Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No.

5 (2013)

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI


PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL
MODERATING

Arik Novia Handriyani


arieknovia@rocketmail.com
Andayani
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT
This research is meant to examine and analyze the influence of Corporate Social Responsibility (CSR)
to the company value with profitability as the moderating variable. Manufacturing companies which
are listed in the Indonesia Stock Exchange for 3 years period of observation (2009-2011) are used as
samples in this research. Data is collected by using sampling purposive methods and the hypothesis
test is performed by using Moderated Regression Analysis (MRA). The result of this research
indicates that the disclosure of CSR has significant influence to the company value and profitability as
the moderating variable cannot influence the relation CSR disclosure to the company value.
Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), firm value, profitability

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh tanggungjawab sosial
perusahaan (CSR) terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel
moderating. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang listing di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun periode observasi (2009-2011). Data
dikumpulkan menggunakan metoda purposive sampling dan pengujian hipotesa
menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengungkapan CSR mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan
profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan
pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci: Corporate Social Responsibility (CSR), nilai perusahaan, profitabilitas

PENDAHULUAN
Dalam menjaga eksistensinya di dunia bisnis perusahaan tidak dapat dipisahkan
dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya, sehingga hal ini menjadi pusat
perhatian bagi kalangan akademisi, praktisi, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
sejak beberapa dasawarsa terakhir. Kondisi ini juga dipicu oleh perkembangan akuntansi
yang lebih mementingkan kepentingan pemilik modal yang akan membuat perusahaan
melakukan penggunaan sumber daya alam dan sosial secara tidak terkendali, dan
mengakibatkan kerusakan lingkungan sekitar. Namun seiring dengan berjalannya waktu
masyarakat semakin menyadari adanya dampak-dampak negatif yang ditimbulkan oleh
perusahaan dalam menjalankan operasinya, karena itu para pelaku bisnis semakin dituntut
agar tidak hanya berorientasi dalam memaksimalkan laba tetapi juga mampu memberikan
kontribusi positif terhadap lingkungan sekitar (Sembiring, 2005). Bentuk kontribusi positif
tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan apa yang disebut Corporate Social
Responsibility (selanjutnya disingkat CSR).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

CSR sebagai konsep akuntansi yang baru adalah transparansi pengungkapan sosial atas
kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan, dimana transparansi
informasi yang diungkapkan tidak hanya berupa informasi keuangan perusahaan saja, tetapi
perusahaan juga diharapkan mengungkapkan informasi mengenai dampak-dampak sosial
dan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan.
CSR saat ini bukan lagi bersifat sukarela (voluntary) dimana suatu perusahaan
membantu mengatasi problem sosial dan lingkungan, melainkan bersikap wajib (obligation)
perusahaan untuk peduli terhadap dan mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan
yang terus meningkat. Hal ini terkait dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74
ayat(1) tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan segala sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Untung, 2008:15).
CSR merupakan sebuah gagasan dimana perusahaan tidak lagi dihadapkan pada
tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value)
yang direfleksikan dalam kondisi keuanganya (financial) saja. Tetapi, tanggung jawab
perusahaan juga harus berpijak pada triple bottom line. Konsep triple bottom line merupakan
keberlanjutan dari konsep sustainable development (pembangunan berkelanjutan) yang secara
explisit telah mengaitkan antara dimensi tujuan dan tanggung jawab, baik kepada shareholder
(pemilik perusahaan) maupun stakeholder (publik pemangku kepentingan) (Hadi, 2011:56).
Konsep tersebut menunjukkan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan merupakan
suatu bentuk tindakan yang berawal dari pertimbangan etis perusahaan yang bertujuan
untuk meningkatkan ekonomi, peningkatan kualitas hidup bagi karyawan dan keluarganya,
serta peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas.
Perusahaan dalam perkembangannya akan selalu berusaha untuk mempertahankan
keunggulan bisnisnya dalam meningkatkan nilai perusahaan. Fama dan French (dalam
Zuraedah, 2010) menyatakan bahwa optimalisasi perusahaan yang merupakan tujuan
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana suatu
keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan
berdampak pada nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran bagi pemegang saham secara
maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi harga saham perusahaan, maka
semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham. Enterprise Value (EV) atau dikenal juga
sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena
merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan
Islahuddin, 2008).
Kepedulian dunia usaha untuk menyisihkan dana aktifitas CSR secara berkelanjutan
sebenarnya juga akan mendatangkan sejumlah manfaat bagi dunia bisnis itu sendiri, salah
satunya yaitu mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.
Dengan begitu produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati oleh para
investor. CSR dapat digunakan sebagai alat marketing baru bila pelaksanaannya sesuai
dengan visi dan misi perusahaan dan dilaksanakan secara berkelanjutan maka citra
perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi (Wijayanti, 2012).
Dengan meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan
akan meningkat dan pada akhirnya tingkat profitabilitas perusahaan juga akan meningkat.
Itu sebabnya CSR berperan sangat penting dalam meningkatnya nilai perusahaan sebagai
hasil dari peningkatan penjualan perusahaan dengan cara melakukan berbagai aktifitas
sosial di lingkungan sekitar perusahaan.
Selanjutnya, profitabilitas digunakan sebagai variabel moderating dalam penelitian ini
karena profitabilitas merupakan salah satu alat ukur perusahaan untuk menentukan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

