Anda di halaman 1dari 10

Diajeng et al., Narsisme Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik......

32

Narsisme Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis


Semiotik Atas Sustainability Reporting PT. Kaltim Prima Coal
Dan PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero)
(Narcissism In Corporate Social Responsibility Reporting: Semiotic Analysis
Of Sustainability Reporting PT. Kaltim Prima Coal
And PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero))
Diajeng Ade Sakina, Nining Ika Wahyuni, Imam Mas'ud
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
Email: diajengadesakina@yahoo.com

Abstrak
Laporan keberlanjutan adalah salah satu bentuk akuntabilitas perusahaan berupa pengungkapan kinerja organisasi yang
mencakup laporan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Adanya teks naratif pada laporan keberlanjutan tersebut memberikan
kesempatan perusahaan untuk mempengaruhi para pemangku kepentingan dengan cara merekayasa kalimat-kalimat yang
digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana struktur laporan keberlanjutan dan mengkaji apakah
terdapat penggunaan narsisme bahasa pada laporan tersebut. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik. Data yang dianalisis adalah laporan keberlanjutan salah satu perusahaan
pertambangan dan perkebunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sturuktur laporan keberlanjutan kedua perusahaan (PT.
Katim Prima Coal dan PT. Perkebunan Nusantara XIII) memiliki banyak persamaan meskipun keduanya berbeda
karateristik. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat penggunaan narsisme bahasa yang dapat digolongkan
sebagai upaya perusahaan dalam membentuk image positif, menghindari image negatif, dan memperoleh legitimasi dari para
pemangku kepentingan

Kata kunci: Laporan keberlanjutan, narsisme, teks naratif, semiotik.

Abstract
Sustainability reporting is one of accountability form of the company in the disclosure of organizational performance that
includes economic reports, social, and enviromental. The existence of narrative text in the sustainability reporting gives the
company an opportunity to affect the stakeholders by the way to manipulate sentences are used. The purpose of this
research was to analize the structure of sustainability reporting and to investigate whether there was a use of language
narcisism on the report or not . This research was conducted in qualitative research methods by using semiotic ananlysis.
The data analized were sustainability reporting on one of mining and plantation company. The result of this research
showed that the structure of sustainability reporting on both companies (PT. Katim Prima Coal dan PT. Perkebunan
Nusantara XIII) had a lot similarities although both of them have different characetrisitics. In addition, this research also
showed that there was language narcicism that can be classified as the comapny’s efforts in forming positive images,
avoiding negative images and obtaining legitimation from the stakeholders.

Keyword: Sustainability reporting, narcissism, narrative text, semiotic.

Pendahuluan sekitar perusahaan atau yang sering disebut dengan


corporate social responsibility. Corporate social
Kebutuhan stakeholder akan informasi kinerja perusahaan responsibility (CSR) menurut Akbar (2008) adalah bentuk
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Informasi tersebut tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku
tidak hanya mencakup informasi kuantitatif, melainkan juga kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak
informasi-informasi kualitatif. Kualitas suatu perusahaan negatif dan memaksimalkan dampak positif atas kegiatan
dapat terlihat dari luas tidaknya pengungkapan informasi operasional perusahaan. Bentuk dari corporate social
tersebut. Perkembangan dunia bisnis juga menuntut corporate responsibility menurut Isra dan Busyra dalam
perusahaan untuk semakin terbuka kepada stakeholder Inshani (2012) terbagi menjadi empat yaitu pengelolaan
mengenai tanggung jawab sosial mereka. Hal ini terkait lingkungan yang baik, kemitraan antara perusahaan dengan
dengan konsep pembangunan keberlanjutan yang menuntut masyarakat, penanganan kelestarian lingkungan dan
perusahaan untuk tidak hanya berorientasi profit, namun investasi sosial. Pengungkapan CSR selain sebagai suatu
juga ikut dalam membangun ekonomi, sosial dan lingkungan keharusan sebagaimana tercantum dalam UU No. 40 Tahun

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 32-41


Diajeng et al., Narsisme Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik...... 33

2007, juga mampu menjaga eksistensi perusahaan untuk XIII (Persero) untuk pertama kali melaporkan tanggung
bertahan dalam jangka waktu yang lama. jawab sosial dengan menerbitkan sustainability reporting.
Namun dengan berkembangnya waktu dan semakin Penjelasan diatas, menjadi salah satu alasan peneliti tertarik
beragamnya kebutuhan akan informasi, stakeholder untuk menjadikan perusahaan pertambangan dan perkebunan
menginginkan tranparansi perusahaan yang lebih baik lagi. sebagai objek penelitian karena keduanya memiliki latar
Sehingga muncullah laporan keberlanjutan atau lebih dikenal belakang yang berbeda. Selain itu, pengalaman dalam
dengan sustainability reporting. Laporan keberlanjutan pengungkapkan tanggung jawab sosial kemungkinan
adalah praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya menjadi penentu pemilihan kata dalam sustainability
akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan reporting. Sebagai salah satu media komunikasi antara
pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku perusahaan dengan stakeholder, sangat memungkinkan
kepentingan baik internal maupun eksternal (Global sekali perusahaan yang pertama kali menerbitkan
Reporting Initiative, 2006).Sebuah laporan keberlanjutan sustainability reporting melebih-lebihkan informasi dan
harus menyediakan gambaran yang berimbang dan masuk cenderung pada narsisme dengan harapan diterima dan
akal dari kinerja keberlanjutan sebuah organisasi, baik mampu meningkatkan prestise perusahaan yang tercermin
kontribusi yang positif maupun negatif (Global Reporting dari pujian maupun sekedar pengakuan dari berbagai pihak.
Initiative, 2006). Gambaran yang dimaksud bisa berupa Hal ini didukung dengan pendapat Rathus dan Nevid dalam
narrative text, foto, tabel, dan grafik. bukunya, Abnormal Psychology (2000), orang yang
narcissistic atau narsistik memandang dirinya dengan cara
Hal yang menarik dan perlu diamati adalah narrative text
yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan
karena image positif perusahaan bisa terbentuk melalui
dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian. Kondisi
penyusunan kata-kata. Teks naratif yang ada dalam
ini kemungkinan berbeda dengan perusahaan pertambangan
sustainability reporting antara lain meliputi diskusi dan
yang sudah bertahun-tahun melaporkan tanggung jawab
analisis manajemen dan sambutan yang disampaikan direktur
sosial. Dalam penyampaiannya, perusahaan kemungkinan
dan komisaris (Chariri dan Nugroho, 2009). Melalui teks
memilih kata yang lebih komunikatif daripada persuasif
naratif tersebut, perusahaan secara aktif berusaha
sehingga cenderung menjauhi narsisme.
membentuk image positif dan menghindari image negatif
dan cara ini merupakan salah satu strategi perusahaan dalam Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian bertujuan untuk
membangun kepercayaan publik (Chariri dan Nugroho, menganalisis struktrur sustainability reporting dan mengkaji
2009). Hal ini Tentunya hal ini sangat berpengaruh terhadap apakah terdapat penggunaan narsisme bahasa pada
keputusan yang akan diambil oleh stakeholder. pelaporan tersebut dengan menggunakan analisis semiotik
atas sustainability reporting PT. Kaltim Prima Coal dan PT.
Sikap menghindari pencitraan yang buruk dan membentuk
Perkebunan Nusantara XIII (Persero). Kedua perusahaan
citra yang baik tidak bisa terlepas dari sikap narsis individu.
yang menjadi objek penelitian merupakan pemenang dalam
Narsisme merupakan salah satu sikap individu yang
Indonesia Sustainability Reporting Award 2012 masing-
berusaha meningkatkan dan mempertahankan penilaian yang
masing dalam kategori Best Sustainability Report 2011
tinggi pada dirinya. Chatterje dan Hambrick (2006)
Kategori A dan Commendation for the First Time
mengatakan bahwa narsisme memiliki kebutuhan yang kuat
Sustainability Report yang diselenggarakan oleh National
atas ketegasan orang lain terhadap keunggulan yang dimiliki.
Center for Sustainability Reporting (NCSR).
Oleh karena itu, perilaku narsis cenderung untuk berupaya
menciptakan image positif atas dirinya, yang juga akan
menimbulkan optimisme dan keyakinan yang kuat atas hasil Metode Penelitian
yang diperoleh nantinya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang
Perusahaan pertambangan adalah salah satu perusahaan yang menganalisis data menggunakan analisis semiotik. Sumber
concern dalam menerapkan corporate social responsibility. data yang digunakan adalah sustainability reporting PT.
Kebanyakan perusahaan pertambangan menerapkan Kaltim Prima Coal dan PT. Perkebunan Nusantara XIII
corporate social responsibility supaya operasional (Persero) yang dijadikan sebagai objek penelitian. Metode
perusahaan terus berjalan dengan baik dan mampu pengumpulan data yang digunakan adalah content analysis.
mengamankan investasi jangka panjang karena dalam Content analysis merupakan metode pengumpulan data
kesehariannya, perusahaan bersinggungan langsung dengan penelitian melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi
lingkungan. atau pesan dari suatu dokumen (Indriantoro dan Supomo,
Selain perusahaan pertambangan yang mayoritas sudah 2009). Tujuan content analysis adalah melakukan
mulai menerbitkan sustainability reporting, Badan Usaha identifikasi terhadap karateristik atau informasi spesifik yang
Milik Negara (BUMN) juga tak luput dalam pelaksanaan terdapat pada suatu dokumen dimana dalam penelitian ini
CSR sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN. meggunakan sustainability reporting untuk menghasilkan
Undang-undang tersebut secara tidak langsung deskripsi yang sistematik. Peneliti menggumpulkan data
mengisyaratkan BUMN untuk melaksanakan CSR tak dengan mengunduh laporan keberlanjutan PT. Kaltim Prima
terkecuali perkebunan-perkebunan besar di Indonesia. Tak Coal dan PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) pada
heran beberapa perusahaan perkebunan, terutama website resmi kedua perusahaan. Langkah dalam analisis
perkebunan nusantara di Indonesia mulai melaksanakan data yakni melakukan pengamatan pada struktur
CSR. Bahkan pada tahun 2010, PT. Perkebunan Nusantara sustainability reporting, mengidentifikasi kalimat yang

