Anda di halaman 1dari 14

PAJAK PENGHASILAN

PASAL 22-23
Kelompok 4:

Risky Agung Nugroho


Yuwas Nugraha
Eriska Dewi Prastiwi
Chandras Setyaningrum
 Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek


Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
tahun pajak.
Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan,
dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
disebut Wajib Pajak
 Pengertian PPh pasal 22

PPh Pasal 22 atau Pajak Penghasilan Pasal 22 dikenakan kepada


badan-badan usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang
melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Melalui
penerbitan peraturan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah melebarkan
badan-badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi wajib
pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat
mewah. 
 Kegiatan Impor dan Ekspor

Objek dan Tarif PPh Pasal 22


Atas impor:
1. Barang tertentu dikenakan PPh pasal 22 sebesar 10% dari nilai impor.
2. Barang tertentu lainnya dikenakan PPh pasal 22 sebesar 7,5% dari nilai
impor.
3. Kedelai, gandum dan tepung terigu dikenakan PPh pasal 22 sebesar 0,5%
dari nilai impor dengan menggunakan API.
4. Barang selain barang tertentu, barang tertentu lainnya, kedelai, gandum,
tepung terigu yang menggunakan API dikenakan PPh pasal 22 sebesar
2,5% dari nilai impor.
5. Barang selain barang tertentu, barang tertentu lainnya, kedelai, gandum,
tepung terigu yang tidak menggunakan API dikenakan PPh pasal 22
sebesar 7,5% dari nilai impor.
6. Barang yang tidak dikuasai, dikenakan PPh pasal 22 sebesar 7,5% dari harga jual lelang.

Pemungut PPh pasal 22: Bank Devisa dan Dirjen Bea dan Cukai

 SAAT TERUTANG DAN PELUNASAN/PEMUNGUTAN PPH PASAL 22 

1. Atas impor barang terutang dan di lunasi bersamaan dengan saat pembayaran
bea masuk.dalam hal pembayaran bea masuk di tunda atau dibebaskan maka pph
pasal 22terutang dan dilunasi pada saat penyelesayan dokumen pemberitahuan
impor barang (PIB)
2. Atas pembelan barang (lihat pemungut dan objek pph pasal 22 butir 3,2 dan 4)
terutang dan dipungut pada saat pembayaran .
3. Atas penjuaan hasil  produksi  ( lihat pemungut dan objek pph pasal 22
4. butir 5) terutang dan di pungutpada saat  penjualan.
5. Atas penjuaan hasil produksi ( lihat pemungut dan objek pph pasal 22 butir 6) di
pungut pada saat pemberitahuan surat perintah pengeluaranbarang ( delvery
order).
6. Atas pembelian bahan-bahan  ( lihat pemungut dan objek pph pasal 22 butir 7)
terutang dan dipungut pada saat pembelian.
 OBJEK DAN PEMUNGUT PPH PASAL 22 
Berikut Merupakan  objek Dan Pemungut Pph Pasal 22 :
NO OBJEK PEMUNGUT

1. Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Pihak Yang Membayar Atau Membeli :


Pemerintah Dan DJA (Direktorat Jendral
- Bendaharawan Pemerintah
Anggaran)                                              
- DJA
2. Pembelian Barang Oleh BUMN/BUMD
Yang Bersumber Dari Dana APBN Dan BUMN/BUMD
Atau APBD

Pembelian Barang Oleh Badan Tertentu


3. Badan Tertentu
Yang Bersumber Dari Dana APBN
Maupun Non APBN

4. Impor Barang : -Direktorat Jenderal Bead An Cukai (DJBC)


-Dilakukan Oleh Impoter Yang Memiliki
API -BANK Devis
- Dilakukan Oleh  Impoter Yang Tidak
Memiliki API
-Yang Tidak Dikuasai (Lelang)
NO. OBJEK PEMUNGUT
5. Pembelian Bahan Untuk Indutri Tertentu Atau Industri Tertentu Yang
Eksportior Dari Pedagang Pengumpul Bergerakdi Bidang
Pertanian.Perkebunan Dan
Perikanan.
6.
Penjualan Bahan Bakar, Minyak, Gas Dan Pelumas Produsen Atau Impoter Bahan
Bakar Minyak, Gas, Dan
Pelumas
7. Penjualan Barang Yang Tergolong Mewah Wajib Pajak  Badan Yang
Melakukan Penjualan
Tersebut.

