Anda di halaman 1dari 19

AUDIT AKTIVA TAK BERWUJUD, BEBAN DITANGGUHKAN DAN

PEMBAYARAN DIMUKA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sifat dan Contoh

Pengertian dan Sifat Aktiva Tak Berwujud menurut PSAK No.19 (Revisi 2000)

Aktiva tidak berwujud adalah aktiva non moneter yang dapat diidentifikasikan
dan tidak mempunyai bentuk fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak
lainnya, atau untuk tujuan administrative (IAI. 2002: 19.5)

o Perusahaan seringkali mengeluarkan sumber daya untuk mendapatkan,


mengembangkan, memelihara atau memperkuat sumber daya tidak
berwujud, seperti ilmu pengetahuan danteknologi, desain dan
implementasi sistim atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual,
pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek
produk/brand names). Contoh aktiva berwujud yang dicakup dalam judul
luas tersebut adalah : piranti lunak computer, hak paten, hak cipta, film
gambar hidup, daftar langganan, hak pengusahaan hutan, kuota impor,
waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan, kesetiaan
pelanggan, hak pemasaran, dan pangsa pasar.
o Tidak semua unsur yang dicantumkan diatas memenuhi definisi aktiva tak
berwujud, yaitu teridentifikasian, adanya pengendalian sumber dayadan
adanya manfaat ekonomis di masa depan. Jika suatu unsur yang dicakup
dalam pernyataan ini tidak memenuhi definisi aktiva tidak berwujud,
maka pengeluaran yang dilakukan dalam rangka memperoleh atau
menciptakan sendiriaktiva tersebut diperlakukan sebagai beban pada saat

1
terjadinya. Namun jika unsur tersebut diperoleh dalam suatu
penggabungan usaha yang bentuknya akuisisi, maka unsur tersebut
diperlakukan sebagai bagian dari muhibah (goodwill) yang diakui pada
tanggal akuisisi.
o Dalam definisi aktiva tidak berwujud terdapat kriteria bahwa
keteridentifikasian aktiva tidak berwujud harus dapat dibedakan secara
jelas dengan muhibah (goodwill).
o Suatu aktiva tidak berwujud dapat dibedakan secara jelas dengan muhibah
(goodwill) jika aktiva tersebut dapat dipisahkan. Suatu aktiva tersebut
“dapat dipisahkan” jika perusahaan dapat menyewakan, menjual,
menukarkan, atau mendistribusikan manfaat ekonomis masa depan yang
terdapat pada aktiva tersebut tanpa melepaskan manfaat ekonomis di masa
depan yang timbul dari aktiva lain yang digunakan dalam aktivitas yang
sama dalam menghasilkan pendapatan.
o Dapat dipisahkan tidak selalu merupakan prasyarat untuk dapat memenuhi
kriteria keteridentifikasian karena perusahaan dapat saja melakukan
identifikasi dengan cara lain. Misalkan, ketika aktiva tidak berwujud
diperoleh bersama dengan sekelompok aktiva lainnya, transaksi itu bisa
jadi meliputi pengalihan hak hukum yang memungkinkan perusahaan
untuk mengidentifikasi aktiva tidak berwujud.
o Manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari aktiva tidak berwujud
dapat mencakup pendapatan dari penjualan barang atau jasa, penghematan
biaya, atau manfaat lain yang berasal dari penggunaan aktiva tersebut oleh
perusahaan. Misalnya, penggunaan hak kekayaan intelektual dalam suatu
proses produksi tidak meningkatkan pendapatan masa depan, tetapi
menekan biaya produksi masa depan.
o Dalam mengakui suatu pos sebagai aktiva tidak berwujud, perusahaan
perlu menunjukkan bahwa pos tersebut memenuhi:
a. Definisi aktiva tidak berwujud; dan

2
b. Kriteria pengakuan sebagaimana diatur dalam pernyataan ini. (PSAK
No.19)
o Aktiva tidak berwujud diakui jika, dan hanya jika:
a. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis
masa depan dari aktiva tersebut; dan
b. Biaya perolehan aktiva tersebut dapat diukur secara andal.
o Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan,
perusahaan harus menggunakan asumsi yang masuk akal dan dapat
dipertanggungjawabkan, yang merupakan estimasi terbaik manajemen atas
kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa manfaat aktiva tersebut.
o Dalam menilai tingkat kepastian akan adanya manfaat ekonomis masa
depan yang timbul dari penggunaan aktiva tidak berwujud, perusahaan
mempertimbangkan bukti yang tersedia pada saat pengakuan awal aktiva
tidak berwujud dengan memberikan penekanan pada bukti ekstern.
o Suatu aktiva tidak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya
perolehan.