keefektifan kinerja perusahaan. Handoko (dalam Dini, 2010) menyatakan bahwa semakin
besar profitabilitas suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dalam penggunaan
aset. Secara teoritis semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka
semakin kuat pula hubungan pengungkapan sosial perusahaan dengan nilai perusahaan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilkukan oleh Kusumadilaga (2010) yang
meneliti tentang pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan pada periode tahun 2008 dan
digunakannya profitabilitas sebagai variabel moderating, sehingga penelitian ini bertujuan
untuk menguji kembali apakah CSR mempengaruhi nilai perusahaan pada periode tahun
2009 sampai 2011. Dan digunakannya profitabilitas sebagai variabel moderating
dikarenakan profitabilitas pada penelitian terdahulu tidak mampu memoderasi di dalam
hubungan CSR dan nilai perusahaan.

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS


Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang hanya
berperasi untuk kepentingannya sendiri namum harus memberikan manfaat bagi
stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh
dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan. Stakeholder merupakan semua
pihak, internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung (Hadi, 2011).
Pada dasarnya teori stekeholder mendasarkan diri pada asumsi: (1) perusahaan
memiliki hubungan dengan banyak kelompok-kelompok konstituen (stakeholder) yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan perusahaan, (2) Teori ini ditekankan pada
sifat alami hubungan dalam proses dan keluaran bagi perusahaan dan stakeholder-nya, (3)
Kepentingan semua legistimasi stakeholder memiliki nilai secara hakiki, dan tidak
membentuk kepentingan yang didominasi satu sama lain, (4) Teori ini memfokuskan pada
pengambilan keputusan manajerial.
Berdasarkan asumsi stakeholder theory, maka perusahaan tidak dapat terlepaskan diri
dari lingkungan sosial. Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholder serta
mendudukannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat
mendukung pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan going concern
(Ardianto dan Machfudz, 2011:75-76).

Teori Legitimasi (legitimacy theory)


Gray et. Al, (dalam Retno dan Priantini, 2012) berpendapat bahwa legitimasi
merupakan .. a systems-oriented view of organization and society permits us to focus on the
role of information and disclosure in the relationship between organizations, the state, indivisuals and
group.
Definisi tersebut mengisyaratkan, bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan
perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah
individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan
keberpihakan kepada society, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan
masyarakat.
Pada dasarnya pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan bertujuan untuk
memperlihatkan kepada masyarakat aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan
pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar. Legitimasi perusahaan dimata stakeholder dapat
dilakukan dengan integritas pelaksanaan etika dalam berbisnis (business ethics integrity) serta
meningkatkan tanggungjawab sosial perusahaan (social responsibility). Wibisono (dalam
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

Hadi, 2011:92) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial (social responsibility) perusahaan
memiliki kemanfaatan untuk meningkatkan reputasi perusahaan, menjaga image dan strategi
perusahaan.

Definisi Corporate Social Responsibility


Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yang
merupakan lembaga internasional mendefinisikan CSR: Continuing commitment by business
to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the
workforce and their families as well as of the local community and society at large
Definisi tersebut menunjukkan tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) merupakan
suatu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan
untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup bagi
karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat
sekitar dan masyarakat secara lebih luas (Hadi, 2011:47-48).
Selanjutnya berkembang konsep triple bottom line (profit, planet, dan people) yang
dipopulerkan oleh John Ellingkton (1997) dalam bukunya yang berjudul Cannibals with
forks, The Triple Bottom Line in 21th Country Bussines menegaskan bahwa perusahaan yang
baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan juga kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people) (Poerwanto,
2010:5).

Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan


Hendriksen (dalam Nurlela dan Islahuddin, 2008) mendefinisikan pengungkapan
(disclosure) sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian
secara optimal pasar modal efisien. Informasi diungkapkan dalam bentuk laporan tahunan
(company annual report), pengungkapan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu mandatory
disclosure (pengungkapan bersifat wajib) dan voluntary disclosure (pengungkapan bersifat
sukarela).
Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005) juga dijelaskan
sebagai proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi
organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara
keseluruhan. Tujuan pengungkapan tanggungjawab sosial adalah sebagai bentuk
kepedulian perusahaan baik kepada shareholder maupun kepada stakeholder.
Tingkat pengungkapan informasi tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) pada
perusahaan-perusahaan yang diteliti dinilai melalui luas pengungkapan yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut. Untuk mengukur CSR disclosure digunakan indeks pengungkapan
sosial atau CSR index yang merupakan luas pengungkapan relative setiap perusahaan
sampel atas pengungkapan sosial yang dilakukannya.

Manfaat Corporate Social Responsibility


Menurut Gurvy Kavei (dalam Kartini, 2009:124-125) menegaskan bahwa setiap
perusahaan yang mengimplementasikan CSR dalam aktivitas usahanya akan mendapatkan
5(lima) manfaat utama sebagai berikut: (1) Meningkatkan profitabilitas dan kinerja finansial
yang lebih kokoh, misalnya lewat efisiensi lingkungan, (2) Meningkatkan akuntabilitas,
assessment dan komunitas investasi, (3) Mendorong komitmen karyawan, karena mereka
diperhatikan dan dihargai, (4) Menurunkan kerentanan gejolak dengan komunitas, dan (5)
Mempertinggi reputasi dan corporate branding.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Karena nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila
harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi
kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal
menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional.
Suatu perusahaan dapat dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan
juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari tingginya harga saham perusahaan, jika
nilai sahamnya tinggi dapat dikatakan nilai perusahaan juga baik. Setiap perusahaan yang
didirikan menginginkan harga saham yang dijual memiliki potensi harga tinggi sehingga
keadaan ini akan diminati oleh investor karena dengan permintaan saham yang meningkat
menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Karena tujuan perusahaan dalam
jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan
menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya (Gunawan dan Utami, 2008).

Profitabilitas
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan
fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada pemegang
saham. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pula
pengungkapan informasi sosial perusahaan (Kusumadilaga, 2010).
Bowman dan Haire (dalam Raharja, 2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung
jawab sosial paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang
diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu
perusahaan memperoleh laba.
Kusumadilaga (2010) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas
menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang
layak untuk dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan
pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan
untuk membayarkan dividennya. Dengan demikian, pengukuran profitabilitas dari suatu
perusahaan akan menunjukkan tingkat efektifitas kinerja perusahaan secara menyeluruh
dan secara tidak langsung investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dalam
keputusan investasinya.

Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Nilai perusahaan sering dikaitkan
dengan harga saham. Apabila harga saham perusahaan tinggi, maka dapat dikatakan nilai
perusahaannya juga baik. Oleh karena itu perusahaan perlu melakukan pengungkapan CSR
agar investor tertarik dalam mengambil keputusan untuk investasi. Hal ini sejalan dengan
paradigma enlightened self-interest yang menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran
ekonomi jangka oanjang hanya dapat dicapai jika perusahaan melakukan tanggungjawab
sosial kepada masyarakat (Retno dan Priantini, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

Pengaruh profitabilitas sebagai variabel moderating dalam hubungan antara Corporate


Social Responsibility dan nilai perusahaan
Pengungkapan sosial perusahaan dapat diwujudkan melalui kinerja ekonomi,
lingkungan dan sosial. Semakin baik kinerja yang dilakukan perusahaan didalam
memperbaiki lingkungannya (ekonomi, lingkungan dan sosial), maka nilai perusahaan
semakin meningkat dan akibatnya para investor akan tertarik untuk menanamkan
sahamnya pada perusahaan. Menurut Bowman dan Haire (dalam Kusumadilaga, 2010)
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pula pengungkapan
informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Sehingga dapat disimpulakan bahwa CSR
akan meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan meningkat.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2 : CSR dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan tinggi.