8.
Penjualan Hasil Industry Tertentu : Industry Tertentu Yang
-        Kertas Menjual
-        Baja
-        Otomotif
-        Semen
-        Rokok
NO OBJEK TARIF

1. 1,5%
Pembelian Barang Di Lakukan Oleh DPBJ, Bendahara
Pemerintah, BUMN/D Dan Badan Tertentu

2.
Impor Barang :
-Yang Menggunaka API 2,5%
-Yang Tidak Menggunakan API 7,5%
-Yang Tidak Dikuasai (Lelang) 7,5%
3. 2,5%
Pembelian Bahan Bahan Untuk Industry / Ekspor Dari
Pedagang Penjual

4.
Penjualan Oleh Pertamina :
-Premium, Solar, Premix, Super TT 0,25%
-Minyak Tanah , LPG, Pelumas 0,3%
5.
Penjualan Oleh Selain Pertamina :
-Premium, Solar, Premix, Super TT 0,3%
-Minyak Tanah , LPG, Pelumas 0,3%
NO. OBJEK TARIF
6.
Penjualan Hasil Industry Tertentu :
0,1%
-Kertas
0,3%
-Baja
0,45%
-Otomotif
0,25%
-Semen
0,15%
-Rokok
Selain Tarif di atas, peraturan Mentri Keuangan nomor 253/PMK.03/2008 Tanggal 1
Desember 2008 Juga Mengatur Tentang Wajib Badan Tertentu Sebagai Pemungut Pph Pasal 22
Atas Penjualan Barang Yang Tergolong Sangat Mewah Yaitu Wajib Pajak Badan Yang Melakukan
Penjualan Barang Yang  Tergolong Sangat Mewah, Diantaranya :
 
 Pesawat Udara Pribadi  Dengan Harga Jual Lebih Dari  Rp.20.000.000.000,00
 Kabel Pesiar Dan Sejenisnya Dengan Harga Jual Lebih Dari Rp.10.000.000.000,00
 Rumah Berserta Tanahnya Dengan Harga Jual Atau Harga Penggalihannya Lebih Dari
10.000.000.000,00 Dan Luas Bangunan Lebih Dari 500 M2
 ApartemenNdengan harga jauh atau pengalihannya lebih dari Rp. 10.000.000.000,00 dan/bangunan
lebih  dari 400 m2.
 Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang  dari 10 orang berupa sedan, jeep,
sport utilty vehicle (SUV), Multi  purpose vehicle (MPV), minibus dan sejenisnya dengan harga
jual lebih dari Rp. 5.000.000.000,00.

  PENGECUALIAN PENGGUNAAN PPH PASAL 22


 Berikut merupakan bukan objek pph pasal 22, sebagai berikut :
 
 Impor barang atau penyerahan barang yang berdasaran ke tentuan peraturan perundang
undangan tidak terutang pph. Dinyatakan dengan surat keterangan bebas (SKB)
 Impor barang yang di bebaskan dari bea masuk dan atau pajak pertambahan nilai.
 Impor sementara  jika waktu impornya nyata-nyata dimaksutkan untuk di sepor kembali dan
dilakukan oleh dirijen BC.
 Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang lainya yang jumlahya paling
banyak Rp. 2.000.000 ( dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-
pecah.
 Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak , listrik, gas, air minum/PDAM, berbeda-
beda pos.

 SIFAT PEMUNGUTAN
Pada dasarnya pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 bersifat tidak final dan dapat
diperhitungkan sebagai pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan bagi Wajib
pajak yang dipungut. Khusus untuk prmungutan Pajak Penghasilan pasal 22 atas penjualan
bahan bakar minyak dan bahan bakar gas kepada penyalur/agen, bersifat final. Besarnya Pph
pasal 22 yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidakj memiliki nomor Pokok Wajib
Pajak lebih tinggi 100% daripada tariff yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat
menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
 TATACARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPH PASAL 22 
Pph pasal 22 atas impor barang (lihat pemungut dan objek pph pasal 22 butir 1) di
setor oleh importer dengan menggunakan formulir surat setoran pajak, cukai dan pabean . pph
pasal 22 atas Impor barang yang di pungut oleh DJBC harus di setor ke Bank Devisa atau
bendahara direktorat jendral bea dan cukai, dalam jangka waktu 1hari setelah pemungutan
pajak di laporkan ke  :
1. KPP secara mingguan paling lambat 7 hari setelah batas waktu penyetoran
pajak terahkir
2. Pph pasal 22 atas  impor harus di lunasi  bersamaan dengan saat pembayaran
bea masuk dan dalam hal bea ditunda atau dibebaskan, pph pasal 22 atas
impor harus di lunasi saat penyelesayan dokumen pemberitahuan pabean
impor. dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak
terahkir.
3. Pph pasal 22 atas pembelian barang ( lihat pemungut dan objek pph pasal 22
butir 2) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP wajip pajak rekanan  ke
bank persepasi  atau kantor pos pada hari yang sama dengan
pelaksanaan  pembayaran atas penyerahan barang
4. Pajak pph 22 atas pembelian barang ( lihat pemungut dan objek pph pasal 22 butir 3) di
setor oleh pemungut atas nama dan NPWP ke bank persepsi atau kantor pos paling lama
tanggal 10  bulan berikutnya setelah masa pajak berahkir.  Di laporkan ke KPP paling
lambat tanggal  20 setelah masa pajak berahkir.
5. Pph pasal 22 pembelian barang ( lihat pemungut pajak dan objek pph pasal 22 butir 4)  di
setor oleh pemungut atas nama dan  NPWP wjib pajak penjual kebank persepasi atauu
kantor pos paling lambat tanggal 10 bulan takwin berikutnya dengan menggunakan
formulir ssp dan menyampaikan spt masa ke saling lambat 20 hari setelah masa pajak
berakhir.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23


 Pengertian
Pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong pajak PPh pasal 21.
 Pemotong pph pasal 23
1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan luarnegeri
 Objek pemotongan pph pasal 23
1. Deviden
2. Bunga, termasuk premium. Diskonto dan imbalan jaminan pengembalian utang
3. Royalti
4. Hadiah, penghargaan, bonus
5. Sewa yang berhubungan dengan penggunaan harta

 Pengecualian objek pemotongan pph pasal 23


1. Penghasilan yang dibayar
2. Sewa yang dibayarkan
3. Deviden atau laba yang diperoleh PT
4. Deviden yang diterima oleh orang pribadi
5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kpd anggotanya

 Tarif pemotongan
1. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :
A. Deviden
B. Bunga termasuk premium, diskonto. Dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
C. Royalti
D. Hadiah. Penghargaan. Bonus
2. Sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk pajak pertambahan nilai atas :
A. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah
B. Imbalan sehubungan sengan jasa teknik. Jasa manajemen jasa konstruksi jasa konsultan dan jasa lain
yang telah dipotong pph pasal 21.

 1. Cara menghitung pph pasal 23 atas deviden


Pph pasal 23 = 15% x bruto
 2. Cara menghitung pph pasal 23 atas bunga, termasuk premium, diskonto. Dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
Pph pasal 23 = 15% x bruto
 3. Cara menghitung pph pasal 23 atas royalti
Pph pasal 23 = 15% x bruto
 4. Cara menghitung pph pasam 23 atas hadiah, penghargaan bonus dan sejenisnya
Pph pasal 23 = 15% x bruto
 5. Cara menghitung pph pasal 23 atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
Pph pasal 23 = 2% x bruto
 6 . Cara menghitung pph pasal 23 atas imbalan sehubungan dengan jasa teknik jasa manajemen jasa konstruksi
jasa konsultan dan jasa lain
Pph pasal 23 = 2% x bruto
 

Anda mungkin juga menyukai