Menurut penulis, sifat aktiva tak berwujud adalah :

o Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.


o Tidak mempunyai bentuk, sehingga tidak bisa dipegang/diraba atau
dilihat.
o Diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah uang tertentu yang jumlahnya
cukup material.
Contoh :
1. Goodwill – timbul pada suatu perusahaan pada waktu membeli suatu
perusahaan lain diatas harga yang berlaku untuk aktiva-bersihnya
setelah dikurangi biaya-biaya : karena perusahaan yang dibeli
mempunyai keunggulan tertentu.

3
2. Hak Patent – jika suatu perusahaan/seseorang menemukan suatu
produk baru setelah melakukan riset selama beberapa waktu dengan
mengeluarkan biaya yang cukup besar. Untuk itu ia dapat
mendaftarkan produk ciptaannya ke Direktorat Hak Patent, untuk
memperoleh Hak Patent, sehingga orang lain tidak dapat membuat
produk yang sama, kecuali orang tersebut sudah membeli hak patent
tersebut atau membayar royalty kepada pemilik hak patent.
3. Hak Cipta (Copy Right) yang diberikan kepada seseorang yang
menciptakan lagu atau mengarang buku.
4. Franchise – misalnya Kentucky Fried Chicken, Mc Donald, Es Teller
’77. Jika seseorang ingin menjual makanan atau minuman dengan
rasa, bentuk, cara penyajian dan dekorasi yang sama, terlebih dahulu
harus membeli hak Franchise.

2.2. Karakteristik Aktiva Tak Berwujud

1. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti aktiva berwujud seperti


property, pabrik, dan peralatan, aktiva tak berwujud memperoleh nilai dari
hak dan keistimewaan atau privilege yang diberikan pada perusahaan yang
menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrument keuangan, aktiva seperti deposito bank,
piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak
memiliki substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak
berwujud. Aktiva ini merupakan instrument keuangan dan menghasilkan
nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak
berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam
aktiva ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban
amortisasi periodic.

4
2.3. Klasifikasi Aktiva Tak Berwujud
1. Cara akuisisi ( manner of acquisition ). Aktiva tak berwujud dapat diperoleh
dengan cara membelinya dari entitas lain. Seperti membeli wiralaba atau
paten dari orang lain. Cara lain untuk memperoleh aktiva tak berwujud adalah
dengan cara membuatnya sendiri melalui operasi, contohnya adalah paten dan
merek dagang.
2. Dapat diidentifikasi ( identifiability ). Beberapa kativa tak berwujud dapat
diidentifikasi secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen,
merek dagang , dan wiralaba. Aktiva tak berwujud lainya tidak dapat
dipisahkan tetapi nilainya dapat diturunkan dari nilai aktiva yang
berhubungan denganya. Contohnya adalah goodwill, yang nilainya dibedakan
atas beberapa factor seperti loyalitas konsumen atas kualitas produk, dan
bukan dari kepemilikan khusus.
3. Dapat dipertukarkan ( exchangeability ). Beberapa aktiva tak berwujud dapat
diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau dengan kata lain dapat
dipertukarkan. Contohnya termasuk paten, merek dagang dan wiralaba. Aktiv
atak berwujud lainya, yang dapat depertukarkan kecuali dengan menjual
perusahaan itu juga . Contohnya dalah biaya organisasi. Tidak ada pihak lain
yang mau membeli biaya organisasi ini secara terpisah ( terlepas dari
perusahaanya ). Goodwill adalah contoh aktiva tak berwujud yang tidak dapat
diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan. Goodwill hanya hanya akan
memepunyai nilai jika dikombinasikan atau dihubungkan denan aktiva lainya
dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi aktiva lainya secara
simultan.
4. Periode manfaat yang diharapkan ( period of expected benefit ). Beberapa
aktiva tak berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan
manfaat kepada perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Sebagai
contoh paten memeiliki umur hokum selama 17 tahun, dan periode manfaat
leasehold yang dicantumkan dalam kontrak lease.

