KELAS : 7 A2 AKUNTANSI
NPM : 201510315139
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori
keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan
kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang
menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut
”nexus of contract”.
Jensen dan Meckling(1976) mendefinisikan hubungan keagenan (agency relationship)sebagai
berikut:
"an agency relationship as a contract under which one or more persons(the principal(s))
engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves
delegating some decision making authorityto the agent"
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak
tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini
agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Hubungan Prinsipal dan Agen
- Pemegang Saham dan Manajemen
Hubungan keagenan dalam teori agensi muncul karena adanya hubungan kerja antara
pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima
wewenang (agen) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama dimana prinsipal
mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agen dalam mengelola kekayaan
investor (Brigham dan Houston, 2004).
Pemicu Konflik Kepentingan dan Masalah Keagenan Yang Timbul (Informasi Asimetri
dan Perilaku Self-Interest)
Permasalahan yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen
disebut dengan agency problems. Salah satu penyebab agency problems adalah adanya
asymmetric information (Informasi Asimetri). Asymmetric Information adalah
ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak
memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen, sebaliknya agen memiliki lebih banyak
informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut adalah:
1. Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang
disepakati bersama dalam kontrak kerja.
2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan di mana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah
suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah
diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Selain itu, masalah keagenan juga dapat terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas
saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi kepemilikan
yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan
pribadi(self interest) dan bukan untuk memaksimumkan perusahaan.Inilah yang nantinya akan
menyebabkan biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency
cost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan
terhadap agen.
GCG merupakan:
- Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, direksi,
pemegang saham, dan para stakeholder lainnya.
- Suatu sistem pengawasan dan keseimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang
dapat membatasi munculnya dua peluang, yaitu pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset
perusahaan.
- Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut dengan
pengukuran kinerjanya.
Organ Korporat
Organ perusahaan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan
Komisaris, dan Direksi.
2. Dewan Komisaris
Merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa
perusahaan melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
3. Direksi
Adalah organ perusahaan yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan perusahaan
untuk kepentingan dan tujuan perusahaan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Jensen & Meckling, 1976, The Theory of the Firm: Manajerial Behaviour, Agency Cost, and
Ownership Structure. Journal of Financial and Econimics, 3:305-306
Jensen, M., 1986, Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takevers. American
Econimisc Review, Vol. 76, hlm. 323-326
Masdupi, 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan Hutang dalam
Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi Bisnis vol.20, No.1 Desember. 56-69.
KNKG. 2006. Indonesia’s Code of Good Corporate Governance. Jakarta: National Committee
on Governance
https://www.scribd.com.