dari Amat sebesar Rp. 85.000,00 ketika diuangkan
ke bank ternyata tidak ada dananya
4. Laporan bank menunjukkan adanya penerimaan tagihan dari Andi sebesar Rp.
185.000,00 pada tanggal 29 Desember 2007. untuk itu, bank memperhitungkan
ongkos tagih Rp. 5000,00
5. Cek yang dikeluarkan perusahaan dan masih beredar Rp. 207.000,00
6. Biaya bank bulan Desember Rp. 15.000,00 belum dibukukan oleh perusahaan
7. Jasa giro sebesar Rp. 32.000,00 belum dibukukan oleh perusahaan
8. Penyetoran uang sebesar Rp. 155.000,00 ternyata dalam laporan bank dicatat
debet sehingga seolah-olah sebagai pengambilan uang oleh perusahaan
Diminta
1. Susunlah rekonsiliasi bank per 31 Desember 2007 dengan cara mencari saldo
yang benar
2. Siapkan jurnal adjustment yang diperlukan
Pembahasan
PT. ABC
REKONSILIASI BANK
Per 31 Desember 2007
Saldo perusahaan Rp. 608.000,00 Saldo bank Rp. 594.000,00
Ditambah Ditambah
- Koreksi tagihan Rp. 270.000,00 DIT Rp. 293.000,00
- Hasil tagihan Rp. 185.000,00 Koreksi kesalahan
- Jasa giro Rp. 32.000,00 Rp. 155.000,00
Rp. 155.000,00 +
______________ Rp. 310.000,00
Jumlah Rp. 1.095.000,00 Jumlah Rp. 1.197.000,00
Dikurangi Dikurangi
-NSF Rp. 85.000,00 OSC Rp. 207.000,00
- Biaya bank Rp. 15.000,00
- Biaya tagih Rp. 5.000,00 ______________
Saldo yang benar Rp. 990.000,00 Saldo yang benar Rp. 990.000,00
Jurnal Adjustment
1. Kas Rp. 270.000,00
Hutang Rp. 270.000,00
2. Piutang Rp. 85.000,00
Kas Rp. 85.000,00
3. Kas Rp.180.000,00
Biaya tagih Rp. 5.000,00
Piutang Rp. 185.000,00
CONTOH SOAL 2
Suatu analisa yang dilakukan atas rekening koran yang diterima dari bank pada
Desember 2007 atas nama PT Abadi diperoleh informasi sebagai berikut:
1. Rekening koran menunjukkan saldo Rp. 3.335.000,00
2. Cek sebesar Rp. 63.000,00 yang dikeluarkan oleh PT. Adi ternyata oleh bank
telah didebetkan ke rekening PT Abadi
3. Pendebetan biaya bank Rp. 6.000,00 belum diketahui perusahaan
4. Setoran yang dilakukan oleh PT Abdi sebesar Rp. 140.000,00 oleh bank
dikreditkan ke rekening PT. Abadi
5. Cek yang beredar berjumlah Rp. 1.056.000,00 dimana didalamnya termasuk
cek sebesar Rp. 60.000,00 sudah kadaluwarsa dan telah dibatalkan. Cek yang
baru telah dikeluarkan, tetapi tidak ada pencatatan pada saat pembatalan
6. Penerimaan sebesar Rp. 900.000,00 baru disetorkan ke bank pada tanggal 2
Januari 2008
7. Terjadi kesalahan dalam deposit slip dimana tercantum jumlah Rp. 222.000,00.
Jumlah yang benar sebagaimana dikreditkan oleh bank adalah Rp. 202.000,00
sehingga saldo buku di perusahaan terdapat kelebihan sebesar Rp. 20.000,00
8. Saldo rekening buku besar kas adalah sebesar Rp. 3.128.000,00
Diminta
1. Siapkan rekonsiliasi bank kepada saldo kas per 31 Desember 2007
2. Siapkan jurnal Adjustment yang diperlukan
Pembahasan
PT Abadi
Laporan Rekonsiliasi Bank
Per 31 Desember 2007
Saldo per laporan bank Rp. 3.335.000,00
Ditambah
- Cek yang salah dibebankan Rp. 63.000,00
- Biaya jasa bank Rp. 6.000,00
- Setoran dalam perjalanan Rp. 900.000,00
- Kesalahan dalam deposit Rp. 20.000,00
Rp. 989.000,00
Rp. 4.324.000,00
Dikurangi
- Kesalahan pencatatan bank Rp. 140.000,00
- Cek yang beredar Rp. 996.000,00
- Cek yang dibatalkan Rp. 60.000,00
Rp. 1.196.000,00
Rp. 3.128.000,00
Jurnal Adjustment
1. Kas di bank Rp. 60.000,00
Hutang Rp. 60.000,00
2. Biaya lain-lain Rp. 6.000,00
Kas di bank Rp. 6.000,00
Agustus September
- Saldo laporan bank-akhir bulan Rp. 4.000,00 Rp. 4.860,00
- Saldo buku kas-akhir bulan Rp. 2.988,00 Rp. 3.833,00
- Cek kosong yang dikembalikan bank Rp. 80,00 Rp. 160,00
- Cek yang beredar-akhir bulan Rp. 1.200,00 Rp. 1.730,00
-Setoran di perjalanan-akhir bulan Rp. 500,00 Rp. 850,00
- Biaya bank Rp. 8,00 Rp. 11,00
- Cek sebesar Rp. 268,00 keliru dicatat
Rp. 286,00 (cek tersebut pada tanggal
30 September 2007 tidak beredar) Rp. Rp. 286,00
- Penagihan kepada langganan perusahaan
(belum dicatat oleh perusahaan sampai
bulan berikutnya) Rp. 400,00 Rp. 300,00
- Pengeluaran menurut buku perusahaan Rp. 29.705,00 Rp. 34.605,00
- Setoran menurut laporan bank Rp. Rp. 35.000,00
Catatan:
a. Semua pengeluaran perusahaan menggunakan cek
b. Dari cek yang beredar pada 30 September 2007, sebuah cek yang bernilai Rp.
200,00 telah disetujui oleh bank untuk dibayar pada tanggal 20 September
2007.
Diminta
1. Susunlah rekonsiliasi bank saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo
akhir dengan bentuk:
a. Rekonsiliasi bank untuk menentukan saldo yang benar
b. Rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas
Pembahasan
1.a.
PT. Adhil
REKONSILIASI BANK
Per 30 September 2007
K E T E R AN GAN Saldo Awal Penerimaan Pengeluaran Saldo Akhir
Saldo menurut bank 4.000 35.000 34.140 4.860
Setoran di perjalanan
- Agustus 500 (500) - -
- September - 850 - 850
Cek yang beredar
- Agustus (1.200) - (1.200) -
- September - - 1.730 (1.730)
Saldo bank yang beredar 3.300 35.350 34.670 3.980
Saldo menurut perusahaan 2.988 35.450 34.605 3.833
Penagihan oleh bank
- Agustus 400 (400) - -
- September - 300 - 300
Koreksi cek - - (18) 18
Biaya bank
- Agustus (8) - - -
- September - - 160 (160)
Saldo perusahaan yg benar 3.300 35.350 34.670 3.980
Penjelasan:
1. a. Setoran di perjalanan awal bulan Agustus 2007 Rp. 500,00 jumlah tersebut
belum termasuk saldo awal menurut bank, maka agar benar harus
ditambahkan.
Setoran tersebut baru dierima bank pada bulan September, sehingga sudah
dicatat sebagai penerimaan bulan September, tetapi karena merupakan
setoran bulan Agustus, maka penerimaan bulan September harus dikurangi.
b. Setoran diperjalanan bulan September Rp. 850,00 merupakan penerimaan
bulan September, maka harus ditambahkan, saldo akhir harus ditambah.
2. a. Cek yang beredar bulan Agustus Rp. 1.200,00 sudah dicatat perusahaan
sebagai pengeluaran, maka saldo bank harus dikurangi.
Pengeluaran tersebut baru dibukukan bank bulan Desember, tetapi karena
merupakan pengeluaran bulan Agustus, maka pengeluaran bulan September
harus dikurangi.
b. Cek yang beredar bulan September Rp. 1.730,00 merupakan pengeluaran
bulan September, maka harus ditambahkan. Saldo akhir juga harus
dikurangi.
3. a. Penagihan oleh bank bulan Agustus Rp. 400,00 sudah dicatat oleh bank,
tetapi perusahaan belum, maka saldo awal harus ditambah. Penagihan
tersebut oleh perusahaan baru dicatat September, tetapi karena merupakan
penerimaan Agustus, maka penerimaan September harus dikurangi.
b. Penerimaan sebesar Rp. 300,00 merupakan penerimaan September, tetapi
belum dicatat perusahaan, maka penerimaan harus ditambah, demikian juga
saldo akhir juga harus ditambah.
4. Cek yang merupakan pengeluaran September telah dicatat oleh perusahaan
terlalu besar rp. 18,00. Oleh karena itu, pengeluaran harus dikurangi sehingga
saldo akhir bertambah.
5. Biaya bank bulan Agustus Rp. 8,00 belum dicatat perusahaan sehingga tidak
temasuk saldo awal, agar benar maka saldo awal harus dikurangi.
Biaya bank tersebut baru dicatat sebagai pengeluaran oleh perusahaan bulan
September, tetapi karena merupakan pengeluaran Agustus, maka pengeluaran
September harus dikurangi.
Biaya bank Rp. 11,00 merupakan pengeluaran September, tetapi belum dicatat
perusahaan. Oleh karena itu, pengeluaran September harus ditambah sehingga
saldo akhir berkurang.
6. a. Perusahaan sudah mencatat cek sebesar Rp. 80,00 sebagai penerimaan bulan
Agustus sehingga jumlah tersebut sudah termasuk dalam saldo awal
September. Karena dikembalikan, maka saldo awal tersebut harus dikurangi.
Pengembalian dilakukan bulan September sehingga jumlah tersebut sudah
dicatat sebagai pengeluaran bulan September, agar benar maka pengeluaran
harus dikurangi.
b. Cek kosong Rp. 160,00 dikembalikan sehingga merupakan pengeluaran,
maka pengeluaran bulan September bertambah, akibatnya saldo akhir
berkurang.
PT. Adhil
REKONSILIASI BANK
Per 30 September 2007
K E T E R AN GAN Saldo Awal Penerimaan Pengeluaran Saldo Akhir
Saldo menurut bank 4.000 35.000 34.140 4.860
Setoran di perjalanan
- Agustus 500 (500) - -
- September - 850 - 850
Cek yang beredar
- Agustus (1.200) - (1.200) -
- September - - 1.730 (1.730)
Penagihan oleh bank
- Agustus (400) 400 - -
- September - (300) - (300)
Koreksi cek - - 18 (18)
Biaya bank
- Agustus 8 - 8 -
- September - - (11) 11
Cek kosong
- Agustus 80 - 80 -
- September - - (160) 160
Saldo Menurut perusahaan 2.988 35.450 34.605 3.833
Penjelasan
1. Setoran di perjalanan lihat penjelasan 1.a.
2. Cek yang beredar lihat penjelasan 1.a.
3. a. Penagihan oleh bank sebesar Rp. 400,00 sudah dicatat sebagai penerimaan
oleh bank pada bulan Agustus sehingga sudah termasuk saldo awal, tetapi
perusahaan belum mencatatnya. Karena catatan perusahaan dianggap benar,
maka saldo awal bank dikurang. Karena perusahaan baru mencatat sebagai
penerimaan September, maka penerimaan bank juga harus ditambah.
b. Penagihan sebesar Rp. 300,00 sudah dicatat sebagai penerimaan bank bulan
September, tetapi perusahaan baru mencatatnya bulan Oktober. Karena
catatan perusahaan dianggap benar, maka penerimaan bank September harus
dikurangi, demikian juga saldo akhirnya.
4. Perusahaan mencatat cek sebesar Rp. 286,00 sedangkan bank mencatat sebesar
Rp. 268,00. Karena catatan perusahaan dianggap benar, maka pengeluaran
bank harus ditambah, sehingga saldo akhir berkurang.
5. a. Bank sudah mencatat pengeluaran sebesar Rp. 8,00 bulan Agustus sehingga
sudah temasuk saldo awal September, tetapi perusahaan belum mencatatnya.
Karena catatan perusahaan dianggap benar, maka saldo awal harus ditambah.
Perusahaan mencatat biaya bank tersebut sebagai pengeluaran September,
oleh karena itu pengeluaran bank September harus ditambah.
b. Bank sudah mencatat biaya bank Rp. 11,00 sebagai pengeluaran September,
tetapi perusahaan baru mencatatnya Oktober. Karena catatan perusahaan
dianggap benar, maka pengeluaran bank harus dikurangi, sehingga saldo
akhir bertambah.
6. a. Perusahaan mencatat cek sebesar Rp. 80,00 sebagai penerimaan Agustus,
tetapi bank tidak karena cek tersebut tidak ada dananya. Karena catatan
perusahaan dianggap benar, maka saldo awal bank harus ditambah. Oleh
perusahaan, cek tersebut dikembalikan kepada langganan dan dicatat sebagai
pengeluaran September, oleh karena itu pengeluaran bank harus ditambah.
b. Cek kosong tersebut dikembalikan bank bulan September dan bank mencatat
sebagai pengeluaran sebesar Rp. 160,00 tetapi perusahaan baru mencatatnya
bulan Oktober. Karena catatan perusahaan dianggap benar, maka
pengeluaran bank September harus dikurangi, sehingga saldo akhir
bertambah.
JAMINAN PINJAMAN BANK (COMPENSATING BALANCE)
Adalah sebagian pinjaman yang diperoleh dari bank tetapi ditahan oleh
bank pemberi pinjaman yang digunakan sebagai jamnian sampai pinjaman
tersebut dilunasi.
Contoh:
PT. DS memperoleh kredit dari suatu bank sebesar Rp. 2.500.000,00 dengan
jangka waktu dua tahun, bunga 15% per tahun. Setelah akta kredit disetujui,
ternyata uang yang diterima PT. DS hanya sebesar Rp. 2.200.000,00 sedangkan
yang sebesar Rp. 300.000,00 ditahan oleh bank yang memberi kredit.
Bagi PT. DS jaminan pinjaman bank tersebut tidak boleh dilaporkan
sebagai elemen kas, karena dibatasi penggunaannya. Jika kredit tersebut jangka
pendek, maka akan dilaporkan sebagai bagian aktiva lancar. Sebaliknya, jika
jangka panjang, maka dilaporkan sebagai aktiva tidak lancar.
CONTOH SOAL:
Pada 29 Agustus 2007, PT Zoro telah menarik cek senilai Rp. 5.000.000,00
sebagai pembayaran hutang. Pada 31 Agustus 2007 diketahui bahwa sisa uang
perusahaan di bank hanya bersaldo Rp. 4.500.000,00
Jurnal: Kas Rp. 500.000,00
Bank Overdraft (hutang) Rp. 500.000,00
LATIHAN-LATIHAN
II.1. Suatu pemeriksaan terhadap Bank Statement pada PT. Ramonsy dan buku
catatan selama bulan Januari 2008 menghasilkan informasi sebagai berikut:
a. Bank Statement dan buku catatan kas:
1. Saldo uang kas menurut bank statement pada tanggal 31 Januari 2008
sebesar Rp. 85.407,00
2. Saldo rekening kas pada tanggal yang sama Rp. 175.312,00
3. Cek kosong sebesar Rp. 15,00
4. Ongkos penagihan yang dilakukan bank dan dibebankan kepada
perusahaan berjumlah Rp. 15,00
5. Cek yang telah dikirimkan kepada supplier tetapi masih belum dapat
diuangkan berjumlah Rp. 1.826,00
6. Penerimaan uang sebesar Rp. 19.842,00 baru disetorkan ke bank pada
tanggal 3 Februari 2008
7. Cek kepada PT. Rori sebesar Rp. 2.160,00 telah dicatat dalam buku
pengeluaran kas pada tanggal 31 Januari 2008 belum dikirimkan ke
alamat sampai tanggal 3 Feburari 2008
8. Hutang perusahaan pada bank sebesar Rp. 8.080,00 pada tanggal jatuh
tempo telah didebetkan ke rekening perusahaan oleh bank
b. Item-item kas yang dimasukkan ke dalam rekening kas:
1. Perangko Rp. 200,00
2. Kas kecil Rp. 1.500,00
3. Bukti piutang kepada karyawan Rp. 982,00
4. Cek mundur yang diterima dari langganan Rp. 225,00
5. Surat berharga saham Rp. 10.850,00
c. Item lainnya yang dimasukkan ke dalam rekening kas:
1. Deposito khusus untuk membayar deviden Rp. 8.000,00
2. Deposito khusus untuk membayar pajak Rp. 38.972,00
3. Sertifikat deposito berjangka Rp. 5.000,00
Diminta
1. Susunlah rekonsiliasi dengan bentuk rekonsiliasi saldo bank ke saldo kas
2. Siapkan jurnal penyesuaian yang diperlukan
Pembahasan
PT. Romansy
Laporan Rekonsiliasi Bank
Per 31 Januari 2008
Saldo per bank Rp.
85.407,00
Ditambah
Penerimaan yang belum disetor Rp. 19.842,00
Dikurangi
Cek yang masih beredar Rp. 1.826,00
Saldo per bank setelah dikoreksi Rp. 103.423,00
Saldo per buku Rp. 175.312,00
Ditambah
Cek yang belum dikirim Rp. 2.160,00
Rp. 177.472,00
Dikurangi
Cek kosong Rp. 225,00
Biaya bank Rp. 15,00
Hutang yang dibayar bank Rp. 8.080,00
Unsur-unsur non-kas:
Perangko Rp. 200,00
Kas kecil Rp. 1.500,00
Piutang pegawai Rp. 982,00
Cek mundur Rp. 225,00
Surat berharga Rp. 10.850,00
Dana untuk deviden Rp. 8.000,00
Dana untuk pajak Rp. 38.972,00
Deposito berjangka Rp. 5.000,00
Rp. 65.729,00
Rp. 74.049,00
Rp. 103.423,00
Saldo per buku setelah dikoreksi
Jurnal Adjustment
1. Kas Rp. 2.160,00
Hutang dagang Rp. 2.160,00
Piutang dagang Rp. 480,00
Biaya bank Rp. 15,00
Hutang dagang Rp. 8.080,00
Perangko Rp. 200,00
Surat berharga Rp. 10.850,00
Kas kecil Rp. 1.500,00
Piutang pegawai Rp. 982,00
Deposito berjangka Rp. 5.000,00
Dana untuk deviden Rp. 8.000,00
Dana untuk pajak Rp. 38.972,00
Kas Rp. 74.049,00
2. Data-data berikut ini berhubungan dengan PT Indah Jaya:
a. Pada tanggal 31 Juli 2007 diketahui saldo laporan bank sebesar Rp.
74.875,00 termasuk pembebanan biaya bank Rp. 235,00 yang belum
dilaporkan perusahaan. Tetapi kemudian dicatat dalam buku perusahaan
dalam bulan September.
b. Saldo rekening kas dalam buku besar tanggal 31 Juli 2007 Rp. 66.715,00
c. Cek yang beredar per 31 Juli 2007 berjumlah Rp. 13.475,00 dan penerimaan
yang belum disetor berjumlah Rp. 5.080,00
d. Saldo laporan bank per 31 Juli 2007 sebesar Rp. 78.265,00 penerimaan
tercatat Rp. 105.360,00 dan pengeluaran Rp. 101.970,00 pengeluaran
tersebut termasuk biaya bank yang belum dilaporkan ke perusahaan sebesar
Rp. 270,00
e. Dalam buku besar perusahaan, rekening kas menunjukkan angka Rp.