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 32-41


Diajeng et al., Narsisme Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik...... 34

tergolong dalam narsisme bahasa dan mengintepretasikan Bagian Pengantar


kalimat tersebut.
Sustainability reporting PT. Kaltim Prima Coal diawali
dengan tampilan gambar berupa Report Card Setelah itu,
Hasil Penelitian Dan Pembahasan bagian pengantar dilanjutkan dengan penjelasan tentang
Struktur Sustainability Reporting PT. Kaltim Prima Coal sekilas laporan. Bagian pengantar dari sustainability
reporting PT. Kaltim Prima Coal kemudian dilanjutkan
dan PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) dengan ikhtisar perusahaan di tahun 2011. Di sisi lain,
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk bagian pengantar PTPN XIII terletak pada halaman 20
tanggung jawab sosial perusahaan kini telah diungkapkan dengan mencantumkan judul berupa Profil Laporan. Dari
lebih detail dan luas melalui sustainability reporting. Hal ini hasil penelitian, baik PT. Kaltim Prima Coal maupun PT.
merupakan salah satu perwujudan dari Pernyataan Standar Perkebunan Nusantara XIII (Persero) menggunakan bagian
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Tahun 2013 paragraf pengantar sustainability reporting sebagai alat komunikasi
keduabelas yang menyatakan bahwa entitas dapat kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat.
menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai Pernyataan dari Chief Executive Officer (CEO) dan Direktur
lingkungan hidup khususnya bagi industri dimana faktor- Utama
faktor lingkungan hidup memgang peranan penting.
Sehingga muncullah sustainability reporting yang saat ini Secara garis besar, isi dari sambutan kedua perusahaan
telah memiliki standar tersendiri bahkan diakui secara hampir sama yaitu berupa narrative text. Isi dari pernyataan
Internasional. PT. Kaltim Prima Coal (KPC) merupakan dari kedua perusahaan tersebut berusaha membangun image
salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perusahaan dan mempengaruhi stakeholder. Pernyataan
pertambangan batubara yang konsisten melaporkan hal CEO dan direktur utama dibuat sedemikian rupa sehingga
tersebut. Di sisi lain, tahun 2011 merupakan tahun kedua hanya kesuksesan perusahaan yang dijelaskan dan sangat
bagi PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) dalam menghindari cerita mengenai kegagalan perusahaan.
melaporkan kegiatan-kegiatan CSR melalui sustainability Keduanya sama-sama menjelaskan betapa perusahaan peduli
reporting.Dalam pembuatan laporannya, masing-masing terhadap lingkungan dan keadaan masyarakat sekitar. Hal
perusahaan mengacu pada ketentuan sistem pelaporan tersebut konsisten dengan pendapat Ashforth dan Gibbs
berstandar Internasional, yaitu GRI Sustainability Reporting dalam Chariri dan Nugroho (2009) yang menyatakan bahwa
Guideliness versi 3.1 (GRI G3.1) dimana untuk PT. Kaltim perusahaan cenderung menciptakan sebuah image yang
Prima Coal juga menggunakan Minning and Metals Sector dirasa sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan oleh
Supplement (RG Version 3.1/ MMSS Final Version). lingkungan sosial. Sehingga perusahaan menerapkan
Berikut adalah pemaparan secara umum struktur manajemen impresi (impression management), yaitu upaya
Sustainability Reporting untuk kedua perusahaan. sadar atau tidak sadar yang dilakukan oleh individu atau
organisasi untuk mengendalikan image yang nyata atau yang
Sampul Depan dibayangkan dalam interaksi sosial (Schlenker dalam Chariri
Sampul depan merupakan salah satu bagian terpenting dalam dan Nugroho, 2009) untuk mencapai tujuan perusahaan.
pelaporan. Penggambaran citra sebuah perusahaan bisa Profil Perusahaan
dimulai dari bagian depan sustainability reporting (Preston
et al dalam Greenwood, 2008). Setiap desain dan gambar Pada bagian ini, KPC menjelaskan perusahaannya melalui
yang digunakan memiliki arti tertentu termasuk pada sampul narrative text. Di sisi lain, PTPN XIII menjelaskan
depan sustainability reporting PT. Kaltim Prima Coal dan perusahaannya melalui narrative text dengan disertai
PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero). gambar, tabel, dan grafik. Melalui gambar, tabel dan grafik
tersebut PTPN XIII berusaha menarik perhatian para
Sampul depan PT. Kaltim Prima Coal berlatar belakang pengguna sustainability reporting.
ukiran khas Kalimantan dengan dominasi warna hijau dan
putih. Hal ini berlaku pula pada PT. Perkebunan Nusantara Narrative text pada profil kedua perusahaan berisi sejarah
XIII (Persero) dimana latar belakang sampul depan juga dan kondisi perusahaan. KPC menjelaskan bahwa
didominasi oleh gradasi warna hijau. Dilihat dari pemilihan perusahaannya bergerak di bidang pertambangan dan
kata-kata, gambar dan warna latar belakang dari sampul pemasaran batubara. PTPN XIII menjelaskan bahwa
depan mengisyaratkan bahwa perusahaan menyeleksi dengan perusahaan merupakan Badan Usaha Milik Negara yang
sangat hati-hati terhadap segala materi yang digunakan. Hal bergerak di bidang agribisnis perkebunan. PTPN XIII
ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Bernard menggunakan tabel dan gambar di dalam penjelasan wilayah
dalam Greenwood (2008) bahwa perusahaan sangat berhati- operasi dan pengembangannya. Pada bagian ini dijelakan
hati dalam menggunakan gambar dan grafik dalam cover pula struktur organisasi perusahaan dan penghargaan serta
suatu laporan karena nantinya akan memberikan kesan yang pencapaian selama satu tahun operasional.
kuat mengenai kinerja perusahaan kepada stakeholder. Pada KPC dan PTPN XIII dalam bagian ini berusaha
bagian sampul depan kedua perusahaan tidak berisi mendeskripsikan perusahaan dengan baik. Hal ini sesuai
narrative text, hanya kumpulan kata persuasif yang dengan teori self-presentation yang diungkapkan oleh Aerts
memotivasi tanpa adanya kesan pengungkapan yang (1994) dalam Chariri dan Nugroho (2009) dimana setiap
berlebihan. orang termasuk pihak manajemen perusahaan berusaha
menjelaskan tingkah laku yang dibentuk secara sadar

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 32-41


Diajeng et al., Narsisme Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik...... 35

maupun tidak untuk mempertahankan pernyataan mereka Bagian selanjutnya setelah tanggung jawab sosial
mengenai identitas sosial atau image positif. Dalam perusahaan terhadap lingkungan adalah kinerja sosial.
sustainability reporting kedua perusahaan, tingkah laku bisa Bagian ini berisi tentang tanggung jawab terhadap karyawan
dianalogikan dengan identitas singkat KPC dan PTPN XIII, dan peran perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat
review operasional bisnis perusahaan, perkembangan bisnis, sekitar. KPC lebih cenderung melaporkan bagaimana
sertifikasi, dan penghargaan yang telah diraih. Sehingga perusahaan menperlakukan karyawan mulai dari
pada bahasan profil perusahaan yang berisi bagian-bagian pemberdayaan karyawan, pengembangan potensi karyawan,
diatas, terdapat kecenderungan perusahaan mengungkapkan tunjangan karyawan, hingga sistem manajemen kesehatan,
beberapa informasi-informasi yang dapat membentuk image keselamatan kerja dan lingkungan. PTPN XIII cenderung
positif perusahaan. melaporkan tentang hubungan perusahaan dengan
masyarakat sekitar. Berbagai program yang turut serta dalam
Tata Kelola, Komitmen, Keterlibatan
peningkatan kesejahteraan masyarakat diungkapkan secara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa KPC condong terhadap lengkap dan detail. Tak jarang pada bagian ini terdapat
pelaporan mengenai output perusahaan baik dari kegiatan kalimat-kalimat berlebihan yang digunakan untuk
operasional maupun hubungan dengan stakeholder. PTPN menggambarkan kondisi kedua perusahaan selama tahun
XIII lebih fokus terhadap pelaporan kondisi perusahaan 2011.
seperti penerapan etika bisnis. Kedua perusahaan saling
Narsisme Bahasa dalam Sustainability Reporting PT.
mendeskripsikan pelibatan stakeholder dan cenderung
Kaltim Prima Coal dan PT. Perkebunan Nusantara XIII
mengadaptasikan dirinya dengan keinginan stakeholder
(Persero)
karena mereka menganggap posisi para stakeholder yang
sangat powerfull. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder Melalui sustainability reporting perusahaan berusaha secara
yang diungkapkan oleh Belkaoui (2003) dimana perusahaan aktif melaporkan kegiatan-kegiatan tanggung jawab sosial
tidak hanya memiliki shareholder namun juga stakeholder perusahaan selama tahun 2011 sebagai bentuk kepedulian
yang berperan sangat penting dalam keberlanjutan terhadap pembangunan keberlanjutan. Perilaku tersebut
perusahaan. Dalam bagian ini, perusahaan juga memiliki menyebabkan kecenderungan pemaparan informasi-
kesempatan merekayasa kalimat-kalimat yang membentuk informasi yang tergolong berlebihan. Sehingga memicu
narrative text untuk memikat stakeholder. adanya penggunaan kalimat-kalimat yang termasuk dalam
kategori narsisme bahasa. Tak heran bila pada sustainability
Pelaporan dan Pengungkapan Corporate Social
reporting terdapat kalimat-kalimat berlebihan yang
Responsibility
digunakan untuk mempengaruhi keputusan yang akan dibuat
Pada bagian pelaporan dan pengungkapan Corporate Social oleh stakeholder misalnya dengan merekayasa penggunaan
Responsibility terdapat tiga bagian penting yang dilaporkan kalimat yang cenderung membentuk image positif
dalam sustainability reporting yaitu kinerja ekonomi perusahaan.
perusahaan, komitmen perusahaan dalam mengelola
Membentuk Image Positif
lingkungan, dan kinerja sosial. Hal ini berlaku pula untuk
sustainability reporting PT. Kaltim Prima Coal dan PT. Narsisme merupakan salah satu sikap dimana individu,
Perkebunan Nusantara XIII (Persero). dalam hal ini perusahaan, mengunggulkan kemampuan yang
dimiliki untuk memikat stakeholder seperti berusaha
Kinerja ekonomi dalam sustainability reporting berisi
membentuk image positif melalui pembentukan narrative
tentang pertumbuhan ekonomi perusahaan dalam satu
text. Narsisme dalam bentuk tersebut tergolong pada
operasi perusahaan. KPC melaporkan bahwa perusahaan
narsisme bahasa yang bisa terlihat pada laporan
mengalami peningkatan dalam berbagai lini unit produksi
keberlanjutan PT. Kaltim Prima Coal maupun PT.
dan penjualan pada tahun 2011. PTPN XIII melaporkan
Perkebunan Nusantara XIII (Persero). Di awal sustainability
bahwa pada tahun 2011 telah ikut serta dalam membangun
reporting, terlihat adanya penggunaan bahasa yang
ekonomi kerakyatan untuk menjaga keseimbangan sosial dan
tergolong pada kategori narsisme yaitu pada sustainability
komunitas di sekitar kebun.
reporting PT. Kaltim Prima Coal dalam Sekilas Tentang
Selain kinerja ekonomi, bagian penting lainnya adalah Laporan Ini (hal.8)
tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Bahasan
…...ketiga independen dan kompeten, yakni National
ini adalah salah satu bagian utama pada sustainability
Center for Sustainability Reporting (NCSR) dan
reporting PT. Kaltim Prima Coal dan PT. Perkebunan
Mazars. Berdasarkan kedua proses assurance tersebut ,
Nusantara XIII (Persero) mengingat operasi kedua
laporan ini dinyatakan telah memenuhi tingkat aplikasi
perusahaan sangat berdampak pada lingkungan sekitar. Pada
GRI kriteria “A+”.
awal pelaporan komitmen perusahaan dalam pengelolaan
lingkungan, KPC menjelaskan bahwa di tahun 2011 Pernyataan KPC tersebut menyatakan bahwa perusahaan
perusahaan berhasil memenuhi kriteria baku mutu dan telah mencapai tingkat aplikasi tertinggi yakni “A+” dalam
perundang-undangan terkait pengelolaan lingkungan hidup. kesesuaian pelaporan corporate social responsibility dengan
Sehingga KPC mampu mempertahankan sertifikasi ISO GRI sebagai standar internasional. Pencantuman nilai yang
14001 dan PTPN XIII sendiri baru memiliki sertifikasi ISO diperoleh oleh perusahaan tersebut dilakukan untuk
14001:2004 pada tahun 2011. menyakinkan kepada stakeholder bahwa laporan yang
disusun telah sesuai dengan standar internasional dan

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 32-41


Diajeng et al., Narsisme Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik...... 36

kredibilitasnya tidak diragukan lagi. Klaim nilai tersebut Penggunaan narsisme bahasa juga dilakukan oleh PTPN
bisa dikategorikan dalam usaha perusahaan membentuk XIII pada bagian Sambutan Direktur Utama halaman 3.
image positif. Di sisi lain, pengungakapan nilai tersebut
Selama kurun waktu 15 tahun, PTPN XIII telah
cenderung mengisyaratkan bahwa perusahaan sangat percaya
menempatkan dirinya sebagai perusahaan negara yang
diri atas keberhasilan pelaporan CSR. Hal ini merupakan
berhasil menciptakan perbaikan dan perubahan sosial
salah satu bentuk narsisisme bahasa dan sesuai dengan
dan ekonomi masyarakat sekitar. Multiplier effect
Campbell, et al. (2004) yang menyatakan bahwa pelaku
dalam bidang ekonomi yang ditimbulkan oleh PTPN
narsis sangat percaya diri atas kemampuan yang dimiliki
XIII lewat kebun-kebunnya adalah dalam bentuk
dalam menjalankan suatu tugas. PT. Perkebunan Nusantara
peningkatan penghasilan petani dan masyarakat sekitar.
XIII (Persero) juga mengungkapkan hal serupa seperti
terlihat dari bagian Profil Laporan (Hal.22) Adanya kata berhasil yang disampaikan oleh direktur utama
PTPN XIII dalam sambutannya pada sustainability
…...tim penyusunan annual report & sustainability
reporting mengisyaratkan bahwa perusahaan telah berhasil
report. PTPN XIII menjamin akurasi data dalam
beradapatasi dengan masyarakat sekitar. Perusahaan mampu
laporan ini dan bertanggungjawab atas kebenarannya.
mengubah kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar
Dilihat dari kriteria tersebut maka PTPN XIII masuk
menjadi lebih baik bahkan mampu meningkatkan
pada level B.
penghasilan petani. Pernyataan tersebut merupakan bentuk
PTPN 13 tidak terlalu mengeksplorasi pencapaian level pencitraan dimana perusahaan berusaha membangun image
kesesuaian sustainability reporting yang diterbitkan positif. Penggunaan kata tersebut tergolong ekstrem
perusahaan dengan standar internasional yakni GRI dimana dikarenakan ukuran berhasil atau tidaknya perubahan sosial
hanya mencapai level B. Sebagai perusahaan yang baru ekonomi masyarakat sekitar, hanya dapat dirasakan oleh
menerbitkan sustainability reporting, pencapaian level pihak-pihak yang bersinggungan secara langsung. Kata-kata
cenderung hanya sebagai bukti bahwa laporan CSR telah berhasil dalam konteks tersebut bisa diganti dengan kata
dilaporkan sesuai standar yang berlaku. Berbeda dengan mampu.
KPC yang berusaha menonjolkan pencapaiannya bahkan
Bagian selanjutnya dari sustainability reporting KPC dan
memberikan tanda petik dua diantara nilainya untuk menarik
PTPN XIII yang tergolong pada narsisme bahasa adalah
perhatian stakeholder.
Profil Perusahaan. Penggunanan bahasa yang termasuk
Pembentukan image positif perusahaan berlanjut pada dalam narsisme terlihat saat kedua perusahaan memaparkan
bagian pernyataan dari Chief Executive Officer (CEO) dan penghargaan yang diperoleh selama tahun 2011. Pemaparan
direktur utama. Pada bagian ini, pihak perusahaan melalui mengenai penghargaan yang telah diraih tersebut dapat
impression management berusaha menciptakan sebuah digolongkan sebagai salah satu cara pembentukan image
image nyata dan mencoba mempengaruhi stakeholder positif yang nantinya dapat mempengaruhi keputusan
sehingga penggunaan kata-kata hiperbola dan ekstrem yang stakeholder. Hal ini juga menunjukkan bahwa pihak
cenderung pada narsisme bahasa banyak digunakan untuk manajemen percaya diri atas keberhasilan yang diraih
menarik perhatian seperti di bawah ini. sehingga nantinya mampu meningkatkan citra perusahaan.
Selamat atas keberhasilan KPC meraih penghargaan Bagian sustainability reporting selanjutnya adalah tata
PROPER Hijau, sungguh kinerja yang gemilang yang kelola, komitmen, dan keterlibatan perusahaan. Pada bagian
berhasil kami raih khususnya dalam bidang ini, PTPN XIII memaparkan kondisi perusahaan melalui
Keselamatan......(Sustainability reporting KPC narrative text dengan menggunakan kalimat berita yaitu
halaman 15) sekedar menginformasikan tanpa menggunakan kata-kata
berlebihan dan cenderung jujur sesuai keadaaan yang
Pernyataan Endang Ruchijat diatas selaku Chief Executive
sebenarnya. Selama analisis tidak ditemukan pula
Officer KPC, secara langsung menyampaikan bahwa
penggunaan kata kata ektrem dan hiperbola. Di sisi lain,
perusahaan yang dipimpinnya berhasil mencapai sebuah
terdapat penggunan kata-kata yang tergolong dalam
penghargaan yang membanggakan. Melalui ucapan selamat
narsisme bahasa seperti berikut.
yang diberikan, CEO berusaha menunjukkan prestasi
perusahaan kepada stakeholder. Penggunaan kata sungguh Selain bertujan untuk efisiensi biaya produksi, program
pada ucapan selamat tersebut menekankan betapa improvement di KPC juga bertujuam untuk menghemat
berharganya penghargaan yang diperoleh. Sedangkan konsumsi energi. Pada tahun 2011, salah satu proyek
penggunaan kata gemilang terkesan berlebihan (hiperbola) improvement terkait penghematan konsumsi energi
karena sesuai dengan Kamus Umum Bahasa Indonesia, listrik berhasil mendapatkan pengakuan di tingkat
gemilang yang berarti bercahaya terang mengisyaratkan nasional dan ASEAN. (Sustainability Reporting KPC
perusahaan berada di puncak keberhasilan. Padahal sesuai Hal. 32)
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
KPC melalui narrative text diatas, secara sadar
5 Tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja
mengungkapkan prestasi yang dicapai selama tahun 2011
(PROPER) Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan,
yakni penghematan konsumsi energi listrik. Penggunanaan
prestasi tertinggi adalah saat perusahaan mencapai tingkatan
kata-kata “penghematan konsumsi energi listrik” memiliki
emas sementara KPC masih mencapai tingkatan hijau. Kata
makna bahwa KPC telah berhasil mengurangi biaya energi
sungguh dapat dihapus dan gemilang dapat diganti dengan
kata seperti baik untuk menghindari kesan berlebihan.

