ABSTRAK
ABSTRACT
This study shows whether the company is not only focused on the interests
for profit, but also focuses on stakeholder interests. This research could also
provide an overview of how companies disclose corporate social responsibility.
Disclosure of social responsibility using the triple bottom line disclosure that
includes economic, social and environmental. The sample in this study is a
manufacturing company amounted to 15 listed in the Indonesia Stock Exchange
(BEI) and follow PROPER (Program Performance Rating in Environmental
Management) in the period 2010-2014. Sampling was determined using purposive
sampling technique. The results showed that profitability and environmental
performance positive effect on the disclosure of the triple bottom line.
PENDAHULUAN
Permasalahan yang terjadi dalam lingkup sosial dan lingkungan
merupakan tantangan yang menciptakan peluang baru bagi perusahaan untuk
bertanggung jawab terhadap masalah disekitarnya termasuk masalah
pengangguran, kemiskinan, kerusakan lingkungan, bencana alam dan lain
Jurnal Equity, Volume 3 Issue 4 (2017)
Gambar 1
Peserta PROPER Sektor Industri Tahun 2010 – 2014
Sumber : Peneliti (2017)
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Sama halnya dengan penelitian
Putri (2014) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang di proksikan
menggunakan return on assets dapat dijelaskan menggunakan stakeholder theory,
dimana perusahaan harus bertanggung jawab kepada para stakeholder tentang
segala aktivitas perusahaan, baik aktivitas wajib maupun sukarela. Perusahaan
dengan nilai ROA yang bagus dapat menunjukkan perusahaan berada dalam
kondisi kinerja yang baik, sehingga dapat memicu reaksi para stakeholder untuk
mendorong perusahaan dalam melakukan pencapaian usaha perbaikan dan
kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan. Salah satu bentuk
implementasinya dengan melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Beberapa perusahaan menerapkan program konsep triple bottom line
karena terpaksa. Perusahaan hanya mengantisipasi penolakan dari masyarakat dan
lingkungan sekitar perusahaan dan bukan atas kesadaran perusahaan. Perusahaan
berfikir bahwa konsep triple bottom line sebagai suatu program yang tidak
memiliki nilai tambah dan menghabiskan banyak biaya sehingga perusahaan akan
berfikir bahwa dapat merugikan perusahaan. Namun, sudah seharusnya
perusahaan yang melaksanakan pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan atas dasar voluntary atau kesukarelaan. Sehingga beberapa tahun
terakhir, konsep ini mendapat perhatian lebih dari berbagai kalangan.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, menunjukkan bahwa
perusahaan belum sadar perlunya konsep triple bottom line dan terdapat
perbedaan data dengan perusahaan yang mengikuti program PROPER. Oleh
karena itu, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar
perusahaan dapat mengelola profitabilitas dan environmental performance
sebagai tanggung jawab perusahaan kepada stakeholder. Penelitian ini mengambil
kasus pada perusahaan manufaktur yang go public atau terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Penelitian ini berjudul
“Pengaruh Profitabilitas dan Environmental Performance terhadap Pengungkapan
Triple Bottom Line”.
Dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diketahui rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan triple bottom line?
Jurnal Equity, Volume 3 Issue 4 (2017)
KAJIAN PUSTAKA
Teori Stakeholder
Teori stakeholder merupakan sebuah teori yang menjelaskan bahwa
tanggung jawab perusahaan dapat melebihi urusan berbagai kelompok yang tidak
hanya berpikir tentang urusan finansial, namun tanggung jawab itu berkaitan
dengan masyarakat seluruhnya yang dapat menentukan hidup matinya perusahaan
(Untung, 2008:38).
Teori Legitimasi
O’Donovan (2002) dalam Nor Hadi (2011:87) menyatakan legitimasi
dalam sebuah organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan perusahaan
kepada masyarakat dan sesuatu yang dicari oleh perusahaan dari masyarakat
dengan begitu bisa disebutkan bahwa legitimasi adalah suatu manfaat yang
potensial bagi perusahaan untuk dapat bertahan hidup (Hadi, 2011:87).
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan
kepada para pemegang saham karena menjadi salah satu faktor yang dapat
memperluas pengungkapan aktivitas perusahaan. Profitabilitas didefinisikan
sebagai kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Menurut Utari, dkk
(2014:63) untuk memperoleh laba, manajemen perusahaan harus meningkatkan
pendapatan dan mengurangi biaya. Dengan begitu, perusahaan harus memperluas
pangsa pasar dan dapat menghapus aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah.
Penelitian ini menggunakan profitabilitas dengan proksi return on assets (ROA).
Karena ROA merupakan earning power sebuah perusahaan. Rumus return on
assets, yaitu:
Environmental Performance
Suratno, Darsono, & Mutmainah (2006), kinerja lingkungan adalah kinerja
perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green). Dalam
penelitiannya, kineja lingkungan perusahaan diukur dari prestasi perusahaan
Jurnal Equity, Volume 3 Issue 4 (2017)
PENELITIAN TERDAHULU
Tsoutsoura (2004) melakukan penelitian yang berjudul Corporate Social
Responsibility (CSR) and Financial Performance. Penelitian ini menggunakan
500 perusahaan dalam indeks Standard and Poor dan mencakup tahun 1996
sampai 2000. Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan variabel akuntansi,
yaitu menggunakan proksi return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan
return on sale (ROS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan
positif antara CSR dan kinerja keuangan. Biaya yang dikeluarkan melalui CSR
dapat ditutupi oleh keuntungan perusahaan. Keuangan perusahaan yang kuat
mampu untuk beinvestasi untuk jangka panjang yang lebih strategis dengan cara
memberikan pelayanan bagi masyarakat dan karyawan mereka. Namun
perusahaan dengan kondisi keuangan yang buruk akan menginvetasikan ke dalam
cara-cara yang menghasilkan jangka pendek saja.
Ho & Taylor (2007) penelitiannya yang berjudul An Empirical Analysis of
Triple Bottom Line Reporting and its Determinants: Evidence from the United
States and Japan. Sampel penelitian ini menggunakan 50 perusahaan terbesar di
Amerika Serikat dan Jepang, dengan menggunakan 6 variabel independen, yaitu
firm size, corporate profitability, leverage, liquidity, industry membership dan
regulatory arrangement. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perusahaan
yang mengungkapkan laporan triple bottom line lebih tinggi untuk perusahaan
yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar, profitabilitas rendah,
likuiditas rendah dan untuk perusahaan dengan indutri manufaktur. Total
pengungkapan triple bottom line lebih besar didorong oleh pengungkapan non-
ekonomi. Dalam pengungkapan triple bottom line, Jepang lebih tinggi dalam
melaporkan pengungkapan lingkungan. Ini dapat dikaitkan dengan perbedaan
budaya nasional, peraturan lingkungan dan faktor institusional lainnya antara
Amerika Serikat dan Jepang.
Penelitian oleh Suttipun (2012) yang berjudul Triple Bottom Line Repoting
in Annual Reports: A Case Study of Companies Listed on the Stock Exchange of
Thailand (SET). Penelitian ini menggunakan variabel independen ukuran
perusahaan, jenis industri, status kepemilikan, negara asal perusahaan, jenis audit,
jenis usaha, usia, risiko, likuiditas, dan profitabilitas. Hasil penelitian
Jurnal Equity, Volume 3 Issue 4 (2017)
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
menerbitkan annual report dan mengikuti program peringkat PROPER pada
tahun 2010-2014. Perusahaan tersebut berperan penting dalam pengelolaan
lingkungan yang digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling
dengan metode sampling.
Jurnal Equity, Volume 3 Issue 4 (2017)
Tabel 1.
Pemilihan Sampel
Keterangan Sampel
Perusahaan manufaktur yang going concern di 117
BEI periode tahun 2010-2014
Perusahaan yang tidak menerbitkan annual (3)
report melalui BEI periode tahun 2010-2014
Perusahaan yang tidak mengikuti PROPER (90)
periode tahun 2010-2014
Perusahaan yang mengalami kerugian periode (9)
tahun 2010-2014
Total Sampel 15
Sumber: Data BEI 2010-2014 (diolah, 2017)
d. Uji Heteroskedastisitas
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap pengujian dan pembahasan yang ada di
Bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan triple bottom line.
Perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi akan mengungkapkan
aktivitas sosial dan lingkungannya karena stakeholder menginginkan informasi
yang transparan. Stakeholder menuntut manajemen perusahaan untuk tidak
hanya berorientasi pada laba, namun juga tanggung jawab perusahaan yang
dari segi sosial dan lingkungannya.
2. Environemntal performance berpengaruh terhadap pengungkapan triple bottom
line. Environemntal performance dalam penelitian ini diukur menggunakan
peringkat PROPER. Perusahaan yang mengikuti peringkat PROPER akan lebih
peduli terhadap lingkungan sekitar. Perusahaan yang mempunyai peringkat
PROPER yang baik akan mengungkapkan aktivitas sosial dan lingkungan,
sehingga akan berdampak pada citra perusahaan yang baik pula. Stakeholder
akan lebih percaya kepada perusahaan yang mengungkapkan aktivitas sosial
dan lingkungan. Dengan begitu akan mempermudah stakeholder dalam menilai
kinerja perusahaan. Namun dalam penelitian ini, masih rendahnya penilaian
dalam pengungkapan aktivitas sosial dan lingkungankarena rendahnya
kesadaran perusahaan dalam pengungkapan pengelolaan lingkungan.
SARAN
Dengan mengkaji hasil penelitian dan pembahasan dari Bab IV, peneliti
akan memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Investor
Investor diharapkan tidak menilai kinerja keuangan hanya berdasarkan laporan
tahunan yang ada di BEI, namun alangkah lebih baik untuk melihat hasil dari
peringkat PROPER yang dikeluarkan oleh KLH. Karena kemungkinan adanya
laporan tentang pengelolaan lingkungan hidup yang tidak diungkapkan dalam
laporan tahunan tetapi memiliki peringkat yang baik dalam peringkat
PROPER.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Jurnal Equity, Volume 3 Issue 4 (2017)
DAFTAR PUSTAKA
Elkington, J. (1998). Enter the Triple Bottom Line. The Triple Bottom Line: Does
It All Add Up?, Vol 1(1), pp 1–16. (online)
(https://doi.org/10.1021/nl034968f, diakses 9 Februari 2016)
Jennifer Ho, L., C., dan Taylor, M. E. 2007. An Empirical Analysis of Triple
Bottom Line Reporting and its Determinants: Evidence from the United
States and Japan. Journal of International Financial Management and
Accounting Vol. 18 No. 2, pp 123 – 150.
Neviana. 2010. Triple Bottom Line: Lebih dari Sekadar Profit. (online),
(http://swa.co.id/my-article/triple-bottom-line-lebih-dari-sekadar-profit,
diakses 6 Maret 2015).
Utari, Dewi. dkk. 2014. Manajemen Keuangan: Kajian Praktik dan Teori dalam
Mengelola Keuangan Organisasi Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.