5
2.4. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Aktiva Tak Berwujud

1. Untuk memeriksa apakah Internal control yang cukup baik atas aktiva
tak berwujud.
Dalam hal ini auditor cukup menggunakan internal control questionnaires
(ICQ).
Beberapa ciri internal control yang baik atas aktiva tak berwujud adalah :
 Adanya sistem otorisasi dalam penambahan dan penghapusan aktiva
tak berwujud.
 Adanya internal auditor yang memeriksa kelengkapan bukti
pendukung dari perolehan dan penambahan aktiva tak berwujud, serta
otorisasinya.
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan
aktiva tak berwujud, didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap
serta diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
Misalnya untuk memperoleh franchise apakah ada perjanjian franchisenya,
serta apakah sudah diotorisasi oleh direksi.
3. Untuk memeriksa apakah aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan
masih mempunyai kegunaan dimasa yang akan datang.
Untuk menaksir masa manfaat aktiva tak berwujud harus dipertimbangkan
antara lain :
 Ketentuan hukum, peraturan, perjanjian yang membatasi masa manfaat
maksimum.
 Kemungkinan untuk memperbaharui atau memperpanjang batas masa
manfaat yang telah ditentukan.

6
 Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan dan faktor perubahan
ekonomi dan teknologi yang mempengaruhi masa manfaat.
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aktiva tak berwujud yang dimiliki
perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (SAK).
Menurut PSAK No. 19 (Revisi 2000)
 Jumlah yang dapat diamortisasi dari aktiva tidak berwujud harus
dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa
manfaat. Pada umumnya masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud
tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aktiva siap digunakan.
Amortisasi harus mulai dihitung saat aktiva siap untuk digunakan.
 Manfaat ekonomis masa depan yang terkandung dalam suatu aktiva
tidak terwujud dikonsumsi dengan berjalannya waktu. Untuk
mencerminkan konsumsi tersebut, nilai tercatat aktiva tersebut
diturunkan. Hal tersebut, dilakukan melalui alokasi yang sistematis
atas biaya perolehan, dikurangi nilai sisa. Alokasi yang sistematis
tersebut diperhitungkan sebagai beban amortisasi sepanjang masa
manfaat aktiva tersebut. Amortisasi perlu sebagai beban amortisasi
sepanjang masa manfaat aktiva tersebut. Amortisasi perlu diakui tanpa
memandang apakah telah terjadi kenaikan, misalnya, pada nilai wajar
atau nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tersebut.
 Metode amortisasi harus mencerminkan pola konsumsi manfaat
ekonomis oleh perusahaan. Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan
secara andal, maka harus digunakan metode garis lurus. Biaya
amortisasi setiap periode harus diakui sebagai beban kecuali PSAK
lainnya mengizinkan atau mengharuskannya untuk dimasukkan ke
dalam nilai tercatat aktiva lain.

7
 Terdapat berbagai metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah
yang dapat diamortisasi dari suatu aktiva atas dasar yang sistematis
sepanjang masa manfaatnya. Metode-metode itu meliputi metode garis
lurus, metode saldo menurun, dan metode jumlah unit produksi.
 Nilai sisa suatu aktiva tidak berwujud seharusnya diasumsikan sama
dengan nol, kecuali:
a. Ada komitmen dari pihak ketiga unutk membeli aktiva tersebut
pada akhir masa manfaatnya atau
b. Ada pasar aktif bagi aktiva tersebut dan:
o Nilai sisa aktiva dapat ditentukan dengan mengacu pada
harga yang berlaku di pasar tersebut; dan
o Terdapat kemungkinan yang cukup besar bahwa pasar yang
aktif tersebut akan tetap ada pada akhir masa manfaat
aktiva.
5. Untuk memeriksa apakah hasil /pendapatan yang diperoleh dari aktiva
tak berwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
Misalnya perusahaan mempunyai hak patent, copy right atau franchise dan
memberikan/menjual aktiva tak berwujud tersebut kepada pihak ketiga, maka
auditor harus yakin bahwa pendapatan berupa royalty betul-betul sudah
dicatat dan diterima oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan
keuangan sudah dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia (SAK).
Menurut PSAK No. 19 (Revisi 2000):
 Suatu aktiva tidak berwujud tidak boleh lagi diakui , dan harus
dihilangkan dari neraca, saat aktiva tersebut dilepas atau ketika tidak
ada lagi manfaat masa depan yang diharapkan dari penggunaannya dan
pelepasan yang dilakukan sesudahnya.