Model penelitian tampak pada Gambar 1.

Profitabilitas (X2)

Corporate Social Nilai Perusahaan (Y)


Responsibility (X1)

Gambar 1
Model Hubungan CSR, Nilai Perusahaan, dan Profitabilitas

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia, dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di
Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009-2011 yang berjumlah 30 perusahaan. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan
untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan yang terdaftar di BEI selama
periode 2009-2011 secara berturut-turut, (2) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
selama periode 2009-2011 secara berturut-turut, (3) Perusahaan manufaktur yang
mengeluarkan annual report (laporan tahunan) secara lengkap pada tahun 2009-2011 secara
berturut-turut, (4) Perusahaan manufaktur yang mengungkapkan CSR dalam laporan tahunan
selama tahun 2009-2011 secara berturut-turut, (5) Memiliki data yang lengkap terkait dengan
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Variabel Independen
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah CSR. CSR dapat dihitung dari indeks
pengungkapan CSR (CSRI). Untuk menentukan tingkat pengungkapan informasi sosial
dalam laporan tahunan digunakan pendekatan dikotomi, yaitu setiap item CSR dalam
instrument penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan.
Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk
setiap perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut (Sayekti dan Wondabio, 2007):

Xij
CSRIj = ---------------
nj

Keterangan:
CSRIj : CSR Disclosure Index Perusahaan
nj : jumlah item untuk perusahaan j, nj 78
Xij : dummy variable: 1 = jika item I diungkapkan, 0 = jika item I tidak diungkapkan.
Dengan demikian, 0 CSRIj 1.

Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan
diproksikan dengan nilai Tobins Q yang diberi simbol Q. Tobins Q dihitung dengan
membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
Menurut Retno dan Priantini (2012) Tobins Q dapat dirumuskan sebagai berikut :

(EMV + D)
Q = ---------------------
(EBV + D)

dalam hal ini:


Q : Nilai perusahaan
EMV : Nilai pasar ekuitas (closing price x jumlah saham yang beredar)
D : Nilai buku dari total hutang
EBV : Nilai buku dari ekuitas, diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total
kewajiban

Jika Tobins Q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aset menghasilkan
laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan
merangsang investasi baru. Jika Tobins Q dibawah satu, investasi dalam aset tidaklah
menarik.

Variabel Moderating
Variabel moderating digunakan untuk mempengaruhi (memperkuat atau
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel
moderating ini disebut juga variabel independen ke dua. Variabel moderating yang
digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Profitabilitas perusahaan dihitung
dengan menggunakan rumus (Agustin, 2012):

Earning After Taxes


ROA = ----------------------------------
Total Asset

Earning After Taxes merupakan pendapatan bersih sesudah pajak. Total Asset
merupakan semua aset yang digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh
penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Moderated Regression Analysis
(MRA). MRA atau uji interaksi merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda dimana
dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi atau perkalian antara dua atau
lebih variabel independen. Persamaan regresi untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
Q = + 1CSR + 2PRFT + 3(CSR)(PRFT) +
dalam hal ini:
Q : Nilai Perusahaan
: Konstanta
1 3 : Koefisien regresi berganda
CSR : Corporate Social Responsibility
PRFT : Profitabilitas
(CSR)(PRFT) : Interaksi antara CSR dengan Profitabilitas
: Standard error, yaitu tingkat kesalahan praduga dalam penelitian
Dalam model penelitian ini pengaruh variabel moderating ditunjukkan oleh interaksi
antara variabel CSR dengan profitabilitas (CSR*PRFT). Pendekatan interaksi ini bertujuan
untuk menjelaskan variasi variabel dependen (nilai perusahaan) yang berasal dari interaksi
antar variabel independen dengan variabel moderating dalam model, yaitu CSR*PRFT.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Statistik Deskriptif
Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu CSR,
profitabilitas, interaksi antara CSR dengan profitabilitas, dan nilai perusahaan.

