Anda di halaman 1dari 6

RESUME PERTEMUAN KE-9

ALASAN DIPERLUKAN TATA KELOLA YANG BAIK DAN ETIKA BISNIS

NAMA : FILDA ISNAENI

KELAS : 7 A2 AKUNTANSI

NPM : 201510315139

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori
keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan
kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang
menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut
”nexus of contract”.
Jensen dan Meckling(1976) mendefinisikan hubungan keagenan (agency relationship)sebagai
berikut:
"an agency relationship as a contract under which one or more persons(the principal(s))
engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves
delegating some decision making authorityto the agent"

Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak
tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini
agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Hubungan Prinsipal dan Agen
- Pemegang Saham dan Manajemen
Hubungan keagenan dalam teori agensi muncul karena adanya hubungan kerja antara
pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima
wewenang (agen) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama dimana prinsipal
mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agen dalam mengelola kekayaan
investor (Brigham dan Houston, 2004).

- Kreditur dan Manajemen


Penggunaan utang atau dana masyarakat dapat menimbulkan masalah keagenan pada saat
manajer memutuskan untuk melakukaninvestasi yang berisiko tinggi. Keputusan semacam itu
bila berjalan baikakan sangat menguntungkan bagi bank, namun jika gagal akan
sangatmerugikan bagi kreditur. Disisi lain utang juga akan mendorong manajemen
untukmenyerahkan arus kas bebas kepada pemegang saham yang selanjutnyadigunakan untuk
membayar kembali kewajiban atau untuk reinvestasi (Jensen 1986).

- Pemangku Kepentingan Lainnya dan Manajemen


Menurut Van der Stede (2007), tata kelola perusahaan merujuk pada seperangkat
mekanisme dan proses yang membantu memastikan bahwa perusahaan diarahkan dan dikelola
untuk menciptakan nilai bagi pemiliknya sementara secara bersamaan memenuhi tanggung
jawab kepada para pemangku kepentingan lain (misalnya karyawan, pemasok, masyarakat pada
umumnya).

Pemicu Konflik Kepentingan dan Masalah Keagenan Yang Timbul (Informasi Asimetri
dan Perilaku Self-Interest)
Permasalahan yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen
disebut dengan agency problems. Salah satu penyebab agency problems adalah adanya
asymmetric information (Informasi Asimetri). Asymmetric Information adalah
ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak
memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen, sebaliknya agen memiliki lebih banyak
informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut adalah:
1. Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang
disepakati bersama dalam kontrak kerja.
2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan di mana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah
suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah
diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Selain itu, masalah keagenan juga dapat terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas
saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi kepemilikan
yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan
pribadi(self interest) dan bukan untuk memaksimumkan perusahaan.Inilah yang nantinya akan
menyebabkan biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency
cost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan
terhadap agen.

2. Definisi dan Prinsip Dasar Tata Kelola


Menurut KNKG (2006), prinsip-prinsip GCG terdiri dari :

- Transparansi = Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus


menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan.

- Akuntabilitas = Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara


transparan dan wajar.
- Responsibilitas = Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan
sebagai good corporate citizen.
- Independensi = Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

- Kewajaran (fairness) = Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan


pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.
3. Peran Tata Kelola dan Tata Kelola Bisnis Untuk Mengatasi Konflik Kepentingan

GCG merupakan:

- Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, direksi,
pemegang saham, dan para stakeholder lainnya.

- Suatu sistem pengawasan dan keseimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang
dapat membatasi munculnya dua peluang, yaitu pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset
perusahaan.

- Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut dengan
pengukuran kinerjanya.