8
 Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau
pelepasan suatu aktiva tidak berwujud ditentukan dengan menghitung
selisih antara jumlah penerimaan bersih dari pelepasan aktiva dan nilai
tercatat aktiva tersbut, serta diakui sebagai keuntungan atau kerugian
dalam laporan laba rugi.
 Suatu golongan aktiva tidak berwujud adalah sekumpulan aktiva yang
karakteristik dan penggunaannya dalam operasi perusahaan serupa.
Contoh golongan aktiva tidak berwujud adalah:
a. Nama merek;
b. Piranti lunak computer;
c. Lisensi dan waralaba
d. Hak cipta, paten, dan kekayaan intelektual lainnya;
e. Resep, formula, model, desain, dan prototipe; dan
f. Aktiva tidak berwujud dalam pengembangan.

2.5. Prosedur Audit Atas Aktiva Tak Berwujud

 Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tak berwujud.


Biasanya dilakukan dengan menggunakan internal control questionnaires,
jika auditor menyimpulkan bahwa internal control atas aktiva tak berwujud
adalah baik, maka ruang lingkup (scope) pemeriksaan bisa dipersempit.
 Minta rincian aktiva tak berwujud per tanggal neraca
Penambahan aktiva tak berwujud bisa berasal dari pembelian (goodwill, hak
patent) atau perusahaan melakukan riset untuk membuat produk-produk baru,
yang jika dianggap marketable bisa diurus (didapatkan) hak patentnya ke
Direktorat Hak Patent, sehingga perusahaan lain tidak boleh membuat produk
yang sama, kecuali membayar royalty kepada pemegang hak patent.
 Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu check footing
dan croos footing.

9
 Periksa penambahan aktiva tak berwujud:
- Apakah diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang.
- Periksa notulen rapat direksi/pemegang saham, untuk mengetahui apakah
diotorisasi tersebut diberikan melalui rapat tersebut.
- Periksa keabsahan dan kelengkapan bukti-bukti pendukungnya.
 Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada) aktiva tak berwujud.
Periksa apakah amortisasi dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia (SAK) dan perhitungannya akurat.
Jika ada aktiva tidak berwujud yang dihapuskan, misalnya goodwill, karena
tidak lagi mempunyai kegunaan, maka harus diperiksa otorisasi dari pejabat
perusahaan yang berwenang.
 Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak
ketiga dan periksa apakah pendapatan dari perjanjian tersebut sudah
dicatat dan diterima perusahaan.
Perjanjian untuk menjual/menyewakan hak patent, hak cipta dan
franchisemilik perusahaan kepada pihak ketiga, biasanya dilakukan dihadapan
notaris, karena itu auditor harus meminta copy perjanjian tersebut untuk
permanent file .untuk royalty yang diperoleh harus diperiksa apakah sudah
dikenakan PPh 23 sesuai dengan peraturan pajak yang beralku.
Selain itu auditor harus memeriksa buku penerimaan kas (bank) untuk
mengetahui apakah pendapatan dari penjualan/penyewaan tersebut sudah
diterima oleh perusahaan dan dicatat di buku perusahaan.
 Periksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan keuangan
sudah sesuai dengan SAK.
Dalam hal ini perusahaan harus mencatat perolehan/penambahan aktiva tak
berwujud sebesar harga perolehannya.Di neraca aktiva tak berwujud disajikan
sebesar nilai netonya, setelah diamortisasi. Sedangkan di catatan atas laporan
keuangan harus dijelaskan antara lain: saldo aktiva tak berwujud terdiri dari

10
apa saja, dengan mencantumkan nilai neto dari masing-masing jenis aktiva tak
berwujud, dan metode serta periode amor
tisasinya.
Di kertas kerja pemeriksaan aktiva tak berwujud, auditor harus
mencantumkan kesimpulan pemeriksaannya mengenai kewajaran saldo
perkiraan aktiva tak berwujud.