Tabel 1
Statistik Deskriptif

Desciptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


CSR 84 ,077 ,487 ,24359 ,103640
PRFT 84 -,074 ,281 ,08312 ,061753
CSR*PRFT 84 -,007 ,137 ,02287 ,022655
TBQ 84 ,013 4,384 1,52781 ,842941
Valid N (listwise) 84

Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel pengungkapan CSR (CSRD) memiliki nilai rata-
rata sebesar 0,24359 atau sekitar 24,36% dari kriteria pengungkapan yang telah ditetapkan.
Hal ini berarti bahwa dalam satu periode dalam laporan tahunan, rata-rata perusahaan telah
melakukan pengungkapan CSR sebanyak 19 item. Rentang nilai pengungkapan CSR
berkisar antara 0,07 hingga 0,48 dengan kata lain, nilai minimum sebesar 0,07 atau sekitar 7%
yang terdapat pada perusahaan PT Kedawung Setia Industrial Tbk dan nilai maksimum
sebesar 0,48 atau sekitar 48% yang terdapat pada perusahaan PT Fajar Surya Wisesa dari
kriteria pengungkapan yang telah ditetapkan. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-
rata pengungkapan CSR di Indonesia masih rendah dari kriteria yang telah ditetapkan,
selain itu rentang nilai maksimum dan minimum yang cukup jauh menunjukan
keberagaman jumlah pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan di Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukkan nilai rata-rata sebesar
0,08312 atau sekitar 8,31%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perusahaan yang mampu
menghasilkan laba bersih hingga 0,0831 atau sebesar 8,31% dari total aset yang dimiliki.
Nilai profitabilitas minimum diperoleh sebesar -0,074 atau terdapat perusahaan yang
mengalami kerugian yang mencapai 7% dari seluruh aset yang dimiliki yaitu perusahaan PT
Myoh Technology Tbk. Sedangkan profitabilitas maksimum sebesar 0,281 terdapat pada
perusahaan PT AKR Corporindo Tbk. Hal ini berarti terdapat perusahaan yang
menghasilkan laba bersih hingga 28% dari total aset yang dimiliki.
Variabel nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobins Q menunjukkan
nilai rata-rata sebesar 1,52781 atau sekitar 153%. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas
manajemen perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomi sebesar 153%.
Variabel nilai perusahaan minimum diperoleh sebesar 0,13 atau sekitar 13% yaitu
perusahaan PT Myoh Technology Tbk dengan nilai tertinggi sebesar 4,384 atau sekitar 438%
yaitu perusahaan PT Kalbe Farma Tbk.

Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas. Hasil uji normal probability plot menunjukkan bahwa terlihat titik-
titik menyebar di sekitar garis diagonal dengan penyebaran mengikuti arah garis diagonal,
maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tolerance semua
variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya
multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan Durbin-Watson. Dari hasil uji autokorelasi tersebut tidak mengindikasikan
terjadinya autokorelasi karena menunjukkan angka D-W sebesar 0,988. Angka 0,988 diantara
-2 samapai +2, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian ini tidak terdapat
gejala autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola
grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan tidak terdapat pola yang jelas
serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y secara acak, jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada indikasi heteroskedastisitas nilai residual persamaan dengan
variabel-variabel independen penelitian.

Pengujian Regresi Berganda


Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda
dengan Moderated Regression Analysis (MRA) untuk mengetahui gambaran mengenai
pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan serta apakah variabel profitabilitas mampu
memoderasi pengaruh CSR dengan nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

10

Tabel 2
Analisis Regresi Linear Berganda

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) ,335 ,292 1,147 ,255
CSR 3,663 1,267 ,450 2,891 ,005 ,354 2,828
PRFT 5,217 2,909 ,382 1,794 ,077 ,189 5,290
CSR*PRFT -5,836 10,247 -,157 -,569 ,571 ,113 8,836
Dependent Variable: TBQ

Berdasarkan hasil analisis berganda seperti yang ditunjukan pada tabel diatas, dengan
menggunakan tingkat signifikasi sebesar 5% diperoleh persamaan sebagai berikut:

Q = 0,335 + 3,663CSR + 5,217PFRT 5,836(CSR)(PFRT)

Dari hasil analisis regresi tersebut dapat diinterpresentasikan bahwa nilai perusahaan
tahun 2009-2011 pada perusahaan Manufaktur di BEI sebesar 0,335 apabila tidak ada
pengungkapan CSR (CSR = 0), tidak ada perputaran laba terhadap aset (PFRT = 0), dan tidak
ada interaksi profitabilitas terhadap pengungkapan CSR (Interaksi CSR*PFRT = 0).
Kemudian besarnya koefisien dari masing-masing variabel independen dapat
dijelaskan bahwa:
a. CSR mempunyai koefisien regresi sebesar 3,663 menyatakan bahwa setiap
penambahan satu satuan variabel CSR (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel
lain tetap atau tidak berubah) maka akan meningkatkan nilai perusahaan sebesar
3,663.
b. Profitabilitas mempunyai koefisien regresi sebesar 5,217 menyatakan bahwa setiap
penambahan satu satuan variabel profitabilitas (dengan asumsi bahwa nilai koefisien
variabel lain tetap atau tidak berubah) maka akan meningkatkan nilai perusahaan
sebesar 5,217.
c. Interaksi CSR dan profitabilitas mempunyai koefisien regresi sebesar -5,836
menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel interaksi CSR dan
profitabilitas (dengan asumsi bahwa nilai koefisien variabel lain tetap atau tidak
berubah) maka akan menurunkan nilai perusahaan sebesar 5,836.