4. Tinjauan Struktur Tata Kelola di Indonesia


 Perbandingan Struktur Satu Dewan dan Dua Dewan
Di dalam one-tier corporate governance system, ada empat tipe struktur board:
1. Semua direktur eksekutif adalah anggota board. Top managers adalah juga anggota
board. ini banyak ditemukan pada perusahaan kecil, perusahaan keluarga dan start-up
business.
2. Mayoritas anggota board adalah direktur eksekutif. Di struktur ini ada direktur non-
eksekutif dalam board namun jumlahnya sedikit (minoritas).
3. Mayoritas adalah direktur non-eksekutif. Sebagian besar dari direktur non-eksekutif ini
adalah direktur independen.
4. Semua non-eksekutif direktur adalah anggota board. Banyak ditemukan dalam
organisasi non-laba.
Sedangkan di dalam two-tier s\ystem, peran dewan komisaris dan dewan direksi dipisah
secara jelas. Dewan komisaris akan mengawasi kerja dewan direksi.Untuk two-tier
corporate governance system, struktur yang ada ialah terdiri dari dua board:
1. Dewan pengawas (supervisory board). Ini terdiri dari direktur non-eksekutif
independen dan direktur non-eksekutif tidak independen (connected).
2. Dewan pelaksana (executive board). Ini terdiri dari semua direktur pelaksana seperti
CEO, CFO, COO, CIO (C-level management).
Indonesia menganut sistem two-tier governance.

 Organ Korporat
Organ perusahaan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan
Komisaris, dan Direksi.

 Hubungan antar Organ


1. RUPS
Adalah organ perusahaan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan dan
memegang segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Dewan Komisaris.
RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil
keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan
memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan.

2. Dewan Komisaris
Merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa
perusahaan melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

3. Direksi
Adalah organ perusahaan yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan perusahaan
untuk kepentingan dan tujuan perusahaan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

5. Prinsip-Prinsip Tata Kelola Menurut OECD (Organization For Economic Co-Operation


And Development)
Perusahaan harus memastikan dasar kerangka tata kelola perusahaan yang efektif (OECD,
2004). Kerangka tata kelola perusahaan harus menunjukkan transparansi dan pasar yang efisien,
konsisten dengan aturan hukum dan jelas mengartikulasikan pembagian tanggung jawab antara
berbagai pengawasan dan penegakan hukum yang berlaku. Dasar kerangka tata kelola perusahaan
yang efektif yaitu:
- Kerangka tata kelola perusahaan harus dikembangkan dengan tujuan untuk berdampak
pada kinerja ekonomi secara keseluruhan, integritas pasar dan insentif untuk menciptakan
pelaku pasar dan kenaikan pasar yang transparan dan efisien.
- Persyaratan hukum dan peraturan yang mempengaruhi praktik tata kelola perusahaan
dalam yurisdiksi harus konsisten dengan aturan hukum, transparan, dan dapat
dilaksanakan.
- Pembagian tanggung jawab antara otoritas yang berbeda dalam yurisdiksi yang harus jelas
diartikulasikan dan memastikan bahwa kepentingan umum disajikan.
- Pengawas, pihak berwenang, dan penegak hukum harus memiliki wewenang, integritas
dan sumber daya untuk memenuhi tugas mereka secara profesional dan obyektif. Selain
itu,keputusan mereka harus tepat waktu,transparan dan sepenuhnya dijelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Jensen & Meckling, 1976, The Theory of the Firm: Manajerial Behaviour, Agency Cost, and
Ownership Structure. Journal of Financial and Econimics, 3:305-306

Brigham Eugene, F. dan J. Houston. 2004. Fundamentals of Financial Management Dasar-


Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Jensen, M., 1986, Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takevers. American
Econimisc Review, Vol. 76, hlm. 323-326

Stede, K. A. 2007. Management Control System Performance Measurement, Evaluation and


Incentive.

Masdupi, 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan Hutang dalam
Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi Bisnis vol.20, No.1 Desember. 56-69.

KNKG. 2006. Indonesia’s Code of Good Corporate Governance. Jakarta: National Committee
on Governance

EOCD. 2004. EOCD Principles of Corporate Governance

https://www.scribd.com.

Anda mungkin juga menyukai