Contoh Internal Control Questionnaires Aset Tak Berwujud

Y = Y a T= Tidak
K l i e n TR= Tidak Relevan
Y T T R
1. Apakah setiap penambahan dan pengurangan asset tak berwujud diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang?

2. Apakah setiap penambahan asset tak berwujud didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap:
 Bukti pengeluaran ka s
 K u i t a n s i p e m b a y a r a n
 Perjanjian dengan pihak ketig a

3. Apakah amortisasi asset tak berwujud sesuai dengan SAK di Indonesia (ETAP/ PSAK/ IFRS) dan konsisten dengan tahun lalu? √
Metode yang di gunakan: Straight lin e √
Periode amortisasi: 20 tahun dan 10 tahun √

4. Apakah asset tak berwujud yang dijual atau disewakan kepada pihak ketiga, seperti hak paten, copy right, franchise:
 Didukung oleh suatu kontrak? √

 Diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang?


 Royalty atau hasil penjualan sudah dicatat di buku perusahaan dan uangnya diterima oleh perusahaan?

11
 Pajak penghasilan sudah dibayar sesuai dengan peraturan yang berlaku?

Kes i m pul an peni l ai an: B ai k

Revisi kesimpulan penilaian (lampirkan alasannya) √



D i i s i o l e h : T a n g g a l :

Di-review oleh: T a n g g a l :

Contoh Kertas Kerja Pemeriksaan Aset Tak Berwujud

12
S a l d o A w a l 1 - 1 - 2 0 1 1 Rp 325.000.000 V/
P e n a m b a h a n t a h u n 2 0 1 1
Tanggal N o . B u k t i K e t e r a n g a n J u m l a h
13-07-11 BK106/VII/11 Pembelian hak paten untuk produk baru Rp 500.000.000 Vo

Pembelian copy right untuk buku baru Rp 100.000.000 Vo


17-12-11 BK77/XII/11

Rp 600.000.000
^

Pengurangan tahun2011
A m o r t i s a s i :
 Goodwill ex PT A5%xRp600.000.000= Rp 30.000.000 ^
 Hak Paten Rp 25.000.000 ^
P e n g h a p u s a n : 10%x6/12xRp500.000.000=
 Goodwill ex PT B Rp 25.000.000j

(Rp 80.000.000)
^
S a l d o p e r b u k u 3 1 - 1 2 - 2 0 1 1 Rp 845.000.000L
^
Vo Periksa bukti pengeluaran kas dan perjanjian Saldo awal terdiri dari:
V/ Cocokkan dengan KKP tahun lalu  Goodwil ex PT A dengan biaya Rp 600.000.000 sudah diamortisasi 10 tahun (sisa Rp 300.000.000)
L Cocokkan dengan buku besar  Goodwil ex PT B dengan biaya Rp 100.000.000 sudah diamortisasi 15 tahun (sisa Rp 25.000.000)

13
^ C heck foot i ng/ perk al i ka n
J Periksa journal entry dan otorisasi direks i
DIBUAT OLEH: DI-REVIEW: KLIEN: PT RENIKU PERIODE I N D E K S

TGL: 13/1/2012
TGL: 22/1/2012 SCHEDULE: Aset Tak Berwujud
31/12/2011 L

2.6. Contoh Kasus

a. Perusahaan membeli hak paten sebesar Rp 100.000.000. Masa manfaat adalah


17 tahun dan telah dikeluarkan 7 tahun yang lalu sebelum tanggal pembelian.
Masa manfaat yang tersisa adalah 10 tahun (17 tahun – 7 tahun), maka:

Amortisasi per tahun = Rp 100.000.000 : 10 tahun


= Rp 10.000.000 per tahun

Ayat jurnal yang perlu dibuat pada akhir tahun:


Beban Amortisasi Rp 10.000.000 -
Paten - Rp 10.000.000

b. Pada awal tahun buku sebuah perusahaan mengeluarkan uang sebesar Rp


3.400.000 untuk memperoleh hak paten. Pada saat memperoleh hak paten,
perusahaan tersebut menjurnal:
Paten Rp 3.400.000 -
Kas - Rp 3.400.000

14
Perhitungan amortisasi tiap tahun:
Rp 3.400.000 : 17 = Rp 200.000 per tahun

Tiap akhir tahun jurnal penyesuaian yang dibuat:


Beban amortisasi Rp 200.000 -
Paten - Rp 200.000

c. PT. Royal Bali Cemerlang, adalah perusahaan exporter kerang mutiara.


Karena meningkatknya order atas kerang mutiara, PT Royal Bali Cemerlang
mengalami kesulitan supply, satu-satunya supplier kerang mutiara terbesar
dari Jayapura, yaitu PT. Jarang Untung, secara terus menerus melakukan
kenaikan harga atas supply-nya. Dominasi PT. Jarang Untung atas supply
kerang mutiara menjadi kesulitan tersendiri bagi PT. Royal Bali. Berdasarkan
hasil rapat pemegang saham tanggal 31 Januari 2007 PT. Royal Bali
Cemerlang memutuskan untuk membeli PT. Jarang Untung seharga Rp
6,000,000 secara tunai. Sebelum pembelian dilakukan neraca masing-masing
perusahaan adalah sebagai berikut :

NERACA PT. JARANG UNTUNG, Per 31 Januari 2007

15
NERACA PT. ROYAL BALI CEMERLANG, Per 31 Januari 2007

Pertanyaan-nya :

(-) Apakah ada goodwill yang bisa diakui ?


(-) Jika ada berapa besarnya goodwill ?
(-) Bagaimana menjurnalnya ?

Mulai dengan menentukan kekayaan bersihnya (net asset) dengan persamaan :

Net Asset = Total Asset – Liability

Net Asset = 6.750.000 – 1.000.000

Net Asset = 5.750.000

Merujuk batasan pengakuan atas goodwill, dimana goodwill merupakan selisih antara
Harga beli dengan Nilai kekayaan bersih (net asset) yang dapat diidentifikasi atas

16
perusahaan yang dibeli, maka besarnya goodwill dapat kita tentukan :

Goodwill = Harga Beli – Net Asset


Goodwill = 6.000.000 – 5.750.000
Goodwill = 250.000

Dicatat dengan jurnal :

Selanjutnya, kita akan memperoleh “NERACA GABUNGAN” setelah merger


dilakukan, akan nampak sebagai berikut :

17
Amortisasi Goodwill

Di Indonesia, Goodwill diamortisasi selama 5 (lima) tahun. Adapun metode


amortisasi yang dipakai adalah Metode Garis Lurus (straight Line Method).
Maka JADWAL PENYUSUTAN nya dapat kita buat sebagai berikut :

31 Des 2007 = (250,000 : 5) x 11/12 = 50,000 X 11/12 = 45,833


31 Des 2008 = (250,000 : 5) x 12/12 = 50,000
31 Des 2009 = 50,000
31 Des 2010 = 50,000
31 Des 2011 = 50,000
31 Des 2012 = 4,167

18
Setiap tanggal 31 Desember, amortisasi goodwill dibebankan ke dalam Laba Rugi
perusahaan sekaligus mengurangi nilai buku goodwill di neraca, dengan jurnal :

31 Desember 2007 :
Beban Amortisasi Goodwill 45,833 -
Akumulasi Amortisasi Goodwill - 45,833

dan seterusnya.

Catatan : Pada neraca, akumulasi amortisasi goodwill dan intangible asset lainnya,
biasanya tidak dicantumkan, melainkan hanya dicantumkan sebesar nilai bukunya
(nilai perolehan dikurangi akumulasi amortisasinya) saja.

19

Anda mungkin juga menyukai