Pengujian Hipotesis
Uji F (simultan)
Uji koefisien regresi simultan digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel
independen yang dimasukan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-
sama atau simultan terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan ANOVA dapat dilihat
pada tabel 3 sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

11

Tabel 3
ANOVA
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18,481 3 6,160 12,170 ,000a
Residual 40,495 80 ,506
Total 58,976 83
a. Predictors: (Constant), CSR*PRFT, CSR, PRFT
b. Dependent Variable: TBQ

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat F hitung sebesar 12,170 sedangkan sig 0,00 dengan
menggunakan tingkat signifikansi sebesar = 0,05 sehingga Fhitung > = 0,05. Dengan
demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel independen (CSR, profitabilitas, interaksi CSR dan profitablitas) secara
simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen (nilai perusahaan). Dari tabel 3
dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf yang ditentukan
= 0,05 mengindikasikan bahwa pengaruh CSR, profitabilitas, interaksi CSR*PFRT bersama-
sama terhadap nilai perusahaan signifikan.

Uji t (parsial)
Uji hipotesis pertama
H1 : CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Hipotesis pertama penelitian ini adalah untuk menguji apakah CSR berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam tabel 2
dapat diketahui koefisien regresi untuk variabel CSR sebesar 3,663 dan nilai t sebesar 2,891
dengan signifikansi sebesar 0,005 yang nilai signifikansinya lebih kecil dari tingkat
signifikansi () = 5% atau 0,05 sehingga hipotesis pertama berhasil menolak H0. Jadi dapat
disimpulkan bahwa CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti H1
diterima.

Uji Hipotesis kedua


H2 : CSR dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan tinggi.
Hipotesis kedua penelitian ini adalah untuk menguji apakah profitabilitas mampu
memoderasi hubungan antara CSR terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis
Moderated Regression Analysis (MRA) yang disajikan dalam tabel 2 dapat diketahui bahwa
interaksi CSR*PFRT memiliki nilai t sebesar -0,569 dengan signifikansi sebesar 0,571 yang
nilai signifikansinya lebih besar dari tingkat signifikansi () = 5% atau 0,05 sehingga
hipotesis pertama berhasil menerima H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak
mampu memoderasi hubungan CSR terhadap nilai perusahaan atau dengan kata lain CSR
tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas tinggi, dengan demikian
H2 ditolak.

Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien Determinasi digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

12

Tabel 4
Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square Adjusted R Std Error of Durbin-
Square the Estimate Waston
1 ,560a ,313 ,288 ,711468 ,988

a. Predictors: (Constant), CSR*PRFT, CSR, PRFT


b. Dependent Variable: TBQ

Nilai adjusted R square sebesar 2,88. Artinya sebesar 28,8% perubahan-perubahan dalam
variabel dependen nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan yang terjadi
pada CSR, profitabilitas dan varibel yang berinteraksi dalam penelitian ini yaitu CSR dengan
profitabilitas. Sedangkan selebihnya yaitu sebesar 71,2% dijelaskan oleh faktor-faktor
variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model penelitian ini.

