Anda di halaman 1dari 3

1.

Menurut Parkinson (1994) dalam melville (2007) mendefinisikan Corporate Governance dari
perspektif keuangan sebagai berikut :
“corporate governance is the process of supervisionand control intended to ensure that the
company’s management acts in accordance with the interests of shareholders” dimana tata
kelola perusahaan merupakan suatu proses supervisi dan pengendalian yang dimaksudkan
untuk memastikan bahwa manajemen perusahaan bertindak sesuai dengan kepentingan
pemegang saham.
2. Sedangkan menurut Sheleifer dan Vishny (1997:737) Corporate Governance merupakan :
“corporate governance deals with the ways in which suppliers of finance to corporations assure
themselves of getting a return on their investment”
3. Menurut Solomon (2007) corporate governance ialah :
“is the system of checks and balances, both internal and external to companies, which ensures
that companies discharge their accountability to all their stakeholders and act in a socially
responsible way in all areas of their business activity” dimana tata kelola perusahan merupakan
suatu system cek dan balances, baik secara internal ataupun eksternal terhadap perusahaan
yang memastikan bahwa perusahaan menjalankan akuntabilitas terhadap semua pemangku
kepentingan dan melakukan tanggungjawab social pada setiap aktivitas bisnisnya
4. Menurut Gregory dan Simm (1999:2) corporate governance merupakan:
“the term ‘corporate governance’is susceptible of both narrow and broad definitions. Narrowly
defined, it concerns the relationships between corporate managers, directors and shareholders.
It can also encompass the relationship of the corporation to stakeholders and society. More
broadly defined still, ‘corporate governance’ can encompass the combination of lawas,
regulations, listing rules, and voluntary private sector practices that enable the corporation to
attract capital, perform efficiently, generate profit and meet both, legal obligations and general
societal expectations” dimana tata kelola perusahan di definisakan secara sempit dan secara
luas. Secara sempit, tata kelola perusahaan menyangkut hubungan antara manajer, direksi dan
pemegang saham. Juga dapat mencakup hubungan perusahaan dengan pemangku kepentingan
dan masyarakat. Secara luas, tata kelola perusahan mencakup gabungan undang-undang,
regulasi, aturan yang terdaftar dan praktik perusahan yeng memungkinkan perusahaan
mendapatkan pendanaan, melakukan kegiatan secara efisien, menghasilkan laba, dan
memenuhi dua hal sekaligus : kewajiban hukum dan harapan masyarakat umum.

dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa tata kelola perusahaan atau corporate
governance merupakan suatu system yang mengatur keberadaan fungsi organ dan
hubungannya, baik hubungan diantara fungsi internal perusahaan maupun eksternal dimana
semua diarahkan untuk memenuhi kepentingan pemegang saham (shareholders) dan
pemangku kepentingan lainnya (stakeholders). Adapun karakteristik corporate governance
diantaranya dewan komisaris, dewan direksi, investor, para pemangku kepentingan,
pemerintah dan masyarakat.
Menurut pendapat saya, dalam kasus PT. SULI ini telah melanggar hak pemegang
saham minoritas. Seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan
pemegang saham asing harus diperlakukan setara. Seluruh pemegang saham harus diberikan
kesempatan yang sama untuk mendapatkan perhatian bila hak-haknya dilanggar.  Pada PT.
Sumalindo Kenyataan bahwa selalu kalah dalam voting ketika meminta audit perusahaan, Deddy
Hartawan Jamin akhirnya mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dua hal
yang dituntutnya, yakni audit terhadap pembukuan perusahaan dan audit dalam bidang industri
kehutanan. Hasilnya, pada 9 Mei 2011 majelis hakim PN Jakarta Selatan mengabulkan
permohonan tersebut.  Upaya memperjuangkan keterbukaan ini sempat mendapat halangan dari
Sumalindo dengan mengajukan Kasasi di MA, namun mendapat penolakan tahun 2012.

Dalam kasus ini Penggugat dalam hal ini pemegang saham minoritas, dan sebagai
tergugat pemegang saham mayoritas adalah PT Sumalindo Lestari Jaya (SULI), Tbk. Penggugat
pemegang saham minoritas keberatan atas perbuatan dalam penjualan saham dan tidak adanya
keterbukaan informasi, melawan hukum yang dilakukan oleh manajemen dan pemegang saham
mayoritas, pemegang saham minoritas merasa dirugikan atas kesalahan prosedur, pemegang
saham minoritas menganggap dalam perbuatan melawan hukum pihak manajemen dan direksi
dalam pengelolaan perseroan tanpa melalui tata kelola perusahaan yang baik dan benar (good
corporate governance), tidak tercapai harapan sesuai apa yang diinginkan oleh pemegang saham
akibat manajemen (pengelolaan) perusahaanpun yang dijalankan tidak efektif dan efisien,
dikarenakan adanya faktor berpengaruh.
Dalam kasusnya harusnya pemegang saham mayoritas harus memperhatikan juga
kepentingan ataupun hak-hak dari pemegang saham minoritas. Sesuai dengan prinsip OECD
yang ke 3 prinsip ini menekankan menekankan pentingnya kepercayaan investor di pasar modal.
Untuk itu industri pasar modal harus dapat melindungi investor dari perlakuan yang tidak benar
yang mungkin dilakukan oleh manajer, dewan komisaris, dewan direksi atau pemegang saham
utama perusahaan.

Pada praktiknya pemegang saham utama perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih
banyak untuk memberikan pengaruhnya dalam kegiatan operasional perusahaan. Dari praktik ini,
seringkali transaksi yang terjadi memberikan manfaat hanya kepada pemegang saham utama atau
bahkan untuk kepentingan direksi dan komisaris. Dari kemungkinan terjadinya usaha-usaha yang
dapatmerugikan kepentingan investor, baik lokal maupun asing, maka prinsip ini menyatakan
bahwa untuk melindungi investor, perlu suatu informasi yang jelas mengenai hak dari
pemegang saham.
Sistem tata kelola perusahaan keluarga dibangun berdasarkan berbagai unsur informal. Budaya
yang dianut secara turun temurun dalam keluarga juga dianggap sebagai unsur pengelolaan yang
sangat penting. Nilai-nilai budaya tersebut kemudian dijadikan sebagai panduan berbisnis dan
dasar evaluasi bagi pencapaian perusahaan keluarga. Biasanya, budaya keluarga yang
diberlakukan di perusahaan mencakup nilai-nilai ekonomi, agama, politik, lingkungan, etika, dan
keadilan. Penanaman nilai-nilai dan visi tersebut harus dilakukan secara maksimal demi
menumbuhkan kepedulian di kalangan anggota keluarga yang mengelola bisnis. Salah satu
elemen tata kelola perusahaan yang bersifat informal tetapi sangat penting bagi perusahaan
keluarga adalah persepsi keadilan. Jenis keadilan tersebut bisa dijabarkan dalam tiga bentuk,
yaitu keadilan hasil (distributif), keadilan dalam proses pengambilan keputusan (prosedural), dan
keadilan perawatan (interaksional). Jika tata kelola perusahaan keluarga berhasil menjunjung
tinggi keadilan, risiko konflik dan ketidakpuasan anggota keluarga dapat diminimalkan. Karena
setiap individu yang terlibat dalam perusahaan keluarga tak mudah kecewa karena merasa sudah
mendapatkan keadilan.

Oleh sebab itu, setiap perusahaan keluarga harus menjunjung tinggi prinsip keadilan demi
keberlangsungan perusahaan.

Penerapan prinsip keadilan pada tata kelola perusahaan keluarga harus didasari oleh prinsip
komunikasi, klarifikasi, eksistensi, perubahan, dan komitmen terhadap keadilan. Proses
pengelolaan perusahaan yang positif dengan prinsip keadilan akan mendukung proses bisnis
secara efektif. Jika tak ada proses yang adil dalam perusahaan keluarga, setiap anggota keluarga
yang terlibat akan bereaksi keras terhadap ketidakadilan yang dirasakan.

Pada umumnya, sistem tata kelola yang diimplementasikan pada perusahaan keluarga dapat
bertahan lama dan turun menurun. Oleh karena itu, penerapannya harus terus diberlakukan
secara disiplin sambil disesuaikan dengan budaya yang dipegang teguh oleh keluarga.
Perusahaan keluarga tak boleh sekadar bergantung pada tingkat kedekatan emosional antar
anggota keluarga. Tetapi juga harus berorientasi pada kemampuan adaptasi anggota keluarga
yang terlibat mengelola perusahaan tersebut. Hal positif ini akan membuat perusahaan keluarga
terbebas dari kesan kolot dan mampu mengungguli persaingan pasar.

Anda mungkin juga menyukai