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 32-41


Diajeng et al., Narsisme Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik...... 37

listrik dalam operasi perusahaan yang kemudian diperkuat Hal yang sama berlaku pula pada PTPN XIII yang terlihat
dengan adanya pengakuan di tingkat nasional dan ASEAN. dalam narrative text di bawah ini.
Bagian selanjutnya dari sustainability reporting adalah PTPN XIII mewujudkan tanggung jawab di bidang
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). ekonomi kerakyatan melalui kepeloporannya dalam
Bagian ini merupakan inti dari sustainability reporting yang pengembangan plasma yang mencapai 56 persen dari
terbagi menjadi tiga bagian pelaporan, yaitu pelaporan total areal perusahaan. Keberadaan PTPN XIII selama
kinerja ekonomi, pelaporan pengelolaan lingkungan, dan ini, telah terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan
pelaporan sosial. Bagian pertama yaitu pelaporan ekonomi, masyarakat dan mengungkit perekonomian di sekitar
KPC mengawalinya dengan pelaporan peningkatan produksi wilayah operasi perusahaan. (Sustainability Reporting
batubara dan manfaatnya bagi masyarakat luas. Dapat dilihat PTPN XIII Hal. 39)
pada sustainability reporting KPC (Hal. 45) berikut ini.
PTPN XIII melalui narrative text tersebut mengungkapan
Peningkatan kapasitas produksi kami tidak hanya akan keunggulan perusahaan sebagai pelopor pengembangan
memberikan manfaat terhadap kinerja operasional dan plasma dan dengan itu mampu meningkatkan kesejahteraan
keuangan KPC, tapi, salah satu manfaat dari masyarakat dan mengangkat perekonomian wilayah sekitar.
peningkatan produksi tersebut adalah meningkatnya Kata pelopor merupakan kata-kata hiperbola yang
serapan tenaga kerja di KPC dan kontraktornya digunakan untuk menunjukkan keeksistensian PTPN XIII.
termasuk penyerapan warga masyarakat setempat dari Penggunaan hiperbola tersebut mencerminkan bahwa
wilayah sekitar Kutai Timur dan Kalimantan Timur. perusahaan mengunakan narsisme bahasa. Penggunaan kata
………....Secara makro ekonomi, keberadaan industri pelopor bisa diganti dengan penggagas. Narsisme bahasa
pertambangan termasuk KPC, masih merupakan tulang juga digunakan oleh PTPN XIII dalam narrative text berikut
punggung utama perekonomian Kutai Timur. ini.
Narrative text diatas menjelaskan bahwa peningkatan PTPN XIII telah berhasil mengembangkan kebun
produksi batu bara di tahun 2011 selain meningkatkan plasma hingga mencapai luas 56 persen (87.500,48 ha)
pendapatan perusahaan sebesar 33,33% dibandingkan dari total areal. Perubahan ini telah mendorong para
pendapatan tahun 2010 yakni mencapai US$ 4,012 miliar petani dan pihak ketiga menjadi lebih bersemangat
juga meningkatkan serapan tenaga kerja di wilayah Kutai meminta PTPN XIII untuk membangunkan kebun
Timur dan sekitarnya. Penggunaan kata tulang punggung sawit. Sebagai contoh, komposisi pemilikan kebun di
yang digunakan perusahaan dimana pada Kamus Umum Ngabang, Kalbar menjadi 3.500 ha kebun inti, 9.000 ha
Bahasa Indonesia kata tersebut memiliki arti sesuatu yang kebun plasma, dan 2.500 ha kebun petani mandiri.
menjadi pokok kekuatan terkesan hiperbola dan hal tersebut (Sustainability reporting PTPN XIII hal. 40)
termasuk dalam kategori narsisme bahasa. Melalui kata
Narrative text menunjukkan bahwa PTPN XIII sangat
tersebut, perusahaan berusaha menanamkan image kepada
dibutuhkan oleh para petani. Hal tersebut tergambar dengan
stakeholder bahwa KPC adalah salah satu kekuatan
jelas melalui penggunaan kata mendorong, meminta, dan
perekonomian di daerah Kutai Timur. Sehingga timbul kesan
membangunkan. Petani melalui narrative text digambarkan
bahwa masyarakat sekitar sangat bergantung hidup dengan
seolah-olah membutuhkan PTPN XIII dalam perluasan
bekerja pada KPC. Kata tulang punggung bisa diganti
usaha kebun sawit mereka. Perluasan tersebut nantinya akan
dengan pokok kekuatan. Selain itu, pada bagian lain
mampu menciptakan perubahan sosial dan ekonomi. Bahkan
narrative text KPC seperti yang nampak di bawah ini.
perusahaan menyakinkan kembali pencapaiannya dengan
Pada tahun 2011, KPC berkontribusi untuk pendapatan narrative text di bawah ini.
negara melalui pembayaran royalty batubara dan pajak
Dampak lainnya adalah tumbuh dan berkembangnya
penghasilan dengan total jumlah sebesar US$390,70
kehidupan hampir dalam segala sektor kehidupan
juta. Besaran total jumlah pembayaran royalti dan
masyarakat. Sebagai contoh, jumlah uang beredar di
pajak kami tahun 2011 meningkat sebesar 55% jika
kebuan Ngabang mencapai Rp25 - 27 miliar perbulan,
dibandingkan dengan tahun sebelumnya seiring dengan
sementara sepuluh tahun sebelumnya perputaran uang
peningkatan volume produksi dan pendapatan kami
kurang dari Rp600 juta. Peredaran uang ini berasal dari
dari penjualan. (Sustainability reporting KPC hal. 49)
uang PTPN XIII untuk pembelian tandan buah segar
Pada bagian tersebut, perusahaan juga terlihat (TBS) dari kebun plasma, KKPA dan kebun petani
mengunggulkan kemampuan dan kualitas yang dimiliki, juga mandiri. (Sustainability reporting PTPN XIII hal. 41)
berusaha membentuk image positif melalui pengungkapan
Jelas tergambar pada narrative text diatas perusahaan
kontribusinya kepada negara. Melalui narrative text tersebut
dengan percaya diri menggambarkan bahwa PTPN XIII
perusahaan dengan sadar memberitahukan kepada
berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
stakeholder bahwa KPC adalah salah satu perusahaan yang
Perusahaan mengklaim jumlah uang beredar sebesar Rp 25-
berkontribusi besar dalam pendapatan negara dan diperkuat
27 miliar adalah uang PTPN XIII yang digunakan untuk
dengan mencantumkan jumlah yang dibayarkan sebesar
membeli tandan buah segar dari kebun plasma, KKPA, dan
US$390,70. Padahal jumlah yang dibayarkan tersebut hanya
kebun petani mandiri. Melalui narrative text perusahaan
12,98% dari pendapatan yang diperoleh oleh KPC yakni
menggambarkan keunikannya. Keunikan tersebut bahkan
sebesar US$3.009,39 di tahun 2011.

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 32-41


Diajeng et al., Narsisme Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik...... 38

dipertegas oleh PTPN XIII dengan mencantumkan kutipan Dari kedua narrative text tersebut, jelas kedua perusahaan
kesan Ketua KTNA Kebun Ngabang seperti berikut. baik KPC maupun PTPN XIII menggunakan kondisi iklim
sebagai alasan tidak tercapainya target produksi bagi KPC
Kehadiran PTPN XIII ibarat mukjizat. Jika tidak ada
dan penurunan produksi bagi PTPN XIII di tahun 2011.
PTPN XIII di Landak ini, saya yakin di pedalaman
Kedua perusahaan berusaha menghindari image negatif yang
belum dikatakan bisa menikmati kemerdekaan,
akan dipikirkan stakeholder bila melihat laporan adanya
walaupun secara keseluruhan Indonesia sudah merdeka.
penurunan produksi dimana hal tersebut menunjukan
Dengan bergeraknya sawit yang dimotori PTPN XIII,
penurunan kinerja perusahaan. Oleh sebab itu dengan
kemajuan ekonomi sangat signifikan. (Sustainability
menggunakan kondisi iklim, perusahaan mencoba untuk
reporting PTPN XIII hal. 42)
membuat stakeholder memaklumi penurunan produksi yang
Tidak seperti narrative text sebelumnya, PTPN XIII kali ini ada. Bahkan dengan tersurat, pihak PTPN XIII menjelaskan
berusaha membangun image positif di hadapan stakeholder betapa kondisi iklim menganggu proses produksi seperti
dengan mencantumkan kutipan pernyataan dari Ketua terlihat di bawah ini.
Asosiasi Perkumpulan Petani dan Petambak di Kebun
PTPN XIII menyadari bahwa sebagai perusahaan
Ngabang. Pernyataan tersebut berisi pujian terhadap PTPN
agribisnis, tinggi rendahnya produksi dan produktivitas
XIII yang kehadirannya dianggap ibarat mukjizat. Kata
berkorelasi terhadap perubahan iklim yang terjadi.
mukjizat berdasar Kamus Umum Bahasa Indonesia
Anomali iklim yang berlangsung sejak tahun 2010 dan
memiliki arti kejadian (peristiwa) yang ajaib yang
berlanjut hingga tahun 2011, ternyata turut
menyimpang dari hukum-hukum alam. Dilihat dari
mempengaruhi upaya pencapaian target produksi. Pada
maknanya, pengunaan kata mukjizat untuk kehadiran PTPN
kondisi curah hujan tinggi, proses penyadapan pokok
XIII terlalu berlebihan. Terlihat sangat jelas sekali jika
karet terganggu, organisme penganggu tanaman (OPT),
perusahaan secara aktif menggambarkan betapa berartinya
seperti penyakit Colletotrichum gloesporoides,.....
kehadiran perkebunan bagi masyarakat. Kata ibarat
(Sustainability reporting PTPN XIII hal.51)
mukjizat cenderung menunjukkan adanya narsisme bahasa
karena kata tersebut termasuk hiperbola. Pernyataan tersebut Pada bagian narrative text tersebut, PTPN XIII
sesuai dengan narsisme bahasa menurut Armenic dan Craig menggambarkan secara ilmiah bagaimana kondisi iklim yang
(2007) dalam Purba (2011) dimana bahasa yang narsis tidak stabil memperngaruhi produksi. Penggunaan kata
menggunakan kata-kata hiperbola dan ekstrem agar ekstrem seperti nama penyakit yang hanya beberapa orang
terbentuk penggambaran diri yang unik. Penggunaan kata yang tahu, menunjukkan ciri-ciri penggunaan narsisme
ibarat mukjizat bisa disederhanakan dengan menggantinya bahasa. PTPN XIII berusaha mengalihkan perhatian akan
dengan sangat berarti. turunnya jumlah pendapatan yang diperoleh di tahun 2011
dengan menggunakan narsisme bahasa. Terlihat pada
narrative text tersebut kata ekstrem digunakan tepat sebelum
Menghindari Image Negatif pengungkapan turunnya pendapatan perusahaan.
Penggunaan narsisme bahasa tidak hanya terbatas Jelas melalui penggambaran unik, perusahaan berusaha
digunakan untuk membentuk image positif perusahaan. menarik simpati stakeholder. Di sisi lain, PTPN XIII
Namun, bisa juga digunakan untuk menghindari image menggambarkan kerja kerasnya untuk menghadapi tantangan
negatif. Melalui narsisme bahasa, kesan negatif yang secara iklim dengan peningkatan kualitas produksi. Dilihat dari
nyata ada, dapat dipatahkan atau direkayasa sedemikian rupa penggambarannya, kedua perusahaan secara sadar
agar stakeholder bisa menerima hal tersebut. Sehingga menggunakan narsisme bahasa yang sesuai dengan
perusahaan selalu baik dan menguntungkan dihadapan pernyataan Armenic dan Craig (2007) dalam Purba (2011)
stakeholder. Hal tersebut tercermin pada narrative text PT. yang menyatakan bahwa penggambaran unik tentang kondisi
Kaltim Prima Coal (KPC) di bawah ini. perusahaan merupakan bagian dari cirri-ciri narsisme
bahasa. Perilaku narsis tersebut dilakukan untuk membentuk
Di tahun 2011, volume produksi batubara kami
image guna memperoleh ketegasan dari orang lain terhadap
mencapai 40,98 juta ton, sedikit di bawah target
keunggulan yang dimiliki (Wallace, 2002 dalam Chatterjee
produksi tahun 2011 sebesar perubahan iklim global
dan Hambrick, 2006).
adalah faktor utama yang mempengaruhi produktivitas
dan volume produksi kami. (Sustainability reporting Selain itu, narrative text KPC berikut ini juga mencerminkan
KPC Hal. 12) betapa perusahaan berusaha menghindari image negatif.
Bagian awal sustainability reporting KPC tersebut ternyata Selama tahun 2011, kami melaporkan bahwa tidak
memiliki kesamaan dengan sustainability reporting PT. terjadi insiden korupsi, perilaku anti-persaingan,
Perkebunan Nusantara XIII (PTPN XIII) yang juga praktik anti-trust dan monopoli. Selain itu tidak ada
mengalami pernurunan produksi. insiden melanggar hukum dan peraturan yang
menyebabkan kami harus membayar denda maupun
Kami berusaha untuk mengurangi dampak perubahan
sanksi non-moneter.Adalah komitmen kami untuk
iklim dengan meningkatkan kualitas aset produksi dan
menjalankan bisnis yang mealawan korupsi segala
sumber daya lainnya, sehingga tidak mengakibatkan
bentuk, termasuk dalam segala bentuk, termasuk
penurunan produksi secara signifikan. (Sustainability
pemerasan dan penyuapan. (Sustainability reporting
reporting PTPN XIII hal.5)
KPC hal.29)

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 32-41


Diajeng et al., Narsisme Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik...... 39

Narrative text diatas merupakan salah satu bukti bahwa KPC narrative text KPC pada bagian sambutan Chief Officer
berusaha menghindari image negatif. Melalui narrative text Organization (CEO).
tersebut, perusahaan menggambarkan dan menyakinkan
Mengambil hikmah dari pengalaman ini, kami menjadi
stakeholder bahwa selama tahun 2011 tidak terjadi
semakin sadar bahwa kesuksesan dan keberlanjutan
pelanggaran hukum. Dengan menggambarkan keadaan
usaha kami tidak lepas dari dukungan para pemangku
tersebut, perusahaan menunjukkan bahwa KPC adalah
kepentingan, dalam hal ini karyawan dan kontraktor,
perusahaan yag taat hukum sehingga aman untuk
serta pentingnya pelestarian lingkungan dan
bekerjasama seperti melakukan investasi. Tidak hanya KPC,
pencegahan perubahan iklim. (Sustainability reporting
PTPN XIII juga melaporkannya seperti berikut.
KPC hal.12)
Setiap karyawan yang melakukan pelanggaran standar
Melalui narrative text di atas, KPC berusaha menjelaskan
etika akan dikenai sanksi sesuai ketentuan yang
bahwa kesuksesan perusahaan bergantung pada dukungan
berlaku di perusahaan atau peraturan hukum dan
para pemangku kepentingan dimana pada konteks tersebut
perundangan yang berlaku di wilayah hukum tempat
pemangku kepentingan yang dimaksud adalalah karyawan
usaha dan atau pelanggaran terjadi. Pelanggaran yang
dan kontraktor. KPC menjelaskan hal tersebut melalui
berindikasi fraud, termasuk dugaan adanya tindak
narrative text di bawah ini.
korupsi, dan atau yang melibatkan pelanggaran hukum
penyelesaiannya dilimpahkan kepada pihak yang Oleh karenanya untuk tahun 2012 dan seterusnya, kami
berwajib. Selama tahun 2011, tidak ada pelanggaran akan terus berusaha menerapkan praktik-praktik
yang berindikasi fraud, dugaan tindak korupsi dan pertambangan yang bertanggung jawab, memperhatikan
pelanggaran hukum. Terhadap penyimpangan internal, aspirasi dan melibatkan para pemangku kepentingan,
Direksi telah memberikan sanksi berupa skorsing berinovasi dan melakukan perbaikan
kepada 1 (satu) orang karyawan. (Sustainability berkesinambungan. Dengan demikian, kami percaya
reporting PTPN XIII hal. 30) bahwa KPC tidak hanya mampu memenuhi target
produksi, namun juga mampu menghasilkan produk
PTPN XIII juga memberikan informasi kepada stakeholder
akhir yang ramah lingkungan dan bernilai tambah bagi
tentang ketaatan hukum. Selama tahun 2011, dijelaskan
pelanggan dan seluruh pemangku kepentingan.
bahwa perusahaan menerapkan aturan yang tegas kepada
(Sustainability reporting KPC hal.14)
karyawan. Setiap karyawan yang melakukan pelanggaran,
dihukum sesuai ketentuan. Bahkan pada sustainability Selain kerja sama yang baik dengan karyawan dan pihak
reporting halaman 30 disebutkan bahwa terdapat sesorang kontraktor, KPC juga membutuhkan dukungan dari
karyawan yang diberikan sanksi berupa skorsing. Hal ini pemangku kepentingan yang lain. PTPN XIII juga
menunjukkan bahwa Sistem Pengendalian Internal membutuhkan dukungan pemangku kepentingan seperti
perusahaan berjalan dengan baik. Pengungkapan mengenai terlihat berikut.
adanya seorang karyawan yang melakukan pelanggaran
Kami berharap bahwa Perusahaan bersinergi dengan
merupakan hal yang unik karena perusahaan
Pemangku Kepentingan bisa tumbuh bersama
mengungkapkan kelemahannya yakni memiliki seorang
mewujudkan masa depan yang lebih baik dan
karyawaan yang menyimpang, namun di sisi lain
memberikan warisan yang lestari bagi generasi penerus.
pengungkapan tersebut mampu membangun image sebagai
Marilah, bersama-sama kita wujudkan harapan tersebut
perusahaan yang tegas. Sehingga image negatif perusahaan
melalui kerja keras, kerja cerdas, saling menghargai,
yang tidak taat peraturan, tidak tegas dan memiliki SPI yang
saling bertanggung jawab, dan saling memperkuat.
buruk bisa terhindarkan.
(Sustainability reporting PTPN XIII hal.6)
Isi narrative text diatas kebanyakan bercerita tentang
Harapan yang diungkapkan oleh PTPN XIII agar
keunggulan perusahaan yang condong menghindari image
stakeholder mampu bekerjasama demi masa depan yang
negatif yang terbentuk. Kalimat-kalimat yang digunakan
lebih baik mengisyaratkan betapa pentingnya stakeholder itu
cenderung berlebihan bahkan termasuk dalam ciri-ciri
sendiri. Dukungan dari pemangku kepentingan atau
bahasa yang mengandung unsur narsisime. Chatterjee dan
stakeholder sangat dibutuhkan oleh perusahaan dan bersifat
Hambrick (2006) menyatakan bahwa sikap narsisme dalam
vital. Jika terdapat salah satu saja pihak stakeholder yang
bentuk narrative text akan cenderung menggambarkan
tidak dapat bekerja sama, maka proses operasional bisa
penilaian yang tinggi terhadap sesuatu termasuk organisasi.
terganggu. Seperti contoh yang terjadi pada KPC dimana
Penggunaan narsisme bahasa dalam narrative text tersebut
warga sekitar memprotes perusahaan terkait limbah air dari
mampu menjaga perusahaan dari image negatif yang timbul.
tambang yang dibuang di sungai. Masyarakat sekitar
Teori tersebut sesuai dengan kondisi KPC dan PTPN XIII di
mengklaim air yang dibuang tidak bersih sehingga
tahun 2011.
mencemari lingkungan. KPC pun berusaha
Pemerolehan Legitimasi menyelesaikannya dan penyelesaian tersebut terlihat pada
kutipan yang tercantum pada sustainability reporting KPC
Legitimasi dari para stakeholder berpengaruh besar terhadap
halaman 139 berikut ini.
eksistensi perusahaan. Terdapat dua pendekatan untuk
memperoleh legitimasi tersebut yaitu manajemen substantif “Kami sebagai masyarakat lokal bangga dan tidak perlu
dan manajemen simbolik (Ashforth dan Gibbs, 1990 dalam khawatir lagi. Nyatanya, kita sudah melihat sendiri,
Chariri dan Nugroho,2009). Berikut adalah kutipan bahwa air yang keluar dari tambang KPC jernih.”

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 32-41


Diajeng et al., Narsisme Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik...... 40

“Banyak kritikan bukan berarti KPC tidak baik. Ini Narrative text diatas mengungkapkan bahwa PTPN XIII
karena masyarakat menginginkan KPC melakukan yang peduli terhadap berbagai sektor industri kecil yang ada
terbaik. Lebih baik dari perusahaan-perusahaan dalam masayarakat. Wujud kepedulian perusahaan tercermin
lainnya. Kami harapkan KPC menjadi contoh bagi dengan program mitra binaan. Dicantumkannya jumlah
perusahaan lainnya, terutama dalam pengelolaan pembiayaan yang dikeluarkan oleh PTPN XIII menegaskan
lingkungan”. seberapa besar peran perusahaan dalam perekonomian
masyarakat sekitar. Bantuan tersebut mampu mendatangkan
Melalui kutipan tersebut, secara tersirat perusahaan
keuntungan bagi pihak perusahaan dan mampu menarik
membuktikan bahwa sejauh ini operasional perusahaan
perhatian serta pengakuan masyarakat terhadap PTPN
ramah lingkungan. Segala kritik yang ada kebanyakan terjadi
XIII.Di sisi lain, pengungkapan tersebut juga dapat
karena kurangnya pemahaman masyarakat sekitar tentang
menimbulkan citra positif bagi PTPN XIII.
operasional perusahaan. Pencantuman kutipan tersebut pada
sustainability reporting mengisyaratkan bahwa seolah-olah Dari keseluruhan penjelasan diatas, diketahui bahwa baik
KPC teladan bagi perusahaan lain. KPC melalui narrative pihak KPC maupun PTPN XIII menganggap legitimasi
text juga mengisyaratkan telah memperoleh pengakuan dari merupakan hal yang sangat penting. Kondisi tersebut
masyarakat sebagai perusahaan yang bertanggung jawab didukung oleh pendapat Deegan (2006) dalam Chariri
terhadap pengelolaan lingkungan dan anggapan mereka (2009) yang menjelaskan bahwa organisasi berusaha
bahwa perusahaan mencemari lingkungan salah. Selain memastikan bahwa kegiatan yang mereka lakukan diakui
KPC, PTPN XIII juga melakukan hal yang relatif sejenis (legitimate) oleh pihak luar. Hal tersebut diperkuat oleh
seperti terlihat di bawah ini. kenyataan bahwa eksistensi suatu perusahaan sangat
dipengaruhi oleh legitimasi itu sendiri sehingga berbagai
PTPN XIII bersinergi dengan Untan, membangun
macam cara dilakukan oleh perusahaan untuk mencapainya.
Hutan Kota di sekitar kawasan bundaran tugu Digulis,
kompleks Universitas Tanjung Pura, Pontianak. Narrative text diatas menjelaskan bahwa KPC dan PTPN
Program ini diawali dengan penanaman seribu pohon di menggunakan bermacam strategi mulai dari menyakinkan
lingkungan kampus Untan bersama civitas akademika stakeholder melalui informasi hingga mengubah pandangan
Untan.........Selain mengembangkan hutan kota, PTPN pihak luar terhadap kinerja perusahaan. Kebanyakan
XIII juga mengembangkan kebun pendidikan kelapa implementasi dari penerapan strategi-strategi tersebut berupa
sawit yang terletak di belakang Fakultas Ekonomi pelaksanaan program-program perusahaan seperti konservasi
Untan. Kebun pendidikan ini sebagai wujud nyata lingkungan sampai program mitra binaan. Dimana strategi
kontribusi PTPN XIII terhadap penghijauan wilayah tersebut lebih mengarah pada manajemen substantif.
kampus, sekaligus juga menyediakan sarana untuk Sehingga tidak mudah menganalisis penggunan bahasa yang
tempat pendidikan dan penelitian bagi kalangan ditujukan untuk menutupi keburukan perusahaan. Seperti isu
akademisi. (Sustainability reporting PTPN XIII hal.63) pencemaran air sungai oleh KPC yang kemudian dipatahkan
dengan kutipan yang berisi tanggapan positif masyarakat
PTPN XIII berusaha memperoleh pengakuan dari pihak
tentang perusahaan. Strategi yang digunakan sendiri sesuai
akademisi. Hal tersebut terlihat dari narrative text diatas
dengan strategi legitimasi yang dirumuskan oleh Moir
yang menjelaskan bahwa perusahaan diakui oleh pihak
(2001) dimana menyatakan bahwa perusahaan berusaha
akademisi dalam hal ini adalah Universitas Tanjung Pura
mendapatkan legitimasi dengan menyakinkan stakeholder
dengan bekerjasama dalam membangun hutan kota. Sebagai
melalui edukasi dan informasi dan mengubah ekspetasi
salah satu pihak yang kritis, PTPN XIII beranggapan bahwa
eksternal tentang kinerja organisasi.
bekerjasama dengan pihak akademisi di masa mendatang
akan menghasilkan keuntungan. Sehingga proses operasional Penjelasan-penjelasan diatas juga mengisyaratkan bahwa
perusahaan berjalan lancar. Tak berhenti pada hal itu saja, penyampaian informasi yang dilakukan oleh kedua
PTPN XIII selain berusaha memperoleh legitimasi dari perusahaan yakni PT. Kaltim Prima Coal dan PT.
pihak akademisi, juga berusaha memperolehnya dari pihak Perkebunan Nusantara XIII juga termasuk salah satu upaya
lain seperti yang terlihat berikut. membentuk image perusahaan dengan tujuan akhir
pemerolehan legitimasi. Informasi-informasi yang
Mitra binaan PTPN XIII tahun 2011 berjumlah 274
disampaikan juga cenderung menggunakan narsisme bahasa
mitra. Jenis usaha yang dibiayai adalah usaha kecil di
dimana kedua perusahaan condong menggambarkan kondisi
sektor industri sebesar Rp0,225 miliar, sektor
mereka dengan unik dan menggunakan kata-kata ekstrem
perdagangan sebesar Rp2,968 miliar, sektor pertanian
sehingga nantinya mampu mempengaruhi penilaian
dan perkebunan sebesar Rp1,560 miliar, sektor
stakeholder.
peternakan dan perikanansebesar Rp0,650 miliar dan
sektor jasa sebesar Rp1,215 miliar. Kegiatan lainnya Kesimpulan dan Keterbatasan
diwujudkan dalam keiikutsertaan pameran pasar murah,
pameran Gebyar PKBL BUMN, pameran Expo Kesimpulan
Nusantara 2011, pameran Gelar Dagang dan Bisnis Berdasarkan hasil pembahasan, diperoleh kesimpulan sesuai
Expo untuk mempromosikan kain tenun Sintang, dengan rumusan masalah yang ada yaitu struktur
olahan lidah buaya. (Sustainability reporting PTPN sustainability reporting PT. Kaltim Prima Coal dan PT.
XIII hal. 97) Perkebunan Nusantara XIII sesuai dengan standar
internasional yaitu Global Reporting Initiatives (GRI)

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 32-41


Diajeng et al., Narsisme Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik...... 41

dimana poin-poin yang dilaporkan sesuai dengan indeks- pihak perusahaan serta hanya berdasarkan intepretasi
indeks GRI. Struktur sustainability reporting kedua kalimat pihak penulis.
perusahaan diawali dengan sampul depan yang menarik,
dilanjutkan dengan bagian pengantar, kemudian pernyataan Daftar Pustaka
dari Chief Executive Officer (CEO) maupun Direktur Utama,
Profil Perusahaan, Tata Kelola, Komitmen, dan Akbar, Gita N. 2008. Pengungkapan Sustainability Reporting Tahun 2006
Pada Enam Perusahaan di Industri Pertambangan. Jurnal Ekonomi,
Keterlibatan, seta diakhiri dengan pengungkapan Corporate Institut Pertanian Bogor.
Social Responsibility (CSR) yang terdiri dari pengungkapan
kinerja ekonomi, komitmen terhadap lingkungan, dan Chariri, A. dan Nugroho. F. A. 2009. Retorika dalam Pelaporan
tanggung jawab sosial. Hanya pada bagian sampul depan Corporate Social Responsibility : Analisis Semiotik atas
Sustainibility Reporting PT. Aneka Tambang, Tbk. Simposium
yang pelaporannya tidak berlebihan. Berdasarkan hasil Nasional Akuntansi XII. Palembang 4-6 November 2009.
penelitian, PT. Kaltim Prima Coal dan PT. Perkebunan
Nusantara XIII (persero) dalam pelaporan Corporate Social Chatterjee, A and D.C. Hambrick. 2006. It‟s All About Me: Narcissistic
Responsibility melalui sustainability reporting menunjukkan CEOs and Their Effects on Company Strategy and Performance. The
Pennsylvania State University.
adanya penggunaan narsisme bahasa yang tercermin dari
narrative text. Terdapat penggunaan kata-kata hiperbola, Global Reporting Iniatiative 2000-2006. Pedoman Laporan
Keberlanjutan. Belanda: Global Reporting IniatiativeTM
kata-kata ekstrem, hingga penggambaran perusahaan secara
unik. Kata-kata hiperbola dan ekstrem yang digunakan Greenwood, M., Haylock, B., dan Uhlenbruch, P. 2008. How Do We Read
antara lain adalah sungguh, gemilang, berhasil, terbesar, Annual Reports? A Critical Visual Analyisis. Journal of Monash
University.
terkemuka, tulang punggung, percaya, pelopor, mendorong,
meminta, membangunkan, dan ibarat mukjizat. Narsisme Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian
bahasa yang ditemukan selama penelitian terbagi ke dalam Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
tiga tujuan yaitu membentuk image positif, menghindari Inshani, Alin Alfa. 2012. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
image negetif, dan memperoleh legitimasi. Kedua Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada
Perusahaan Food & Beverage dan Paper Allied Products”. Jurnal
perusahaan berusaha memperoleh legitimasi melalui Akuntansi, Universitas Pasundan.
narrative text dikarenakan karakteristiknya yang mudah dan
tepat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan. Moir, L., 2001, What do we mean by corporate social Responsibility?
MCB University Press, 1472-0701.
Berdasarakan penelitian, dapat disimpulkan pula bahwa
pengalaman pelaporan mempengaruhi penggunaan narsisme Nevid, Jeffrey S. and Rathus, Spencer A. 2000. Abnormal Psychology.
United States: Pearson.Purba, Huala, J. 2011.
bahasa. Hal tersebut tercermin dalam pelaporan PT. Kaltim
Prima Coal dan PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero). Narcissism, Imressions Management And Sustainability Reporting: A
Semiotic Analysis Of Narratives Text. Jurnal Ekonomi Universitas
Keterbatasan DiponegoroRepublik Indonesia.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian hanya Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan
mengkaji adanya penggunaan narsisme bahasa dalam Usaha Milik Negara. Jakarta: Sekretariat Negara.
sustainability reporting. Belum ada pembahasan secara Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital : Konsep dan Kajian Empiris.
empiris mengenai alasan perusahaan melakukan hal tersebut. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Penelitian ini juga hanya menggunakan data dokumenter
tanpa adanya wawancara dan observasi langsung dengan

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 32-41

Anda mungkin juga menyukai