Pembahasan
Pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah CSR
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai t hitung
sebesar 2,891 dan signifikansi probabilitasnya adalah 0,005 berada lebih rendah pada =
0,05, sehingga hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang diajukan. Hal ini berarti
variabel CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut bisa
dikatakan bahwa perusahaan manufaktur yang telah mengungkapkan informasi
pertanggungjawaban sosial memiliki citra positif di masyarakat umumnya, dan khususnya
dikalangan bisnis karena perusahaan selain memperhatikan kepentingan shareholder, juga
kepentingan stakeholder serta lingkungan, implikasinya perusahaan akan mendapatkan
respon dari masyarakat akan eksistensinya di dunia bisnis dan keberlanjutan perusahaan
yang nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Pernyataan tersebut sesuai dengan
paradigma enlightened self-interest yang menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran
ekonomi jangka panjang hanya akan dapat dicapai jika perusahaan juga memasukkan unsur
tanggungjawab sosial kepada masyarakat paling tidak dalam tingkat yang minimal
(Zuraedah, 2010).
Pada tabel 2 pengungkapan tanggungjawab sosial (CSR) memberikan nilai koefisien
parameter dengan koefisien 3,663 dan probabilitas signifikansi 0,005. Hasil pengujian ini
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan
perusahaan maka dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan dengan
adanya pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan maka akan direspon positif oleh
investor sehingga banyak investor yang berinvestasi pada perusahaan tersebut yang akan
menyebabkan meningkatnya nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan tingginya tingkat pengungkapan
tanggungjawab sosial (CSR) juga akan meningkatkan loyalitas pelanggan, sehingga
penjualan perusahaan juga akan bertambah, dan akan meningkatkan nilai perusahaan.
Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rachman dan Maghviroh (2011) yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Ahmad, et al. (2003) di
Malaysia yang menemukan bukti bahwa pengungkapan CSR mencerminkan usaha-usaha
perusahaan untuk meningkatkan image perusahaan dan agar dapat dilihat sebagai
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

13

perusahaan yang bertanggung jawab. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Gunawan dan Utami (2008) yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan, dimana hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa CSR
merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya nilai perusahaan. Semakin
banyak mengungkapkan item pengungkapan sosialnya dan semakin bagus kualitas
pengungkapannya, maka akan semakin tinggi nilai perusahaannya.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nurlela dan
Islahuddin (2008); Retno dan Priantinah (2012) yang menyatakan bahwa variabel CSR tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini diakibatkan karena kualitas
pengungkapan CSR pada perusahaan yang terdaftar di BEI untuk tahun penelitian tersebut
sangat rendah dan belum mengikuti standar yang dikeluarkan oleh GRI. Dengan demikian
kualitas pengungkapan CSR di dalam perusahaan menjadi faktor yang menyebabkan
praktik CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Permanasari
(2010) yang menemukan fakta bahwa para investor di Indonesia telah mempertimbangkan
laporan tanggungjawab sosial perusahaan sehingga kebutuhan akan informasi
tanggungjawab sosial merupakan salah satu bahan pertimbangan keputusan investasi.
Apabila perusahaan memiliki kinerja sosial dan lingkungan yang baik, maka akan muncul
kepercayaan dari investor sehingga akan direspon positif melalui peningkatan harga saham
yang bersangkutan.

Pengaruh Profitabilitas sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara CSR dan
Nilai Perusahaan
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah profitabilitas
mampu memoderasi hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,569 dan signifikansi probabilitasnya adalah 0,571
berada lebih tinggi pada = 0,05, sehingga hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis
yang diajukan. Hal ini berarti variabel profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat
mempengaruhi hubungan CSR dengan nilai perusahaan.
Pada tabel 2 interaksi antara pengungkapan tanggungjawab sosial (CSR) dengan
profitabilitas memberikan nilai koefisien parameter dengan koefisien -5,836 dan probabilitas
signifikansi 0,571. Hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa CSR tidak dapat
meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan tinggi, dan sebaliknya
CSR juga tidak dapat menurunkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan
rendah.
Hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang
dilakukan oleh perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.
Berbeda dengan pernyataan tersebut, penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Kusumadilaga (2010) yang menyatakan bahwa tidak berpengaruhnya
profitabilitas di dalam hubungan antara CSR dan nilai perusahaan antara lain disebabkan
oleh banyaknya perusahaan manufaktur yang tergolong perusahaan ekonomis, yaitu
perusahaan yang memiliki keuntungan yang tinggi namun anggaran CSR-nya rendah. Jadi
sebesar apapun tingkat profitabilitas perusahaan tidak dapat mempengaruhi hubungan
antara CSR dan nilai perusahaan. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Thohiri (2011) dalam hasil penelitiannya yang secara simultan dan parsial diperoleh bahwa
pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan profitabilitas bukan
merupakan moderating antara pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

14

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) CSR
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa dengan
tingginya tingkat pengungkapan tanggungjawab sosial (CSR) akan membuat perusahaan
memiliki citra positif di masyarakat dan khususnya dikalangan bisnis, sehingga perusahaan
akan mendapatkan respon dari masyarakat akan eksistensinya di dunia bisnis yang nantinya
akan meningkatkan nilai perusahaan. (2) Profitabilitas tidak mampu memoderasi hubungan
CSR terhadap nilai perusahaan. CSR tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat
profitabilitas perusahaan tinggi, dan sebaliknya CSR juga tidak dapat menurunkan nilai
perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan rendah.