80.435,00 penerimaan Rp. 104.405,00 dalam bulan Agustus. Sedangkan cek
yang dikeluarkan berjumlah Rp. 90.450,00. Penerimaan yang masih dalam
perjalanan sebesar Rp. 4.125,00 dan cek yang belum diuangkan berjumlah
Rp. 2.225,00
Diminta
Siapkan laporan rekonsiliasi 4 kolom dengan bentuk saldo bank
direkomendasikan ke saldo buku. Siapkan juga adjustment-nya.
3. PT. Bali Indah telah menentukan kebijakan bahwa semua uang tunainya
disimpan dalam bentuk rekening giro di BNI, dan hanya kas kecil yang
diselenggakan dengan imprest system sebesar Rp. 100.000,00 ada di
perusahaan. Semua pengeluaran termasuk pengisian kas kecil menggunakan
cek. Pada akhir 2007 pemegang buku perusahaan telah membuat rekomendasi
bank sebagai berikut:
Saldo per buku Rp. 3.586.000,00
Ditambah
Penerimaan yang telah didebet dalam rekening bank tetapi belum disetor
sampai dengan tanggal 31 Desember 2007 Rp. 485.983,00
Cek mundur dari langganan ditolak bank, cek itu ada di perusahaan dan
tidak ada pencatatan pada saat cek ditolak oleh bank Rp. 20.000,00
Biaya administrasi bank bulan Desember Rp. 1.126,00
Rp. 4.093.368,00
Dikurangi
Cek yang masih beredar Rp. 467.109,00
Pelunasan wesel tagih oleh seorang debitur via bank sesuai dengan kredit
memo dari bank (30-12-07) Rp. 40.000,00
Koreksi pembukuan atas sebuah cek untuk pelunasan hutang sebesar Rp.
70.611,00 yang dicatat terlalu kecil Rp. 23.798,00
Rp. 530.907,00
Saldo per bank Rp. 3.562.481,00
Diminta
Siapkan rekonsiliasi yang benar dengan menggunakan bentuk saldo bank dan
saldo buku dikoreksi dan siapkan adjustment yang diperlukan.
Ditambah
- Pelunasan wesel tagih Rp. 40.000,00
Rp. 3.626.279,00
Dikurangi
- Penerimaan belum disetor Rp. 485.000,00
- Biaya bank Rp. 1.126,00
- Koreksi pembukuan Rp. 23.798,00
- Cek mundur Rp. 20.000,00
Rp. 530.907,00
Saldo buku setelah dikoreksi Rp. 3.095.372,00
4. Data berikut ini diperoleh dari PT. ITA ketika petugas pembukuan sedang
mempersiapkan laporan rekonsiliasi bank:
Saldo per buku Rp. 1.469.271,00
Setoran dalam perjalanan Rp. 261.523,00
Pembebanan biaya bank Rp. 2.100,00
Cek yang masih beredar Rp. 307.951,00
Wesel yang berhasil ditagih bank termasuk bunga
Rp. 4.500,00 tetapi perusahaan belum diberi tahu Rp. 104.500,00
Kesalahan telah dibuat oleh bank yaitu cek yang
ditarik PT. ATI dibebankan pada rekening PT. ITA Rp. 61.708,00
Penjualan oleh pemegang buku telah dicatat Rp. 179.200,00 seharusnya Rp.
172.900,00
Diminta
Siapkan jurnal yang diperlukan untuk menyesuaikan rekening kas.
Jurnal adjustment yang diperlukan
Biaya lain-lain Rp. 2.100,00
Penjualan Rp. 6.300,00
Kas Rp. 96.100,00
Hutang wesel Rp. 100.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.500,00
BAB III
SURAT BERHARGA
PENDAHULUAN
Meskipun kas merupakan aktiva yang paling berharga dibandingkan
dengan aktiva lainnya, tetapi kas merupakan aktiva yang tidak produktif. Oleh
karena itu, jika di perusahaan terdapat uang yang melebihi kebutuhan, perusahaan
dapat menginvestasikannya sehingga dapat diperoleh penghasilan.
Karena jangka waktu tidak terpakainya uang kas tersebut relatif singkat,
maka investasinya juga harus dilakukan dalam jangka waktu yang singkat pula.
Investasi itu biasanya dalam bentuk surat berharga, dimana di neraca termasuk
kelompok aktiva lancar.
3.1. Bentuk dan Karakteristik
Investasi yang bertujuan untuk memanfaatkan adanya uang kas yang
menganggur dapat dilakukan dalam bentuk antara lain:
1. Sertifikat Deposito (short term paper)
2. Saham (marketable equity securities)
3. Obligasi (marketable debt securities)
Di dalam PAI Bab IV pasal 2.2.3. dinyatakan bahwa untuk dapat
diklasifikasikan sebagai investasi jangka pendek, surat berharga tersebut diatas
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai pasaran dan dapat diperjualbelikan
2. Dimaksudkan untuk dijual dalam jangka waktu dekat bila terdapat kebutuhan
dana untuk kegiatan umum perusahaan
3. Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain
Surat berharga dikatakan mempunyai pasaran apabila surat berharga
tersebut diperdagangkan di bursa saham. Sampai saat ini, surat berharga yang
diperdagangkan di bursa saham di Indonesia masih terbatas pada saham dan
obligasi dari perusahaan yang go public dan sertifikat PT. Danareksa.
b. Asset Approach
Dalam pendekatan ini bunga berjalan dicatat dengan mendebet rekening
Piutang Pendapatan Bunga
CONTOH SOAL 1
1. Dibeli tunai 300 lembar saham biasa PT. Unilever nominal Rp. 10.000,00
per lembar, kurs 158, dan biaya provisi Rp. 60.000,00
2. Dibeli tunai 200 lembar saham biasa PT. Unilever nominal Rp. 10.000,00
per lembar, kurs 178, dan biaya provisi Rp. 40.000,00
3. Dibeli tunai 250 lembar obligasi PT. Papan Sejahtera, nominal Rp.
10.000,00 per lembar, bunga 18% per tahun yang dibayar tiap - 1/10, kurs
105, biaya komisi Rp. 25.000,00. Pembelian dilakukan 1 Februari 2007
4. Pada 1 Oktober 2007, dibeli tunai 150 lembar obligasi PT. Jasa Marga,
nominal Rp. 50.000,00 per lembar, bunga 12% per tahun yang dibayar -
1/8. Untuk pembelian ini perusahaan membayar seluruhnya Rp.
7.400.000,00
5. Pada 1 Oktober 2007 dibeli lagi obligasi PT. Papan Sejahtera, nominal Rp.
10.000,00 per lembar, sebanyak 100 lembar, bunga 18% per tahun yang
dibayar - 1/10.
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas (bunga berjalan dicatat dengan
Income Approach dan Asset Approach)
Pembahasan
1. Surat berharga saham PT. Unilever Rp. 4.800.000,00
Kas Rp. 4.800.000,00
Perhitungan
- Kurs 300 x Rp. 10.000,00 x 158% = Rp. 4.740.000,00
- Biaya materai dan provisi = Rp. 60.000,00
- Harga perolehan saham = Rp. 4.800.000,00
2. Penerimaan Penghasilan
Selama dimiliki, surat berharga diharapkan dapat menghasilkan penghasilan
yang berupa:
Deviden untuk investasi dalam bentuk saham
Bunga untuk investasi dalam bentuk obligasi dan deposito
Pencatatan atas penerimaan penghasilan investasi ini tergantung pada bentuk
surat berharganya. Untuk saham, penghasilan yang diterima dicatat dalam
rekening Pendapatan Deviden. Sedangkan untuk obligasi, penghasilan yang
diterima dicatat dalam rekening Pendapatan Bunga dengan memperhatikan
pendekatan yang dipergunakan pada saat pembelian/perolehan.
Pada akhir periode akuntansi perlu dibuat jurnal penyesuaian, jika akhir
periode akuntansi tersebut tidak tepat dengan pembayaran bunga obligasi. Tujuan
jurnal penyesuaian tersebut adalah untuk mengakui berapa bunga obligasi yang
sudah menjadi hak pada periode yang bersangkutan. Kemudian untuk
memudahkan pencatatan, pada awal periode berikutnya perlu dibuat jurnal
penyesuian kembali.
CONTOH SOAL 3
(Lihat contoh soal 1)
Misalnya untuk obligasi PT. Papan Sejahtera karena bunga selanjutnya akan
dibayar pada tanggal 1 April 2008, maka pada:
31 Desember 2007 Bunga yang diterima Rp. 112.500,00
Pendapatan bunga Rp. 112.500,00
Keterangan
Jurnal diatas untuk mencatat bunga yang harus diakui pada
tahun 2008
1 Januari 2008 Pendapatan bunga Rp. 112.500,00
Bunga yang akan diterima Rp. 112.500,00
3. LIFO
Di dalam metode ini dianggap bahwa surat berharga yang dijual dibebani
dengan harga perolehan dari pembelian yang terakhir kali, dan apabila tidak
mencukupi disusul dengan harga perolehan dari pembelian sebelumnya.
CONTOH SOAL 4
(Lihat contoh soal 1)
1. Dijual secara tunai 400 lembar saham biasa PT. Unilever dengan kurs 184,
biaya penjualan Rp. 60.000,00
2. Pada 1 September 2008 dijual tunai 200 lembar obligasi PT. Papan
Sejahtera, kurs 104, biaya penjualan Rp. 10.000,00
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas (untuk saham digunakan metode
a. FIFO, b. AVERAGE, c. LIFO)
Pembahasan 1
a. FIFO
Kas Rp. 7.300.000,00
Surat berharga saham PT. Unilever Rp. 6.600.000,00
Laba penjualan surat berharga Rp. 700.000,00
Perhitungan
- Harga jual = 400 x Rp. 10.000,00 x 184% = Rp. 7.360.000,00
- Biaya penjualan = Rp. 60.000,00
- Jumlah kas yang diterima = Rp. 7.300.000,00
- Harga perolehan saham yang dijual:
300 x (Rp. 4.800.000,00 : 300) = Rp. 4.800.000,00
100 x (Rp. 3.600.000,00 : 200) = Rp. 1.800.000,00
= Rp. 6.600.000,00
- Laba penjualan surat berharga = Rp. 700.000,00
b. AVERAGE
Kas Rp. 7.300.000,00
Surat berharga saham PT. Unilever Rp. 6.800.000,00
Laba penjualan surat berharga Rp. 500.000,00
Perhitungan
- Jumlah kas yang diterima = Rp. 7.300.000,00
- Harga perolehan saham yang dijual:
400 x (Rp. 16.000,00 + Rp. 18.000,00) = Rp. 6.800.000,00
- Laba penjualan surat berharga = Rp. 500.000,00
c. LIFO
Kas Rp. 7.300.000,00
Surat berharga saham PT. Unilever Rp. 6.800.000,00
Laba penjualan surat berharga Rp. 500.000,00
Perhitungan
- Jumlah kas yang diterima = Rp. 7.300.000,00
- Harga perolehan saham yang dijual:
200 x Rp. 18.000,00 = Rp. 3.600.000,00
200 x Rp. 16.000,00 = Rp. 3.200.000,00
= Rp. 6.800.000,00
- Laba penjualan surat berharga = Rp. 500.000,00
Pembahasan 2
Kas Rp. 2.220.000,00
Rugi penjualan surat berharga Rp. 50.000,00
Surat berharga Obligasi PT. Jasa M. Rp.
2.120.000,00
Pendapatan bunga Rp. 150.000,00
Perhitungan
- Harga jual = 200 x Rp. 10.000,00 x 104% = Rp. 2.080.000,00
- Biaya penjualan = Rp. 10.000,00
- Jumlah harga jual = Rp. 2.070.000,00
- Bunga berjalan 5 bulan:
5/12 x 18% x Rp. 2.000.000,00 = Rp. 150.000,00
- Jumlah kas yang diterima = Rp. 2.220.000,00
CONTOH SOAL 5
Informasi berikut berhubungan dengan transaksi surat berharga yang
dilakukan oleh PT Saint:
Tahun 2007
1. Pada tanggal 15 Oktober 2007 dibeli secara tunai 50 lembar saham
biasa PT Sepatu Bata, nominal Rp. 12.000.000,00 biaya pembelian
sebesar Rp. 187.000,00
2. Pada tanggal 20 Desember 2007 dibeli secara tunai 50 lembar obligasi
PT. Jasa Marga, nominal Rp. 6.750.000,00 biaya pembelian Rp.
250.000,00 bunga 10% yang dibayarkan tiap 30 September dan 30 Juni
3. Pada tanggal 31 Desember 2007 diketahui bahwa harga pasar saham
biasa PT. Sepatu Bata adalah Rp. 11.870.625,00 dan harga pasar
obligasi PT. Jasa Marga adalah Rp. 7.032.500,00
Tahun 2008
Pada tanggal 30 Juni 2008 dijual semua saham dan obliasi dengan harga
Rp. 20.000.000,00
Diminta
1. Siapkan jurnal adjustment yang diperlukan pada tanggal 31 Desember
2007, jika perusahaan menilai surat berharga yang dinilai dengan:
a. Cost Method
b. COMWIL yang diterapkan secara agregate
c. COMWIL yang diterapkan secara individual
d. Market Method
2. Siapkan jurnal untuk mencatat penjualan surat berharga pada tahun
2008, jika perusahaan menggunakan metode:
a. COMWIL yang diterapkan secara agregate
b. Market Method
Pembahasan
Surat Berharga Cost Market LCOM-individu
- Saham Rp. 12.187.500,00 Rp. 11.870.625,00 Rp. 11.870.625,00
- Obligasi Rp. 7.000.000,00 Rp. 7.032.500,00 Rp. 7.000.000,00
Total Rp. 19.187.500,00 Rp. 18.903.125,00 Rp. 18.870.625,00
1.a. Tidak diperlukan jurnal adjustment, sebab surat berharga dinilai sebesar
cost-nya yaitu sebesar Rp. 19.187.500,00
1.b. Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga Rp. 284.375,00
Cadangan Penurunan Nilai S.B. Rp. 284.375,00
Keterangan
Kalau dilihat pada tabel diatas ternyata total harga pasar lebih rendah
jika dibandingkan denganharga perolehannya. Oleh karena itu surat
berharga dinilai dan disajikan di neraca sebesar harga pasarnya uaitu
sebesar Rp. 18.903.125,00. Sedangkan kerugian yang akan diakui
adalah Rp. 19.187.500,00 Rp. 18.903.125,00 = Rp. 284.375,00
1.c. Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga Rp. 316.875,00
Cadangan Penurunan Nilai S.B. Rp. 316.875,00
Keterangan
Kalau dilihat pada tabel diatas ternyata nilai saham harga pasarnya
lebih rendah dari harga perolehannya, sehingga saham harus dinilai
sebesar Rp. 11.870.625,00 dan kerugian yang diakui Rp.
12.187.500,00 Rp. 11.870.625,00 = Rp. 316.875,00
Sedangkan untuk obligasi ternyata harga pasarnya lebih tinggi dari
harga perolehannya, sehingga tidak diperlukan perubahan apapun.
1.d. Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga Rp. 316.875,00
Cadangan Penurunan Nilai S.B. Rp. 316.875,00
- Surat berharga obligasi Rp. 32.500,00
Apprisal Capital Kenaikan Nilai
Surat Berharga Rp. 32.500,00
2.a. Kas Rp. 20.000.000,00
Cadangan Penurunan Nilai S.B. Rp. 284.375,00
Surat berharga saham Rp. 12.187.500,00
Surat berharga obligasi Rp. 7.000.000,00
Laba Rp. 1.096.875,00
Pembahasan
1. Surat berharga obligasi 8% Rp. 103.240,00
Pendapatan bunga Rp. 3.000,00
Kas Rp. 106.240,00
Perhitungan
102,5% x Rp. 100.000,00 = Rp. 102.500,00
Komisi = Rp. 740,00
Total = Rp. 103.240,00
2. Surat berharga saham biasa Rp. 257.200,00
Kas Rp. 257.200,00
Perhitungan
Harga beli 1000 x Rp. 256,00 = Rp. 256.000,00
Komisi = Rp. 1.200,00
Total = Rp. 257.200,00
3. Kas Rp. 4.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.000,00
Perhitungan
6/12 x 8% x Rp. 100.000,00 = Rp. 4.000,00
4. Kas Rp. 78.300,00
Surat berharga saham biasa Rp. 77.160,00
Laba penjualan surat berharga Rp. 1.140,00
Perhitungan
Harga jual 300 x Rp. 261,00 = Rp. 78.300,00
Harga perolehan
300 : 1000 x Rp. 257.200,00 = Rp. 77.160,00
Laba penjualan = Rp. 1.140,00
5. Kas Rp. 61.800,00
Rugi penjualan surat berharga Rp. 144,00
Surat berharga obligasi Rp. 61.944,00
Perhitungan
Harga jual 103% x Rp. 60.000,00 = Rp. 61.800,00
60.000
Harga perolehan x Rp. 103.240,00 = Rp. 61.944,00
100.000
Rugi penjualan = Rp. 144,00
6. Sertifikat deposito Rp. 20.000,00
Kas Rp. 20.000,00
Pembahasan
Jurnal Penjualan tanggal 30 Juni 2007 (1)
Kas Rp. 6.000,00
Cadangan penurunan nilai Rp. 750,00
Rugi penjualan Rp. 750,00
Surat berharga Rp. 7.500,00
PENDAHULUAN
Bagi suatu perusahaan, baik perusahaan dagang maupun perusahaan
manufaktur, salah satu cara untuk memperluas dan memperbesar omzet penjualan
antara lain adalah dengan melakukan penjualan secara kredit. Sebagai akibat dari
transaksi penjualan secara kredit tersebut, timbul berbagai persoalan di dalam
akuntansinya. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya tenggang waktu antara
barang yang diserahkan kepada pembeli dengan saat pembayarannya, sehingga
mengakibatkan adanya kemungkinan tidak seluruh harga yang telah disepakati
dapat direalisasikan menjadi uang.
CONTOH SOAL
PT. XYZ menetapkan bahwa kepada pembeli akan diberikan trade discount
10% apabila membeli diatas 100 unit. PT. ABC telah melakukan pembelian
sebanyak 150 unit dengan harga Rp. 2.000,00 per unitnya.
Jurnal: Piutang dagang Rp. 270.000,00
Potongan penjualan Rp. 30.000,00
Penjualan Rp. 300.000,00
Perhitungan
- Hasil penjualan = 150 x Rp. 2.000,00 = Rp. 300.000,00
- Pot. Penjualan = 10% x Rp. 300.000,00 = Rp. 30.000,00
- Yang dibebankan kepada PT. ABC = Rp. 270.000,00
3. Retur Penjualan
Retur penjualan terjadi jika barang yang sudah dikirimkan kepada pembeli
dikembalikan ke perusahaan karena rusak, susut, dan sebagainya. Oleh karena
jangka waktu penjualan dan penjualan retur mungkin melewati akhir periode
akuntansi, maka perlu dibentuk cadangan penjualan retur berdasarkan
pengalaman yang lalu.
Adapun cara pencatatannya adalah dengan memperhatikan hal-hal di bawah
ini:
a. Jika penjualan retur jarang terjadi, maka pencatatannya adalah dengan
mendebet rekening Retur Penjualan dan mengkredit rekening Piutang
Dagang
b. Jika retur penjualan sering terjadi, maka pencatatannya adalah dengan
mendebet rekening Retur Penjualan dan mengkredit rekening Cadangan
Retur Penjualan dimana di neraca disajikan sebagai pengurang Piutang
Dagang. Apabila benar-benar terjadi retur penjualan, maka pencatatannya
adalah dengan mendebet rekening Cadangan Retur Penjualan dan
mengkredit rekening Cadangan Retur Penjualan dan mengkredit rekening
Piutang Dagang.
CONTOH SOAL
1. Pada 28 Desember 2007 PT. Asyik menjual barang secara kredit (1 bulan)
seharga Rp. 500.000,00
2. Pada 31 Desember 2007 ditaksir bahwa retur penjualan yang mungkin
terjadi sebesar 10%
3. Pada 10 Januari 2008 pembeli mengembalikan barang yang dibeli senilai
Rp. 50.000,00
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas
Pembahasan
1. Piutang dagang Rp. 500.000,00
Penjualan Rp. 500.000,00
2. Retur penjualan Rp. 50.000,00
Cadangan retur penjualan Rp. 50.000,00
3. Cadangan retur penjualan Rp. 50.000,00
Piutang dagang Rp. 50.000,00
4. Ongkos Angkut
Apabila penjualan barang dilakukan dengan syarat POB Destination, maka
mungkin saja dengan persetujuan antara pembeli dan penjual, ongkos angkut
ditanggung oleh penjual. Oleh karena itu, jika pada akhir periode terdapat
barang yang sudah dikirim ke pembeli dan ongkos angkut dibayar oleh
pembeli, maka penjual perlu membuat jurnal, yaitu dengan mendebet rekening
Ongkos Angkut dan mengkredit rekening Cadangan Ongkos Angkut
dimana di neraca disajikan dengan mengurangkan dari Piutang Dagang. Pada
awal periode berikutnya perlu dibuat jurnal penyesuaian kembali.
CONTOH SOAL
Pada 31 Desember 2007 didalam pencatatan PT Seis terdapat piutang sebesar
Rp. 50.000,00 dengan ongkos angkut sebesar Rp 500,00 yang menjadi
tanggungan perusahaan, tetapi telah dibayar lebih dulu oleh pembeli. Oleh
karena itu pada akhir tahun tersebut harus mempersiapkan jurnal:
Ongkos angkut Rp. 500,00
Cadangan ongkos angkut Rp. 500,00
Pada awal tahun 2008 perlu dibuat jurnal penyesuaian kembali sebagai berikut:
Cadangan ongkos angkut Rp. 500,00
Ongkos angkut Rp. 500,00
CONTOH SOAL
Berikut ini data yang berhubungan dengan piutang dagang PT. ABC selama tahun
2007:
1. Penjualan secara kredit Rp. 200.000,00
2. Retur penjualan Rp. 10.000,00
3. Penerimaan kas dari penagihan piutang dagang Rp. 75.000,00
4. Potongan penjualan Rp. 5.000,00
5. Piutang yang dihapus Rp. 15.000,00
6. Penerimaan kas dari piutang yang dihapus:
a. dihapus tahun 2007 Rp. 4.000,00
b. dihapus tahun 2006 Rp. 3.000,00
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas dan jurnal adjustment pada akhir
tahun 2007, jika digunakan metode:
a. Langsung b. Cadangan (ditaksir kerugian piutang 5%)
Pendekatan Laba-Rugi
Dalam pendekatan ini besarnya kerugian piutang ditentukan dari data yang
tersedia dalam Laporan Laba-Rugi, yaitu data penjualan selama periode yang
bersangkutan. Dasar pemikirannya adalah bahwa piutang timbul dari aktivitas
penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Oleh karenanya besar kecilnya
kerugian piutang banyak tergantung pada besar kecilnya penjualan yang terjadi
pada periode yang bersangkutan. Sedangkan besarnya taksiran persentase
kerugian umumnya didasarkan pada pengalaman yang lalu.
Cara pencatatan yang dilakukan adalah sama dengan apa yang telah
dibahas dimuka dengan tanpa memperhatikan besarnya saldo rekening cadangan
yang ada sebelumnya.
CONTOH SOAL
Dari neraca saldo PT Harvo pada 31 Desember 2007 diketahui bahwa:
Piutang dagang Rp. 915.000,00
Penyisihan kerugian piutang (Rp. 17.100,00)
Penjualan kredit Rp. 5.300.000,00
Potongan penjualan Rp. 115.000,00
Retur penjualan Rp. 135.000,00
Diminta
Siapkan jurnal adjustment pada 31 Desember 2007 untuk mencatat kerugian
piutang, apabila diketahui bahwa persentase kerugian piutang selama lima tahun
terakhir adalah: 1%, 0,5%, 1,5%, 2%, 1%
Pembahasan
Rata-rata kerugian piutang lima tahun terakhir adalah:
(1% + 0,5% + 1,5% + 2% + 1%) : 5 = 1,2%
Penjualan kredit = Rp. 5.300.000,00
Potongan penjualan (Rp. 115.000,00)
Retur penjualan (Rp. 135.000,00)
Penjualan kredit bersih = Rp. 5.050.000,00
Kerugian piutang = 1,2% x Rp. 5.050.000,00 = Rp. 110.000,00
Jurnal Adjustment
Kerugian piutang Rp. 110.000,00
Penyisihan kerugian piutang Rp. 110.000,00
Keterangan
Dalam metode ini saldo cadangan sebelumnya tidak diperhatikan, sehingga cara
penyajian piutang di neraca adalah sebagai berikut:
Piutang dagang = Rp. 915.000,00
Penyisihan kerugian piutang =
Rp. 17.100,00 + Rp. 110.000,00 = (Rp. 127.100,00)
Rp. 787.900,00
Pendekatan Neraca
Dalam pendekatan ini kerugian piutang ditentukan dari data yang tersedia
dalam neraca, yaitu saldo piutang pada akhir periode akuntansi. Dasar
pemikirannya adalah bahwa piutang yang tidak tertagih timbul karena perusahaan
mempunyai piutang. Oleh karena itu, besar kecilnya kerugian piutang banyak
bergantung pada besar kecilnya piutang. Sedangkan besarnya persentase kerugian
biasanya didasarkan pada pengalaman yang telah lalu.
Cara pencatatannya adalah sama dengan yang telah dibahas dimuka dengan
mempertimbangkan bearnya saldo rekening cadangan yang ada.
Dalam pendekatan ini dikenal tiga cara penaksiran yang sering digunakan,
yaitu:
1. Saldo cadangan kerugian piutang periode yang lalu ditambah dengan
persentase tertentu dari saldo piutang akhir periode akuntansi yang berjalan
2. Saldo cadangan kerugian piutang periode yang lalu ditambah sampai
persentase tertentu dari saldo piutang akhir periode akuntansi yang berjalan
3. Saldo cadangan kerugian piutang ditambah sampai jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan analisa umur piutang (Aging Schedule)
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada umumnya
rekening cadangan mempunyai saldo rekening cadangan debet, yang berarti
negatif. Cadangan kerugian piutang akan bersaldo debet apabila penghapusan
piutang lebih besar dari saldo cadangan yang tersedia. Sebaliknya, cadangan
kerugian piutang akan bersaldo kredit apabila penghapusan piutang lebih kecil
dari saldo cadangan yang ada.
CONTOH SOAL
Pada tanggal 31 Desember 2007 neraca saldo PT. Tako menunjukkan saldo
sebagai berikut:
- Piutang dagang Rp. 6.000.000,00
- Penyisihan kerugian piutang Rp. 300.000,00 (K)
Sedangkan buku besar pembantu piutang menunjukkan saldo-saldo sebagai
berikut:
PT. A Rp. 1.500.000,00 15 November 2007
PT. B Rp. 750.000,00 12 Desember 2007
PT. C Rp. 1.250.000,00 9 Oktober 2007
PT. D Rp. 1.000.000,00 3 Maret 2007
PT. E Rp. 400.000,00 11 Juni 2007
PT. F Rp. 1.100.000,00 17 November 2007
Catatan
Termyn 2/10 n/30
Tanggal yang tercantum di buku besar pembantu adalah tanggal terjadinya
penjualan kredit
Diminta
Siapkan jurnal adjustment yang diperlukan pada tanggal 31 Desember 2007 jika:
1. Saldo cadangan ditambah dengan 5% dari saldo piutang
2. Saldo cadangan ditambah sampai 15% dari saldo piutang
3. Saldo cadangan ditambah sampai jumlah dari hasil analisa umur piutang, jika
diketahui bahwa pengalaman perusahaan yang berhubungan dengan kerugian
piutang adalah sebagai berikut:
- Belum menunggak 1%
- Menunggak 1-30 hari 4%
- Menunggak 31-60 hari 7%
- Menunggak 61-180 hari 10%
- Menunggak lebih dari 180 hari 40%
Pembahasan
1. Kerugian piutang Rp. 300.000,00
Penyisihan kerugian piutang Rp. 300.000,00
Perhitungan
Kerugian piutang 5% x Rp. 6.000.000,00 = Rp. 300.000,00
Penyajian piutang di neraca:
- Piutang dagang Rp. 6.000.000,00
- Penyisihan Kerugian Piutang Rp. 600.000,00 (K)
3. Untuk menjawab pertanyaan yang ketiga terlebih dahulu kita harus menyusun
Aging Schedule. Asumsi yang digunakan disini adalah bahwa semakin lama
umur piutang semakin besar resiko tidak tertagihnya. Dan karena umumnya
piutang timbul dari transaksi yang berbeda tanggalnya, maka umurnya juga
berbeda. Oleh karena itu, untuk menentukan kerugian piutang, saldo piutang
harus dianalisa menurut umurnya. Kemudian kerugian piutang ditentukan dari
masing-masing kelompok umur piutang tersebut. Adapun caranya adalah
sebagai berikut:
PT. Tako
Analisa Umur Piutang, 31 Desember 2007
Nama Belum Menunggak
Saldo
Debitur Menunggak 1-30 31-60 61-180 > 180
PT. A 1.500.000 - 1.500.000 - - -
PT. B 750.000 750.000 - - - -
PT. C 1.250.000 - - 1.250.000 - -
PT. D 1.000.000 - - - - 1.000.000
PT. E 400.000 - - - 400.000 -
PT. F 1.100.000 - 1.100.000 - - -
Jumlah 6.000.000 750.000 2.600.000 1.250.000 400.000 1.000.000
Jurnal
Kerugian piutang Rp. 339.000,00
Penyisihan kerugian piutang Rp. 339.000,00
Perhitungan
Kerugian piutang Rp. 639.000,00
Penyisihan kerugian piutang Rp. 300.000,00
Rp. 339.000,00
Penyajian piutang di neraca
- Piutang Rp. 6.000.000,00
- Penyisihan Kerugian Piutang Rp. 639.000,00 (K)
4.8. PENGGUNAAN PIUTANG DAGANG SEBAGAI
SUMBER UANG TUNAI
Jika pada suatu saat perusahaan mengalami kesulitan likuiditas, maka
perusahaan dapan menggunakan piutang yang dimiliki sebagai sumber uang tunai,
sebelum jatuh temponya. Adapun cara untuk memperoleh uang dengan
menggunakan piutang adalah:
1. Menjaminkan piutang (Pledging Account Receivable)
2. Menggadaikan piutang (Assigment of Account Receivable)
3. Menjual piutang (Factoring of Account Receivable)
CONTOH SOAL
1. PT. XYZ menggadaikan piutang dagang ke bank sebesar Rp. 500.000,00 dan
menerima uang Rp. 390.000,00 yang merupakan uang muka 80% setelah
dikurangi komisi sebesar 2 dari uang muka.
Jurnal: Piutang dagang yang digadaikan Rp. 500.000,00
Piutang dagang Rp. 500.000,00
Kas Rp. 390.000,00
Biaya komisi Rp. 10.000,00
Hutang bank Rp. 400.000,00
Jenis-jenis wesel
Secara umum jenis-jenis wesel dapat dilihat dari beberapa hal dibawah ini:
1. Dapat dan tidaknya dipindahtangankan kepada pihak lain, wesel dapat
dibedakan:
a. Wesel Atas Tunjuk
Yaitu wesel yang dapat dipindahtangankan dengan cara mendiskontokan
kepada pihak lain sebelum jatuh temponya
b. Wesel Atas Nama
Yaitu wesel yang pada tanggal jatuh temponya hanya dapat dibayarkan
kepada pihak (orang) yang namanya tercantum dalam surat wesel tersebut
2. Besar kecilnya pembayaran pada tanggal jatuh tempo wesel dapat dibedakan:
a. Wesel Tanpa Bunga
Yaitu wesel yang pada tanggal jatuh tempo (mature date) uang yang diterima
sama dengan nilai nominalnya. Dengan kata lain, nilai jatuh tempo sama
dengan nilai nominalnya.
b. Wesel Berbunga
Yaitu wesel yang pada tanggal jatuh temponya uang yang diterima sebesar
nilai nominal ditambah bunga yang diperhitungkan. Dengan kata lain, nilai
jatuh tempo lebih besar dari nilai nominalnya.
4.11. Akuntansi Piutang Wesel
Akuntansi terhadap piutang wesel meliputi beberapa transaksi, yaitu:
1. Saat terjadinya piutang wesel
Pada saat terjadinya piutang wesel, cara pencatatan yang dilakukan baik untuk
wesel berbunga atau wesel tidak berbunga sama saja, yaitu dengan mendebet
rekening Piutang Wesel dan mengkredit rekening Piutang Dagang. Pada
akhir periode jika wesel masih belum jatuh tempo, maka untuk wesel yang
berbunga perlu dibuat jurnal penyesuaian, dengan tujuan untuk mengakui
bunga yang sudah menjadi hak pada periode yang bersangkutan, dan untuk
mempermudah pembukuan selanjutnya, maka pada awal periode berikutnya
perlu dibuat jurnal penyesuaian kembali.
2. Saat jatuh tempo piutang wesel
Pada saat jatuh temponya piutang wesel cara pencatatannya adalah dengan
menghapuskan rekening Piutang Wesel. Tetapi seperti dikatakan dimuka
bahwa untuk wesel berbunga nilai jatuh temponya lebih besar dari nilai
nominalnya. Selisih tersebut merupakan bunga dan dicatat dalam rekening
Penghasilan Bunga.
Apabila pada saat jatuh tempo ternyata debitur tidak memenuhi kewajibannya,
maka dua alternatif pencatatan yaitu dirubah menjadi piutang dagang atau
dirubah menjadi piutang wesel yang baru
CONTOH SOAL
Wesel Tidak Berbunga Wesel Berbunga
a. Pada 1 November 2007 PT. A menerima wesel yang bernominal Rp.
500.000,00 tidak berbunga dan wesel yang bernominal Rp. 100.000,00 bunga
15%. Jangka waktu masing-masing tiga bulan dari PT. B untuk pembayaran
hutangnya
Piutang wesel 500.000 Piutang wesel 100.000
Piutang dagang 500.000 Piutang dagang 100.000
b. Pada 31 Desember 2007 jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Piutang bunga 2.500
Pendapatan bunga 2.500
(2/12 x 15% x Rp.100.000,00)
c. Pada tanggal 1 Januari 2008 jurnal penyesuaian kembali yang dibuat adalah:
Pendapatan bunga 2.500
Piutang bunga 2.500
d. Pada 1 Februari 2008 misalnya PT. B memenuhi kewajibannya, maka:
Kas 500.000 Kas 103.750
Piutang wesel 500.000 Piutang wesel 100.000
Pendapatan bunga 3.750*)
e. Pada 1 Februari 2008 misalnya PT. B tidak memenuhi kewajibannya, maka:
Piutang dagang 500.000 Piutang dagang 103.750
Piutang wesel 500.000 Piutang wesel 100.000
Pendapatan bunga 3.750
f. Pada saat berhasil ditagih, maka:
Kas 500.000 Kas 103.750
Piutang dagang 500.000 Piutang dagang 103.750
g. Pada 1 Februari 2008 misalnya PT. B tidak memenuhi kewajibannya dan
menggantinya dengan wesel yang baru, jangka waktu satu bulan, maka:
Piutang wesel 500.000 Piutang wesel 103.750
Piutang wesel 500.000 Piutang wesel 100.000
Pendapatan bunga 3.750
h. Pada tanggal 1 Maret 2008 PT. B memenuhi kewajibannya, maka:
Kas 500.000 Kas 103.750
Piutang wesel 500.000 Piutang wesel 103.750
2. Toko baru menjaminkan piutang sebesar Rp. 40.000,00 kepada bank. Dari bank
diterima uang sebesar 90% dari piutang yang dijaminkan dikurangi komisi
sebesar 3% dari jumlah uang yang diterima. Piutang sebesar Rp. 20.000,00
diterima pelunasannya dan dibayarkan kepada bank ditambah bunga Rp.
200,00
Piutang sebesar Rp. 18.000,00 diterima pelunasannya.
Jumlah yang masih terhutang pada bank dilunasi ditambah bunga Rp. 280,00
sisa piutang yang dijaminkan diperkirakan akan dapat ditagih sebanyak 75%
dan sisanya dihapuskan.
Diminta
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi diatas
Jurnal-jurnal terhadap transaksi Toko Baru:
1. Menjaminkan piutang kepada bank:
Piutang yang dijaminkan Rp. 40.000,00
Piutang Rp. 40.000,00
2. Penerimaan uang dari bank:
Kas Rp. 34.951,50
Biaya bunga Rp. 1.048,50
Hutang pada bank Rp. 36.000,00
Perhitungan
Piutang yang dijaminkan Rp. 40.000,00
Hutang pada bank = 90% x Rp. 40.000,00
Komisi 3% x (36.000 komisi)
Misalnya, jumlah komisi adalah x:
Maka x = 3% (36.000 x)
x = 1.080 0,03x
x 0,03x = 1.080
Jadi komisi = x = 1.080 :1,03 = Rp. 1.048,50
Penerimaan bersih = Rp. 34.951,50
BAB V
PERSEDIAAN 1
PENDAHULUAN
Dewasa ini akuntansi atas persediaan menjadi hal yang sangat penting bagi
suatu perusahaan, khususnya perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Hal
ini karena persediaan merupakan salah satu aktiva yang aktif perubahannya dan
merupakan bagian terbesar dari aktiva lancar atau total aktiva. Selain itu juga
karena sumber utama penghasilan perusahaan adalah dari penjualan barang
dagangan atau barang hasil produksinya.
5.1. Pengertian Persediaan
Menurut prinsip Akuntansi Indonesia Bab IV pasal 2.4.1. dinyatakan
bahwa istilah persediaan digunakan untuk menyatakan barang yang berwujud
yang:
Tersedia untuk dijual
Masih dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang
dalam proses/pengolahan)
Akan dipergunakan untuk produksi barang-barang jadi yang akan dijual (bahan
baku dan bahan pembantu) dalam rangka kegiatan usaha normal perusajaan
Persediaan meliputi barang-barang yang tersebut diatas, baik yang ada dalam
perusahaan, dalam perjalanan, ataupun yang dititipkan kepada pihak lain.
Tetapi untuk menentukan apakah suatu barang merupakan persediaan atau
bukan, harus diperhatikan sifat usaha perusahaan. Seperti misalnya mobil yang
dipajang di showroom oleh perusahaan dealer, merupakan persediaan. Tetapi
mobil yang digunakan untuk pengangkutan oleh perusahaan lain merupakan
aktiva tetap.
1. Perusahaan Dagang
Dalam perusahaan dagang umumnya hanya terdapat satu jenis persediaan,
yaitu Persediaan Barang Dagangan. Yang dimaksud dengan barang dagangan
adalah barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali tanpa merubah
bentuk fisiknya.
2. Perusahaan Manufaktur
Dalam perusahaan manufaktur, umumnya terdapat tiga jenis persediaan, yaitu:
a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material atau Direct Material)
Adalah barang yang akan menjadi bagian utama dari barang jadi dan secara
langsung digunakan dalam proses produksi, misalnya kayu untuk
perusahaan mebel. Sedangkan barang yang tidak secara langsung digunakan
dalam proses produksi dan menjadi bagian dari barang jadi tetapi jumlahnya
relatif kecil disebut Bahan Pembantu atau Bahan Penolong (Indirect
Material atau Factory Supplies), misalnya paku untuk perusahaan mebel.
b. Barang Dalam Pengolahan (Work in Process)
Adalah bahan baku yang telah dimasukkan dalam proses produksi tetapi
pada tanggal neraca masih belum selesai diolah, sehingga untuk dapat dijual
masih memerlukan proses lebih lanjut. Barang dalam pengolahan ini telah
menikmati biaya produksi, yaitu:
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung (direct labour) yaitu upah yang dibayarkan
kepada tenaga kerja yang langsung menangani proses produksi
Biaya overhead pabrik (factory overhead) yaitu biaya produksi selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
c. Barang jadi (Finished Goods)
Adalah barang yang sudah selesai diproses dan siap dijual, misalnya meja
dan kursi dalam perusahaan mebel.
Tetapi dalam beberapa hal, kadang-kadang sulit untuk menentukan apakah barang
itu merupakan barang jadi atau barang dalam pengolahan. Kriteria yang umum
adalah bahwa barang jadi adalah barang yang siap dijual.
4. Penjualan Angsuran
Untuk meningkatkan omzet penjualan, biasanya barang yang harganya relatif
tinggi sering dijual secara angsuran. Dalam hal ini, hak atas barang masih
berada pada penjual sampai harga barang tersebut dilunasi oleh pembeli,
sehingga pengurangan persediaan oleh penjual dan penambahan persediaan
oleh pembeli hanya sebesar jumlah uang yang diterima dan dibayarkan.
Penjualan angsuran ini akan dibahas lebih terinci dalam mata kuliah Advance
Accounting.
Kelemahannya:
Lebih banyak waktu, tenaga, dan biaya yang diperlukan untuk melakukan
pencatatan persediaan.
Agar lebih jelas perbedaan kedua sistem tersebut, berikut ini akan diberikan
contoh cara pencatatan untuk masing-masing sistem, yaitu:
Sistem Fisik Sistem Perpetual
1. Pada 3 Maret 2007 dibeli 20kg barang dengan harga Rp. 500,00 per kg
secara kredit.
Pembelian 10.000 Persediaan 10.000
Hutang 10.000 Hutang 10.000
2. Pada 5 Maret 2007 dikembalikan 5kg barang yang dibeli kepada penjual
karena rusak.
Hutang 2.500
Retur pembelian 2.500 Persediaan 2.500
3. Pada 11 Juni 2007 dijual secara kredit 10kg barang dagangan dengan harga
Rp. 600,00 per kg.
Piutang dagang 6.000 Piutang dagang 6.000
Penjualan 6.000 Penjualan 6.000
CGS 5.000
Persediaan 5.000
4. Pada 15 Juni 2007 diterima kembali 3kg barang dari pembeli karena rusak.
Retur penjualan 1.800 Retur penjualan 1.800
Piutang 1.800 Piutang 1.800
Persediaan 1.500
CGS 1.500
Potongan Pembelian
Adalah suatu potongan yang diterima perusahaan jika melakukan
pembayaran tunai pada waktu mengadakan pembelian barang. Potongan
pembelian ini secara teoritis harus dikurangkan dari harga perolehan persediaan.
Adapun cara pencatatannya adalah:
1. Pembelian dan Hutang dicatat Bruto
Dalam cara ini pembelian dan hutang dicatat sebesar harga faktur sebelum
dikurangi dengan potongan pembelian. Sedangkan potongan pembelian akan
dicatat jika benar-benar sudah diambil.
2. Pembelian dan Hutang dicatat Netto
Dalam cara ini pembelian dan hutang dicatat sebesar harga faktur setelah
dikurangi dengan potongan pembelian. Jika potongan pembelian tidak
diambil, dicatat sebagai kerugian yaitu dicatat dalam rekening Potongan
Pembelian yang Tidak Diambil.
3. Pembelian dicatat Netto dan Hutang dicatat Bruto
Dalam cara ini pembelian dicatat sebesar harga faktur setelah dikurangi
dengan potongan pembelian. Sedangkan hutang dicatat sebesar harga faktur.
Selisihnya dicatat dalam rekening Cadangan Potongan Pembelian yang akan
dihapuskan pada saat potongan pembelian tidak diambil, maka rekening
tersebut dihapuskan dan diakui adanya kerugian dengan mencatatnya dalam
rekening Potongan yang Tidak Diambil. Berikut ini akan diberikan contoh
penggunaan masing-masing metode tersebut diatas:
CONTOH SOAL
Cara 1 Cara 2 Cara 3
1. Pada 3 Maret 2007 PT. ABC membeli barang dagangan seharga Rp.
6.000,00 dengan term of payment 4/10 n/30
Pembelian 6.000 Pembelian 5.760 Pembelian 5.760
Hutang 6.000 Hutang 5.760 C.P.P 240
Hutang 6.000
2. Pada 10 Maret 2007 PT. ABC hutangnya, maka:
Hutang 6.000 Hutang 5.760 Hutang 6.000
Pot.Pembelian 240 Kas 5.760 C.P.P 240
Kas 5.760 Hutang 5.760
3. Misalnya PT. ABC membayar hutangnya pada 25 Maret 2007, maka:
Hutang 6.000 Hutang 5.760 Hutang 6.000
Kas 6.000 P.P.Y.T.D 240 P.P.Y.T.D 240
Kas 6.000 C.P.P 240
Kas 6.000
Keterangan
C.P.P. = Cadangan Potongan Pembelian
P.P.Y.D. = Potongan Pembelian yang Tidak Diambil
CONTOH SOAL
Persediaan barang dagangan PT. Agogo menunjukkan data sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga/Unit
01-11-2007 Persediaan awal 5000 Rp. 200,00
03-11-2007 Penjualan 1.500 Rp. 250,00
04-11-2007 Retur penjualan 250 -
05-11-2007 Pembelian 2500 Rp. 210,00
07-11-2007 Retur pembelian 250 -
09-11-2007 Pembelian 2.000 Rp. 205,00
12-11-2007 Penjualan 4.250 Rp. 275,00
15-11-2007 Penjualan 3.000 Rp. 270,00
20-11-2007 Pembelian 2.500 Rp. 225,00
24-11-2007 Pembelian 1.750 Rp. 210,00
28-11-2007 Penjualan 2.500 Rp. 260,00
Saudara sebagai asisten Akuntan Intern PT. Agogo diminta untuk:
1. Menentukan jumlah persediaan dan harga pokok penjualan per 30-11-2007
dengan menggunakan metode fisik dan perpetual.
- FIFO
- LIFO
- AVERAGE
2. Apabila diketahui selama bulan November diberi potongan tunai penjualan
sebesar Rp. 40.000,00 biaya penjualan Rp. 125.000,00 dan biaya administrasi
Rp. 60.000,00. Hitunglah laba kotor dan laba bersih jika menggunakan
metode:
- Perpetual
- FIFO
- LIFO
- AVERAGE
Jawaban dan Pembahasan
1. Sebagai langkah pertama, kita cari persediaan akhir per 30-11-2007
Saldo awal Rp. 5.000,00
Ditambah
Pembelian 05-11 Rp. 2.500,00
Pembelian 09-11 Rp. 2.000,00
Pembelian 20-11 Rp. 2.500,00
Pembelian 24-11 Rp. 1.750,00
Rp. 8.750,00
Retur penjualan Rp. 250,00
Rp. 9.000,00
Total Rp. 14.000,00
Dikurangi
Penjualan 03-11 Rp. 1.500,00
Penjualan 12-11 Rp. 4.250,00
Penjualan 15-11 Rp. 3.000,00
Penjualan 28-11 Rp. 2.500,00
Rp. 11.250,00
Retur pembelian Rp. 250,00
Rp. 11.500,00
Persediaan akhir (kuantitas) Rp. 2.500,00
Metode Fisik
FIFO
Persediaan akhir sebanyak 2.500 terdiri dari:
- Pembelian 24 November (1.750 x Rp. 210,00) = Rp. 367.500,00
- Pembelian 20 November (750 x Rp. 225,00) = Rp. 168.250,00
Harga Pokok = Rp. 536.250,00
LIFO
Persediaan akhir sebanyak 2.500 terdiri dari:
- Saldo awal (2.500 x Rp 200,00) = Rp. 500.000,00
WEIGHTED AVERAGE
Tanggal Keterangan Kuantitas Cost/Unit Total
1 Nov. Saldo awal 5.000 Rp. 200,00 Rp. 1.000.000,00
5 Nov. Pembelian 2.250 Rp. 210,00 Rp. 472.500,00
9 Nov. Pembelian 2.000 Rp. 205,00 Rp. 410.000,00
20 Nov. Pembelian 2.500 Rp. 225,00 Rp. 562.500,00
24 Nov. Pembelian 1.750 Rp. 210,00 Rp. 367.500,00
13.500 Rp. 2.812.500,00
Harga pokok rata-rata (Rp. 2.812.500,00 : 13.500) = Rp. 208,33
Jadi harga pokok persediaan akhir 2.500 x Rp. 208,33 = Rp. 520.825,00
Metode Perpetual
FIFO
Tgl. Masuk Keluar Saldo
2007 Q P Total Q P Total Q P Total
Nov. 1 - - - - - - 5.000 200 1.000.000
Nov. 3 - - - 1.500 200 300.000 700.000
Nov. 4 - - - (250) - (50.000) 750.000
Nov. 5 2.500 210 525.000 - - - 3.750 200 750.000
Nov. - - - - - - - - -
Nov. 7 (250) 210 (52.500) - - - 2.250 210 472.500
Nov. - - - - - - 3.750 205 750.000
Nov. 9 2.000 205 410.000 - - - 2.250 210 472.500
Nov. - - - - - - 2.000 205 410.000
- - - 3.750 200 750.000 1.750 210 367.500
Nov. 12 - - - 500 210 105.000 2.000 205 410.000
- - - 1.750 210 367.500 750 205 153.750
Nov. 15 - - - 1.250 205 256.250 - - -
- - - - - - 750 205 153.750
Nov. 20 2.500 225 562.500 - - - 2.500 225 562.500
- - - - - - 750 205 153.750
Nov. 24 1.750 210 367.500 - - - 2.500 225 562.500
- - - - - - 1.750 210 367.500
- - - 750 750 153.750 750 225 168.750
Nov. 28 - - - 1.750 225 393.750 1.750 210 367.500
LIFO
Tgl. Masuk Keluar Saldo
2007 Q P Total Q P Total Q P Total
Nov. 1 - - - - - - 5.000 200 1.000.000
Nov. 3 - - - 1.500 200 300.000 3.500 200 700.000
Nov. 4 - - - (250) 200 (50.000) 3.750 200 750.000
Nov. 5 2.500 210 525.000 - - - 3.750 200 750.000
- - - - - - 2.500 210 525.000
Nov. 7 (250) 210 (52.500) - - - 3.750 200 750.000
- - - - - - 2.250 210 472.500
Nov. 9 2.000 205 410.000 - - - 3.750 200 750.000
- - - - - - 2.250 210 472.500
- - - - - - 2.000 205 410.000
Nov. 12 - - - 2.000 205 410.000 3.750 200 750.000
- - - 2.250 210 472.500 - - -
Nov. 15 - - - 3.000 200 600.000 750 200 150.000
- - -
Nov. 20 2.500 225 562.500 - - - 750 200 150.000
- - - - - - 2.500 225 562.500
Nov. 24 1.750 210 367.500 - - - 750 200 150.000
- - - - - - 2.500 225 562.500
- - - - - - 1.750 210 367.500
Nov. 28 - - - 1.750 210 367.500 750 200 150.000
- - - 750 225 168.750 1.750 225 393.750
MOVING AVERAGE
Tgl. Masuk Keluar Saldo
2007 Q P Total Q P Total Q P Total
Nov. 1 - - - - - - 5.000 200 1.000.000
Nov. 3 - - - 1.500 200 300.000 3.500 200 700.000
Nov. 4 - - - (250) 200 (50.000) 3.750 200 750.000
Nov. 5 2.500 210 525.000 - - - 6.250 204 1.275.000
- - - - - -
Nov. 7 (250) 210 (52.500) - - - 6.000 204 1.224.000
- - - - - -
Nov. 9 2.000 205 410.000 - - - 8.000 206,75 1.654.000
- - - - - -
- - - - - -
Nov. 12 - - - 4.250 206,75 878.687,50 3.750 206,75 775.312,50
- - -
Nov. 15 - - - 3.000 206,75 620.250 750 206,75 155.062,50
- - -
Nov. 20 2.500 225 562.500 - - - 3.250 220,79 717.562,50
- - - - - -
Nov. 24 1.750 210 367.500 - - - 5.000 217,01 1.085.062,50
- - - - - -
- - - - - -
Nov. 28 - - - 2.500 217,01 542.525 2.500 217,01 542.537,50
- - -
Harga Pokok Penjualan
Besarnya harga pokok penjualan untuk masing-masing metode adalah
penjumlahan harga penjualan, seperti yang nampak dalam kolom keluar, yaitu:
- FIFO = Rp. 2.276.250,00
- LIFO = Rp. 2.291.630,00
- AVERAGE = Rp. 2.291.462,50
2. Laporan Laba Rugi
FIFO
Hasil penjualan:
- 1.500 x Rp. 250,00 = Rp. 375.000,00
- 4.250 x Rp. 275,00 = Rp. 1.168.750,00
- 3.000 x Rp. 270,00 = Rp. 810.000,00
- 2.500 x Rp. 260,00 = Rp. 650.000,00
Rp. 3.003.750,00
Dikurangi
- Retur penjualan 250 x Rp. 250,00 = Rp. 62.500,00
- Potongan penjualan = Rp. 40.000,00
Rp. 102.500,00
Penjualan bersih Rp. 2.901.250,00
Harga pokok penjualan Rp. 2.276.250,00
Laba kotor Rp. 625.000,00
Biaya operasi
- Biaya penjualan = Rp. 125.000,00
- Biaya administrasi = Rp. 60.000,00
Rp. 185.000,00
Laba bersih Rp. 440.000,00
LIFO
Hasil penjualan: Rp. 3.003.750,00
Dikurangi
- Retur penjualan = Rp. 62.500,00
- Potongan penjualan = Rp. 40.000,00
Rp. 102.500,00
Penjualan bersih Rp. 2.901.250,00
Harga pokok penjualan Rp. 2.268.250,00
Laba kotor Rp. 633.000,00
Biaya operasi
- Biaya penjualan = Rp. 125.000,00
- Biaya administrasi = Rp. 60.000,00
Rp. 185.000,00
Laba bersih Rp. 448.000,00
AVERAGE
Hasil penjualan: Rp. 3.003.750,00
Dikurangi
- Retur penjualan = Rp. 62.500,00
- Potongan penjualan = Rp. 40.000,00
Rp. 102.500,00
Penjualan bersih Rp. 2.901.250,00
Harga pokok penjualan Rp. 2.291.462,50
Laba kotor Rp. 609.787,50
Biaya operasi
- Biaya penjualan = Rp. 125.000,00
- Biaya administrasi = Rp. 60.000,00
Rp. 185.000,00
Laba bersih Rp. 424.787,50
CONTOH SOAL
PT. ABC menetapkan persediaan besi sebesar 300 unit @ Rp. 500,00. Pada
akhir tahun setelah dihitung ternyata sisa barang sebanyak 400 unit dengan
harga pasar @ Rp. 600,00
Nilai persediaan akhir:
- Persediaan besi 300 x Rp. 500,00 = Rp. 150.000,00
- Kelebihan diatas persediaan besi 100 x Rp. 600,00 = Rp. 60.000,00
Nilai persediaan akhir = Rp. 210.000,00
Jika persediaan akhir ternyata 250 unit, maka nilai persediaan adalah:
- Persediaan besi 300 x Rp. 500,00 = Rp. 150.000,00
- Kekurangan dibawah pers. besi 50 x Rp. 600,00 = Rp. 30.000,00
Nilai persediaan akhir = Rp. 120.000,00
CONTOH SOAL
Pada 29 Desember 2007 dibeli barang 200 unit @ Rp. 500,00. Persediaan
akhir pada 31 Desember 2006 ternyata 250 unit.
Nilai persediaan akhir adalah:
250 x Rp. 500,00 = Rp. 125.000,00
Jika jumlah persediaan akhir lebih kecil dari pembelian terakhir, maka metode
ini akan menghasilkan hasil yang sama dengan metode FIFO.
Pembahasan
LIFO Fisik
Barang tersedia untuk dijual Rp. 1.309.210,00
Persediaan akhir:
- 300 x Rp. 500,00 = Rp. 150.000,00
- 200 x Rp. 509,00 = Rp. 101.800,00
- 100 x Rp. 506,00 = Rp. 50.600,00
- 200 x Rp. 508,00 = Rp. 101.600,00
Rp. 404.000,00
CGS Rp. 905.210,00
- LIFO Perpetual tidak ada penjualan barang
3. Berikut ini adalah kegiatan PT. Arjuno yang menjual sejenis barang dimana
data pembelian, penjualan dan biaya usaha selama bulan Agustus 2008 adalah
sebagai berikut:
Pembelian:
Tanggal Kuantitas Harga/Unit
1-14 10.000 Rp. 350,00
15-31 15.000 Rp. 375,00
Penjualan:
Kuantitas Harga/Unit Biaya Usaha
10.000 Rp. 675,00 Rp. 2.700.000,00
Diminta
Jika perusahaan menggunakan metode Weighted Average, tentukan besarnya:
a. CGS b. Gross Profit c. Nett Income
Pembahasan
Penjualan: 10.000 x Rp. 675,00 = Rp. 6.750.000,00
Persediaan awal
Pembelian 10.000 x Rp. 350,00 = Rp. 3.500.000,00
15.000 x Rp. 375,00 = Rp. 5.625.000,00
Tersedia untuk dijual = Rp. 9.125.000,00
Persediaan akhir = Rp. 5.475.000,00*)
CGS = Rp. 3.650.000,00
Gross Profit = Rp. 3.100.000,00
Biaya usaha = Rp. 2.700.000,00
Nett Income = Rp. 400.000,00
Perhitungan
*)
Rata-rata tertimbang = Rp. 9.125.000,00 : 25.000
= Rp. 365,00 / unit
Persediaan akhir = (25.000 - 10.000) x Rp. 365,000
= Rp. 5.475.000,00
BAB VI
PERSEDIAAN 2
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan beberapa cara penilaian persediaan,
sedangkan yang dimaksud dengan penilaian adalah menentukan nilai persediaan
yang akan dicantumkan dalam neraca. Ada beberapa cara penilaian persediaan,
yaitu:
1. Metode Harga Pokok
Dalam metode ini persediaan akhir dinilai sebesar harga pokoknya, sehingga
tidak ada perbedaan antara harga pokok persediaan dengan nilai yang akan
dicantumkan dalam neraca. Cara menentukan harga pokok persediaan dapat
dilakukan dengan cara FIFO, AVERAGE, LIFO, dan sebagainya seperti yang
telah dijelaskan di muka.
2. Metode Taksiran
Dalam keadaan tertentu, penentuan nilai persediaan akhir perlu digunakan cara
taksiran. Yang lazim digunakan dalam praktek akuntansi adalah metode laba
kotor dan metode harga eceran yang akan dijelaskan berikut ini:
a. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa dalam jangka pendek tingkat
laba kotor dari penjualan akan relatif sama. Metode ini digunakan dalam
keadaan sebagai berikut:
Untuk keperluan penyusunan laporan keuangan jangka pendek (interim
financial statement) dimana sistem fisik yang digunakan, sedangkan
perhitungan fisik tidak memungkinkan
Untuk menaksir nilai persediaan yang rusak karena suatu sebab,
misalnya terbakar, terlanda banjir, dsb. Dalam hal ini, metode harga
kotor dapat digunakan jika sebagian catatan masih ada
Untuk menguji kebenaran jumlah persediaan yang dihitung dengan
metode lain
Untuk menentukan budget harga pokok penjualan, persediaan akhir
berdasarkan budget penjualan
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menerapkan metode
ini adalah:
Menentukan persentase laba kotor berdasarkan pengalaman tahun lalu.
Persentase ini bisa didasarkan pada penjualan atau harga pokok
penjualan (CGS)
Menunjukkan besarnya CGS dengan cara mengurangi penjualan bersih
dengan laba kotor
Menentukan nilai persediaan akhir dengan mengurangkan CGS dari
barang yang tersedia untuk dijual (persediaan awal ditambah dengan
pembelian)
CONTOH SOAL
Dari data PT. ABC diketahui:
Persediaan awal Rp. 200,00
Pembelian bersih Rp. 800,00
Penjualan bersih Rp. 600,00
Diminta
Hitunglah besarnya persediaan akhir jika diketahui bahwa:
1. Laba kotor = 15% dari penjualan
2. Laba kotor = 30% dari harga pokok penjualan (CGS)
Pembahasan
1. Laba kotor = 15% x Rp. 600,00 = Rp. 90,00
CGS kotor = Rp. 600,00 Rp. 90,00 = Rp. 510,00
Persediaan akhir = Rp. 200,00 + Rp. 800,00 Rp. 510,00 = Rp. 490,00
2. Penjualan = 30% + 100% = 130% = Rp. 600,00
Laba kotor = 30/130 x Rp. 600,00 = Rp. 138,00
Persediaan akhir = Rp. 200,00 + Rp. 800,00 Rp. 510,00 = Rp. 490,00
CONTOH SOAL
Pada tanggal 1 Oktober 2007 gudang dan sebagian gedung kantor PT. ABC
terbakar sehingga sebagian catatan dan persediaan ikut terbakar. Berikut ini
adalah sebagian data yang masih tersisa
Persediaan barang per 1 September 2007 Rp. 62.950,00
Saldo utang dagang per 1 September 2007 Rp. 56.500,00
Saldo piutang dagang per 1 September 2007 Rp. 62.800,00
Pengeluaran kas dan bank selama September 2007 Rp. 140.000,00
Penerimaan kas dan bank selama September 2007 Rp. 145.604,00
Saldo hutang dagang per 1 Oktober 2007 Rp. 61.500,00
Saldo piutang dagang per 1 Oktober 2007 Rp. 57.500,00
Sisa persediaan yang tidak terbakar Rp. 40.000,00
Taksiran laba kotor 35% dari penjualan
Diminta
Hitunglah besarnya barang yang terbakar
Pembahasan
Besarnya pembelian = Hutang akhir+Pembayaran hutangHutang awal
= Rp. 61.500,00 + Rp. 140.000,00 - Rp. 56.500,00
= Rp. 145.000,00
%
Menentukan besarnya penjualan bersih
Menentukan besarnya persediaan akhir menurut harga eceran yang
dihitung dengan mengurangi barang tersedia untuk dijual menurut harga
eceran dengan penjualan netto
Menentukan besarnya harga pokok persediaan akhir dengan cara
mengkalikan cost ratio dengan persediaan akhir menurut harga eceran
CONTOH SOAL
Dari data PT Mitra diketahui bahwa:
Persediaan per 1 Januari 2007:
- Menurut harga pokok Rp. 100.000,00
- Menurut harga eceran Rp. 125.000,00
Pembelian selama tahun 2007:
- Menurut harga pokok Rp. 2.250.000,00
- Menurut harga eceran Rp. 2.812.500,00
Penjualan selama tahun 2007 Rp. 2.750.000,00
Diminta
Hitunglah persediaan akhir menurut harga pokok
Pembahasan
Barang yang tersedia untuk dijual:
- Menurut harga pokok = Rp. 100.000,00 + Rp. 2.250.000,00
= Rp. 2.350.000,00
- Menurut harga eceran = Rp. 125.000,00 + Rp. 2.812.500,00
= Rp. 2.937.500,00
Rp. 2.350.000,00
Cost Ratio = Rp. 2.937.500,00 x 100% = 80%
Dari catatan Gama Departemen Store pada bulan Maret 2007, diperoleh
data sebagai berikut:
Penjualan Rp. 201.500,00
Retur penjualan Rp. 2.000,00
Additional Mark Up Rp. 17.900,00
Mark Down Rp. 24.000,00
Pembatalan kenaikan harga Rp. 4.000,00
Pembatalan penurunan harga Rp. 3.500,00
Ongkos angkut pembelian Rp. 3.500,00
Pembelian menurut harga pokok Rp. 61.000,00
Pembelian menurut harga eceran Rp. 94.500,00
Retur pembelian menurut harga pokok Rp. 2.500,00
Retur pembelian menurut harga eceran Rp. 3.400,00
Persediaan awal menurut harga pokok Rp. 125.000,00
Persediaan awal menurut harga eceran Rp. 170.000,00
Diminta
Hitunglah persediaan akhir menurut harga pokoknya
Pembahasan
Harga Pokok Harga Eceran
Persediaan awal Rp. 125.000,00 Rp. 170.000,00
Pembelian Rp. 61.000,00 Rp. 94.500,00
Retur pembelian Rp. 2.500,00 Rp. 3.400,00
Ongkos angkut pembelian Rp. 3.500,00 -
Additional Mark Up Rp. - Rp. 17.900,00
Pembatalan kenaikan harga ____________ Rp. 4.000,00
Barang yang tersedia utk dijual Rp. 187.000,00 Rp. 275.000,00
Rp. 187.000,00
Cost Ratio = Rp. 275.000,00 x 100% = 68%
CONTOH SOAL
Berikut ini data yang berhasil dikumpulkan untuk empat barang:
Harga Nilai Harga Taksiran Biaya Laba
Jenis barang
Pokok Ganti Jual Penjualan Normal
Delta 67 62 72 4 8
Sigma 220 212 222 12 8
Beta 19 20 24 3 1
Helga 93 87 97 5 4
Diminta
Jika digunakan metode LCOM untuk menilai persediaan, tentukan nilai
masing-masing barang yang akan dicantumkan dalam neraca
Pembahasan
Harga Nilai Batas Batas
Jenis barang LCOM
Pokok Ganti Atas Bawah
Delta 67 62 68* 60** 62
Sigma 220 212 210 202 210
Beta 19 20 21 20 19
Helga 93 87 92 88 88
Keterangan
*
Batas Atas = Harga jual Biaya jual = 72 4 = 68
**
Batas Bawah = Harga jual Biaya jual Laba normal = 72 4 8 = 60
Penerapan Penilaian Persediaan Berdasarkan Metode LCOM
Jika perusahaan memiliki beberapa kelompok persediaan, misalnya dalam
perusahaan manufaktur ada kelompok bahan baku, barang setengah jadi, barang
jadi, yang masing-masing terdiri dari beberapa jenis barang, maka metode ini
dapat diterapkan pada:
a. Setiap jenis barang
b. Setiap kelompok barang
c. Keseluruhan barang
CONTOH SOAL
Nama Barang Kuantitas Harga Pokok Harga Pasar
Per Unit Per Unit
Lemari es:
- Standar 8 Rp. 160,00 Rp. 172,00
- Deluxe 6 Rp. 200,00 Rp. 190,00
Televisi
- Portabel 4 Rp. 200,00 Rp. 210,00
- Kombinasi 2 Rp. 360,00 Rp. 350,00
Kompor
- Gas 10 Rp. 120,00 Rp. 130,00
- Listrik 8 Rp. 160,00 Rp. 150,00
Diminta
Hitunglah nilai persediaan dengan cara LCOM jika diterapkan pada:
a. Masing-masing persediaan
b. Kelompok persediaan
c. Seluruh persediaan
Pembahasan
Harga Harga LCOM
Pokok Pasar Per Jenis Per Kelompok Total
Lemari es
- Standar 1.280 1.376 1.280 - -
- Deluxe 1.200 1.140 1.140 - -
2.480 2.516 2.480
Televisi
Portabel 800 840 800 - -
Kombinasi 720 700 700 - -
1.520 1.540 1.520
Kompor
Gas 1.200 1.300 1.200 - -
Listrik 1.280 1.200 1.200 - -
2.480 2.500 2.480
6.480 6.556 6.320 6.480 6.480
Nilai persediaan barang dangan atas dasar:
- Jenis = Rp. 6.320,00
- Kelompok = Rp. 6.480,00
- Total = Rp. 6.480,00
Masing-masing cara diatas dapat dipergunakan untuk menilai persediaan barang
dengan ketentuan bahwa setiap cara diatas diterapkan secara konsisten.
CONTOH SOAL
Sejak akhir tahun 2007, PT. ABC memutuskan untuk menggunakan LCOM
sebagai dasar penilaian persediaan. Berikut ini data tentang persediaannya:
Harga Pokok Harga Pasar Selisih
Tanggal 1 Januari 2007 Rp. 1.500,00 - -
Tanggal 31 Desember 2007 Rp. 1.600,00 Rp. 1.400,00 Rp. 200,00
Tanggal 31 Desember 2008 Rp. 1.200,00 Rp. 1.120,00 Rp. 80,00
Cara pencatatan dengan ketiga metode diatas adalah:
1. a. Sistem Fisik
2007 2008
- Menutup persediaan awal:
CGS Rp. 1.500,00 Rp. 1.400,00
Persediaan Rp. 1.500,00 Rp. 1.400,00
- Mencatat persediaan akhir
dengan metode LCOM:
Persediaan Rp. 1.400,00 Rp. 1.120,00
CGS Rp. 1.400,00 Rp. 1.120,00
b. Sistem Perpetual
2007 2008
- Mengurangi persediaan akhir
dengan metode LCOM:
CGS Rp. 200,00 Rp. 80,00
Persediaan Rp. 200,00 Rp. 180,00
2. a. Sistem Fisik
2007 2008
- Menutup persediaan awal:
CGS Rp. 1.500,00 Rp. 1.400,00
Persediaan Rp. 1.500,00 Rp. 1.400,00
3. a. Sistem Fisik
2007 2008
- Menutup persediaan awal:
CGS Rp. 1.500,00 Rp. 1.400,00
Persediaan Rp. 1.500,00 Rp. 1.400,00
- Mencatat persediaan akhir
dan mengakui kerugian:
Persediaan Rp. 1.600,00 -
Rugi penurunan nilai Rp. 200,00 -
CGS Rp. 1.600,00 -
Cad. Penurunan nilai Rp. 200,00 -
Persediaan - Rp. 1.200,00
Cad. Penurunan nilai - Rp. 120,00
CGS - Rp. 1.200,00
Laba dr pengurangan - Rp. 120,00
CPN*
Keterangan:
*)
CPN = Cadangan Penurunan Nilai
b. Sistem Perpetual
2007 2008
- Mengurangi persediaan akhir
dengan metode LCOM:
Rugi penurunan nilai Rp. 200,00 -
Cad. penurunan nilai Rp. 200,00 -
- Menyesuaikan rekening
cadangan agar sesuai dengan
rugi turunnya nilai persediaan:
Cad. penurunan nilai - Rp. 120,00
Laba dari penurunan CPN - Rp. 120,00
CONTOH SOAL
Pada bulan Oktober 2007, PT ABC telah membuat kontrak pembelian senilai Rp.
120.000,00 dimana barang akan diterima pada bulan Februari 2008. Pada akhir
tahun 2008, diketahui bahwa harga pasar barang yang dipesan Rp. 100.000,00
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas
Pembahasan
1. Akhir tahun 2007:
Rugi dari kontrak pembelian Rp. 20.000,00
Taksiran rugi kontrak pembelian Rp. 20.000,00
Perhitungan:
Rugi = Rp. 120.000,00 Rp. 100.000,00 = Rp. 20.000,00
2. Pada saat barang diterima:
Pembelian (persediaan) Rp. 100.000,00
Taksiran rugi kontrak pembelian Rp. 20.000,00
Hutang dagang Rp. 120.000,00
CONTOH SOAL
Dealer MIM menjual sepeda motor secara kredit dengan harga sebesar Rp.
7.000.000,00 ditambah bunga untuk saldo yang belum dibayar. Seorang pembeli
telah membayar sejumlah Rp. 4.000.000 kemudian tidak mampu melanjutkan
pembayarannya. Kemudian sepeda motor itu ditarik kembali dan diperbaiki
dengan biaya Rp. 800.000,00. Sepeda motor dijual kembali seharga Rp.
3.000.000,00 yaitu harga yang memberi laba normal sebesar 33 1/3% dari harga
jual.
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi
Pembahasan
Rugi atas penarikan kembali barang Rp. 1.800.000,00
Persediaan yang ditari kembali Rp. 1.200.000,00
Piutang dagang Rp. 3.000.000,00
(untuk mencatat penarikan kembali)
Perhitungan
Harga jual Rp. 3.000.000,00
Laba: 33 1/3% x Rp. 3.000.000,00 Rp. 1.000.000,00
Harga pokok penjualan barang yang ditarik Rp. 2.000.000,00
Biaya perbaikan Rp. 800.000,00
Nilai barang yang ditarik kembali Rp. 1.200.000,00
CONTOH SOAL
PT Sarana Teknik menerima kontrak pembangunan gedung dengan harga kontrak
Rp. 25.000,00. Pekerjaan dilaksanakan pada awal tahun 2008 dan diperkirakan
berakhir pada tahun 2010. Informasi yang berhasil dikumpulkan berhubungan
dengan pelaksanaan kontrak tersebut adalah:
2007 2008 2009
- Taksiran total biaya untuk
penyelesaian pekerjaan Rp. 13.750,00 Rp. 4.374,00 -
- Biaya yang telah dikeluarkan Rp. 1.250,00 Rp. 10.000,00 Rp. 4.150,00
- Harga kontrak yang difakturkan Rp. 1.500,00 Rp. 10.625,00 Rp. 6.625,00
- Pembayaran yang diterima
dari pemesan Rp. 1.200,00 Rp. 10.000,00 Rp. 7.550,00
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas jika digunakan metode:
1. Kontrak selesai
2. Persentase penyelesaikan
Sertakan pula perhitungan yang diperlukan
Pembahasan
1. Metode Kontrak Selesai
Transaksi dan Jurnal 2007 2008 2009
a. Pengeluaran biaya:
Pekerjaan dlm. pelaksanaan 1.250 10.000 4.150
Kas 1.250 10.000 4.150
b. Pembuatan faktur kpd. pemesan:
Kas 1.500 10.625 6.625
Tagihan kontrak Jk.Panjang 1.500 10.625 6.625
c. Penerimaan uang dari pemesan
Kas 1.200 10.000 7.550
Piutang dagang 1.200 10.000 7.550
d. Penyelesaian pekerjaan dan
penyerahan pada pemesan:
Pekerjaan dlm. penyelesaian - - 9.600
Pengakuan laba - - 9.600*
Tagihan kontrak jangka panjang - - 25.000
Pekerjaan dlm. pelaksanaan - - 25.000
Perhitungan
*)
Harga kontrak Rp. 25.000,00
Biaya yang telah dikeluarkan 2008 = Rp. 1.250,00
2009 = Rp. 10.000,00
2010 = Rp. 4.150,00
Rp. 15.400,00
Laba Rp. 9.600,00
CONTOH SOAL
Persediaan:
Bahan baku:
- Tersedia Rp. 200.000,00
- Dalam perjalanan Rp. 300.000,00
Rp. 500.000,00
Barang jadi: Rp. 150.000,00
- Tersedia Rp. 200.000,00
- Dalam konsinyasi Rp. 50.000,00
Rp. 250.000,00
Supplies pabrik Rp. 50.000,00
Total persediaan Rp. 950.000,00
2. Data berikut dikutip dari pembukan toko Subur dalam bulan Mei 2007
Harga Jual Cost
Persediaan awal Rp. 120.000,00 Rp. 84.000,00
Pembelian Rp. 800.000,00 Rp. 488.100,00
Ongkos angkut pembelian - Rp. 20.000,00
Additional Mark Up Rp. 43.000,00 -
Mark Up Cancellation Rp. 8.000,00 -
Mark Down Rp. 66.000,00 -
Mark Down Cancellation Rp. 2.000,00 -
Penjualan Rp. 726.000,00 -
Diminta
1. Hitunglah cost persediaan akhir bulan Mei 2007
2. Apabila biaya operasi yang dikeluarkan pada bulan Mei berjumlah Rp.
65.000,00 yang terdiri dari:
- Biaya penjualan Rp. 40.000,00
- Biaya administrasi Rp. 25.000,00
Maka buatlah laporan rugi/laba untuk bulan Mei 2007
Pembahasan
(1) Harga Jual Cost
Persediaan awal Rp. 120.000,00 Rp. 84.000,00
Pembelian Rp. 800.000,00 Rp. 488.100,00
Ongkos angkut Rp. 20.000,00
Mark Up Rp. 43.000,00
Pembatalan Mark Up Rp. 8.000,00
Rp. 35.000,00
Tersedia untuk dijual Rp. 955.000,00 Rp. 592.100,00
Dikurangi
Penjualan Rp. 726.000,00
Mark Down Rp. 66.000,00
Pembatalan Rp. 2.000,00
Rp. 64.000,00
Rp. 662.000,00
Persediaan akhir menurut harga jual Rp. 293.000,00
Rp. 592.100,00
Cost Ratio = Rp. 955.000,00 x 100% = 62%
Jadi persediaan akhir menurut cost = 62% x Rp. 293.000,00 = Rp. 181.660,00
Pembahasan
2005 2006 2007 2008
Harga Kontrak Rp. 2.250.000 Rp. 2.250.000 Rp. 2.250.000 Rp. 2.250.000
Dikurangi
Biaya yg telah (Rp. 480.000) (Rp. 1.040.000) (Rp. 1.760.000) (Rp. 2.160.000)
dikeluarkan
Taksiran biaya (Rp. 1.520.000) (Rp. 1.040.000) (Rp. 44.000) -
penyelesaian
Taksiran laba total Rp. 250.000 Rp. 170.000 Rp. 50.000 Rp. 90.000
Persentase 24% 50% 80% 100%
penyelesaian*)
Laba yg diakui **) Rp. 60.000 Rp. 85.000 Rp. 40.000 Rp. 40.000
Laba yg diakui pd - Rp. 60.000 Rp. 85.000 Rp. 40.000
tahun sebelumnya
Laba/Rugi tahun Rp. 60.000 Rp. 15.000 (Rp. 45.000) Rp. 50.000
ybs.
Perhitungan
biaya yg dikeluarkan tahun ybs
*)
Persentase penyelesaian = biaya yg dikeluarkan tahun ybs taksiran harga penyelesaian
x
100%
Rp. 480.000
Misalnya = Rp. 480.000 Rp. 1.520.000 x 100%
= 24% dst.
**)
Taksiran laba total = 24% x Rp. 250.000,00
= Rp. 60.000,00 dst.
Pembahasan
TOTAL
Harga
Brg Unit Cost Cost Harga Pasar Individual Keseluruhan
Pasar
A 200 Rp. 550 Rp. 500 Rp. 110.000 Rp. 100.000 Rp. 100.000 -
B 165 Rp. 600 Rp. 600 Rp. 99.000 Rp. 99.000 Rp. 99.000 -
C 500 Rp. 250 Rp. 200 Rp. 125.000 Rp. 100.000 Rp. 100.000 -
D 325 Rp. 700 Rp. 750 Rp. 227.000 Rp. 243.750 Rp. 227.500 -
Rp. 561.500 Rp. 542.750 Rp. 526.500 Rp.542.750
Harga Pasar
HPD Nilai
Brg Cost Nilai Batas Batas LCOM Unit
BABB* Persediaan
Ganti Bawah Atas
A Rp.550 Rp.500 Rp.510** Rp.710 Rp.510 Rp.510 200 Rp.102.000
B Rp.600 Rp.600 Rp.795*** Rp.920 Rp.795 Rp.600 165 Rp. 99.000
C Rp.250 Rp.200 Rp.330 Rp.380 Rp.330 Rp.250 500 Rp.125.000
D Rp.700 Rp.750 Rp.455 Rp.630 Rp.630 Rp.630 325 Rp.204.750
Catatan
*)
Harga Pasar yang Dibatasi Batas Atas Batas Bawah
Batas bawah = taksiran harga jual biaya penjualan laba normal
= Rp. 800,00 Rp. 90,00 Rp. 200,00
= Rp. 510,00 (Contoh *)
Batas atas = taksiran harga jual biaya penjualan
= Rp. 1.000,00 Rp. 80,00
= Rp. 920,00 (Contoh **)
Jadi kalau diterapkan secara individual nilai persediaan akhir Rp. 530.750,00
BAB VII
AKTIVA TETAP BERWUJUD 1
CONTOH SOAL
PT A membeli tanah dan bangunan diatasnya dengan harga sebesar Rp.
40.000.000,00. Pada saat itu, diketahui harga pasar tanah Rp. 30.000.000,00
dan harga pasar bangunan Rp. 20.000.000,00
Pembahasan
Aktiva Harga Pasar (Juta) Alokasi Harga Perolehan
Tanah Rp. 30 30/50 x Rp. 40 = Rp. 24
Bangunan Rp. 20 20/50 x Rp. 40 = Rp. 16
Total Rp. 50 = Rp. 40
Jurnal : Tanah Rp. 24.000.000,00
Bangunan Rp. 16.000.000,00
Kas Rp. 40.000.000,00
Jika diketahui harga pasar hanya satu aktiva saja, maka harga pasar tersebut
dianggap sebagai harga perolehan aktiva yang bersangkutan. Sedangkan harga
perolehan aktiva yang lain adalah selisih harga perolehan bersama dengan
harga pasar.
Untuk aktiva yang diperoleh dalam kondisi bekas pakai, harus ditetapkan
harga perolehannya, tanpa memperhatikan berapa nilai buku aktiva tersebut
dalam catatn penjual. Biaya yang dipergunakan untuk memperbaiki aktiva
harus ditambahkan pada harga perolehannya.
2. Pembelian Secara Angsuran
Harga perolehan aktiva tetap yang dibeli secara angsuran akan diukur dengan
jumlah uang yang dibayarkan apabila aktiva tersebut dibeli secara tunai,
karena pada umumnya untuk pembelian secara kredit dibebani bunga, maka
bunga yang dibayarkan dicatat rekening tersendiri yaitu Biaya Bunga.
Sehubungan dengan masalah bunga ini terdapat dua kemungkinan, yaitu:
a. Barang dinyatakan secara nyata dalam kontrak pembelian
Dalam hal ini, harga perolehan aktiva ditentukan sama dengan harga
kontrak yang disetujui. Sedangkan pengakuan bunga dilakukan pada saat
pembayaran dilakukan, dan tidak dalam periode terjadinya transaksi
pembelian.
CONTOH SOAL
Pada 3 Maret 2008 PT ABC membeli tanah seharga Rp. 50.000,00 dimana
diantaranya Rp. 20.000,00 dibayar secara tunai, sedangkan sisanya diangsur
sebanyak tiga kali. Atas saldo yang belum dibayar, perusahaan dibebani
bunga 10%
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat pembelian tanah, angsuran-angsuran yang
dilakukan
Pembahasan
- Tanah Rp. 50.000,00
Hutang Rp. 30.000,00
Kas Rp. 20.000,00
(mencatat pembelian tanah dan uang muka yang dibayarkan)
- Hutang Rp. 10.000,00
Biaya bunga (10% x Rp. 30.000,00) Rp. 3.000,00
Kas Rp. 13.000,00
(mencatat pembayaran angsuran pertama ditambah bunga)
- Hutang Rp. 10.000,00
Biaya bunga (10% x Rp. 20.000,00) Rp. 2.000,00
Kas Rp. 12.000,00
(mencatat pembayaran angsuran kedua ditambah bunga)
- Hutang Rp. 10.000,00
Biaya bunga (10% x Rp. 10.000,00) Rp. 1.000,00
Kas Rp. 11.000,00
(mencatat pembayaran angsuran ketiga ditambah bunga)
CONTOH SOAL
PT X membeli sebuah mesin atas dasar kontrak yang harus diangsur selama
tiga tahun. Angsuran tiap tahun ditentukan sebesar Rp. 395.100,00.
Sedangkan tingkat bunga yang diperhitungkan adalah sebesar 9% per
tahun.
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat pembelian mesin dan pembayaran angsuran
Pembahasan
Uang yang dibayarkan selama tiga tahun adalah:
3 x Rp.395.100,00 = Rp. 1.185.300,00
Nilai tunai dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
PV = AP x P
Dimana:
PV = Present Value (nilai tunai)
AP = Annual Payment (angsuran tahunan)
P = Present Value (nilai tunai) dari anuitas untuk tiap Rp. 1,00 pada
tarif x % selama n tahun (untuk ini bisa dilihat pada tabel daftar
bunga
Sehingga nilai tunai dapat dihitung sebagai berikut:
PV = AP x P
= Rp. 395.100 x Rp. 2,53129
= Rp. 1.000.000,00 (dibulatkan)
Bunga = Rp. 1.185.300,00 Rp. 1.000.000,00 = Rp. 185.300,00
Jurnal
- Mesin Rp. 1.000.000,00
Beban yang ditangguhkan Rp. 185.000,00
Hutang Rp. 1.185.000,00
(untuk mencatat pembelian mesin)
- Hutang Rp. 395.100,00
Biaya bunga Rp. 90.000,00
Beban yang ditangguhkan Rp. 90.000,00
Kas Rp. 395.000,00
(untuk mencatat angsuran pertama)
- Hutang Rp. 395.100,00
Biaya bunga Rp. 62.540,00
Beban yang ditangguhkan Rp. 62.540,00
Kas Rp. 395.000,00
(untuk mencatat angsuran kedua)
- Hutang Rp. 395.100,00
Biaya bunga Rp. 32.760,00
Beban yang ditangguhkan Rp. 32.760,00
Kas Rp. 395.000,00
(untuk mencatat angsuran ketiga)
CONTOH SOAL
PT XY memperoleh sebuah mesin dengan mengeluarkan 100 lembar saham,
nominal Rp. 5.000,00 per lembar.
Jurnal
Mesin Rp. 600.000,00
Modal saham Rp. 500.000,00
Agio saham Rp. 100.000,00
CONTOH SOAL
Pada 1 Juli 2008 PT X menukarkan sebuah mesin yang harga perolehannya
Rp. 4.000.000,00 dengan sebidang tanah yang harga perolehannya Rp.
5.000.000,00. Akumulasi depresiasi mesin sampai akhir tahun 2007 sebesar
Rp. 3.000.000,00. Saat pertukaran ini diketahui harga pasar mesin Rp.
4.500.000,00
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut, jika diketahui umur
mesin diperkirakan 5 tahun
Pembahasan
- Mencatat depresiasi 31-12-2007 s/d 1-7-2008:
Depresiasi mesin Rp. 400.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp 400.000,00
- Mencatat penukaran:
Tanah Rp. 4.500.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp. 3.400.000,00
Mesin Rp. 4.000.000,00
Laba Rp. 3.900.000,00
Perhitungan
Harga perolehan tanah = Harga pasar mesin Rp. 4.500.000,00
Harga perolehan mesin Rp. 4.000.000,00
Ak. Dep. s/d 31-12-2007 Rp. 3.000.000,00
Depresiasi 6 bulan Rp. 400.000,00
Rp. 3.400.000,00
Nilai buku mesin Rp. 600.000,00
Laba Rp. 3.900.000,00
CONTOH SOAL
Misalnya dari contoh diatas, perusahaan:
a. Menerima tambahan kas Rp. 2.000.000,00
b. Membayar tambahan kas Rp. 1.000.000,00
Maka pencatatan yang dilakukan adalah:
a. Tanah Rp. 2.500.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp. 3.400.000,00
Kas Rp. 2.000.000,00
Mesin Rp. 4.000.000,00
Laba Rp. 3.900.000,00
Perhitungan
Harga perolehan tanah = Rp. 4.500.000,00 Rp. 2.000.000,00
= Rp. 2.500.000,00
Perhitungan
Harga perolehan tanah = Rp. 4.500.000,00 + Rp. 1.000.000,00
= Rp. 5.500.000,00
CONTOH SOAL
PT A menukarkan mesin yang harga perolehannya Rp. 900.000,00
akumulasi depresiasi Rp. 600.000,00 dan harga pasar sebesar Rp.
500.000,00 dengan mesin serupa dari PT B yang harga perolehannya Rp.
1.200.000,00 akumulasi depresiasi Rp. 750.000,00 dan harga pasarnya
Rp. 5.000.000,00
Jurnal
Mesin (baru) Rp. 300.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp. 600.000,00
Mesin (lama) Rp. 900.000,00
Perhitungan
Harga perolehan mesin baru = Rp. 900.000,00 Rp. 600.000,00
= Rp. 300.000,00
2. Pertukaran aktiva sejenis disertai uang tunai yang dibayarkan atau yang
diterima
Dalam hal ini, perusahaan membayar sejumlah uang tunai dalam
pertukaran aktiva ini, maka seandainya terdapat laba, tidak boleh diakui,
tetapi jika terdapat rugi harus diakui, yaitu apabila harga pasar aktiva
yang diterima lebih kecil dari nilai buku aktiva yang diserahkan ditambah
dengan uang tunai yang dibayarkan. Sedangkan harga perolehannya
adalah sebesar nilai buku aktiva yang diserahkan ditambah dengan uang
tunai yang dibayarkan.
Apabila dalam pertukaran aktiva tersebut perusahaan menerima uang
tunai sebagai tambahan, maka harus ada pengakuan laba secara
proporsional dengan uang tunai yang diterima. Perhitungan labanya
adalah sebagai berikut:
Tambahan
Laba = Tambahan harga pasar aktiva x Laba aktiva tetap diserahkan*)
*)
harga pasar aktiva yang diserahkan nilai buku aktiva yang diserahkan
Sedangkan harga perolehan aktiva tetap yang diterima diakui sebesar
nilai buku aktiva yang diserahkan dikurangi dengan uang yang diterima
dan ditambah dengan laba yang diakui.
CONTOH SOAL
PT A menukarkan mesin yang harga perolehannya Rp. 1.500.000,00
akumulasi depresiasi Rp. 900.000,00 dan harga pasar Rp. 800.000,00
dengan mesin yang sejenis milik PT B yang harga perolehannya Rp.
1.200.000,00 akumulasi depresiasi Rp. 500.000,00 dan harga pasar Rp.
850.000,00. Untuk pertukaran ini, PT A masih harus menambah uang
tunai sebesar Rp. 50.000,00
Diminta
Siapkan jurnal yang harus dibuat oleh PT A dan PT B
Pembahasan
PT A Mesin (baru) Rp. 650.000,00
Akumulasi depresiasi mesin (lama) Rp. 900.000,00
Kas Rp. 50.000,00
Mesin (lama) Rp. 1.500.000,00
Perhitungan
Harga perolehan mesin baru:
Rp. 1.500.000,00 Rp. 900.000,00 + Rp. 50.000,00 = Rp. 650.000,00
Dalam penentuan harga pokok, aktiva tetap yang dibangun sendiri ada
beberapa persoalan khusus, yaitu:
a.Berapa dari Factory Overhead (FOH) atau biaya produksi tak langsung yang
harus dibebankan sebagai harga pokok aktiva tetap yang dibangun?
Untuk biaya langsung seperti bahan baku, upah langsung dapat langsung
dibebankan sebagai harga perolehan aktiva tetap yang dibangun, sedangkan
seberapa besar FOH yang harus ditambahkan pada harga perolehan aktiva
yang dibangun, dikenal ada dua metode, yaitu:
Incremental Cost Method
Dalam periode ini, hanya kenaikan FOH diatas normal saja yang
dibebankan sebagai penambah harga perolehan aktiva tetap yang
dibangun
CONTOH
Seorang mandor biasanya menerima gaji per bulan sebesar Rp.
300.000,00 tetapi pada saat pembuatan bangunan baru ia bekerja lembur
sehingga menerima gaji Rp. 400.000,00
Jurnal
Bangunan Rp. 100.000,00
Gaji Rp. 300.000,00
Kas Rp. 400.000,00
CONTOH
Seorang mandor bekerja dalam satu bulan selama 200 jam. Pada saat
pembuatan bangunan gudang, sebanyak 50 jam digunakan untuk
mengawasi pembangunan gudang tersebut. Gaji mandor tersebut per
bulan Rp. 300.000,00
Jurnal
Bangunan (500/200 x Rp. 300.000,00) Rp 75.000,00
Gaji (150/200 x Rp. 300.000,00) Rp. 225.000,00
Kas Rp. 300.000,00
CONTOH SOAL
PT Dani membangun sendiri sebuah gedung dengan biaya:
Bahan baku Rp. 6.000.000,00
Upah langsung Rp. 4.000.000,00
FOH sebelum pembuatan gedung Rp. 1.200.000,00 dengan jam kerja 150
jam per bulan, tetapi selama pembuatan gedung jam kerja per bulan
menjadi 350 jam.
Diminta
Siapkan jurnal yang diperlukan jika dianggap bahwa apabila dibeli dari
pihak lain harga gedung adalah:
1. Rp. 11.000.000,00
2. Rp. 15.000.000,00
Pembahasan
1. Gedung Rp. 11.000.000,00
Rugi Rp. 600.000,00
Kas Rp. 11.600.000,00
(untuk mencatat pembuatan gedung dengan biaya yang lebih besar dari
harga apabila dibeli dari luar)
2. Gedung Rp. 11.000.000,00
Kas Rp. 11.600.000,00
(untuk mencatat pembuatan gedung dengan biaya yang lebih kecil dari
harga apabila dibeli dari luar)
Perhitungan
Biaya pembuatan gedung:
Bahan baku Rp. 6.000.000,00
Upah langsung Rp. 4.000.000,00
350 150
FOH = x Rp. 1.200.000,00 Rp. 1.600.000,00
150
Total Rp. 11.600.000,00
CONTOH SOAL
PT ABC menerima hadiah dari pemerintah berupa gedung yang harga pasarnya
Rp. 5.000.000,00 dan untuk memperolehnya dikeluarkan biaya Rp. 200.000,00.
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas
Pembahasan
Gedung Rp. 5.000.000,00
Modal hadiah Rp. 4.800.000,00
Kas Rp. 200.000,00
c. Mesin
harga perolehan mesin meliputi berbagai unsur biaya seperti harga faktur, PPN,
ongkos angkut, ongkos bongkar muat, premi asuransi, biaya pemasangan,
biaya percobaan, dan sebagainya.
d. Kendaraan
Harga perolehan kendaraan meliputi harga faktur, PPN, bea balik nama, biaya
angkut, dan sebagainya.
e. Perabot dan Alat-alat Kantor
Yang termasuk harga perolehan berabot dan alat-alat kantor yaitu harga beli,
ongkos angkut, PPN, biaya pemasangan, dan sebagainya.
f. Selama Pemilikan dan Penggunaan Aktiva Tetap
Masalah akuntansi yang timbul selama pemakaian aktiva tetap meliputi:
Perlakuan atas biaya yang terjadi selama pemakaian
Penentuan besarnya dan pencatatan depresiasi
g. Perlakuan Biaya yang Terjadi Selama Pemakaian Aktiva Tetap
Berdasarkan umur manfaatnya, pengeluaran (biaya) selama pemakaian aktiva
tetap dapat digolongkan menjadi:
Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure)
Adalah suatu pengeluaran yang hanya memberikan manfaatnya hanya
dinikmati dalam satu periode akuntansi atau kurang. Pengeluaran ini
mempunyai sifat terjadi berulang-ulang dan jumlahnya relatif kecil.
Pengeluaran Modal
Adalah suatu pengeluaran yang manfaatnya dinikmati lebih dari satu
periode akuntansi. Pengeluaran ini mempunyai sifat terjadinya tidak
berulang-ulang dan jumlahnya relatif besar.
Prinsip akuntansi yang lazim menghendaki agar pengeluaran penghasilan
diperlakukan sebagai aktiva. Di dalam praktek, kriteria yang dipakai untuk
membedakan kedua jenis pengeluaran tersebut adalah:
Umur manfaatnya
Jumlah pengeluaran
Berulang-ulang atau tidak
Judgement management
Cara penentuan apakah suatu pengeluaran harus diperlakukan sebagai
pengeluaran pendapatan atau pengeluaran modal harus dilakukan dengan tepat,
sebab apabila tidak, akan mempengaruhi kelayakan laporan keuangan. Sebagai
contoh misalnya suatu pengeluaran yang seharusnya dicatat sebagai
pengeluaran modal (aktiva) tetapi keliru dicatat sebagai pengeluaran
penghasilan (biaya), akan mengakibatkan aktiva di neraca terlalu kecil dan
biaya di laporan rugi laba terlalu besar sehingga laba terlalu kecil.
h. Biaya Pemeliharaan (Maintenance Expenses)
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan agar tetap berfungsi
dengan baik. Misalnya mengganti oli, pembersihan, pengecatan yang bersifat
rutin. Pengeluaran ini termasuk pengeluaran penghasilan yang diperlakukan
sebagai biaya.
i. Biaya Reparasi (Repair Expenses)
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengembalikan agar aktiva yang rusak
menjadi baik kembali. Pengeluaran semacam ini perlakuan antunasinya ada
beberapa cara, yaitu:
Jika biaya reparasi bersifat rutin dan jumlahnya relatif kecil akan dicatat
sebagai biaya pada saat terjadinya
Jika biaya reparasi relatif besar dan menambah manfaat, tetapi tidak
menambah umur aktiva, akan dikapitalisasi sebagai tambahan harga
perolehan aktiva yang bersangkutan, kemudian harga perolehan yang baru
disusut selama sisa umurnya
Jika biaya reparasi relatif besar dan menambah umur akan dikapitalisasi
sebagai pengurangan rekening Akumulasi Penyusutan, sehingga nilai
buku semakin besar yang kemudian disusutkan selama taksiran umur yang
baru
CONTOH SOAL
Selama tahun 2008 PT ABC telah melakukan reparasi aktiva tetapnya, dengan
perincian sebagai berikut:
1. Biaya untuk memperbaiki kerusakan kecil pada mobil sebesar Rp.
15.000,00
2. Biaya untuk memperbaiki sebuah mesin yang rusak berat sebesar Rp.
300.000,00. Mesin tersebut dibeli tahun 2006 dengan harga Rp.
1.500.000,00 yang diperkirakan berumur lima tahun. Akumulasi penyusutan
sampai saat perbaikan Rp. 600.000,00
3. Sebuah bangunan yang diperoleh pada 1 Januari 2008 dengan harga Rp.
2.000.000,00 dan ditaksir umurnya lima tahun. Pada tahun 1 Januari 2009
karena rusak berat diperbaiki dengan biaya Rp. 800.000,00 dan setelah
diperbaiki bangunan diperkirakan dapat digunakan delapan tahun lagi
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas
Pembahasan
1. Biaya reparasi Rp. 15.000,00
Kas Rp. 15.000,00
2. Mesin Rp. 600.000,00
Kas Rp. 600.000,00
Tarif penyusutan setelah reparasi:
Nilai buku setelah reparasi:
Rp. 1.500.000,00 + (Rp. 300.000,00 Rp. 600.000,00) = Rp. 1.200.000,00
Tarif penyusutan = Rp. 1.200.000,00 : 3 = Rp. 400.000,00
Tarif penyusutan setelah reparasi:
Nilai buku setelah reparasi:
Nilai buku setelah reparasi:
Rp. 2.000.000,00 - (Rp. 400.000,00 Rp. 200.000,00) = Rp. 1.800.000,00
Tarif penyusutan = Rp. 1.800.000,00 : 8 = Rp. 400.000,00
CONTOH SOAL
PT ABC mempunyai mesin seharga Rp. 5.000.000,00 yang ditaksir berumur 10
tahun. Pada akhir tahun ke-6, alat utama mesin yang nilainya 25% dari harga
perolehan mesin diganti dengan yang baru seharga Rp. 1.500.000,00
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas
Pembahasan
- Akumulasi penyusutan Rp. 750.000,00*)
Rugi Rp. 500.000,00
Mesin Rp. 1.250.000,00**)
(untuk mencatat penghapusan peralatan lama)
Pembahasan
*)
25% x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 1.250.000,00
**)
25% x 6 x (Rp. 5.000.000,00 : 5) = Rp. 750.000,00
- Mesin Rp. 1.500.000,00
Kas Rp. 1.500.000,00
(untuk mencatat kapitalisasi biaya penggantian)
l. Penambahan (Addition)
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk menambah atau memperluas fasilitas
aktiva, misalnya penambahan ruang baru. Biaya ini harus dikapitalisasi dan
dicatat dalam rekening yang terpisah dari rekening bangunan utama. Jika dapat
dipakai selama masa pemakaian bangunan utama akan disusutkan selama sisa
umur bangunan utama, tetapi jika umurnya lebih pendek dari bangunan utama,
maka disusutkan sesuai umurnya.
m. Penataan Kembali (Rearrangement)
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk merombak susunan mesin karena
susunan lama salah atau karena kemajuan teknologi. Biaya semacam ini dicatat
dalam rekening Beban yang Ditangguhkan dan diamortisasi selama biaya
tersebut memberikan manfaatnya.
CONTOH SOAL
1. PT Idola melakukan transaksi yang berhubungan dengan aktiva yang
berwujud sebagai berikut:
a. Membeli secara tunai tanah seharga Rp. 20.000.000,00 belum termasuk:
- Pajak penjualan Rp. 240.000,00
- Akta notaris Rp. 60.000,00
- Komisi Rp. 180.000,00
- Sertifikat Rp. 75.000,00
- Bea balik nama Rp. 45.000,00
b. Membeli tanah dan gedung dengan tunai seharga Rp. 78.900.000,00.
Untuk membayarnya, perusahaan meminjam ke bank sebesar Rp.
30.000.000,00 dengan bunga 7%. Pajak yang dibayar untuk tanah Rp.
350.000,00 dan gedung Rp. 250.000,00
c. Sebelum digunakan (soal b.) telah dikeluarkan biaya-biaya sebagai
berikut:
- Perbaikan gedung Rp. 5.000.000,00
- Pembuatan jalan masuk Rp. 1.500.000,00
Pembahasan
Tanah dan gedung dicatat sebesar uang yang telah dikeluarkan yang
meliputi harga dan pajak yang dibayar.
Tetapi apabila diketahui harga pasar masing-masing aktiva tersebut, maka
harga perolehan harus dialokasikan ke masing-masing aktiva dengan
menggunakan harga jual relatif.
c. - Tanah dan gedung Rp. 5.150.000,00
Kas Rp. 5.150.000
Pembahasan
Jurnal diatas adalah untuk mencatat biaya yang akan dikapitalisir dalam
rekening tanah dan gedung yang meliputi:
Biaya menyingkirkan barang rusak:
Rp. 300.000,00 Rp. 150.000,00 = Rp. 150.000,00
Biaya perbaikan gedung = Rp. 5.000.000,00
Total = Rp. 5.150.000,00
Pembahasan
Jurnal diatas adalah untuk mencatat harga mesin dan biaya-biaya yang
dikapitalisir yang meliputi biaya reparasi, pemasangan, dan biaya
percobaan
e. Mesin Rp. 10.750.000,00
Akumulasi depresiasi Rp. 6.000.000,00
Mesin Rp. 12.000.000,00
Kas Rp. 750.000,00
Laba pertukaran Rp. 4.000.000,00
Pembahasan
Nilai buku mesin lama Rp. 6.000.000,00
Kas yang dibayarkan Rp. 750.000,00
Nilai tukar mesin lama Rp. 6.750.000,00
Nilai tukar mesin baru Rp. 10.750.000,00
Laba pertukaran Rp. 4.000.000,00
2. Pada 1 Juli 2008 dibeli sebuah bangunan berikut tanahnya seharga Rp.
75.000.000,00 ongkos balik nama dan lainnya sebesar Rp. 5.000.000,00.
Adapun pembayarannya adalah:
a. Sebuah cek senilai Rp. 10.000.000,00
b. Sebuah kendaraan yang cost-nya Rp. 30.000.000,00
Depresiasi sebesar Rp. 10.000.000,00
c. Wesel 5% sebesar Rp. 6.000.000,00
d. Uang tunai Rp. 13.000.000,00
Harga bangunan menurut fiscus Rp. 28.000.000,00 dan tanah berharga Rp.
42.000.000,00
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas
Pembahasan
Harga perolehan bangunan dan tanah:
Rp. 75.000.000,00 + Rp. 5.000.000,00 = Rp. 80.000.000,00
Harga perolehan bangunan:
Rp. 28.000.000,00 : Rp. 70.000.000,00 x Rp. 80.000.000,00
= Rp. 32.000.000,00
Harga perolehan tanah:
Rp. 42.000.000,00 : Rp. 70.000.000 x Rp. 80.000.000,00
= Rp. 48.000.000,00
TOTAL
Dibayar:
- Cek Rp. 40.000.000,00
- Uang tunai Rp. 13.000.000,00
- Kendaraan:
Harga perolehan = Rp. 30.000.000,00
Ak. Depresiasi = Rp. 10.000.000,00
Nilai buku Rp. 20.000.000,00
- Wesel = Rp. 60.000.000,00
Diskonto 5% x Rp. 60.000.000,00 = Rp. 300.000,00
Rp. 5.700.000,00
Total Rp. 78.700.000,00
Laba Rp. 1.300.000,00
Jurnal
Bangunan Rp. 32.000.000,00
Tanah Rp. 48.000.000,00
Ak. Depresiasi Kendaraan Rp. 10.000.000,00
Biaya bunga Rp. 300.000,00
Kas Rp. 53.000.000,00
Wesel tagih yang didiskontokan Rp. 6.000.000,00
Kendaraan Rp. 30.000.000,00
Laba Rp. 1.300.000,00
PENDAHULUAN
Membeli suatu aktiva tetap berarti membeli sejumlah jasa yang akan
diberikan oleh aktiva tetap tersebut yang berupa manfaat ekonomis selama masa
tertentu. Manfaat ekonomis ini tercermin dalam harga perolehan aktiva tetap oleh
karena manfaat ekonomis dinikmati dalam beberapa periode akuntansi, maka
harga perolehan aktiva tetap harus dialokasikan melalui depresiasi atau deplesi.
Pengertian Depresiasi atau Penyusutan
Adalah alokasi harga perolehan (cost) aktiva tetap yang umurnya terbatas
pada periode yang menikmati manfaatnya secara sistematika dan rasional.
CONTOH SOAL
Dari data diatas, depresi dapat dihitung dengan langkah sebagai berikut:
Bagian Pengurang:
Tahun Bobot Bagian Pengurang
1 3 3/6 xn(n + 1)
2 2 2/6 x3(3 + 1) = 6
3 1 1/6
Tabel Depresiasi:
Akhir Depresiasi (D) So. Akumulasi Nilai
Tahun Ak. Depresiasi (K) Depresiasi Buku
1.000.000
1 3/6 x 900.000*) = 450.000 450.000 550.000
2 2/6 x 900.000 = 300.000 750.000 250.000
3 1/6 x 900.000 = 150.000 900.000 100.000
*)
harga perolehan nilai sisa = 1.000.000 100.000 = Rp. 900.000,00
Jurnal Akhir Tahun 1:
Depresiasi Rp. 450.000,00
Akumulasi Depresiasi Rp. 450.000,00
METODE SALDO MENURUN
Dalam metode ini tarif depresiasi periodik dapat dihitung dengan rumus:
r=1- n
S: C
CONTOH SOAL
Dari data diatas tarif depresiasi dapat dihitung:
Tarif (r) = 1 - 3
100.000 :1.000.000 = 53,6%
Tabel depresiasi:
Akhir Depresiasi (D) So. Akumulasi Nilai
Tahun Ak. Depresiasi (K) Depresiasi Buku
1.000.000
1 53,6% x 1.000.000 = 536.000 536.000 464.000
2 53,6% x 464.000 = 248.700 784.700 215.300
3 53,6% x 215.300 = 115.300 900.000 100.000
Jurnal Akhir tahun 1:
Depresiasi Rp. 536.000,00
Akumulasi depresiasi Rp. 536.000,00
CONTOH SOAL 1
Dari data yang sama, maka:
Tarif metode garis lurus = 100% : 3 = 33,3%
Tarif metode saldo menurun berganda = 2 x 33,3% = 67%
Tabel depresiasi:
Akhir Depresiasi (D) So. Akumulasi Nilai
Tahun Ak. Depresiasi (K) Depresiasi Buku
1.000.000
1 67% x 1.000.000 = 670.000 670.000 330.000
2 67% x 464.000 = 221.100 891.000 108.100
3 67% x 215.300 = 72.963 964.063 35.237
CONTOH SOAL 2
Sebuah mesin dibeli dengan harga perolehan Rp. 1.000.000,00 yang diperkirakan
dapat dipergunakan selama 10 tahun, nilai sisa diperkirakan Rp. 50.000,00
Diminta
Siapkan tabel depresiasi yang diperlukan
Pembahasan
Tarif metode garis lurus = 100% : 10 = 10%
Tarif metode saldo menurun berganda = 2 x 10% = 20%
Tabel depresiasi:
Akhir Penyusutan (D) So. Akumulasi Nilai
Tahun Ak. Penyusutan (K) Penyusutan Buku
1.000.000
1 20% x 1.000.000 = 200.000 200.000 800.000
2 20% x 800.000 = 160.000 360.000 640.000
3 20% x 640.000 = 128.000 488.000 512.000
4 20% x 512.000 = 102.400 590.400 409.600
5 20% x 409.600 = 81.920 672.320 327.680
6 20% x 327.680 = 65.536 737.856 262.144
7 20% x 262.144 = 52.429 790.285 209.715
8 20% x 209.715 = 41.943 832.228 167.772
9 20% x 167.772 = 33.554 865.782 134.218
10 20% x 134.218 = 26.844 892.626 107.374
892.626
Tabel depresiasi:
Akhir Depresiasi (D) So. Akumulasi Nilai
Tahun Ak. Depresiasi (K) Depresiasi Buku
1 30.000.000 x 0,015 = 450.000 450.000 550.000
2 20.000.000 x 0,015 = 300.000 750.000 250.000
3 10.000.000 x 0,015 = 150.000 900.000 100.000
Jurnal akhir tahun 1:
Depresiasi Rp. 450.000,00
Akumulasi depresiasi Rp. 450.000,00
CONTOH SOAL
Dari data yang sama, misalkan produk yang dihasilkan selama masa manfaat
adalah:
1.000.000 100.000
400.000, 350.000, 150.000, maka tarif depresiasi = =1
900.000
Tabel depresiasi:
Akhir Depresiasi (D) So. Akumulasi Nilai
Tahun Ak. Depresiasi (K) Depresiasi Buku
1.000.000
1 400.000 x 1 = 400.000 400.000 600.000
2 350.000 x 1 = 350.000 750.000 250.000
3 150.000 x 1 = 150.000 900.000 100.000
Jurnal pada akhir tahun 1
Depresiasi Rp. 400.000,00
Akumulasi depresiasi Rp. 400.000,00
CONTOH SOAL
PT ABC membeli 100 alat-alat kecil yang ditaksir mempunyai rata-rata lima
tahun. Akhir tahun ke-4, 30 buah alat-alat dihentikan, dan akhir tahun ke-6.
harga perolehan alat-alat tersebut Rp. 100.000,00
Diminta
Siapkan tabel depresiasi dan jurnal yang diperlukan
Pembahasan
Tabel depresiasi (dalam ribuan Rp.)
Akhir Depresi Aktiva Akumulasi Dep. Nilai
Debet Kredit So. Debet Kredit So.
Tahun asi (K) Buku
- - 100 - 100 - - - 100
1 20 - - 100 - 20 20 80
2 20 - - 100 - 20 40 60
3 20 - - 100 - 20 60 40
4 20 - 30 70 30 20 50 20
5 14 - 40 30 40 14 24 6
6 6 - 30 - 30 6 - -
100 100 100 100 100
Jurnal
1. Akhir tahun ke-4: Akumulasi depresiasi Rp. 30.000,00
Aktiva tetap Rp. 30.000,00
2. Akhir tahun ke-5: Akumulasi depresiasi Rp. 40.000,00
Aktiva tetap Rp. 40.000,00
3. Akhir tahun ke-6, misalnya alat-alat yang dihentikan dijual dengan harga Rp.
10.000,00, maka:
Kas Rp. 10.000,00
Akumulasi depresiasi Rp. 20.000,00
Aktiva tetap Rp. 30.000,00
b. Metode Composite
Metode ini digunakan jika aktiva yang dimiliki kecil-kecil dan tidak memiliki
umur manfaat yang sama. Metode ini menghendaki tarif depresiasi rata-rata
atas kelompok aktiva yang memiliki karakteristik dan umur yang berlainan.
Sedangkan rumus untuk mencari:
total depresiasi
Tabel depresi rata-rata = total harga perolehan x 100%
250
Tarif gabungan atau rata-rata = x 100% = 12,5%
2.500
Umur gabungan rata-rata = 1.838 : 250 = 7,35 tahun
Jika tarif gabungan sebesar 12,5% dikalikan dengan total harga perolehan akan
diperoleh beban depresiasi periodik sama dengan Rp. 250,00 yang akan
diakumulasikan selama 7,35 tahun.
Dalam metode ini jika ada penghentian aktiva, maka rekening aktiva dan
akumulasi depresiasi akan dihapuskan sebesar nilai buku aktiva yang
dihentikan, sehingga dalam hal ini tidak akan diakui adanya rugi atau laba.
Jika digunakan metode jumlah angka tahun untuk aktiva yang diperoleh tidak
tepat pada awal atau akhir tahun, maka untuk depresiasi tiap-tiap tahun setelah
tahun pertama harus dibagi dalam dua bagian, yaitu untuk tahun pertama dan
tahun kedua dan seterusnya.
Diminta
Hitunglah depresiasi yang baru dan jurnal yang diperlukan baik untuk
pendekatan pertama atau yang kedua.
Pembahasan
a. Nilai buku setelah digunakan selama 9 tahun
(Rp. 370.000,00 - Rp. 10.000,00)
= Rp. 370.000,00 9 x
12
Sisa taksiran umur yang baru = 15 - 9 = 6 tahun
Depresiasi yang baru = Rp. 100.000,00 : 6 = Rp. 16.667,00
Dalam hal ini tidak ada jurnal koreksi.
b. Akumulasi depresiasi sebelum koreksi:
Rp. 370.000,00 - Rp. 10.000,00
9x = Rp. 270.000,00
12
Akumulasi depresiasi setelah koreksi:
Rp. 370.000,00 - Rp. 10.000,00
9x = Rp. 216.000,00
15
Selisih lebih = Rp. 54.000,00
Jurnal: Akumulasi depresiasi Rp. 54.000,00
Koreksi laba tahun lalu Rp. 54.000,00
Depresi per tahun setelah koreksi = Rp. 24.000,00
CONTOH SOAL
Pada 1 April 2008 PT ABC menghentikan sebuah mesin dan menjualnya seharga
Rp. 750.000,00 mesin tersebut dibeli pada awal 2001 seharga Rp. 4.500.000,00
yang ditaksir berumur 10 tahun dan nilai sisa Rp. 500.000,00 metode Garis Lurus
dipergunakan.
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi diatas
Pembahasan
- Depresiasi Rp. 100.000,00
Akumulasi depresiasi Rp. 100.000,00
(untuk mencatat depresiasi selama tahun 2008)
Perhitungan
(Rp. 4.500.000,00 - Rp. 500.000,00
3/12 x = Rp. 100.000,00
10
ASURANSI KEBAKARAN
Untuk menghindari resiko kerusakan atau kehancuran suatu aktiva tetap
sebagai akibat kebakaran, kecelakaan, atau bencana lainnya. Umumnya
perusahaan akan mengasuransikan aktiva tetapnya. Jadi asuransi dimaksudkan
untuk mengalihkan resiko kerugian akibat adanya bencana yang menimpa aktiva.
Hal ini dilakukan dengan mengadakan perjanjian antara perusahaan sebagai
tertanggung dengan maskapai asuransi, dalam surat perjanjian yang disebut polis.
Didalam polis tersebut diatur tentang jumlah ganti rugi yang akan dibayar oleh
maskapai asuransi jika bencana benar-benar terjadi, jangka waktu pertanggungan,
dan premi yang harus dibayar oleh perusahaan tertanggung.
Jumlah ganti rugi yang harus dibayar oleh maskapai asuransi adalah
sebesar kerugian riil yang biasanya dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku
pada saat terjadi bencana, meskipun dengan ketentuan maksimum sebesar
pertanggungan, misalnya suatu aktiva diasuransikan dengan polis Rp. 70.000,00
telah terbakar dan jumlah kerugian ditaksir sebesar Rp. 90.000,00 maka dalam hal
ini ganti rugi yang diterima sebesar Rp. 70.000,00. Sebaliknya, misalkan kerugian
sebesar Rp. 60.000,00 maka ganti rugi yang diterima sebesar Rp. 60.000,00
Asuransi Bersama
Biasanya terdapat kecenderungan dari pihak perusahaan mengasuransikan
sebagian dari aktiva yang kemungkinan besar akan tertimpa bencana. Maksudnya
disini adalah memperkecil jumlah premi yang harus dibayar.
Untuk menghindarikan kecenderungan tersebut biasanya polis juga
mengatur tentang jumlah ganti rugi maksimum terhadap aktiva yang
diasuransikan, yang disebut Coinsurance Clause (CC). CC ini biasanya
dinyatakan dalam persentase tertentu dari harga pasar aktiva pada saat terjadi
bencana. Dalam asuransi bersama ini, ganti rugi yang harus dibayar oleh maskapai
asuransi jika terjadi bencana adalah jumlah yang paling rendah diantara tiga
macam jumlah berikut ini jumlah pertanggungan (polis) jumlah kerugian yang
sebenarnya.
Jumlah ganti rugi yang harus dibayar oleh perusahaan asuransi yang
dihitung dengan asuransi bersama, dengan rumus:
Polis Asuransi
Coinsurance Clause
x kerugian riil = ganti rugi yang harus dibayar perusahaan asuransi
CONTOH SOAL
Sebuah mesin dan gedung diasuransikan dalam satu polis dengan pertanggungan
sebesar Rp. 1.800,00 dengan CC 80%. Mesin terbakar dan kerugian ditaksir
sebesar 40%. Pada saat kebakaran, harga pasar mesin Rp. 1.000,00 dan bangunan
Rp. 2.000,00
Diminta
Hitunglah kerugian yang akan diterima dari perusahaan asuransi
Pembahasan
a. Jumlah pertanggungan mesin = 1.000/3.000 x Rp. 1.800,00 = Rp. 600,00
b. Harga pasar mesin saat terbakar = Rp. 1.000,00
c. Kerugian sebenarnya = 40% x Rp. 1.000,00 = Rp. 400,00
d. Ganti rugi yang harus dibayar oleh perusahaan asuransi adalah Rp. 300,00
(yang terendah dari a, c, dan d)
CONTOH SOAL
Sebuah bangunan diasuransikan kepada beberapa perusahaan asuransi, yaitu PT A
Rp. 10.000,00, PT B Rp. 3.000,00, PT C Rp. 2.000,00. Pada suatu saat terbakar
dan kerugian ditaksir Rp. 6.000,00 pada saat itu harga pasar bangunan Rp.
20.000,00
Diminta
Hitunglah ganti rugi yang diterima dari masing-masing perusahaan asuransi, jika:
a. Masing-masing polis tanpa asuransi bersama
b. Masing-masing polis memuat CC 80%
c. Masing-masing polis memuat CC 70%
Pembahasan
Total pertanggungan = Rp. 10.000,00 + Rp. 3.000,00 + Rp. 2.000,00
= Rp. 15.500,00
1. Jumlah ganti rugi dari:
10.000
PT A = x 6.000 = Rp. 4.000,00
15.000
3.000
PT B = x 6.000 = Rp. 1.200,00
15.000
2.000
PT C = x 6.000 = Rp. 800,00
15.000
2. Jumlah ganti rugi dari:
10.000
PT A = x 6.000 = Rp. 3.500,00
80% x 20.000
3.000
PT B = x 6.000 = Rp. 1.250,00
80% x 20.000
2.000
PT C = x 6.000 = Rp. 750,00
80% x 20.000
Total Rp. 5.500,00
3. Ganti rugi yang diterima dari:
10.000
PT A = x 6.000 = Rp. 4.285,00 (dibulatkan)
70% x 20.000
3.000
PT B = x 6.000 = Rp. 1.285,00
70% x 20.000
2.000
PT C = x 6.000 = Rp. 857,00
70% x 20.000
Total Rp. 6.427,00
Karena jumlah ganti rugi yang seharusnya diterima lebih besar dari polis, maka
ganti rugi hanya terbatas maksimum sebesar polis, sehingga ganti rugi dari
masing-masing perusahaan besarnya sama dengan (1).
CONTOH SOAL
Pada tanggal 1 juli 2008 terjadi kebakaran di kantor PT ABC. Berikut ini data
yang berhasil dikumpulkan:
Harga pasar bangunan pada saat kebakaran Rp. 10.000,00
Kerusaan ditaksir sebesar 60%
Bangunan diasuransikan kepada PT Lloyd dengan jumlah pertanggungan Rp.
7.000.000,00 Coinsurance Clause 80% dan premi yang harus dibayar Rp.
20.000,00 per bulan.
Sedangkan dari catatan pada 1 Januari 2008 diperoleh data:
Persekot asuransi Rp. 240.000,00 (12 bulan)
Harga perolehan bangunan Rp. 13.500.000,00
Akumulasi depresiasi Rp.1.687.500,00
Tarif depresiasi per tahun 5%
Diminta
Siapkan jurnal untuk mencatat hal-hal yang berhubungan dengan kebakaran
bangunan tersebut
Pembahasan
1. Menyesuaikan pembukuan:
a. Mencatat depresiasi 1-1-08 s/d 1-7-08:
Depresiasi bangunan Rp. 337.500,00
Akumulasi depresiasi bangunan Rp. 337.500,00
Perhitungan
6/12 x 5% x Rp. 13.500.000,00 = Rp 337.500,00
b. Mencatat persekot asuransi yang dibebankan sebagai biaya,
untuk waktu 6 bulan:
Biaya asuransi Rp. 120.000,00
Persekot premi asuransi Rp. 120.000,00
Perhitungan
6/12 x Rp. 240.000,00 = Rp 120.000,00
2. Menentukan nilai buku yang terbakar:
Harga perolehan Rp. 13.500.000,00
Akumulasi depresiasi Rp. 1.687.000,00
Depresi tahun 2008 Rp. 337.500,00
Rp. 2.025.000,00
Nilai buku Rp. 11.475.000,00
Bagian dari nilai buku yang terbakar =
60% x Rp. 11.475.000,00 = Rp. 6.885.000,00
3. Mencatat rugi kebakaran bangunan:
Rugi kebakaran Rp. 6.885.000,00
Akumulasi depresiasi bangunan Rp. 1.215.000,00 (60%)
Bangunan Rp. 8.100.000,00
4. Menentukan dan mencatat ganti rugi yang akan diterima dari PT Lloyd:
7.000.000
- x Rp. 6.000.000,00 = Rp. 5.250.000,00
80% x 10.000.000
- Kas Rp. 5.250.000,00
Rugi kebakaran Rp. 5.250.000,00
Saldo rekening Rugi Kebakaran pada akhir periode akan ditutup ke rekening
Rugi Laba. Sedangkan persekot premi dalam hal asuransi dilanjutkan dan aktiva
diganti oleh PT Lloyd, maka tidak dibebankan dalam rekening Rugi Kebakaran.
Sebaliknya, jika asuransi dibatalkan maka persekot premi yang belum dibebankan
sebagai biaya dibebankan dalam rekening Rugi Kebakaran.
CONTOH SOAL
Sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2005 dengan harga sebesar Rp.
10.000.000,00 dan diperkirakan dapat digunakan selama 10 tahun. Metode
yang digunakan adalah Garis Lurus. Seandainya mesin tersebut pada 1 Januari
2009 direvaluasi, maka:
Harga perolehan setelah revaluasi:
Rp. 10.000.000,00 x 1,2553 = Rp. 12.553.000,00
Depresiasi perolehan setelah revaluasi:
2005 = Rp. 1.000.000,00* x 1,2553 = Rp. 1.255.000,00
2006 = Rp. 1.000.000,00 x 1,1956 = Rp. 1.195.600,00
2007 = Rp. 1.000.000,00 x 1.1513 = Rp. 1.151.300,00
2008 = Rp. 1.000.000,00 x 1,1070 = Rp. 1.107.000,00
= Rp. 4.709.200,00
Nilai buku setelah revaluasi = Rp. 7.843.800,00
Harga perolehan sebelum revaluasi = Rp. 10.000.000,00
Akumulasi depresiasi:
4 x (Rp. 10.000.000,00 : 10)
Nilai buku sebelum revaluasi
Selisih revaluasi= Rp. 7.843.800,00 Rp. 6.000.000,00
= Rp. 1.843.800,00
Depresiasi per tahun setelah revaluasi:
Rp. 7.843.800,00 : 6 = Rp. 1.307.300,00
Untuk aktiva yang diperoleh sebelum tahun 1979 dan pada tanggal 1 Januari
1979 telah direvaluasi, maka hasilnya dianggap sebagai harga perolehannya.
7. Cara Pembukuan
Selisih lebih sebagai akibat revaluasi harus dibukukan dalam rekening
tambahan modal dengan nama Selisih Penyesuaian Harga/Nilai Harta
Berwujud 1 Januari 1987.Rekening tersebut setelah diberitahukan kepada
Kepala Inspeksi Pajak dan dengan persetujuan pemegang saham dapat
dikonversikan menjadi modal saham atau modal.
Selisih tersebut tidak boleh dikompensasikan dengan rugi operasi. Selisih
tersebut juga bukan merupakan laba sehingga tidak bisa dibagikan sebagai
deviden. Oleh karenanya, selisih tersebut tidak dikenakan pajak
penghasilan/PPh.
8. Kewajiban dan Persyaratan
Badan usaha yang akan melakukan revaluasi aktiva tetap harus menyampaikan
neraca penyesuaian yang lengkap dan benar per 1 Januari 1987 dan
selambatnya tanggal 31 Desember 1987, kepada Kepala Inspeksi Pajak
setempat. Selain badan usaha tidak boleh menunggak utang pajak tahun 1986
dan tahun-tahun sebelumnya.
CONTOH SOAL
Pada tahun 2008 PT Batu Murni membeli tanah yang mengandung bahan tambang
dengan harga Rp. 18.000.000,00 dan diperkirakan mengandung bahan tambang
2.000.000 ton. Tanah itu jika bahan tambang telah habis, ditaksir dapat dijual
seharga Rp. 3.750.000,00. Sebelum dioperasikan telah dikeluarkan biaya
pengembangan sebesar Rp. 5.500.000,00. Untuk perumahan karyawan, gudang,
dan kantor telah dibangun gedung dengan biaya Rp. 7.500.000,00. Bangunan
tersebut diharapkan bisa digunakan selama tambang masih ada. Selama tahun
2008 telah berhasil ditambang sebesar 600.000 ton.
Diminta
Hitunglah besarnya deplesi dan depresiasi tahun 2008
Pembahasan
Harga perolehan tambang Rp. 18.000.000,00
Biaya pengembangan Rp. 5.500.000,00
Rp. 23.500.000,00
Rp. 23.500.000,00 - Rp. 3.750.000,00
Tarif deplesi = = Rp. 9,875/ton
2.000.000
Depresiasi tahun 2008 = 600.000 x Rp. 9,875 = Rp. 5.925.000,00
Harga perolehan bangunan = Rp. 7.500.000,00
Rp. 7.500.000,00
Tarif depresiasi = = Rp. 3,75,00/ton
2.000.000
Depresiasi tahun 2008 = 600.000 x Rp. 3,75,00 = Rp. 2.250.000,00
Deplesi selalu melekat sebagai bagian dari hasil produksi dan jika hasil produksi
ini dijual maka deplesi menjadi bagian dari harga pokok penjualan (CGS).
Apabila hasil produksi belum dijual, deplesi akan menjadi bagian dari barang jadi
(persediaan).
CONTOH SOAL
Pada tahun 1991 PT Cal tok membeli sebidang tanah yang mengandung sumber
alam dengan harga Rp. 10.000.000,00 yang ditaksir berisi 1.000.000 ton. Sebelum
dioperasikan telah dikeluarkan biaya pengembangan sebesar Rp. 1.000.000,00 dan
ditaksir nilai tanah setelah isi tambang digali laku dijual Rp. 500.000,00.
Pada tahun 2007 digali 80.000 ton. Tahun 2008 dikeluarkan biaya pengembangan
sebesar Rp. 2.000.000,00 dan setelah digali sebanyak 100.000 ton ternyata
taksiran isi tambang masih 950.000 ton lagi.
Diminta
Hutunglah deplesi untuk tahun 2007 dan 2008
Pembahasan
Tahun 2007:
Harga beli sumber alam Rp. 10.000.000,00
Biaya pengembangan Rp. 1.000.000,00
Harga perolehan Rp. 11.000.000,00
Rp. 11.000.000 ,00 - Rp. 500.000,00
Tarif deplesi = = Rp. 10,50/ton
1.000.000
Deplesi tahun 2007 = 80.000 x Rp. 10,50 = Rp. 840.000,00
Tahun 2008:
Harga perolehan sumber alam Rp. 11.000.000,00
Nilai sisa Rp. 500.000,00
Rp. 10.500.000,00
Biaya pengembangan tahun 2008 Rp. 2.000.000,00
Rp. 12.500.000,00
Deplesi tahun 2007 Rp. 840.000,00
Harga perolehan yang dideplesi Rp. 11.660.000,00
Isi tambang yang sudah digali tahun 2008 = 100.000 ton
Taksiran isi tambang yang baru = 950.000 ton
Total isi tambang yang baru = 1.050.000 ton
Rp. 11.660.000 ,00
Tarif deplesi = = Rp. 11,10/ton
1.050.000
Deplesi tahun 2008 = 100.000 x Rp. 11,10 = Rp. 1.110.000,00
PT X
Laporan Rugi Laba
Periode yang berakhir 31 Desember 2008
Penjualan 46.000 x Rp. 16.000,00 Rp. 736.000.000,00
Harga pokok 46.000 x Rp. 16.000,00 Rp. 198.375.000,00
Laba Rp. 537.625.000,00
Biaya operasional
Biaya operasi Rp. 151.000.000,00
Biaya pengangkutan Rp. 15.000.000,00
Biaya adm. & umum Rp. 12.800.000,00
Penyusutan gedung Rp. 6.187.500,00
Total biaya Rp. 185.737.500,00
Laba operasional Rp. 351.887.500,00
3. Pada tanggal 1 Juli 2008 terjadi kebakaran yang merusak semua mesin, gedung
(2/3 bagian), dan persediaan yang harga pokoknya Rp. 1.200.000,00.
Data yang berhasil dikumpulkan adalah: mesin Rp. 400.000,00, gedung Rp.
10.500.000,00 dan persediaan Rp. 1.200.000,00
HAK PATEN
Adalah hak yang diberikan instansi yang berwenang (pemerintah) kepada
pemegangnya untuk menggunakan, mengawasi, dan mengkomersialkan hasil
penemuannya selama 17 tahun.
Jika paten diperoleh melalui riset dan pengembangan, maka harga
perolehannya meliputi biaya registrasi, honor pengacara, biaya pembuatan model,
biaya percobaan, dan sebagainya. Jika terjadi pelanggaran terhadap hak paten,
maka jika menang biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankannya dikapitalisir
pada harga perolehan paten. Sebaliknya, jika kalah maka pengeluaran tersebut
dibebankan sebagai biaya periodik. Harga perolehan paten harus diamortisasi
selama 17 tahun atau kurang.
HAK CIPTA (COPYRIGHTS)
Adalah hak yang diberikan oleh instansi yang berwenang kepada
pengarang, artis untuk penerbitan, mempublikasikan, mengawasi, dan
mengkomersialkan hasil ciptaannya selama 28 tahun dan dimungkinkan untuk
memperpanjangnya sampai 28 tahun lagi. Harga perolehan hak cipta juga harus
diamotisasi selama umurnya.
GOODWILL
Adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba diatas laba
normal dari perusahaan lain dalam industri yang sama. Goodwill ini timbul karena
adanya beberapa faktor yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, misalnya letak
perusahaan. Efisiensi aktivitas produksi, nama yang dikenal, pimpinan, dan
sebagainya.
Adanya goodwill yang akan dilaporkan dalam neraca hanya jika
perusahaan melakukan transaksi, misalnya:
Pembelian perusahaan lain
Merger, reorganisasi, perubahan bentuk perusahaan
Selain hal tersebut diatas, tidak boleh ada pengakuan goodwill.
Penilaian Goodwill
Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa goodwill akan diakui jika
perusahaan melakukan transaksi, misalnya pembelian perusahaan lain. Dalam
pembelian suatu perusahaan, besarnya goodwill ditentukan dengan cara menaksir
laba yang akan datang. Dasar yang digunakan adalah laba periode yang lalu.
Dalam menganalisa laba yang lalu ini perlu diperhatikan bahwa unsur
extraordinary seperti laba atau rugi penjualan aktiva tetap. Rugi karena adanya
bencana dan adanya pengaruh perusahaan penerapan prinsip akuntansi harus
dikeluarkan, tujuannya adalah untuk mengetahui hasil operasi dari operasi normal.
Selain itu, terlebih dahulu juga harus ditentukan besarnya harga pasar yang dibeli.
Perbedaan antara uang yang dibayarkan nilai bersih aktiva merupakan goodwill.
Ada beberapa metode untuk menilai goodwill:
1. Kapitalisasi laba rata-rata
2. Kapitalisasi laba diatas laba rata-rata
CONTOH SOAL 1
Pada tahun 2008, PT ABC membeli sebuah perusahaan yang datanya adalah:
Laba bersih rata-rata (tidak termasuk pos luar biasa dan hasil/beban diluar
usaha) selama lima tahun terakhir Rp. 200.000,00
Aktiva tanpa goodwill dinilai sebesar Rp. 1.500.000,00, dan utang sebesar Rp.
500.000,00
Hasil investasi diharapkan sebesar 10%
Diminta
Hitunglah besarnya goodwill
Pembahasan
Jumlah yang dibayarkan (kapitalisasi laba rata-rata) =
100
Rp. 200.000 x = Rp. 2.000.000,00
10
Nilai aktiva bersih: Rp. 1.500.000 Rp. 500.000 = Rp. 1.000.000,00
Goodwill = Rp. 1.000.000,00
CONTOH SOAL 2
Soal sama dengan nomor 1, misalnya hasil investasi 10% dan kelebihan hasil
diharapkan sebesar 20% akan dikapitalisasi.
Diminta
Hitunglah besarnya goodwill
Pembahasan
Hasil yang normal = 10% x Rp. 1.000.000,00 = Rp. 100.000,00
Taksiran laba per tahun = Rp. 200.000,00
Kelebihan laba per tahun = Rp. 100.000,00
Harga beli perusahaan (termasuk goodwill):
Nilai aktiva bersih = Rp. 1.000.000,00
100
Goodwill = x Rp. 100.000,00 = Rp. 500.000,00
20
Harga beli = Rp. 1.500.000,00
BIAYA PRA-OPERASI
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan perusahaan, mulai dari
saat didirikan sampai dengan dapat menghasilkan. Biaya ini biasanya dikapitalisir
sebagai biaya pra-operasi dan amortisir dalam waktu lima sampai sepuluh tahun.
Perhitungan:
Rp. 120.000,00 - (4 x Rp. 12.000,00) Rp. 90.000,00
= Rp. 27.000,00
6
Mencatat biaya perpanjangan paten pada awal 2005:
Hak paten Rp. 250.000,00
Kas Rp. 250.000,00
Mencatat amortisasi hak paten pada akhir tahun 2006 dan 2007:
Amortisasi hak paten Rp. 38.500,00
Hak paten Rp. 38.500,00