Saran
Saran penulis dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Peneliti selanjutnya hendaknya
melakukan penelitian dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan melakukan
penelitian dengan periode yang lebih panjang. (2) Nilai Adjusted R Square dalam penelitian
ini masih relative kecil yang menunjukkan bahwa variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar terhadap nilai perusahaan.
Dengan demikian penelitian selanjutnya dapat menambah atau menggunakan variabel
lainnya untuk mengetahui lebih lanjut variabel apa saja yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. (3) Bagi peneliti selanjutnya, item-item pengungkapan sosial hendaknya
senantiasa diperbaharui sesuai dengan kondisi masyarakat serta peraturan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin. 2012. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Skripsi S1 Ekonomi. STIESIA.
Ahmad, N. N., et al. 2003. Corporate Social Responsibility Disclosure in Malaysia: An
Analysis of Annual Report of KLSE Listed Companies. IIUM Journal of Economics and
Management. 11, No. 1: 51-86.
http://lib.iium.edu.my/mom2/cm/content/view/view.jsp?key=zznTBaIn38lY8UDZ
nuHgBKJVqpikAxmM20080131155055343 diakses tanggal 21/1/2013 04:50PM
Ardianto, E. dan D. M. Machfudz. 2011. M. Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta:
Kompas Gramedia.
Dini, A. P. 2010. Pengaruh Pengungkapan program Corporate Social Responsibility Terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa
Timur.
Gunawan, B. dan S. S Utami. 2008. Peranan Corporate Social Responsibility dalam Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 7, Nomor 2:174-185.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/843/07Barbara%20_
174-185_.pdf?sequence=1 diakses tanggal 29/9/2012 10:24PM
Hadi, N. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kartini, D. 2009. Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability Management
dan Implementasi di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Kusumadilaga, R. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)

15

manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Sripsi S1 Ekonomi. Universitas


Diponegoro.
Nurlela R. dan Islahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating. (Studi
Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Skripsi S1 Ekonomi.
Universitas Syiah Kuala.
Permanasari, W. I. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, dan CSR
terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi S1 Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Poerwanto. 2010. Corporate Social Responsibility Menjinakkan Gejolak Sosial di Era Pornografi.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Raharja, V. A. 2012. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Karakteristik Perusahaan terhadap
Corporate Social Responsibility (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI). Jurnal of Accounting Volume 1, Nomor 2:1-12. http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/accounting/article/view/563/565 diakses tanggal
20/9/2012 12:00AM
Rachman, A. dan R. E. Maghviroh. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility(CSR),
Kepemilikan Manajerial dan Institusional terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi
Perbanas Indonesia.
http://katalog.library.perbanas.ac.id/download_6902_ARTIKEL%20ILMIAH.pdf
diakses tanggal 21/9/2012 12:01PM
Retno, R. D. dan D. Priantinah. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Nominal Volume I Nomor I: 84-103.
http://journal.uny.ac.id/index.php/nominal/article/download/1000/803 diakses
tanggal 21/1/2013 04:50PM
Sayekti, Y. dan L. S. Wondabio, 2007, Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response
Coefficient, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makasar, 26-28 Juli.
Sembiring, E. R. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial :
Studi Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi VIII. Solo, 15-16 September.
http://digilib.umm.ac.id/files/disk1/342/jiptummpp-gdl-jou-2009-eddyrisman-
17099-KARAKTER-G.pdf diakses tanggal 21/1/2013 04:50PM
Thohiri, R. 2011. Pengaruh Pengungkapan CSR dan GCG Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Profitabilitas sebagai Moderating Variabel Studi Empiris pada Perusahaan LQ45 yang
Terdaftar di BEI. Tesis S2 Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Untung, B. H. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.
Wijayanti, A. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dan
Volume Perdagangan (Studi kasus pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hassanuddin.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2049/SKRIPSI%20FULL.
pdf?sequence=2 diakses tanggal 7/9/2012 11:31 PM.
Zuraedah, I. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi SI Ekonomi Akuntansi.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai